DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV
KELAS 2C
AZMI RAUDATHUL JANNAH SALEH 754840122072
FITRAH MARTIANA ZULKIFLI 754840122077
HAZHIYAH AGUSTINA HUNAWA 754840122078
MOHAMAD AFIAT SAUD 754840122081
PUTRI SRI FATMAWATY ZEES 754840122088
RAHMATIYA NYURA 754840122090
STELA FINASTI MILE 754840122096
PEMBIMBING: SITTI RHOMLAH JAHJA, S.Farm, Apt.
Gorontalo, 29 September
2023
Kelompok IV
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Tujuan Praktikum............................................................................... 2
C. Prinsip Praktikum............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 3
A. Dasar Teori......................................................................................... 3
B. Taksonomi Tumbuhan........................................................................ 10
BAB III METODE PRAKTIKUM............................................................... 12
A. Alat dan Bahan................................................................................... 12
B. Prosedur Kerja.................................................................................... 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 13
A. Hasil Pengamatan.............................................................................. 13
B. Pembahasan........................................................................................ 18
BAB V PENUTUP........................................................................................... 22
A. Kesimpulan........................................................................................ 22
B. Saran................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 23
LAMPIRAN.................................................................................................... 25
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini terdapat ratusan bahkan sampai ribuan tumbuhan yang tumbuh
dan berkembang di wilayah indonesia, tumbuhan tersebut tumbuh dan
berkembang secara pesat di seluruh wilayah indonesia, begitupun dengan ilmu
yang mempelajarinya. Ilmu pengetahuan tentang tumbuhan pada waktu
sekarang telah mengalami kemajuan yang sedemikian pesat, hingga bidang-
bidang pengetahuan yang semula hanya merupakan cabang-cabang ilmu
tumbuhan, sekarang ini telah menjadi ilmu yang berdiri sendiri
(Tjitrosoepomo, 2020).
Dari berbagai cabang ilmu tumbuhan yang sekarang telah berdiri
sendiri adalah morfologi tumbuhan. Morfologi tumbuhan yang mempelajari
bentuk dan susunan tubuh tumbuhan sedemikian rupa hingga dipisahkan
menjadi 2 bagian yaitu; morfologi luar atau morfologi dalam artian yang
sempit dan morfologi dalam atau anatomi tumbuhan (Tjitrosoepomo, 2020).
Morfologi tumbuhan adalah cabang ilmu yang mempelajari bentuk fisik dan
sruktur tubuh dari tumbuhan, morfologi berasal dari bahasa latin yang berarti
morphus yang berarti wujud atau bentuk. Untuk memudahkan dalam
mengklasifikasi jenis tumbuhan, bentuk morfologi salah satu indikator yang
sangat besar perannya untuk mengidentifikasi tumbuhan (Tjitrosoepomo,
2020).
Sedangkan anatomi tumbuhan merupakan cabang ilmu yang
mempelajari sruktur tumbuhan secara mikroskopis, anatomi sendiri disebut
juga ilmu urai, pembahasan terkait yang lebih rinci dari setiap sruktur
tumbuhan yang dalam hal ini dijadikan pelengkap ilmu morfologi tumbuhan
yang hanya mempelajari bentuk dan susunan tumbuhan (Erdiandini I., 2021).
Batang merupakan sumbu dengan daun yang melekat padanya.
Diujung sumbu titik tumbuhnya, batang dikelilingi daun muda dan menjadi
tunas terminal. Dibagian batang yang lebih tua, yang daunnya saling
berjauhan, buku (nodus) tempat daun melekat pada batang dapat dibedakan
4
dari ruas (internodus), yakni dibagian batang antara dua buku yang berturutan.
Di ketiak daun biasanya terdapat tunas ketiak. Bergantung pada pertumbuhan
ruas dapat dibedakan beberapa macam bentuk tumbuhan. Batang bisa
memperlihatkan sumbu yang memanjang dengan buku dan ruas yang jelas.
Sebaliknya, batang juga dapat amat pendek dan letak daunnya merapat
membentuk roset. Taraf percabangan yang terjadi jika tunas ketiak tumbuh
menjadi ranting menambah keragaman bentuk. Berkaitan dengan habitat
tumbuhan dibedakan batang yang tumbuh dibawah tanah (rhizoma, umbi
lapis, atau umbi batang), didalam air atau didarat. Batang juga ada yang
tegak, memanjat, atau merayap. Ragam lain adalah susunan daun pada batang,
ada atau tidaknya tunas ketiak yang tumbuh menjadi cabang, serta taraf
percabangan bila ada (Kusdianti, 2013).
