Anda di halaman 1dari 68

MAKALAH

CONTOH TUMBUHAN RENDAH

DI SUSUN

OLEH :

FAHRI KATURI

411420066

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah pada mata kuliah Biologi Umum dengan judul
“Contoh Tumbuhan Rendah” tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Biologi Umum. Terima kasih juga saya haturkan kepada Ibu dosen
pengapu Dr. Dewi Wahyuni K Baderan, S.Pd., M.Si mata kuliah Biologi Umum yang telah
memberikan tugas mengenai makalah ini sehingga pengetahuan saya akan contoh-contoh dari
tumbuhan rendah dan juga dalam penulisan makalah ini semakin baik. Insya Allah.

Tidak ada manusia yang sempurna, oleh karena itu saya menyadari masih terdapat banyak
kesalahan yang tanpa sengaja dibuat, baik kata maupun tata bahasa didalam makalah ini. Untuk
itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bunta, 14 – 10 – 2020

Penyusun

Fahri Katuri

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang.................................................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah............................................................................................................. 2
3. Tujuan Penulisan............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1............................................................................................................................................. Alga
e (Ganggang)...................................................................................................................... 3
2.2............................................................................................................................................. Fung
i (Jamur, Cendawan)........................................................................................................... 19
2.3............................................................................................................................................. Lich
enes (Lumut Kerak)............................................................................................................ 32
2.4. Bryophyta (Lumut)............................................................................................................ 43
2.5. Pteridophyta (Paku-pakuan).............................................................................................. 51
BAB III PENUTUP
.1. Kesimpulan........................................................................................................................ 62
3.2. Saran.................................................................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
ii

PENDAHULUAN

.2. Latar Belakang


Tumbuhan maupun hewan terdiri atas jumlah individu yang sangat banyak sehingga
terbentukberbagai macam jenisnya. Tunbuhan tingkat rendah merupakan kelompok
tumbuhan yang berstruktur tubuh dan perkembangan organ tubuhnya masih sangat
sederhana. Meskipun sebagian ada yang memiliki organ seperti batang, akar, dan daun
namun bukan merupakan organ sejati. Algae (Ganggang), Fungi (Jamur), Lichenes (Lumut
Kerak), Bryophyta (Lumut), dan Pteridophyta (Paku-pakuan) inilah tumbuhan yang
termasuk kedalam tumbuhan tingkat rendah.
Morfologi algae menurut sebagian ahli botani memasukkan algae ini kedalam dunia
tumbuh-tumbuhan dan secara morfologi tubuh algae tidak memiliki akar, batang, dan daun
yang sejati seperti layaknya tumbuhan tingkat tinggi, tetapi hanya menyerupai saja bagian-
bagian tersebut karena algae hanyalah berbentuk talus belaka dan di masukkan ke dalam
tumbuhan tingkat rendah.
Jamur merupakan salah satu tumbuhan tingkat rendah yang tidak berklorofil. Jamur
adalah organisme yang terdapat dimana-mana di bumi, baik di daerah tropik, subtropik, di
kutub utara, maupun antarika. Fungi juga ditemukan di darat, di perairaian tawar, di laut, di
mangrove, di bawah permukaan tanah, di kedalaman   laut, dipengunungan, maupun di
udara. Banyak faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan fungi, antara lain
kelembapan, suhu, keasaman substrat, pengudaraan, dan kehadiran nutrien-nutrien yang
diperlukan.
Lumut kerak bukanlah kelompok lumut tetapi merupakan gabungan antara fungi dan
algae sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan. Tumbuhan ini
tergolong tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam pembentukan tanah. Disebut lumut
kerak kaarena bentuk thalusnya menyerupai kerak yang menempel di pepohonan, di tebing
dan batuan.
Lumut merupakan salah satu kelompok tumbuhan rendah dan bagian dari
keanekaragaman hayati yang belum banyak mendapat perhatian (Windadri, 2009). Lumut
merupakan kelompok tumbuhan kecil yang tumbuh menempel pada berbagai jenis substrat.
Substrat yang umum dapat di tumbuhi lumut adalah pada pohon, kayu mati, kayu lapuk,
1
serasah, tanah dan batuan dengan kondisi lingkungan lembab dan penyinaran yang cukup.
Kehidupan lumut dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti, suhu, kelembaban dan cahaya.
Lumut yang hidup seperti pada pohon akan dipengaruhi oleh struktur permukaan kulit kayu
atau tempat tersebut harus lembab dengan intensitas cahaya yang cukup
Tumbuhan paku (Pteridophyta) adalah divisi dari kingdom Plantae yang anggotanya
memiliki akar, batang, dan daun sejati, serta memiliki pembuluh pengangkut. Tumbuhan
paku sering disebut juga dengan kormofita berspora karena berkaitan dengan adanya akar,
batang, daun sejati, serta bereproduksi aseksual dengan spora. Tumbuhan paku juga disebut
sebagai tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta) karena memiliki pembuluh pengangkut.
Tumbuhan paku (Pteridophyta) digolongkan tumbuhan tingkat rendah, karena meskipun
tubuhnya sudah jelas memiliki kormus serta mempunyai sistem pembuluh tetapi belum
menghasilkan biji dan alat perkembangbiakan yang utama adalah spora. Sebagai tumbuhan
tingkat rendah, Pteridophyta lebih maju daripada Bryophyta sebab sudah ada sistem
pembuluh, sporofitnya hidup bebas dan berumur panjang, sudah ada akar sejati, dan
sebagian sudah merupakan tumbuhan heterospor.

1.2. Rumusan Masalah


Apa-apa saja contoh tumbuhan rendah?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi Umum.
2. Untuk mengetahui contoh-contoh dari tumbuhan rendah.
2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Algae (Ganggang)


A. Pengertian Algae
Alga adalah tumbuhan nonvascular yang memiliki bentuk thalli yang beragam,
uniseluler atau multiseluler, dan berpigmen fotosintetik. Alga bentik (makroalga) dapat
hidup di perairan tawar dan laut (bold & wynne 1978:1; dawea 1981:59). Makroalga
adalah tumbuhan tidak berpembuluh yang tumbuh melekat pada subtrat didasaran laut.
Tumbuhan tersebut tidak memiliki akar, batang daun, bunga, buah, dan biji ssejati
(sumich 1979:99; mnConnaughey &zottoli 1983: 114 lerman 1986:39). Makroalga
terbesar didaerah litoral dan sublitoral. Daerah tersebut masih dapat memperoleh cahaya
matahari yang cukup sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung (dawes 1981:13).
Makroalga menyerap nutrisi berupa fosfor dan nitrogen dari lingkungan sekitar perairan
(leviton 2001: 270).
Dalam dunia tumbuhan algae (ganggang) termasuk kedalam dunia tallophyta
(tumbuhan talus), karena belum mempunyai akar, batang dan daun secara jelas.
Tumbuhan ganggang ada yang bersel tunggal dan juga ada yang bersel banyak dengan
bentuk serupa benang atau lembaran.
Tumbuhan ganggang merupakan tumbuhan yang hidup di air,baik air tawar atau
air laut, setidak-tidaknya selalu menempati habitat yang lembab dan basah. Ada yang
bergerak aktif dan ada yang tidak. Jenis ganggang yang bergerak aktif mempunyai alat
untuk bergerak yang berupa bulu-bulu cambuk atau flagel yang berjumlah satu atau
lebih. Jenis yang tubuhnya bersel tunggal dan dapat bergerak aktif merupakan penyusun
plankton, tepatnya fitoplankton. Yang melekat pada sesuatu yang ada didalam air
seperti batu atau kayu, disebut bentos.
Alga terdiri dari beberapa jenis berdasarkan sel yang menyusun tubuhnya, tubuh
alga ada yang ber sel satu atau uniseluler dan ada yang ber sel banyak atau disebut juga
dengan multiseluler. Ukuran nya juga beragam ada yang besear dan ada yang kecil,
tergantung jenis dari alga tersebut. Jika dibedakan dari ukurannya Ada jenis alga yang
harus dilihat secara mikroskopis seperti cylotella, cetaium, goniochloris, glocobotrys,
scenedesmus, volvox, cholera, synura, navicula, euglena, dan mischococus dan ada alga
yang dapat di lihat secara langsung seperti spirogyra, macrocytis, sargassum, turbinari,
laminaria, coralina, fulcus dan palmaria.
Alga memiliki dinding sel sehingga bentuk tubuhnya cenderung lebih tetap.
Jenis alga yang memiliki ukuran besar atau makroskopis dan  memiliki banyak sel
didalammnya memiliki beragam bentuk tubuh, beberapa jenis menyerupai rumput,
benang atau filament, menyerupai lembaran serta ada juga yang menyerupai bentuk
tumbuhan tingkat tinggi.
Karena alga memiliki ukuran yang kecil sehingga bentuk tubuh alga sangat
bervariasi, seperti berbentuk  kotak, oval, segitiga, bulat, menyerupai bintang dan
seperti batang.
Cara hidup dari alga juga berbeda-beda tergantung dari spesiesnya, terdapat
beberapa jenis alga yang hidup secara berkelompok atau berkoloni dan ada juga yang
hidup dengan cara soliter atau mandiri. alga yang hidup dengan cara soliter atau
mandiri, seperti alga jenis oarhixa, chlorella, eugina, botrydiopsis dan goniochloris
sculpta. Dan alga yang hidup secara koloni seperti , volvox gonium, dan hydrodicton.
B. Morfologi Algae
Morfologi alga menurut sebagian ahli botani memasukkan alga ini kedalam
dunia tumbuh-tumbuhan dan secara morfologi tubuh alga tidak memiliki akar, batang,
dan daun yang sejati seperti layaknya tumbuhan tingkat tinggi, tetapi hanya menyerupai
saja bagian-bagian tersebut karena alga hanyalah berbentuk talus belaka dan di
masukkan ke dalam tumbuhan tingkat rendah, tubuhnya tersusun dari banyak sel,
didalam sel tubuhnya terdapat pigmen penyerap cahaya yang berupa kloroplas atau
kromatopor, bersifat autotrof yang dapat menghasilkan zat organik dan oksigen melalui
proses fotosintesis, dapat berkembangbiak secara seksual dan aseksual. Untuk dapat
tumbuh bagi alga yang berukuran besar (makro alga) memerlukan substrat untuk tempat
menempel/hidup. Alga epifit pada benda-benda lain seperti, batu, batu berpasir, tanah
berpasir, kayu, cangkang moluska dan epifit pada tumbuhan lain atau alga jenis yang
lain (Kumampung, 1984). Alga yang berukuran kecil (mikro), hidup melayang atau
menempati kolam-kolam air yang ada di perairan disebut pitoplankton. Bentuknya
bervariasi, satu sel atau koloni (diatom, dinoflagelata dan lain-lain).
Alga mempunyai bentuk yang bervariasi. Susunan kerangka Alga tidak dapat
dibedakan antara akar, batang dan daun, sehingga keseluruhan tubuhnya dikenal dengan
nama thallus. Beberapa tumbuhan mempunyai bentuk kerangka tubuh menyerupai
tumbuhan berakar, berbatang dan berdaun atau berbuah, tetapi semua bentuk tubuh
tumbuhan tersebut sebetulnya hanyalah thallus.
Thallus Alga memiliki struktur yang sangat bervariasi kadang-kadang
menyerupai kormus tumbuhan tinggkat tinggi. Bentuk thallus Alga makroskopis
bermacam-macam antara lain bulat, pipih, gepeng bulat seperti kantong dan seperti
rambut.
Percabangan thallus ada yang dichotomus (bercabang dua terus menerus),
pectinate (sederet searah pada satu sisi thallus utama), pinnate (bercabang dua-dua pada
sepanjang thallus utama secara berseling), ferticinate (cabangnya berpusat melingkari
aksis atau sumbu utama), dan ada juga yang sederhana tidak bercabang.
Alga memiliki membran inti dan memiliki dinding sel serta berkemampuan
untuk melakukan proses fotosintesis  karena mempunyai klorofil, sehingga secara
struktur tubuh alga manyerupai tumbuhan.  Jiika anda menjumpai organisme yang
menyerupai lumut, bisa saja organism tersebut bukan lumut tapi jenis alga yang
berukuran makroskopis yang dapat dilihat oleh mata telanjang. Alga memiliki
komponen pembentuk tubuh antara lain polisakarida, algin, pectin, karagenan, agar,
kalsium karbonat, silica dan hemiselulosa. Terdapat satu hal yang membuat kita bisa
membedakan antara alga dan lumut yaitu, alga memiliki zat lendir yang berasal dari zat
pembentuk tubuh sehingga alga akan menjadi lengket dan licin bahkan bisa tampak
seperti karet.
Tidak semua alga memiliki dinding sel, alga euglena tidak memiliki dinding sel
namun terdapat pelikel lentur yang mampu menopang membran sel yang ada didalam
tubuhnya. Alga jenis euglena ini juga memiliki bentuk kloroplas yang sangat beragam.
Ada yang berbentuk lonjong, bulat, bintang, menyerupai mengkuk, spiral, cakram, jala
pita dan lain sebagainya.
Ribosom, DNA, prinoid dan klorofil merupakan komponen yang membentuk 
kloroplas. Jenis klorofil yang terdapat didalam kloroplast juga berbeda beda seperti
klorofil a, klorofil b, klorofil c dan juga klorofil d. alga mampu melakukan kegiatan
fotosintesis untuk kelangsungan hidupnya sendiri karean memiliki klorofil ini. Namun
5
tidak semua alga memiliki klorofil sebagai pigmen fotosintesis, beberapa alga memiliki
pigmen fotosintesis lainnya seperti karoten yang membuat warna alga menjadi kuning
kemerahan,  fikosianin yang membuat warna alga biru,  xantofil yang membuat warna
alga kuning, fikoeritrin yang membuat warna alga merah  dan juga fukosantin  yang
membuat warna alga cokelat. Karena alga memiliki banyak warna terkadang didalam
satu koloni terdapat beberapa jenis alga dengan pigmen fotosintesis yang berbeda,
sehingga menyebabkan warna dari koloni alga tersebut berkombinasi dan menampilkan
fenomena warna yang sangat indah
C. Reproduksi Algae
Alga bereproduksi melalui dua cara yaitu seksual dan aseksual. Reproduksi secara
aseksual terjadi melalui pembelahan sel, fragmentasi, dan pembentukan zoospora.
Reproduksi secara seksual terjadi melalui isogami dan oogami.
1. Reproduksi Aseksual
Reproduksi aseksual terjadi melalui pembelahan sel menghasilkan dua sel anak yang
masing-masing akan menjadi individu baru. Reproduksi dengan cara pembelahan sel
umumnya terjadi pada alga bersel tunggal. Alga berbentuk koloni tanpa filamen atau
yang berbentuk filamen umumnya bereproduksi melalui fragmentasi. Fragmentasi
adalah terpecah-pecahnya koloni menjadi beberapa bagian.
Selain melalui pembelahan sel dan fragmentasi, alga juga dapat bereproduksi melalui
pembentukan zoospora. Zoospora merupakan sel tunggal yang diselubungi oleh
selaput dan dapat bergerak atau berenang bebas dengan menggunakan satu atau lebih
flagela. Setiap zoospora merupakan calon individu baru.
2. Reproduksi Seksual
Reproduksi seksual melibatkan peleburan dua gamet untuk membentuk zigot
dan tumbuh menjadi individu baru. Terdapat dua tipe reproduksi seksual, yaitu
isogami dan oogami.
Pada tipe isogami, gamet jantan dan gamet betina berukuran sama besar dan
umumnya dapat bergerak. Jika zigot hasil peleburan gamet betina dengan jantan
mengalami dormansi, maka disebut zigospora.
Pada tipe oogami, ukuran gamet jantan berbeda dengan ukuran gamet betina.
Gamet betina atau telur berukuran besar dan tidak bergerak, sedangkan gamet jantan
6
berukuran kecil dan dapat bergerak. Jika zigot yang terbentuk tidak berkecambah
tetapi mengalami dormansi, maka disebut oospora (Raven et al. 2005; Solomon et al.
2005).
D. Klasifikasi Algae
Alga memiliki pigmen hijau daun yang disebut klorofil sehingga dapat melakukan
fotosintesis. Selain itu, alga juga memiliki pigmen lain yang dominan. Berdasarkan
dominansi pigmennya, alga dapat dibedakan menjadi alga cokelat, alga merah, alga
keemasan, diatom, dan alga hijau.
1. Alga Cokelat (Phaeophyta)
Warna alga cokelat ditimbulkan oleh adanya pigmen cokelat (fukosantin) yang
secara dominan menyelubungi warna hijau dari klorofil pada jaringan. Selain
fukosantin, alga cokelat juga mengandung pigmen lain seperti klorofil a, klorofil c,
violasantin, beta-karoten, dan diadinosantin.
Alga cokelat merupakan alga yang memiliki talus terbesar dibandingkan jenis
alga lainnya. Pada kondisi yang sesuai, Macrocystis sp. atau alga cokelat raksasa
dapat mencapai panjang 100 meter dan kecepatan tumbuh mencapai 15 cm per hari.
Alga cokelat yang sering ditemukan di tepi pantai sedang mengalami fase diploid
dari siklus hidupnya.
a. Ciri-ciri alga cokelat
Ciri-ciri alga cokelat adalah sebagai berikut.
1) Ukuran talus mulai dari mikroskopis sampai makroskopis. Berbentuk tegak,
bercabang, atau filamen tidak bercabang.
2) Memiliki kloroplas tunggal. Ada kloroplas yang berbentuk lempengan
diskoid (cakram) dan ada pula yang berbentuk benang.
3) Memiliki pirenoid yang terdapat di dalam kloroplas. Pirenoid merupakan
tempat menyimpan cadangan makanan. Cadangan makanan yang terdapat
pada alga ini berupa laminarin.
4) Bagian dalam dinding sel tersusun dari lapisan selulosa, sedangkan bagian
luar tersusun dari gumi. Pada dinding sel dan ruang antarsel terdapat asam
alginat (algin).
7
5) Mempunyai jaringan transportasi air dan zat makanan yang analog dengan
jaringan transportasi pada tumbuhan darat.
b. Habitat
Alga cokelat umumnya hidup di air laut, terutama laut yang bersuhu agak dingin
dan sedang. Hanya ada beberapa jenis alga cokelat yang hidup di air tawar.
Di daerah subtropis, alga cokelat hidup di daerah intertidal, yaitu daerah literal
sampai sublitoral. Di daerah tropis, alga cokelat biasanya hidup di kedalaman
220 meter pada air yang jernih.
c. Cara hidup
Alga cokelat bersifat autotrof. Foto-sintesis terjadi di helaian yang menyerupai
daun. Gula yang dihasilkan ditransportasikan ke tangkai yang menyerupai
batang.
d. Peranan alga cokelat dalam kehidupan
Alga cokelat bermanfaat bagi industri makanan dan farmasi. Algin (asam
alginat) yang merupakan bagian koloid dari alga cokelat digunakan dalam
pembuatan es krim, pil, tablet, salep, obat pembersih gigi, losion, dan krem
sehabis bercukur. Selain itu, alga cokelat digunakan untuk makanan ternak dan
sebagai pupuk karena kandungan nitrogen dan kaliumnya cukup tinggi
sedangkan fosfornya rendah.
e. Reproduksi
Reproduksi pada alga cokelat terjadi secara aseksual dan seksual. Reproduksi
aseksual dengan pembentukan zoospora berflagela dan fragmentasi, sedangkan
reproduksi seksual terjadi secara oogami atau isogami. Reproduksi seksual alga
cokelat hampir serupa dengan pembiakan generatif tumbuhan tingkat tinggi.
Contohnya adalah reproduksi pada Fucus vesiculosus. Selain berkembang biak
secara aseksual dengan fragmentasi, Fucus vesiculosus juga berkembang biak
dengan cara seksual dengan oogami.
Proses oogami adalah sebagai berikut. Ujung lembaran talus yang fertil
membentuk reseptakel, yaitu badan yang mengandung alat pembiak. Di dalam
reseptakel terdapat konseptakel yang mengandung anteridium yang
menghasilkan sel kelamin jantan (spermatozoid) dan oogonium yang
menghasilkan sel telur dan benang-benang mandul (parafisis).
Anteridium berupa sel-sel berbentuk jorong yang terletak rapat satu sama
lain pada filamen pendek bercabang-cabang yang muncul dari dasar dan tepi
konseptakel. Tiap anteridium menghasilkan 64 spermatozoid.
Oogonium berupa badan yang duduk di atas tangkai. Oogonium
jumlahnya sangat banyak dan tiap oogonium mengandung 8 sel telur. Akan
tetapi, hanya 40% dari sel telur yang dapat dibuahi dan hanya 1 atau 2 dari setiap
100.000 spermatozoid dapat membuahi sel telur. Zigot lalu membentuk dinding
selulosa dan pektin, kemudian melekat pada suatu substrat dan tumbuh menjadi
individu baru yang diploid.
f. Contoh alga cokelat, antara lain:
1) Fucus serratus
Fucus merupakan contoh alga cokelat yang merupakan gulma yang hidup
pada batuan, banyak hidup dilaut beriklim dingin atau iklim sedang. Fucus
dapat dilihat dalam jumlah besar, yaitu menempel pada batuan laut dangkal,
atau pada waktu air surut. Fucus seperti Laminariales, juga biasa digunakan
untuk berlindung tiram, berbagai jenis udang, dan kepiting.
2) Macrocystis pyrifera
M. pyrifera adalah salah satu organisme dengan pertumbuhan tercepat di
Bumi. Mereka dapat tumbuh dengan kecepatan 60 cm (2 kaki) sehari untuk
mencapai lebih dari 45 m (150 kaki) panjangnya dalam satu musim tanam.
3) Sargassum vulgare
Sargassum adalah genus makroalga planktonik pada ordo Fucales. Spesies ini
dinamai dari Laut Sargasso di Samudra Atlantik, yang memiliki kandungan
spesies Sargassum yang besar. Spesies genus ini dapat memanjang hingga
beberapa meter.

