Anda di halaman 1dari 35

Makalah

REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

BRYOPHYTA

Disusun Sebagai Saah Satu Tugas Terstruktur yang Diwajibkan


Dalam Mengikuti Perkuliahan REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

Dosen Pengampu:
Khairuna, M.Pd

Di Susun Oleh:
Kelompok 3
1. Anisa Sofana (0310183141)
2. Dian Ayu Rahmani (0310182070)
3. Novia Elyza Melinda (0310183138)
4. Sri Hartati (0310181026)
5. Santi Ariani Rambe (0310182069)
6. Sonia Iqlimah (0310181007)
7. Sulis Tia Ningsih (0310183130)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2020
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Puji syukur, kita panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat beriringkan salam
keharibaan Nabi Muhammad saw, yang mana syafa’atnyalah yang kita harapkan di Yaumil
Akhir kelak.
Adapun Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Reproduksi dan
Embriologi Tumbuhan”. Yang mana judul dari makalah ini adalah “Bryophyta” yang di
bimbing oleh dosen pengampu yaitu ibu Khairuna, M.Pd. Penulis berharap makalah ini menjadi
salah satu referensi bagi pembaca bila mana ingin membaca tentang Lumut (Bryophyta).
Demikianlah makalah ini disusun semoga bermanfaat, dan masih banyaknya kesalahan
dalam penyusunan makalah ini, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan isi dari makalah ini.

Medan, 01 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................
1.3. Tujuan Masalah.........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................
2.1. Defenisis Lumut (Bryophyta).....................................................................................
2.2. Klasifikasi Lumut (Bryophyta)...................................................................................
2.3. Reproduksi dan Embriologi (Bryophyta)...................................................................
2.4. Integrasi Al-Qur’an....................................................................................................
2.5. Peranan (Bryophyta) ..................................................................................................
BAB III PENUTUP .............................................................................................................
3.1. Kesimpulan ..............................................................................................................
3.2. Saran ........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Botani Cryptogamae (Tumbuhan Tingkat Rendah) adalah salah satu cabang ilmu biologi
yang mengkaji tentang tumbuhan yang belum bisa dibedakan organ antara akar, batang dan
daun. Lumut merupakan salah satu superdivisium pada divisi Plantae.Lumut dapat dibagi
menjadi beberapa divisi yaitu lumut tanduk, lumut hati dan lumut daun.1Tumbuhan lumut adalah
kelompok tumbuhan yang pertama beradaptasi di darat. Bentuknya merupakan tumbuhan
peralihan dari thallus ke bentuk kormus. tumbuhan lumut tergolong kelompok Cryptogamae.
Tumbuhan lumut tumbuh dalam habitat peralihan dari habitat air ke darat maka tumbuhan lumut
disebut pula sebagai tumbuhan amfibi.
Meskipun merupakan tumbuhan darat tetapi untuk terselenggaranya pembuahan masih tetap
memerlukan air meskipun tumbuhan lumut ada yg telah memperlihatkan deferensiasi yg agak
jauh tetapi karena akar yg sesungguhnya belum terdapat kecuali hanya rizoid maka lumut masih
digolongkan dalam tumbuhan talus, belum kormus, atau merupakan peralihan antara talus ke
kormus seperti pada golongan lumut daun. Reproduksi lumut bergantian antara seksual dengan
aseksualnya, reproduksi aseksualnya dengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit,
sedangkan reproduksi seksualnya dengan membentuk gamet-gamet, baik gamet jantan maupun
gamet betina yang dibentuk dalam gametofit. Reproduksi aseksual dan seksual berlangsung
secara bergantian melalui suatu pergiliran keturunan yang disebut metagenesis.2

1.2. Rumusan Masalah


Berikut adalah rumusan masalah yang digunakan oleh penulis untuk membuat makalah ini
antara lain:
1. Apa yang Dimaksud Defenisis Lumut (Bryophyta)
2. Apa Saja Klasifikasi Lumut (Bryophyta)

1
Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan, (Yogyakarta: UGM Press, 2005), h.56.
2
Hasanuddin dan Mulyadi, Botani Tumbuhan Rendah, (Banda Aceh; Syiah Kuala University Press, 2014)
h.109.

1
3. Bagaimana Reproduksi dan Embriologi (Bryophyta)
4. Apa saja Integrasi Al-Qur’an Tentang Lumut (Bryophyta)
5. Bagaimana Peranan Lumut (Bryophyta).

1.3. Tujuan Masalah


Berikut adalah tujuan masalah yang digunakan oleh penulis untuk membuat makalah ini antara
lain
1. Untuk Mengetahui apa yang Dimaksud Defenisis Lumut (Bryophyta)
2. Untuk Mengetahui apa Saja Klasifikasi Lumut (Bryophyta)
3. Untuk Mengetahui bagaimana Reproduksi dan Embriologi (Bryophyta)
4. Untuk Mengetahui apa saja Integrasi Al-Qur’an Tentang Lumut (Bryophyta)
5. Untuk Mengetahui bagaimana Peranan Lumut (Bryophyta)

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1......................................................................................... Defenisis Lumut (Bryophyta)


Bryophyta berasal dari bahasa Yunani, bryum yang berarti lumut dan Phyta artinya adalah
tumbuhan. Kelompok tumbuhan nonvascular yang tidak mempunyai pembuluh angkut yaitu
xylem dan floem. Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan
tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh
sehingga lumut dianggap sebagai tanaman yang hidup pertama darat, dan juga tanaman sejati
pertama.3Bryophyta adalah sebuah divisi tumbuhan yang jelas batasannya dan tidak memiliki
hubungan kekerabatan erat dengan tumbuhan lain dari kingdom plantae. Sebagian besar
bryophyta berukuran kecil, yang terkecil hampir tidak tampak dengan bantuan lensa, sedangkan
yang terbesar tidak pernah lebih dari 50 cm tingginya atau panjangnya.
Lumut ini terdapat pada pohon, batu, kayu, dan di tanah pada setiap bagian dunia dan hampir
semua habitat kecuali di laut. Tumbuhan ini hidup subur pada lingkungan yang lembab dan
banyak sekali dijumpai, khususnya di hutan-hutan tropik dan di tanah hutan daerah iklim sedang
yang lembab. Meskipun menyukai habitat yang lembab, bryophyta merupakan tumbuhan darat,
dan yang tumbuh di air tawar hanya merupakan adaptasi sekunder terhadap kehidupan air. Sifat
ini tercermin dari kenyataan bahwa bryophyta air tetapmempertahankan sifat yang khas bagi
tumbuhan darat, antara lain sporanya mengandung kitin dan dipancarkan oleh angin.4
Perbedaan mendasar antara ganggang dengan lumut dan tumbuhan berpembuluh telah
beradaptasi dengan lingkungan darat yang kering dengan mempunyai organ reproduksi yaitu
gametangium dan sporangium, selalu terdiri dari banyak sel dan dilindungi oleh lapisan sel-sel
mandul, zigotnya berkembang menjadi embrio dan tetap tinggal di dalam gametangium betina.
Oleh karena itu lumut dan tumbuhan berpembuluh pada umumnya merupakan tumbuhan darat
tidak seperti ganggang yang kebanyakan aquatik. Lumut dapat dibedakan dari tumbuhan
berpembuluh terutama karena lumut (kecuali Polytrichales) tidak mempunyai sistem pengangkut
air dan makanan. Selain itu lumut tidak mempunyai akar sejati, lumut melekat pada substrat

3
Neil A. Campbell, and Jane B. Reece,Biologi Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 179.
4
Loveless, Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2, (Jakarta: Gramedia, 1989), h. 57.

