DI SUSUN
OLEH :
FAHRI KATURI
411420066
JURUSAN MATEMATIKA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah pada mata kuliah Biologi Umum dengan judul
“Contoh Tumbuhan Rendah” tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Biologi Umum. Terima kasih juga saya haturkan kepada Ibu dosen
pengapu Dr. Dewi Wahyuni K Baderan, S.Pd., M.Si mata kuliah Biologi Umum yang telah
memberikan tugas mengenai makalah ini sehingga pengetahuan saya akan contoh-contoh dari
tumbuhan rendah dan juga dalam penulisan makalah ini semakin baik. Insya Allah.
Tidak ada manusia yang sempurna, oleh karena itu saya menyadari masih terdapat banyak
kesalahan yang tanpa sengaja dibuat, baik kata maupun tata bahasa didalam makalah ini. Untuk
itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bunta, 14 – 10 – 2020
Penyusun
Fahri Katuri
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.................................................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah............................................................................................................. 2
3. Tujuan Penulisan............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1............................................................................................................................................. Alga
e (Ganggang)...................................................................................................................... 3
2.2............................................................................................................................................. Fung
i (Jamur, Cendawan)........................................................................................................... 19
2.3............................................................................................................................................. Lich
enes (Lumut Kerak)............................................................................................................ 32
2.4. Bryophyta (Lumut)............................................................................................................ 43
2.5. Pteridophyta (Paku-pakuan).............................................................................................. 51
BAB III PENUTUP
.1. Kesimpulan........................................................................................................................ 62
3.2. Saran.................................................................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
ii
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
4) Turbinaria decurrens
9
Turbinaria adalah genus alga coklat (Phaeophyceae) yang ditemukan
terutama di perairan laut tropis. Biasanya tumbuh di substrat berbatu. Pada
spesies Turbinaria tropis yang sering dikonsumsi oleh ikan herbivora dan
echinoid, terdapat tingkat fenolat dan tanin yang relatif rendah.
2. Alga Merah (Rhodophyta)
Alga merah berwarna merah sampai ungu, tetapi ada juga yang lembayung atau
kemerah-merahan. Kromatofora berbentuk cakram atau lembaran dan mengandung
klorofil a, klorofil b, serta karotenoid. Akan tetapi, warna lain tertutup oleh warna
merah fikoeritrin sebagai pigmen utama yang mengadakan fluoresensi. Jenis
Rhodophyta tertentu memiliki fikosianin yang memberi warna biru.
a. Ciri-ciri alga merah
1) Talus berupa helaian atau berbentuk seperti pohon. Banyak alga merah yang
tubuhnya dilapisi kalsium karbonat.
2) Tidak memiliki flagela.
3) Dinding sel terdiri dari komponen yang berlapis-lapis. Dinding sel sebelah
dalam tersusun dari mikrofibril, sedangkan sisi luar tersusun dari lendir.
Komponen kimia mikroribril terutama adalah xilan, sedangkan komponen
kimia dinding mikrofibril luarnya adalah manan. Dinding sel alga merah
mengandung polisakarida tebal dan lengket yang bernilai komersial.
4) Memiliki pigmen fotosintetik fikobilin dan memiliki pirenoid yang terletak di
dalam kloroplas. Pirenoid berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan
atau hasil asimilasi. Hasil asimilasinya adalah sejenis karbohidrat yang
disimpan dalam bentuk tepung fluorid, fluoridosid (senyawa gliserin dan
galaktosa), dan tetes minyak. Tepung fluorid jika ditambah lodium
menunjukkan warna kemerah-merahan.
b. Cara hidup
Alga merah umumnya bersifat autotrof. Akan tetapi ada pula yang heterotrof,
yaitu yang tidak memiliki kromatofora dan biasanya bersifat parasit pada alga
lain.
c. Habitat
10
Alga merah umumnya hidup di laut yang dalam, lebih dalam daripada tempat
hidup alga cokelat. Sepertiga dari 2500 spesies yang telah diketahui, hidup di
perairan tawar dan ada juga yang hidup di tanah. Biasanya organisme ini
merupakan penyusun terumbu karang laut dalam. Alga merah berperan penting
dalam pembentukan endapan berkapur, baik di lautan maupun di perairan tawar.
d. Reproduksi
Alga merah dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi seksual
terjadi melalui pembentukan dua anteridium pada ujung-ujung cabang talus.
Anteridium menghasilkan gamet jantan yang disebut spermatium. Gametangium
betina disebut karpogonium yang terdapat pada ujung cabang lain.
Karpogonium terdiri dari satu sel panjang. Bagian karpogonium bawah
membesar seperti botol, sedangkan bagian atasnya membentuk gada atau benang
dan dinamakan trikogen. Inti sel telur terdapat di bagian bawah yang membesar
seperti botol.
Spermatium mencapai trikogen karena terbawa air (pergerakan secara pasif).
Spermatium kemudian melekat pada trikogen. Setelah dinding perlekatan
terlarut, seluruh protoplasma spermatium masuk dalam karpogonium. Setelah
terjadi pembuahan, terbentuklah sumbat di bagian bawah. karpogonium. Sumbat
itu memisahkan karpogonium dan trikogen. Zigot hasil pembuahan akan
membentuk benang-benang sporogen. Dalam sel-sel di ujung benang sporogen
itu, terbentuk spora yang masing-masing memiliki satu inti dan satu plastida;
spora tersebut dinamakan karpospora. Karpospora akhirnya keluar dari sel-sel
ujung benang sporogen sebagai protoplasma telanjang berbulu cambuk.
