Anda di halaman 1dari 19

Makalah Biologi

TUMBUHAN PAKU (Pteridophyta)

Disusun oleh :

1. NI KADEK SETIARI ( 20 )
2. NI KETUT AYU DITA MEDIANI ( 21 )
3. NI WAYAN PEGIANI ( 32 )
4. I KADEK ARIANA ( 05 )
5. I WAYAN EKA PUTRA ( 13 )

SMA NEGERI 1 SELAT

TAHUN PELAJARAN

2018

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa /
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya, penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Tumbuhan Berbiji (Spermatophyta )
tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima
kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Bapak I Nengah Suartha, S.Pd, selaku guru biologi yang telah banyak
memberikan masukan hingga terselesainya makalah ini.
2. Bapak dan Ibu narasumber/informan yang telah memberikan informasi
tentang segala data yang penulis perlukan untuk kelengkapan makalah ini.
3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Semoga apa yang telah diberikan memperoleh pahala yang setimpal dari Ida Sang
Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang tersaji dalam makalah ini
masih jauh dari makalah yang sempurna karena kekurangan dan keterbatasan
kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif guna
menyempurnakan karya-karya ke depannya. Pada akhirnya, penulis tetap berharap
semoga makalah ini bermanfaat dan berguna bagi dunia pendidikan pada
umumnya dan pembelajaran biologi pada khususnya.

Selat, 11 Pebruari 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ............................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................... 2
BAB II HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ................. 3
2.1 Hasil Pengamatan ....................................................................... 3
2.1.1 Paku Sarang Burung ....................................................... 3
2.1.2 Paku Sisik Naga .............................................................. 4
2.1.3 Paku Tanduk Rusa .......................................................... 5
2.2 Pembahasan ................................................................................ 7
2.2.1 Difinisi Tumbuhan Paku ................................................. 7
2.2.2 Klasifikasi Tumbuhan Paku ............................................ 8
2.2.3 Reproduksi Tumbuhan Paku ........................................... 11
BAB III PENUTUP .............................................................................. 12
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 12
3.2 Saran ........................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lumut merupakan kelompok tumbuhan kecil yang tumbuh menempel pada
berbagai jenissubstrat. Substrat yang umum dapat di tumbuhi lumut adalah pada pohon,
kayu mati, kayulapuk, serasah, tanah dan batuan dengan kondisi lingkungan lembab dan
penyinaran yangcukup. Kehidupan lumut dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti,
suhu, kelembaban dancahaya. Lumut yang hidup seperti pada pohon akan dipengaruhi
oleh struktur permukaan kulitkayu atau tempat tersebut harus lembab dengan intensitas
cahaya yang cukup (Ariyanti, 2008).
Lumut merupakan salah satukelompok tumbuhan rendah danbagian dari
keanekaragaman hayatiyang belum banyak mendapatperhatian (Windadri, 2009).
Ada24.000 spesies Bryophyta yang dikenal, dan semua tumbuhan lumut membutuhkan
kondisi lingkunganyang lembab yang masuk kedalam siklus kehidupan tumbuhan
tersebut.Divisi Bryophyta dibagi menjadi tigakelas, yaitu lumut hati
(Hepatophyta)dengan 9000 spesies dan 240 genus;lumut tanduk
(Anthocerotopyhta)hanya 500 spesies; dan lumut daun(Bryopsida) memiliki 12.000-
14.500spesies dan 670 genus (Semple,1999).
Bryophyta termasuk salah satubagian kecil dari flora yang belumbanyak tergali
juga merupakan salah satu penyokong keanekaragamanflora. Tumbuhan lumut tersebar
luasdan merupakan kelompok tumbuhanyang menarik. Mereka hidup di atastanah,
batuan, kayu, dan kadang – kadangdi dalam air. Lumut hati danlumut daun yang hidup
menyendiri biasanya tidak menarik. Namun dapat tampak bahkan menarik jika tumbuh
berkelompok. Pada umumnya jenis tumbuhan ini kurangberadaptasi pada kondisi
kehidupan daratan, dan sebagian besarmerupakan tumbuhan yang hiduppada lingkungan
lembab danterlindung. Meskipun demikian,lumut tertentu khususnya lumut
sejati(Bryopsida), dapat bertahan hiduppada musim kering. Pertumbuhannyamengalami
peremajaan jika airtersedia kembali (Tjitrosomo, 1984).
Kelas Bryopsida terdiri dari ordo Archidiales, Polytrichales, Fissidentales,
Dicranales,Funariales, Eubryales, Isobryales, Buxbaumiales, Hyponobryales dan
Tetraphidales (Eddy,1988). Polytrichales merupakan lumut yang memiliki penyebaran
4
yang luas di dunia beberapayang telah dikenali sebanyak 19 genus dan lebih kurang 370
spesies (Schofield, 1927).
Secara ekologis lumut berperan penting di dalam fungsi ekosistem. Seperti
lahangambut sangat tergantung pada lapisan atau tutupan lumut. Sehingga keberadaan
lumutsebagai penutup permukaan tanah juga mempengaruhi produktifitas, dekomposisi
sertapertumbuhan komunitas di hutan (Saw dan Goffinet, 2000).
Richardson (1981 cit. Windadri dan Siti, 2005) melaporkan bahwa beberapa
jenisanggota dari marga Polytrichum dimanfaatkan untuk memperindah taman di sekitar
puraSaihoji di kaki Gunung Koinzan di sebelah barat Kyoto. Selain itu Polytrichum
digunakansebagai indikator terhadap kondisi asam serta memiliki mineral dan unsur hara
yang kaya(Glime dan Saxene, 1991).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan lumut ?
2. Bagaimana siklus pertumbuhan dan perkembangan lumut (Bryophyta) ?
3. Apasaja macam – macam dari lumut (Bryophyta) ?
4. Apakah lumut dapat dimanfaakan dalam kehidupan sehari – hari ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan lumut.
2. Mengetahui siklus pertumbuhan dan perkembanganlumut (Bryophyta)
3. Mengetahui macam-macam lumut (Bryophyta)
4. Mengetahui macam – macam manfaat lumut dalam kehidupan sehari – hari.