3
dengan menggunakan rhizoid atau akar semu. Siklus hidup lumut dan tumbuhan berpembuluh
juga berbeda.5
2.1.1. Ciri-Ciri Bryophyta
1) Ukuran tumbuhan lumut bervariasi. Pada tumbuhan lumut kecil tingginya mencapai
satu hingga dua sentimeter, sementara yang berukuran besar dengan tinggi 20-40
sentimeter.
2) Tidak berpembuluh karena tidak memiliki daun, batang, maupun akar sejati.
3) Habitat berada di tempat lembap dan terlindung dari cahaya matahari seperti dasar
hutan, permukaan batang pohon, tembok, dan sumur. Habitatnya dapat berada di
setiap tempat kecuali laut. Ada juga yang berhabitat di tempat basah bahkan dapat
hidup di air seperti spaghnum.
4) Berwarna hijau karena mengandung klorofil sehingga dapat melakukan fotosintesis
(autotrof).
5) Multiseluler.
6) Tidak memiliki pembuluh seperti xylem dan floem. Air masuk ke dalam tubuh lumut
secara imbibisi, sedangkan hasil fotosintesis didistribusikan secara defusi, daya
kapilaritas, dan dengan aliran sitoplasma.
7) Dinding sel terdiri dari selulosa.

8) Merupakan peralihan antara Thallophyta (tumbuhan bertalus) dan Cormophyta


(tumbuhan berkormus).
9) Daun tersusun atas selapis sel (kecuali pada ibu tulang daun, dengan tebal 15 sel)
berukuran kecil, sempit, panjang, dan mengandung kloroplas yang tersusun seperti
jala. Kloroplas tidak terdapat pada ibu tulang daun.
10) Permukaan luar tubuh dilapisi dengan lapisan berlilin (kutikula dan gametangia)yang
berfungsi untuk menahan masuknya air dan mengurangi penguapan.
11) Akar berupa rizoid (akar semu) yang terdiri atas beberapa lapis sel parenkim dan
berbentuk seperti rambut/benang-benang. Akar tersebut juga berfungsi untuk
melekatkan lumut.
12) Zigot berkembang menjadi embrio dan tetap tinggal di dalam gametangium betina.
5
Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan, (Yogyakarta: UGM Press, 2005), h. 69.

4
13) Sperma diproduksi oleh anteridium dan ovum diproduksi oleh arkegonium.
14) Hanya mengalami pertumbuhan primer. Pertumbuhan lumut hanya memanjang dan
tidak dapat membesar (melebar).
15) Mengalami metagenesis yaitu pergiliran keturunan antara fase vegetatif (fase
sporofit) dan fase generatif (fase gametofit). Tumbuhan lumut yang sering terlihat
merupakan fase gametofit.
16) Hidup secara berkoloni.6

2.1.2. Struktur Bryophyta


Ukuran tumbuhan lumut relatif kecil dan jarang ada yang mencapai 15 cm, bahkan ada
yang tingginya hanya beberapa milimeter saja. Bentuk tubuhnya pipih seperti pita dan ada
pula seperti batang dengan daun-daun kecil. Tumbuh tegak atau mendatar pada substratnya
dengan perantaraan rhizoid. Lumut memiliki dua macam alat reproduksi, yaitu anteridium
yang menghasilkan spermatozoid dan arkegonium yang menghasilkan ovum.
Tangkai anteridium disebut anteridiofor, sedangkan tangkai arkegonium disebut
arkegoniofor. Berdasarkan letak alat kelaminnya (gametangia), lumut dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu lumut berumah satu, bila anteridium dan arkegonium terletak pada satu
individu dan lumut berumah dua, bila anteridium dan arkegonium terletak pada individu
yang berlainan.Struktur tubuh tumbuhan lumut:

6
Hasan dan Arriyanti, Mengenal Bryophyta (Lumut) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango,
(Cibodas: Balai Taman NAsional Gunung gede Pangrango, 2004), h. 57-58.

5
Gambar Struktur Tumbuhan Lumut

a. Batang
Apabila dilihat melintang akan tampak susunan sebagai berikut:
1) Selapis sel kulit, beberapa sel di antaranya membentuk rhizoid epidermis.
2) Lapisan kulit dalam (korteks), silinder pusat yang terdiri sel-sel parenkimatik
yang memanjang untuk mengangkut air dan garam, belum terdapat floem dan
xylem.
3) Silinder pusat yang terdiri dari sel-sel parenkim yang memanjang dan berfungsi
sebagai jaringan pengangkut.
b. Daun Tersusun atas satu lapis sel. Sel-sel daunnya kecil, sempit, panjang, dan
mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala. Lumut hanya dapat tumbuh
memanjang tetapi tidak membesar, karena tidak ada sel berdinding sekunder yang
berfungsi sebagai jaringan penyokong.
c. Rhizoid Rhizoid terdiri dari selapis sel kadang dengan sekat yang tidak sempurna,
membentuk seperti benang sebagai akar untuk melekat pada tempat tumbuhnya dan
menyerap garam-garam mineral.
d. Sporofit
Sporofit terdiri atas bagian-bagian:
1) Vaginula: kaki yang dilindungi oleh sisa arkegonium.
2) Seta: tangkai.
3) Apofisis: ujung seta yang membesar yang merupakan peralihan dari tangkai dan
sporangium.
4) Sporangium: kotak spora.
5) Kaliptra: tudung yang berasal dari arkegonium sebelah atas.
e. Gametofit
Gametofit terdiri atas:
1) Anteridium (sel kelamin jantan) yang menghasilkan sperma.
2) Arkegonium (sel kelamin betina) yang menghasilkan sel telur.7
2.2. Klasifikasi Lumut (Bryophyta)
7
Najmi Indah, Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah (Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta,
Pteridophyta), (Jurusan Biologi: Fakultas MIPA IKIP PGRI Jember, 2009), h.47.

6
• klasifikasi lumut hati
Lumut hati dibedakan dalam 3 bangsa yaitu :
• Bangsa Anthocerotales (lumut tanduk)

Bangsa ini hanya memuat beberapa marga yang biasanya dimasukkan dalam satu suku
saja, yaitu suku Anthocerotaceae. Berlainan dengan golongan lumut hati lainnya,
sporogonium Anthorcerotales mempunyai susunan dalam yang lebih rumit.
Gametofit mempunyai talus berbentuk cakram dengan tepi bertoreh, biasanya melekat pada
tanah dengan perantaraan rizoid-rizoid.Susunan talusnya masih sedrhana.Sel-selnya hanya
mempunyai satu kloroplas dengan satu pirenoid yang bsar, hingga meningkatkan kita kepada
kloroplas sel-sel ganggang.Pada sisi bawah talus terdapat stoma dengan dua sel penutup yang
berbentuk ginjal.Zigot mula-mula membelah menjadi dua sel dengan suatu dinding pemisah
melintang.
Sel yang diatas terus membelah-belah dan merupakan sporogonium, yang bawah
membelah-belah merupakan kaki sporogonium.Sel-sel yang menyusun kaki sporogonium
berbentuk sebagai rizoid, melekat pada talus gametofitnya.Sporogonium tidak bertangkai,
mempunyai bentuk seperti tanduk, panjangnya 10-15 cm. jika telah masak pecah seperti buah
polongan.Sepanjang poros bujurnya terdapat jaringan yang terdiri atas beberapa daretan sel-
sel mandul yang yang dinamakan kolumela. Kolumela itu diselubungi oleh jaringan yang
kemudian akan menghasilkan spora, yang disebut arkespora. Selain spora, arkespora juga
menghasilkan sel-sel mandul yang dinamakan elatera. Berebeda dengan lumut hati lainnya,
masaknya kapsul spora pada sporogonium itu tidak bersama-sama, akan tetapi dimulai dari
atas dan berturut-turut sampai pada bagian bawahnya.
Dinding sporogonium mempunyai stoma dengan dua sel penutup, dan selain itu sel-selnya
mengandung kloroplas.

