Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Isolasi Senyawa Bioaktif dan Senyawa Marker


Tentang

”Isolasi Senyawa Steroid”

Dosen Pengampu : Dr. apt. Soraya Riyanti, M.Si.

Oleh :

Eka Qurniati Syahputri 2260411013

PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini ini
dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Isolasi
Senyawa Bioaktif dan Senyawa Marker. Saya mengucapkan terimakasih kepada
dosen pengajar yang telah memberi arahan tentang penyusunan makalah ini.
Selain itu saya mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak lain yang telah
membantu dalam pengerjaan makalah ini.
Akhirnya saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum
sempurna, baik dari segi fisik maupun isi yang terkandung di dalamnya. Oleh
karena itu, saya mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca sebagai masukan untuk kesempurnaan makalah ini. Saya berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Cimahi, 20 Juli 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Hlm
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................2
BAB II TEORI SINGKAT.............................................................................3
A. Binahong (Anredera Cordifilia (Ten.) Stennis)................................3
B. Steroid..................................................................................................5
BAB III METODE PENELITIAN................................................................7
A. Alat dan Bahan...................................................................................7
B. Prosedur Penelitian.............................................................................7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................10
BAB V PENUTUP...........................................................................................14
A. Kesimpulan..........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia kaya dengan aneka ragam flora dan fauna, keanekaragaman


flora tersebut menjadikan negara kita sebagai salah satu negara di dunia yang ikut
bangkit mengembangkan pengobatan herbal untuk penyembuhan berbagai
penyakit dan kosmetika serta produk-produk suplemen untuk kesehatan. Data
menyebutkan Sekitar 30.000 jenis flora yang ada di hutan tropika Indonesia,
kurang lebih 9.600 spesies telah diketahui berkhasiat sebagai obat (Maryam et al.,
2020).
Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan baku obat berkaitan erat
dengan kandungan kimia yang terdapat di dalamnya terutama senyawa bioaktif.
Senyawa bioaktif yang terdapat dalam tumbuhan umumnya merupakan senyawa
metabolit sekunder. Metabolit sekunder adalah senyawa-senyawa hasil biosintetik
turunan dari metabolit primer yang diproduksi oleh organisme melalui
metabolisme sekunder.Contoh dari metabolit sekunder adalah flavonoid, alkaloid,
terpenoid, steroid, danlain-lain (Suryelita et al., 2017).
Beberapa fungsi senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid pada
tanaman kebanyakan berperan dalam memberi warna daun dan bunga. Alkaloid
pada tumbuhan berfungsi untuk melindungi diri karena bersifat racun bagi
organisme lain. Minyak atsiri yang tergolong senyawa terpenoid berfungsi
memberi aroma khas pada tumbuhan. Steroid pada tumbuhan ada yang memiliki
fungsi untuk menghambat penuaan daun sehingga daun tidak cepat gugur,
sedangkan steroid pada hewan pada umumnya dijumpai dalam bentuk hormon
yang salah satu fungsinya berpengaruh dalam pertumbuhan dan
perkembangbiakan (Suryelita et al., 2017).
Steroid merupakan terpenoid lipid yang dikenal dengan empat cincin
kerangka dasar karbon yang menyatu. Struktur senyawanya pun cukup beragam.

iv
Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya gugus fungsi teroksidasi yang
terikat pada cincin dan terjadinya oksidasi cincin karbonya (Samejo et al., 2013).
Steroid merupakan senyawa turunan dari hidrokarbon 1,2-
Siklopentenoperhidrofenantrena. Steroi d di alam terdapat pada hewan dan
tumbuhan.Senyawa steroid pada hewan berhubungan erat dengan beberapa
hormon dan keaktifan biologis lainnya, sedangkan pada tumbuhan steroid banyak
terdapat baik pada tumbuhan tingkat tinggi maupun tumbuhan tingkat
rendah.Steroid pada tumbuh-tumbuhan secara umum terdapat dalam bentuk sterol.
Tumbuhan tingkat tinggi biasanya mengandung fitosterol seperti: sitosterol (ß-
sitosterol), stigmasterol, dan kompesterol (Suryelita et al., 2017).
Kandungan senyawa steroid dalam tanaman obat telah banyak diteliti
oleh para ahli. Daun papaya (Carica papaya L.)mengandungsenyawa steroid
golongan sterol berupa senyawa ergost-5en-3ß-ol (Suryelita, 2000). Tanaman
sidawayah (Woodfordia floribunda Salisb.) telah diketahui mengandung steroid
jenis stigmasta-7,22- dien-3-ol (Saleh, 2009). Mamahit, (2009) mengisolasi
senyawa steroid berupa ß-sitosterol dari daun tanaman gedih (Abelmoschus
manihot L. Mendik) (Suryelita et al., 2017).

