Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BRYOPHYTA

DOSEN PENGAMPU: Sari Rahayu Rahman S.Pd., M.Pd

DI SUSUN OLEH:

NAMA: NURFADILA

NIM : H0320002

KELAS : BIOLOGI C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Penulisan makalah ini adalah salah
tugas dalam mata kuliah Sistematika Tumbuhan
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Atas tersusunnya makalah ini, maka kami menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada Ibu Dosen Sari Rahayu Rahman S.Pd., M.pd selaku Dosen Pengampu Mata
kuliah Sistematika Tumbuhan , dan segenap pihak yang membantu hingga makalah ini
terselesaikan.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak
yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.

Tinambung, 20 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Cover .......................................................................................................................1
Kata pengantar ........................................................................................................2
Daftar isi..................................................................................................................3
Bab 1 Pendahuluan..................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................4
B. Rumusan Masalah .....................................................................................4-5
C. Tujuan .......................................................................................................5
Bab 2 Pembahasan...................................................................................................6-13
Bab 3 Penutup .........................................................................................................14
A. Kesimpulan ...............................................................................................14
B. Saran .........................................................................................................14
Daftar Pustaka..........................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

  Lumut merupakan kelompok tumbuhan kecil yang tumbuh menempel pada


berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat di tumbuhi lumut adalah pada
pohon, kayu mati, kayu lapuk, serasah, tanah dan batuan dengan kondisi lingkungan
lembab dan penyinaran yang cukup. Kehidupan lumut dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti, suhu, kelembaban dan cahaya. Lumut yang hidup seperti pada
pohon akan dipengaruhi oleh struktur permukaan kulit kayu atau tempat tersebut
harus lembab dengan intensitas cahaya yang cukup (Ariyanti, 2008). Lumut
merupakan salah satu kelompok tumbuhan rendah dan bagian dari keanekaragaman
hayati yang belum banyak mendapat perhatian (Windadri, 2009). Ada spesies
Bryophyta yang dikenal, dan semua tumbuhan lumut membutuhkan kondisi
lingkungan yang lembab yang masuk kedalam siklus kehidupan tumbuhan tersebut.
Divisi Bryophyta dibagi menjadi tiga kelas, yaitu lumut hati (Hepatophyta) dengan
9000 spesies dan 240 genus; lumut tanduk (Anthocerotopyhta)hanya 500 spesies;
dan lumut daun(bryopsida) memiliki spesies dan 670 genus (Semple,1999).
Bryophyta termasuk salah satu bagian kecil dari flora yang belum banyak tergali
juga merupakan salah satu penyokong keanekaragaman flora. Tumbuhan lumut
tersebar luas dan merupakan kelompok tumbuhan yang menarik. Mereka hidup di
atas tanah, batuan, kayu, dan kadang kadang di dalam air. Lumut hati dan lumut
daun yang hidup menyendiri biasanya tidak menarik. Namun dapat tampak bahkan
menarik jika tumbuh berkelompok. Pada umumnya jenis tumbuhan ini kurang
beradaptasi pada kondisi kehidupan daratan, dan sebagian besar merupakan
tumbuhan yang hidup pada lingkungan lembab dan terlindung. Meskipun demikian,
lumut tertentu khususnya lumut sejati (Bryopsida), dapat bertahan hidup pada
musim kering. Pertumbuhannya mengalami peremajaan jika air tersedia kembali
(Tjitrosomo, 1984). Kelas Bryopsida terdiri dari ordo Archidiales, Polytrichales,
Fissidentales, Dicranales, Funariales, Eubryales, Isobryales, Buxbaumiales,
Hyponobryales dan Tetraphidales (Eddy,1988). Polytrichales merupakan lumut
yang memiliki penyebaran yang luas di dunia beberapa yang telah dikenali
sebanyak 19 genus dan lebih kurang 370 spesies (Schofield, 1927).

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang di maksud Brhyophyta?
b. Bagaimanaka ciri-ciri Bryophyta?
c. Seperti apakah klasifikasi Bryophyta?
d. Bagaimanakah daur hidup/ siklus hidup Bryophyta?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari mempelajari makalah ini yakni agar mahasiswa mampu
mempelajari dan mengetahui mengenai pengertian Bryophyta, ciri-ciri, klasifikasi,
daur hidup/siklus hidup Bryophyta
BAB II