7
Anthocerotales hanya terdiri dari atas satu suku, yaitu Anthocerataceae, yang mencakup
antara lain Anthoceros laevis, A. fusiformis, Notothylus valvata.
• Bangsa Marchantiales

Sebagian lumut hati yang tergolong dalam bangsa ini mempunyai susunan talus yang agak
rumit.Sebagai contoh Marchantia polymorpha. Talus seperti pita, ± 2 cm lebarnya, agak
tebal, berdaging, bercabang-cabang menggarpu, mempunyai suatu rusuk tengah yang tidak
begitu menonjol. Pada sisi bawah talus terdapat selapis sel-sel yang mempunyai daun yang
dinamakan sisik-sisik perut atau sisik-sisik ventral.Selain itu pada sisi bawah talus terdapat
rizoid-rizoid, yang bersifat fotorop negative dan dinding selnya mempunyai penebalan ke
dalam yang bentuknya seperti sekat-sekat yang tidak sempurna.
Permukaan atas talus mempunyai lapisan kutikula, oleh sebab itu hamper tak mungkin
dilalui oleg air. Jika dilihat dari atas, talus kelihatan berpetak-petak. Dibawah tiap-tiap petak
didalam talus terdapat suatu ruang udara, dan ditengah petak terdapat suatu liang udara yang
menghubungkan ruang udara tadi dengan dunia luar. Liang udara itu berbentuk seperti tong,
dan mempunyai dinding yang lebih tinggi daripermukan talus untuk mencegah masuknya air.
Dinding liang itu terdiri atas 4 cicin, masing-masing sinsin terdiri atas 4 sel. Pada marga
tertentu sel-sel cincin yang letaknya paling dalam, dapat memperlihatkan gerakan menutup.
Pada dasar ruang udara terdapat sel-sel yang mengandung kloroplas dan merupakan jaringan
asimilasi.Sel-sel lainnya, bahkan sel-sel epidermis pun mempunyai klorofil, tetapi tidak
seberapa.
8
Sisa jaringan talus berupa sel-sel yang tidak mengandung klorofil atau sangat miskin
akan klorofil dan berguna sebagai tempat penimbuhan zat makanan cadangan, sebagian
mengandung minyak. Pada sisi bawah parenkim, tempat penimbuhan makanan cadangan
tersebut tertutup oleh selapis sel-sel.
Pada sisi atas rusuk tengah, umumnya terdapat badan seperti piala dengan tepi yang bergigi,
yang merupakan piala eram atau keranjang eram, dengan didalamnya sejumlah kuncup-
kuncup eram. Badan-badan tersebut berguna sebagai alat pembiakan vegetative bagi
gametofit.

Gametangium Merchantiales didukung oleh suatu cabang talus yang tumbuh tegak.
Bagian bawah cabang talus ini tergulung, merupakan suatu tangkai. Didalam gulungan itu
terdapat suatu saluran dengan benang-benang rizoid. Bagian atas cabang tadi berulang-ulang
mengadakan percangan menggarpu, hingga akhirnya membentuk suatu badan seperti
bintang.Tempat ateridium dan arkegonium terpisah, jadi Marchantiales berumah
dua.Pendukung anteridum dinamakan anteridiofor, pendukung arkegonium disebut
arkegoniofor.
Pendukung gametangium menyerupai suatu tangkau dengan suatu cakram bertoreh delapan
pada ujungnya. Pada sisi atas cakram itu terdapat ruang-ruang berbrntuk botol yang bermuara
pada permukaan atas dengan sebuah liang yang kecil. Ruang-ruang itu berisi anteridium dan
satu sama lain terpisah oleh jaringan yang mengan dung ruang-ruang udara.

9
Anteridium pada lumut hati ini terjadi sebagai berikut.Salah satu sel pada permukaan
membelah menjadi beberapa segmen dengan perantaraan sekat-sekat melintang.Masing-
masing segmen membelah lagi menjadi 4 sel oleh sekat-sekat yang lurus pada sekat-sekat
yang dibuat pertama-tama.Sel-sel yang letaknya dipinggir kemudian menjadi dinding
anteridium, yang letaknya di bagian dalam merupakan sel-sel spermatogen yang kemudian
menghasilkan spermatozoid.Jika anteridium telah masak, sel-sel dindingnya menjadi lender
dan mengembang. Hingga sperma tozoid dapat keluar damn terkumpul dalam suatu tetes air
hujan yang terdapat diatas cakram pendukung gametangium tadi.
Pada Marchantiakapsul spora itu mempunyai dinding yang terdiri atas selapis sel,dengan
penebalan-penebalan seperti serabut. Pada ujung kapsul,dindingnya terdiri atas dua lapis sel.
Di tempat itu kapsul pada waktu masak mulai robek,tutup terpecah,dan dinding berkerut
membentuk gigi-gigi. Kapsul spora mula-mula masih diselubungi oleh bekas dinding
arkegonium yang ikut terangkat pada perkembangan sporogonium,yaitu pada pembentangan
tangkai sporogonium. Selain dari itu tiap kapsul juga diselubungi suatu selaput tipis yang
berasal dari tangkai arkegonium.Kapsul spora Marchantialesdapat mengasilkan beberapa
ratus ribu spora. Spora itu jatuh di tempat yang cocok akan berkecambah menjadi protonema
yang mengandung klorofil,dan selanjutnya berkembang membentuk talus yang karakteristik
bagi Marchantiales tersebut.
Dalam bangsa ini termasuk antara lain :
Suku Marchantaceae dengan contoh-contoh :
Marchantia polymorpha, dulu digunakan sebagai bahan obat penyakit hepar (hati) oleh sebab
itu lumut ini dinamakan lumut hati
* M.geminata
* Reboulia hemisphaerica
* Suku Ricciaceae ,dengan contoh-contoh :
* Riccia fluitans
* R. nutans
* R. trichocarpa
• Bangsa Jungermaniales
Lumut hati yang kebanyakan kecil,hidup di atas tanah atau batang-batang pohon,di
daerah tropika juga sebagai epifil pada daun pohon-pohonan dalam hutan. Bangsa ini

