Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Tanaman Ruku-ruku (Ocimum tenuiflorum L.)

Gambar 2.1 . Tanaman Ruku-ruku (Ocimum tenuiflorum L.)

a. Klasifikasi Tanaman
Klasifikasi dari tanaman ruku-ruku (Siva et al. 2016)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Lamiales
Keluarga : Lamiaceae
Genus : Ocimum
Species : Ocimum tenuiflorum Linn.
Sinonim : Ocimum sanctum L.

b. Nama Lain
Ruku-ruku dikenal dengan nama yang berbeda di beberapa daerah, yaitu :
Sumatera : balakama, kemangi utan, ruku-ruku
Jawa : klampes, lampes, kemangen, lampes

6
Madura : kemangi, ko-roko
Nusa Tenggara/Bali : uku-uku
Sulawesi : balakama
Maluku : lufe-lufe (Dyan 2010)
Ruku-ruku juga dikenal dengan nama asing sebagai berikut :
India : Tulsi
Inggris : Holy Basil
Filipina : Sulasi (Siva et al. 2016)

c. Morfologi

Gambar 2.2 Daun, batang dan bunga ruku-ruku (Stuart 2016)

Daun ruku-ruku sekilas mirip dengan kemangi, namun bila dicermati akan
terlihat perbedaannya, terutama pada daun dan batangnya. Warna hijau pada daun
ruku-ruku terlihat lebih gelap dibanding daun kemangi, sedangkan pada kulit
batang terdapat rambut halus. Ruku-ruku berupa batang semak belukar dan
memiliki tinggi 30-150 cm. Batangnya berkayu, bercabang, beraroma dan
berbulu. Daun dari ruku-ruku ini merupakan daun tunggal dengan bentuk bulat
telur yang ujungnya runcing, sedangkan pangkalnya tumpul dan tepinya bergerigi
dengan tulang daun menyirip, panjangnya 14-16 mm, lebar 3-6 mm, sedangkan
tangkai daun 5 cm dan berwarna hijau. Bunganya majemuk berbentuk tandan
dengan panjang 5-7 mm, dengan warna kehijauan dan berbulu (Ravi et al. 2012;
Pattanayak et al. 2010).

7
d. Kandungan kimia tanaman
Komponen fitokimia daun ruku-ruku yaitu flavonoid, alkanoid, saponin, tanin,
fenol, terpenoid, dan steroid. Batang ruku-ruku mengandung fenol, saponin,
flavonoid, triterpenoid, dan tanin sedangkan biji ruku-ruku mengandung asam
lemak dan sitosterol. Komponen nutrisi dalam tanaman ini meliputi vitamin A dan
C, kalsium, besi, dan seng (Siva et al. 2016). Ruku-ruku mengandung minyak
atsiri pada daun, batang, dan bijinya. Komponen minyak atsiri daun ruku-ruku
terdiri dari eugenol, eugenal, asam urosolik, karvakol, linalol, kariopilen, limatrol,
metil karvikol, antocianin (Jaggi et al. 2003) sedangkan minyak atsiri pada batang
ruku-ruku terdiri dari asam romarinik , apigenin, cirsimaritin, isotimusin,
isotimonin. Biji ruku-ruku juga mengandung gula xilosa dan polisakarida (Siva et
al. 2016).
e. Khasiat dan kegunaan tanaman
Daun ruku-ruku secara empiris dapat digunakan untuk mengobati demam,
batuk, urat syaraf, air susu kurang lancar, muntah dan mual, peluruh kentut,
kencing manis, kurang darah, syaraf lemah, peluruh haid, setelah bersalin, borok,
perut nyeri, dan untuk memperbaiki fungsi lambung. Bijinya dapat digunakan
untuk mengatasi sembelit, penyakit mata, borok, penenang, pencahar, peluruh air
kencing, peluruh keringat, kejang perut, sedatif, dan diaforetik. Akarnya biasa
dimanfaatkan untuk upaya mengobati penyakit kulit dan gonorrhea. Semua bagian
tanaman digunakan sebagai pewangi, obat perangsang, disentri, demam (Siva et
al. 2016).

2. Minyak atsiri
a. Definisi Minyak atsiri
Minyak atsiri adalah salah satu kandungan tanaman yang sering disebut
minyak terbang, essential oil, volatile oils, karena minyak tersebut mudah
menguap dan memberikan bau pada tanaman. Minyak atsiri berupa cairan
jernih, tidak berwarna, tetapi selama penyimpanan akan mengental dan
berwarna kecoklatan (Koensoemardiyah 2010).