4) Turbinaria decurrens
9
Turbinaria adalah genus alga coklat (Phaeophyceae) yang ditemukan
terutama di perairan laut tropis. Biasanya tumbuh di substrat berbatu. Pada
spesies Turbinaria tropis yang sering dikonsumsi oleh ikan herbivora dan
echinoid, terdapat tingkat fenolat dan tanin yang relatif rendah.
2. Alga Merah (Rhodophyta)
Alga merah berwarna merah sampai ungu, tetapi ada juga yang lembayung atau
kemerah-merahan. Kromatofora berbentuk cakram atau lembaran dan mengandung
klorofil a, klorofil b, serta karotenoid. Akan tetapi, warna lain tertutup oleh warna
merah fikoeritrin sebagai pigmen utama yang mengadakan fluoresensi. Jenis
Rhodophyta tertentu memiliki fikosianin yang memberi warna biru.
a. Ciri-ciri alga merah
1) Talus berupa helaian atau berbentuk seperti pohon. Banyak alga merah yang
tubuhnya dilapisi kalsium karbonat.
2) Tidak memiliki flagela.
3) Dinding sel terdiri dari komponen yang berlapis-lapis. Dinding sel sebelah
dalam tersusun dari mikrofibril, sedangkan sisi luar tersusun dari lendir.
Komponen kimia mikroribril terutama adalah xilan, sedangkan komponen
kimia dinding mikrofibril luarnya adalah manan. Dinding sel alga merah
mengandung polisakarida tebal dan lengket yang bernilai komersial.
4) Memiliki pigmen fotosintetik fikobilin dan memiliki pirenoid yang terletak di
dalam kloroplas. Pirenoid berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan
atau hasil asimilasi. Hasil asimilasinya adalah sejenis karbohidrat yang
disimpan dalam bentuk tepung fluorid, fluoridosid (senyawa gliserin dan
galaktosa), dan tetes minyak. Tepung fluorid jika ditambah lodium
menunjukkan warna kemerah-merahan.
b. Cara hidup
Alga merah umumnya bersifat autotrof. Akan tetapi ada pula yang heterotrof,
yaitu yang tidak memiliki kromatofora dan biasanya bersifat parasit pada alga
lain.

c. Habitat
10
Alga merah umumnya hidup di laut yang dalam, lebih dalam daripada tempat
hidup alga cokelat. Sepertiga dari 2500 spesies yang telah diketahui, hidup di
perairan tawar dan ada juga yang hidup di tanah. Biasanya organisme ini
merupakan penyusun terumbu karang laut dalam. Alga merah berperan penting
dalam pembentukan endapan berkapur, baik di lautan maupun di perairan tawar.
d. Reproduksi
Alga merah dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi seksual
terjadi melalui pembentukan dua anteridium pada ujung-ujung cabang talus.
Anteridium menghasilkan gamet jantan yang disebut spermatium. Gametangium
betina disebut karpogonium yang terdapat pada ujung cabang lain.
Karpogonium terdiri dari satu sel panjang. Bagian karpogonium bawah
membesar seperti botol, sedangkan bagian atasnya membentuk gada atau benang
dan dinamakan trikogen. Inti sel telur terdapat di bagian bawah yang membesar
seperti botol.
Spermatium mencapai trikogen karena terbawa air (pergerakan secara pasif).
Spermatium kemudian melekat pada trikogen. Setelah dinding perlekatan
terlarut, seluruh protoplasma spermatium masuk dalam karpogonium. Setelah
terjadi pembuahan, terbentuklah sumbat di bagian bawah. karpogonium. Sumbat
itu memisahkan karpogonium dan trikogen. Zigot hasil pembuahan akan
membentuk benang-benang sporogen. Dalam sel-sel di ujung benang sporogen
itu, terbentuk spora yang masing-masing memiliki satu inti dan satu plastida;
spora tersebut dinamakan karpospora. Karpospora akhirnya keluar dari sel-sel
ujung benang sporogen sebagai protoplasma telanjang berbulu cambuk.
Karpospora ini mula-mula berkecambah menjadi protalium yang akhirnya
tumbuh menjadi individu baru lengkap dengan alat-alat generatifnya.
Reproduksi aseksual terjadi dengan membentuk tetraspora. Tetraspora akan
menjadi gametangium jantan dan gametangium betina. Gametangium jantan dan
betina akan bersatu membentuk karposporofit. Karposporofit kemudian
menghasilkan tetraspora, Contoh anggota-anggota Rhodophyta antara lain:
Corrallina, Palmaira, dan Scicania furcellata.
1) Corrallina
11
Corallina sp. (ganggang merah) termasuk dalam golongan Ganggang merah
(Rhodophyceae) karena talusnya berwarna meranh sampai ungu. Talus ini
mengandung klorofil a dan karotenoid, akan tetapi tertutup oleh zat warna
merah yang menngadakan fluoresensi, yaitu fikoeritrin. Tubuhnya
menyerupai kerak dan melekat di atas batu karang, tubuhnya mengandung zat
kapur dan bersegmen-segmen. Apabila sudah mati akan berwarna putih dan
mudah patah, habitatnya di laut dan menempel pada batu karang yang ada di
perairan pantai.
Corallina sp. termasuk dalam Ordo Cryptonemiales karena tubuhnya yang
menyerupai kerak dan bersegmen-segmen. Berkembangbiak dengan seksual.
Terdapat tiga pergiliran keturunan yaitu gametofit, karposporofit dan
tetrasporofit. Ditemukan berjarak sekitar 3 m dari tepi pantai
(Tjitrosoepomo,1991).
e. Peranan alga merah dalam kehidupan
Alga merah jenis tertentu dapat menghasilkan agar yang dimanfaatkan antara
lain sebagai bahan makanan dan kosmetik, misalnya Eucheuma spinosum. Di
beberapa negara, misalnya Jepang, alga merah ditanam sebagai sumber
makanan. Selain itu juga dipakai dalam industri agar, yaitu sebagai bahan yang
dipakai untuk  mengeraskan/memadatkan media pertumbuhan bakteri. Beberapa
alga merah yang dikenal dengan sebutan alga koral menghasilkan kalsium
karbonat di dinding selnya. Kalsium karbonat ini sangat kuat dalam mengatasi
terjangan ombak. Kelebihan ini menjadikan alga kural memiliki peran penting
dalam pembentukan terumbu karang (Campbell et al. 2003; Solomon et al.
2005).
3. Alga Keemasan (Chrysophyta)
Chrysophyta diambil dari kata Yunani chrysos yang berarti emas. Kelompok
alga keemasan memiliki keragaman komposisi pigmen, dinding sel, dan tipe flagela
sel. Alga keemasan mengandung klorofil a dan c, karoten, dan santofil.

a. Ciri-ciri alga keemasan


12
Ciri-ciri alga keemasan adalah sebagai berikut :
1) Bentuk talus ada yang berupa batang atau telapak tangan.
2) Alga keemasan yang bersel satu ada yang memiliki 2 flagela heterodinamik,
yaitu sebagai berikut:
a) Satu flagela mempunyai tonjolan seperti rambut yang disebut
mastigonema. Flagela seperti ini disebut pleuronematik. Flagela
pleuronematik mengarah ke anterior.
b) Satu flagela lagi tidak mempunyai tonjolan seperti rambut disebut
akronematik, mengarah ke posterior.
Kedua flagela heterodinamik ini ada yang hampir sama panjangnya
(contohnya pada synura) ada pula yang sedikit berbeda panjangnya
(contohnya pada Ochromonas). Tidak semua alga. keemasan memiliki
flagela heterodinamik, ada pula yang hanya mempunyai satu flagela atau
dua flagela yang sama bentuknya.
3) Pada kloropas alga keemasan jenis tertentu, ditemukan pirenoid yang
merupakan tempat persediaan makanan. Persediaan makanan berupa
krisolaminarin (dahulu disebut leukosin). Selain itu di dalam vakuola terdapat
tetes-tetes minyak.
b. Habitat
Habitatnya di air tawar atau air laut, serta tempat-tempat yang basah.
c. Cara hidup
Alga keemasan hidup secara autotrof. Artinya dapat mensintesis makanan sendiri
karena memiliki klorofil untuk berfoto-sintesis. Klorofil yang dimilikinya antara
lain klorofil a, klorofil c, dan karotenoid, termasuk juga fukbsantin.
d. Reproduksi
Reproduksi pada alga keemasan dapat terjadi secara aseksual dan seksual.
Reproduksi aseksual dengan cara membelah diri menghasilkan spora motil
berflagela, yang disebut zoospora. Reproduksi seksual dengan cara membentuk
sel khusus yang disebut auksospora. Auksospora adalah zigot yang dilindungi
oleh suatu dinding sel yang berbeda dengan dinding sel pada umumnya.
e. Peranan alga keemasan dalam kehidupan
13
Alga keemasan merupakan penyusun utama plankton yang berperan penting
sebagai produsen di lingkungan perairan laut (Raven et al. 2005; Solomon e( al.
2005).
4. Diatom (Bacillariophyta)
Inti sel dan kloropas diatom berwarna cokelat keemasan, tetapi ada juga yang
berwarna hijau kekuningan atau cokelat tua. Sebagian besar diatom bersifat uni-
seluler, walaupun ada juga yang berkoloni.
a. Ciri-ciri umum diatom
1) Talus bersel satu. Struktur talus terdiri dari dua bagian, yaitu wadah (kotak)
disebut hipoteka dan tutupnya disebut epiteka. Epiteka berukuran lebih besar
daripada hipoteka. Di antara dua kotak dan tutup terdapat rafe atau celah,
dindingnya mengandung zat kersik (silika).
2) Inti sel berada di pusat sitoplasma,
3) Kloroplasnya mempunyai bentuk yang bervariasi, yaitu seperti cakram, seperti
huruf H, periferal, dan pipih.
b. Habitat
Hidup di air tawar, laut, dan daratan yang lembab sebagai plankton atau bentos.
c. Cara hidup
Diatom termasuk organisme autotrof karena memiliki pigmen-pigmen
fotosintesis. Pigmen fotosintensisnya adalah klorofil a, klorofil c, karoten,
fukosantin, diatoksantin, dan diadi-noksantin.
d. Reproduksi
Reproduksi diatom terjadi secara seksual dan aseksual. Pada saat diatom
bereproduksi secara aseksual melalui mitosis, hipoteka dan epiteka memisah.
Setiap bagian akan membentuk bagian baru di dalam bagian yang lama. Artinya,
hipoteka sel lama menjadi epiteka sel baru dan epiteka sel lama tetap menjadi
epiteka sel baru. Jadi, salah satu sel anakan berukuran tetap, sedangkan satu sel
anakan lainnya berukuran lebih kecil daripada sel induknya. Pembelahan mitosis
terus berlangsung sampai terbentuk sel anakan yang berukuran sekitar 30% dari
besar sel aslinya. Setelah mencapai ukuran minimum tersebut, diatom kemudian
bereproduksi secara seksual. Sel diatom menghasilkan sperma dan telur. Sperma
kemudian bergabung dengan telur membentuk zigot. Zigot akan tumbuh dan
berkembang menjadi berukuran normal seperti aslinya. Setelah diatom mencapai
ukuran normal, diatom akan kembali melakukan reproduksi aseksual melalui
pembelahan mitosis.
e. Peran diatom dalam kehidupan
Diatom yang mati di lautan akan mengendap di dasar laut menjadi tanah diatom.
Tanah diatom berguna sebagai bahan penggosok, bahan pembuat isolasi,
penyekat, dinamit, pembuat saringan, bahan penyadap suara, bahan pembuat cat,
pernis dan piringan hitam (Mader 2004; Solomon et al. 2005).
5. Alga Hijau (Chlorophyta)
Alga hijau memiliki pigmen, hasil metabolisme, dan struktur dinding sel yang
mirip dengan tumbuhan darat. Berdasarkan data molekuler saat ini, banyak ilmuwan
yang memasukkan kelompok ini dalam kingdom Plantae.
a. Ciri-ciri alga hijau
Ciri-ciri Chlorophyta adalah sebagai berikut :
1) Ada yang bersel satu, ada yang membentuk koloni.
2) Bentuk tubuhnya ada yang bulat, filamen, lembaran, dan ada yang menyerupai
tumbuhan tinggi.
3) Bentuk dan ukuran kloroplas beraneka ragam, ada yang seperti mangkok, busa,
jala, atau bintang. Di dalam kloroplas terdapat ribosom dan DNA. Selain itu
terdapat pirenoid sebagai tempat penyimpanan hasil asimilasi yang berupa
tepung dan lemak. Organel lainnya adalah badan Golgi, mitokondria, dan
retikulum endo-plasma.
4) Pada sel reproduktif yang motil terdapat pigmen yang disebut stigma (bintik
mata merah).
5) Di dalam sitoplasma sel yang dapat bergerak terdapat vakuola kontraktil,
Vakuola kontraktil berfungsi sebagai alat osmoregulasi.
6) Inti sel alga hijau memiliki dinding, sehingga bentuknya tetap. Inti yang
demikian disebut eukarion.
7) Pada alga hijau yang motil terdapat dua flagela yang sama panjang.
b. Habitat
15
Habitat alga ini di air tawar, air laut, dan tanah-tanah yang basah. Ada pula yang
hidup di tempat yang kering.
c. Cara hidup
Alga hijau hidup secara autotrof. Alga ini berwarna hijau karena adanya klorofil a,
b, beta-karoten, dan santofil. Ada pula yang bersimbiosis dengan jamur
membentuk lumut kerak.
d. Reproduksi
Reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan zoospora, yaitu spora yang
dapat bergerak atau berpindah tempat. Zoospora berbentuk seperti buah pir yang
memiliki dua sampai empat bulu cambuk, vakuola kontraktil, dan satu bintik mata
berwarna merah (stigma).
Reproduksi seksual berlangsung dengan konjugasi, yaitu bersatunya zigospora.
Zigospora tidak mempunyai alat gerak.
e. Peranan alga hijau dalam kehidupan
Sifat alga hijau yang autotrof menjadikannya sebagai produsen penting, di
manapun habitatnya.
Contoh beberapa jenis alga hijau antara lain Spirogyra, Volvox, Chlamydomonas,
Ulva, dan Stigeoclonium. Berikut ini akan kita bahas tentang Spirogyra, Ulva, dan
Chlorella.
1) Spirogyra
Habitat Spirogyra adalah di air tawar. Alga ini mudah dikenali karena
memiliki kloroplas besar berbentuk pita melingkar di dalam sel. Reproduksi
aseksual dengan fragmentasi, sedangkan reproduksi seksualnya secara
konjugasi.
Proses konjugasi berlangsung sebagai berikut. Spirogyra yang berbeda jenis
berdekatan, kemudian muncul tonjolan yang saling mendekati hingga bersatu
membentuk pembuluh. Protoplasma dari sel Spirogyra jenis pindah ke sel
Spirogyra jenis, sehingga terjadi persatuan plasma (plasmogami) yang
kemudian diikuti persatuan inti (kariogami). Hasil persatuan ini berupa
zigospora yang diploid. Zigospora mengalami meiosis dan terbentuklah
empat sel baru yang diploid.
16
2) Ulva
Koloni Ulva membentuk suatu lembaran setebal dua sel, lebarnya beberapa
cm dan panjang 30 cm atau lebih. Ulva ditemukan pada air asin dan air
payau, menempel pada kayu-kayuan atau batu-batu karang sepanjang pantai.
Reproduksi aseksualnya dengan zoospora berflagela empat. Reproduksi
seksualnya terjadi dengan bersatunya sel kelamin jantan dan sel kelamin
betina yang masing-masing berbentuk seperti zoospora biasa. Akan tetapi,
kedua jenis kelamin itu berukuran lebih kecil daripada zoospora biasa dan
masing-masing berflagela dua.
3) Chlorella
Chlorella hidup di air tawar, air laut, dan tempat yang basah. Bentuk
Chlorella seperti bola dengan kloroplas berbentuk seperti mangkuk.
Chlorella berpotensi menjadi sumber makanan baru karena beberapa hal
berikut:
a) Dalam lingkungan yang baik, perkembangbiakan berlangsung cepat. Suhu
ideal untuk fotosintesisnya ialah sekitar 25 °C.
b) Jika dalam kulturnya dimasukkan zat organik sederhana, yaitu karbon
dioksida dan cahaya, alga ini akan berfotosintesis dan menghasilkan
karbohidrat, protein, serta lemak.
Ciri-ciri dan Perbedaan Alga Cokelat, Merah, Keemasan, Hijau, dan Diatom :
17
Ciri-ciri Alga cokelat Alga merah Alga keemasan Alga hijau Diatom
Ciri-ciri (Phaeophyta) (Rhodophyta) (Chrysophyta) (Chlorophyta) (Bacillariophyta)