10
meliputi kurang lebih 900 jenis dan merupakan 90% dari semua Hepaticae.Bentuk-bentuk
tubuh yang masih sederhana sangat menyerupai Marchantia, talus berbentuk pita,sempit dan
bercabang-cabang menggarpu. Sebaliknya ada pula yang rusuk tengah talusnya telah
memberi kesan seperti batang dengan bagian-bagian talus ke samping yang telah menyerupai
daun-daun.
Kebanyakan Jungermanialestelah mempunyai semacam batang yang bercabang-cabang
banyak dan tumbuh dorsiventral.Pada bagian seperti batang itu terdapat dua baris semacam
daun-daun kecil yang letaknya agak miring.
Bagian-bagian serupa daun kecil itu telah mempunyai ibu tulang,tetapi bagian yang
serupa batang belum mempunyai berkas pembuluh pengangkutan.
Bagian-bagian serupa daun-daun yang letaknya ke samping itu terbagi dalam helaian atas
dan helaian bawah. Helaian bawah itu untuk jenis-jenis yang tumbuh di tempat-tempat yang
ada kemungkinan bahaya kekurangan air,lalu berbentuk kantung dan berguna sebagai alat
penyimpanan air. Selain dua baris bagian-bagian serupa daun-daun yang ke samping
tadi,seringkali terdapat sederetan bagian-bagian semacam daun lagi yang terletak pada sisi
bawah,dan dinamakan daun-daun perut atau amfigastrium.Berbeda dengan lumut hati
lainnya,pada Jungermaniales tidak kita dapatkan mulut-mulut kulit.
Perkembangan anteridium dan perkembangan permulaan embrionya pun sedikit
menyimpang dari cara-cara yang telah kita kenal pada Hepaticae. Pada Jungermanialesyang
tubuhnya bersifat talus,arkegoniumnya diliputi oleh periketium,yang tubuhnya menyerupai
batang dengan daun-daun,arkegoniumnya dikelilingi oleh bagian-bagian yang mempunya
bentuk yang khusus,dan seperti pada bunga tumbuhan tinggi (Angiospermae)bagian-bagian
itu di sini juga dinamakan periantium.
Protonema Jungermaniales hanya terdiri atas beberapa sel saja,tetapi ada pula yang
protonemanya pipih dan menjadi bagian tubuhnya yang vegetative,dengan di atasnya
tumbuhan lumutnya yang hanya mempunyai sedikit saja bagian seperti daun dan mendukung
alat-alat kelaminnya.
Seperti biasanya,dari kedua sel anakan sebagai hasil pembelahan zigot yang pertama
kali,sel yang di bawah kemudian menjadi kaki sporogonium,sedang sel yang di atas menjadi
kapsul spora. Berbeda dengan Marchantia, pada Jungermanialesini kapsul spora mempunyai
tangkai.Sporogonium telah selesai terbentuk sebelum tangkai memanjang dan menembus

11
dinding arkegonium.Sisa dinding akhirnya tinggal pada pangkal sporogonium sebagai suatu
selubung. Kapsul spora yang terdapat pada ujung tangkai berbentuk bulat,dan jika sudah
masak membuka dengan empat katup. Kapsul spora mempunyai dinding terdiri atas beberapa
lapis sel,tidak mempunyai kolumela. Yang dikeluarkan tidak hanya spora saja,tetapi juhga
elatera. Sel-sel dinding kapsul spora mempunyai penebalan berupa rigi-rigi,atau seluruh
dinding sel menebal,kecuali dinding yang luar. Pecahnya kapsul spora disebabkan oleh daya
kohesi air dalam sel-sel yang menguap dengan disertai berkerutnya dinding yang tidak
menebal (mekanisme-kohesi).
Menurut duduknya sporogonium,Jungermanialesdibedakan dalam tiga suku.
Suku Anacrogynaceae. Ujung talus tidak ikut mengambil bagian dalam pembentukan
arkegonium ; sporogonium terdapat pada sisi punggung,dan pada beberapa jenis diliputi oleh
periketium. Yang tergolong di sini antara lain :
Pellia epiphylla,talus menyerupai Marchantia,hidup di atas tanah-tanah yang basah
Metzgeria furcate,talus berbentuk pita yang sempit,bercabang-cabang menggarpu,hidup pada
batang-batang pohon-pohonan atau di atas batu-batu cadas
Metzgeria conjugate
Blasia pusilla,talus lebar,mempunyai rusuk tengah,pada tepi talusnya mulai tampak
terbentuknya alat-alat seperti daun.
Suku Acrogynaceae. Arkegonium,jadi juga sporogonium,terdapat pada ujung bagian yang
seperti batang atau cabangnya. Dalam golongan ini termasuk jenis-jenis lumut hati yang
berdaun yang bersifat dorsiventral,misalnya :
Plagiochila asplenoides,banyak tumbuh di daerah tropika.
Frullania tamarisci,talus terdiri atas sumbu dengan tiga baris bagian-bagian seperti daun (2
kesamping,1 pada sisi perut) hidup pada batang pohon-pohon atau di atas batu-batu
cadas,warna pirang.
Selain kedua golongan tersebut masih ada suatu golongan lagi yang masih banyak
memperlihatkan persamaan dengan Anacrogynaceae,yaitu suku Haplomitriaceae,yang
talusnya bersifat radial,mempunyai bagian seperti batang dengan 3 baris bagian-bagian
serupa daun. Alat-alat kelamin terdapat di antara bagian-bagian yang seperti daun-
daun,letaknya pada ujung bagian yang seperti batang. Contoh :
* Calobryum mnioidesyang umumnya terdapat di daerah tropika

12
* Calobryum blumei yang tumbuh di Jawa
* Haplomitrium di Eropa.8

 Klasifikasi Lumut Daun ( Musci )

Disebut lumut daun karena pada jenis lumut ini telah ditemukan daun meskipun ukurannya
masih kecil. Lumut daun merupakan jenis lumut yang banyak dijumpai sehingga paling banyak
dikenal. Contoh-contoh spesiesnya adalah Polytrichum juniperinum, Furaria, Pogonatum
cirratum, dan Sphagnum.
Ciri-ciri Lumut Daun adalah sebagai beikut:
 Memiliki struktur tubuh yang mirip batang, daun dan akar (Rhizoid) tapi tak memiliki
sel/jaringan seperti pada tumbuhan tingkat tinggi.

 Spora terdiri dari dua lapisan yaitu endospore dan eksospora.

 Kumpulannya membentuk hamparan hijau yang luasdan memiliki sifat seperti karet busa
sehingga mampu menyerap dan menahan air.

 Mudah ditemukan (permukaan tanah, batu-batuan, kulit pohon dan ditembok).

Musci dibedakan dalam 3 bangsa :

 Bangsa Andreaeales

8
Gembong tjitrosoepomo. Taksonomi tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada press. 1989. Hal, 187-198

13
Bangsa ini hanya memuat satu suku, yaitu suku Andreaeaceae, dengan satu
marga Andreaea. Protonema berbentuk pita yang bercabang-cabang. Kapsul spora mula mula
diselubungi oleh kaliptra yang bentuknya seperti kopiyah bayi. Jika sudah masak pecah dengan 4
katup-katup. Kolumela diselubungi oleh jaringan sporogen. Contoh- contoh : Andreaea
petrophila, A. rupestris.

 Bangsa Sphagnales ( lumut gambut )

14
Bangsa ini hanya terdapat satu suku Sphagnaceae dan satu marga Sphagnum. Marga ini
meliputi sejumlah besar jenis lumut yang kebanyakan hidup di tempat-tempat yang berawa-rawa
dan membentuk rumpun atau bantalan, yang dari atas tiap-tiap tahun tampak bertambah luas,
sedang bagian-bagian bawah yang ada dalam air mati dan berubah menjadi gambut. Protonema
tidak berbentuk benang, melainkan merupakan suatu badan berbentuk daun kecil, tepinya
bertoreh-toreh dan hanya terdiri atas selapis sel saja.

Batangnya banyak bercabang-cabang: cabang-cabang muda tumbuh tegak dan memebentuk roset
pada ujungnya. Daun daun yang sudah tua terkulai dan menjadi pembalut bagian bawah batang.
Suatu cabang di bawah puncuk tumbuh sama cepat dengan induk batang, sehingga kelihatan
seperti batang lumut itu bercabang menggarpu. Karena batang dari bawah mati sedikit demi
sedikit, maka cabang-cabang akhirnya merupakan tumbuhan yang terpisah-pisah.