PENDAHULUAN

A. Pengertian Bryohyta

Lumut (Bryophyta) merupakan kelompok tumbuhan tingkat rendah yang


tumbuh meluas di daratan. Secara ekologi lumut berperan penting dalam
ekosistem, seperti menjaga keseimbangan air, siklus hara, menjadi habitat
penting bagi organisme lain, dapat dijadikan sebagai bioindikator karena
tumbuhan ini lebih sensitif terhadap perubahan lingkungan dan merupakan
tumbuhan perintis. Pentingnya peran lumut dan belum adanya data mengenai
jenis-jenis lumut di Daerah Aliran Sungai Kabura-burana maka sangat perlu
dilakukan penelitian ini untuk mengetahui jenis-jenis lumut yang tumbuh di
Daerah Aliran Sungai Kabura-burana. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif dengan menggunakan metode eksplorasi. Hasil penelitian diperoleh 15
spesies lumut yang terdiri atas 11 spesies lumut daun dan 4 spesies lumut hati.
Delapan jenis lumut teridentifikasi sampai tingkat spesies, lima jenis
teridentifikasi hingga tingkat genus dan dua lainnya teridentifikasi hingga
tingkat familia.

Lumut (Bryophyta) merupakan kelompok tumbuhan tingkat rendah yang


tumbuh meluas di daratan. Lumut sejatinya tumbuhan kecil yang tumbuh
menempel pada substrat (batu, pohon, kayu, dan tanah). Kehidupan lumut
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban dan cahaya.
Perbedaan toleransi tiap spesies tumbuhan lumut terhadap faktor lingkungan
akan berpengaruh terhadap tingkat adaptasi, komposisi jenis dan distribusi
tumbuhan lumut (Windadri & Susan, 2013; Mulyani, Perwati, & Murningsi,
2015). Secara ekologi lumut berperan penting dalam ekosistem, terutama pada
daerah hujan hutan tropis lumut berperan dalam menjaga keseimbangan air,
siklus hara dan merupakan habitat penting bagi organisme lain serta dapat
dijadikan sebagai bioindikator karena tumbuhan ini lebih sensitif terhadap
perubahan lingkungan. Lumut (Bryophyta) juga merupakan tumbuhan perintis
yang menjadi pembuka ruang untuk ditumbuhi tanaman lainnya, (Bawaihaty,
Istomo, & Hilwan, 2014; Khotimperwati, Rahadin, & Baskoro, 2015).
B. Ciri-ciri Bryophyta
Adapun ciri-ciri dari tumbuhan Bryophyta adalah sebagai berikut:

a. Sel-sel penyusun tubuhnya mempunyai dinding sel yang tersusun atas


selulosa. Multiseluler. Tidak memiliki pembuluh seperti xylem dan floem.
b. Air masuk dalam tubuh lumut secara imbibisi, sementara hasil fotosintesis
didistribusikan secara defusi, daya kapilaritas, dan dengan aliran
sitoplasma.
c. Dinding sel terdiri atas selulosa.
d. Mengalami metagenesis
e. Merupakan peralihan antara Thallophyta dan Cormophyta
f. Permukaan luar tubuh dilapisi dengan lapisan berlilin yang berguna untuk
menahan masuknya air dan mengurangi penguapan.
g. Akar berupa akar semu (rizoid) yang terdiri dari beberapa lapis sel
parenkim dan berbentuk seperti rambut/benang-benang. Akar itu juga
berfungsi untuk menempelkan lumut.
h. Zigot berkembang menjadi embrio dan akan tetap tinggal di dalam
gametangium betina. Sperma diproduksi anteridium dan ovum diproduksi
arkegonium.
Batang dan daunnya mempunyai susunan yang berbeda, yaitu:

a. Berukuran kecil dan jarang mencapai 15 cm


b. Selapis sel kulit, yang beberapa diantaranya membentuk rizoid epidermis,
rizoid tampak seperti benang yang berfungsi sebagai akar dan menyerap
makanan dari air dan garam mineral
c. Lapisan kulit dalam tersusun atas korteks, silinder pusat yang terdiri dari sel
penunjang atau parenkim yang memanjang, tidak mengandung xilem dan
floem
d. Silinder pusat, terdiri atas sel parenkim yang berguna untuk mengangkut ari
dan garam mineral.
e. Pertumbuhan pada lumut yaitu secara memanjang
f. Susunan gametangiumnya (arkegonium ataupun anteredium) yang khas,
sering dijumpai pada tumbuhan paku (pteridophyta), terutama
arkegoniumnya. Arkegonium adalah gamet betina yang berbentuk seperti
botol dan mengandung sel ovum, sedangkan anteredium adalah gamet jantan
tabg berbentuk bulat dan mengandung sel spermatozoid
g. Daunnya setebal satu lapis sel, kecuali ibu tulang daun yang lebih dari satu
lapis. Sel-sel daun kecil, mengandung kloroplas yang tersusun seperti jaring
dan berbentuk sempit dan memanjang
Sporofit (sporogonium) terdiri atas:
a. Seta atau tangki
b. Vaginula, yaitu kaki yang diselubungi dinding arkegonium
c. Apofisis, yaitu ujung seta atau tangki yang melebar, merupakan peralihan
antara seta dan kotak spora
d. Kaliptra atau tudung, yaitu berasal dari dinding arkegonium atas dan akan
menjadi tudung kotak spora
e. Kolumela, jaringan yang tidak ikut mengambil bagian dalam pembentukan
spora
f. Sistem reproduksi bersifat metagenesis, yaitu reproduksi silih berganti
antara seksual (gametofit) dan aseksual (sporofit). Reproduksi seksual
membentuk gamet jantan dan betina dalam gametofit, sedangkan
reproduksi aseksual dengan spora haploid terbentuk didalam sporofit
C. Klasifikasi Bryophyta
Lumut (bryphyta) memiliki hubungan kekerabatan yang cukup dekat dengan
ganggang hijau dan diprediksikan keduanya memiliki hubungan filogeni yang
dekat. Bryophyta merupakan bagian dasar dari pohon filogenik untuk tumbuhan
yang ada di wilayah daratan, dengan struktur tubuh dengan fase gametofit dan
sporofit yang berumur pendek. Bryophyta memiliki tahapan seksual (gametofit)
pada siklus hidupnya dan tahapan sporofit dengan organ penghasil spora
(sporangium) yang biasanya akan menjadi parasite pada bagian gametofitnya.
Spora yang ada di dalam sporangium akan dikeluarkan ke udara setelah matang.
a. Lumut Hati (hepaticeae)