BAB II
PEMBAHASAN
5
2.1 PEMBAHASAN
2.1.1 Pengertian Lumut
Secara ilmu tumbuhan, lumut termasuk Bryophyta, atau tumbuhan non
vaskuler.Lumut dapat dibedakan dari yang serupa liverworts ( Marchantiophyta atau
Hepaticae) dengan multisellular mereka rhizoid. Lain perbedaan bukanlah universal
untuk semua lumut dan semua liverworts, yang membedakan “batang” dan “daun-
daun”, ketiadaan daun-daun yang terbagi-bagi atau berlekuk, dan ketidakhadiran
daun-daun diatur dalam tiga golongan, semua menunjuk tumbuhan lumut. Sebagai
tambahan terhadap kekurangan suatu sistem vaskuler, lumut mempunyai
gametophyte-dominant siklus hidup, yaitu.sel haploid untuk kebanyakan siklus
hidupnya.Sporophytes (diploid) berumur pendek dan dependen pada atas
gametophyte.
Adapun ciri – ciri dari lumut ialah sebagai berikut :
a) Lumut mempunyai klorofil sehingga sifatnya autotrof. Lumut tumbuh di
berbagai tempat, yang hidup pada daun-daun disebut sebagai epifit. Jika pada
hutan banyak pohon dijumpai epifit maka hutan demikian disebut hutan
lumut.
b) Akar dan batang pada lumut tidak mempunyai pembuluh angkut (xilem dan
floem). Pada tumbuhan lumut terdapat Gametangia (alat-alat kelamin) yaitu:
Alat kelamin jantan disebut Anteridium yang menghasilkan Spermatozoid.
Alat kelamin betina disebut Arkegonium yang menghasilkan Ovum
c) Jika kedua gametangia terdapat dalam satu individu disebut berumah satu
(Monoesius). Jika terpisah pada dua individu disebut berumah dua
(Dioesius). Gerakan spermatozoid ke arah ovum berupakan Gerak
Kemotaksis, karena adanya rangsangan zat kimia berupa lendir yang
dihasilkna oleh sel telur.
d) Sporogonium adalah badan penghasil spora, dengan bagian - bagian
:Vaginula (kaki), Seta (tangkai), Apofisis (ujung seta yang melebar), Kotak
Spora : Kaliptra (tudung) dan Kolumela (jaringan dalam kotak spora yang
tidak ikut membentuk spora). Spora lumut bersifat haploid.
6
e) Lumut mengalami keturunan (metagenesis). Dalam daur hidupnya, lumut
mengalami duafase kehidupan, yaitu fase gametofit (haploid) dan fase
sporofit (diploid).Alatperkembangbiakan jantan berupa antheridium dan alat
perkembangbiakan betina berupaarkegonium.

