Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI DAN FITOKIMIA

MORFOLOGI DAN ANATOMI BATANG

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV
KELAS 2C
AZMI RAUDATHUL JANNAH SALEH 754840122072
FITRAH MARTIANA ZULKIFLI 754840122077
HAZHIYAH AGUSTINA HUNAWA 754840122078
MOHAMAD AFIAT SAUD 754840122081
PUTRI SRI FATMAWATY ZEES 754840122088
RAHMATIYA NYURA 754840122090
STELA FINASTI MILE 754840122096
PEMBIMBING: SITTI RHOMLAH JAHJA, S.Farm, Apt.

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN GORONTALO
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta'ala yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
praktikum farmakognosi dengan judul “Morfologi Dan Anatomi Batang” tepat
pada waktunya. Walaupun demikian, dalam penyusunan ini kami berusaha dengan
semaksimal mungkin demi kesempurnaan laporan ini baik dari hasil kegiatan
belajar kami dalam praktikum, maupun dalam menunaikan praktikum kerja
laporan farmakognosi kali ini. Saran dan kritik yang sifatnya membangun
diharapkan oleh kami demi kesempurnaan laporan kami, khususnya dari
pembimbing laporan praktikum ini, yaitu ibu Sitti Rhomlah Jahja, S.Farm, Apt.
Akhir kata, kami kelompok IV berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, dapat membantu bagi kemajuan dan perkembangan praktikum
farmakognosi. Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang
telah membantu, semoga Allah Subhanahu wa ta'ala membalas semua kebaikan
kita semua, aamin.

Gorontalo, 29 September
2023

Kelompok IV

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Tujuan Praktikum............................................................................... 2
C. Prinsip Praktikum............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 3
A. Dasar Teori......................................................................................... 3
B. Taksonomi Tumbuhan........................................................................ 10
BAB III METODE PRAKTIKUM............................................................... 12
A. Alat dan Bahan................................................................................... 12
B. Prosedur Kerja.................................................................................... 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 13
A. Hasil Pengamatan.............................................................................. 13
B. Pembahasan........................................................................................ 18
BAB V PENUTUP........................................................................................... 22
A. Kesimpulan........................................................................................ 22
B. Saran................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 23
LAMPIRAN.................................................................................................... 25

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini terdapat ratusan bahkan sampai ribuan tumbuhan yang tumbuh
dan berkembang di wilayah indonesia, tumbuhan tersebut tumbuh dan
berkembang secara pesat di seluruh wilayah indonesia, begitupun dengan ilmu
yang mempelajarinya. Ilmu pengetahuan tentang tumbuhan pada waktu
sekarang telah mengalami kemajuan yang sedemikian pesat, hingga bidang-
bidang pengetahuan yang semula hanya merupakan cabang-cabang ilmu
tumbuhan, sekarang ini telah menjadi ilmu yang berdiri sendiri
(Tjitrosoepomo, 2020).
Dari berbagai cabang ilmu tumbuhan yang sekarang telah berdiri
sendiri adalah morfologi tumbuhan. Morfologi tumbuhan yang mempelajari
bentuk dan susunan tubuh tumbuhan sedemikian rupa hingga dipisahkan
menjadi 2 bagian yaitu; morfologi luar atau morfologi dalam artian yang
sempit dan morfologi dalam atau anatomi tumbuhan (Tjitrosoepomo, 2020).
Morfologi tumbuhan adalah cabang ilmu yang mempelajari bentuk fisik dan
sruktur tubuh dari tumbuhan, morfologi berasal dari bahasa latin yang berarti
morphus yang berarti wujud atau bentuk. Untuk memudahkan dalam
mengklasifikasi jenis tumbuhan, bentuk morfologi salah satu indikator yang
sangat besar perannya untuk mengidentifikasi tumbuhan (Tjitrosoepomo,
2020).
Sedangkan anatomi tumbuhan merupakan cabang ilmu yang
mempelajari sruktur tumbuhan secara mikroskopis, anatomi sendiri disebut
juga ilmu urai, pembahasan terkait yang lebih rinci dari setiap sruktur
tumbuhan yang dalam hal ini dijadikan pelengkap ilmu morfologi tumbuhan
yang hanya mempelajari bentuk dan susunan tumbuhan (Erdiandini I., 2021).
Batang merupakan sumbu dengan daun yang melekat padanya.
Diujung sumbu titik tumbuhnya, batang dikelilingi daun muda dan menjadi
tunas terminal. Dibagian batang yang lebih tua, yang daunnya saling
berjauhan, buku (nodus) tempat daun melekat pada batang dapat dibedakan