Turbinaria Gracilaria Navicula Chlorella Ulva Actinastrum


Fucus Gelidium Pinnularia Spirogyra Desmidium
Contoh
Sargassum Eucheuma Synura Bacteriastrum

klorot’il a dan klorofil a dan klorofil a dan c, klorofil a, b, B- klorofil a dan c,


c, fukosantin, b, karotenoid, B-karoten, karoten, santofil karotenoid,
karolen, . fikosianin, santofil fukosatin,
Pigmen
sanlofil fikoeritrin diatoksantin,
diadinoksantin

Habitat pantai, air laut, air tawar dan air tawar dan air 90% di air tawar air tawar dan air laut
air tawar air laut laut dan 10% di laut

benang atau benang atau batang atau benang, talus terdiri dari 2
Bentuk seperti seperti seperti telapak lembaran, bola bagian, epiteka dan
talus tumbuhan tumbuhan tangan hipoteka
tingkat tinggi tingkat tinggi
zoospora
zoospora pembelahan hipoteka
Reproduksi berflagela zoospora
berflagela dua spora haploid dan epiteka
1. aseksual banyak
dan fragmentasi
persatuan sel persatuan sel
Isogami/ persatuan sel sperma
2. seksual spermatium sperma dan konjugasi
oogami dan ovum
dan ovum
karpogonium
Dinding selulosa, asam manan dan kersik/silika selulosa silika (kersik)
sel alginat xilan
Peranan Fitoplankton bahan agar- plankton, fitoplankton bahan isolasi,
dalam agar dan sup produsen di dalam ekosistem penyekat dinamit,
ekosistem air, perairan laut air, bahan penggosok
asam alginat
untuk industri
makanan
makanan,
farmasi, dan
pupuk

2.2 Fungi (Jamur)


18
A. Pengertian Jamur
  Jamur merupakan salah satu tumbuhan tingkat rendah yang tidak berklorofil,
namun memiliki potensi bisnis cukup besar. Tumbuhan ini umumnya bersifat sebagai
saprofit atau parasit untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Sebagai saprofit, jamur
hidup pada sisa makhluk hidup yang telah mati, seperti di tumpukan sampah organik,
tumbuhan, atau kotoran hewan. Sedangkan sebagai parasit, jamur hidup menempel pada
organisme lain dan biasanya merugikan media yang ditempelinya.
Jamur dalam bahasa Indonesia memiliki beberapa arti yang agak berkaitan:
1. Jamur adalah tubuh buah yang tampak di permukaan media tumbuh dari sekelompok
fungi (Basidiomycota) yang berbentuk seperti payung: terdiri dari bagian yang tegak
(batang) dan bagian yang mendatar atau membulat. Secara teknis biologis, tubuh
buah ini disebut basidium. Beberapa jamur aman dimakan manusia bahkan beberapa
dianggap berkhasiat obat, dan beberapa yang lain beracun. Contoh jamur yang bisa
dimakan: jamur merang (Volvariela volvacea), jamur tiram (Pleurotus), jamur
kuping (Auricularia polytricha), jamur kancing atau champignon (Agaricus
campestris) , dan jamur shiitake (Lentinus edulis).
2. Jamur adalah keseluruhan bagian dari fungi: tubuh buah, dan bagian jaring- jaring di
bawah permukaan tanah atau media mycelia yang tersusun dari berkas-berkas hifa.
3. Jamur adalah sebutan lain untuk kapang. Makna ini misalnya dapat disimak dari
ungkapan "Rotinya sudah berjamur" yang maksudnya adalah 'rotinya telah ditumbuhi kapang'.
Jamur adalah organisme yang terdapat dimana-mana di bumi, baik di daerah
tropik, subtropik, di kutub utara, maupun antartika. Fungi juga ditemukan di darat, di
perairan tawar, di laut, di mangrove, di bawah permukaan tanah, di kedalaman   laut,
dipengunungan, maupun di udara. Banyak faktor lingkungan yang mempengaruhi
kehidupan fungi, antara lain kelembapan, suhu, keasaman substrat, pengudaraan, dan
kehadiran nutrien-nutrien yang diperlukan.
Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa Fungi adalah nama regnum dari
sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof yang mencerna makanannya di
luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Fungi memiliki
bermacam-macam bentuk. Awam mengenal sebagian besar anggota Fungi sebagai
jamur, kapang, khamir, atau ragi, meskipun seringkali yang dimaksud adalah
19
penampilan luar yang tampak, bukan spesiesnya sendiri. Kesulitan dalam mengenal
fungi sedikit banyak disebabkan adanya pergiliran keturunan yang memiliki penampilan
yang sama sekali berbeda (ingat metamorfosis pada serangga atau katak). Fungi
memperbanyak diri secara seksual dan aseksual.
Sedangkan dari sudut lain mengatakan bahwa fungi adalah mikroorganism
eukariotik yang hidup secara saprofit karena tidak dapat berfotosintesa. Pada dasarnya
sel -sel fungi hampir sama dengan sel - sel hewan. Bahkan hal ini juga yang menjadi
salah satu alasan mengapa sulit ditemukan strategi yang tepat dalam mengobati infeksi
oleh jamur tanpa berefek toksik bagi inang / host nya. Di alam ini fungi dapat bersifat
sangat merugikan manusia dengan menimbulkan infeksi (penyakit) dan toksin yang
dihasilkan ataupun bersifat menguntungkan dengan menghasilkan produk - produk yang dapat
digunakan oleh manusia sebagai contoh antibiotika, vitamin, asam organik dan enzim.
B. Ciri-Ciri Jamur
Kata jamur atau fungi mungkin akan selalu kita maknai sebagai cendawan, yaitu
organisme yang pendek, seperti serbuk atau spons, tubuhnya berwarna-warni, dan
tumbuh di atas tanah seperti tumbuhan. Meskipun cendawan adalah organisme yang
umum kita sebut sebagai jamur (jamur yang sebenarnya), dan sebagian besar  jamur
tersebut terlihat hidup di atas tanah, tetapi kata fungi memiliki makna yang lebih luas.
Fungi atau jamur didefinisikan sebagai kelompok organisme eukariotik, tidak berpindah
tempat (nonmotile), bersifat uniselular atau multiselular, memiliki dinding sel dari
glukan, mannan, dan kitin, tidak berklorofi l, memperoleh nutrient dengan menyerap
senyawa organik, serta berkembang biak secara seksual dan aseksual.
Di alam ada sekitar 100.000 jenis jamur yang sudah dikenal dan lebih dari 1.000
jenis baru yang berhasil dideskripsikan oleh para ahli setiap tahunnya. Bahkan mungkin
masih ada sekitar 200.000 jenis lain yang sampai saat ini belum ditemukan atau
dideskripsikan. Sementara itu, kegiatan manusia dalam mengeksploitasi alam
berpeluang mengancam keberlangsungan hidup organisme tersebut. Perusakan hutan
hujan tropis yang hampir terjadi setiap hari atau perusakan habitat jamur yang lain tidak
diragukan lagi berpotensi membawa jenis-  jenis organisme berspora tersebut kepada
kepunahan, bahkan sebelum mereka sempat ditemukan dan dipelajari oleh para ahli.
Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di tempat-tempat yang
lembab, sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak
berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat heterotrof. Jamur hidup dari senyawa-
senyawa organik yang diabsorbsi dari organisme lain.
C. Struktur Tubuh Jamur
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel,
misalnya khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang
ukurannya mencapai satu meter, contohnya jamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari
komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium.
Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Hifa adalah struktur
menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini
menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung
organel eukariotik. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa
mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan
kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak
bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel
berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang
bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan
organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.
D. Cara Hidup Jamur
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya,
jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Untuk memperoleh makanan, jamur
menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian
menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka
jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan
senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk
heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasite fakultatif, atau saprofit.
1. Parasit obligat
Merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan di luar
inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang menginfeksi
paru-paru penderita AIDS).
2. Parasit fakultatif
21
Adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi
bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
3. Saprofit Merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati.
Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu
tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluar-kan enzim
hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi
molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga
langsung menyerap bahan-bahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan
oleh inangnya. Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme.
Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga
menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme
jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar
tanaman kacang-kacangan atau pada liken. Jamur berhabitat pada bermacam-macam
lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup
di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air.
Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari
kelas Oomycetes.
E. Klasifikasi Jamur
Jamur atau fungi dipelajari secara spesifik di dalam cabang biologi yang disebut
mikologi. Para ahli mikologi (mycologist ) mengelompokkan kingdom ini ke dalam 6
divisi. Dasar yang digunakan dalam klasifikasi ini adalah persamaan ciri-ciri. Salah satu
ciri jamur adalah bereproduksi dengan spora, baik spora berflagela maupun spora tidak
berflagela. Jenis-jenis jamur yang sporanya berflagela dikelompokan dalam Dunia
Protista yaitu Myxomycotina dan Oomycotina. Sedangkan yang memiliki spora tidak
berflagela dimasukkan ke dalam Dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi
Zygomycotina, Divisi Ascomycotina , dan Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifikasi
ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi seksual. Sedangkan jamur-jamur yang
reproduksi seksualnya belum diketahui, diklasifikasikan ke dalam satu divisi, yang
diberi nama Divisi Deuteromycotina.

1. MYXOMYCOTINA (Jamur lendir)


22
Pada umumnya, jamur lendir berwarna (berpigmen) kuning atau orange, walaupun
ada sebagian yang berwarna terang. Jamur ini bersifat heterotrof dan hidup secara
bebas. Tahapan memperoleh makan dalam siklus hidup jamur lendir merupakan
suatu massa ameboid yang disebut plasmodium. Plasmodium ini dapat tumbuh besar
hingga diameternya mencapai beberapa sentimeter. Walaupun berukuran besar,
plasmodium bukan multiseluler. Plasmodium merupakan massa tunggal sitoplasma yang
mengandung banyak inti sel. Plasmodium menelan makanan melalui fagositosis.
Mereka melakukan ini sambil menjulurkan pseudopodia melalui tanah yang lembab,
daun-daunan, atau kayu yang membusuk. Jika habitat jamur lendir mulai mongering
atau tidak ada makanan yang tersisa, plasmodium akan berhenti tumbuh dan
berdiferensiasi menjadi tahapan siklus hidup yang berfungsi dalam tahapan
reproduksi seksual. Contoh jamur lendir adalah jenis Dyctystelum discridium.
2. OOMYCOTINA
Oomycotina berarti fungi telur. Istilah ini didasarkan pada cara reproduksi
seksual pada jamur air. Beberapa anggota Oomycotina bersifat uniseluler dan tidak
memiliki kloroplas.
Jamur air memiliki dinding sel terbuat dari selulosa, yang berbeda dengan
dinding sel jamur sejati yang terbuat dari polisakarida yang disebut kitin. Yang
membedakan jamur air dengan jamur sejati adalah adanya sel bifl agellata yang
terjadi pada daur hidup jamur air. Sementara jamur sejati tidak memiliki flagella.
Sebagian besar jamur air hidup secara bebas atau melekat pada sisa-sisa
tumbuhan di kolam, danau, atau aliran air. Meraka hidup sebagai pengurai dan
berkoloni. Walaupun begitu, ada juga yang hidup pada sisik atau insang ikan yang
terluka sebagai parasit. Contoh anggota Oomycotina adalah Saprolegnia, dan
Phytoptora infestans. Selain bersifat parasit, jamur air juga bersifat patogen (dapat
menimbulkan penyakit), seperti menyebabkan pembusukan kayu pada kentang dan
tomat.
Jamur air dapat bereproduksi secara seksual atau aseksual. Secara aseksual,
jamur air menghasilkan sporangium di ujung hifa. Di dalam sporangium tersebut,
dihasilkan spora yang berfl agella yang disebut zoospora. Ketika zoospora matang
dan jatuh di tempat yang sesuai, maka akan berkecambah dan tumbuh menjadi mycelium
23
baru. Adapun reproduksi secara seksual terjadi melalui penyatuan gamet jantan dan gamet
betina. Gamet jantan dihasilkan oleh antheredium dan gamet betina dihasilkan dari
oogonium. Penggabungan gamet jantan dan gamet betina menghasilkan zigot
diploid. Zigot ini nantinya akan berkembang menjadi spora, yang berdinding tebal.
Saat spora berkecambah, akan dihasilkan mycelium baru.
3. ZYGOMYCOTINA
Zygomycotina disebut juga sebagai the coenocytic true fungi. Jenis jamur yang
terkenal dari kelompok ini adalah jamur hitam pada roti (black bread mold) atau
Rhizopus sp. Divisi Zygomycotina memiliki anggota yang hampir semuanya hidup
pada habitat darat, kebanyakan hidup sebagai saprofi t. Tubuhnya bersel banyak,
berbentuk benang (hifa) yang tidak bersekat, dan tidak menghasilkan spora yang
berflagella. Reproduksi Zygomycotina terjadi secara aseksual dan seksual. Pada
reproduksi seksual, jamur ini menghasilkan zigospora. Sedangkan reproduksi
aseksualnya dengan perkecambahan (germinasi) spora. Spora tersebut tersimpan di
dalam sporangium (kotak spora). Jika spora matang, sporangium akan pecah,
sehingga spora menyebar terbawa angin. Apabila spora tersebut jatuh di tempat yang
sesuai, maka spora akan tumbuh menjadi hifa baru. Reproduksi seksual atau
generatif dilakukan dengan cara konjugasi. Proses ini diawali ketika dua hifa yang
berlainan jenis, yakni hifa (+) dan hifa (-), saling berdekatan. Masing-masing hifa
pada sisi-sisi tertentu mengalami pembengkakan dan perpanjangan pada bagian-
bagian tertentu, disebut gametangium. Kemudian, kedua gametangium tersebut
bertemu dan kedua intinya melebur membentuk zigot. Zigot kemudian berkembang
menjadi zigospora (diploid). Pada tahapan berikutnya, zigospora tumbuh, dindingnya
menebal dan berwarna hitam. Inti diploid (2n) mengalami meisosis, menghasilkan
inti haploid (n). Pada lingkungan yang sesuai, zigospora akan tumbuh dan
membentuk sporangium. Sporangium ini memiliki struktur penopang yang disebut
sporangiofora. Selanjutnya, reproduksi secara aseksual dimulai lagi yaitu ditandai
dengan pematangan sporangium hingga sporangium tersebut pecah dan spora
tersebar keluar. Zygomycotina memiliki beberapa jenis yang mudah dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Beberapa diantaranya merupakan jamur pada makanan. Jenis-
jenis jamur tersebut antara lain:
a. Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae merupakan jamur mikroskopis, bersel tunggal dan tidak
memiliki badan buah, sering disebut sebagai ragi, khamir, atau yeast. Reproduksi
vegetatifnya adalah dengan membentuk kuncup atau tunas (budding). Pada
kondisi optimal, khamir dapat membentuk lebih dari 20 tunas. Tunas-tunas
tersebut semakin membesar dan akhirnya terlepas dari sel induknya. Tunas yang
terlepas ini kemudian tumbuh menjadi individu baru. Reproduksi generatif terjadi
dengan membentuk askus dan askospora. Askospora dari 2 tipe aksus yang
berlainan bertemu dan menyatu menghasilkan sel diploid. Selanjutnya terjadi
pembelahan secara meiosis, sehingga beberapa askospora (haploid) dihasilkan
lagi. Askospora haploid tersebut berfungsi secara langsung sebagai sel ragi baru.
Cara reproduksi seksual ini terjadi saat reproduksi aseksual tidak bisa dilakukan,
misalnya bila suplai makanan terganggu atau lingkungan hidupnya tidak
mendukung. Dalam kehidupan manusia, S. cerevisiae dimanfaatkan dalam
pembuatan roti, tape, peuyeum, minuman anggur, bir, dan sake. Proses yang
terjadi dalam pembuatan makanan tersebut adalah fermentasi.
b. Penicillium
Penicillium hidup sebagai saprofi t pada substrat yang banyak mengandung gula,
seperti nasi, roti, dan buah yang telah ranum. Pada substrat gula tersebut, jamur ini
tampak seperti noda biru atau kehijauan. Reproduksi jamur Penicillium
berlangsung secara vegetatif (konidia) dan secara generatif (askus). Beberara
contoh jamur anggota genus Penicillium antara lain: Penicillium notatum dan
Penicillium chrysogenum Kedua jenis Penicillium ini menghasilkan zat antibiotik
(penisilin), Penicillium roquefortii dan Penicillium camemberti. Kedua jenis
jamur ini biasa dimanfaatkan dalam memberti cita rasa atau mengharumkan keju.
c. Aspergillus
Jamur ini biasanya tumbuh berkoloni pada makanan, pakaian, dan alat-alat rumah
tangga. Koloni Aspergillus berwarna abu-abu, hitam, coklat, dan kehijauan.
Distribusinya luas, dapat tumbuh di daerah beriklim dingin maupun daerah tropis.
Reproduksi secara vegetatif dengan konidia yang disebarkan oleh angin. Beberapa
25
jenis jamur anggota marga Aspergillus adalah:
1) Aspergillus oryzae
Jamur ini biasa digunakan untuk mengempukkan adonan roti, dan jamur
tersebut dapat menghasilkan enzim protease.
2) Aspergillus wentii
Aspergilus jenis ini berperan dalam dalam pembuatan sake, kecap, tauco, asam
sitrat, asam oksalat, dan asam format, serta penghasil enzim protease.
3) Aspegillus niger
Jenis ini dimanfaatkan untuk menghilangkan gas O2 dari sari buah, dan dapat
menjernihkannya. Jamur tersebut juga dapat menghasilkan enzim glukosa
oksidase dan pektinase.
4) Apergillus flavus
Jenis Aspergilus ini menghasilkan aflatoksin, penyebab kanker pada manusia.
5) Apergillus nidulans
Jamur ini hidup sebagai parasit pada telinga, menyebabkan automikosis.
d. Neurospora crassa
Neurospora crassa dikenal sebagai jamur oncom karena sering digunakan untuk
membuat oncom. Warna merah muda atau jingga yang muncul pada oncom
merupakan warna konidia jamur tersebut. Awalnya jenis ini dikelompokkan ke
dalam Divisi Deuteromycota, dengan nama Monilia sitophila. Tetapi setelah
ditemukan alat reproduksi generatifnya, berupa askus, sekarang jamur ini
dimasukkan ke dalam kelompok Ascomycotina.
e. Morchella deliciosa dan Morchella esculenta
Kedua jenis jamur ini merupakan jamur makroskopis, hidup di tanah. Karena
rasanya yang lezat, jamur ini menjadi konsumsi manusia. Dalam dunia
perdagangan jamur ini dikenal dengan nama morel, ukuran tubuhnya sedang,
berwarna coklat kemerah-merahan, tubuhnya seperti spons dan sering dijual
dalam bentuk awetan.