Karpospora ini mula-mula berkecambah menjadi protalium yang akhirnya
tumbuh menjadi individu baru lengkap dengan alat-alat generatifnya.
Reproduksi aseksual terjadi dengan membentuk tetraspora. Tetraspora akan
menjadi gametangium jantan dan gametangium betina. Gametangium jantan dan
betina akan bersatu membentuk karposporofit. Karposporofit kemudian
menghasilkan tetraspora, Contoh anggota-anggota Rhodophyta antara lain:
Corrallina, Palmaira, dan Scicania furcellata.
1) Corrallina
11
Corallina sp. (ganggang merah) termasuk dalam golongan Ganggang merah
(Rhodophyceae) karena talusnya berwarna meranh sampai ungu. Talus ini
mengandung klorofil a dan karotenoid, akan tetapi tertutup oleh zat warna
merah yang menngadakan fluoresensi, yaitu fikoeritrin. Tubuhnya
menyerupai kerak dan melekat di atas batu karang, tubuhnya mengandung zat
kapur dan bersegmen-segmen. Apabila sudah mati akan berwarna putih dan
mudah patah, habitatnya di laut dan menempel pada batu karang yang ada di
perairan pantai.
Corallina sp. termasuk dalam Ordo Cryptonemiales karena tubuhnya yang
menyerupai kerak dan bersegmen-segmen. Berkembangbiak dengan seksual.
Terdapat tiga pergiliran keturunan yaitu gametofit, karposporofit dan
tetrasporofit. Ditemukan berjarak sekitar 3 m dari tepi pantai
(Tjitrosoepomo,1991).
e. Peranan alga merah dalam kehidupan
Alga merah jenis tertentu dapat menghasilkan agar yang dimanfaatkan antara
lain sebagai bahan makanan dan kosmetik, misalnya Eucheuma spinosum. Di
beberapa negara, misalnya Jepang, alga merah ditanam sebagai sumber
makanan. Selain itu juga dipakai dalam industri agar, yaitu sebagai bahan yang
dipakai untuk mengeraskan/memadatkan media pertumbuhan bakteri. Beberapa
alga merah yang dikenal dengan sebutan alga koral menghasilkan kalsium
karbonat di dinding selnya. Kalsium karbonat ini sangat kuat dalam mengatasi
terjangan ombak. Kelebihan ini menjadikan alga kural memiliki peran penting
dalam pembentukan terumbu karang (Campbell et al. 2003; Solomon et al.
2005).
3. Alga Keemasan (Chrysophyta)
Chrysophyta diambil dari kata Yunani chrysos yang berarti emas. Kelompok
alga keemasan memiliki keragaman komposisi pigmen, dinding sel, dan tipe flagela
sel. Alga keemasan mengandung klorofil a dan c, karoten, dan santofil.
Habitat pantai, air laut, air tawar dan air tawar dan air 90% di air tawar air tawar dan air laut
air tawar air laut laut dan 10% di laut
benang atau benang atau batang atau benang, talus terdiri dari 2
Bentuk seperti seperti seperti telapak lembaran, bola bagian, epiteka dan
talus tumbuhan tumbuhan tangan hipoteka
tingkat tinggi tingkat tinggi
zoospora
zoospora pembelahan hipoteka
Reproduksi berflagela zoospora
berflagela dua spora haploid dan epiteka
1. aseksual banyak
dan fragmentasi
persatuan sel persatuan sel
Isogami/ persatuan sel sperma
2. seksual spermatium sperma dan konjugasi
oogami dan ovum
dan ovum
karpogonium
Dinding selulosa, asam manan dan kersik/silika selulosa silika (kersik)
sel alginat xilan
Peranan Fitoplankton bahan agar- plankton, fitoplankton bahan isolasi,
dalam agar dan sup produsen di dalam ekosistem penyekat dinamit,
ekosistem air, perairan laut air, bahan penggosok
asam alginat
untuk industri
makanan
makanan,
farmasi, dan
pupuk
4. BASIDIOMYCOTINA
26
Divisi Basidiomycotina sering disebut juga sebagai the club fungi atau yang
sering disebut jamur pada umumnya (cendawan atau mushrooms). Jamur ini
bereproduksi secara seksual dengan membentuk basidia yang kemudian menghasilkan
basidiospora di dalam tubuh buah yang disebut basidioma atau basidiokarp . Basidia
tersebut bisa berkembang dalam bentuk seperti insang, pori-pori, seperti gigi, atau
struktur lain. Hifa dari Basiomycotina umumnya dikariotik (binukleat, dengan 2 inti)
dan terkadang memiliki hubungan yang sa ling mengapit. Sel-sel tersebut dipisahkan
oleh septa yang kompleks. Anggota nya kebanyakan berupa jamur makroskopis.
Kelompok ini memiliki miselium yang bersekat dan memiliki tubuh buah (basi
diokarp) yang panjang, berupa lembaran- lembaran, yang berliku-liku atau bulat.