B. Rumusan Masalah
- Bagaimana proses isolasi senyawa steroid?
- Bagaimana hasil yang di peroleh dari isolasi senyawa steroid ?

C. Tujuan
- Untuk mengetahui proses isolasi senyawa steroid
- Untuk mengetahui hasil yang di peroleh dari isolasi senyawa steroid

v
BAB II

TEORI SINGKAT

A. Binahong (Anredera Cordifilia (Ten.) Stennis)


Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) adalah tanaman obat
dari daratan Tiongkok yang dikenal dengan nama asli Dheng San Chi. Menurut
Mus (2008), binahong merupakan tanaman menjalar dari famili Basellaceae
berasala dari Cina. Tanaman ini berumur panjang (perenial), daunnya berbentuk
jantung, berbatang lunak silindris, dan panjangnya dapat mencapai ± 5 m.
tanaman binahong tumbuh baik di dataran rendah ataupun dataaran tinggi dalam
lingkungan yang dingin dan lembab (Ratna, 2012).
Tumbuhan ini telah dikenal memiliki khaiat penyembuhan pada luka
bakar. Dimana kandungan yang terdapat dalam daun binahong antara lain adalah
anti mikroba. Daun binahong juga memiliki kandungan asam askorbat yang
mampu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan mempercepat
penyembuhan (Rahmawati,20007). Bagian dari tanaman binahong hampir
semuanya dapat dimanfaatkan, mulai dari akar, bunga, umbi, daun, dan akan
tetapi bagian yang banyak digunakan sebagai bahan obat herbal adalah bagian
daun (Manoi, 2009).
Klasifikasi dari tanaman binahong menurut (Mus, 2008) adalag sebaagai
berikut :
Regnum : Plantae
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Hammelidae

vi
Ordo : Caryophyllales
Familia : Basellaceae
Genus : Anredera
Spesies : Anredera cordifolia (Ten.) Steenis

Morfoligi tanaman binahong yaitu berdaun tunggal, bertangkai sangta


pendek, bertulang menyirip, bersusun berselang-seling, berwarna hiaju mua,
berbentuk jantung, panjang daun antara 5-10 cm, llebar daun antara 3-7 cm,
helaian daun tipis lemas, ujung rincing, pangkal berbelah, tepi rata atau
bergelombang, dan permukaan halus dan licin (Rahmawati, 2007).
Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) adalah tanaman obat
potensial yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit dan berguna sebagai
antibakteri, antioksidan dan antiseptik. Kemampuan daun binahong untuk
menyembuhkan berbagai jenis penyakit berkaitan erat dengan senyawa aktif yang
terkandung di dalamnya, salah satunya adalah steroid (Manik et al., 2013).
B. Steroid
Steroid merupakan terpenoid lipid yang dikenal dengan empat cincin
kerangka dasar karbon yang menyatu. Struktur senyawanya pun cukup beragam.
Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya gugus fungsi teroksidasi yang
terikat pada cincin dan terjadinya oksidasi cincin karbonya (Samejo et al., 2013)
Steroid mempunyai kerangka dasar triterpena asiklik. Ciri umumm
steroid ialah sistem empat cincin yang tergabung. Cincin A, B, dan C
beranggotakan enam atom karbn, dan cincin D beranggotakan lima. Steroid
merupakan kelompok senyawa yang penting dengan struktur dasar serana jenuh
dengan 17 atom karbon dan 4 cincin (Dwilistiani,2013).