2.1.2 Siklus Hidup Lumut


Lumut (dan Bryophyta lain) memiliki satu set kromosom (haploid, beebrapa
kromosom hidup dalam sebuah salinan sel yang unik). Periode siklus hidup lumut
secara lengkap, merusak kromosom, tetapi hal ini hanya pada sporofit.
Lumut hidup diawali dari sebuah spora haploid, yang bertunas untuk
memproduksi sebuah protonema, yang menumpuk filamen atau thalloid (flat dan
seperti thallus ).Ini merupakan tingkatan sementara dalam hidup lumut.Dari
protonema tumbuh gametophore yang dideferensiasi menjadi tangkai dan akar/
leaves (mikrofil).Dari tangkai atau cabang berkembang organ sex lumut.Organ
betina disebut archegonia (archegonium) dan terlindungi oleh kumpulan tangkai
yang termodifikasi yang disebut perichaetum (plural, perichaeta).Archegonia
memiliki leher disebut venter dimana sperma jantan turun.Organ jantan disebut
antheridia (singular antheredium) dan tertutup oleh modifikasi tangkai disebut
perigonium (plural, perigonia).Lumut bisa menjadi dioicous atau monoicous.Pada
lumut dioicous, kedua organ sex, jantan dan betina terlahir pada gametofit tanaman.
Pada monoicous (juga disebut autoicous) lumut, mereka terlahir pada tanaman yang
sama. Pada pengairan, sperma dari antheridia berjalan ke archegonia dan terjadi
fertilisasi, mengawali produksi sporofit diploid.Sperma lumut adalah biflagellate,
mereka memiliki dua flagella yang membantu sebagai daya pendorong.Tanpa air,
fertilisasi tidak dapat terjadi.Setelah fertilisasi, sporofit mandul didorong keluar dari
archegonial venter.Ini membutuhkan kira-kira seperempat sampai setengah tahun
untuk sporofit untuk matang. Badan sporofit terdiri dari gagang panjang, disebut
seta, dan capsule disebut operculum. Kapsul dan operculum terlapisi oleh kaliptra
yang merupakan sisa archegonial venter.Kaliptra biasanya mengecil/berkurang
ketika kapsul matang.Di dalam kapsul, sel-sel pereproduksi spora mengalami
meiosis untuk membentuk spora haploid, dimana siklus dapat berjalan lagi. Mulut
7
capsule biasanya dikelilingi oleh set gigi disebut peristome. Ini mungkin tidak terjadi
pada beberapa lumut.Pada beberapa lumut, struktur vegetatif hijau disebut gemmae
yang diproduksi pada tangkai atau cabang, yang bisa merusak dan membentuk
kembali tanaman tanpa perlu melalui fertilisasi.Ini disebut dengan reproduksi
asexual.

