Anda di halaman 1dari 4

RHAMNACEAE

Termasuk dalam pohon atau perdu tegak, terkadang memanjat, kadang-kadang dengan
alat pembelit. Daun tunggal, berbaris 2, kadang-kadang dengan daun penumpu yang kecil atau
seperti duri. Bunga beraturan, kebanyakan berkelamin 2 atau bunga banci, berwarna hijau, kecil
tersusun dalam rangkaian yang bersifat simos. Kelopak berbentuk buluh, berlekuk 4-5 dengan
susunan seperti katup. Daun mahkota juga 4-5, kecil, cekung (Tjitrosoepomo, 2010). Benang
sari dibawah tepi tonjolan dasar bunga dan tertancap di depan daun mahkota. Tonjolan dasar
bunga tumbuh baik sekali, bersatu dengan tabung kelopak. Bakal buah menumpang atau
setengah tenggelam, beruang 1-3. Bakal biji satu, jarang 2 per ruang. Tangkai putik atau cabang
tangkai putik2-3, atau tangkai putik pendek, bergigi 2-3, atau berlekuk 2-3. Buah keras atau buah
batu (Steenis,2008).
Semak atau pojon sering memanjat, daun tunggal, bertulang kecil, bunga kecil
berwarna hijau, banci, bisexual jarang unisexual, aktinomorf, benang sari 4-5
berhadapan, diselubungi daun-daun mahkota, kepala putik beruang 2, bakal buah
menumpang atau setengah tenggelam, beruang 1-4, tiap ruang berisi 1 bakal biji.buah
kering, drupe atau nux.

Dalam famili ini termasuk sekitar 500 jenis, terbagi kurang lebih 50 marga atau genus,
tersebar di daerah iklim sedang sampai daerah tropika. Contoh-contohnya antara lain :
Rhamnus: Rhamnus cathartica, Rhamnus frangula, Rhamnus purshiana,buah yang pertama dan
kulit batang yang kedua dan ketiga mempunyai khasiat obat.
Zizyphus : Zizyphus jujuba (bidara, korma cina), Zizyphus celtidifolia.
Colubrina : Colubrina Ferruginosa, Colubrina reclinata, penghasil sejenis kayu besi dari Hindia
Barat, Colubrina asiatica.
Colletia : Colletia spinosa, Colletia cruciata.
Hovania : Hovania dulcis. (Steenis, 2010)
Zizyphus jujuba atau widara berasal dari Cina. Di Indonesia, widara dapat dijumpai
tumbuh di daerah dengan ketinggian 400 meter diatas permukaan air laut. Widara berupa pohon
dengan ketinggian mencapai 15 meter. Daunnya berbentuk elips, tepinya bergerigi dan ujungnya
membelah. Bagian atas berwarna hijau dan bagian bawah kecoklatan. Bunga tersusun dalam
karangan bunga berbentuk malai. Bunga berukuran kecil, berwarna hijau dan berambut. Buah
berbentuk bulat atau lojong.