8
b. Minyak atsiri dalam Tanaman
Minyak atsiri yang dihasilkan tanaman dibuat dalam kelenjar minyak
atsiri. Kelenjar minyak atsiri ada yang terdapat dalam tanaman (kelenjar
internal) dan di luar tanaman (kelenjar eksternal) (Koensoemardiyah 2010).
1.) Kelenjar internal tanaman
Kelenjar internal terbentuk oleh masuknya minyak atsiri yang semula
ada di luar sel, yang kemudian merusak sel-sel disekitarnya sehingga
terbentuklah saluran semacam organ dengan minyak atsiri didalamnya.
Sel-sel di sekitarnya larut dan membentuk kelompok sel yang disebut
“kelenjar” dan deretan sel terlarut membentuk saluran yang berisi minyak
atsiri. Pembentukan kelenjar yang demikian disebut sebagai pembentukan
secara schizolysigen. Kelenjar-kelenjar seperti itu kemungkinan terdapat
dalam semua bagian tanaman. Beberapa tanaman ada yang kelenjar
minyak atsirinya hanya terdapat dalam daun, bunga, atau batang, namun
ada juga pada kulit batang seperti tanaman Cinnamomi (kayu manis).
2.) Kelenjar eksternal tanaman
Kelenjar eksternal berupa sel-sel permukaan (sel epidermis) atau
modifikasi sel epidermis, misalnya rambut kelenjar. Produk dari kelenjar
minyak atsiri biasanya tertimbun di antara kutikula (lapisan sel terluar) dan
dinding sel antara suatu sel dengan sel yang lain. Kutikula berupa lapisan
tipis akan pecah bila terkenal gesekan, misalnya gesekan tangan. Bila
kutikula pecah, minyak atsiri akan keluar sehingga bau minyak atsiri akan
menyebar.
c. Kadar minyak atsiri dalam tanaman
Kadar minyak atsiri dalam tanaman dipengaruhi oleh keadaan lingkungan
dan tahap perkembangannya. Kadar minyak atsiri dalam tanaman berlainan
pada setiap kondisi tanaman. Suatu penelitian menemukan bahwa minyak
atsiri lebih banyak terbentuk pada tanaman yang hidup di tempat yang terkena
cahaya matahari (bukan di tempat teduh). Kandungan minyak atsiri juga
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, misalnya : suhu udara, kelembaban,
komposisi mineral, dan kandungan air pada tempat tumbuh (Koensoemardiyah
2010) .

9
d. Kegunaan Minyak atsiri
Kegunaan minyak atsiri yaitu sebagai salah satu campuran pada bahan
baku pada industri kosmetik, sabun dan deterjen, farmasi, produk makanan dan
minuman dan masih banyak produk lainnya seperti, pengikat aroma pada
industri kosmetik dan farmasi serta sebagai pemberi rasa pada industri
makanan (Koensoemardiyah 2010).

3. Profil Metabolomik
Studi metabolomik sering menggunakan teknik Gas Chromatography-Mass
Spectroscopy (GC-MS) karena ketersediaan instrumen yang banyak, jangkauan
metabolit yang luas, kemudahan penggunaan dan ketersediaan perpustakaan
spektrum massa yang luas (Jacquot 2013). GC-MS telah dipilih sejak lama
sebagai teknik pilihan untuk mengeksplorasi keragaman metabolomik tanaman,
mengeksplorasi ekstrak kasar, dan untuk memvalidasi obat yang dimurnikan
(Noctor et al. 2007). Menurut Fiehn et al. 2000, GC-MS dianggap sebagai teknik
yang sangat reproduktif cocok untuk senyawa yang stabil secara termal dan untuk
senyawa non-polar yang mudah menguap. Kombinasi teknik sering diperlukan
untuk cakupan berbagai kelas metabolomik yang bermacam-macam sifat fisiko-
kimianya dan jangkauan konsentrasi yang luas dalam media biologis. Penggunaan
GC didedikasikan untuk mempelajari sekumpulan molekul biologis, yaitu
senyawa volatil atau turunannya. MS berperan penting dalam pengembangan
metode pembuatan profil metabolomik karena selektivitas dan sensitivitasnya.
Percobaan metabolomik yang khas meliputi: persiapan sampel, analisis sampel
melalui GCMS, perolehan data, identifikasi dan interpretasi data. Tujuannya
adalah untuk memberikan representasi data yang tidak timpang dari kompleksitas
metabolit sampel (Jacquot 2013).