Jamur ini umumnya hidup
saprofit dan parasit, umumnya berkembang biak secara aseksual dengan
konidium. Siklus hidup Basidiomycota dimulai dari spora basidium atau konidium
yang tumbuh menjadi hifa yang bersekat dengan 1 inti (monokariotik). Hifa tersebut
kemudian tumbuh membentuk miselium. Hifa-hifa yang berbeda, hifa (+) dan hifa (-),
bersinggungan pada masing- masing ujungnya dan melebur diikuti dengan larutnya
masing-masing dinding sel. Kemudian inti sel dari salah satu sel pindah ke sel yang
lainnya, sehingga sel tersebut memiliki 2 inti sel (dikariotik). Sel dikariotik tersebut
akhirnya tumbuh menjadi miselium dikariotik dan selanjutnya menjadi tubuh buah
(basidiokarp). Basidiokarp memiliki bentuk seperti payung. Pada bagian bawahnya
terdapat basidium yang terletak pada bilah-bilah (lamela). Masing-masing basidium
memiliki 2 inti (2n). Kemudian 2 inti tersebut mengalami meiosis dan akhirnya
terbentuk 4 inti haploid. Dan apabila mendapatkan lingkungan yang sesuai, inti
haploid tersebut akan tumbuh menjadi spora basidium, atau disebut juga spora
seksual. Begitu seterusnya membentuk siklus hidup Basidiomycotina. Berbagai jenis
jamur yang dikonsumsi kita konsumsi dalam kehidupan sehari-hari adalah anggota
Basidiomycotina. Jenis-jenis tersebut antara lain:
a. Volvariella volvacea
(jamur merang) Jamur ini mempunyai tubuh buah berbentuk seperti payung, terdiri
atas lembaran-lembaran (bilah), yang berisi basidium. Tubuh buahnya berwarna
putih kemerah-merahan. Jamur ini merupakan sumber protein, kadar kalorinya
27
tinggi, tetapi kadar kolesterolnya rendah. Karena memiliki nilai ekonomi yang
tinggi, jamur ini banyak dibudidayakan.
b. Auricularia polythrica
(jamur kuping) Jamur kuping merupakan jamur saprofit pada kayu yang mati.
Tubuh buahnya berbentuk seperti daun telinga (kuping), berwarna merah kecoklat-
coklatan. Rasanya enak dan bisa dimakan seperti sayuran. Jamur ini pun sekarang
sudah banyak dibudidayakan.
c. Amanita phalloides
Amanita phalloides merupakan salah satu anggota suku Amanitaceae. Amanita,
merupakan cendawan yang indah, tetapi juga merupakan anggota daftar cendawan
yang mematikan di bumi, mengandung cukup racun untuk membunuh seorang
dewasa hanya dengan sepotong tubuhnya. Jamur ini hidup sebagai saprofi t pada
kotoran hewan ternak, memiliki tubuh buah berbentuk seperti payung.
d. Puccinia graminis
(jamur karat) Jamur ini hidup parsit pada daun rumput-rumputan (Graminae),
tubuhnya makroskopik, tidak memiliki tubuh buah, dan sporanya berwarna merah
kecoklatan seperti warna karat.
5. DEUTEROMYCOTIN
Beberapa jamur yang belum diketahui alat reproduksi generatifnya dimasukkan
ke dalam Deuteromycotina. Kelompok jamur ini juga sering disebut sebagai jamur tidak
sempurna atau the imperfect fungi. Jamur ini tidak mengalami reproduksi seksual atau
mereka menunjukkan tahap aseksual (anamorph) dari jamur yang memiliki tahap
seksual (teleomorph). Jamur ini menyerupai Ascomycotina (septanya sederhana). Jadi,
kelompok ini bisa dikatakan sebagai “keranjang sampah”, tempat sementara untuk
menampung
jenis-jenis jamur yang belum jelas statusnya. Apabila pada penelitian berikutnya
ditemukan cara reproduksi seksualnya, maka suatu jenis jamur anggota
Deuteromycotina akan bisa dikelompokkan ke dalam Divisi Ascomycotina atau Divisi
Basidiomycotina. Contohnya adalah Neurospora crassa yang saat ini dimasukkan ke
dalam kelompok Ascomycotina. Semua jamur anggota divisi artifi sial ini bereproduksi
secara aseksual dengan konidia. Konidia dibentuk diujung konidiosfora, secara
28
langsung pada hifa yang bebas. Beberapa jenis hidup pada dedaunan dan sisa-sisa
tumbuhan yang tenggelam di dasar sungai yang berarus deras. Beberapa kelompok yang
lain merupakan parasit pada protozoa dan hewan-hewan kecil lainnya dengan berbagai
cara. Beberapa jenis juga ditemui pada semut dan sarang rayap. Beberapa jamur parasit
pada hewan-hewan kecil mengembangkan unbranched body di dalam tubuh korbannya,
kemudian secara perlahan- lahan menyerap nutrien sampai korbannya mati. Setelah itu
jamur tersebut memproduksi rantai spora yang mungkin menempel atau termakan oleh
hewan-hewan lain yang akan menjadi korbannya. Cara lain adalah dengan menangkap
mangsanya dengan hifa yang dapat menusuk, dengan menumpangi dan melekat pada
amuba. Salah satu kelompok jamur penghuni tanah ada yang mampu menangkap cacing
nematoda dengan membentuk cincin hifa atau hyphal loop. Ukuran cicin hifa tersebut
lebih kecil dari ukuran tubuh nematode dan run cing pada kedua ujungnya. Ketika
nematoda memasukkan kepalanya ke dalam cincin hifa, cacing tersebut cenderung
berusaha keluar dengan bergerak maju, bukan mundur, sehingga cacing tersebut justru
terjebak pada kumparan hifa jamur tersebut. Perhatikan Gambar 5.26. Setelah berhasil
menjerat korbannya, jamur tersebut kemudian membentuk haustoria yang tumbuh
menembus ke dalam tubuh cacing dan mencernanya. Pada manusia, jamur anggota
Divisi Deuteromycotina umumnya menyebabkan penyakit. Epidermophyton fl oocosum
menyebabkan penyakit kaki atlet, sedangkan Microsporum sp. dan Trichophyton sp.
