Disusun oleh :
1. NI KADEK SETIARI ( 20 )
2. NI KETUT AYU DITA MEDIANI ( 21 )
3. NI WAYAN PEGIANI ( 32 )
4. I KADEK ARIANA ( 05 )
5. I WAYAN EKA PUTRA ( 13 )
TAHUN PELAJARAN
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa /
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya, penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Tumbuhan Berbiji (Spermatophyta )
tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima
kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Bapak I Nengah Suartha, S.Pd, selaku guru biologi yang telah banyak
memberikan masukan hingga terselesainya makalah ini.
2. Bapak dan Ibu narasumber/informan yang telah memberikan informasi
tentang segala data yang penulis perlukan untuk kelengkapan makalah ini.
3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Semoga apa yang telah diberikan memperoleh pahala yang setimpal dari Ida Sang
Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang tersaji dalam makalah ini
masih jauh dari makalah yang sempurna karena kekurangan dan keterbatasan
kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif guna
menyempurnakan karya-karya ke depannya. Pada akhirnya, penulis tetap berharap
semoga makalah ini bermanfaat dan berguna bagi dunia pendidikan pada
umumnya dan pembelajaran biologi pada khususnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lumut merupakan kelompok tumbuhan kecil yang tumbuh menempel pada
berbagai jenissubstrat. Substrat yang umum dapat di tumbuhi lumut adalah pada pohon,
kayu mati, kayulapuk, serasah, tanah dan batuan dengan kondisi lingkungan lembab dan
penyinaran yangcukup. Kehidupan lumut dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti,
suhu, kelembaban dancahaya. Lumut yang hidup seperti pada pohon akan dipengaruhi
oleh struktur permukaan kulitkayu atau tempat tersebut harus lembab dengan intensitas
cahaya yang cukup (Ariyanti, 2008).
Lumut merupakan salah satukelompok tumbuhan rendah danbagian dari
keanekaragaman hayatiyang belum banyak mendapatperhatian (Windadri, 2009).
Ada24.000 spesies Bryophyta yang dikenal, dan semua tumbuhan lumut membutuhkan
kondisi lingkunganyang lembab yang masuk kedalam siklus kehidupan tumbuhan
tersebut.Divisi Bryophyta dibagi menjadi tigakelas, yaitu lumut hati
(Hepatophyta)dengan 9000 spesies dan 240 genus;lumut tanduk
(Anthocerotopyhta)hanya 500 spesies; dan lumut daun(Bryopsida) memiliki 12.000-
14.500spesies dan 670 genus (Semple,1999).
Bryophyta termasuk salah satubagian kecil dari flora yang belumbanyak tergali
juga merupakan salah satu penyokong keanekaragamanflora. Tumbuhan lumut tersebar
luasdan merupakan kelompok tumbuhanyang menarik. Mereka hidup di atastanah,
batuan, kayu, dan kadang – kadangdi dalam air. Lumut hati danlumut daun yang hidup
menyendiri biasanya tidak menarik. Namun dapat tampak bahkan menarik jika tumbuh
berkelompok. Pada umumnya jenis tumbuhan ini kurangberadaptasi pada kondisi
kehidupan daratan, dan sebagian besarmerupakan tumbuhan yang hiduppada lingkungan
lembab danterlindung. Meskipun demikian,lumut tertentu khususnya lumut
sejati(Bryopsida), dapat bertahan hiduppada musim kering. Pertumbuhannyamengalami
peremajaan jika airtersedia kembali (Tjitrosomo, 1984).
Kelas Bryopsida terdiri dari ordo Archidiales, Polytrichales, Fissidentales,
Dicranales,Funariales, Eubryales, Isobryales, Buxbaumiales, Hyponobryales dan
Tetraphidales (Eddy,1988). Polytrichales merupakan lumut yang memiliki penyebaran
4
yang luas di dunia beberapayang telah dikenali sebanyak 19 genus dan lebih kurang 370
spesies (Schofield, 1927).
Secara ekologis lumut berperan penting di dalam fungsi ekosistem. Seperti
lahangambut sangat tergantung pada lapisan atau tutupan lumut. Sehingga keberadaan
lumutsebagai penutup permukaan tanah juga mempengaruhi produktifitas, dekomposisi
sertapertumbuhan komunitas di hutan (Saw dan Goffinet, 2000).
Richardson (1981 cit. Windadri dan Siti, 2005) melaporkan bahwa beberapa
jenisanggota dari marga Polytrichum dimanfaatkan untuk memperindah taman di sekitar
puraSaihoji di kaki Gunung Koinzan di sebelah barat Kyoto. Selain itu Polytrichum
digunakansebagai indikator terhadap kondisi asam serta memiliki mineral dan unsur hara
yang kaya(Glime dan Saxene, 1991).