Batang tumbuhan merupakan bagian yang tumbuhan yang amat
penting, karena sebagai pendukung tubuh tumbuhan, alat transportasi air,
mineral, dan bahan-bahan makanan serta tempat tumbuhnya cabang, daun, dan
bunga. Sruktur batang juga kompleks seperti sruktur anatomi akar, tetapi
sruktur batang lebih banyak difungsikan sebagai penyalur atau pembawa
nutrisi dari akar menuju ke daun (Ramdhini dkk, 2021).
Berdasarkan uraian diatas, maka penting untuk dilakukan praktikum
Farmakognosi dengan judul praktikum morfologi dan anatomi batang agar
praktikan mampu mengamati dan mengidentifikasi morfologi dan anatomi
pada batang.
B. Tujuan Praktikum
a. Untuk mengamati morfologi dan anatomi batang kunyit (Curcuma
domestica val.)
b. Untuk mengamati morfologi dan anatomi batang pisang (Musa
paradisiaca)
c. Untuk mengamati morfologi dan anatomi batang telang (Clitoria ternatea
L.)
d. Untuk mengamati morfologi dan anatomi belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi L.)
5
C. Prinsip Praktikum
a. Pengamatan morfologi dan anatomi pada batang kunyit (Curcuma
domestica val.)
b. Pengamatan morfologi dan anatomi pada batang pisang (Musa
paradisiaca)
c. Pengamatan morfologi dan anatomi pada batang telang (Clitoria ternatea
L.)
d. Pengamatan morfologi dan anatomi pada batang belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.)
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
Batang merupakan organ tumbuhan yang tak kalah penting dengan
akar dan daun. Kedudukan batang bagi tumbuhan dapat disamakan dengan
rangka pada manusia dan hewan. Dengan kata lain, batang merupakan
sumbu tubuh tumbuhan. Batang tumbuh pada titik tumbuh, yaitu pada
meristem apeks (pucuk). Dari meristem tersebut dihasilkan pula bakal
daun yang mula-mula berbentuk tonjolan, kemudian berkembang lebih
cepat dari ujung batang itu sendiri, sehingga bakal daun menutupi
meristem apeks. Daerah pada batang yang menumbuhkan daun disebut
nodus (buku), sedangkan antara dua nodus disebut internodium (ruas).
Pada beberapa tumbuhan,terdiri dari sel-sel yang hanya sedikit tumbuh
memanjang, sedangkan ruasnya terdiri dari sel-sel yang jauh lebih panjang
(rumput, bambu, tebu). Kadang-kadang nodus jelas sekali karena daerah
ini membengkak (Kusdianti, 2013).
Batang merupakan organ tempat lintasan makanan hasil
fotosintesis yang diproduksi oleh daun, sebagian hasil fotosintesis tersebut
dibawa ke seluruh tubuh dan sebagian lagi di simpan pada batang sebagai
cadangan makanan. Batang akan terlihat dengan jelas pada saat berbunga.
Bila tumbuhan memasuki tahap pembungaan, dari tengah-tengah roset
tempat berkumpulnya daun akan muncul batang yang tumbuh cepat
dengan daun- daun yang tersusun jarang dan mendukung bunga-bunganya
(kusdianti, 2013).
A. Sifat-sifat batang
Beberapa Sifat Umum Batang Pada umumnya batang mempunyai sifat-
sifat berikut: (Rosanti, 2013)
7
mempunyai bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf,
artinya dapat dengan sejumlah bidang dibagi menjadi dua bagian
yang setangkup.
8
2. Batang berkayu (lignosus), yaitu batang yang biasa keras dan
kuat, karena sebagian besar terdiri atas kayu, yang terdapat pada
pohon-pohon (arbores) dan semak-semak (frutices) pada
umumnya.
9
c. Berbaring (humifusus), jika batang terletak pada permukaan tanah,
hanya ujungnya saja yang sedikit membengkok ke atas, misalnya pada
semangka (Citrullus vulgaris).
10
g. Memanjat (scandens), yaitu jika batang tumbuh ke atas dengan
menggunakan penunjang. Penunjang dapat berupa benda mati ataupun
tumbuhan lain, dan pada waktu naik ke atas batang menggunakan
alat-alat khusus untuk berpegangan pada penunjangnya ini, misalnya
dengan akar pelekat, akar pembelit, cabang pembelit, dan lain
sebagainya.