menyebabkan penyakit kurap atau panu. Karena hidup dikulit, kedua jamur tersebut
sering disebut juga sebagai dermatophytes. Jenis lain yang merupakan penyebab
penyakit pada manusia adalah Candida albicans. Jamur mikroskopis ini memiliki
bentuk tubuh mirip ragi, tetapi sifat hidupnya adalah parasit. Penyakit yang
ditimbulkannya adalah penyakit keputihan yang terjadi karena adanya infeksi pada
vagina. Deuteromycotina juga memiliki beberapa anggota yang merupakan penyebab
penyakit pada tanaman. Sclerotium rolfsie adalah jamur yang menyebabkan penyakit
busuk pada tanaman budidaya. Sedangkan Helminthosporium oryzae adalah contoh
jamur parasit yang dapat merusak kecambah dan buah serta dapat menimbulkan noda-
noda berwarna hitam pada daun inangnya.
F. Habitat Jamur
29
Jamur hidup pada lingkungan yang beragam namun sebagian besar jamur hidup
di tempat yang lembab. Habitat fungi berada di darat (terestrial) dan di tempat lembab.
Meskipun demikian banyak pula fungi yang hidup pada organisme atau sisa-sisa
organisme di laut atau di air tawar. Jamur juga dapat hidup di lingkungan yang asam.
Sedangkan reproduksinya fungi melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual.
Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan kuncup atau tunas pada jamur
uniselule serta pemutusan benang hifa (fragmentasi miselium) dan pembentukan spora
aseksual (spora vegetatif) pada fungi multiseluler. Reproduksi jamur secara seksual
dilakukan oleh spora seksual. Spora seksual dihasilkan secara singami. Singgami terdiri
dari dua tahap, yaitu tahap plasmogami dan tahap kariogami.
G. Pertumbuhan dan Reproduksi Jamur
Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif).
Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan
ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi
habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora
aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau Spora dari jamur angin. Bila
mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi
jamur dewasa. Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan
konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel
dari dua individu. Spora dihasilkan di dalam atau dari struktur hifa yang terspesalisasi.
Ketika kondisi lingkngan memungkinkan, pertumbuhan yang cepat, fungi mengklon diri
mereka sendiri dengan cara menghasilkan banyak sekal spora secara aseksual. Terbawa
oleh angin atau air, spora-spora tersebut berkecamabh jika berada pada tempat yang
lembab pada permukaan yang sesuai (Campbell 2003). Menurut Pelczar (1986), bahwa
spora seksual yang dihasilkan dari peleburan dua nukleus. Ada beberapa spora seksual
yaitu:
1. Aksospora: Spora bersel satu ini terbentuk di dalam pundi atau kantung yang
dinamakan askus. Biasanya terdapat delapan askospora di dalam setiap askus.
2. Basidiospora: Spora bersel satu ini terbentuk di atas struktur berbentuk gada yang
dinamakan basidium.
3. Zigospora: merupakan spora besar berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-
30
ujung dua hifa yang secara seksual serasi, disebut juga gametangin, pada beberapa
cendawan melebur.
4. Oospora: Spora ini terbentuk di dalam struktur betina khusus yang disebut ooginium,
pembuahan telur atau oosfer oleh gamet jantan yang terbentuk di dalam anteredium
mengasilkan oospora.
H. Peran Jamur Bagi Manusia
Penggunaan manusia jamur untuk persiapan makanan atau pelestarian dan
keperluan lainnya sangat luas dan memiliki sejarah panjang. Jamur pertanian dan
mengumpulkan jamur merupakan industri besar di banyak negara. Studi tentang
dampak menggunakan historis dan sosiologis dari jamur ini dikenal sebagai
ethnomycology . Karena kapasitas kelompok ini untuk menghasilkan berbagai besar
produk alami dengan antimikroba aktivitas biologis atau lainnya, banyak spesies telah
lama digunakan atau sedang dikembangkan untuk industri produksi antibiotik , vitamin,
dan anti-kanker dan kolesterol-menurunkan obat. Baru-baru ini, metode telah
dikembangkan untuk rekayasa genetika jamur, yang memungkinkan rekayasa metabolik
spesies jamur. Sebagai contoh, modifikasi genetik dari spesies ragi yang mudah tumbuh
pada tingkat yang cepat dalam fermentasi besar kapal-telah membuka cara farmasi
produksi yang berpotensi lebih efisien daripada produksi oleh organisme sumber asli.
Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik peran yang merugikan
maupun yang menguntungkan. Jamur yang menguntungkan meliputi berbagai jenis
antara lain sebagai berikut.
1. Volvariella volvacea adalah (jamur merang) berguna sebagai bahan pangan
berprotein tinggi.
2. Rhizopus dan Mucor berguna dalam industri bahan makanan, yaitu dalam pembuatan
tempe dan oncom.
3. Khamir Saccharomyces berguna sebagai fermentor dalam industri keju, roti, dan bir.
4. Penicillium notatum berguna sebagai penghasil antibiotik.
5. Higroporus dan Lycoperdon perlatum berguna sebagai dekomposer. Di samping
peranan yang menguntungkan, beberapa jamur juga mempunyai peranan yang
merugikan, antara lain sebagai berikut.
a. Phytium sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan penyakit rebah semai.
31
b. Phythophthora inf'estan menyebabkan penyakit pada daun tanaman kentang.
c. Saprolegnia sebagai parasit pada tubuh organisme air. Albugo merupakan
parasit pada tanaman pertanian.
d. Pneumonia carinii menyebabkan penyakit pneumonia pada paru-paru manusia.
e. Candida penyebab keputihan dan sariawan pada manusia.
2.3. Lichenes (Lumut Kerak)
A. Pengertian Lichenes
Lumut kerak bukanlah kelompok lumut tetapi merupakan gabungan antara fungi
dan alga sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan. Tumbuhan
ini tergolong tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam pembentukan tanah. Disebut
lumut kerak kaarena bentuk thalusnya menyerupai kerak yang menempel di
pepohonan, di tebing dan batuan. Lumut kerak biasanya sebagai indikator biologi
pencemaran udara. Jika di sautu daerah banyak tumbuh lumut kerak maka udara di
sekitar tempat tersebut masih bersih. Lumut kerak juga seperti halnya kelompok alga
dapat berperan sebagai organisme perintis.
Lichenes menghasilkan lebih dari 500 senyawa biokimia yang unik untuk dapat
beradaptasi pada habitat yang ekstrim. Senyawa tersebut berguna untuk mengontrol
sinar terik matahari, mengusir/menolak (repellen) herbivora, membunuh mikroba dan
mengurangi kompetisi dengan tumbuhan, dll.
Alga dan jamur bersimbiosis membentuk lichenes baru jika bertemu jenis yang
tepat. Para ahli mengemukakan berbagai pendapat mengenai pengelompokan atau
klasifikasi lichenes dalam dunia tumbuhan. Ada yang berpendapat bahwa lichenes
dimasukkan ke dalam kelompok yang tidak terpisah dari jamur, tapi kebanyakan ahli
berpedapat bahwa lichenes perlu dipisahkan dari fungi atau menjadi golongan
tersendiri.
Alasan dari pendapat yang kedua ini adalah karena jamur yang membangun
tubuh lichenes tidak akan membentuk tubuh lichenes tanpa alga. Hal lain didukung
oleh karena adanya zat-zat hasil metabolisme yang tidak ditemui pada alga dan jamur
yang hidup terpisah.
Dengan demikian, Lumut kerak (atau Lichenes dalam istilah ilmiah) adalah
suatu organisme majemuk yang merupakan
32 suatu bentuk simbiosis erat dari fungus
(sebagai mycobiont) dengan mitra fotosintetik (photobiont), yang dapat berupa alga
hijau (biasanya Trebouxia) atau sianobakteri (biasanyaNostoc). Kerja sama ini
demikian eratnya sehingga morfologinya pun berbeda dari komponen simbiotiknya.
Organisme ini sebenarnya kumpulan antara Fungi dan Algae, tetapi sedemikian
rupa, hingga dari segi morfologi dan fisiologi merupakan suatu kesatuan. Algae yang
ikut menyusun tubuh Lichenes disebut gonidium, dapat bersel tunggal atau berkoloni.
Kebanyakan gonidium adalah ganggang biru (Cyanophyceae) antara lain Chroococcus
dan Nostoc, kadang-kadang juga ganggang hijau (chlorophyceae) misalnya
Cystococcus dan Trentepohlia. Kebanyakan cendawan yang ikut menyusun Lichenes
tergolong ke dalam Ascomycetes terutama Discomycetales.
B. Ciri-Ciri Lichenes
Lichenes memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:
1. Pada Penampang melintang talus Lichenes, kelihatan hifa cendawan membalut sel-
sel algae, bahkan ada yang memasukkan haustorium ke dalam sel-sel algae. Algae
tetap hidup tetapi tidak dapat membiak dengan sel-sel lembaganya sendiri.
2. Ada pula yang miselium cendawannya hanya masuk ke dalam selaput lander sel-sel
algae, sehingga bentuk algae menentukan bentuk Lichenesnya.
3. Bagian dalam talus terdiri dari anyaman hifa yang renggang dan merupakan lapisan
teras / empulus. Dalam lapisan ini sel-sel algae bergerombol membentuk lapisan
gonidium. Kulit luarnya terdiri atas miselium cendawan yang teranyam sebagai
plektenkim yang rapat.