10
Gambar 2.3 Alur kerja profil metabomomik (Jacquot 2013).

Identifikasi metabolit dengan menggunakan metabolomik GC-MS dilakukan


dengan perbandingan waktu retensi dengan senyawa standar murni atau
perbandingan menggunakan indeks retensi database pustaka massa spektrum.
Pencocokan spektum massa saja tidak cukup untuk identifikasi non-ambigu,
karena isomer struktural yang ada pada sampel biologis sangat kompleks. Oleh
karena itu, indeks retensi (RI) digunakan untuk memberikan kriteria independen
kedua. RI dihitung dengan menghubungkan waktu retensi senyawa ke waktu
retensi standar alkana yang dianalisis dengan kondisi analitis yang sama (Jacquot
2013).
4. Antioksidan
a. Definisi Antioksidan
Antioksidan merupakan molekul atau senyawa yang dapat meredam
aktivasi radikal bebas dengan mencegah oksidasi sel, zat yang dapat melawan
pengaruh bahaya dari radikal bebas yang terbentuk sebagai hasil metabolisme
oksidatif, yaitu hasil dari reaksi-reaksi kimia dan proses metabolik yang terjadi
di dalam tubuh (Ardhie 2011; Rohamtussolihat 2009). Radikal bebas adalah
salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif, yang secara umum diketahui
sebagai senyawa yang memiliki elektron yang tidak berpasangan (Winarsi
2007).

11
Menurut Rohmatussolihat (2009), sumber radikal bebas terdiri dari dua
macam Sumber Endogen (mitokondria, enzim, sitokrom P450, peroksisom dan
Mikrosom, aktivasi sel inflammasi dan ion logam) dan sumber eksogen (obat-
obatan, radiasi, ozon, dan asap rokok). Pencegahan pembentukan radikal bebas
yang reaktif dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain : mencegah atau
mengahambat pembentukan radikal bebas baru, menonaktivasi atau
menangkap radikal dan melakukan pemutusan rantai, memperbaiki kerusakan
oleh radikal (Winarsi 2007), merintangi berberapa macam kalsium akan
menghambat peroksidasi lipid dan terbentuknya ROS (Valko 2007),
menggunakan zat gizi yang berperan sebagai antioksidan, seperti vitamin C, E
dan vitamin A,serta karoten (Rohmatussolihat 2009).
b. Metode Pengujian Antioksidan
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menguji aktivitas
antioksidan, yaitu, metode DPPH, DPPH adalah radikal stabil yang akan
menghasilkan warna ungu jika bereaksi dengan radikal lainnya. Pengujian
antioksidan akan memperoleh IC50 yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan
yang dapat menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter atau konsentrasi
suatu zat antioksidan yang memberikan penghambatan 50%. Zat yang
memiliki aktivitas antioksidan tinggi, akan mempunyai IC50 yang rendah
(Molyneux, 2004).

Gambar 4. Struktur 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) (Molyneux 2004)

B. Kerangka Konseptual
Tanaman ruku-ruku (Ocimum tenuiflorum L.) memiliki kandungan kimia
seperti minyak atsiri. Minyak atsiri utama yang dikandungnya yaitu eugenol,
linalol, kamper, dan timol pada bagian daun, batang, dan bunga (Asadullah et al.
2013). Minyak atsiri daun ruku-ruku terdiri dari eugenol, eugenal, asam urosolik,

12
karvakol, linalol, kariopilen, limatrol, metil karvikol, antosianin sedangkan
minyak atsiri pada batang ruku-ruku terdiri dari asam romarinik , apigenin,
cirsimaritin, isotimusin, isotimonin. Daun ruku-ruku yang digunakan dalam
keadaan kering menghasilkan 2,43 ml minyak atsiri sedangkan dalam keadaan
segar 2,5 ml dengan kadar 0,25% dan persentase senyawa yang paling tinggi dari
data GC adalah : Caryophyllene (40,89%), Methyl eugenol (33,41%) (Edison
2011). Kandungan kimia minyak atsiri juga tergantung dari masing-masing bagian
tanaman. Melalui penelitian ini, akan terlihat adakah perbedaan profil dari daun
dan batang ruku-ruku segar yang dianalisis dengan metode GC-MS dan juga
bagaimana parameter IC50 dari aktivitas antioksidan minyak atsiri dari daun dan
batang ruku-ruku segar.

C. Hipotesis
Terdapat perbedaan profil minyak atsiri dan aktivitas antioksidan dari daun dan
batang ruku-ruku.

13

Anda mungkin juga menyukai