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan lumut.
2. Mengetahui siklus pertumbuhan dan perkembanganlumut (Bryophyta)
3. Mengetahui macam-macam lumut (Bryophyta)
4. Mengetahui macam – macam manfaat lumut dalam kehidupan sehari – hari.
BAB II
PEMBAHASAN
5
2.1 PEMBAHASAN
2.1.1 Pengertian Lumut
Secara ilmu tumbuhan, lumut termasuk Bryophyta, atau tumbuhan non
vaskuler.Lumut dapat dibedakan dari yang serupa liverworts ( Marchantiophyta atau
Hepaticae) dengan multisellular mereka rhizoid. Lain perbedaan bukanlah universal
untuk semua lumut dan semua liverworts, yang membedakan “batang” dan “daun-
daun”, ketiadaan daun-daun yang terbagi-bagi atau berlekuk, dan ketidakhadiran
daun-daun diatur dalam tiga golongan, semua menunjuk tumbuhan lumut. Sebagai
tambahan terhadap kekurangan suatu sistem vaskuler, lumut mempunyai
gametophyte-dominant siklus hidup, yaitu.sel haploid untuk kebanyakan siklus
hidupnya.Sporophytes (diploid) berumur pendek dan dependen pada atas
gametophyte.
Adapun ciri – ciri dari lumut ialah sebagai berikut :
a) Lumut mempunyai klorofil sehingga sifatnya autotrof. Lumut tumbuh di
berbagai tempat, yang hidup pada daun-daun disebut sebagai epifit. Jika pada
hutan banyak pohon dijumpai epifit maka hutan demikian disebut hutan
lumut.
b) Akar dan batang pada lumut tidak mempunyai pembuluh angkut (xilem dan
floem). Pada tumbuhan lumut terdapat Gametangia (alat-alat kelamin) yaitu:
Alat kelamin jantan disebut Anteridium yang menghasilkan Spermatozoid.
Alat kelamin betina disebut Arkegonium yang menghasilkan Ovum
c) Jika kedua gametangia terdapat dalam satu individu disebut berumah satu
(Monoesius). Jika terpisah pada dua individu disebut berumah dua
(Dioesius). Gerakan spermatozoid ke arah ovum berupakan Gerak
Kemotaksis, karena adanya rangsangan zat kimia berupa lendir yang
dihasilkna oleh sel telur.
d) Sporogonium adalah badan penghasil spora, dengan bagian - bagian
:Vaginula (kaki), Seta (tangkai), Apofisis (ujung seta yang melebar), Kotak
Spora : Kaliptra (tudung) dan Kolumela (jaringan dalam kotak spora yang
tidak ikut membentuk spora). Spora lumut bersifat haploid.
6
e) Lumut mengalami keturunan (metagenesis). Dalam daur hidupnya, lumut
mengalami duafase kehidupan, yaitu fase gametofit (haploid) dan fase
sporofit (diploid).Alatperkembangbiakan jantan berupa antheridium dan alat
perkembangbiakan betina berupaarkegonium.
9
Lumut daun atau lumut sejati merupakan kelas yang terbesar dalam
Bryophyta. Hampir semua anggotanya mempunyai gametofit yang telah
terdiferensiasi sehingga dapat dibedakan bentuk-bentuk seperti batang, cabang
dan daun. Sporofit berumur panjang, berwarna kecokelatan terdiri ata kaki yang
berfungsi untuk menyerap nutrient dari gametofit dan kapsul yang disangga oleh
suatu tangkai disebut seta. Spora masak dibebaskan dari kapsul setelah operculum
(struktur semacam tutup pada kapsul) membuka secara perlahan-lahan melalui
satu atau dua baris gigi-gigi yang disebut peristom (Mishler. Et al., 2003). Disebut
lumut daun karena pada jenis lumut ini ditemukan daun meskipun ukurannya
masih kecil. Contoh-contoh spesiesnya adalah Polytrichum juniperinum, Furoria,
Pogonatum cirratum, dan Sphagnum.
2. Hepaticae (Lumut hati)
Ada 2 tipe lumut hati yaitu lumut hati bertalus (thallose liverwort) dan
lumut hati berdaun (leafy liverwort). Lumut hati melekat pada substrat dengan
10
rhizoid uniselluler (Hasan dan Ariyanti, 2004). Pada kebanyakan lumut thalloid
selain rhizoid juga dijumpai sisik-sisik. Sporofit pada kelompok lumut ini
hidupnya hanya sebentar, lunak dan tidak berklorofil. Spora yang telah masak
dikeluarkan dari kapsul dengan cara kapsul pecah menjadi 4 bagian memanjang
atau lebih (Gradstein, 2003). Lumut hati dapat bereproduksi secara seksual
dengan peleburan gamet jantan dan betina, secara aseksual dengan pembentukan
gemmae. Contohnya adalah Marchantia polymorpha.