4. Bagian lichenes yang talusnya menyerupai lembaran, biasanya melekat dengan
benang-benang yang menyerupai rizoid. Sedangkan ujung semak menyerupai ujung
talus yang bebas dalam udara.
5. Lichenes hidup sebagai epifit pada pohon-pohonan, tetapi dapat juga di atas tanah,
terutama di daerah tundra, digolongkan sebagai tumbuhan perintis yang ikut
berperan dalam pembentukan tanah. Beberapa jenis dapat masuk pada pinggir
batuan, disebut endolitik.
6. Syarat hidupnya tidak sulit dan taha terhadap kekurangan air dalam waktu yang
lama. Dapat menjadi kering akibat terik matahari tetapi tidak mati, dan jika
kemudian turun hujan, Lichenes dapat
33 hidup kembali
7. Pertumbuhaan talus sangat lambat. Tubuh buah baru terbentuk setelah mengadakan
pertumbuhan vegetative bertahun-tahun.
8. Kebanykan Lichenes bereproduksi dengan perantaan soredium.
Secara garis besar susunan tubuh lumut kerak dapat dibedakan menjadi 3 lapisan.
a. Lapisan Luar (korteks) Lapisan ini tersusun atas sel-sel jamur yang rapat dan
kuat, menjaga agar lumut kerak tetap dapat tumbuh.
b. Lapisan Gonidium Merupakan lapisan yang mengandung ganggang yang
menghasilkan makanan dengan dengan berfotosintesis.
c. Lapisan Empulur Tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat, berfungsi untuk
menyimpan persediaan air dan tempat terjadinya perkembang-biakan.
C. Morfologi Lichenes
Pertumbuhan lumut kerak memperlihatkan beberapa macam bentuk morfologi yang
berbeda, yang dikenal sebagai:
1. Foliose (bentuk daun)
Thallusnya berbentuk lembaran dan mudah dipisahkan dari substratnya.
Membentuk bercak pada batu, dinding dan kulit kayu pohon tropika. Permukaan
bawah melekat pada substrat dan permukaan atas merupakan tempat fotosintesis.
Jenis ini tumbuh dengan garis tengah mencapai 15-40 cm Crustose. Bentuknya
datar seperti kerak. Tumbuh pada batu, berbentuk seperti coret-coret kecil dan pada
batang kayu yang sudah mati. Contoh : Xantoria, Physcia, Peltigera, Parmelia dll.
2. Squamulose
Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang
biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dan sering memiliki struktur tubuh
buah yang disebut podetia. Squamulose lumut pada Cladonia carneola.
3. Fruticose
Thallus tegak mirip perdu. Tumbuh menempel pada substrat oleh satu atau lebih
akar. Beberapa jenis dari lumut ini mempunyai kandungan antibiotik dan anti
kanker. Contoh : Usnea, Ramalina dan Cladonia
4. Crustose
34
Lichenes yang memiliki thallus yang berukuran kecil, datar, tipis dan selalu melekat
ke permukaan batu, kulit pohon atau di tanah. Jenis ini susah untuk mencabutnya
tanpa merusak substratnya. Lichen Crustose yang tumbuh terbenam di dalam batu
hanya bagian tubuh buahnya yang berada di permukaan disebut endolitik, dan yang
tumbuh terbenam pada jaringan tumbuhan disebut endoploidik atau endoploidal.
Lichen yang longgar dan bertepung yang tidak memiliki struktur berlapis, disebut
leprose. Contoh : Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau
Pleopsidium.
Struktur anatomi lumut kerak diwakili oleh jenis foliose, karena jenis ini mempunyai
empat bagian tubuh yang dapat diamati secara jelas yaitu:
1. Lapisan Luar (korteks)
Lapisan ini tersusun atas sel-sel jamur yang rapat dan kuat, menjaga agar lumut
kerak tetap dapat tumbuh. Berupa jalinan yang padat disebut pseudoparenchyma
dari hifa jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan material yang berupa gelatin.
Bagian ini tebal dan berguna untuk perlindungan. Daerah alga, merupakan lapisan
biru atau biru hijau yang terletak di bawah korteks atas. Bagian ini terdiri dari
jalinan hifa yang longgar. Diantara hifa-hifa itu terdapat sel-sel hijau, yaitu
Gleocapsa, Nostoc, Rivularia dan Chrorella.
2. Lapisan thallus
Lapiasn thallus untuk tempat fotosintesa disebut lapisan gonidial sebagai organ
reproduksi. Lapisan Gonidium Merupakan lapisan yang mengandung ganggang
yang menghasilkan makanan dengan berfotosintesis. Terdiri dari lapisan hifa yang
berjalinan membentuk suatu bagian tengah yang luas dan longgar. Hifa jamur pada
bagian ini tersebar ke segala arah dan biasanya mempunyai dinding yang tebal. Hifa
pada bagian yang lebih dalam lagi tersebar di sepanjang sumbu yang tebal pada
bagian atas dan tipis pada bagian ujungnya. Dengan demikian lapisan tadi
membentuk suatu untaian hubungan antara dua pembuluh.