Kulit batang Sphagnum terdiri atas selapis sel-sel yang telah mati dan kosong. Jaringan kulit
bersifat seperti sepon, dapat menghisap banyak air. Dinding yang membujur maupun yang
melintang mempunyai liang-liang yang bulat. Juga dalam daunnya terdapat sel-sel yang menebal
bentuk cincin atau spiral dan merupakan idioblas diantara sel-sel lainnya yang membentuk
susunan seperti jala, terdiri atas sel-sel hidup, berbentuk panjang dan mengandung banyak
klorofil. Susunan yang merupakan aparat kapilar itu berguna untuk memenuhi keperluan akan air
dan garam makanan.

Cabang-cabang batang ada yang mempunyai bentuk dan warna khusus, yaitu cabang yang
menjadi pendukung alat-alat kelamin. Cabang-cabang tumbuhan jantan mempunyai anteridium
yang bulat dan bertangkai di ketiak ketiak daunnya. Cabang tumbuhan betina mampunyai
arkegonium pada ujungnya. Cabang pendukung arkegonium itu tidak mempunyai sel pemula
yang berbentuk limas pada ujungnya, jadi seperti lumut hati, dan berbeda dengan lumut daun
umumnya. Sporangium hanya berbentuk tangkai pendek dengan kaki yang membesar, dan
sampai lama diselubingi oleh dinding arkegonium. Akhirnya dinding arkegonium itu pecah pada
kaki sporangium. Kapsul spora berbentuk bulat, di dalamnya terdapat kolumela berbentuk

15
setengah bola yang diselubungi oleh jaringan sporogen. Arkespora pada Sphagnum tidak berasal
dari endotesium, tetapi berasal dari lapisan terdalam amfitesium.

Kapsul spora mempunyai tutup yang akan membuka, jika spora sudah masak. Sporangium
dengan kakinya yang melebar dan merupakan haustorium terdapat dalam suatu perpanjangan
ujung batang. Sehabis pembuahan, kaki lalu memanjang seperti tangkai dan
dinamakn pseudopodium. Contohcontoh lumut gambut ialah Sphagnum fimbriatum, S.
squarrosum, S. acutifolium.

 Bangsa Bryales

Sebagian besar lumut daun tergolong dalam bangsa ini. Pada bangsa ini kapsul
sporanyatelah mencapai diferensiasi yang palimg mendalam. Sporangiumnya mempunyai suatu
tangkai yang elastis, yang dinamakn seta. Tangkai dengan kaki sporangiumnya tertanam dalam
jaringan tumbuhan gametofitnya. Pada ujung tangkai terdapat kapsul sporanya yang bersifat
radial atau dorsiventral dan mula-mula diselubungi oleh kaliptra. Kaliptra ini berasal dari bagian
atas dinding arkegonium. Dengan bentangnya sporangium, dinding arkegonium akhirnya
terpisah pada bagian perut arkegonium tadi, dan sebagai tudung ikut terangkat oleh sporangium
yang memanjang itu. Leher dindimg arkegonium segera menjadi kering dan merupakan puncak
kaliptra. Jadi sel-sel yang emnyusun kaliptra tidak merupakan sel-sel diploid akan tetapi terdiri
atas sel-sel gametofit yang haploid. 

16
Sel-sel kaliptra yang masih memperoleh zat-zat makanan dari sporangium, dapat
berkembang terus dan menghasilkan rambut-rambut yang menyerupai benang-benang protonema
dengan pertumbuhan yang terbatas. Pada jenis lumut-lumut tertentu ( antara lain pada
warga Funaria ) kaliptra melebar seperti perut dan berguna sperti penimbun air bagi sporangium
yang amsih muda. Bagian atas seta dinamakan apofisis. Pada jenis-jenis lumut tertentu apofisis
mempunyai bentuk dan warna yang khusus. Menurut poros bujurnya kapsul spora itu
mempunyai jaringan kolumela. Ruang spora berbentuk tabung mengelilingi jaringan kolumela
itu. Kolumela dan ruang spora dikelilingi oleh ruang antar sel yang terdapat di dalam jaringan
dinding kapsul spora. Bagian atas dinding kapsul dikelilingi kapsul spora tersusun merupakan
tutup (operculum). Di bawah tepi operculum itu terdapat suatu mintakat berbentuk lingkaran
sempit dan dinamakan cincin. Sel–selnya mengandung lender yang dapat mengembang dan
menyebabkan terbukanya operculum.

Khusus pada kebanyakan warga Bryales di bawah operculum terdapat suatu organ berupa gigi
yang menutupi lubang kapsul spora. Gigi ini yang dinamakan peristom. Seringkali di bawah
operculum kapsul spora terdapat dua peristom , misalnya pada Mnium hornum. Peristom luar
terdiri dari 16 gigi yang melekat pada dinding kapsul spora.

Pada warga Musci  terdapat perbedaan bentuk dan susunan peristomnya. Pada beberapa jenis
lumut yang tergolong marga Archidium, Phascus, Ephemerum, susunan sporangiumnya sangat
sederhana. Padanya tidak terdapat operculum, cincin maupun peritom. Dinding kapsul spora
membuka tidak beraturan karena adanya bagian – bagian dinding yang menjadi busuk. Untuk
rumah tangga airnya, jaringan pengankutan yang masih amat sederhana memainkan perana yang
sangat penting dalam tangkai sporangium saja. Bagi lumut yang belum mempunya akar – akar
yang sungguh itu, pengangkutan air ke atas berlangsung melalui sistem kapiler yang yang etrdiri
atas batang dan daun – daun yang telah terkulai. Sistem kapilar itu dapat menghisap banyak air,
bahkan dapat mempergunakan lengas dalam udara.
• klasifikasi Anthocerotae (Lumut Tanduk)

17
Klasifikasi lumut tanduk
Regnum : Plantae
Division : Antheceroptophyta
Kelas : Antheceroptopsida
Ordo : Antheceroptoceales
Family : Antheceroptoceae
Genus : Antheceroptopsida
Spesies : Antheceroptopsida.sp

Anthocerotopsida terdiri dari satu bangsa, yaitu Anthocerothales. Anthocerothales


dibedakan dalam dua suku, yaitu Anthocerotaceae dan Notothylaceae.
* Suku Anthocerotaceae mempunyai cirri
· sporogonium panjang, silindris dan tumbuh tegak di tengah permukaan talus
· bagian pangkal sporogonium diselubungi oleh involukrum
· sel-sel dinding kapsul mengandung kloroplas, dan terdapat stoma
· Suku ini terdiri 4 marga : Anthoceros, Phaeoceros, Megaceros, dan Dendroceros
Suku Notothylaceae mempunyai cirri :
· Sporogonium pendek, tumbuh horizontal dan terdapat pada tepi talus
· Dinding kapsul tidak ada sel-sel yg mengandung kloroplas, tidak ada stoma

18
· Pangkal sporogonium tidak diselubungi involukrum
· Suku ini hanya terdiri satu marga, yaitu Notothylas. Contoh : Notothylas indica

Ciri - ciri lumut tanduk


1.tubuhnya mirip lumut hati, ttpi berbeda pd sporofitnya
2. berdasarkan analisis asam nukleat, ternyata lumut ini berkerabatan plg dekat dgn tumbuhan
berpembuluh dibanding dari kelas lain pada tumbuhan lumut
3. gametofitnya berupa talus yg lebar dan tipis dgn tepi yg berlekuk
4. rhizoid berada pada bagian ventral
5. habitatnya didaerah yg mempunyai kelembaban tingg

Bentuk tubuh lumut tanduk seperti lumut hati yaitu berupa talus, tetapi sporofitnya berupa
kapsul memanjang. Sel lumut tanduk hanya mempunyai satu kloroplas. Hidup di tepi sungai,
danau, atau sepanjang selokan. Reproduksi seperti lumut hati.
Mempunyai gametofit lumut hati; perbedaannya adalah terletak pada sporofit lumut ini
mempunyai kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk dari gametofit, masing – masing
mempunyai kloroplas tunggal yang berukuran besar, lebih besar dari kebanyakan tumbuhan
lumut.Contoh lumut tanduk adalah anthoceros laevis.
Lumut ini dijumpai ditepi-tepi sungai atau danau dan seringkali disepanjang selokan, dan
ditepi jalan yang basah atau lembab.