4. BASIDIOMYCOTINA
26
Divisi Basidiomycotina sering disebut juga sebagai the club fungi atau yang
sering disebut jamur pada umumnya (cendawan atau mushrooms). Jamur ini
bereproduksi secara seksual dengan membentuk basidia yang kemudian menghasilkan
basidiospora di dalam tubuh buah yang disebut basidioma atau basidiokarp . Basidia
tersebut bisa berkembang dalam bentuk seperti insang, pori-pori, seperti gigi, atau
struktur lain. Hifa dari Basiomycotina umumnya dikariotik (binukleat, dengan 2 inti)
dan terkadang memiliki hubungan yang sa ling mengapit. Sel-sel tersebut dipisahkan
oleh septa yang kompleks. Anggota nya kebanyakan berupa jamur makroskopis.
Kelompok ini memiliki miselium yang bersekat dan memiliki tubuh buah (basi
diokarp) yang panjang, berupa lembaran- lembaran, yang berliku-liku atau bulat.
Jamur ini umumnya hidup
saprofit dan parasit, umumnya berkembang biak secara aseksual dengan
konidium. Siklus hidup Basidiomycota dimulai dari spora basidium atau konidium
yang tumbuh menjadi hifa yang bersekat dengan 1 inti (monokariotik). Hifa tersebut
kemudian tumbuh membentuk miselium. Hifa-hifa yang berbeda, hifa (+) dan hifa (-),
bersinggungan pada masing- masing ujungnya dan melebur diikuti dengan larutnya
masing-masing dinding sel. Kemudian inti sel dari salah satu sel pindah ke sel yang
lainnya, sehingga sel tersebut memiliki 2 inti sel (dikariotik). Sel dikariotik tersebut
akhirnya tumbuh menjadi miselium dikariotik dan selanjutnya menjadi tubuh buah
(basidiokarp). Basidiokarp memiliki bentuk seperti payung. Pada bagian bawahnya
terdapat basidium yang terletak pada bilah-bilah (lamela). Masing-masing basidium
memiliki 2 inti (2n). Kemudian 2 inti tersebut mengalami meiosis dan akhirnya
terbentuk 4 inti haploid. Dan apabila mendapatkan lingkungan yang sesuai, inti
haploid tersebut akan tumbuh menjadi spora basidium, atau disebut juga spora
seksual. Begitu seterusnya membentuk siklus hidup Basidiomycotina. Berbagai jenis
jamur yang dikonsumsi kita konsumsi dalam kehidupan sehari-hari adalah anggota
Basidiomycotina. Jenis-jenis tersebut antara lain:
a. Volvariella volvacea
(jamur merang) Jamur ini mempunyai tubuh buah berbentuk seperti payung, terdiri
atas lembaran-lembaran (bilah), yang berisi basidium. Tubuh buahnya berwarna
putih kemerah-merahan. Jamur ini merupakan sumber protein, kadar kalorinya
27
tinggi, tetapi kadar kolesterolnya rendah. Karena memiliki nilai ekonomi yang
tinggi, jamur ini banyak dibudidayakan.
b. Auricularia polythrica
(jamur kuping) Jamur kuping merupakan jamur saprofit pada kayu yang mati.
Tubuh buahnya berbentuk seperti daun telinga (kuping), berwarna merah kecoklat-
coklatan. Rasanya enak dan bisa dimakan seperti sayuran. Jamur ini pun sekarang
sudah banyak dibudidayakan.
c. Amanita phalloides
Amanita phalloides merupakan salah satu anggota suku Amanitaceae. Amanita,
merupakan cendawan yang indah, tetapi juga merupakan anggota daftar cendawan
yang mematikan di bumi, mengandung cukup racun untuk membunuh seorang
dewasa hanya dengan sepotong tubuhnya. Jamur ini hidup sebagai saprofi t pada
kotoran hewan ternak, memiliki tubuh buah berbentuk seperti payung.
d. Puccinia graminis
(jamur karat) Jamur ini hidup parsit pada daun rumput-rumputan (Graminae),
tubuhnya makroskopik, tidak memiliki tubuh buah, dan sporanya berwarna merah
kecoklatan seperti warna karat.
5. DEUTEROMYCOTIN
Beberapa jamur yang belum diketahui alat reproduksi generatifnya dimasukkan
ke dalam Deuteromycotina. Kelompok jamur ini juga sering disebut sebagai jamur tidak
sempurna atau the imperfect fungi. Jamur ini tidak mengalami reproduksi seksual atau
mereka menunjukkan tahap aseksual (anamorph) dari jamur yang memiliki tahap
seksual (teleomorph). Jamur ini menyerupai Ascomycotina (septanya sederhana). Jadi,
kelompok ini bisa dikatakan sebagai “keranjang sampah”, tempat sementara untuk
menampung
jenis-jenis jamur yang belum jelas statusnya. Apabila pada penelitian berikutnya
ditemukan cara reproduksi seksualnya, maka suatu jenis jamur anggota
Deuteromycotina akan bisa dikelompokkan ke dalam Divisi Ascomycotina atau Divisi
Basidiomycotina. Contohnya adalah Neurospora crassa yang saat ini dimasukkan ke
dalam kelompok Ascomycotina. Semua jamur anggota divisi artifi sial ini bereproduksi
secara aseksual dengan konidia. Konidia dibentuk diujung konidiosfora, secara
28
langsung pada hifa yang bebas. Beberapa jenis hidup pada dedaunan dan sisa-sisa
tumbuhan yang tenggelam di dasar sungai yang berarus deras. Beberapa kelompok yang
lain merupakan parasit pada protozoa dan hewan-hewan kecil lainnya dengan berbagai
cara. Beberapa jenis juga ditemui pada semut dan sarang rayap. Beberapa jamur parasit
pada hewan-hewan kecil mengembangkan unbranched body di dalam tubuh korbannya,
kemudian secara perlahan- lahan menyerap nutrien sampai korbannya mati. Setelah itu
jamur tersebut memproduksi rantai spora yang mungkin menempel atau termakan oleh
hewan-hewan lain yang akan menjadi korbannya. Cara lain adalah dengan menangkap
mangsanya dengan hifa yang dapat menusuk, dengan menumpangi dan melekat pada
amuba. Salah satu kelompok jamur penghuni tanah ada yang mampu menangkap cacing
nematoda dengan membentuk cincin hifa atau hyphal loop. Ukuran cicin hifa tersebut
lebih kecil dari ukuran tubuh nematode dan run cing pada kedua ujungnya. Ketika
nematoda memasukkan kepalanya ke dalam cincin hifa, cacing tersebut cenderung
berusaha keluar dengan bergerak maju, bukan mundur, sehingga cacing tersebut justru
terjebak pada kumparan hifa jamur tersebut. Perhatikan Gambar 5.26. Setelah berhasil
menjerat korbannya, jamur tersebut kemudian membentuk haustoria yang tumbuh
menembus ke dalam tubuh cacing dan mencernanya. Pada manusia, jamur anggota
Divisi Deuteromycotina umumnya menyebabkan penyakit. Epidermophyton fl oocosum
menyebabkan penyakit kaki atlet, sedangkan Microsporum sp. dan Trichophyton sp.
menyebabkan penyakit kurap atau panu. Karena hidup dikulit, kedua jamur tersebut
sering disebut juga sebagai dermatophytes. Jenis lain yang merupakan penyebab
penyakit pada manusia adalah Candida albicans. Jamur mikroskopis ini memiliki
bentuk tubuh mirip ragi, tetapi sifat hidupnya adalah parasit. Penyakit yang
ditimbulkannya adalah penyakit keputihan yang terjadi karena adanya infeksi pada
vagina. Deuteromycotina juga memiliki beberapa anggota yang merupakan penyebab
penyakit pada tanaman. Sclerotium rolfsie adalah jamur yang menyebabkan penyakit
busuk pada tanaman budidaya. Sedangkan Helminthosporium oryzae adalah contoh
jamur parasit yang dapat merusak kecambah dan buah serta dapat menimbulkan noda-
noda berwarna hitam pada daun inangnya.

F. Habitat Jamur
29
Jamur hidup pada lingkungan yang beragam namun sebagian besar jamur hidup
di tempat yang lembab. Habitat fungi berada di darat (terestrial) dan di tempat lembab.
Meskipun demikian banyak pula fungi yang hidup pada organisme atau sisa-sisa
organisme di laut atau di air tawar. Jamur juga dapat hidup di lingkungan yang asam.
Sedangkan reproduksinya fungi melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual.
Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan kuncup atau tunas pada jamur
uniselule serta pemutusan benang hifa (fragmentasi miselium) dan pembentukan spora
aseksual (spora vegetatif) pada fungi multiseluler. Reproduksi jamur secara seksual
dilakukan oleh spora seksual. Spora seksual dihasilkan secara singami. Singgami terdiri
dari dua tahap, yaitu tahap plasmogami dan tahap kariogami.
G. Pertumbuhan dan Reproduksi Jamur
Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif).
Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan
ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi
habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora
aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau Spora dari jamur angin. Bila
mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi
jamur dewasa. Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan
konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel
dari dua individu. Spora dihasilkan di dalam atau dari struktur hifa yang terspesalisasi.
Ketika kondisi lingkngan memungkinkan, pertumbuhan yang cepat, fungi mengklon diri
mereka sendiri dengan cara menghasilkan banyak sekal spora secara aseksual. Terbawa
oleh angin atau air, spora-spora tersebut berkecamabh jika berada pada tempat yang
lembab pada permukaan yang sesuai (Campbell 2003). Menurut Pelczar (1986), bahwa
spora seksual yang dihasilkan dari peleburan dua nukleus. Ada beberapa spora seksual
yaitu:
1. Aksospora: Spora bersel satu ini terbentuk di dalam pundi atau kantung yang
dinamakan askus. Biasanya terdapat delapan askospora di dalam setiap askus.
2. Basidiospora: Spora bersel satu ini terbentuk di atas struktur berbentuk gada yang
dinamakan basidium.
3. Zigospora: merupakan spora besar berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-
30
ujung dua hifa yang secara seksual serasi, disebut juga gametangin, pada beberapa
cendawan melebur.
4. Oospora: Spora ini terbentuk di dalam struktur betina khusus yang disebut ooginium,
pembuahan telur atau oosfer oleh gamet jantan yang terbentuk di dalam anteredium
mengasilkan oospora.
H. Peran Jamur Bagi Manusia
Penggunaan manusia jamur untuk persiapan makanan atau pelestarian dan
keperluan lainnya sangat luas dan memiliki sejarah panjang. Jamur pertanian dan
mengumpulkan jamur merupakan industri besar di banyak negara. Studi tentang
dampak menggunakan historis dan sosiologis dari jamur ini dikenal sebagai
ethnomycology . Karena kapasitas kelompok ini untuk menghasilkan berbagai besar
produk alami dengan antimikroba aktivitas biologis atau lainnya, banyak spesies telah
lama digunakan atau sedang dikembangkan untuk industri produksi antibiotik , vitamin,
dan anti-kanker dan kolesterol-menurunkan obat. Baru-baru ini, metode telah
dikembangkan untuk rekayasa genetika jamur, yang memungkinkan rekayasa metabolik
spesies jamur. Sebagai contoh, modifikasi genetik dari spesies ragi yang mudah tumbuh
pada tingkat yang cepat dalam fermentasi besar kapal-telah membuka cara farmasi
produksi yang berpotensi lebih efisien daripada produksi oleh organisme sumber asli.
Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik peran yang merugikan
maupun yang menguntungkan. Jamur yang menguntungkan meliputi berbagai jenis
antara lain sebagai berikut.
1. Volvariella volvacea adalah (jamur merang) berguna sebagai bahan pangan
berprotein tinggi.
2. Rhizopus dan Mucor berguna dalam industri bahan makanan, yaitu dalam pembuatan
tempe dan oncom.
3. Khamir Saccharomyces berguna sebagai fermentor dalam industri keju, roti, dan bir.
4. Penicillium notatum berguna sebagai penghasil antibiotik.
5. Higroporus dan Lycoperdon perlatum berguna sebagai dekomposer. Di samping
peranan yang menguntungkan, beberapa jamur juga mempunyai peranan yang
merugikan, antara lain sebagai berikut.
a. Phytium sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan penyakit rebah semai.
31
b. Phythophthora inf'estan menyebabkan penyakit pada daun tanaman kentang.
c. Saprolegnia sebagai parasit pada tubuh organisme air. Albugo merupakan
parasit pada tanaman pertanian.
d. Pneumonia carinii menyebabkan penyakit pneumonia pada paru-paru manusia.
e. Candida penyebab keputihan dan sariawan pada manusia.
2.3. Lichenes (Lumut Kerak)
A. Pengertian Lichenes
Lumut kerak bukanlah kelompok lumut tetapi merupakan gabungan antara fungi
dan alga sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan. Tumbuhan
ini tergolong tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam pembentukan tanah. Disebut
lumut kerak kaarena bentuk thalusnya menyerupai kerak yang menempel di
pepohonan, di tebing dan batuan. Lumut kerak biasanya sebagai indikator biologi
pencemaran udara. Jika di sautu daerah banyak tumbuh lumut kerak maka udara di
sekitar tempat tersebut masih bersih. Lumut kerak juga seperti halnya kelompok alga
dapat berperan sebagai organisme perintis.
Lichenes menghasilkan lebih dari 500 senyawa biokimia yang unik untuk dapat
beradaptasi pada habitat yang ekstrim. Senyawa tersebut berguna untuk mengontrol
sinar terik matahari, mengusir/menolak (repellen) herbivora, membunuh mikroba dan
mengurangi kompetisi dengan tumbuhan, dll.
Alga dan jamur bersimbiosis membentuk lichenes baru jika bertemu jenis yang
tepat. Para ahli mengemukakan berbagai pendapat mengenai pengelompokan atau
klasifikasi lichenes dalam dunia tumbuhan. Ada yang berpendapat bahwa lichenes
dimasukkan ke dalam kelompok yang tidak terpisah dari jamur, tapi kebanyakan ahli
berpedapat bahwa lichenes perlu dipisahkan dari fungi atau menjadi golongan
tersendiri.
Alasan dari pendapat yang kedua ini adalah karena jamur yang membangun
tubuh lichenes tidak akan membentuk tubuh lichenes tanpa alga. Hal lain didukung
oleh karena adanya zat-zat hasil metabolisme yang tidak ditemui pada alga dan jamur
yang hidup terpisah.