11
b. Batang bersegi (angularis), terbagi atas 2 jenis:
1. Batang segitiga (triangularis), jika penampang melintangnya batang
menunjukkan bangun segitiga. Misalnya batang teki (Cyperus rotundus)
12
c. beralur (sulcatus), jika membujur batang terdapat alur-alur yang jelas,
misalnya pada Cereus peruvianus (L) Haw.
13
h. memperlihatkan bekas-bekas daun penumpu misalnya nangka (Artocarpus
integra Merr.) keluwih (Artocarpus communis Forst.)
14
2. Percabangan simpodial, batang pokok sukar ditentukan, karena dalam
perkembangan selanjutnya mungkin lalu menghentikan pertumbuhannya
atau kalah besar dan kalah cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan
cabangnya, misalnya pada sawo manila (Achras zapota L.).
15
Perbedaan sruktur batang pada tumbuhan monokotil dan dikotil:
a. Batang dikotil
Pada batang dikotil muda terdapat tiga daerah yaitu epidermis,
korteks dan jaringan vaskuler (stele). Epidermis terdiri dari selapis sel
dan merupakan bagian terluar batang. Daerah di sebelah dalam
epidermis adalah korteks, dan pada bagian dalam korteks dibatasi
oleh perisikel. Korteks terbagi menjadi dua daerah yaitu daerah
kolenkim dan daerah parenkim. Kolenkim menempati posisi di
bawah epidermis, dan parenkim di sebelah dalam kolenkim. Stele
terdiri atas perisikel, berkas vaskuler dan empulur. Berkas vaskuler
tersusun melingkar. Masing-masing berkas terdiri atas xilem,
kambium dan floem. (Ketut, 2016).
Sedangkan Menurut Cutler. et. al. (2007) dalam Silalahi M,
Adinugraha F. (2019), Pada tumbuhan dikotil di antara xilem dan
floem terdapat jaringan kambium. Kambium merupakan jaringan
meristematis dan aktif membelah yang dikenal dengan meristem
lateral mengakibatkan batang bertambah diameternya. Aktivitas
pembelahan kambium akan mengakibatkan terbentuknya xilem
sekunder kearah dalam dan floem sekunder ke arah luar. Pada batang
dewasa kulit kayu (barak dibangun oleh tiga jenis jaringan yaitu
jaringan gabus (cork), kambium gabus (cork cambium) dan floem
sekunder. Aktivitas dari kambium akan membentuk lingkaran tahunan.
Lingkaran tahunan merupakan lingkaran yang dibentuk oleh aktivitas
pembelahan jaringan kambium selama setahun.
b. Batang monokotil
Batang monokotil sama dengan batang dikotil, memiliki
epidermis, korteks dan jaringan vaskuler (stele). Korteks bisa
berkembang baik atau tidak nyata. Struktur dan susunan berkas
vaskuler terutama yang membedakan batang dikotil dan monokotil.
Berkas vaskuler tersebar, termasuk juga pada empulur sehingga tidak
ada batas yang jelas antara korteks dan empulur. Berkas vaskuler
16
monokotil tidak memiliki kambium, sehingga tidak mengalami
penebalan sekunder. Masing-masing berkas vaskuler diselubungi
selubung berkas pengangkut yang tersusun dari jaringan sklerenkim
(Ketut, 2016).
17
tumbuhan akan mengkilap ketika terkena cahaya. Pertumbuhan
sekunder pada bagian akar dan batang tumbuhan menyebabkan
munculnya pori-pori kecil yang dinamakan lentisel. Lentisel
berfungsi sebagai tempat pertukaran gas antara jaringan dalam dan
lingkungan luar. Lentisel adalah jaringan berpori, memiliki sel
dengan ruang antar sel yang besar di periderm tanaman berbunga
dikotil. Di sisi lain, keberadaan lentisel ditemukan secara melingkar
di seluruh permukaan batang, memanjang atau oval pada kedua
batang dan akar (Ramdhini dkk, 2021).