2.3. Reproduksi dan Embriologi (Bryophyta)


REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI

Reproduksi Bryophyta

Tumbuhan lumut dapat melakukan reproduksi secara aseksual (vegetatif ) dan seksual
(generatif).

1. Reproduksi aseksual dilakukan dengan Lumut daun dapat bereproduksi aseksual melalui
fragmentasi batang, yang menghasilkan karpet lumut daun baru.

19
2. Reproduksi seksual dilakukan dengan fertilisasi antara ovum dan spermatozoid yang
menghasilkan zigot

Siklus Hidup Bryophyta

Lumut mengalami siklus hidup diplobiontik dengan pergantian generasi heteromorfik.


Kelompok tumbuhan ini menunjukkan pergiliran generasi gametofit dan sporofit yang secara
morfologi berbeda. Generasi yang dominan adalahgametofit, sementara sporofitnya secara
permanen melekat dan tergantung pada gametofit. Generasi sporofit selama hidupnya mendapat
makanan dari gametofit.9

9
Najmi indah. 2009. taksonomi tumbuhan tingkat rendah. Institut keguruan ilmu pebdidikan PGRI Jember. Hal 50-
51

20
Metagenesis (siklus hidup) Bryophyta mengalami pergantian antara menciptakan
gametofit dan sporofit,

- Spora haploid (n) jatuh di lingkungan yang cocok akan berkecambah menjadi
protonema (n).
- Protonem akan berkembang menjadi gametofit jantan dan betina yang haploid (n).
- Gametofit akan menghasilkan anteridium (n) dan arkegonium (n).
- Pemupukan antara gamet jantan dan betina menghasilkan zigot diploid (2n).
- Zigot akan berkembang menjadi sporofit, fase sporofit terdapat sporangium.
- Di dalam sporangium terdapat sel-sel induk spora diploid (2n) yang akan mengalami
pembelahan meiosis menjadi spora haploid (n)

Lumut mengalami siklus hidup diplobiontik dengan pergantian generasi heteromorfik.


Kelompok tumbuhan ini menunjukkan pergiliran generasi gametofit dan sporofit yang secara
morfologi berbeda. Generasi yang dominan adalah gametofit, sementara sporofitnya secara
permanen melekat dan tergantung pada gametofit. Generasi sporofit selama hidupnya mendapat
makanan dari gametofit seperti pada gambar

21
Pada siklus hidup tumbuhan lumut, sporofit menghasilkan spora yang akan berkecambah
menjadi protonema. Selanjutnya dari protonema akan muncul gametofit. Generasi gametofit
mempunyai satu set kromosom (haploid) dan menghasilkan organ sex (gametangium) yang
disebut archegonium (betina) yang menghasilkan sel telur dan antheredium (jantan) yang
menghasilkan sperma berflagella (antherezoid dan spermatozoid). Gametangium biasanya
dilindungi oleh daun-daun khusus yang disebut bract (daun pelindung) atau oleh tipe struktur
pelindung lainnya.10

Siklus hidup tumbuhan lumut, sporofit menghasilkan spora yang akan berkecambah
menjadi protonema. Selanjutnya dari protonema akan muncul gametofit. Generasi gametofit
mempunyai satu set kromosom (haploid) dan menghasilkan organ sex (gametangium) yang
disebut arkhegonium (betina) yang menghasilkan sel telur dan antheredium (jantan) yang
menghasilkan sperma berflagella (antherezoid dan spermatozoid). Gametangium biasanya
dilindungi oleh daun-daun khusus yang disebut bract (daun pelindung) atau oleh tipe struktur
pelindung lainnya.11

Gametangium jantan (antheredium) berbentuk bulat atau seperti gada, sedangkan


gametogonium betinanya (arkegonium) berbentuk seperti botol dengan bagian lebar disebut
perut dan bagian yang sempit disebut leher. Gametangia jantan dan betina dapat dihasilkan pada
tanaman yang sama (monoceous) atau pada tanaman berbeda (dioceous). 12

Fertilisasi sel telur oleh antherezoid menghasilkan zigot dengan dua set kromosom
(diploid). Zigot merupakan awal generasi sporofit. Selanjutnya pembelahan zigot membentuk
sporofit dewasa yang terdiri dari kaki sebagai pelekat pada gametofit, seta atau tangkai dan
kapsul (sporangium) di bagian ujungnya. Kapsul merupakan tempat dihasilkannya spora melalui
meiosis. Setelah spora masak dan dibebaskan dari dalam kapsul berarti satu siklus hidup telah
lengkap. 13
10
Mishler, B.D., Lewis, L.A., Buchheim, M.A. 2003. Phylogenetic relationships of the green algae and bryophytes.
Ann. Mo. Bot. Gard.

11
Gradstein, Ecology of Bryophyta, (Bogor: Seameo Biotrop, 2003), h.95.
12
Gradstein, S.R. 2003. Ecology of Bryophyta. A Handout Lecture of Regional Training Course On Biodeversity and
Conservation of Bryophytes and Lichens. Bogor.
13
Hasan, M. dan Ariyanti, N. S. 2004. Mengenal Bryophyta (Lumut) Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Volume 1. Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Cibodas : Balai Taman NAsional Gunung gede

22
Gametangium jantan (anteridium) berbentuk bulat sedangkan betina (arkegonium)
berbentuk seperti botol dengan bagian lebar disebut perut dan bagian yang sempit disebut leher.
Gametangia jantan dan betina dapat dihasilkan pada tanaman yang sama (monoceous) atau pada
tanaman berbeda (dioceous). Fertilisasi sel telur oleh antherezoid menghasilkan zigot dengan dua
set kromosom (diploid). Zigot merupakan awal generasi sporofit. Selanjutnya pembelahan zigot
membentuk sporofit dewasa yang terdiri dari kaki sebagai pelekat pada gametofit, seta atau
tangkai dan kapsul (sporangium) di bagian ujungnya. Kapsul merupakan tempat dihasilkannya
spora melalui meiosis. Setelah spora masak dan dibebaskan dari dalam kapsul berarti satu siklus
hidup telah lengkap.14

Embriogenesis dan Sporogenesis .

Pembelahan pertama dan zigot biasanya dengan dinding melintang atau tegak lurus
terhadap sumbu panjang arkegonium sehingga dihasilkan 2 sel yang sama besar. Berdasarkan
segmentasi perkembangan proembno pada stadium 4 sel ada 2 tipe, yaitu:

1. Tipe Kuadran.

Merupakan tipe umum, dibentuk oleh dinding vertikal atau tegak lurus terhadap dinding
pembelahan pertama sehingga dihasilkan embnio kuadran tersusun dan 4 sel.