Dalam lumut hati, identifikasi dapat dibantu melalui penentuan


bentuk gametofit, anatomi internal dan isi sel pada talus, dan posisi organ
seksual dan struktur pelindungnya. Fitur sporofit, seperti anatomi internal
seta, ornamen jaket sporangial, ornamen spora, dan struktur elater, juga
penting untuk identifikasi. Dalam genus berdaun, ini fitur internal dan
eksternal yang sama, di samping pengaturan daun dan bentuk serta detail sel,
dan posisi juga pola bercabang dari rhizoid, juga penting untuk tujuan
klasifikasi. Lumut hati (hepaticeae) dengan perbedaan bangsa yaitu lumut
hati bertalus (marchantiales) dan lumut hati berdaun (jungermaniales)
didominasi dengan bentuk tumbuhan dominan talus yang menempel pada
permukaan tanah. Memang dibutuhkan pengamatan yang teliti untuk
membedakan dua bangsa pada lumut hati tersebut. Hal ini karena daun yang
menempel pada jungermaniales hanya sedikit (satu atau dua lembar saja)
sehingga akan sangat sulit untuk membedakan apabila daun tersebut belum
nampak dalam struktur tubuh lumut hati. Daun yang ada pada lumut hati
bukanlah tipe daun sejati seperti umunya kita temui pada tumbuhan tingkat
tinggi. Struktur daun tersebut tidak memiliki pelepah dan biasanya hanya
terdiri dari susunan sel berjajar yang sederhana dan menebal. Lumut hati
memiliki alat penghasil spora (sporangium)dengan kaki pendukung yang
disebut seta dan dilindungi oleh struktur yang disebut elater. Setelah
sporangium matang, seta menegak karena tekanan air dalam sel-selnya dan
akan mendorong spora untuk keluar dari sporangium. Spora matang akan
keluar ketika sporangium pecah dan elater juga membuka karena dipicu oleh
udara yang kering.
Lumut hati juga mungkin memiliki gametofit, tetapi sebagian besar
berdaun dengan daun dalam dua atau tiga baris. Organ seksual bersifat
diskrit dan umumnya berada di permukaan, serta dilindungi oleh struktur
yang menyelimuti dengan rhizoid uniseluler. Daun sering berlubang dan
tidak memiliki pelepah, dan seluruh daun terdiri dari satu sel yang menebal.
Dalam kebanyakan kasus, sporangium matang ketika dilindungi oleh
struktur yang menyelimuti; setelah matang, seta yang tidak berwarna akan
mendorongnya di atas selubung pelindung. Seta berstruktur tegak karena
tekanan air di dalam sel-selnya.Seta biasanya memiliki kutikula dan, oleh
karena itu, tidak dapat menyerap air secara langsung. Spora ditumpahkan
ketika sporangium pecah yang berfungsi untuk mendorong spora dan
mencampur dengan sel-sel pelindung (elaters) untuk mengeringkan udara.
Elaters membuka dengan cepatsaat kering dan lemparkan spora ke udara,
dan kemudian seta akan gugur/ luruh.
b. Lumut Tanduk (anthocerotales)
Bryophyta memiliki klasifikasi yang jelas berdasarkan bentuk
tubuhnya. Lumut tanduk (anthocerotales) selalu memiliki struktur yang
dicirikan dengan adanya sporofit yang berbentuk tanduk, dengan organ
seksual yang tertanam dalam bentuk tubuh yang disebut talus. Dalam
perkembangbiakannya lumut tanduk mengeluarkan spora terus menerus dari
sporangiumnya untuk kemudian berkembang menjadi lumut tanduk yang
baru. Pada lumut tanduk, struktur talus, terutama anatomi internal dan isi sel
merupakan hal penting yang dapat diamati untuk klasifikasi. Begitu juga
sporofit (yang mengandung dinding sporangial, spora dan ornamentasinya,
dan sel steril bercampur dengan spora) dan struktur silinder steril (jika ada)
di sporangium. Bagian-bagian tersebut merupakan bentuk spesifik yang ada
pada lumut tanduk sehingga memudahkan untuk klasifikasi.
c. Lumut Daun (mucci)
Di lumut daun, fitur gametofitik dari struktur daun (terutama rincian
sel dan bentuk daun), detail dari margin daun, ornamen sel, penampang
melintang dari pelepah, dan posisi organ seksualyang terhubung dengan
puncak batang sangat membantu klasifikasi . Fitur sporofit juga penting
untuk identifikasi terutama terkait dengan sporangium, khususnya orientasi,
bentuk, struktur pelindung sporangial (khususnya stomata dan bentuk sel
dari sel terluar). Musci (lumut daun) bagian tumbuhan tidak berpembuluh
dan tumbuhan berspora yang termasuk kelasterbesar dalam divisi tumbuhan
lumut atau Bryophyta lebih dikenal dengan lumut sejati, hal ini dikarenakan
bentuk 1tubuhnya yang kecil, memiliki bagian menyerupai akar (rizhoid),
batang (semu), dandaun. Lumut yang dapat tumbuh tegakini merupakan
kelompok lumut terbanyak dibanding dengan lumut lainnya, yaitu sekitar ±
12.000 jenis (spesies) dan tersebar hampir disetiap penjuru dunia. Musci
(lumut daun) dapat tumbuh di atas tanahtanah gundul yangsecara bertahap
mengalami kegersangan, pada tanah bertekstur pasir yang bergerak
sekalipun dapat tumbuh,dapat dijumpai juga diantara rerumputan diatas
batu-batuan cadas, pada batang-batang dan cabang-cabang pohon,
dirawarawa, tetapi jarang didalam laut (Gembong, 1991). Lumut daun yang
menghampar luas dapat menyerap dan menahan air lebih lama dalam jumlah
cukup. Hal ini terjadi karena dalamhamparan lumut daun terdiri dari satu
tumbuhan lumut daun yang tumbuh berkelompok secara erat dan padat
untuk saling menguatkan, menyokong. Lumut ini tidak melekat pada
substratnya, tetapi mempunyai rizoid yang melekat pada tempat tubuhnya.
D. Daur Hidup/ Siklus Hidup Bryophyta