18
2021).
c. Endodermis
Jaringan endodermis adalah jaringan yang menandai batas dalam
kortek yang berfungsi sebagai berkas pengangkut. Susunan
endodermis pada tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil
memiliki beberapa perbedaan. Jaringan pengangkut sangat diperlukan
oleh tumbuhan, hal tersebut guna mengangkut hasil serapan nutrisi
dari akar menuju ke daun untuk proses fotosintesis. Hasil fotosintesis
kemudian diangkut kembali untuk diedarkan ke seluruh tubuh
tumbuhan untuk dimanfaatkan, sisanya akan disimpan. Simpanan
atau cadangan makanan pada tumbuhan inilah yang dapat dikonsumsi
oleh manusia (Ramdhini dkk, 2021).
Jaringan pengangkut (vaskuler) terdiri atas xylem dan floem. Xylem
berfungsi mengangkut air dan zat – zat lain dari akar menuju daun.
Floem berfungsi mengangkut makanan hasil fotosintesis dari daun ke
seluruh tubuh tumbuhan. Berikut gambar xylem dan floem:
19
2021).
B. Taksonomi Batang
a. Kunyit (Curcuma domestica val.) (Kumar & Sunnil, 2013)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liopsida
Subclass : Zingiberidae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica val.
b. Pisang (Musa paradisiaca) (Kaleka, 2013).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledonae
Ordo : Musales
Family : Musaceae
Genus : Musa
Species : Musa paradisiaca L.
c. Telang (Clitoria ternatea L.) (Budiasih, 2017)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Clitoria
Species : Clitoria ternatea L.
d. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) (Putriana, 2018)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
20
Ordo : Geraniales
Family : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Species : Averrhoa bilimbi L.
BAB III
METODE KERJA
A. Alat
a. Alat tulis menulis (Greebel)
b. Buku panduan (Jurnal/literatur)
c. Cover glass (One Lab)
d. Cutter/ silet (Kenko L-500)
e. Mikroskop (Olympus C×21)
f. Object glass (One Lab)
B. Bahan
a. Alkohol 70% (One Med)
b. Aquadest (One Lab)
c. Batang Pisang (Musa paradisiaca)
d. Batang Kunyit (Curcuma domestica val.)
e. Batang Telang (Clitoria ternatea L.)
f. Batang Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
C. Cara kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah:
a. Morfologi Batang
1. Ditulis nama sampel dan nama latinnya pada lembar kerja.
2. Ditentukan batang monokotil atau dikotil
3. Digambar bentuk sampel batang tanaman
4. Ditentukan parameter morfologi batang
21
5. Dicatat hasil pengamatan pada lembar kerja
b. Anatomi Batang
1. Disiapkan Alat dan Bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan kaca preparat dan kaca penutup menggunakan alkohol
70%
3. Disayat sampel batang tanaman secara melintang dan membujur
4. Diletakkan sayatan diatas kaca preparat kemudian ditetesi aquadest
5. Ditutup menggunakan kaca penutup, dan diamati di mikrosop.
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
a. Morfologi batang
Gambar Sampel Parameter Keterangan bagian
23
Batang Belimbing Wuluh 1. Batang berkayu/tidak 1. Berkayu (lignosus)
(Averrhoa bilimbi L.) 2. Bentuk batang 2. Bulat (teres)
3. Permukaan batang 3. Kasar/berbenjol
4. Arah tumbuh batang 4. Tegak lurus (erectus)
5. Bentuk percabangan 5. Simpodial
6. Monokotil/dikotil 6. Dikotil
b. Anatomi Akar
Gambar dan fungsi sesuai hasil pengamatan Gambar sesuai sumber pustaka
Batang kunyit
(Curcuma domestica val.)
Sayatan Melintang
Epidermis Silem
Floem
24
Pembesaran 10 × 0,25
Membujur
Batang Pisang
Sayatan Melintang
Keterangan:
A: Xylem; B: sel parenkim; C: floem; D:
sklerenkim; E: sklerenkim sheath; F:
epidermis; G: aerenkim.
Epidermis Parenkim
25
Pembesaran 10 × 0,25 Membujur
Membujur
26
Batang Telang
Sayatan Melintang
Epidermis
Kolenkim Slerenkim
Co = Kolenkim,Ep = Epidermis, Pa =
Parenkim, Ph = Floem, Sc = Sklerenkim,
Xy = Xilem
Sumber: Sombat dkk, 2023, Jurnal
perbandingan anatomi 7 Family jenis
Floem Xylem Parenki
angiospermae.