4
dari ruas (internodus), yakni dibagian batang antara dua buku yang berturutan.
Di ketiak daun biasanya terdapat tunas ketiak. Bergantung pada pertumbuhan
ruas dapat dibedakan beberapa macam bentuk tumbuhan. Batang bisa
memperlihatkan sumbu yang memanjang dengan buku dan ruas yang jelas.
Sebaliknya, batang juga dapat amat pendek dan letak daunnya merapat
membentuk roset. Taraf percabangan yang terjadi jika tunas ketiak tumbuh
menjadi ranting menambah keragaman bentuk. Berkaitan dengan habitat
tumbuhan dibedakan batang yang tumbuh dibawah tanah (rhizoma, umbi
lapis, atau umbi batang), didalam air atau didarat. Batang juga ada yang
tegak, memanjat, atau merayap. Ragam lain adalah susunan daun pada batang,
ada atau tidaknya tunas ketiak yang tumbuh menjadi cabang, serta taraf
percabangan bila ada (Kusdianti, 2013).
Batang tumbuhan merupakan bagian yang tumbuhan yang amat
penting, karena sebagai pendukung tubuh tumbuhan, alat transportasi air,
mineral, dan bahan-bahan makanan serta tempat tumbuhnya cabang, daun, dan
bunga. Sruktur batang juga kompleks seperti sruktur anatomi akar, tetapi
sruktur batang lebih banyak difungsikan sebagai penyalur atau pembawa
nutrisi dari akar menuju ke daun (Ramdhini dkk, 2021).
Berdasarkan uraian diatas, maka penting untuk dilakukan praktikum
Farmakognosi dengan judul praktikum morfologi dan anatomi batang agar
praktikan mampu mengamati dan mengidentifikasi morfologi dan anatomi
pada batang.
B. Tujuan Praktikum
a. Untuk mengamati morfologi dan anatomi batang kunyit (Curcuma
domestica val.)
b. Untuk mengamati morfologi dan anatomi batang pisang (Musa
paradisiaca)
c. Untuk mengamati morfologi dan anatomi batang telang (Clitoria ternatea
L.)
d. Untuk mengamati morfologi dan anatomi belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi L.)

5
C. Prinsip Praktikum
a. Pengamatan morfologi dan anatomi pada batang kunyit (Curcuma
domestica val.)
b. Pengamatan morfologi dan anatomi pada batang pisang (Musa
paradisiaca)
c. Pengamatan morfologi dan anatomi pada batang telang (Clitoria ternatea
L.)
d. Pengamatan morfologi dan anatomi pada batang belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.)

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
Batang merupakan organ tumbuhan yang tak kalah penting dengan
akar dan daun. Kedudukan batang bagi tumbuhan dapat disamakan dengan
rangka pada manusia dan hewan. Dengan kata lain, batang merupakan
sumbu tubuh tumbuhan. Batang tumbuh pada titik tumbuh, yaitu pada
meristem apeks (pucuk). Dari meristem tersebut dihasilkan pula bakal
daun yang mula-mula berbentuk tonjolan, kemudian berkembang lebih
cepat dari ujung batang itu sendiri, sehingga bakal daun menutupi
meristem apeks. Daerah pada batang yang menumbuhkan daun disebut
nodus (buku), sedangkan antara dua nodus disebut internodium (ruas).
Pada beberapa tumbuhan,terdiri dari sel-sel yang hanya sedikit tumbuh
memanjang, sedangkan ruasnya terdiri dari sel-sel yang jauh lebih panjang
(rumput, bambu, tebu). Kadang-kadang nodus jelas sekali karena daerah
ini membengkak (Kusdianti, 2013).
Batang merupakan organ tempat lintasan makanan hasil
fotosintesis yang diproduksi oleh daun, sebagian hasil fotosintesis tersebut
dibawa ke seluruh tubuh dan sebagian lagi di simpan pada batang sebagai
cadangan makanan. Batang akan terlihat dengan jelas pada saat berbunga.
Bila tumbuhan memasuki tahap pembungaan, dari tengah-tengah roset
tempat berkumpulnya daun akan muncul batang yang tumbuh cepat
dengan daun- daun yang tersusun jarang dan mendukung bunga-bunganya
(kusdianti, 2013).

A. Sifat-sifat batang
Beberapa Sifat Umum Batang Pada umumnya batang mempunyai sifat-
sifat berikut: (Rosanti, 2013)

1. Umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula

7
mempunyai bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf,
artinya dapat dengan sejumlah bidang dibagi menjadi dua bagian
yang setangkup.

2. Terdiri atas ruas ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-


buku, dan pada buku-buku inilah terdapat daun.
3. Tumbuhnya biasanya ke atas, menuju cahaya atau matahari
(bersifat fototrop atau heliotrop).
4. Selalu bertambah panjang di ujungnya, oleh sebab itu sering
dikatakan bahwa batang mempunyai pertumbuhan yang tidak
terbatas.
5. Mengadakan percabangan, dan selama hidupnya tumbuhan tidak
digugurkan, kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang
kecil. Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang
umumnya pendek, misalnya rumput dan waktu batang masih
muda.
B. Sebagai bagian tubuh tumbuhan, batang mempunyai tugas untuk:
(Rosanti, 2013)

1. Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas tanah, yaitu:


daun, bunga, dan buah.
2. Dengan percabangannya memperluas bidang asimilasi

3. Jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah ke atas


dan jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari atas ke bawah. d.
Menjadi tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan.
C. Jenis batang
Macam-macam jenis batang: (Rosanti, 2013)
1. Batang basah (herbaceus), mempunyai ciri-ciri: lunak,
berwama hijau, jaringan kayunya sedikit atau tidak sama
sekali, ukuran batang kecil dan berumur pendek.yaitu batang
yang lunak dan berair, misalnya pada bayam (Amaranthus
spinosus L.).

8
2. Batang berkayu (lignosus), yaitu batang yang biasa keras dan
kuat, karena sebagian besar terdiri atas kayu, yang terdapat pada
pohon-pohon (arbores) dan semak-semak (frutices) pada
umumnya.

3. Batang rumput (calmus), yaitu batang yang tidak keras.


Mempunyai ruas ruas yang nyata dan sering kali berongga,
misalnya pada padi (Oryza sativa L.).
4. Batang mendong (calamus), seperti batang rumput, tetapi
mempunyai ruas-ruas yang lebih panjang, misalnya pada mendong
(Fimbristylis globulosa Kunth.). Untuk arah tumbuh batang
walaupun seperti telah dikemukakan, batang (Rosanti, 2013).