Dengan demikian, Lumut kerak (atau Lichenes dalam istilah ilmiah) adalah
suatu organisme majemuk yang merupakan
32 suatu bentuk simbiosis erat dari fungus
(sebagai mycobiont) dengan mitra fotosintetik (photobiont), yang dapat berupa alga
hijau (biasanya Trebouxia) atau sianobakteri (biasanyaNostoc). Kerja sama ini
demikian eratnya sehingga morfologinya pun berbeda dari komponen simbiotiknya.
Organisme ini sebenarnya kumpulan antara Fungi dan Algae, tetapi sedemikian
rupa, hingga dari segi morfologi dan fisiologi merupakan suatu kesatuan. Algae yang
ikut menyusun tubuh Lichenes disebut gonidium, dapat bersel tunggal atau berkoloni.
Kebanyakan gonidium adalah ganggang biru (Cyanophyceae) antara lain Chroococcus
dan Nostoc, kadang-kadang juga ganggang hijau (chlorophyceae) misalnya
Cystococcus dan Trentepohlia. Kebanyakan cendawan yang ikut menyusun Lichenes
tergolong ke dalam Ascomycetes terutama Discomycetales.
B. Ciri-Ciri Lichenes
Lichenes memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:
1. Pada Penampang melintang talus Lichenes, kelihatan hifa cendawan membalut sel-
sel algae, bahkan ada yang memasukkan haustorium ke dalam sel-sel algae. Algae
tetap hidup tetapi tidak dapat membiak dengan sel-sel lembaganya sendiri.
2. Ada pula yang miselium cendawannya hanya masuk ke dalam selaput lander sel-sel
algae, sehingga bentuk algae menentukan bentuk Lichenesnya.
3. Bagian dalam talus terdiri dari anyaman hifa yang renggang dan merupakan lapisan
teras / empulus. Dalam lapisan ini sel-sel algae bergerombol membentuk lapisan
gonidium. Kulit luarnya terdiri atas miselium cendawan yang teranyam sebagai
plektenkim yang rapat.
4. Bagian lichenes yang talusnya menyerupai lembaran, biasanya melekat dengan
benang-benang yang menyerupai rizoid. Sedangkan ujung semak menyerupai ujung
talus yang bebas dalam udara.
5. Lichenes hidup sebagai epifit pada pohon-pohonan, tetapi dapat juga di atas tanah,
terutama di daerah tundra, digolongkan sebagai tumbuhan perintis yang ikut
berperan dalam pembentukan tanah. Beberapa jenis dapat masuk pada pinggir
batuan, disebut endolitik.
6. Syarat hidupnya tidak sulit dan taha terhadap kekurangan air dalam waktu yang
lama. Dapat menjadi kering akibat terik matahari tetapi tidak mati, dan jika
kemudian turun hujan, Lichenes dapat
33 hidup kembali
7. Pertumbuhaan talus sangat lambat. Tubuh buah baru terbentuk setelah mengadakan
pertumbuhan vegetative bertahun-tahun.
8. Kebanykan Lichenes bereproduksi dengan perantaan soredium.
Secara garis besar susunan tubuh lumut kerak dapat dibedakan menjadi 3 lapisan.
a. Lapisan Luar (korteks) Lapisan ini tersusun atas sel-sel jamur yang rapat dan
kuat, menjaga agar lumut kerak tetap dapat tumbuh.
b. Lapisan Gonidium Merupakan lapisan yang mengandung ganggang yang
menghasilkan makanan dengan dengan berfotosintesis.
c. Lapisan Empulur Tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat, berfungsi untuk
menyimpan persediaan air dan tempat terjadinya perkembang-biakan.
C. Morfologi Lichenes
Pertumbuhan lumut kerak memperlihatkan beberapa macam bentuk morfologi yang
berbeda, yang dikenal sebagai:
1. Foliose (bentuk daun)
Thallusnya berbentuk lembaran dan mudah dipisahkan dari substratnya.
Membentuk bercak pada batu, dinding dan kulit kayu pohon tropika. Permukaan
bawah melekat pada substrat dan permukaan atas merupakan tempat fotosintesis.
Jenis ini tumbuh dengan garis tengah mencapai 15-40 cm Crustose. Bentuknya
datar seperti kerak. Tumbuh pada batu, berbentuk seperti coret-coret kecil dan pada
batang kayu yang sudah mati. Contoh : Xantoria, Physcia, Peltigera, Parmelia dll.
2. Squamulose
Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang
biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dan sering memiliki struktur tubuh
buah yang disebut podetia. Squamulose lumut pada Cladonia carneola.
3. Fruticose
Thallus tegak mirip perdu. Tumbuh menempel pada substrat oleh satu atau lebih
akar. Beberapa jenis dari lumut ini mempunyai kandungan antibiotik dan anti
kanker. Contoh : Usnea, Ramalina dan Cladonia
4. Crustose
34
Lichenes yang memiliki thallus yang berukuran kecil, datar, tipis dan selalu melekat
ke permukaan batu, kulit pohon atau di tanah. Jenis ini susah untuk mencabutnya
tanpa merusak substratnya. Lichen Crustose yang tumbuh terbenam di dalam batu
hanya bagian tubuh buahnya yang berada di permukaan disebut endolitik, dan yang
tumbuh terbenam pada jaringan tumbuhan disebut endoploidik atau endoploidal.
Lichen yang longgar dan bertepung yang tidak memiliki struktur berlapis, disebut
leprose. Contoh : Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau
Pleopsidium.
Struktur anatomi lumut kerak diwakili oleh jenis foliose, karena jenis ini mempunyai
empat bagian tubuh yang dapat diamati secara jelas yaitu:
1. Lapisan Luar (korteks)
Lapisan ini tersusun atas sel-sel jamur yang rapat dan kuat, menjaga agar lumut
kerak tetap dapat tumbuh. Berupa jalinan yang padat disebut pseudoparenchyma
dari hifa jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan material yang berupa gelatin.
Bagian ini tebal dan berguna untuk perlindungan. Daerah alga, merupakan lapisan
biru atau biru hijau yang terletak di bawah korteks atas. Bagian ini terdiri dari
jalinan hifa yang longgar. Diantara hifa-hifa itu terdapat sel-sel hijau, yaitu
Gleocapsa, Nostoc, Rivularia dan Chrorella.
2. Lapisan thallus
Lapiasn thallus untuk tempat fotosintesa disebut lapisan gonidial sebagai organ
reproduksi. Lapisan Gonidium Merupakan lapisan yang mengandung ganggang
yang menghasilkan makanan dengan berfotosintesis. Terdiri dari lapisan hifa yang
berjalinan membentuk suatu bagian tengah yang luas dan longgar. Hifa jamur pada
bagian ini tersebar ke segala arah dan biasanya mempunyai dinding yang tebal. Hifa
pada bagian yang lebih dalam lagi tersebar di sepanjang sumbu yang tebal pada
bagian atas dan tipis pada bagian ujungnya. Dengan demikian lapisan tadi
membentuk suatu untaian hubungan antara dua pembuluh.
3. Lapisan Empulur
Lapisan empulur tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat, berfungsi untuk
menyimpan persediaan air dan tempat terjadinya perkembangbiakan. Pada
kelompok lumut kerak berdaun (foliose) dan perdu (fruticose) memiliki korteks
35
bawah yang susunannya sama dengan korteks atas, tetapi menghasilkan sel-sel
tertentu untuk menempel pada substirat atau dikenal sebagai rizoid. Korteks bawah
Lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat dan membentang secara
vertikal terhadap permukaan thallus atau sejajar dengan kulit bagian luar.
4. Korteks bawah
Korteks bawah ini sering berupa sebuah akar (rhizines). Ada beberapa jenis
lichenes tidak mempunyai korteks bawah. Dan bagian ini digantikan oleh lembaran
tipis yang terdiri dari hypothallus yang fungsinya sebagai proteksi. Dari potongan
melintang Physcia sp. terlihat lapisan hijau sel-sel alga dan rhizines coklat
bercabang pada bagian bawah. Bagian tengah yang berwarna putih terdiri dari sel-
sel jaringan jamur yang disebut medulla. Struktur pipih pada bagian atas dan kanan
disebut apothecia dan lapisan coklat di atasnya disusun oleh asci, yaitu bagian dari
ascomycete yang megandung spora jamur. Struktur tubuh lichenes secara vegetatif
terdiri dari:
Struktur tubuh lichenes secara vegetatif terdiri dari:
a. Soredia
Soredia terdapat pada bagian medulla yang keluar melalui celah kulit sehingga
soredia dapat dilihat dengan mudah. Pembiakan berlangsung dengan perantaraan
soredia yag diterbangkan angin dan akan tumbuh pada kondisi yang sesuai
menjadi tumbuhan licenes yang baru. Soredia itu sendiri merupakan kelompok
kecil sel-sel gangang yang sedang membelah dan diselubungi benang-benang
miselium menjadi satu badan yang dapat terlepas dari induknya. Soredia ini
terdapat di dalam soralum.
b. Isidia
Isidia berbentuk silinder, bercabang seperti jari tangan dan terdapat pada kulit
luar. Diamaternya 0,01-0,03 m dan tingginya antara 0,5-3 m. Berdasarkan
kemampuannya bergabung dengan thallus, maka dalam media
perkembangbiakan, isidia akan menambah luas permukaan luarnya. Sebanyak 30
% dari spesies foliose dan fructicose mempunyai isidia. Proses pembentukan
isidia belum diketahui, tetatpi dianggap sebagai faktor genetika.

5. Lobula merupakan pertumbuhan36lanjutan dari tahllus lichenes yang sering


dihasilkan di sepanjang batas sisi kulit luar. Lobula ini dapat berkembang dengan
baik pada jenis foliose, Genus Anaptycia, Neproma, Parmelia dan Peltigera.
Lobula sangat sukar dibedakan dengan isidia.
6. Rhizines merupakan untaian yang menyatu dari hifa yang berwarna kehitam-
hitaman yang muncul dari kulit bagian bawah (korteks bawah) dang mengikat
thallus ke bagian dalam. Ada dua jenis rhizines yaitu bercabang seperti pada
Ctraria, Physcia dan Parmelia dan yang tidak bercanag terdapat pada Anaptycis
dan beberapa Parmelia.
7. Tomentum memiliki kepadatan yang kurang dari rhizines dan merupakan lembaran
serat dari rangkaian akar atau untaian yang renggang. Biasanya muncul pada
lapisan bawah seperti pada Collemataceae, Peltigeraceae dan Stictaceae.
8. Cilia Berbentuk seperti rambut, menyerupai untaian karbon dari hifa yang muncul
di sepanjang sisi kulit. Cilia berhubungan dengan rhizines dan hanya berbeda pada
cara tumbuh saja.
9. Cyphellae dan Pseudocyphellae berbentuk rongga bulat yang agak besar serta
terdapat pada korteks bawah dan hanya dijumpai pada genus Sticta.
Pseudocyphellae mempunyai ukuran yang lebih kecil dari cyphellae dan terdapat
pada korteks bawah spesies Cetraria, Cetralia, Parmelia dan Pasudocyphellaria.
Rongga ini berfungsi sebagai alat pernafasan atau pertukaran udara.
10. Cephalodia merupakan pertumbuhan lanjutan dari thallus yang terdiri darialga-alga
yangg berbeda dari inangnya. Pada jenis Peltigera Aphthosa, Cephalodia mulai
muncul ketika Nostoc jatuh pada permukaan thallus dan terjaring oleh hifa
cephalodia yang berisikan Nostoc biru kehijauan. Jenis ini mampu menyediakan
nitrogen thallus seperti Peltigera, Lecanora, Stereocaulon, Lecidea dan beberapa
jenis crustose lain.
D. Klasifikasi Lichenes
Lichenes sangat sulit untuk diklasifikasikan karena Lichenes merupakan
gabungan dari alga dan fungi serta sejarah perkembangan yang berbeda. Para ahli
seperti Bessey (1950), Martin (1950) dan Alexopoulus (1956), berpendapat bahwa
lichenes dikelompokkan dan diklasifikasikan ke dalam kelompok jamur sebenarnya.
Bessey meletakkannya dalam ordo Leocanorales dari Ascomycetes. Sedangkan Smith
37
(1955) berpendapat agar lichenes dikelompokkan dalam kelompok yang terpisah yang
berbeda dari alga dan fungi.
Lichenes memiliki klasifikasi yang bervariasi dan beragam, maka dasar-dasar
klasifikasi Lichenes secara umum adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan Komponen Cendawan yang Menyusunnya
a. Ascolichens
1) Cendawan penyusunnya tergolong Pyrenomycetales, maka tubuh buah yang
dihasilkan berupa peritesium. Contoh : Dermatocarpon dan Verrucaria.
2) Cendawan penyusunnya tergolong Discomycetes. Lichenes membentuk tubuh
buah berupa apothecium yang berumur panjang. Contoh : Usnea dan
Parmelia.
Dalam Kelas Ascolichens ini dibangun juga oleh komponen alga dari famili:
Mycophyceae dan Chlorophyceae yang bentuknya berupa gelatin. Genus dari
Mycophyceae adalah Scytonema, Nostoc, Rivularia, Gleocapsa dan lain-lain. Dari
Cholophyceae adalah Protococcus, Trentopohlia, Cladophora dll.
b. Basidiolichenes
Berasal dari jamur Basidiomycetes dan alga Mycophyceae. Basidiomycetes yaitu
dari famili : Thelephoraceae, dengan tiga genus Cora, Corella dan Dyctionema.
Mycophyceae berupa filamen yaitu : Scytonema dan tidak berbentuk filamen yaitu
Chrococcus. Lichen Imperfect Deutromycetes fungi, steril. Contoh : Cystocoleus,
Lepraria, Leprocanlon, Normandia, dll.
2. Berdasarkan Alga yang Menyusun Thallus
a. Homoimerus
Sel alga dan hifa jamur tersebar merat pada thallus. Komponen alga mendominasi
dengan bentuk seperti gelatin, termasuk dalam Mycophyceae. Contoh : Ephebe,
Collema.
b. Heteromerous
Sel alga terbentuk terbatas pada bagian atas thallus dan komponen jamur
menyebabkan terbentuknya thallus, alga tidak berupa gelatin Chlorophyceae.
Contoh : Parmelia.
3. Berdasarkan Tipe Thallus dan Kejadiannya
38
a. Crustose atau Crustaceous
Merupakan lapisan kerak atau kulit yang tipis di atas batu, tanah atau kulit pohon.
Seperti Rhizocarpon pada batu, Lecanora dan Graphis pada kulit kayu. Mereka
terlihat sedikit berbeda antara bagian permukaan atas dan bawah.
b. Fruticose atau filamentous
Lichen semak, seperti silinder rata atau seperti pita dengan beberapa bagian
menempel pada bagian dasar atau permukaan. Thallus bervariasi, ada yang
pendek dan panjang, rata, silindris atau seperti janggut atau benang yang
menggantung atau berdiri tegak. Bentuk yang seperti telinga tipis yaitu Ramalina.
Yang panjang menggantung seperti Usnea dan Alectoria. Cladonia adalah tipe
antara kedua bentuk itu.
E. Ekologi Lichenes
Menurut (Tjitrosomo, 1983), beberapa lichenes tumbuh subur di permukaan
batuan. Lichenes merupakan ciri dominan dari vegetasi di Artika dan Antartika.
Penyebaran lichenes belum dipahami benar. Anggota fungi akan membentuk
spora yang akan terbang dengan angin tetapi tidak dengan alganya. Spora-spora itu akan
menemukan alga yang sesuai secara kebetulan bila telah sampai ke tempat yang baru.
Penyebaran lichenes akan terjadi jika fragmen-fragmen lichenes yang mengandung
fungi dan alga, terlepas dari tubuh induknya dan dipindahkan ke tempat-tempat baru.
Lichenes merupakan organisme pertama yang berkoloni di lingkungan keras
yang baru diciptakan. Batuan yang terbuka karena glasier, tanah longsor, akan segera
ditumbuhi lichenes. Karena sebagian dari tubuh lichene itu dan hancur, terbentuk bahan
organik atau humus. Pada waktunya, cukup banyak tanah dapat terbentuk dalam celah-
celah batuan sehingga tumbuhan seperti lumut dapat hidup. Jadi yang semula
merupakan daerah terasing dan sunyi dapat menunjang pertumbuhan subur macam-
macam tumbuhan.
Apabila lichenes jatuh di tempat yang cocok akan tumbuh menjadi individu
baru. Dapat juga dilakukan dengan membuat struktur khusus yang disebut soredia, yaitu
sel-sel alga yang terbungkus oleh hifa, terdapat pada permukaan talus Lichenes,
warnanya putih seperti tepung. Sel-sel alga ini dapat terlepas, jika jatuh pada tempat
yang cocok, maka akan tumbuh menjadi Lichenes baru.
39
Lichenes hidup di beberapa lingkungan yang paling ekstrim di Bumi- tundra
Arktik, padang pasir panas, pantai berbatu dan tumpukan terak beracun. Namun, mereka
juga berlimpah sebagai epifit pada daun dan cabang di hutan hujan dan hutan subtropis,
pada pohon-pohonan diatas tanaht terutama didaerah sekitar kutub utara, ditepi pantai,
di gunung-gunung yang tinggi, diatas batu cadas, pada batu telanjang, termasuk dinding,
batu nisan dan pada permukaan tanah yang terbuka (misalnya Collema ) dinyatakan
habitat mesic.
Lumut yang luas dan dapat berumur panjang. Namun, banyak spesies juga
rentan terhadap gangguan lingkungan, dan mungkin berguna untuk ilmuwan dalam
menilai efek dari polusi udara, penipisan ozon, dan kontaminasi logam.
Tumbuhan ini bersifat endolitik karena dapat masuk pada bagian pinggir batu.
Dalam hidupnya lichenes tidak memerlukan syarat hidup yang tinggi dan tahan terhadap
kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Lichenes yang hidup pada batuan dapat
menjadi kering karena teriknya matahari, tetapi tumbuhan ini tidak mati, dan jika turun
hujan bisa hidup kembali.
Lichenes merupakan organisme yang sangat kuat untuk bertahan hidup, namun
organisme ini sangat sensitif terhadap polutan udara sulfur oksida.
F. Reproduksi atau Perkembangbiakan Lichenes
Perkembangbiakan lumut kerak dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu vegetatif dan
generatif.
1. Reproduksi Vegetatif
Dilakukan dengan cara fragmentasi soredium. Jika Soredium terlepas, kemudian
terbawa angin atau air dan tumbuh di tempat lain. Lichenes yang berkembang biak
dengan cara vegetatif yaitu sebagai berikut :
a. Sebagian talus memisahkan diri yang kemudian akan berkembang menjadi
individu baru.
b. Perkembangbiakan melalui soredia. Soredia adalah kelompok sel-sel ganggang
yang sedang membelah diselubungi oleh hifa-hifa Fungi. Soredia ini sering
terbentuk dalam bagian khusus dari talus yang mempunyai batas-batas yang jelas
yaitu sorala.
40
c. Perkembangbiakan dengan spora Fungi yang hanya menghasilkan Lichenes baru
jika Fungi tersebut dapat menemukan partner alga yang cocok.
Perkembangbiakan secara seksual umumnya terjadi pada Basidiolichen.
Perkembangbiakan ini melalui spora yang dihasilkan oleh hifa-hifa Fungi yang
kemudian bertemu dengan partner alga yang cocok maka akan terjadi sexual fusion
dan pembelahan meiosis.
2. Reproduksi Generatif
Reproduksi Generatif spora yang dihasilkan oleh askokarp atau basidiokarp,
sesuai dengan jenis jamurnya. Spora dapat tumbuh menjadi lumut kerak baru jika
bertemu dengan jenis alga yang sesuai. Sel-sel alga tidak dapat melakukan
perkembangbiakan dengan meninggalkan induknya, melainkan hanya dapat berbiak
dengan membelah diri dalam tubuh lumut kerak.
Soredium adalah Sekelompok jalinan hifa yang menyelubungi sel-sel alga.
Fragmentasi adalah terlepasnya bagian tubuh untuk menjadi organisme baru. Untuk
reproduksi, lumut memiliki isidia, soredia, dan mengalami fragmentasi sederhana.
Struktur ini juga terdiri dari hifa jamur melilit cyanobacteria. (Eichorn, Evert, dan
Raven, 2005) Sedangkan struktur reproduksi semua terdiri dari komponen yang sama
(Mycobiont dan Photobiont) mereka masing-masing unik dengan cara lain. Isidia
adalah pertumbuhan yang kecil di bagian luar lumut tersebut. Soredia adalah
propagul tepung yang dilepaskan dari atas talus. Dalam rangka untuk membentuk
lumut, maka propagul soredia harus berisi baik photobiont dan mycobiont tersebut.
G. Peranan Lichenes
Lichenes memiliki bermacam-macam kegunaan dan bahaya, antara lain :
1. Lichenes sebagai bahan makanan
Thallus dari lichenes belum digunakan sebagai sumber makanan secara luas, karena
lichenes memiliki suatu asam yang rasanya pahit dan dapat menimbulkan gatal-gatal,
khususnya asam fumarprotocetraric. Asam ini harus dibuang terlebh dahulu dengan
merebusnya dalam soda.Tanaman ini mempunyai nilai, walaupun tidak sama dengan
makanan dari biji-bijian. Pada saat makanan sulit didapat, orang-orang menggunakan
lichenes sebagai sumber karbohidrat dengan mencampurnya dengan tepung. Di
41
Jepang disebut Iwatake, dimana Umbilicaria dari jenis foliose lichenes digoreng atau
dimakan mentah. Lichenes juga dimakan oleh hewan rendah maupun tingkat tinggi
seperti siput, serangga, rusa dan lain-lain. Rusa karibu menjadikan sejumlah jenis
lichenes sebagai sumber makanan pada musim dingin, yang paling banyak dimakan
adalah Cladina stellaris. Kambing gunung di Tenggara Alaska memakan lichenes
dari jenis Lobaria linita.
2. Lichenes sebagai obat-obatan
Pada abad pertengahan lichenes banyak digunakan oleh ahli pengobatan. Lobaria
pulmonaria digunakan untuk menyembuhkan penyakit paru-paru karena Lobaria
dapat membentuk lapisan tipis pada paru-paru. Selain itu lichenes juga digunakan
sebagai ekspektoran dan obat liver. Sampai sekarang penggunaan lichenes sebagai
obat-obatan masih ada.
Dahulu di Timur Jauh, Usnea filipendula yang dihaluskan digunakan sebagai obat
luka dan terbukti bersifat antibakteri. Senyawa asam usnat (yang terdapat dalam
ekstrak spesis Usnea) saat ini telah digunakan pada salep antibiotik, deodoran dan
herbal tincture. Spesies Usnea juga digunakan dalam pengobatan Cina, pengobatan
homeopathic, obat tradisional di kepulauan Pasifik, Selandia Baru dan lain benua
selain Australia.