2. Tipe Filamen.

Merupakan tipe yang sangat jarang, dibentuk oleh dinding pembelahan transversal atau
sejajar terhadap dinding pembelahan pertama seliingga dthasilkan embnio yang berbentuk
filamen tersusun dan 4 sel. Perkembangan embrio selanjutnya terjadi oleh karena adanya
pembelahan dengan dinding vertikal dan menghasilkan embnio 8 sel (oktan).

Embrio stadium oktan membelah tidak teratur dan menghasilkan massa sel yang tersusun
dan 20-40 sel. Pada Riccia sp. sel- sel superfisial dan massa sel mi membelah peniklinal
menghasilkan amfitesium di sebelah luar dan membatasi massa sel yang di dalamnya yaitu
endotesium. Sel endotesium mempunyai ukuran dan besar yang seragam dibandmg amfitesium.
Sel-Sel penyusun amfitesium membelah anticlinal membentuk jaket steril. Sel- sel endotesium

Pangrango.
14
Hasan, M. dan Arriyanti. 2004. Mengenal Bryophyta (Lumut) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Cibodas : Balai Taman NAsional Gunung gede Pangrango. h.60.

23
berfungsi sebagai arkesporium membelah- belah menghasilkan massa sel- sel sporogen yang
kemudian menjadi sel induk spora. Sel induk spora membelah secara meiosis menghasilkan
tetrad spora selanjutnya spora akan menjadi sohter (lepas dan tetrad) dan bersifat haploid. 15

Struktur porofit Dewasa

Pada Riccia, sporofit dewasa / masak terdapat dalam jaringan gamteofit tanpa kaki dan
tangkai. Massa spora dilindungi oleh kaliptra. Marchantia mempunyai 2 tipe embrio yaitu tipe
kuadran dan filamen. Pada tipe kuadran, sel epibasal membentuk kapsul atau kapsul dan
sebagian seta, sedang sel hipobasal membentuk kaki dan seta atau kaki dan sebagian seta. Pada
tipe filamen, sel epibasal berkembang menjadi kapsul dan sel hipobasal berkembang menjadi
kaki sedang sel bagian tengah menjadi seta. Dengan dinding pembelahan vertikal dan
pembelahan yang tidak teratur, selanjutnya embrio membentuk 3 zona dengan pola
perkembangan yang berbeda (Vashista, 2010).

Struktur sporofit pada Marchantia terdiri atas:

A. Kaki

Jaringan yang membentuk kaki adalah bagian basal arkegonium, berkembang menjadi
struktur dengan permukaan yang lebth luas dan bersifat parenkimatik,

B. Seta

Seta = tangkai, berkembang di bagian bawah kapsul dengan sd- sel penyusun yang kaya
plasma dan bervakuola,

C. Kapsul

Kapsul, daerah yang akan membentuk kapsul ter!etak berdekatan dengan bagian leher
arkegonium. Perkembangan sporofit selanjutnya sama seperti diuraikan pada Riccia, sel- sel
perut dan bagian basal arkegonium membelah periklinal membentuk kaliptra. Se!- sel tetangga
dan bagian basal perut juga membelah membentuk peniginium yang melindungi arkegonium dan
sporofit muda.

Gametofit muda:
15
Sumardi, Issirep dan Susanti, Siti. 2004. Bryophyta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

24
Spora adalah sel pertama dan gametofit, yang berkecambah menghasilkan suatu tanaman baru.
Spora pada Riccia berbentuk piramid dengan satu inti. Dinding spora terdiri atas 3 !apisan yaitu:

a. Eksosporium.

Merupakan lapisan paling luar dengan tekstur yang kuat mengalami kutimsasi dan
mempunyai ornamentasi seperti jala atau tidak teratur.

b. Mesosporium

Merupakan lapisan tengah, mengandung kutikula.

c. Endosporium

Merupakan lapisan paling dalam yang homogen, tersusun dan substansi pectin dan kalosa.

Menurut Udar (1970) dalam Issirep (2004), dinding spora hanya tersusun dan 2 lapis yaitu mtin
dan eksin. Eksin dengan lapisan tambahan yang disebut perisporium. Didalam kondisi lembab
spora akan berkecambah menghasillcan suatu struktur yang memanjang. Pembelahan sel terus
berlanjut sehingga menghasilkan talus muda yang multiseluler. Perkembangan selanjutnya, sel
apikal dengan kelompok selnya berkembang menghasilkan janngan dan organ seksual. Rizoid
kemudian tumbuh dan talus yang multiseluler, dan tanaman muda mi menempel di
tanah.Dibawah kondisi yang memungkinkan bila spora jatuh ke tanah akan menyerap air,
membesar dan membelah. Mula- mula menjadi 2 sel; misalnya pada Marchantia. Pada Riccia
spora berkecambah yang tumbuh memanjang dan pada ujung terbentuk struktur seluler. Keadaan
ini sangat berbeda dengan yang terjadi pada Marchantia, karena perkecambahan spora tersebut
langsung menghasilkan talus.

Pembuahan pada Bryophyta

Pembuahan berlangsung dengan bantuan air yang berfungsi sebagai medium untuk
berenangnya anterozoid. Air biasanya ditampung di dalam talus bagian dorsal. Menjelang
pembuahan apabila arkegoma mendekati pemasakan sel, saluran leher dan sel saluran perut
mengalami degenerasi. Biasanya dan ujung sampai ke bagian bawah membentuk suatu masa
yang berlendir. Massa menyerap air sehingga sel- selnya membengkak dan sel- sel penutup
menjadi terpisah sath sama lam oleh karena rusaknya lamela tengah.

25
Dengan demikian terbentuklah suatu saluran leher yang kecil dan ujung arkegonium ke
arah sel telur. Anterozoid terdapat pada permukaan air yang ditarik oleh karena zat kemotaksis
yang dikeluarkan oleh massa berlendir dan leher arkegonium yang membuka. Lendir kaya akan
beberapa substansi kimia seperti protein terlarut dan garam- garam anorganik yang berperan
untuk mendorong anterozoid ke leher arkegonium. Anterozoid berenang bebas dan berjalan
melewati leher menuju sel telur, berfusi dengan sel telur dan membentuk zigot. Zigot adalah sel
pertama dan generasi sporofit dan bersifat diploid.16

16
Vashista, B.R. 2010. “Botany for Degree Students Bryophyta”. New Delhi: S. Chand & Company Ltd.

26
2.4. Integrasi Al-Qur’an
1. Q.S. Thaahaa:53

Artinya: “Dia yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah
menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami
tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam macam”.
(Q.S. Thaahaa:53)

Menurut shihab (2005) dalam tafsirnya yang berarti “Maka Kami


tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam”

berkaitan erat dengan firman-Nya, artinya “Dia yang telah menjadikan


bagimu bumi sebagai hamparan”. Kedua hal itu menunjukkan adanya pertumbuhan berbagai
macam tumbhan yang beranekaragam di suatu kawasan luas yaitu hamparan bumi seperti

komunitas tumbuan di hutan. Pada kata bermakna menguraikan aneka tumbuhan sehingga
dipahami sebagai jenis-jenis tumbuhan yang beranekaragam seperti lumut (Briophyta).
Lumut adalah salah satu jenis tumbuhan yang berbeda dari tumbuhan lainnya, karena
struktur tubuhnya yang berbeda dengan tumbuhan sejati. Keeragaman lumut yang ada di
Indonesia juga merupakan bukti tanda-tanda kebesara Allah SWT,dimana berfungsi untuk
menyeimbangkan ekosistem. Keanekaragaman hayati wajib disyukuri karena merupakan
anugrah dari Allah SWT, dan semestinya kita jaga kelestariannya.17