D. Arah tumbuh batang

Umumnya tumbuh ke arah cahaya, meninggalkan tanah dan air, tetapi


mengenai arahnya dapat memperlihatkan variasi, dan bertalian dengan
sifat ini dibedakan batang yang tumbuhnya: (Rosanti, 2013)
a. Tegak lurus (erectus), yaitu jika arahnya lurus ke atas, misalnya
papaya (Carica papaya L.).

b. Menggantung (dependens, pendulus), ini tentu saja hanya mungkin


untuk tumbuhan-tumbuhan yang tumbuhnya di lereng-lereng atau tepi
jurang. misalnya Zebrina pendula Schnitzl.

9
c. Berbaring (humifusus), jika batang terletak pada permukaan tanah,
hanya ujungnya saja yang sedikit membengkok ke atas, misalnya pada
semangka (Citrullus vulgaris).

d. Menjalar atau merayap (repens), batang berbaring, tetapi dari buku


bukunya keluar akar-akar, misalnya batang ubi jalar (Ipomoea
batatas).

e. Serong ke atas atau condong (ascendens), pangkal batang seperti


hendak berbaring, tetapi bagian lainnya lalu membelok ke atas,
misalnya pada kacang tanah (Arachis hypogaea).

f. Mengangguk (nutans), batang tumbuh tegak lurus ke arah atas, tetapi


ujungnya lalu membengkok kembali ke bawah, misalnya pada bunga
matahari (Helianthus annuus).

10
g. Memanjat (scandens), yaitu jika batang tumbuh ke atas dengan
menggunakan penunjang. Penunjang dapat berupa benda mati ataupun
tumbuhan lain, dan pada waktu naik ke atas batang menggunakan
alat-alat khusus untuk berpegangan pada penunjangnya ini, misalnya
dengan akar pelekat, akar pembelit, cabang pembelit, dan lain
sebagainya.

h. Membelit (volubilis), jika batang naik ke atas dengan menggunakan


penunjang seperti batang yang memanjat, akan tetapi tidak
dipergunakan alat-alat yang khusus, melainkan batangnya sendiri naik
dengan melilit penunjangnya.

E. Bentuk dan permukaan batang


Bentuk batang sendiri biasanya dilihat dari penampang melintangnya.
Berdasarkan hal ini dibedakan menjadi: (Tjitrosoepomo, 2020)
a. Batang bulat (teres), jika penampang melintangnya menunjukkan bangun
lingkaran. Misalnya bambu (bambusa sp.), kelapa (Cocos nucifera L.)

11
b. Batang bersegi (angularis), terbagi atas 2 jenis:
1. Batang segitiga (triangularis), jika penampang melintangnya batang
menunjukkan bangun segitiga. Misalnya batang teki (Cyperus rotundus)

2. Batang segi empat (quadrangularis), jika penampang melintangnya


batang menunjukkan bangun segi empat. Misalnya batang markisah
(Passiflora quadrangularis).

c. Untuk batang pipih, penampang melintang batang yang terlihat biasanya


berbentuk clips atau setengah lingkaran. Misalnya pada jakang
(Muehlenbeckia platyclada Meissn)

F. Dilihat dari permukaannya batang tumbuh-tumbuhan juga memperlihatkan sifat


yang bermacam-macam yaitu: (Tjitrosoepomo, 2020)
a. licin (laevis), misalnya batang jagung (Zea mays L.)

b. berusuk (costatus), jika permukaannya terdapat rigi-rigi yang membujur ,


misalnya iler (Coleus scutellarioides Benth)

12
c. beralur (sulcatus), jika membujur batang terdapat alur-alur yang jelas,
misalnya pada Cereus peruvianus (L) Haw.

d. bersayap (alatus), biasanya pada batang yang bersegi,tetapi pada sudut-


sudutnya terdapat pelebaran yang tipis, misalnya pada ubi (Dioscorea alata
L.) dan markisah (passiflora quadrangularis L.)

e. berambut (pilosus), seperti misalnya pada tembakau (Nicotiona tabacum L.)

f. berduri (spinosus) misalnya pada mawar (Rosa sp.)

g. memperlihatkan bekas-bekas daun misalnya pada pepaya (Carica muficera


L.) kelapa (Cocos nucifera L.)

13
h. memperlihatkan bekas-bekas daun penumpu misalnya nangka (Artocarpus
integra Merr.) keluwih (Artocarpus communis Forst.)

i. memperlihatkan lentisel, misalnya pada sengon (Albizzia stipulala Boiv)

j. dengan keadaan-keadaan lain, misalnya lepasnya kerak (bagian kulit yang


mati). Seperti terlihat pada jambu biji (Psidium giajava L.) dan pohon kayu
putih (Melaleuca leucadendrom L.)

G. Bentuk percabangan batang


Macam-macam bentuk percabangan batang: (Tjitrosoepomo, 2020)
1. Percabangan monopodial, yaitu jika batang pokok selalu tampak jelas,
karena lebih besar dan lebih panjang (lebih cepat pertumbuhannya)
daripada cabang-cabangnya, misalnya pohon cemara (Casuaria
eguisetifolia L.).

14
2. Percabangan simpodial, batang pokok sukar ditentukan, karena dalam
perkembangan selanjutnya mungkin lalu menghentikan pertumbuhannya
atau kalah besar dan kalah cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan
cabangnya, misalnya pada sawo manila (Achras zapota L.).