3. Anthocerotaceae (Lumut tanduk)
13
puncup-puncup eram atau tunas yang disebut gema mudah terlepas oleh air
hujan.
Perkembangbiakan
Secara aseksual, menggunakan spora dan tunas, secara seksual, ex:
Maechantia. Anteridium terpancang pada permukaaan atas, bentuknya seperti
cakram.Dasar bunga betina agak melebar dan membentuk paying, dengan cuping
berbentuk jari, umumnya berjumlah 9.Arkegonium tumbuh pada alur-alur
diantara cuping-cuping dengan leher menekuk ke bawah.Anteridium merekah
mengeluarkan sperma menuju ke arkegonium.Generasi sporofit dari telur yang
sudah dibuahi (zigot).Zigot membelah membentuk embrio (bentuk bola), bagian
pangkal dari embrio membentuk kaki masuk kejaringan reseptakel.Bagian
terbesar dari janin membentuk kapsulyang dipisahkan dari bagian kaki zona yang
terdiri dari sel-sel yang disebut tangkai.Kapsul berisi sel induk spora yang
berkelompok (elater) yaitu benang-benang memanjang dengan dinding bagian
dalam terpilin.Setelah miosis terbentuklah tetraspora, tangkainya yang
memanjang arkegonium yang melebar jadi pecah dan kapsul jadi terdorong ke
bawah.Kapsul lalu mongering dan terbuka memancarkan spora, lepasnya spora
dari kapsul dibantu dengan adanya elater yang sifatnya higroskopik.Akibat
mengeringnya kapsul elater menggulung, menjadi kering dan mengadakan
gerakan sentakan yang melempar spora ke udara.
2.2.2. Lumut Daun/Musci
Lumut daun dapat tumbuh di atas tanah-tanah gundul yang periodik
mengalami masa kekeringan, bahkan di atas pasir yang bergerak pun dapat
tumbuh.Selanjutnya lumut-lumut itu dapat kita jumpai di antara rumput-rumput,
di atas batu-batu cadas, pada batang dan cabang-cabang pohon, di rawa-rawa
tetapi jarang di air.Bryopsida merupakan class lumut terbesar, terdiri 95% dari
seluruh spesies lumut, kira-kira 9.500 spesies. Kelompok ini terkenal dengan
memilikinya spore capsules dengan gigi yaitu Arthrodontous; yang terpisah dari
lainnya dan tergabung di dasar dimana mereka mengikat untuk membuka capsule.
Gigi ini mengemuka saat penutup operculum jatuh. Pada kelompok lumut lain,
14
capsule adalah nematodontous dengan operculum terikat, atau lainnya membuka
tanpa operculum atau gigi.
Susunan tubuh lumut daun pada substrat dengan menggunakan rizoid yang
multiseluler yang dapat bercabang-cabang. Mempunyai daun yang berusuk dan
tersusun dalam 3-8 deret pada sumbunya. Sumbu (batang) pada lumut daun
biasanya menunjukkan deferensiasi menjadi epidermis, korteks, dan silinder
pusat.Lumut daun banyak terdapat di tempat-tempat yang lembab, yang
mempunyai struktur seperti akar yang disebut dengan rizoid dan struktur seperti
daun.Siklus hidup lumut mengalami pergantian antara generasi haploid dengan
diploid.Sporofit pada umumnya lebih kecil, berumur pendek dan hidup tergantung
pada gametofit.
Perkembangbiakan, alat-alat kelamin terkumpul pada ujung batang atau
pada ujung cabang-cabangnya, dan dikelilingi oleh daun yang letaknya paling
atas.Daun-daun itu kadang-kadang mempunyai bentuk dan susunan yang khusus
dan seperti pada jungermaniales juga dinamakan Periantum.Alat-alat kelamin itu
dikatakan bersifat banci atau berumah satu, jika dalam kelompok itu terdapat
kumpulan arkegonium dan anteridium terpisah tempatnya.Diantara alat-alat
kelamin dalam kelompok itu biasanya terdapat sejumlah rambut-rambut yang
terdiri dari banyak sel dan dapat mengeluarkan suatu cairan.Seperti pada tubuh
buah fungi rambut-rambutsteril itu dinamakan Parafisis.