17
M. Tajudin Al Fajri, skripsi : “Keanekragaman Lumut (Briophyta) Di Sekitar Kawasan Wisata Air Terjun Tumpak
Sewu Kabupaten Lumajang” (Malang: UIN Malik Ibrahim, 2019). Hal 9

27
2. Q.S. Al-An’am: 99

Artinya: “Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami kai tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuhan-tumbuhan. Maka Kami keluarkan dari tumbuh-
tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang hijau itu butir yang
banyak; dan dari mayang korma mengurai tagkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun
anggur, (dan Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa.
Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang
yang beriman”. (Q.S. Al-An’am: 99)
Menurut Al-Jazairi (2007) Q.S. Al-An’am: 99 menjelaskan bahwa Allah telah
menurunkan air hujan dan menumbuhkan bermacam-macam jenis tumbuh-tumbuhan yang
beraneka warna, rasa, bau, dan keistimewaannya. Firman Allah ini sebagai penyempurnaan dari
ucapan Musadan yaitu peringatan bagi manusia yang belum mengenal Allah beserta hak-haknya
dalam tauhid. Diturunkan air hujan dan dapat menumbuhkan berbagai jenis tumbuhan yang
dapat menjadi makanan bagi makhluk hidup lainnya, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah,
pengetahunnya hikmah dan kasih sayangnya.
Firman Allah dalam Q.S. Al-An’am: 99 menerakan tentang keberagaman ciptaan Allah
SWT. Hal ini juga dapat terapkan terhadap keanekaragaman lumut yang ada di Indonesia.

28
Keanekaragaman lumut mulai dari tingkat kelas spesies sampai pada spesies merupakan tanda
dari kebesaran Allah SWT.18

2.5. Peranan (Bryophyta)


Beberapa spesies tumbuhan lumut mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia,
diantaranya:
1) Menahan erosi tanah: Pengikisan tanah juga bisa di cegah dengan kehadiran lumut. Sifat
penyerap air dengan baik yang dimiliki lumut membantu tanah terjaga kepadatannya dan
tidak mudah mengalami erosi.
2) Mengurangi bahaya banjir: Lumut juga berperan dalam mencegah bencana banjir, karena
air hujan yang turun diserap dengan baik oleh tumbuhan lumut.
3) Meningkatkan sumber air: Manfaat tumbuhan lumut juga dirasakan saat musim kemarau
datang. Musim yang berpotensi mendatang kekeringan ini memberikan ancaman minimnya
ketersediaan air bagi manusia. Lumut membantu mengatasinya, karena lumut mempercepat
proses penyerapan air saat kemarau sehingga mampu menjaga ketersediaan air tanah atau air
sumur.
4) Mensuplai oksigen: Lumut juga bagian dari tumbuhan yang memiliki zat hijau. Layaknya
tumbuhan lain, lumut juga melakukan fotosintesis. Hasil dari fotosintesis ini salah satunya
adalah menghasilakan manfaat oksigen bagi manusia.
5) Sebagai bahan pembuatan obat kulit Hal ini pertama kali di lakukan negara China,
dimana pada zaman dahulu lumut di jadikan masyarakat china untuk membuat ramuan
tradisional untuk mengatasi penyakit kulit.
6) Bahan pembuatan obat mata; Lumut memiliki sifat yang baik yaitu bisa dijadikan sebagai
antibakteri. Sifat inilah yang digunakan oleh dunia medis untuk mengobati beberapa
penyakit mata.
7) Sebagai obat hepatitis: Tidak hanya bagi mata, penyakit yang menyerang hati seperti
hepatitis juga bisa diobati dengan obat yang tebuat dari lumut jenis marchantia polymorpha.
8) Sebagai obat antiseptic: Lumut juga di gunakan sebagai zat antiseptik yang membantu
membunuh kuman-kuman. Zat antiseptik sering jumpai dalam pembuatan sabun-sabun

18
M. Tajudin Al Fajri, skripsi : “Keanekragaman Lumut (Briophyta) Di Sekitar Kawasan Wisata Air Terjun Tumpak
Sewu Kabupaten Lumajang” (Malang: UIN Malik Ibrahim, 2019). Hal 25

29
kesehatan dan juga obat kumur pembersih mulut. Untuk membuat zat antiseptik di butuhkan
lumut berjenis frullania tamaricis.
9) Obat penyakit jantung: Lumut cratoneuron dapat diproses menjadi obat yang dapat
menormalkan detak jantung.
10) Obat pneumonia: Lumut memang berperan penting dalam dunia medis. Tidak hanya
mata, kulit, hati, hingga jantung. Lumut juga bermanfaat dalam pembuatan obat untuk
penyakit pneumonia.
11) Mengobati luka bakar dan luka luar: Pernah mengalami luka bakar atau luka luar akibat
terjatuh atau tergores benda tajam. Bagi orang china dahulu ketika mengalami hal serupa,
mereka menggunakan lumut untuk mengatasinya. Kini dunia medis menciptakannya lebih
steril, sifat antiseptik pada lumut jenis canocphalum di gunakan untuk mengatasi obat luka
bakar dan luka luar.
12) Obat bius sangat dibutuhkan dalam dunia medis, terutama untuk kepentingan operasi.
Obat bius yang digunakan oleh medis terbuat juga dari lumut dengan jenis rhodobryum
giganteum.
13) Obat Hipertensi: Jenis lumut hati selain digunakan untuk obat bius juga digunakan
sebagai pembuatan obat darah tinggi. Sifat penenang pada lumut bisa di jadikan obat untuk
mengontrol tekanan darah.
14) Mengatasi bisa ular: Lumut juga dapat menghilangkan racun ular. Lumut yang digunakan
adalah lumut jenis marchantia polymorpha.19

19
Siti sutarmi Tjitrosomo, Botani Umum 2, (Bandung: Angkasa, 1987), h. 181.

30
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

31
Aryanti, Hasan, M.. S. 2004. Mengenal Bryophyta (Lumut) Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango. Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.Cibodas. Vol.1

Campbell, Neil A., and Reece, Jane B. (2012).Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Gradstein, S.R. 2003. Ecology of Bryophyta. A Handout Lecture of Regional Training Course
On Biodeversity and Conservation of Bryophytes and Lichens. Bogor.

Hasan dan Arriyanti. (2004). Mengenal Bryophyta (Lumut) di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango. Cibodas: Balai Taman NAsional Gunung gede Pangrango.
Hasanuddin dan Mulyadi. (2014). Botani Tumbuhan Rendah. Banda Aceh: Syiah Kuala
University Press.
Indah, Najmi. (2009). Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah (Schizophyta, Thallophyta,
Bryophyta, Pteridophyta). Jember: Fakultas MIPA IKIP PGRI Jember.
Loveless. (1989).Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2. Jakarta: Gramedia.
Mishler, B.D., Lewis, L.A., Buchheim, M.A. et al. 2003. Phylogenetic relationships of the green
algae and bryophytes. Ann. Mo. Bot. Gard.

Sumardi, Issirep dan Susanti, Siti. 2004. Bryophyta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Tjitrosoepomo, Gembong. (2005). Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.


Tjitrosomo, Siti sutarmi. (1987).Botani Umum 2. Bandung: Angkasa.

Vashista, B.R. 2010. “Botany for Degree Students Bryophyta”. New Delhi: S. Chand &
Company Ltd.

32

Anda mungkin juga menyukai