2.1.3 Perkembangan Lumut


Perkembangan lumut secara singkat berlangsung sebagai berikut : spora yang
kecil dan haploid, berkecambah menjadi suatu protalium yang pada lumut
dinamakan protonema. Protonema pada lumut ada yang menjadi besar, adapula yang
tetap kecil.Pada protoneme ini terdapat kuncup-kuncup yang tumbuh dan
berkembang menjadi tumbuhan lumutnya.Tubuh tumbuhan lumut berupa tallus
seperti lembaran-lembaran daun (hepaticae), atau telah mempunyai habitus seperti
pohon kecil dengan batang dan daun-daunnya (pada musci), tetapi padanya belum
terdapat akar yang sesungguhnya, melainkan hanya rizoid-rizoid yang berbentuk
benang-benang atau kadang-kadang memang telah menyerupai akar.Pada tumbuhan
inilah dibentuk gametangium.Setelah sel telur dibuahi oleh spermatozoid yang
bentuknya seperti spiral atau alat pembuka gabus tutup botol dengan dua bulu
cambuk itu, maka zigot tidak memerlukan waktu istirahat dulu tetapi terus
berkembang menjdi embrio yang diploid.Bagian bawah embrio dinamakan
kakinya.Kaki masuk ke jaringan lumut yang lebih dalam dan berfungsi sebagai alat
penghisap (haustorium).Embrio itu lalu tumbuh merupakan suatu badan yang bulat
atau jorong dengan tangkai pendek atau panjang dan seperti telah telah disebut di
atas disebut sporogonium.
Di dalam bagian yang bulat itu dibentuk spora, oleh sebab itu bagian tersebut
juga disebut kapsul spora.Kapsul spora juga dianggap sinonim dengan sporogonium
karena leher arkegonium amat sempit, maka sporogonium tidak dapat menembusnya
dan bekas dinding arkegonium ikut terangkat dan merupakan tudung capsule spora.
Mengingat bentuknya seperti tudung akar, pada ujung akar dan mungkin juga
mempunyai fungsi yang sama sebagai pelindung, maka bekas dinding arkegonium
itu juga dinamakan kaliptra. Jaringan dalam Kapsul spora dinamakan
8
arkespora.Arkespora membentuk sel induk spora, dan dari satu sel induk spora
dengan pembelahan reduksi terjadilah 4 spora yang berkelompok merupakan
tetrade.Seringkali pada pembentukan spora itu ditentukan pula jenis kelaminnya.
Dari spora itu, bergantung pada macam sporanya, akan utmbuh lumut yang berumah
satu atau berumah dua. Spora itu membulat sebelum terpisah-pidah dan terlepas dari
capsule spora.
Reproduksi lumut bergantian antara seksual dengan aseksualnya, reproduksi
aseksualnyadengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit, sedangkan
reproduksi seksualnya denganmembentuk gamet – gamet, baik gamet jantan maupun
gamet betina yang dibentuk dalam gametofit.
Ada 2 macam gametangium, yaitu sebagai berikut:
1. Arkegonium adalah gametangium betina yang bentuknya seperti botol
dengan bagian lebar yang disebut perut, bagian yang sempit disebut
leher.
2. Anteredium adalah gametangium jantan yang berbentuk bulat seperti
gada. Dinding anteredium terdiri dari selapis sel sel yang mandul dan
didalamnya terdapatsejumlah sel induk spermatozoid.

2.1.4 Klasifikasi Lumut


Divisio tumbuhan lumut dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu:
1. Musci (Lumut daun)

9
Lumut daun atau lumut sejati merupakan kelas yang terbesar dalam
Bryophyta. Hampir semua anggotanya mempunyai gametofit yang telah
terdiferensiasi sehingga dapat dibedakan bentuk-bentuk seperti batang, cabang
dan daun. Sporofit berumur panjang, berwarna kecokelatan terdiri ata kaki yang
berfungsi untuk menyerap nutrient dari gametofit dan kapsul yang disangga oleh
suatu tangkai disebut seta. Spora masak dibebaskan dari kapsul setelah operculum
(struktur semacam tutup pada kapsul) membuka secara perlahan-lahan melalui
satu atau dua baris gigi-gigi yang disebut peristom (Mishler. Et al., 2003). Disebut
lumut daun karena pada jenis lumut ini ditemukan daun meskipun ukurannya
masih kecil. Contoh-contoh spesiesnya adalah Polytrichum juniperinum, Furoria,
Pogonatum cirratum, dan Sphagnum.
2. Hepaticae (Lumut hati)