Batang Belimbing Wuluh
Sayatan Melintang
Kambium Floem
Sayatan Melintang
27
Keterangan: VSH Rambut sessile
Rambut sessile vaskular vesikular, CE Cutinised Epidermis, PF
Pembesaran: 4× 0,10 Pericyclic Fibres, PP Primary Floem,
Serat Phloem PHF, Parenkim Xilem XP,
Pembuluh Berjajar RV- Radial, PT Pith,
Kristal Soliter SC.
Sumber: Hari N., 2021 Jurnal Studi
Perbandingan Morfologi-Anatomi Daun,
Batang Pada Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) dan Belimbing
Bintang (Averrhoa carambola L.
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan identifikasi terhadap “Morfologi dan
Anatomi Batang”. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal dan
mengetahui bagian-bagian morfologi dan anatomi batang. Sehingga dapat
menentukan bagian-bagian apa saja yang terdapat dalam batang.
Batang (caulis) merupakan bagian yang tumbuhan yang amat penting,
karena sebagai pendukung tubuh tumbuhan, alat transportasi air, mineral, dan
bahan-bahan makanan serta tempat tumbuhnya cabang, daun, dan bunga. Sruktur
batang juga kompleks seperti sruktur anatomi akar, tetapi sruktur batang lebih
banyak difungsikan sebagai penyalur atau pembawa nutrisi dari akar menuju ke
daun (Ramdhini dkk, 2021).
28
Adapun batang yang diamati morfologi dan anatominya pada praktikum
kali ini adalah batang kunyit (Curcuma domestica val), batang pisang (Musa
paradisiaca), batang telang (Clitoria ternatea L.), dan batang belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.).
Morfologi pada batang kunyit (Curcuma domestica val) berdasarkan hasil
pengamatan adalah memiliki batang tidak berkayu (herbaceus), dengan bentuk
batang bulat silindris (teres), permukaan batang yang licin (leavis), batang yang
tegak lurus ke atas (erectus), dan bentuk percabangan yang monopodial.
Hal ini sesuai dengan literatur, karakter morfologi batang pada tanaman
kunyit, batang kunyit termasuk kedalam batang semu yang memiliki sruktur
meilputi pelepah daun yang saling menutupi dan berbalut satu sama lain. Bentuk
batang semu berbentuk bulat dan memiliki warna hijau pucat, batang kunyit
memiliki percabangan yang monopodial dengan permukaan yang licin, batang
kunyit bertekstur basah. Pertumbuhan batang kunyit tegak lurus menghadap ke
atas, dan batang semu ini akan bermodifikasi menjadi bentuk rimpang (Larasati
dkk., 2018).
Hasil pengamatan anatomi pada batang kunyit (Curcuma domestica val)
dengan sayatan melintang, didapati bagian epidermis pada bagian terluar
penampang batang, xilem dan floem yang saling berdekatan dan menyerbar
diseluruh penampang batang, sel parenkim, dan dinding sel, dan senyawa
curcumin pada batang kunyit. Sedangkan pada hasil pengamatan dengan sayatan
membujur, dapat dilihat dengan jelas bentuk senyawa curcumin yang berwarna
kekuning-kuningan dan penampang batangnya mirip seperti ciri tumbuhan
monokotil.
Hal ini sesuai dengan literatur, batang kunyit dengan sayatan melintang
didapati bagian epidermis yang merupakan bagian terluar dari batang, korteks
yang merupakan suatu daerah yang terletak diantara epidermis dan berkas
pengangkut, Korteks tersusun atas jaringan-jaringan parenkim, pada sel-sel
perenkim di dalamnya berisi suatu pigmen yang berwarna kuning yang disebut
kurkumin, berkas pembuluh pada batang kunyit terdiri dari xylem dan floem
yang bertipe kolateral tertutup. Tumbuhan kunyit merupakan tumbuhan
29
monokotil yang tidak mempunyai kambium yang pertumbuhannya tidak
dipengaruhi oleh penambahan jaringan baru (Kusmiadi, 2008).
Morfologi pada batang pisang (Musa paradisiaca) berdasarkan hasil
pengamatan adalah memiliki batang yang tidak berkayu (herbaceus), dengan
bentuk batang bulat silindris (teres), permukaan batang yang licin (leavis),
batang yang tegak lurus ke atas (erectus), dan bentuk percabangan simpodial.
Hal ini sesuai dengan literatur, batang pisang merupakan batang semua,
yang terdiri dari pelepah-pelepah daun yang tersusun secara teratur, pecabangan
tanaman yag bertipe simpodial. Dengan bentuk batang yang bulat licin serta arah
pertumbuhan yang tegak, dan bentuk percabangan simpodial (Kaleka, 2013).