vii
Steroid merupakan senyawa turunan dari hidrokarbon 1,2-
Siklopentenoperhidrofenantrena. Steroid di alam terdapat pada hewan dan
tumbuhan. Senyawa steroid pada hewan berhubungan erat dengan beberapa
hormon dan keaktifan biologis lainnya, sedangkan pada tumbuhan steroid banyak
terdapat baik pada tumbuhan tingkat tinggi maupun tumbuhan tingkat
rendah.Steroid pada tumbuh-tumbuhan secara umum terdapat dalam bentuk sterol.
Tumbuhan tingkat tinggi biasanya mengandung fitosterol seperti: sitosterol (ß-
sitosterol), stigmasterol, dan kompesterol (Suryelita et al., 2017).
Steroid berperan penting bagi tubuh dalam menjaga keseimbangan
garam, mengendalikan metabolism dan meningkatkan fungsi organ seksual serta
perbedaan fungsi biologis lainnya antara jenis kelamin. Steroid pada tumbuhan
menunjukan efek menurunkan kolesterol dan antikarsinogenik (Nasruddin, 2017).
Steroid berperan penting bagi tubuh dalam menjaga keseimbangan
garam, mengendalikan metabolisme dan meningkatkan fungsi organ seksual serta
perbedaan fungsi biologis lainnya antara jenis kelamin. Tubuh manusia
memproduksi steroid secara alami yang terlibat dalam berbagai proses
metabolisme. Sebagai contoh steroid dari garam empedu, seperti
garam deoksikolik, asam kholik dan glisin serta konjugat taurin
yang berfungsi memperlancar proses pencernaan (Bhawani et al., 2011).
Berdasarkan sumbernya steroid dibedakan atas steroid sisntetis dan
alami. Steroid sintetis yang umum digunakan adalah glukokortikosteroid,
estrogen, metilprednisolon, kortikosteroid, androgen, squalamine dan
hydrocortisone. Senyawa ini juga digunakan untuk pengobatan penyakit akibat
kelebihan atau kekurangan hormon, penyakit berbahaya serta penyakit lainnya
seperti radang sendi dan alergi (Bhawani et al., 2011). Sterol tumbuhan yang telah
lama dikenal adalah campesterol, stigmasterol dan β-sitosterol. Sterol ini
menunjukkan efek menurunkan kolesterol dan antikarsinogenik. Efek
antiangiogenik diduga melibatkan aksi senyawa tersebut sebagai antikanker (Choi
et al., 2007). Stigmasterol dimungkinkan untuk mencegah penyakit kanker
tertentu, misalnya kanker ovarium, prostat, payudara dan kanker usus besar karena

viii
mempunyai potensi antioksidan, hipoglikemik dan mampu menghambat tiroid
(Gabay et al., 2010; Panda et al., 2009).

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan


1. Alat
Ala talat yang digunakan adalah gelas standar penelitian, satu set alat
maserator, blender, botol vial, kolom kromatografi, satu set alat rotary
evaporator, neraca analitis, pipet mikro, satu set alat KLT, lampu UV,
spektrometer FT-IR dan LC-MS.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah daun binahong, n-heksana,
kloroform, etil asetat, benzena, diklorometana, aseton, silika gel, pereaksi
lieberman-burchad (anhidrida asam asetat p.a, asam sulfat pekat p.a),
pereaksi meyer (merkuri (I) klorida p.a, kalium iodida p.a), larutan besi
(III) klorida 1 %, asam klorida pekat, serbuk magnesium, amilalkohol p.a,
amonia 25% teknis, kloroform p.a, asam klorida 37% p.a, akuades..
B. Prosedur penelitian
1. Preparasi Sampel
Daun Binahong diiris tipis-tipis, kemudian di kering dengan diangin-
anginkan (simplisia). Setelah kering, simplisia diblender hingga menjadi
serbuk daun binahong kemudian dimaserasi dengan n-heksana.

ix
2. Penapisan Fitokimia
Serbuk daun binahong dan ektrak n-heksana diuji dengan penapisan
fitokimia untuk mengetahui kandungan golongan senyawa kimianya
meliputi uji saponin, uji flavonoid, uji fenolik, uji alkaloid dan uji
steroid/triterpenoid.
3. Isolasi Steroid
Serbuk daun binahong dimaserasi menggunakan pelarut n-heksana.
Kemudian ekstrak yang didapatkan dievaporasi menggunakan
evaporator. Ekstrak yang didapat kemudian dilakukan KLT dengan
menggunakan campuran n-heksana, kloroform, etil asetat, benzena dan
diklorometana dengan perbandingan tertentu. Setelah didapatkan
komposisi eluen yang sesuai, kemudian dilakukan pemisahan senyawa-
senyawa yang terdapat pada ekstrak n-heksana tersebut menggunakan
kromatografi kolom. Eluen yang digunakan pada kromatografi kolom
adalah eluen terbaik hasil kromtografi lapis tipis. Fraksi yang keluar
ditampung dalam botol vial. Dari seluruh fraksi yang diperoleh dilakukan
uji KLT menggunakan campuran n-heksana, kloroform, etil asetat,
benzena dan diklorometana. Fraksi yang menghasilkan noda sama
digabungkan menjadi satu. Kemudian dilakukan uji steroid, fraksi yang
mengandung steroid kemudian dilakukan KLT preparatif menggunakan
campuran eluen n-heksana, kloroform, etil asetat, benzena dan
diklorometana dengan perbandingan tertentu. Setelah didapatkan noda-
noda pada plat KLT, kemudian diuji steroid kembali. Setelah didapatkan
bahwa ada senyawa steroid pada noda tersebut, kemudian dikerok dan
dimurnikan.
4. Uji Kemurnian dan Pemurnian
Steroid hasil isolasi dilakukan uji kemurnian menggunakan KLT dengan
berbagai macam campuran pelarut yaitu n-heksana, kloroform, etil asetat,
benzena, diklorometana dan aseton serta menggunakan KLT dua dimensi.
Apabila hanya didapatkan satu noda, maka dapat dikatakan bahwa
steroid telah murni.