3. Percabangan menggarpu atau dikotom, yaitu cara percabangan, yang


batang setiap kali menjadi dua cabang yang sama besarnya, misalnya
paku andam (Gleichenia linearis Clarke).

H. Anatomi pada batang


Batang tumbuhan merupakan bagian yang menghubungkan amat
penting, karena sebagai pendukung tubuh tumbuhan, alat transportasi air,
mineral, dan bahan-bahan makanan serta tempat tumbuhnya cabang,
daun, dan bunga. Struktur batang juga kompleks seperti struktur anatomi
akar, tetapi struktur batang lebih banyak difungsikan sebagai penyalur
atau pembawa nutrisi dari akar menuju daun (Phelan, 2011). Struktur
anatomi batang tumbuhan antara monokotil dan dikotil berbeda,
sebagaimana gambar berikut:

(Sumber: Ramdhini dkk, 2021)

15
Perbedaan sruktur batang pada tumbuhan monokotil dan dikotil:
a. Batang dikotil
Pada batang dikotil muda terdapat tiga daerah yaitu epidermis,
korteks dan jaringan vaskuler (stele). Epidermis terdiri dari selapis sel
dan merupakan bagian terluar batang. Daerah di sebelah dalam
epidermis adalah korteks, dan pada bagian dalam korteks dibatasi
oleh perisikel. Korteks terbagi menjadi dua daerah yaitu daerah
kolenkim dan daerah parenkim. Kolenkim menempati posisi di
bawah epidermis, dan parenkim di sebelah dalam kolenkim. Stele
terdiri atas perisikel, berkas vaskuler dan empulur. Berkas vaskuler
tersusun melingkar. Masing-masing berkas terdiri atas xilem,
kambium dan floem. (Ketut, 2016).
Sedangkan Menurut Cutler. et. al. (2007) dalam Silalahi M,
Adinugraha F. (2019), Pada tumbuhan dikotil di antara xilem dan
floem terdapat jaringan kambium. Kambium merupakan jaringan
meristematis dan aktif membelah yang dikenal dengan meristem
lateral mengakibatkan batang bertambah diameternya. Aktivitas
pembelahan kambium akan mengakibatkan terbentuknya xilem
sekunder kearah dalam dan floem sekunder ke arah luar. Pada batang
dewasa kulit kayu (barak dibangun oleh tiga jenis jaringan yaitu
jaringan gabus (cork), kambium gabus (cork cambium) dan floem
sekunder. Aktivitas dari kambium akan membentuk lingkaran tahunan.
Lingkaran tahunan merupakan lingkaran yang dibentuk oleh aktivitas
pembelahan jaringan kambium selama setahun.
b. Batang monokotil
Batang monokotil sama dengan batang dikotil, memiliki
epidermis, korteks dan jaringan vaskuler (stele). Korteks bisa
berkembang baik atau tidak nyata. Struktur dan susunan berkas
vaskuler terutama yang membedakan batang dikotil dan monokotil.
Berkas vaskuler tersebar, termasuk juga pada empulur sehingga tidak
ada batas yang jelas antara korteks dan empulur. Berkas vaskuler

16
monokotil tidak memiliki kambium, sehingga tidak mengalami
penebalan sekunder. Masing-masing berkas vaskuler diselubungi
selubung berkas pengangkut yang tersusun dari jaringan sklerenkim
(Ketut, 2016).

Anatomi batang secara umur terdiri atas: (Ramdhini dkk, 2021)


a. Epidermis
Jaringan epidermis terdiri dari sel-sel yang tipis, tersusun rapat
dan umumnya berbentuk persegi, sering dilapisi kutikula pada bagian
dinding sel bagian luar. Sel epidermis dijumpai pada batang yang
masih muda, bila telah rusak maka fungsi sel epidermis diambil alih
oleh periderm (hypodermis). Pada batang yang mampu berfotosintesa
dijumpai stomata, yang kelak berkembang menjadi lentisel, sedang
batang yang masih muda dijumpai trikomata (glanduler maupun non
glanduler). Tumbuhan yang telah mengalami pertumbuhan sekunder,
jaringan epidermis pada bagian akar maupun batang akan digantikan
oleh jaringan gabus (periderm), sehingga mampu memberikan
perlindungan yang kuat terhadap jaringan di bawahnya dan
mengakibatkan permukaan akar atau batang tumbuhan menjadi kasar
(Britannica, 2014).

(Sumber: Ramdhini dkk, 2021)


Jaringan epidermis pada bagian permukaan dilapisi oleh sel yang
disebut kutikula. Kutikula merupakan suatu jenis protein yang ada
pada serangga dan menyusun kerangka luar, yaitu zat kitin.
Permukaan kutikula biasanya terdapat zat lilin yang bersifat
hidrofobik/tidak disukai air, hal tersebut menyebabkan batang

17
tumbuhan akan mengkilap ketika terkena cahaya. Pertumbuhan
sekunder pada bagian akar dan batang tumbuhan menyebabkan
munculnya pori-pori kecil yang dinamakan lentisel. Lentisel
berfungsi sebagai tempat pertukaran gas antara jaringan dalam dan
lingkungan luar. Lentisel adalah jaringan berpori, memiliki sel
dengan ruang antar sel yang besar di periderm tanaman berbunga
dikotil. Di sisi lain, keberadaan lentisel ditemukan secara melingkar
di seluruh permukaan batang, memanjang atau oval pada kedua
batang dan akar (Ramdhini dkk, 2021).