1. Daun (folium)
Daun merupakan organ yang paling utama dilihat di setiap tanaman. Daun bidara
termaksuk ke dalam jenis daun majemuk yang dimana daun majemuk ini memiliki tangkai
bercabang-cabang dan pada cabang tangkai terdapat helain daun, pada satu tangkai terdapat lebih
dari satu helaian daun, suatu daun majemuk di pandang berasal dari daun tunggal yang torehanya
saedemikian dalamnya sehingga bagian daun diantar toreh-toreh itu terpisah satu sama lainnya
dan masing-masing merupakan suatu helaian kecil yang tersendri. Daun bidara ini juga
termaksuk kedalam daun tidak lengkap karena hanya memiliki tangka dan helaian daun saja
(tidak memiliki pelepah). Tumbuhan Bidara memiliki daun yang halus dan dikatakan tidak
bertoreh.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah kami lakukan, kami dapat menyimpulkan
bahwa bidara memiliki bentuk daun bulat atau oval, tepi daunya rata, daunya beringgit,
kedudukan tulang daun berselang-seling.
Pada umunya, tanaman bidara ini lebih primitif, bakal daun yang terpisah keluar kemudian
barulah berpisah dan bermodifikasi. Daunnya tunggal, letaknya berselang-seling, memiliki daun
yangberukuran (2-9) cm x (1,5-5) cm, tepinya sedikit beringgit atau rata, berkilap dan tak
berbulu pada lembaran sebelah atasnya, berbulu kempa yang rapat, berwarna putih pada
lembaran sebelah bawahnya, dengan 3 tulang daun membujur yang nyata; tangkai daunnya 8-15
mm panjangnya.; daun mahkota 5 helai, sedikit berbentuk sudip yang cekung, terlentik; benang
sarinya 5 utas; bakal buahnya beruang 2, tangkai putiknya bercabang dua, cakramnya bercuping
10 atau beralur-alur.
Daun bidara dipercaya dapat mengusir setan atau mengembalikan kesadaran orang yang
terkena sihir. Bahkan orang tua dulu memanfaatkan daun bidara untuk memandikan mayat jika
mulut mayat tersebut tidak bisa tertutup rapat. Alhasil setelah dimandikan dengan daun bidara
maka mulut mayat akan tertutup rapat.

2. Bunga (Flos)
Bunga merupakan alat kelamin betina pada tumbuhan, Pada tanaman bidara bunga
umumnya tumbuh di ketiak daun (flos lateralis atau flos axilaris) berbentuk payung menggarpu,
panjangnya 1-2 cm, tersusun atas 7-20 kuntum bunga; gagang perbungaan panjangnya 2-3 mm
berdiameter 2-3 mm, berwarna kekuningan, sedikit harum, gagang bunganya 3-8 mm
panjangnya; daun kelopaknya bercuping 5, berbentuk delta, bagian luarnya berambut, bagian
dalamnya gundul.Jenis bunga bidara termasuk kedalam bunga tunggal (planta uniflora) yaitu
hanya menghasilkan satu bunga saja, yang dimana dari bunga ini membentuk perbungaan
(muncul beberapa bunga) tetapi terdiri dari bunga tunggal, perbungaan pada buah bidara dapat
dihitung artinya termasuk ke dalam bunga berbatas.

3. Buah (Fructus)

Buah goal dalam bahasa Indonesia dinamakan buah bidara atau dalam bahasa
latin Ziziphus mauritiana. Buah pada bidara ini muncul dari satu bunga atau muncul dari bakal
buah. Tanaman initermasuk kedalam buah sejati atau tunggal. Buahnya bertipe buah satu,
berbentuk bulat sampai bulat telur dapat mencapai ukuran 6cm x 4cm untuk bidara yang di
budidayakan, dan umunya jauh lebih kecil, untuk yang liar kulit buahnya halus atau kasar,
berkilap, tipis tetapi liat, berwarna kekuningan samapai kemerahan atau kehitaman. Daging
buahnya berwarna putih banyak mengandung sari buah rasanya agak asam sampai manis
menjadi menepung pada buah yang matang penuh. Bijinya terletak pada batok yang berbenjol
dan beralur tidak beraturan yang berisi satu sampai dua inti biji yang berwarna coklat. Khusus di
pulau Sumbawa tanaman bidara biasanya berbuah menjelang bulan Suci Ramadhan.
Secara umum buah bidara bermanfaat untuk menguatkan kecerdasan otak, memperlancar
makanan di usus, menghilangkan penyakit kuning, menghaluskan kulit, meningkatkan selera
makan, menghilangkan dahak, serta menyembuhkan penyakit lambat haid.

4. Batang (Caulis)

Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting dan mengingat tempat
beserta kedudukan batang bagi tumbuh-tumbuhan batang dapat disamakan dengan sumbu
tumbu-tumbuhan.
Pada tumbuhan bidara, bentuk batang bulat (teres) dan berkayu, kemudian bentuk
pecabangannya monopodial yaitu batang pokok tampak jelas karena lebih besar dan lebih
panjang (lebih cepat pertumbuhanya) daripada cabang-cabangnya.