x
5. Analisis Steroid
Analisis steroid menggunakan spektrometer FT-IR untuk mengetahui
gugus fungsi steroid dan spektrometer LC-MS untuk mengetahui berat
molekul steroid.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil maserasi serbuk daun binahong sebanyak 750 g menggunakan


pelarut n-heksana menghasilkan ekstrak n-heksana berbentuk pasta berwarna
hijau kehitaman sebanyak 35,76 g. Serbuk daun binahong dan ekstrak n-heksana
kemudian dilakukan uji penapisan fitokimia. Hasil penapisan fitokimia
menunjukkan bahwa serbuk daun binahong mengandung senyawa golongan
saponin, flavonoid, steroid dan triterpenoid, sedangkan ekstrak n-heksana daun
binahong mengandung senyawa golongan flavonoid dan steroid.
Identifikasi kandungan steroid dilakukan dengan cara mereaksikan dengan
pereaksi liberman-buchard (2 tetes anhidrida asam asetat dan 1 tetes asam sulfat
pekat). Keberadaan steroid ditunjukkan dengan adanya warna ungu.

xi
Isolasi steroid dengan metode kromatografi kolom menggunakan pelarut
benzena : kloroform : diklorometana (1:1:1) menghasilkan 4 fraksi besar (FA, FB,
FC dan FD) dengan pola noda yang berbeda-beda. Terhadap fraksi besar A, B, C
dan D dilakukan uji kualitatif terhadap steroid dengan penampak bercak
lieberman-burchad. Pada tahap ini fraksi A memberikan uji positif terhadap
steroid dengan ditandai terbentuknya warna ungu kehijauan setelah disemprot
penampak bercak lieberman-burchad sehingga fraksi A dilanjutkan ke tahap
berikutnya. Fraksi A dilakukan KLT preparatif dan diuji kemurnian dengan KLT
berbagai pelarut dan KLT 2 dimensi. Hasil uji kemurnian fraksi A dengan KLT
berbagai pelarut ditampilkan pada gambar 1.

Uji kemurnian dilanjutkan dengan KLT 2 dimensi dengan pelarut


benzena : kloroform : diklorometana (1:1:1) dan benzena : kloroform (1:1). Hasil
uji kemurnian dengan KLT 2 dimensi ditampilkan pada gambar 2.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan KLT berbagai pelarut maupun
KLT 2 dimensi terhadap noda uji menunjukkan adanya noda tunggal (1 noda)
sehingga dapat disimpulkan bahwa isolat (steroid) relatif murni.

xii
Isolasi steroid dari ekstrak n-heksana menghasilkan isolat berupakristal
berwarna putih dengan rendemen hasil sebesar 4% dari ekstrak n-heksana dengan
titik leleh 154,9-155,3°C. Titik leleh ini mendekati titik leleh stigmasterol, jenis
steroid alkohol yang memiliki titik leleh 154-155°C.
Analisis isolat steroid dilakukan menggunakan spektofotometer FT-IR dan
LC-MS. Hasil analisis isolat steroid menggunakan FT-IR ditampilkan pada tabel
1.