3. Lapisan Empulur
Lapisan empulur tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat, berfungsi untuk
menyimpan persediaan air dan tempat terjadinya perkembangbiakan. Pada
kelompok lumut kerak berdaun (foliose) dan perdu (fruticose) memiliki korteks
35
bawah yang susunannya sama dengan korteks atas, tetapi menghasilkan sel-sel
tertentu untuk menempel pada substirat atau dikenal sebagai rizoid. Korteks bawah
Lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat dan membentang secara
vertikal terhadap permukaan thallus atau sejajar dengan kulit bagian luar.
4. Korteks bawah
Korteks bawah ini sering berupa sebuah akar (rhizines). Ada beberapa jenis
lichenes tidak mempunyai korteks bawah. Dan bagian ini digantikan oleh lembaran
tipis yang terdiri dari hypothallus yang fungsinya sebagai proteksi. Dari potongan
melintang Physcia sp. terlihat lapisan hijau sel-sel alga dan rhizines coklat
bercabang pada bagian bawah. Bagian tengah yang berwarna putih terdiri dari sel-
sel jaringan jamur yang disebut medulla. Struktur pipih pada bagian atas dan kanan
disebut apothecia dan lapisan coklat di atasnya disusun oleh asci, yaitu bagian dari
ascomycete yang megandung spora jamur. Struktur tubuh lichenes secara vegetatif
terdiri dari:
Struktur tubuh lichenes secara vegetatif terdiri dari:
a. Soredia
Soredia terdapat pada bagian medulla yang keluar melalui celah kulit sehingga
soredia dapat dilihat dengan mudah. Pembiakan berlangsung dengan perantaraan
soredia yag diterbangkan angin dan akan tumbuh pada kondisi yang sesuai
menjadi tumbuhan licenes yang baru. Soredia itu sendiri merupakan kelompok
kecil sel-sel gangang yang sedang membelah dan diselubungi benang-benang
miselium menjadi satu badan yang dapat terlepas dari induknya. Soredia ini
terdapat di dalam soralum.
b. Isidia
Isidia berbentuk silinder, bercabang seperti jari tangan dan terdapat pada kulit
luar. Diamaternya 0,01-0,03 m dan tingginya antara 0,5-3 m. Berdasarkan
kemampuannya bergabung dengan thallus, maka dalam media
perkembangbiakan, isidia akan menambah luas permukaan luarnya. Sebanyak 30
% dari spesies foliose dan fructicose mempunyai isidia. Proses pembentukan
isidia belum diketahui, tetatpi dianggap sebagai faktor genetika.
Banyak jenis lichenes telah digunakan sebagai obat-obatan, diperkirakan sekitar 50%
dari semua spesies lichenes memiliki sifat antibiotik. Penelitian bahan obat-obatan
dari lichenes terus berkembang terutama di Jepang.
3. Lichenes sebagai antibiotik
Substrat dari lichenes yaitu pigmen kuning asam usnat digunakan sebagai antibiotik
yang ampu menghalangi pertumbuhan mycobacterium. Cara ini telah digunakan
secara komersil. Salah satu sumber dari asam usnat ini adalah Cladonia dan
antibiotik ini terbukti ampuh dari penisilin. Selain asam usnat terdapat juga zat lain
seperti sodium usnat, yang terbukti ampuh melawan kanker tomat. Virus tembakau
dapat dibendung dan dicegah oleh ekstrak lichenes yaitu : lecanoric, psoromic dan
asam usnat.
a. Akar
53
Akar tumbuhan paku merupakan akar sesungguhnya karena sel-sel akarnya
sudah terdiferensiasi menjadi:
1) Kulit luar (epidermis)
2) Kulit dalam (korteks)
3) Silinder pusat, terdapat buluh pengangkut brupa xylem yan dikelilingi oleh
floem.
b. Batang
Pada sebagian besar jenis paku, batangnya terdapat di dalam tanah yang
dinamakan ripang (rhizome). Jika muncul ke permukaan tanah, batangnya
sangat pendek sekitar 0.5 m. Namun, ada beberapa batang pohon paku yang
tingginya mencapai 5 m atau lebih, misalnya cyathea sp. Pada batang, terdapat
pembuluh pengangkut berupa xilem dikelilingi floem.
c. Daun
Pteridophyta (Tumbuhan Paku) pada umumnya berdaun, dan daunnya
memiliki tulang daun. Daun Pteridophyta ada yang berukuran besar, disebut
makrofil. Ada pula daun yang berukuran kecil, disebut mikrofil. Mikrofil
berbentuk sisik, misalnya pada Equisetum (paku ekor kuda). Pteridophyta yang
tidak berdaun disebut paku telanjang, misalnya Psilotum. Daun pteridophyta
muda yang menggulung disebut fiddlehead (circinnate). Gulungan akan
terbuka ketika daun muda tumbuh menjadi daun dewasa.
Macam-macam daun pada Tumbuhan paku (Pteridophyta)
1) Daun yang kecil-kecil disebut Mikrofil
Daun ini berbentuk kecil-kecil seperti rambut atau sisik, tidak bertangkai
dan tidak bertulang daun, belum memperlihatkan diferensiasi sel, dan tidak
dapat dibedakan antara epidermis, daging daun dan tulang daun.