Banyak jenis lichenes telah digunakan sebagai obat-obatan, diperkirakan sekitar 50%
dari semua spesies lichenes memiliki sifat antibiotik. Penelitian bahan obat-obatan
dari lichenes terus berkembang terutama di Jepang.
3. Lichenes sebagai antibiotik
Substrat dari lichenes yaitu pigmen kuning asam usnat digunakan sebagai antibiotik
yang ampu menghalangi pertumbuhan mycobacterium. Cara ini telah digunakan
secara komersil. Salah satu sumber dari asam usnat ini adalah Cladonia dan
antibiotik ini terbukti ampuh dari penisilin. Selain asam usnat terdapat juga zat lain
seperti sodium usnat, yang terbukti ampuh melawan kanker tomat. Virus tembakau
dapat dibendung dan dicegah oleh ekstrak lichenes yaitu : lecanoric, psoromic dan
asam usnat.

4. Lichenes yang berbahaya 42


Pigmen kuning yang berasal dari jenis Usnea dan Everia dapat menyebabkan alergi
pada kulit dan menyebabkan gatal-gatal. Abu soredia yang melekat pada kulit akan
menimbulkan rasa gatal. Lichen serigala atau Letharia vulpina adalah lichenes
beracun. Dari namanya menggambarkan kegunaannya secara tradisional di bagian
utara Eropa sebagai racun untuk serigala. Bangsa Achomawi menggunakannya
(kadang-kadangdicampur dengan bisa ular) untuk membuat panah beracun.
Walaupun demikian, suku Blackfoot dan Okanagan-Colville memakai Letharia
sebagai teh obat.
5. Kegunaan lain dari lichen
Dari hasil ekstraksi Everina, Parmelia audina, dan Ramalina diperoleh minyak.
Beberapa diantaranya digunakan untuk sabun mandi dan parfum. Di Mesir
digunakan sebagai bahan pembungkus mummi dan campuran buat pipa cangklong
untuk merokok, khususnya Parmelia audina yang mengandung asam lecanoric.
Ekstrak lichenes dapat juga dibuat sebagai bahan pewarna untuk mencelup bahan
tekstil. Bahan pewarna di ekstrak dengan cara merebus lichenes dalam air, dan
sebagian jenis lain diekstrak dengan cara fermentasi lichenes dalam amonia.
Parmelia sulcata digunakan untuk pewarna wol di Amerika Utara. Evernia prunastri
yang tumbuh di ranting pohon oak di Utara California. Spesies ini di diproduksi
secara komersial di Eropa dan dikirim ke Prancis untuk industri parfum.

2.4. Bryophyta (Lumut)


A. Pengertian lumut
Lumut merupakan kelompok tumbuhan kecil yang tumbuh menempel pada
berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat di tumbuhi lumut adalah pada
pohon, kayu mati, kayu lapuk, serasah, tanah dan batuan dengan kondisi lingkungan
lembab dan penyinaran yang cukup. Kehidupan lumut dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti, suhu, kelembaban dan cahaya. Lumut yang hidup seperti pada
pohon akan dipengaruhi oleh struktur permukaan kulit kayu atau tempat tersebut harus
lembab dengan intensitas cahaya yang cukup (Ariyanti, 2008). Lumut merupakan salah
satu kelompok tumbuhan rendah dan bagian dari keanekaragaman hayati yang belum
banyak mendapat perhatian (Windadri, 2009). Ada 24.000 spesies Bryophyta yang
dikenal, dan semua tumbuhan lumut membutuhkan
43 kondisi lingkungan yang lembab
yang masuk kedalam siklus kehidupan tumbuhan tersebut. Divisi Bryophyta dibagi
menjadi tiga kelas, yaitu lumut hati (Hepatophyta) dengan 9000 spesies dan 240 genus;
lumut tanduk (Anthocerotopyhta )hanya 500 spesies; dan lumut daun (Bryopsida)
memiliki 12.000-14.500 spesies dan 670 genus (Semple,1999). Bryophyta termasuk
salah satu bagian kecil dari flora yang belum banyak tergali juga merupakan salah satu
penyokong keanekaragaman flora. Tumbuhan lumut tersebar luas dan merupakan
kelompok tumbuhan yang menarik. Mereka hidup di atas tanah, batuan, kayu, dan
kadang - kadang di dalam air.
Secara ilmu tumbuhan, lumut termasuk Bryophyta, atau tumbuhan non vaskuler.
Lumut dapat dibedakan dari yang serupa liverworts ( Marchantiophyta atau Hepaticae)
dengan multisellular mereka rhizoid. Lain perbedaan bukanlah universal untuk semua
lumut dan semua liverworts, yang membedakan “batang” dan “daun - daun”, ketiadaan
daun-daun yang terbagi-bagi atau berlekuk, dan ketidakhadiran daun-daun diatur
dalam tiga golongan, semua menunjuk tumbuhan lumut. Sebagai tambahan terhadap
kekurangan suatu sistem vaskuler, lumut mempunyai gametophyte-dominant siklus
hidup, yaitu.sel haploid untuk kebanyakan siklus hidupnya. Sporophytes (diploid)
berumur pendek dan dependen pada atas gametophyte.
1. Adapun ciri - ciri dari lumut ialah sebagai berikut :
a. Lumut mempunyai klorofil sehingga sifatnya autotrof. Lumut tumbuh di
berbagai tempat, yang hidup pada daun-daun disebut sebagai epifit. Jika pada
hutan banyak pohon dijumpai epifit maka hutan demikian disebut hutan lumut.
b. Akar dan batang pada lumut tidak mempunyai pembuluh angkut (xilem dan
floem). Pada tumbuhan lumut terdapat Gametangia (alat-alat kelamin) yaitu:
Alat kelamin jantan disebut Anteridium yang menghasilkan Spermatozoid. Alat
kelamin betina disebut Arkegonium yang menghasilkan Ovum
c. Jika kedua gametangia terdapat dalam satu individu disebut berumah satu
(Monoesius). Jika terpisah pada dua individu disebut berumah dua (Dioesius).
Gerakan spermatozoid ke arah ovum berupakan Gerak Kemotaksis, karena
adanya rangsangan zat kimia berupa lendir yang dihasilkna oleh sel telur.
d. Sporogonium adalah badan penghasil spora, dengan bagian - bagian :Vaginula
(kaki), Seta (tangkai), Apofisis (ujung seta yang melebar), Kotak Spora :
44
Kaliptra (tudung) dan Kolumela (jaringan dalam kotak spora yang tidak ikut
membentuk spora). Spora lumut bersifat haploid.
e. Lumut mengalami keturunan (metagenesis). Dalam daur hidupnya, lumut
mengalami duafase kehidupan, yaitu fase gametofit (haploid) dan fase sporofit
(diploid). Alat perkembangbiakan jantan berupa antheridium dan alat
perkembangbiakan betina berupa arkegonium.
B. Siklus Hidup Lumut
Lumut (Bryophyta) memiliki satu set kromosom (haploid, beebrapa kromosom
hidup dalam sebuah salinan sel yang unik). Periode siklus hidup lumut secara lengkap,
merusak kromosom, tetapi hal ini hanya pada sporofit.
Lumut hidup diawali dari sebuah spora haploid, yang bertunas untuk
memproduksi sebuah protonema, yang menumpuk filamen atau thalloid (flat dan
seperti thallus). Ini merupakan tingkatan sementara dalam hidup lumut. Dari
protonema tumbuh gametophore yang dideferensiasi menjadi tangkai dan akar/ leaves
(mikrofil).Dari tangkai atau cabang berkembang organ sex lumut. Organ betina
disebut archegonia (archegonium) dan terlindungi oleh kumpulan tangkai yang
termodifikasi yang disebut perichaetum (plural, perichaeta). Archegonia memiliki
leher disebut venter dimana sperma jantan turun. Organ jantan disebut antheridia
(singular antheredium) dan tertutup oleh modifikasi tangkai disebut perigonium
(plural, perigonia). Lumut bisa menjadi dioicous atau monoicous. Pada lumut
dioicous, kedua organ sex, jantan dan betina terlahir pada gametofit tanaman. Pada
monoicous (juga disebut autoicous) lumut, mereka terlahir pada tanaman yang sama.
Pada pengairan, sperma dari antheridia berjalan ke archegonia dan terjadi fertilisasi,
mengawali produksi sporofit diploid. Sperma lumut adalah biflagellate, mereka
memiliki dua flagella yang membantu sebagai daya pendorong .Tanpa air, fertilisasi
tidak dapat terjadi. Setelah fertilisasi, sporofit mandul didorong keluar dari archegonial
venter. Ini membutuhkan kira-kira seperempat sampai setengah tahun untuk sporofit
untuk matang. Badan sporofit terdiri dari gagang panjang, disebut seta, dan capsule
disebut operculum. Kapsul dan operculum terlapisi oleh kaliptra yang merupakan sisa
archegonial venter. Kaliptra biasanya mengecil/berkurang ketika kapsul matang. Di
dalam kapsul, sel-sel pereproduksi spora mengalami meiosis untuk membentuk spora
haploid, dimana siklus dapat berjalan lagi. Mulut capsule biasanya dikelilingi oleh set
gigi disebut peristome. Ini mungkin tidak terjadi pada beberapa lumut.Pada beberapa
lumut, struktur vegetatif hijau disebut gemmae yang diproduksi pada tangkai atau
cabang, yang bisa merusak dan membentuk kembali tanaman tanpa perlu melalui
fertilisasi.Ini disebut dengan reproduksi aseksual.
C. Perkembangan Lumut
Perkembangan lumut secara singkat berlangsung sebagai berikut : spora yang
kecil dan haploid, berkecambah menjadi suatu protalium yang pada lumut dinamakan
protonema. Protonema pada lumut ada yang menjadi besar, adapula yang tetap kecil.
Pada protoneme ini terdapat kuncup-kuncup yang tumbuh dan berkembang menjadi
tumbuhan lumutnya. Tubuh tumbuhan lumut berupa tallus seperti lembaran-lembaran
daun (hepaticae), atau telah mempunyai habitus seperti pohon kecil dengan batang dan
daun-daunnya (pada musci), tetapi padanya belum terdapat akar yang sesungguhnya,
melainkan hanya rizoid-rizoid yang berbentuk benang-benang atau kadang-kadang
memang telah menyerupai akar. Pada tumbuhan inilah dibentuk gametangium. Setelah
sel telur dibuahi oleh spermatozoid yang bentuknya seperti spiral atau alat pembuka
gabus tutup botol dengan dua bulu cambuk itu, maka zigot tidak memerlukan waktu
istirahat dulu tetapi terus berkembang menjdi embrio yang diploid. Bagian bawah
embrio dinamakan kakinya. Kaki masuk ke jaringan lumut yang lebih dalam dan
berfungsi sebagai alat penghisap (haustorium). Embrio itu lalu tumbuh merupakan
suatu badan yang bulat atau jorong dengan tangkai pendek atau panjang dan seperti
telah telah disebut di atas disebut sporogonium. Di dalam bagian yang bulat itu
dibentuk spora, oleh sebab itu bagian tersebut juga disebut kapsul spora. Kapsul spora
juga dianggap sinonim dengan sporogonium karena leher arkegonium amat sempit,
maka sporogonium tidak dapat menembusnya dan bekas dinding arkegonium ikut
terangkat dan merupakan tudung capsule spora. Mengingat bentuknya seperti tudung
akar, pada ujung akar dan mungkin juga mempunyai fungsi yang sama sebagai
pelindung, maka bekas dinding arkegonium itu juga dinamakan kaliptra. Jaringan
dalam Kapsul spora dinamakan arkespora. Arkespora membentuk sel induk spora, dan
dari satu sel induk spora dengan pembelahan reduksi terjadilah 4 spora yang
berkelompok merupakan tetrade. Seringkali pada pembentukan spora itu ditentukan
pula jenis kelaminnya. Dari spora itu, bergantung pada macam sporanya, akan utmbuh
lumut yang berumah satu atau berumah dua. Spora itu membulat sebelum terpisah-
pidah dan terlepas dari capsule spora. Reproduksi lumut bergantian antara seksual
dengan aseksualnya, reproduksi aseksualnyadengan spora haploid yang dibentuk
dalam sporofit, sedangkan reproduksi seksualnya denganmembentuk gamet – game,
baik gamet jantan maupun gamet betina yang dibentuk dalam gametofit.
ada 2 macam gametangium, yaitu sebagai berikut:
1. Arkegonium adalah gametangium betina yang bentuknya seperti botol dengan
bagian lebar yang disebut perut, bagian yang sempit disebut leher.
2. Anteredium adalah gametangium jantan yang berbentuk bulat seperti gada.
Dinding anteredium terdiri dari selapis sel sel yang mandul dan didalamnya
terdapat sejumlah sel induk spermatozoid.
D. Macam – Macam Lumut
1. Lumut hati (Hepaticeae)
Lumut hati tubuhnya berbentuk lembaran, menempel di atas permukaan
tanah, pohon atau tebing. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati
dan banyak lekukan. Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar, batang,
dan daun. Hal ini menyebabkan banyak yang menganggap kelompok lumut hati
merupakan kelompok peralihan dari tumbuhan Thallophyta menuju Cormophyta.
Lumut hati beranggota lebih dari 6000 spesies. Terdapat rizoid berfungsi untuk
menempel dan menyerap zat-zat makanan.Tidak memiliki batang dan daun.
Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk gemma (kuncup), secara generatif
dengan membentuk gamet jantan dan betina. Contohnya: Ricciocarpus,
Marchantia dan Lunulari
Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada
hati. Siklus hiduplumut ini mirip dengan lumut daun. Di dalam spongaria terdapat
sel yang berbentuk gulungan disebut alatera. Elatera akan terlepas saat kapsul
terbuka, sehingga membantu memencarkan spora. Lumut ini juga dapat
melakukan reproduksi dengan cara aseksual dengan sel yang disebut gemma, yang
merupakan struktur seperti mangkok dipermukaan gametofit. Contoh lumut hati
47
lainnya adalah Marchantia polymorpha dan Porella.
a. Adapun ciri - ciri dari lumut hati, yaitu : tubuhnya masih berupa talus dan
mempunyai rhizoid, gametofitnya membentuk anteredium dan arkegonium
yang berbentuk seperti payung, sporofit pertumbuhannnya terbatas karena
tidak mempunyai jaringan meristematik, berkembangbiak secara generatif
dengan oogami, dan secara vegetatif dengan fragmentasi, tunas, dan kuncup,
habitatnya ditempat lembab. Berdasarkan bentuk talusnya, lumut hati terbagi
dua jenis,yaitu lumut hati bertalus dan lumut hati berdaun. Menyerupai talus
(dorsiventral), bagian atas dorsal
b. berbeda dengan bagian bawah ventral. Daun bila ada tampak rusak dan
tersusun pada tiga deret pada batang sumbu. Alat kelamin terletak pada
bagian dorsal talus pada /pada jenis terletak pada bagian terminal,
sporogonium sederhana tersusun atas bagian kaki dan kapsul atau kaki
tangkai dan kapsul. Mekanisme merakahnya kapsul tidak menentu dan tidak
teratur. Seperti pita bercabang menggarpu dan menyerupai rusuk ditengah
mempunyai rizoid. Pada rusuk tengah, terdapat badan seperti piala dengan
tepi yang bergigi, yang disebut piala eram atau keranjang eram kepala atau
mangkok. Kemudian puncup-puncup eram atau tunas yang disebut gema
mudah terlepas oleh air hujan.
c. Perkembangbiakan
Secara aseksual, menggunakan spora dan tunas, secara seksual, ex:
Maechantia Anteridium terpancang pada permukaaan atas, bentuknya seperti
cakram.Dasar bunga betina agak melebar dan membentuk paying, dengan
cuping berbentuk jari, umumnya berjumlah 9. Arkegonium tumbuh pada
alur-alur diantara cuping-cuping dengan leher menekuk ke bawah.
Anteridium merekah mengeluarkan sperma menuju ke arkegonium. Generasi
sporofit dari telur yang sudah dibuahi (zigot). Zigot membelah membentuk
embrio (bentuk bola), bagian pangkal dari embrio membentuk kaki masuk
kejaringan reseptakel.Bagian terbesar dari janin membentuk kapsul yang
dipisahkan dari bagian kaki zona yang terdiri dari sel-sel yang disebut
tangkai.Kapsul berisi sel induk spora yang berkelompok (elater) yaitu
benang-benang memanjang dengan dinding bagian dalam terpilin.Setelah
miosis terbentuklah tetraspora, tangkainya yang memanjang arkegonium yang
melebar jadi pecah dan kapsul jadi terdorong ke bawah.Kapsul lalu
mongering dan terbuka memancarkan spora, lepasnya spora dari kapsul
dibantu dengan adanya elater yang sifatnya higroskopik. Akibat
mengeringnya kapsul elater menggulung, menjadi kering dan mengadakan
gerakan sentakan yang melempar spora ke udara.
2. Lumut Daun/Musci Lumut daun dapat tumbuh di atas tanah-tanah gundul yang
periodik mengalami masa kekeringan, bahkan di atas pasir yang bergerak pun dapat
tumbuh. Selanjutnya lumut-lumut itu dapat kita jumpai di antara rumput-rumput, di
atas batu- batu cadas, pada batang dan cabang-cabang pohon, di rawa-rawa tetapi
jarang di air. Bryopsida merupakan class lumut terbesar, terdiri 95% dari seluruh
spesies lumut, kira-kira 9.500 spesies. Kelompok ini terkenal dengan memilikinya
spore capsules dengan gigi yaitu Arthrodontous; yang terpisah dari lainnya dan
tergabung di dasar dimana mereka mengikat untuk membuka capsule. Gigi ini
mengemuka saat penutup operculum jatuh. Pada kelompok lumut lain, capsule
adalah nematodontous dengan operculum terikat, atau lainnya membuka tanpa
operculum atau gigi. Susunan tubuh lumut daun pada substrat dengan
menggunakan rizoid yang multiseluler yang dapat bercabang-cabang. Mempunyai
daun yang berusuk dan tersusun dalam 3-8 deret pada sumbunya. Sumbu (batang)
pada lumut daun biasanya menunjukkan deferensiasi menjadi epidermis, korteks,
dan silinder pusat. Lumut daun banyak terdapat di tempat-tempat yang lembab,
yang mempunyai struktur seperti akar yang disebut dengan rizoid dan struktur
seperti daun. Siklus hidup lumut mengalami pergantian antara generasi haploid
dengan diploid. Sporofit pada umumnya lebih kecil, berumur pendek dan hidup
tergantung pada gametofit. Perkembangbiakan, alat-alat kelamin terkumpul pada
ujung batang atau pada ujung cabang-cabangnya, dan dikelilingi oleh daun yang
letaknya paling atas. Daun-daun itu kadang-kadang mempunyai bentuk dan susunan
yang khusus dan seperti pada jungermaniales juga dinamakan Periantum. Alat-alat
kelamin itu dikatakan bersifat banci atau berumah satu, jika dalam kelompok itu
terdapat kumpulan arkegonium dan anteridium terpisah tempatnya. Diantara alat-
alat kelamin dalam kelompok itu biasanya terdapat sejumlah rambut-rambut yang
terdiri dari banyak sel dan dapat mengeluarkan suatu cairan. Seperti pada tubuh
buah fungi rambut-rambut steril itu dinamakan Parafisis.
3. Lumut tanduk (Anthocerotaceae) Bentuk tubuhnya seperti lumut hati yaitu berupa
talus, tetapi sporofitnya berupa kapsul memanjang. Sel lumut tanduk hanya
mempunyai satu kloroplas. Hidup di tepi sungai, danau, atau sepanjang selokan.
Reproduksi seperti lumut hati. Contohnya Anthocerros
a. Lumut tanduk memiliki ciri-ciri seperti: tubuhnya mirip lumut hati, tapi berbeda
pada sporofitnya, berdasarkan analisis asam nukleat, ternyata lumut ini
berkerabatan dekat dengan tumbuhan berpembuluh dibanding dari kelas lain
pada tumbuhan lumut, gametofitnya berupa talus yg lebar dan tipis dgn tepi yg
berlekuk, rhizoid berada pada bagian ventral, habitatnya didaerah yg mempunyai
kelembaban tinggi. Cotohnya Anthoceros leavis
Lumut tanduk dapat dimanfaatkan sebagai indikator ekologi, indikator pencemaran
air dan udara dan indikator deposit mineral (Ahirra, 2014). (Sinudin, 2013).
E. Manfaat lumut
Tumbuhan lumut tidak berperan langsung dalam kehidupan manusia, tetapi ada
spesies tertentu yang dimanfaatkan oleh penduduk untuk mengobati hepatitis, yaitu
Marchantia polymorpha. Selain itu jenis - jenis lumut gambut dari genus Sphagnum
dapat digunakan sebagai pembalut atau pengganti kapas. Tumbuhan lumut juga
memiliki peran dalam ekosistem sebagai penyedia oksigen, penyimpan air (karena
sifat selnya yang menyerupai spons), dan sebagai penyerap polutan. Tumbuhan lumut
dapat dimanfaatkan antara lain :
1. Sphagnum
Sebagai komponen dalam pembentukan tanah gambut yang bermanfaat untuk
mengemburkan medium pada tanaman pot dan dapat digunakan sebagai bahan
bakar. Manfaat lumut bagi kehidupan manusia sangat besar. Suatu penelitian yang
menyangkut kegunaan dan manfaat lumut (Bryophyta) diseluruh dunia telah
dilakukan. Berdasarkan data yang ada, lumut dapat digunakan sebagai bahan untuk
hiasan rumah tangga, obat-obatan, bahan untuk ilmu pengetahuan dan sebagai
indikator biologi untuk mengetahui degradasi lingkungan. Beberapa contoh lumut
50
yang dapat digunakan tersebut adalah Calymperes, Campylopus dan Sphagnum
(Glime & Saxena, 1991 dalam Tan, 2003).
2. Selain sebagai indikator lingkungan, keberadaan lumut di dalam hutan hujan tropis
sangat memegang peranan penting sebagai tempat tumbuh organisme seperti
serangga dan waduk air hujan (Gradstein, 2003).
3. Lumut sering juga digunakan untuk pertamanan dan rumah kaca. Hal lain yang
telah dilakukan dengan lumut ini adalah menggunakannya sebagai bahan obat-
obatan. Berdasarkan hasil penelitian di Cina, lebih dari 40 jenis lumut telah
digunakan oleh masyarakat Cina sebagai bahan obat-obatan terutama untuk
mengobati gatal-gatal dan penyakit lain yang disebabkan oleh bakteri dan jamur
(Ding, 1982 dalam Tan 2003). Beberapa manfaat dari tumbuhan lumut antara lain
sebagai berikut:
a. Sebagai media tanaman (pengganti ijuk): Lumut daun 2. Dapat mencegah erosi:
Lumut secara umum 3.
b. Sebagai obat penyakit hati: Marchantia
c. Sebagai bahan pembalut, kapas dan sumber bahan bakar:
d. Sebagai vegetasi perintis karena tumbuhan yang paling awal terbentuk 6.
2.5. Pteridophyta (Paku-pakuan)
A. Pengertian Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Tumbuhan paku (Pteridophyta) adalah divisi dari kingdom Plantae yang
anggotanya memiliki akar, batang, dan daun sejati, serta memiliki pembuluh
pengangkut. Tumbuhan paku sering disebut juga dengan kormofita berspora karena
berkaitan dengan adanya akar, batang, daun sejati, serta bereproduksi aseksual dengan
spora. Tumbuhan paku juga disebut sebagai tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta)
karena memiliki pembuluh pengangkut. Tumbuhan paku (Pteridophyta) digolongkan
tumbuhan tingkat rendah, karena meskipun tubuhnya sudah jelas memiliki kormus
serta mempunyai sistem pembuluh tetapi belum menghasilkan biji dan alat
perkembangbiakan yang utama adalah spora. Sebagai tumbuhan tingkat rendah,
Pteridophyta lebih maju daripada Bryophyta sebab sudah ada sistem pembuluh,
sporofitnya hidup bebas dan berumur panjang, sudah ada akar sejati, dan sebagian
sudah merupakan tumbuhan heterospor.
Seperti pada Bryophyta, pada Pteridophyta juga terdapat pergiliran keturunan
yang menunjukkan adanya dua keturunan yang bergiliran. Individu yang
menghasilkan gamet (gametofit) merupakan generasi yang haploid. Setelah terjadi
fertilisasi akan terbentuk zigot yang merupakan permulaan dari keturunan yang
diploid. Kemudian dari sini terbentuk individu yang diploid (sporofit) karena
menghasilkan spora melalui pembelahan reduksi. Spora inilah yang merupakan
permulaan dari generasi haploid. Dari spora akan terbentukprotalium melalui
perkecambahan spora. Divisi Pteridophyta terbagi menjadi 4 kelas, yaitu:
Psilophyinae (paku purba), Lycopodinae (paku kawat), Equisetinae (paku ekor kuda)
dan Filicineae (paku sejati).
Tumbuhan paku termasuk tumbuhan tertua di dunia karena ditemukan sebagai
fosil dalam batu berusia 420 juta tahun. Fosil tumbuhan paku dari zaman Karbon,
sekitar 360-268 juta tahun lalu, merupakan penyusun sebagian besar batu bara.
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan darat yang sudah sempurna.