2.2.3. Lumut tanduk (Anthocerotaceae)
Bentuk tubuhnya seperti lumut hati yaitu berupa talus, tetapi sporofitnya
berupa kapsul memanjang.Sel lumut tanduk hanya mempunyai satu
kloroplas.Hidup di tepi sungai, danau, atau sepanjang selokan.Reproduksi seperti
lumut hati. Contohnya Anthocerros sp.Lumut tanduk memiliki ciri-ciri seperti:
tubuhnya mirip lumut hati, tapi berbeda pada sporofitnya, berdasarkan analisis
asam nukleat, ternyata lumut ini berkerabatan dekat dengan tumbuhan
berpembuluh dibanding dari kelas lain pada tumbuhan lumut, gametofitnya
berupa talus yg lebar dan tipis dgn tepi yg berlekuk, rhizoid berada pada bagian
ventral, habitatnya didaerah yg mempunyai kelembaban tinggi. Cotohnya
Anthoceros leavis(Sinudin, 2013).
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Ciri-ciri tumbuhan lumut yaitu berwarna hijau, belum memiliki jaringan pengangkut,
hidup di rawa-rawa atau tempat yang lembab, tinggi tubuh ± 20 cm, dinding sel
16
tersusun atas sellulose, gametangium terdiri atas anteredium dan archegonium,
mengandung kloroplas, hanya mengalami pertumbuhan primer, belum memiliki akar
sejati berupa, dan rhizoid sebagai alat fotosintesis.
2. Ada 2 tipe lumut yaitu monoecious dan dioecious.
3. Perkembangbiakan pada tumbuhan lumut bergantian antara fase aseksual dan seksual
melalui suatu pergiliran keturunan yang biasa kita sebut metagenesis.
4. Tumbuhan lumut dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu Musci (Lumut daun),
Hepaticae (Lumut hati), dan Anthocerotaceae (Lumut tanduk).
5. Berdasarkan hasil penelitian di Cina, lebih dari 40 jenis lumut telah digunakan oleh
masyarakat Cina sebagai bahan obat-obatan terutama untuk mengobati gatal-gatal
dan penyakit lain yang disebabkan oleh bakteri dan jamur
B. Saran
Dari banyaknya pemaparan mengenai tumbuhan lumut, semoga kita lebih
memanfaatkan, baik untuk segi kesehatan, maupun untuk keindahan, sehingga kita
akhirnya melestarikan tumbuhan lumut dan bukannya memusnahkannnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti, Merjin M.B, Kuswata. K, Sri S.T, Guhardja, S. Robbert. G, 2008. Bryophytes
on tree trunks in natural forests, selectively logged Forests and cacao agroforests
in central sulawesi, Indonesia. Artical in Press Biological Conservation.
Ahira, Anne. 2014. Lumut Tanduk. [http://www.anneahira.com/lumut-tanduk.htm].
diakses 03 Desember 2014.
17
Aslam, M., Tan, C.K., Prayitno, A. (2003).Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy), Menuju
Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien.Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Gradstein, S.R. (2003).Ecology of Bryophuta. A Handout Lecture of Regional Training
Course On Biodeversity and Conservation of Bryophyta and Lichens. Bogor.
Indonesia.
Glime, J.M and Saxena, D.1991. Uses of Bryophytes. Jawahar Offset Press
Daryaganj.NewDelhi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti, Merjin M.B, Kuswata. K, Sri S.T, Guhardja, S. Robbert. G, 2008.
Bryophytes on tree trunks in natural forests, selectively logged Forests
and cacao agroforests in central sulawesi, Indonesia. Artical in Press
Biological Conservation.
Ahira, Anne. 2014. Lumut Tanduk. [http://www.anneahira.com/lumut-
tanduk.htm]. diakses 03 Desember 2014.
Aslam, M., Tan, C.K., Prayitno, A. (2003).Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy),
Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien.Jakarta:
Elex Media Komputindo.
Gradstein, S.R. (2003).Ecology of Bryophuta. A Handout Lecture of Regional
Training Course On Biodeversity and Conservation of Bryophyta and
Lichens. Bogor. Indonesia.
Glime, J.M and Saxena, D.1991. Uses of Bryophytes. Jawahar Offset Press
Daryaganj.NewDelhi.
Sainudin, Muhammad. 2013. Metagenesis Tumbuhan Lumut dan Tumbuhan.
Dikutip dari
[http://muhammadsainudinnoor.blogspot.com/2013/01/metagenesis-
tumbuhan-lumut-dan-tumbuhan.html] Diakses pada 30 Oktober 2014.
Saw, J.T and Goffinet, B. 2000. Bryophyte Biology. Cambridge University Press.
Schofield, W.B. 1927. Introduction to Bryology. Departemen of Botany
University of BritishColumbia.
Semple, J. C. 1999. An Introduction to Fungi, Algae, Plants, 2th edition, Pearson
Custom Publising. Halaman 76-83.
Tjitrosomo, S. S. 1984. Botani Umum 3, edisi ketiga. PenerbitAngkasa, Bandung.
Halaman75-101.
\
17