Hasil pengamatan pada anatomi batang pisang (Musa paradisiaca)
dengan sayatan melintang, didapati bagian epidermis pada bagian terluar batang,
slerenkim, sel parenkim, dan xylem, floem yang saling berdekatan. Sedangkan
pada sayatan membujur didapati sel parenkim yang dapat diamati dengan jelas.
Hal ini sesuai dengan literatur, anatomi pada batang pisang tersusun atas
3 jaringan yaitu, epidermis, parenkim, dan berkas pengangkut (Sunandar &
Kahar, 2018). Sruktur anatominya terdiri dari lapisan epidermis pada bagian
paling luar, kemudian terdapat jaringan parenkim yang tersebar hampir diseluruh
bagian, ditemukan pula jaringan pengangkut dan ikatan pembuluh berupa xylem
dan floem yang dikelilingi oleh selubung slerenkim yang dapat dilihat dibawah
bagian epidermis. Tanaman pisang memiliki tipe batang monokotil (Anjasmara,
2019).
Morfologi pada batang telang (Clitoria ternatea L.) berdasarkan hasil
pengamatan adalah merupakan batang tidak berkayu (herbaceus) dengan bentuk
yang bulat (teres), permukaan yang licin (leavis), arah tumbuh yang membelit ke
kiri (sinistrorsum volubilis) yang berlawanan dengan arah jarum jam, dan bentuk
percabangan monopodial semu.
Hal ini sesuai dengan literatur, kembang telang adalah tenaman memanjat,
melata, atau tak beraturan dengan rimpang berkayu. Memiliki tipe batang basah
(herbaceous), bentuk batang bulat dan pada permukaannya memiliki rambut-
rambut kecil. Arah tumbuhnya membelit ke kiri (sinistrorsum volubilis) karena
30
arah belitan yang berlawanan arah putaran jarum. Percabangan monopodial
(Wahyuni, 2018).
Hasil pengamatan anatomi pada batang telang (Clitoria ternatea L.)
dengan sayatan melintang didapati bagian epidermis pada bagian terluar batang,
kolenkim setelah bagian epidermis, slerenkim, sel parenkim yang menyebar
diseluruh permukaan batang, pembuluh angkut yang terdiri dari floem yang
berdempetan dengan bagian slerenkim, serta bagian xylem yang terdapat
setelahnya.
Hal ini sesuai dengan literatur, tanaman telang memiliki batang dengan
karakteristik anatomi yang mempunyai bagian epidermis yang terdiri dari sel-sel
yang berbentuk persegi, dibawah jaringan epidermis terdapat bagian kolenkim
yang tersusun melingkar mengelilingi batang. Lapisan kortikal mempunyai
jaringan parenkim yang relatif sempit. Berbagai jaringan yang tersusun dari luar
ke dalam yang terdiri dari sklerenkim, floem, kambium dan xylem. Xylem
tersusun dalam barisan radial dengan diselingi jaringan slerenkim, tanaman telang
merupakan batang dengan penampang monokotil (Sombat, 2023).
Morfologi pada batang belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) berdasarkan
hasil pengamatan adalah memiliki batang yang berkayu (lignosus), bentuk batang
bulat (teres), permukaan batang yang kasar/ berbenjol, arah tumbuh batang yang
tegak lurus (erectus), dan bentuk percabangan monopodial.
Hal ini sesuai dengan literatur, belimbing wuluh memiliki batang berkayu
yang tidak begitu besar, memiliki percabangan yang tidak begitu besar, dan
batangnya yang berbenjol-benjol, arah tumbuh batang yang tegak lurus ke atas
dengan bentuk penampang batang yang bulat, bentuk percabangan simpodial dan
merupakan jenis tanaman dikotil (Putriana, 2018).
Hasil pengamatan anatomi pada batang belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi
L.) ditemukan bagian kambium, berkas pengangkut berupa floem, dan rambut
sessile vaskular. Hal ini sesuai dengan literatur, karakteristik anatomi pada batang
belimbing terdiri dari epidermis, serabut perisiklik, dan serabut floem, parenkim
xylem yang sangat tebal dan berdinding kalium kristal oksalat, serta adanya
rambut sessile vaskular yang ditemukan pada permukaan batang (Hari N., 2021).