(Sumber: Ramdhini dkk, 2021)


b. Korteks
Terutama tersusun dari sel parenkim yang berdinding tipis dan
merupakan jaringan dasar dengan letak sel yang tidak teratur. Di
Daerah peripir (pinggir) kadang-kadang terdapat kolenkim yang
berkelompok atau membentuk lingkaran tertutup. Jaringan
sklerenkim berbentuk serabut, bisa sendiri sendiri atau berkelompok.
Kortek dapat berisi tepung, kristal atau zat lainnya, tetapi terkadang
terdapat idioblas berupa sel minyak, ruang lender, sel lender, sel
Kristal, kelenjar minyak, sel hars, saluran gom, saluran lender. Bagian
kortek paling dalam disebut endodermis atau fluoeterma atau sarung
tepung. Penyebutan tersebut karena kortek terdiri atas selapis sel yang
membentuk lingkaran dan berisi tepung. Endodermis pada batang
yang telah dewasa (tua) tidak tampak lagi karena telah rusak/mati,
sebab diganti oleh jaringan lain dari daerah stele (Ramdhini dkk,

18
2021).
c. Endodermis
Jaringan endodermis adalah jaringan yang menandai batas dalam
kortek yang berfungsi sebagai berkas pengangkut. Susunan
endodermis pada tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil
memiliki beberapa perbedaan. Jaringan pengangkut sangat diperlukan
oleh tumbuhan, hal tersebut guna mengangkut hasil serapan nutrisi
dari akar menuju ke daun untuk proses fotosintesis. Hasil fotosintesis
kemudian diangkut kembali untuk diedarkan ke seluruh tubuh
tumbuhan untuk dimanfaatkan, sisanya akan disimpan. Simpanan
atau cadangan makanan pada tumbuhan inilah yang dapat dikonsumsi
oleh manusia (Ramdhini dkk, 2021).
Jaringan pengangkut (vaskuler) terdiri atas xylem dan floem. Xylem
berfungsi mengangkut air dan zat – zat lain dari akar menuju daun.
Floem berfungsi mengangkut makanan hasil fotosintesis dari daun ke
seluruh tubuh tumbuhan. Berikut gambar xylem dan floem:

(Sumber: Ramdhini dkk, 2021)


d. Stele
Stele atau silinder vaskuler adalah jaringan pada batang tumbuhan
vaskuler di bagian tengah, terdiri dari jaringan vaskuler, jaringan
dasar, seperti empulur dan sinar meduler, dan pericycle. Pericycle
dianggap mewakili lapisan terluar dari stele yang berbatasan dengan
korteks. Stele dianggap mencerminkan arah evolusi sistem vaskular
pada tumbuhan hal tersebut karena banyak jenis stele yang dapat
ditemukan di berbagai jenis tanaman yang sama (Ramdhini dkk,

19
2021).
B. Taksonomi Batang
a. Kunyit (Curcuma domestica val.) (Kumar & Sunnil, 2013)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liopsida
Subclass : Zingiberidae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica val.
b. Pisang (Musa paradisiaca) (Kaleka, 2013).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledonae
Ordo : Musales
Family : Musaceae
Genus : Musa
Species : Musa paradisiaca L.
c. Telang (Clitoria ternatea L.) (Budiasih, 2017)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Clitoria
Species : Clitoria ternatea L.
d. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) (Putriana, 2018)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida

20
Ordo : Geraniales
Family : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Species : Averrhoa bilimbi L.

BAB III
METODE KERJA
A. Alat
a. Alat tulis menulis (Greebel)
b. Buku panduan (Jurnal/literatur)
c. Cover glass (One Lab)
d. Cutter/ silet (Kenko L-500)
e. Mikroskop (Olympus C×21)
f. Object glass (One Lab)
B. Bahan
a. Alkohol 70% (One Med)
b. Aquadest (One Lab)
c. Batang Pisang (Musa paradisiaca)
d. Batang Kunyit (Curcuma domestica val.)
e. Batang Telang (Clitoria ternatea L.)
f. Batang Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
C. Cara kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah:
a. Morfologi Batang
1. Ditulis nama sampel dan nama latinnya pada lembar kerja.
2. Ditentukan batang monokotil atau dikotil
3. Digambar bentuk sampel batang tanaman
4. Ditentukan parameter morfologi batang

21
5. Dicatat hasil pengamatan pada lembar kerja
b. Anatomi Batang
1. Disiapkan Alat dan Bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan kaca preparat dan kaca penutup menggunakan alkohol
70%
3. Disayat sampel batang tanaman secara melintang dan membujur
4. Diletakkan sayatan diatas kaca preparat kemudian ditetesi aquadest
5. Ditutup menggunakan kaca penutup, dan diamati di mikrosop.