Ada 2 tipe lumut hati yaitu lumut hati bertalus (thallose liverwort) dan
lumut hati berdaun (leafy liverwort). Lumut hati melekat pada substrat dengan
10
rhizoid uniselluler (Hasan dan Ariyanti, 2004). Pada kebanyakan lumut thalloid
selain rhizoid juga dijumpai sisik-sisik. Sporofit pada kelompok lumut ini
hidupnya hanya sebentar, lunak dan tidak berklorofil. Spora yang telah masak
dikeluarkan dari kapsul dengan cara kapsul pecah menjadi 4 bagian memanjang
atau lebih (Gradstein, 2003). Lumut hati dapat bereproduksi secara seksual
dengan peleburan gamet jantan dan betina, secara aseksual dengan pembentukan
gemmae. Contohnya adalah Marchantia polymorpha.
3. Anthocerotaceae (Lumut tanduk)

Anthoceropsida atau lumut tanduk mempunyai gametofit bertalus dengan


sporofit indeterminate dan berklorofil. Berbeda dengan Bryophyta lainnya, sel-sel
talus Anthoceropsida mempunyai satu kloroplas besar pada masing-masing
selnya. Kapsul berbentuk silindris memanjang dimulai dari bagian ujung kapsul
(Hasan dan Ariyanti, 2004). Disebut sebagai lumut tanduk karena morfologi
sporofitnya mirip seprti tanduk hewan. Contohnya adalah Anthoceros leavis.

2.1.5 Manfaat Lumut


Tumbuhan lumut tidak berperan langsung dalam kehidupan manusia, tetapi ada
spesies tertentuyang dimanfaatkan oleh penduduk untuk mengobati hepatitis, yaitu
Marchantia polymorpha.Selain itujenis – jenis lumut gambut dari genus Sphagnum dapat
digunakan sebagai pembalut atau penggantikapas.Tumbuhan lumut juga memiliki peran
dalam ekosistem sebagai penyedia oksigen, penyimpanair (karena sifat selnya yang
menyerupai spons), dan sebagai penyerap polutan.Tumbuhan lumut dapat dimanfaatkan
antara lain :Sphagnum sebagai komponen dalampembentukan tanah gambut yang
bermanfaat untuk mengemburkan medium pada tanaman pot dandapat digunakan sebagai
bahan bakar.
11
Manfaat lumut bagi kehidupan manusia sangat besar. Suatu penelitian yang
menyangkut kegunaan dan manfaat lumut (Bryophyta) diseluruh dunia telah dilakukan.
Berdasarkan data yang ada, lumut dapat digunakan sebagai bahan untuk hiasan rumah
tangga, obat-obatan, bahan untuk ilmu pengetahuan dan sebagai indikator biologi untuk
mengetahui degradasi lingkungan.
Beberapa contoh lumut yang dapat digunakan tersebut adalah Calymperes,
Campylopus dan Sphagnum (Glime & Saxena, 1991 dalam Tan, 2003). Selain sebagai
indikator lingkungan, keberadaan lumut di dalam hutan hujan tropis sangat memegang
peranan penting sebagai tempat tumbuh organisme seperti serangga dan waduk air hujan
(Gradstein, 2003).
Lumut sering juga digunakan untuk pertamanan dan rumah kaca. Hal lain yang
telah dilakukan dengan lumut ini adalah menggunakannya sebagai bahan obat-obatan.
Berdasarkan hasil penelitian di Cina, lebih dari 40 jenis lumut telah digunakan oleh
masyarakat Cina sebagai bahan obat-obatan terutama untuk mengobati gatal-gatal dan
penyakit lain yang disebabkan oleh bakteri dan jamur (Ding, 1982 dalam Tan 2003).
Beberapa manfaat dari tumbuhan lumut antara lain sebagai berikut:
1. Sebagai media tanaman (pengganti ijuk): Lumut daun
2. Dapat mencegah erosi: Lumut secara umum
3. Sebagai obat penyakit hati: Marchantia sp
4. Sebagai bahan pembalut, kapas dan sumber bahan bakar: Sphagnum
5. Sebagai vegetasi perintis karena tumbuhan yang paling awal terbentuk
6. Lumut tanduk dapat dimanfaatkan sebagai indikator ekologi, indikator
pencemaran air dan udara dan indikator deposit mineral (Ahirra, 2014).