31
Hasil yang ditemukan dari pengamatan anatomi pada batang belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) terbilang cukup sedikit, hal ini mungkin dipengaruhi oleh
sayatan yang terlalu tebal, dan sampel batang yang sudah kering saat digunakan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hasil pengamatan morfologi dan anatomi pada batang kunyit (Curcuma
domestica val) memiliki ciri seperti tumbuhan monokotil.
2. Hasil pengamatan morfologi dan anatomi pada batang pisang (Musa
paradisiaca) memiliki ciri seperti tumbuhan monokotil.
3. Hasil pengamatan morfologi dan anatomi pada batang telang (Clitoria
ternatea L.) memiliki ciri seperti tumbuhan monokotil.
32
4. Hasil pengamatan morfologi dan anatomi pada batang belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) memiliki ciri seperti tumbuhan dikotil.
B. Saran
1. Untuk praktikan agar lebih serius dalam mengikuti praktikum,
mempersiapkan jurnal acuan untuk setiap sampel tumbuhan yang akan
diamati, agar mempermudah dalam pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anjasmara, G. P. (2019). Studi Keragaman Struktur Morfologi dan Anatomi
Petiole (Tangkai Daun) Dari Berbagai Kultivar Pisang Kepok (Musa
Paradisiaca L.).
Budiasih, K.S. (2017). Kajian Petonsi Farmakologis Bunga Telang (Clitoria
ternatea). Di dalam: Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk
Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era Global. Prosiding
Seminar Nasional Kimia. Ruang Seminar FMIPA UNY: 10 September
2023. Hal: 201-206.
33
Erdiandini, (2021).Teknologi Fermentasi. Medan:Yayasan Kita Penulis.
Hari N., (2021). Studi Perbandingan Morfologi-Anatomi Daun, Batang Pada
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dan Belimbing Bintang (Averrhoa
carambola L.). Jurnal Penelitian Sains International Volume 7.
Johnson K, et al., (2014),’ Mimosa Pudica Linn-A Shyness Princess: A Review of
Its Plant Movement, Active Constituents, Uses and Pharmacological
Activity’, Johnson et al, IJPSR, 5(12), pp: 5104-5118.
Kaleka, N. (2013). Pisang-pisang Komersial. Solo. Arcita.
Kusdianti, R. (2013). Handout Mortum, Website: http://file.upi.edu/Direktori/
FPMIPA/JUR. PEND. BIOLOGI/196402261989032- R.
KUSDIANTI/Handout mortum 1.pdf. Diakses pada hari Kamis, tanggal 22
September 2023 pada pukul 19,00 Wita.
Kusmiadi R., (2008). Artikel Kunyit (Curcuma domestica val). Universitas
Bangka Belitung.
Larasati, E., Jayati, R. D., & Widiya, M. (2018). Karakterisasi morfologi dan
anatomi kunyit (Curcuma domestica) berdasarkan perbedaan ketinggian
tempat sebagai booklet untuk mata kuliah morfologi dan anatomi
tumbuhan, pendidikan biologi. STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Putriana, A., (2018). Ekstrak Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
Sebagai Ovsida Keong Mas (Pomacea canaliculata L.) Sebagai alternatif
Sumber Belajar Biologi SMA Kelas X Materi Pencemaran Lingkungan.
Universitas Tarbiyah dan Keguruan.
Ramdhini N.R. dkk., (2021). Anatomi Tumbuhan. Medan. Yayasan Kita Menulis.
Rosanti, Dewi. (2013). Morfologi Tumbuhan, Jakarta: Erlangga.
Sombat, Hamkrasri, Phaenark, (2023). Anatomi Perbandingan Beberapa Jenis
Tumbuhan Angiospermae Dari 7 Family. Jurnal Sains Burapha Tahun 28
(Edisi 1).
Sunandar, A., & Kahar, A. P. (2018). Karakter Morfologi Dan Anatomi Pisang
Diploid Dan Triploid. Scripta Biologica, 5(1), 31-36. Retrieved from
HTTPS://DOI.ORG/10.20884/1.SB.2018.5.1.718.
34
Tjitrosoepomo, Gembong. (2020). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjahmada
University Press.
Wahyuni, Cora, Sukarya, (2018). The Unity Of Kembang Telang. Karya Ilmiah ISI
Denpasar.
35
LAMPIRAN
a) Alat
36
c) Proses Praktikum
37