Analisis isolat dilanjutkan dengan menggunakan LC-MS. Data spektogram


massa hasil analisis isolat steroid menggunakan LC-MS ditampilkan pada gambar
3.

xiii
Berdasarkan hasil analis isolat menggunakan spektofotometer FT-IR
diketahui bahwa isolat memiliki gugus -OH, C-O alkohol, C=C, -CH3 dan -CH2.
Jenis Gugus fungsi yang dimiliki isolat steroid ini mengindikasikan jenis gugus
fungsi yang dimiliki oleh steroid yang mengandung gugus -OH. Sedangkan hasil
analisis isolat menggunakan LC-MS menunjukkan bahwa isolat memiliki berat
molekul 351 g/mol yang ditandai dengan munculnya [M+H]+ 352,17 g/mol. Berat
molekul ini diduga dimiliki oleh senyawa stigmasterol yang telah mengalami
pemutusan ikatan pada rantai cabang. Struktur molekul senyawa stigmasterol
ditampilkan pada gambar 4.

Senyawa stigmasterol merupakan jenis steroid alkohol yang biasa


ditemukan pada tumbuhan famili Basellaceae. Stigmasterol memiliki berat
molekul 412 g/mol dan dapat mengalami pemutusan ikatan pada berat molekul
351 g/mol.

xiv
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
- Isolasi steroid dari ekstrak n-heksan menghasilkan isolat berupa kristal
berwarna putih dengan rendamen sebesar 4% dan titik lelehnya 154,9-
155,3°C.
- Dari analisis menggunakan FT-IR bahwa isolat memiliki gugus -OH,
C-O alkohol, C=C, -CH3 dan -CH2, sedangkan dengan LC-MS isolat
memiliki bonot molekul 351 g/mol.

- Jenis steroid dalam daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore)


Steenis) adalah stigmasterol (steroid alkohol) yang memiliki titik leleh
154-155°C.

xv
DAFTAR PUSTAKA

Bhawani S.A., Sulaiman O., Hashim R., dan Ibrahim M.N.M. 2011. Thinlayer
chromatographic analysis of steroids. Trop Journal Pharm Res. Vol. 9
Choi J.M., Lee E.O., Lee H,Y. 2007. Identification of campesterol from
Chrysanthemum coronarium L. and its antiangiogenic activities.
Phytother Res. Vol. 21.
Gabay O., Sanchez C., Salvat C. 2010. Stigmasterol: a phytosterol with potential
anti osteoarthritic properties. Am Journal Clin Nutr. Vol. 18.
Manik Y., Fachriyah E., and Kusrini D. 2013. Isolasi, Identifikasi dan uji
Sitotoksik Senywa Steroid dari Daun Binahong (Aredera Cordifilia
(Ten.) Stennis). Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi. Vol. 16(1).
Manoi, F. 2009. Binahong sebagai Obat. Warta Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Industri, Vol. 15(1).
Mus, 2008. Informasi Species Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)
www.plantamor.com. [ 24 Juli 2023 ].
Maryam F., Subehan, and Musthainah L. 2020. Isolasi dan Krakteristik Steroid
dari Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.). Jurnal Fitofarmaka
Indonesia. Vo. 7(2).

xvi
Nasruddin, Wahyono, Mustofa, and Ratna As 2017. Isolasi Senyawa Steroid
dari Kulit Senggugu (Clerodendrum serratum L.Moon). Universitas
Gadjah Mada: Yogyakarta.
Panda S., Jafri M., Kar A., and Meheta B.K. 2009, Thyroid inhibitory,
antiperoxidative and hypoglycemic effects of stigmasterol isolated from
Butea monosperma., Fitoterapia. Vol. 80.
Rahmawati, Lin., Enny, F. Dewi, K. 2007. Isolasi, Identifikasi dan Uji
Antioksidan Senyawa Flafonoid Daun Binahong (Anredera cordifolia
(Ten.) Steenis). Semarang Universitas Diponegoro.
Ratna, D. 2012. "Antioxidant Activity Of Flavonoid From Anredera Cordifolia
(Ten) Steenis Leave." International Research Journal of Pharmacy.
Jakarta, Fakultas Farmasi Universitas Pancasila
Samejo, M,Q., Memon, S., Bhanger, M.I., AND Khan, K. M. 2013. Isolation
and characterization of steroids from Calligonum polygonoides. J.
Pharmacy Res. Vol. 6
Suryelita, Etika S. B., and Kuria N. S. 2017. Isolasi dan Karakteristik
Senyawa Steroid dari Daun Cemara Natal (Cupressus funebris Endl.).
Eksakta. Vol. 18(1).

xvii

Anda mungkin juga menyukai