22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
a. Morfologi batang
Gambar Sampel Parameter Keterangan bagian

Batang Kunyit 1. Batang berkayu/tidak 1. Tidak berkayu (herbaceus)


(Curcuma domestica val.) 2. Bentuk batang 2. Bulat (teres)
3. Permukaan batang 3. licin (laevis)
4. Arah tumbuh batang 4. Tegak lurus (erectus)
5. Bentuk percabangan 5. Monopodial
6. Monokotil/ dikotil 6. Monokotil

Batang Pisang 1. Batang berkayu/tidak 1. Tidak berkayu (herbaceus)


(Musa paradisiaca) 2. Bentuk batang 2. Bulat, silindris (teres)
3. Permukaan batang 3. licin (laevis)
4. Arah tumbuh batang 4. Tegak lurus (erectus)
5. Bentuk percabangan 5. Simpodial
6. Monokotil/ dikotil 6. Monokotil

Batang Telang 1. Batang berkayu/tidak 1. Tidak berkayu (herbaceus)


(Clitoria ternatea L.) 2. Bentuk batang 2. Bulat (teres)
3. Permukaan batang 3. Licin (laevis)
4. Arah tumbuh batang 4. Membelit ke kiri
5. Bentuk percabangan (sinistrorsum volubilis)
6. Monokotil/ dikotil 5. Monopodial semu
6. Monokotil

23
Batang Belimbing Wuluh 1. Batang berkayu/tidak 1. Berkayu (lignosus)
(Averrhoa bilimbi L.) 2. Bentuk batang 2. Bulat (teres)
3. Permukaan batang 3. Kasar/berbenjol
4. Arah tumbuh batang 4. Tegak lurus (erectus)
5. Bentuk percabangan 5. Simpodial
6. Monokotil/dikotil 6. Dikotil

b. Anatomi Akar
Gambar dan fungsi sesuai hasil pengamatan Gambar sesuai sumber pustaka

Batang kunyit
(Curcuma domestica val.)
Sayatan Melintang

Epidermis Silem
Floem

Curcumin Dinding sel


Parenkim

24
Pembesaran 10 × 0,25
Membujur

Sumber: Kusmiadi, 2008


Senyawa curcumin
Artikel Kunyit (Curcuma domestica val)
Pembesaran 10 × 0,25

Batang Pisang
Sayatan Melintang

Xilem Floem Slerenkim

Keterangan:
A: Xylem; B: sel parenkim; C: floem; D:
sklerenkim; E: sklerenkim sheath; F:
epidermis; G: aerenkim.

Epidermis Parenkim

25
Pembesaran 10 × 0,25 Membujur

Membujur

Sumber: Anjasmara, 2019, Jurnal Studi


Sel parenkim Keragaman Morfologi dan Anatomi
Petiole (Tangkai Daun) Dari Pisang
Pembesaran 10×0,25 Kepok (Musa Paradisiaca L.)

26
Batang Telang
Sayatan Melintang

Epidermis
Kolenkim Slerenkim

Co = Kolenkim,Ep = Epidermis, Pa =
Parenkim, Ph = Floem, Sc = Sklerenkim,
Xy = Xilem
Sumber: Sombat dkk, 2023, Jurnal
perbandingan anatomi 7 Family jenis
Floem Xylem Parenki
angiospermae.
Batang Belimbing Wuluh
Sayatan Melintang

Kambium Floem
Sayatan Melintang

27
Keterangan: VSH Rambut sessile
Rambut sessile vaskular vesikular, CE Cutinised Epidermis, PF
Pembesaran: 4× 0,10 Pericyclic Fibres, PP Primary Floem,
Serat Phloem PHF, Parenkim Xilem XP,
Pembuluh Berjajar RV- Radial, PT Pith,
Kristal Soliter SC.
Sumber: Hari N., 2021 Jurnal Studi
Perbandingan Morfologi-Anatomi Daun,
Batang Pada Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) dan Belimbing
Bintang (Averrhoa carambola L.

B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan identifikasi terhadap “Morfologi dan
Anatomi Batang”. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal dan
mengetahui bagian-bagian morfologi dan anatomi batang. Sehingga dapat
menentukan bagian-bagian apa saja yang terdapat dalam batang.
Batang (caulis) merupakan bagian yang tumbuhan yang amat penting,
karena sebagai pendukung tubuh tumbuhan, alat transportasi air, mineral, dan
bahan-bahan makanan serta tempat tumbuhnya cabang, daun, dan bunga. Sruktur
batang juga kompleks seperti sruktur anatomi akar, tetapi sruktur batang lebih
banyak difungsikan sebagai penyalur atau pembawa nutrisi dari akar menuju ke
daun (Ramdhini dkk, 2021).

28
Adapun batang yang diamati morfologi dan anatominya pada praktikum
kali ini adalah batang kunyit (Curcuma domestica val), batang pisang (Musa
paradisiaca), batang telang (Clitoria ternatea L.), dan batang belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.).
Morfologi pada batang kunyit (Curcuma domestica val) berdasarkan hasil
pengamatan adalah memiliki batang tidak berkayu (herbaceus), dengan bentuk
batang bulat silindris (teres), permukaan batang yang licin (leavis), batang yang
tegak lurus ke atas (erectus), dan bentuk percabangan yang monopodial.
Hal ini sesuai dengan literatur, karakter morfologi batang pada tanaman
kunyit, batang kunyit termasuk kedalam batang semu yang memiliki sruktur
meilputi pelepah daun yang saling menutupi dan berbalut satu sama lain. Bentuk
batang semu berbentuk bulat dan memiliki warna hijau pucat, batang kunyit
memiliki percabangan yang monopodial dengan permukaan yang licin, batang
kunyit bertekstur basah. Pertumbuhan batang kunyit tegak lurus menghadap ke
atas, dan batang semu ini akan bermodifikasi menjadi bentuk rimpang (Larasati
dkk., 2018).
Hasil pengamatan anatomi pada batang kunyit (Curcuma domestica val)
dengan sayatan melintang, didapati bagian epidermis pada bagian terluar
penampang batang, xilem dan floem yang saling berdekatan dan menyerbar
diseluruh penampang batang, sel parenkim, dan dinding sel, dan senyawa
curcumin pada batang kunyit. Sedangkan pada hasil pengamatan dengan sayatan
membujur, dapat dilihat dengan jelas bentuk senyawa curcumin yang berwarna
kekuning-kuningan dan penampang batangnya mirip seperti ciri tumbuhan
monokotil.
Hal ini sesuai dengan literatur, batang kunyit dengan sayatan melintang
didapati bagian epidermis yang merupakan bagian terluar dari batang, korteks
yang merupakan suatu daerah yang terletak diantara epidermis dan berkas
pengangkut, Korteks tersusun atas jaringan-jaringan parenkim, pada sel-sel
perenkim di dalamnya berisi suatu pigmen yang berwarna kuning yang disebut
kurkumin, berkas pembuluh pada batang kunyit terdiri dari xylem dan floem
yang bertipe kolateral tertutup. Tumbuhan kunyit merupakan tumbuhan