2.2 HASIL PENGAMATAN


2.2.1. Lumut hati (Hepaticeae)
Lumut hati tubuhnya berbentuk lembaran, menempel di atas permukaan
tanah, pohon atau tebing.Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati
dan banyak lekukan.Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar, batang,
12
dan daun.Hal ini menyebabkan banyak yang menganggap kelompok lumut hati
merupakan kelompok peralihan dari tumbuhan Thallophyta menuju
Cormophyta.Lumut hati beranggota lebih dari 6000 spesies.Terdapat rizoid
berfungsi untuk menempel dan menyerap zat-zat makanan.Tidak memiliki
batang dan daun.Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk gemma
(kuncup), secara generatif dengan membentuk gamet jantan dan betina.
Contohnya: Ricciocarpus, Marchantia dan Lunulari.
Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada
hati.Siklus hiduplumut ini mirip dengan lumut daun.Di dalam spongaria terdapat
sel yang berbentuk gulungan disebutalatera. Elatera akan terlepas saat kapsul
terbuka, sehingga membantu memencarkan spora. Lumutini juga dapat
melakukan reproduksi dengan cara aseksual dengan sel yang disebut gemma,
yangmerupakan struktur seperti mangkok dipermukaan gametofit. Contoh lumut
hati lainnya adalah Marchantia polymorpha dan Porella.
Adapun ciri – ciri dari lumut hati, yaitu : tubuhnya masih berupa talus dan
mempunyai rhizoid, gametofitnya membentuk anteredium dan arkegonium yang
berbentuk seperti payung, sporofit pertumbuhannnya terbatas karena tidak
mempunyai jaringan meristematik, berkembangbiak secara generatif dengan
oogami, dan secara vegetatif dengan fragmentasi, tunas, dan kuncup, habitatnya
ditempat lembab.
Berdasarkan bentuk talusnya, lumut hati terbagi dua jenis,yaitu lumut hati
bertalus dan lumut hati berdaun. Menyerupai talus (dorsiventral), bagian atas
dorsal berbeda dengan bagian bawah ventral. Daun bila ada tampak rusak dan
tersusun pada tiga deret pada batang sumbu. Alat kelamin terletak pada bagian
dorsal talus pada /pada jenis terletak pada bagian terminal, sporogonium
sederhana tersusun atas bagian kaki dan kapsul atau kaki tangkai dan
kapsul.Mekanisme merakahnya kapsul tidak menentu dan tidak teratur.Seperti
pita bercabang menggarpu dan menyerupai rusuk ditengah mempunyai
rizoid.Pada rusuk tengah, terdapat badan seperti piala dengan tepi yang bergigi,
yang disebut piala eram atau keranjang eram kepala atau mangkok. Kemudian