Ukuran tubuh bryophytarelative kecil serta memiliki fase seksual yang


disebut gametofit dalam siklus reproduksinya. Sedangkan struktur sporofit yang
berperan untuk menghasilkan spora merupakan fase lanjutan dalam siklus
reproduksinya. Sporofit berperan menghasilkan spora yang biasanya menempel
pada struktur gametofit tumbuhan lumut tersebut. Gametofit pada tumbuhan
lumut berwarna hijau, berdaun (di semua lumut dan sebagian besar lumut hati)
atau juga dapat berbentuk talus (pada beberapa lumut hati dan semua lumut
tanduk). Gametangia tersebut tersusun oleh satu atau lebih lapisan sel yang steril
dan membentuk dinding yang di dalamnya banyak mengandung gamet.
Antheridium (gametangium jantan) menghasilkan banyak antherozoid atau
spermatozoid, sedangkan archegonia (gametangiumbetina) mengandung satu sel
tunggal (oosphere atau telur). Siklus hidup tumbuhan lumut tersebut
menunjukkan pergiliran generasi yaitu gametofit, yaitu individu multiseluler
dengan sel-selnya yang haploid dan generasi sporofit dengan individu
multiselulernya dengan sel-sel yang diploid.
Gametofit akan menghasilkan gamet haploid yang akan menyatu untuk
membentuk zigot, dan kemudian zigot berkembang menjadi sporofit yang
diploid. Pergiliran keturunan tersebut akan terus berlangsung saling
menghasilkan untuk menunjang reproduksi selama kehidupan tumbuhan lumut.
Di dalam siklus hidupnya kelompok tumbuhan lumut mempunyai dua generasi
yaitu generasi gametofit dan generasi sporofit. Generasi gametofit meliputi
rhizoid, batang dan daun. Pada bagian ujung batang biasanya akan dihasilkan
archegonium (alat perkembangan betina) dan antheredium (alat
perkembangbiakan jantan).
Apabila telah terjadi pembuahan maka terbentuklah zygote yang akan
membelah dan kemudian berkembang membentuk seta, kapsul (peristome,
annulus, operculum) dan calyptra yang sering disebut sebagai generasi sporofit.
Di dalam kapsul, sel-sel induk spora (sporosit) berpisah secara meiosis, yang
umumnya berasal dari tetrad spora haploid. Setelah matang, spora akan
dilepaskan dari kapsul (sporangium) dan tersebar dengan bantuanangin.Spora
yang jatuh pada media atau substrat yang cocok akan mengalami
perkecambahan sehingga membentuk struktur yang disebut protonema.
Protonema lumut akan berdiferensiasi menjadi kloronema (sel-sel dengan
banyak kloroplas dan dinding transversus), caulonema (sel-sel dengan kloroplas
berbentuk jarum dan dinding transversal miring) dan rhizoid (sel-sel coklat
tanpa kloroplas dan dinding melintang miring) (Xishuangbanna et al., 2014).
Pergiliran keturunan (metagenesis)pada lumut mengalami dua fase kehidupan
yaitu fase sporofit (2n) dan fase gametofit (n). Kedua fase tersebut akan
bergabung menjadi satu struktur tubuh bryophyte dengan bagian bawah adalah
gametofit dan bagian atas adalah sporofit. Struktur rhizoid melekat pada talus
Bab II Klasifikasi dan Perkembangan Bryophyta 49 yang terdiri dari satu atau
beberapa lapisan sel, bercabang dichotomik atau dengan bentuk roset.
Sedangkan phyllids melekat pada caulid, dan umumnya hijau, kecil dan hanya
terdiri dari satu sel berlapis. Di lumut, phyllids umumnya memiliki daerah pusat
tebal (dengan lebih dari satu lapisan sel) yang mirip dengan vena sentral di daun
tanaman lain dan disebut costa. Sebaliknya, dalam lumut hati, phyllids disusun
dalam tiga baris, atau jarang dalam dua atau empat, tetapi tidak memiliki costa
sejati.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Lumut (Bryophyta) merupakan kelompok tumbuhan tingkat rendah
yang tumbuh meluas di daratan. Lumut sejatinya tumbuhan kecil yang
tumbuh menempel pada substrat (batu, pohon, kayu, dan tanah). Pembagian
Bryophyta terbagi atas 3 yakni: lumut hati, lumut tanduk, dan lumut daun

B. Saran
Setelah mempelajari makalah ini semoga pembaca dapat memahami isi dari
makalah ini, walaupun isi dari makalah ini kurang sempurna. Mudah-
mudahan apa yang pembaca dapatkan dari makalah ini dapat menambah
pengetahuan pembaca mengenai hubungan pendidikan dengan proses
pembelajaran, pengajaran, pelatihan dan pembimbingan.
DAFTAR PUSTAKA

Jumiati.2020. Inventarisasi Jenis-Jenis Lumut (Bryophyta) di Daerah Aliran Sungai


KaburaBurana Kecamatan Batauga Kabupaten Buton Selatan.(online)
(https://jurnalfkip.unram.ac.id/) diakses pada hari Rabu tanggal 20Oktober
2021

Dikutip dari : https://www.gramedia.com/literasi/bryophyta/

Dikutip dari : Lukitasari, Marheny. 2018.Mengenal Tumbuhan Lumut (Bryophyta)


Deskripsi, Klasifikasi, Potensi Dan Cara Mempelajarinya. CV. AE MEDIA GRAFIKA.
Hal 15-19

Dikutip dari Lukitasari, Marheny. 2018.Mengenal Tumbuhan Lumut (Bryophyta)


Deskripsi, Klasifikasi, Potensi Dan Cara Mempelajarinya. CV. AE MEDIA GRAFIKA.
Halaman 46-49

Anda mungkin juga menyukai