29
monokotil yang tidak mempunyai kambium yang pertumbuhannya tidak
dipengaruhi oleh penambahan jaringan baru (Kusmiadi, 2008).
Morfologi pada batang pisang (Musa paradisiaca) berdasarkan hasil
pengamatan adalah memiliki batang yang tidak berkayu (herbaceus), dengan
bentuk batang bulat silindris (teres), permukaan batang yang licin (leavis),
batang yang tegak lurus ke atas (erectus), dan bentuk percabangan simpodial.
Hal ini sesuai dengan literatur, batang pisang merupakan batang semua,
yang terdiri dari pelepah-pelepah daun yang tersusun secara teratur, pecabangan
tanaman yag bertipe simpodial. Dengan bentuk batang yang bulat licin serta arah
pertumbuhan yang tegak, dan bentuk percabangan simpodial (Kaleka, 2013).
Hasil pengamatan pada anatomi batang pisang (Musa paradisiaca)
dengan sayatan melintang, didapati bagian epidermis pada bagian terluar batang,
slerenkim, sel parenkim, dan xylem, floem yang saling berdekatan. Sedangkan
pada sayatan membujur didapati sel parenkim yang dapat diamati dengan jelas.
Hal ini sesuai dengan literatur, anatomi pada batang pisang tersusun atas
3 jaringan yaitu, epidermis, parenkim, dan berkas pengangkut (Sunandar &
Kahar, 2018). Sruktur anatominya terdiri dari lapisan epidermis pada bagian
paling luar, kemudian terdapat jaringan parenkim yang tersebar hampir diseluruh
bagian, ditemukan pula jaringan pengangkut dan ikatan pembuluh berupa xylem
dan floem yang dikelilingi oleh selubung slerenkim yang dapat dilihat dibawah
bagian epidermis. Tanaman pisang memiliki tipe batang monokotil (Anjasmara,
2019).
Morfologi pada batang telang (Clitoria ternatea L.) berdasarkan hasil
pengamatan adalah merupakan batang tidak berkayu (herbaceus) dengan bentuk
yang bulat (teres), permukaan yang licin (leavis), arah tumbuh yang membelit ke
kiri (sinistrorsum volubilis) yang berlawanan dengan arah jarum jam, dan bentuk
percabangan monopodial semu.
Hal ini sesuai dengan literatur, kembang telang adalah tenaman memanjat,
melata, atau tak beraturan dengan rimpang berkayu. Memiliki tipe batang basah
(herbaceous), bentuk batang bulat dan pada permukaannya memiliki rambut-
rambut kecil. Arah tumbuhnya membelit ke kiri (sinistrorsum volubilis) karena

30
arah belitan yang berlawanan arah putaran jarum. Percabangan monopodial
(Wahyuni, 2018).
Hasil pengamatan anatomi pada batang telang (Clitoria ternatea L.)
dengan sayatan melintang didapati bagian epidermis pada bagian terluar batang,
kolenkim setelah bagian epidermis, slerenkim, sel parenkim yang menyebar
diseluruh permukaan batang, pembuluh angkut yang terdiri dari floem yang
berdempetan dengan bagian slerenkim, serta bagian xylem yang terdapat
setelahnya.
Hal ini sesuai dengan literatur, tanaman telang memiliki batang dengan
karakteristik anatomi yang mempunyai bagian epidermis yang terdiri dari sel-sel
yang berbentuk persegi, dibawah jaringan epidermis terdapat bagian kolenkim
yang tersusun melingkar mengelilingi batang. Lapisan kortikal mempunyai
jaringan parenkim yang relatif sempit. Berbagai jaringan yang tersusun dari luar
ke dalam yang terdiri dari sklerenkim, floem, kambium dan xylem. Xylem
tersusun dalam barisan radial dengan diselingi jaringan slerenkim, tanaman telang
merupakan batang dengan penampang monokotil (Sombat, 2023).
Morfologi pada batang belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) berdasarkan
hasil pengamatan adalah memiliki batang yang berkayu (lignosus), bentuk batang
bulat (teres), permukaan batang yang kasar/ berbenjol, arah tumbuh batang yang
tegak lurus (erectus), dan bentuk percabangan monopodial.
Hal ini sesuai dengan literatur, belimbing wuluh memiliki batang berkayu
yang tidak begitu besar, memiliki percabangan yang tidak begitu besar, dan
batangnya yang berbenjol-benjol, arah tumbuh batang yang tegak lurus ke atas
dengan bentuk penampang batang yang bulat, bentuk percabangan simpodial dan
merupakan jenis tanaman dikotil (Putriana, 2018).
Hasil pengamatan anatomi pada batang belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi
L.) ditemukan bagian kambium, berkas pengangkut berupa floem, dan rambut
sessile vaskular. Hal ini sesuai dengan literatur, karakteristik anatomi pada batang
belimbing terdiri dari epidermis, serabut perisiklik, dan serabut floem, parenkim
xylem yang sangat tebal dan berdinding kalium kristal oksalat, serta adanya
rambut sessile vaskular yang ditemukan pada permukaan batang (Hari N., 2021).