13
puncup-puncup eram atau tunas yang disebut gema mudah terlepas oleh air
hujan.
Perkembangbiakan
Secara aseksual, menggunakan spora dan tunas, secara seksual, ex:
Maechantia. Anteridium terpancang pada permukaaan atas, bentuknya seperti
cakram.Dasar bunga betina agak melebar dan membentuk paying, dengan cuping
berbentuk jari, umumnya berjumlah 9.Arkegonium tumbuh pada alur-alur
diantara cuping-cuping dengan leher menekuk ke bawah.Anteridium merekah
mengeluarkan sperma menuju ke arkegonium.Generasi sporofit dari telur yang
sudah dibuahi (zigot).Zigot membelah membentuk embrio (bentuk bola), bagian
pangkal dari embrio membentuk kaki masuk kejaringan reseptakel.Bagian
terbesar dari janin membentuk kapsulyang dipisahkan dari bagian kaki zona yang
terdiri dari sel-sel yang disebut tangkai.Kapsul berisi sel induk spora yang
berkelompok (elater) yaitu benang-benang memanjang dengan dinding bagian
dalam terpilin.Setelah miosis terbentuklah tetraspora, tangkainya yang
memanjang arkegonium yang melebar jadi pecah dan kapsul jadi terdorong ke
bawah.Kapsul lalu mongering dan terbuka memancarkan spora, lepasnya spora
dari kapsul dibantu dengan adanya elater yang sifatnya higroskopik.Akibat
mengeringnya kapsul elater menggulung, menjadi kering dan mengadakan
gerakan sentakan yang melempar spora ke udara.
2.2.2. Lumut Daun/Musci
Lumut daun dapat tumbuh di atas tanah-tanah gundul yang periodik
mengalami masa kekeringan, bahkan di atas pasir yang bergerak pun dapat
tumbuh.Selanjutnya lumut-lumut itu dapat kita jumpai di antara rumput-rumput,
di atas batu-batu cadas, pada batang dan cabang-cabang pohon, di rawa-rawa
tetapi jarang di air.Bryopsida merupakan class lumut terbesar, terdiri 95% dari
seluruh spesies lumut, kira-kira 9.500 spesies. Kelompok ini terkenal dengan
memilikinya spore capsules dengan gigi yaitu Arthrodontous; yang terpisah dari
lainnya dan tergabung di dasar dimana mereka mengikat untuk membuka capsule.
Gigi ini mengemuka saat penutup operculum jatuh. Pada kelompok lumut lain,

14
capsule adalah nematodontous dengan operculum terikat, atau lainnya membuka
tanpa operculum atau gigi.
Susunan tubuh lumut daun pada substrat dengan menggunakan rizoid yang
multiseluler yang dapat bercabang-cabang. Mempunyai daun yang berusuk dan
tersusun dalam 3-8 deret pada sumbunya. Sumbu (batang) pada lumut daun
biasanya menunjukkan deferensiasi menjadi epidermis, korteks, dan silinder
pusat.Lumut daun banyak terdapat di tempat-tempat yang lembab, yang
mempunyai struktur seperti akar yang disebut dengan rizoid dan struktur seperti
daun.Siklus hidup lumut mengalami pergantian antara generasi haploid dengan
diploid.Sporofit pada umumnya lebih kecil, berumur pendek dan hidup tergantung
pada gametofit.
Perkembangbiakan, alat-alat kelamin terkumpul pada ujung batang atau
pada ujung cabang-cabangnya, dan dikelilingi oleh daun yang letaknya paling
atas.Daun-daun itu kadang-kadang mempunyai bentuk dan susunan yang khusus
dan seperti pada jungermaniales juga dinamakan Periantum.Alat-alat kelamin itu
dikatakan bersifat banci atau berumah satu, jika dalam kelompok itu terdapat
kumpulan arkegonium dan anteridium terpisah tempatnya.Diantara alat-alat
kelamin dalam kelompok itu biasanya terdapat sejumlah rambut-rambut yang
terdiri dari banyak sel dan dapat mengeluarkan suatu cairan.Seperti pada tubuh
buah fungi rambut-rambutsteril itu dinamakan Parafisis.
2.2.3. Lumut tanduk (Anthocerotaceae)
Bentuk tubuhnya seperti lumut hati yaitu berupa talus, tetapi sporofitnya
berupa kapsul memanjang.Sel lumut tanduk hanya mempunyai satu
kloroplas.Hidup di tepi sungai, danau, atau sepanjang selokan.Reproduksi seperti
lumut hati. Contohnya Anthocerros sp.Lumut tanduk memiliki ciri-ciri seperti:
tubuhnya mirip lumut hati, tapi berbeda pada sporofitnya, berdasarkan analisis
asam nukleat, ternyata lumut ini berkerabatan dekat dengan tumbuhan
berpembuluh dibanding dari kelas lain pada tumbuhan lumut, gametofitnya
berupa talus yg lebar dan tipis dgn tepi yg berlekuk, rhizoid berada pada bagian
ventral, habitatnya didaerah yg mempunyai kelembaban tinggi. Cotohnya
Anthoceros leavis(Sinudin, 2013).
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Ciri-ciri tumbuhan lumut yaitu berwarna hijau, belum memiliki jaringan pengangkut,
hidup di rawa-rawa atau tempat yang lembab, tinggi tubuh ± 20 cm, dinding sel