B. Ciri-Ciri Tumbuhan Paku (Pteridophyta)


1. Pterydophyta memiliki ciri-ciri struktur sebagai berikut :
Batang Pterydophyta bercabang-cabang menggarpu atau membentuk cabang-
cabang kesamping yang bukan keluar dari ketiak daun. Daun-daun pada
Pterydophyta yang tinggi tingkat perkembangannya memiliki sifat-sifat yang sesuai
dengan daun Spermatophyta.
Embrio sudah dapat dibedakan adanya dua kutub, yaitu kutub atas yang akan
berkembang menjadi tunas dan kutub bawah yang disebut kutub akar. Kutub akar
tidak terus berkembang membentuk akar, karena akar tumbuhan paku bersifat
endogen dan tumbuh kesamping dari batang. Dengan demikian embrio
Pterydophyta bersifat unipolar, akar yang keluar pertama tidak dominan dan segera
disusul oleh akar-akar lain yang muncul dari batang. Akar memilikikaliptra.
Pertumbuhan menebal sekunder karena kegiatan kambium belum ada. Dalam
akar, batang, dan daun terdapat jaringan pengangkut, yang terdiri atas xylem dan
floem. Sporofit memiliki kormus yang sesungguhnya. Sporangium dan spora
terbentuk pada daun, kadang-kadang52dalam ketiak atau ujung tunas. Daun-daun
yang mempunyai sporangium disebut sporofil, sedangkan daun-daun yang steril
disebut tropofil.
Sporangium memiliki lapisan-lapisan dinding yang menyelubungi jaringan
sporogen. Sel-sel sporogen membulat dan memisahkan diri satu sama lain menjadi
sel-sel induk spora. Masing-masing membelah reduksi menghasilkan 4 spora
haploid yang dapat bergan dengan tetraeder.
Lapisan sel-sel yang mengandung banyak plasma dan berguna memberi makan
pada sel-sel sporogen dinamakan tapetum, terdapat disekeliling jaringan sporogen.
Spora memiliki tiga lapis dinding. Berturut-turut dari luar ke dalam yaitu :
perisporium, eksosporium, dan endosporium.
2. Morfologi Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Bentuk tumbuhan paku bermacam-macam, ada berupa pohon (pohon paku),
biasanya tidak bercabang. Epifit, mengapung di air. Hidrofit, tetatpi biasanya
berupa terna dengan rizoma yang menjalar di tanah atau humus dan ental yang
menyangga daun dengan ukuran yang bervariasi (sampai 6 m). Ental yang masih
muda selalu menggulung (seperti gagang biola) dan menjadi satu ciri khas
tumbuhan paku. Sering dijumpai tumbuhan paku mendominasi vegetasi suatu
tempat sehingga membentuk belukar yang luas dan menekan tumbuhan yang lain.
3. Bagian-Bagian/Struktur Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Seperti tumbuhan pada umumnya, tubuh paku dapat dibedakan menjadi akar,
batang, dan daun. Bagian-bagian/Struktur ini nampak sangat jelas pada jenis paku
yang berbatang tinggi seperti paku tiang. Tumbuhan paku mengalami dua fase
dalam kehidupannya atau biasa disebut dengan pergiliran keturunan. Dalam siklus
hidupnya paku mengalami fase gametofit dan fase sporofit. Fase gametofit paku
berukuran sangat kecil dan sulit diamati sedangkan fase sporofit merupakan bentuk
tumbuhan paku yang biasa kita lihat. Berikut adalah bagian-bagian/struktur dari
tumbuhan paku:

a. Akar
53
Akar tumbuhan paku merupakan akar sesungguhnya karena sel-sel akarnya
sudah terdiferensiasi menjadi:
1) Kulit luar (epidermis)
2) Kulit dalam (korteks)
3) Silinder pusat, terdapat buluh pengangkut brupa xylem yan dikelilingi oleh
floem.
b. Batang
Pada sebagian besar jenis paku, batangnya terdapat di dalam tanah yang
dinamakan ripang (rhizome). Jika muncul ke permukaan tanah, batangnya
sangat pendek sekitar 0.5 m. Namun, ada beberapa batang pohon paku yang
tingginya mencapai 5 m atau lebih, misalnya cyathea sp. Pada batang, terdapat
pembuluh pengangkut berupa xilem dikelilingi floem.
c. Daun
Pteridophyta (Tumbuhan Paku) pada umumnya berdaun, dan daunnya
memiliki tulang daun. Daun Pteridophyta ada yang berukuran besar, disebut
makrofil. Ada pula daun yang berukuran kecil, disebut mikrofil. Mikrofil
berbentuk sisik, misalnya pada Equisetum (paku ekor kuda). Pteridophyta yang
tidak berdaun disebut paku telanjang, misalnya Psilotum. Daun pteridophyta
muda yang menggulung disebut fiddlehead (circinnate). Gulungan akan
terbuka ketika daun muda tumbuh menjadi daun dewasa.
Macam-macam daun pada Tumbuhan paku (Pteridophyta)
1) Daun yang kecil-kecil disebut Mikrofil
Daun ini berbentuk kecil-kecil seperti rambut atau sisik, tidak bertangkai
dan tidak bertulang daun, belum memperlihatkan diferensiasi sel, dan tidak
dapat dibedakan antara epidermis, daging daun dan tulang daun.
2) Daun yang besar-besar disebut Makrofil dan telah mempunyai daging daun
(Mesofil)
Merupakan daun yang bentuknya besar, bertangkai dan bertulang daun,
serta bercabang-cabang. Sel-sel penyusunnya telah memperlihatkan
diferensiasi, yaitu dapat dibedakan antara jaringan tiang, jaringan bunga
karang, tulang daun, serta stomata (mulut daun).
54
3) Daun yang khusus untuk asimilasi disebut Tropofil
Merupakan daun yang khusus untuk melakukan asimilasi atau fotosintesis.
4) Daun yang khusus menghasilkan spora disebut Sporofil.
Daun ini berfungsi untuk menghasilkan spora. Tetapi daun ini juga dapat
melakukan fotosintesis, sehingga disebut pula sebagai troposporofil.
d. Ukuran dan Bentuk Tubuh Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Tumbuhan paku memiliki ukuran yang bervariasi dari yang tingginya sekitar 2
cm, misalnya pada tumbuhan paku yang hidup mengapung di air, sampai tumbuhan
paku yang hidup di darat yang tingginya mencapai 5 m misalnya paku tiang
(Sphaeropteris). Tumbuhan paku purba yang telah menjadi fosil diperkirakan ada
yang mencapai tinggi 15 m. Bentuk tumbuhan paku yang hidup saat ini bervariasi,
ada yang berbentuk lembaran, perdu atau pohon, dan ada yang seperti tanduk rusa.
Tumbuhan paku terdiri dari dua generasi, yaitu generasi sporofit dan generasi
gametofit. Generasi sporofit dan generasi gametofit ini tumbuh bergantian dalam
siklus tumbuahan paku. Generasi sporofit adalah tumbuhan yang menghasilkan
spora sedangkan generasi gametofit adalah tumbuhan yang menghasilkan sel gamet
(sel kelamin). Pada tumbuhan paku, sporofit berukuran lebih besar dan generasi
hidupnya lebih lama dibandingkan generasi gametofit. Oleh karena itu, generasi
sporofit tumbuhan paku disebut generasi dominan. Generasi sporofit inilah yang
umumnya kita lihat sebagai tumbuhan paku.
a. Struktur dan Fungsi Tubuh Tumbuhan Paku Generasi Sporofit
Tumbuhan paku sporofit pada umumnya memiliki akar, batang, dan daun
sejati. Namun, ada beberapa jenis yang tidak memiliki akar dan daun sejati.
Batang tumbuhan paku ada yang tumbuh di bawah tanah disebut rizom dan ada
yang tumbuh di atas permukaan tanah. Batang yang yang tumbuh di atas tanah
ada yang bercabang menggarpu dan ada yang lurus tidak bercabang. Tumbuhan
paku yang tidak memilki akar sejati memilki akar berupa rizoid yang terdapat
pada rizom atau pangkal batang. Tumbuhan paku ada yang berdaun kecil
(mikrofil) dan ada yang berdaun besar (makrofil). Tumbuhan paku yang
berdaun kecil, daunnya berupa sisik.
55
Daun tumbuhan paku memiliki klorofil untuk fotosintesis. Klorofil
tumbuhan paku yang tak berdaun atau berdaun kecil terdapat pada batang.
Tumbuhan paku sporofit memiliki sporangium yang menghasilkan spora. Pada
jenis tumbuhan paku sporofit yang tidak berdaun, sporangiumnya terletak di
sepanjang batang. Pada tumbuhan paku yang berdaun, sporangiumnya terletak
pada daun yang fertil (sporofil). Daun yang tidak mengandung sporangium
disebut daun steril (tropofil). Sporofil ada yang berupa helaian dan ada yang
berbentuk strobilus. Strobilus adalah gabungan beberapa sporofil yang
membentuk struktur seperti kerucut pada ujung cabang.
Pada sporofil yang berbentuk helaian, sporangium berkelompok
membentuk sorus. Sorus dilindungi oleh suatu selaput yang disebut indisium.
Sebagian besar tumbuhan paku memiliki pembuluh pengangkut berupa floem
dan xilem. Floem adalah pembuluh pengangkut nutrien organik hasil
fotosintesis. Xilem adalah pembuluh pengangkut senyawa anorganik berupa air
dan mineral dari akar ke seluruh bagian tumbuhan. Spora yang menghasilkan
sporofit akan tumbuh membentuk struktur gametofit berbentuk hati yang
disebut protalus atau protaliaum.
b. Struktur dan Fungsi Tubuh Tumbuhan Paku Generasi Gametofit
Gametofit tumbuhan paku hanya berukuran beberapa milimeter. Sebagian
besar tumbuhan paku memiliki gametofit berbentuk hati yang disebut protalus.
Protalus berupa lembaran, memiliki rizoid pada bagian bawahnya, serta
memiliki klorofil untuk fotosintesis. Protalus hidup bebas tanpa bergantung
pada sporofit untuk kebutuhan nutrisinya. Gametofit jenis tumbuhan paku
tertentu tidak memilki klorofil sehingga tidak dapat berfotosintesis. Makanan
tumbuhan paku tanpa klorofil diperoleh dengan cara bersimbiosis dengan
jamur.
Gametofit memilki alat reproduksi seksual. Alat reproduksi jantan adalah
anteridium. Anteridium menghasilkan spermatozoid berflagelum. Alat
reproduksi betina adalah arkegonium. Arkegonium menghasilkan ovum.
Gametofit tumbuhan paku jenis tertentu memiliki dua jenis alat reproduksi
56
pada satu individu. Gametofit dengan dua jenis alat reproduksi disebut
gametofit biseksual. Gametofit yang hanya memiliki anteridium saja atau
arkegonium saja disebut disebut gametofit uniseksual. Gametofit biseksual
dihasilkan oleh paku heterospora (paku yang menghasilkan dua jenis spora
yang berbeda).
c. Struktur Tubuh Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Daun paku tumbuh dari percabangan tulang daun yang disebut frond, dan
keseluruhan daun dalam satu tangkai daun disebut pinna. Jika diperhatikan
pada permukaan bagian daun (frond) terdapat bentuk berupa titik-titik hitam
yang disebut sorus, dalam sorus terdapat kumpulan sporangia yang merupakan
tempat atau wadah dari spora. Gambar dibawah ini menunjukkan sporangia
yang tergabung dalam struktur sorus (jamak sori). Tidak semua daun paku
memiliki sorus (sori), daun paku yang memiliki sorus merupakan daun fertil
yang disebut daun sporofil, daun paku yang tidak memiliki sorus disebut daun
steril. Daun ini hanya mengandung klorofil dan banyak dimanfaatkan untuk
proses fotosintesis. Daun ini disebut daun tropofil.
d. Struktur Sorus
Bagian luar dari sorus berbentuk selaput tipis yang disebut indusium. Bagian
dalam sorus terdapat kumpulan sporangium yang didalamnya berisi ribuan
spora.
Jika daun sporofil (daun fertil) diletakkan di atas permukaan kertas polos, maka
bentuk spora akan terlihat seperti serbuk bedak berwarna hitam, coklat, kemerahan,
kuning atau hijau tergantung jenis tumbuhan pakunya. Masing-masing spora akan
tumbuh menjadi paku dewasa melalui proses yang komplek.
1. Jenis paku yang termasuk paku sejati yaitu :
Nama Tumbuhan Paku
a. Semanggi (Marsilea crenata)
b. Paku Tanduk Rusa (Platycerium bifurcatum)
c. Paku Sarang Burung (Asplenium nidus)
d. Suplir (Adiantum cuneatum)
e. Paku sawah (Azolla pinnata)
f. Dicksonia antarctica 57
C. Daur hidup Tumbuhan paku (Pteridophyta)
Reproduksi tumbuhan ini dapat secara aseksual (vegetative), yakni dengan stolon
yang menghasilkan gemma (tunas). Gemma adalah anakan pada tulang daun atau kaki
daun yang mengandung spora. Reproduksi secara seksual (generative) melalui
pembentukan sel kelamin jantan dan betina oleh alat-alat kelamin (gametogonium).
Gametogonium jantan (anteredium) menghasilkan spermatozoid dan gametogonium
betina menghasilkan sel telur (ovum). Sepertihalnya tumbuhan lumut , tumbuhan paku
mengalami metagenesis (pergiliran keturunan).
Tumbuhan paku mengalami metagenesis atau pergiliran keturunan sebagai berikut:
1. Generasi Saprofit
Generasi sporofit merupakan tumbuhan paku itu sendiri yang dapat menghasilkan
spora. Spora dihasilkan oleh struktur daun khusus yang disebut sporofil. Sporofit
paku umurnya lebih lama di bandingkan gametofit. Sporofit dapat tumbuh lalu
bertunas sehingga jumlahnya bertambah banyak. Ini merupakan reproduksi secara
aseksual. Spora yang dihasilkan tumbuhan paku keluar dari sporangium dan tersebar
mengikuti arah angin. Jika spora ini jatuh di tempat lembab, akan tumbuh menjadi
tumbuhan baru yang dikenal sebagai protalium.
2. Generasi Gametofit
Merupakan tumbuhan penghasil gamet. generasi gametofit ditandai dengan adanya
protalium yaitu tumbuhan paku baru yang berbentuk seperti janting, berwana hijau,
dan melekat pada subtrat dengan rizoidnya. Generasi gametofit tidak berlangsung
lama karena biasanya protaliumnya beukuran kecil dan tidak berumur panjang.
Di dalam protalium terdapat suatu gametangium sehingga dapat membentuk
anteridium yaitu alat kelamin jantan yang akan menghasilkan sperma, dan
arkegonium yaitu alat kelamin betina yang akan menghasilkan sel telur. Jika terjadi
pertemuan antara sperma dengan sel telur maka akan terbentuk zigot dan akan
tumbuh menjadi tumbuhan paku baru.

Berdasarkan jenis spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
58
1. Paku Homospora
Paku Homospora yaitu jenis tumbuhan paku yang menghasilkan satu jenis spora
yang sama besar. Contohnya adalah paku kawat (Lycopodium), Nephrolepis,
Drymoglossum.
2. Paku Heterospora
Paku heterospora memproduksi dua macam ukuran spora. Spora yang berukuran
kecil dan berkelamin jantan disebut mikrospora. Spora yang berukuran besar dan
berkelamin betina disebut makrospora. Contohnya: Selaginella (paku rane) yang
dapat dijadikan tanaman hias dan Marsilea (semanggi) yang dapat dimakan.
Mikrospora akan tumbuh menjadi mikroprotalium sedangkan makrospora akan
tumbuh menjadi makroprotalium. Mikropotalium membentuk mikrogametofit
yang akan menghasilkan anteridium, sedangkan makroprotalium membentuk
makrogametofit yang akan menghasilkan arkegonium. Anteridium menghasilkan
sperma dan arkegonium menghasilkan ovum. Fertilisasi antara sperma dan ovum
menghasilkan zigot. Zigot akan tumbuh menjadi tumbuhan paku yang akan
menghasilkan spora, demikian seterusnya.
3. Paku Peralihan
Spora pada paku peralihan yang dihasilkan berukuran dan bentuk yang
sama tetapi jenisnya berbeda. Protaliumnya hanya menghasilkan anteridia dan
arkegonia saja. Fase gametofit paku lebih singkat dari pada sporofitnya. Alat
kelamin berpa: anteredium menghasilkan spermatozoit dan arkegonium
menghasilkan sel telur. Pembuahan sel telur oleh spermatozoit dibantu oleh air.
Zigot yang dihasilkan berkutup satu, sehingga akarnya tidak berkembang seperti
tumbuhan biji. Bila sporangium kering, anulus membuka dan spora-spora akan
keluar. Spora jatuh ditemapat yang lembab akan tumbuh menjadi protalium.
Selanjutnya protalium akan tumbuh menghasilan anteridium dan arkegonium.
Dari perkawinan anatara rhizoid dan ovum menghasilkan zigot. Zigot tumbuh
menjadi menjadi tumbuhan paku (sporofit). Contoh tumbuhan paku peralihan
adalah paku ekor kuda (Equisetum).
Spora paku jatuh di tanah subur akan tumbuh menjadi protalium.
Protalium memiliki rizoid yang berfungsi untuk melekatkan diri pada tanah dan
menghisap air serta mineral. Protalium akan tumbuh menjadi gametofit yang
menghasilkan anteridium dan arkegonium. Anteridium menghasilkan
spermatozoid sedangkan arkegonium menghasilkan ovum. Karena protalium
menghasilkan gamet, maka protalium merupakan generasi gametofit. Setelah
terjadi pembuahan pada ovum oleh spermatozoid, terbentuk zigot. Zigot
kemudian tumbuh menjadi tumbuhan paku. Daun-daun pada tumbuhan paku
akan menghasilkan spora, sehingga tumbuhan paku merupakan generasi sporofit.
Bila kotak spora pecah, spora-spora akan bertebaran dan jatuh. Spora yang jatuh
pada tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi protalium kembali.
D. Habitat Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Habitatnya di darat, terutama pada lapisan bawah tanah didataran rendah, tepi
pantai, lereng gunung, 350 meter diatas permukaan laut terutama di daerah lembab, dan
ada juga yang bersifat epifit (menempel) pada tumbuhan lain. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan paku :
1. Kadar air dalam tanah
2. Kadar air dalam udara
3. Kandungan hara mineral dalam tanah
4. Kadar cahaya untuk fotosintesis
5. Suhu yang optimal
6. Perlindungan dari angin
7. Perlindungan dari cahaya yang terlalu kuat.
Tidak semua faktor tersebut berpengaruh, tapi tergantung pada jenis tumbuhan
pakunya. Survive tidaknya suatu tumbuhan paku di suatu areal tergantung dari ketahanan
gametofitnya, apakah akan berkembang secara alami di lingkungannya atau tidak. Seperti
tanaman tingkat tinggi, tumbuhan paku tumbuh lingkungannya masing-masing (biasanya
tempat lembab).
Beberapa paku dapat bertahan hidup di daerah yang ekstrim seperti lingkungan
kering dan panas. Beberapa jenis paku dapat tumbuh di daerah gurun. Tumbuhan paku
meletakkan dirinya tepat sesuai dengan nitchenya, tanah yang lembab, udara yang
lembab, intensitas cahaya dan sebagainya. Jarang tumbuhan paku hidup diluar nitchenya.
60
60 maka anda harus menciptakan lingkungan
Jika anda ingin menumbuhkembangkan paku,
yang sesuai sehingga tumbuhan paku tumbuh dan berkembang dengan optimal.
E. Manfaat Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Manfaat dari tumbuhan paku antara lain :
1. Sebagai tanaman hiasan : Platycerium nidus (paku tanduk rusa) yang bentuknya
seperti tanduk rusa dan sering ditanam dengan ditempelkan pada pohon, Asplenium
nidus (paku sarang burung), Adiantum cuneatum (suplir), danSelaginella wildenowii
(paku rane).
2. Sebagai bahan penghasil obat-obatan : Asipidium filix-mas dan Lycopodium clavatum.
3. Sebagai sayuran : Marsilea crenata (semanggi) dan Salvinia natans (paku sampan,
kiambang). Beberapa tumbuhan paku ada yang diambil daunnya yang masih muda
untuk sayur.
4. Sebagai pupuk hijau : Azolla pinnata yang hidup di sawah-sawah, bersimbiosis dengan
anabaena azollae (ganggang biru) yang dapat mengikat N2 bebas di udara menjadi
senyawa yang dapat diserap oleh tumbuhan lain. Dengan demikian, Azolla pinnata
dapat dijadikan pupuk hijau yang kaya nitrogen.
5. Sebagai pelindungan tanaman di persemaian : Gleichenia linearis.
6. Sebagai sumber bahan baku pembentukan batu bara : Tumbuhan paku yang sudah
mati pada zaman purba.
BAB III
61
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari uraian yg diatas dapat disimpulkan bahwa banyak terdapat Contoh Tumbuhan
Rendah yg terdiri dari berbagai macam tumbuhan seperti Algae (Ganggang) yg merupakan
tumbuhan Yang dapat hidup di perairan tawar dan laut, dan tidak memiliki akar, batang
daun, bunga, buah, dan biji ssejati, merupakan tumbuhan yang hidup di air, baik air tawar
atau air laut, selalu menempati habitat yang lembab dan basah
Jamur merupakan salah satu tumbuhan tingkat rendah yang umumnya bersifat sebagai
saprofit atau parasit untuk memenuhi kebutuhan pangannya. hidup pada sisa makhluk hidup
yang telah mati, seperti di tumpukan sampah organik, tumbuhan, atau kotoran hewan.
merugikan media yang ditempelinya.
Lumut kerak gabungan antara fungi dan alga sehingga secara morfologi dan fisiologi
merupakan satu kesatuan. tergolong tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam
pembentukan tanah. Lumut kerak biasanya sebagai indicator biologi pencemaran udara
Lumut merupakan kelompok tumbuhan kecil yang tumbuh menempel pada berbagai
jenis substrat. Yang biasanya tumbuh pada pohon, kayu mati, kayu lapuk, serasah, tanah dan
batuan dengan kondisi lingkungan lembab dan penyinaran yang cukup.
Tumbuhan paku (Pteridophyta) memiliki akar, batang, dan daun sejati, serta memiliki
pembuluh pengangkut. dan juga disebut sebagai tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta)
karena memiliki pembuluh pengangkut. digolongkan tumbuhan tingkat rendah, karena
meskipun tubuhnya sudah jelas memiliki kormus serta mempunyai sistem pembuluh tetapi
belum menghasilkan biji dan alat perkembangbiakan
3.2. Saran
Semua yang Allah ciptakan tidak mungkin ada yang sia-sia. Allah telah menciptakan
manusia di muka bumi tidak untuk hidup menyendiri. Selain manusia, makhluk yang hidup
dibumi ini adalah hewan dan juga tumbuhan. Allah telah menciptakan makhluk-Nya dengan
berbagai macam kegunaan dan manfaat. Bahkan tumbuhan kecil sekalipun yang dimana
saking kecilnya tidak dapat dilihat menggunakan mata telanjang (secara langsung). Maka
kita sebagai manusia harus menjaga bumi ini dengan baik. Karena bumi telah menyediakan
kepada kita berbagai macam manfaat yang kita bisa gunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Kesadaran untuk tidak merusak alam 62
harus kita tanamkan, agar apa yang diberikan
Allah kepada kita dapat digunakan dan dimanfaatkan dengan baik. Dan yang terpenting
tetaplah senantiasa bersyukur atas segala hal yang telah Allah berikan kepada kita.
Alhamdullihi Rabbil Alamin.
DAFTAR PUSTAKA
63

Anonim, http://www.academia.edu/21000924/makalah_tentang_Fungsi_Jamur. (Diakses tanggal


10 Oktober 2020)

Anonim, http://www.molamakalah.blogspot.com/2018/01/makalah-lumut.html?m=1. (Diakses


tanggal 10 Oktober 2020)

Anonim, http://www.gurupendidikan.co.id/tumbuhan-paku/. (Diakses tanggal 10 oktober 2020)

Hasan, M, dan Ariyanti, N.S. 2004, Mengenai Bryophyta (Lumut). Taman Nasional Gede
Pangrango Volume1, Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Cibodas

Rmhbaca, 2012, http://rmhbaca.wordpress.com/2012/08/01/manfaat-lumut-sebagai-obat/.html.


(Diakses tanggal 10 Oktober 2020)

Tjitrosoepomo, G., 1989. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

http://kumulanmakalahendangsuhara.blogspot.co.id/2011/10/maka.tentang-jamur-
biologi;sma.html. (Diakses tanggal 10 Oktober 2020)

http://www.academia.edu/32495957/MAKALAH_BRYOPHYTA_docx. (Diakses tanggal 10


Oktober 2020)

http://www.sangkoeno.com/2013/11/algae-ganggang.html?m=1.
(Diakses tanggal 10 Oktober 2020)

http://bengkelbiologi.blogspot.com/2010/05/alga-protista-mirip-tumbuhan-html?m=1.
(Diakses tanggal 10 Oktober 2020)
http://nidafood.blogspot.com/2012/04/jamur.html?m=1. (Diakses tanggal 10 Oktober 2020)

Anda mungkin juga menyukai