31
Hasil yang ditemukan dari pengamatan anatomi pada batang belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) terbilang cukup sedikit, hal ini mungkin dipengaruhi oleh
sayatan yang terlalu tebal, dan sampel batang yang sudah kering saat digunakan.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hasil pengamatan morfologi dan anatomi pada batang kunyit (Curcuma
domestica val) memiliki ciri seperti tumbuhan monokotil.
2. Hasil pengamatan morfologi dan anatomi pada batang pisang (Musa
paradisiaca) memiliki ciri seperti tumbuhan monokotil.
3. Hasil pengamatan morfologi dan anatomi pada batang telang (Clitoria
ternatea L.) memiliki ciri seperti tumbuhan monokotil.

32
4. Hasil pengamatan morfologi dan anatomi pada batang belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) memiliki ciri seperti tumbuhan dikotil.
B. Saran
1. Untuk praktikan agar lebih serius dalam mengikuti praktikum,
mempersiapkan jurnal acuan untuk setiap sampel tumbuhan yang akan
diamati, agar mempermudah dalam pengamatan.

DAFTAR PUSTAKA
Anjasmara, G. P. (2019). Studi Keragaman Struktur Morfologi dan Anatomi
Petiole (Tangkai Daun) Dari Berbagai Kultivar Pisang Kepok (Musa
Paradisiaca L.).
Budiasih, K.S. (2017). Kajian Petonsi Farmakologis Bunga Telang (Clitoria
ternatea). Di dalam: Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk
Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era Global. Prosiding
Seminar Nasional Kimia. Ruang Seminar FMIPA UNY: 10 September
2023. Hal: 201-206.

33
Erdiandini, (2021).Teknologi Fermentasi. Medan:Yayasan Kita Penulis.
Hari N., (2021). Studi Perbandingan Morfologi-Anatomi Daun, Batang Pada
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dan Belimbing Bintang (Averrhoa
carambola L.). Jurnal Penelitian Sains International Volume 7.
Johnson K, et al., (2014),’ Mimosa Pudica Linn-A Shyness Princess: A Review of
Its Plant Movement, Active Constituents, Uses and Pharmacological
Activity’, Johnson et al, IJPSR, 5(12), pp: 5104-5118.
Kaleka, N. (2013). Pisang-pisang Komersial. Solo. Arcita.
Kusdianti, R. (2013). Handout Mortum, Website: http://file.upi.edu/Direktori/
FPMIPA/JUR. PEND. BIOLOGI/196402261989032- R.
KUSDIANTI/Handout mortum 1.pdf. Diakses pada hari Kamis, tanggal 22
September 2023 pada pukul 19,00 Wita.
Kusmiadi R., (2008). Artikel Kunyit (Curcuma domestica val). Universitas
Bangka Belitung.
Larasati, E., Jayati, R. D., & Widiya, M. (2018). Karakterisasi morfologi dan
anatomi kunyit (Curcuma domestica) berdasarkan perbedaan ketinggian
tempat sebagai booklet untuk mata kuliah morfologi dan anatomi
tumbuhan, pendidikan biologi. STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Putriana, A., (2018). Ekstrak Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
Sebagai Ovsida Keong Mas (Pomacea canaliculata L.) Sebagai alternatif
Sumber Belajar Biologi SMA Kelas X Materi Pencemaran Lingkungan.
Universitas Tarbiyah dan Keguruan.
Ramdhini N.R. dkk., (2021). Anatomi Tumbuhan. Medan. Yayasan Kita Menulis.
Rosanti, Dewi. (2013). Morfologi Tumbuhan, Jakarta: Erlangga.
Sombat, Hamkrasri, Phaenark, (2023). Anatomi Perbandingan Beberapa Jenis
Tumbuhan Angiospermae Dari 7 Family. Jurnal Sains Burapha Tahun 28
(Edisi 1).
Sunandar, A., & Kahar, A. P. (2018). Karakter Morfologi Dan Anatomi Pisang
Diploid Dan Triploid. Scripta Biologica, 5(1), 31-36. Retrieved from
HTTPS://DOI.ORG/10.20884/1.SB.2018.5.1.718.

34
Tjitrosoepomo, Gembong. (2020). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjahmada
University Press.
Wahyuni, Cora, Sukarya, (2018). The Unity Of Kembang Telang. Karya Ilmiah ISI
Denpasar.

35
LAMPIRAN
a) Alat

Alat Mikroskop Preparat & Cover Glass


b) Sampel

Batang Kunyit Batang Pisang


(Curcuma domestica val.) (Musa paradisiaca)

Batang Telang Batang Belimbing Wuluh


(Clitoria ternatea L.) (Averrhoa bilimbi L.)

36
c) Proses Praktikum

Pengamatan morfologi batang Proses identifikasi morfologi batang

Proses menyayat sampel batang Sampel diletakan diatas preparat

Sampel ditetesi aquadest Proses pengamatan dimikroskop

Hasil Pengamatan dicatat

37

Anda mungkin juga menyukai