16
tersusun atas sellulose, gametangium terdiri atas anteredium dan archegonium,
mengandung kloroplas, hanya mengalami pertumbuhan primer, belum memiliki akar
sejati berupa, dan rhizoid sebagai alat fotosintesis.
2. Ada 2 tipe lumut yaitu monoecious dan dioecious.
3. Perkembangbiakan pada tumbuhan lumut bergantian antara fase aseksual dan seksual
melalui suatu pergiliran keturunan yang biasa kita sebut metagenesis.
4. Tumbuhan lumut dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu Musci (Lumut daun),
Hepaticae (Lumut hati), dan Anthocerotaceae (Lumut tanduk).
5. Berdasarkan hasil penelitian di Cina, lebih dari 40 jenis lumut telah digunakan oleh
masyarakat Cina sebagai bahan obat-obatan terutama untuk mengobati gatal-gatal
dan penyakit lain yang disebabkan oleh bakteri dan jamur

B. Saran
Dari banyaknya pemaparan mengenai tumbuhan lumut, semoga kita lebih
memanfaatkan, baik untuk segi kesehatan, maupun untuk keindahan, sehingga kita
akhirnya melestarikan tumbuhan lumut dan bukannya memusnahkannnya.

DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti, Merjin M.B, Kuswata. K, Sri S.T, Guhardja, S. Robbert. G, 2008. Bryophytes
on tree trunks in natural forests, selectively logged Forests and cacao agroforests
in central sulawesi, Indonesia. Artical in Press Biological Conservation.
Ahira, Anne. 2014. Lumut Tanduk. [http://www.anneahira.com/lumut-tanduk.htm].
diakses 03 Desember 2014.

17
Aslam, M., Tan, C.K., Prayitno, A. (2003).Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy), Menuju
Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien.Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Gradstein, S.R. (2003).Ecology of Bryophuta. A Handout Lecture of Regional Training
Course On Biodeversity and Conservation of Bryophyta and Lichens. Bogor.
Indonesia.
Glime, J.M and Saxena, D.1991. Uses of Bryophytes. Jawahar Offset Press
Daryaganj.NewDelhi.

18
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti, Merjin M.B, Kuswata. K, Sri S.T, Guhardja, S. Robbert. G, 2008.
Bryophytes on tree trunks in natural forests, selectively logged Forests
and cacao agroforests in central sulawesi, Indonesia. Artical in Press
Biological Conservation.
Ahira, Anne. 2014. Lumut Tanduk. [http://www.anneahira.com/lumut-
tanduk.htm]. diakses 03 Desember 2014.
Aslam, M., Tan, C.K., Prayitno, A. (2003).Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy),
Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien.Jakarta:
Elex Media Komputindo.
Gradstein, S.R. (2003).Ecology of Bryophuta. A Handout Lecture of Regional
Training Course On Biodeversity and Conservation of Bryophyta and
Lichens. Bogor. Indonesia.
Glime, J.M and Saxena, D.1991. Uses of Bryophytes. Jawahar Offset Press
Daryaganj.NewDelhi.
Sainudin, Muhammad. 2013. Metagenesis Tumbuhan Lumut dan Tumbuhan.
Dikutip dari
[http://muhammadsainudinnoor.blogspot.com/2013/01/metagenesis-
tumbuhan-lumut-dan-tumbuhan.html] Diakses pada 30 Oktober 2014.
Saw, J.T and Goffinet, B. 2000. Bryophyte Biology. Cambridge University Press.
Schofield, W.B. 1927. Introduction to Bryology. Departemen of Botany
University of BritishColumbia.
Semple, J. C. 1999. An Introduction to Fungi, Algae, Plants, 2th edition, Pearson
Custom Publising. Halaman 76-83.
Tjitrosomo, S. S. 1984. Botani Umum 3, edisi ketiga. PenerbitAngkasa, Bandung.
Halaman75-101.
\

17

Anda mungkin juga menyukai