5. Akar (radix)
Akar adalah bagain pokok yang nomor 3 (tiga) disamping batang dan daun, bagi tumbuhan
yang tubuhnya telah merupakan kormus. Akar pada pohon bidara terdapat di dalam tanah dengan
arah tumbuh kepusat bumi (geotrop) atau menuju ke air (hidrotrop) meninggalkan udara dan
cahaya, tidak berbuku-buku (tidak beruas dan tidak mendukung daun-daun maupun bagian
lainnya), bentuknya meruncing. Fungsi batang pada pohon bidara ini yaitu memperkuat
berdirinya tumbuhan, menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut, mengangkut air dan
kadang-kadang sebagai tempat untuk penimbunan makanan. Pohon bidara ini memiliki akar
serabut yaitu akar lembaga dalam perkembangan selanjutnya mati atau kemudian di susul oleh
sejumlah akar yang kurang lebih sama besar dan semunya keluar dari pangkal batang.

Manfaat

Buah bidara kultivar unggul diperjual belikan sebagai buah segar, untuk dimakan langsung atau
dijadikan minuman segar. Di beberapa tempat, buah ini juga dikeringkan, dijadikan manisan, atau
disetup. Buah muda dimakan dengan garam atau dirujak.[2] Buah dari pohon yang meliar kecil-kecil
dan agak pahit rasanya[1]. Buah bidara merupakan sumber karoten, vitamin A dan C, dan lemak.[4]

Daun-daunnya yang muda dapat dijadikan sayuran. Daunnya yang tua untuk pakan ternak.
[2]
Rebusan daunnya diminum sebagai jamu. Daun-daun ini membusa seperti sabun apabila diremas
dengan air, dan digunakan untuk memandikan orang yang sakit demam. [1] Di Jakarta, daun-daun
bidara digunakan untuk memandikan mayat.

Selain daun, buah, biji, kulit kayu, dan akarnya juga berkhasiat obat, untuk membantu pencernaan
dan sebagai tapal obat luka. Di Jawa, kulit kayu ini digunakan untuk mengatasi gangguan
pencernaan; dan di Malaysia, kulit kayu yang dihaluskan dipakai sebagai obat sakit perut.[2] Kulit
kayu bidara diyakini memiliki khasiat sebagai tonikum, meski tidak terlalu kuat, dan dianjurkan untuk
penyakit lambung dan usus. Kulit akarnya, dicampur dengan sedikit pucuk, pulasari, dan bawang
putih, diminum untuk mengatasi kencing yang nyeri dan berdarah. [1]

Kayunya berwarna kemerahan, bertekstur halus, keras, dan tahan lama. Kayu ini dijadikan barang
bubutan, perkakas rumah tangga, dan peralatan lain.[2] Di Bali, kayu bidara dimanfaatkan untuk
gagang kapak, pisau, pahat, dan perkakas tukang kayu lainnya. [1] Berat jenis kayu bidara berkisar
antara 0,54-1,08. Kayu terasnya yang bervariasi dalam warna kuning kecokelatan, merah pucat atau
cokelat hingga cokelat gelap, tidak begitu jelas terbedakan dari kayu gubal. Kayu ini dapat
dikeringkan dengan baik, namun kadang-kadang sedikit pecah. Di samping penggunaan di atas,
kayu bidara juga cocok digunakan untuk konstruksi, furnitur dan almari, peti
pengemas, venir dan kayu lapis.[4]

Bidara menghasilkan kayu bakar yang berkualitas baik; nilai kalori dari kayu gubalnya adalah 4.900
kkal/kg. Kayu ini juga baik dijadikan arang. Ranting-rantingnya yang menjuntai mudah dipangkas
dan dipanen sebagai kayu bakar.[4]

Kulit kayu dan buah bidara juga menghasilkan bahan pewarna[2]. Bahan-bahan ini
menghasilkan tanin dan pewarna coklat kemerahan atau keabuan dalam air [4]. Di India, pohon
bidara juga digunakan dalam pemeliharaan kutu lak; ranting-rantingnya yang terbungkus kotoran
kutu lak itu dipanen untuk menghasilkan sirlak (shellac)[2].

Anda mungkin juga menyukai