2) Daun yang besar-besar disebut Makrofil dan telah mempunyai daging daun
(Mesofil)
Merupakan daun yang bentuknya besar, bertangkai dan bertulang daun,
serta bercabang-cabang. Sel-sel penyusunnya telah memperlihatkan
diferensiasi, yaitu dapat dibedakan antara jaringan tiang, jaringan bunga
karang, tulang daun, serta stomata (mulut daun).
54
3) Daun yang khusus untuk asimilasi disebut Tropofil
Merupakan daun yang khusus untuk melakukan asimilasi atau fotosintesis.
4) Daun yang khusus menghasilkan spora disebut Sporofil.
Daun ini berfungsi untuk menghasilkan spora. Tetapi daun ini juga dapat
melakukan fotosintesis, sehingga disebut pula sebagai troposporofil.
d. Ukuran dan Bentuk Tubuh Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Tumbuhan paku memiliki ukuran yang bervariasi dari yang tingginya sekitar 2
cm, misalnya pada tumbuhan paku yang hidup mengapung di air, sampai tumbuhan
paku yang hidup di darat yang tingginya mencapai 5 m misalnya paku tiang
(Sphaeropteris). Tumbuhan paku purba yang telah menjadi fosil diperkirakan ada
yang mencapai tinggi 15 m. Bentuk tumbuhan paku yang hidup saat ini bervariasi,
ada yang berbentuk lembaran, perdu atau pohon, dan ada yang seperti tanduk rusa.
Tumbuhan paku terdiri dari dua generasi, yaitu generasi sporofit dan generasi
gametofit. Generasi sporofit dan generasi gametofit ini tumbuh bergantian dalam
siklus tumbuahan paku. Generasi sporofit adalah tumbuhan yang menghasilkan
spora sedangkan generasi gametofit adalah tumbuhan yang menghasilkan sel gamet
(sel kelamin). Pada tumbuhan paku, sporofit berukuran lebih besar dan generasi
hidupnya lebih lama dibandingkan generasi gametofit. Oleh karena itu, generasi
sporofit tumbuhan paku disebut generasi dominan. Generasi sporofit inilah yang
umumnya kita lihat sebagai tumbuhan paku.
a. Struktur dan Fungsi Tubuh Tumbuhan Paku Generasi Sporofit
Tumbuhan paku sporofit pada umumnya memiliki akar, batang, dan daun
sejati. Namun, ada beberapa jenis yang tidak memiliki akar dan daun sejati.
Batang tumbuhan paku ada yang tumbuh di bawah tanah disebut rizom dan ada
yang tumbuh di atas permukaan tanah. Batang yang yang tumbuh di atas tanah
ada yang bercabang menggarpu dan ada yang lurus tidak bercabang. Tumbuhan
paku yang tidak memilki akar sejati memilki akar berupa rizoid yang terdapat
pada rizom atau pangkal batang. Tumbuhan paku ada yang berdaun kecil
(mikrofil) dan ada yang berdaun besar (makrofil). Tumbuhan paku yang
berdaun kecil, daunnya berupa sisik.
55
Daun tumbuhan paku memiliki klorofil untuk fotosintesis. Klorofil
tumbuhan paku yang tak berdaun atau berdaun kecil terdapat pada batang.
Tumbuhan paku sporofit memiliki sporangium yang menghasilkan spora. Pada
jenis tumbuhan paku sporofit yang tidak berdaun, sporangiumnya terletak di
sepanjang batang. Pada tumbuhan paku yang berdaun, sporangiumnya terletak
pada daun yang fertil (sporofil). Daun yang tidak mengandung sporangium
disebut daun steril (tropofil). Sporofil ada yang berupa helaian dan ada yang
berbentuk strobilus. Strobilus adalah gabungan beberapa sporofil yang
membentuk struktur seperti kerucut pada ujung cabang.
Pada sporofil yang berbentuk helaian, sporangium berkelompok
membentuk sorus. Sorus dilindungi oleh suatu selaput yang disebut indisium.
Sebagian besar tumbuhan paku memiliki pembuluh pengangkut berupa floem
dan xilem. Floem adalah pembuluh pengangkut nutrien organik hasil
fotosintesis. Xilem adalah pembuluh pengangkut senyawa anorganik berupa air
dan mineral dari akar ke seluruh bagian tumbuhan. Spora yang menghasilkan
sporofit akan tumbuh membentuk struktur gametofit berbentuk hati yang
disebut protalus atau protaliaum.
b. Struktur dan Fungsi Tubuh Tumbuhan Paku Generasi Gametofit
Gametofit tumbuhan paku hanya berukuran beberapa milimeter. Sebagian
besar tumbuhan paku memiliki gametofit berbentuk hati yang disebut protalus.
Protalus berupa lembaran, memiliki rizoid pada bagian bawahnya, serta
memiliki klorofil untuk fotosintesis. Protalus hidup bebas tanpa bergantung
pada sporofit untuk kebutuhan nutrisinya. Gametofit jenis tumbuhan paku
tertentu tidak memilki klorofil sehingga tidak dapat berfotosintesis. Makanan
tumbuhan paku tanpa klorofil diperoleh dengan cara bersimbiosis dengan
jamur.
Gametofit memilki alat reproduksi seksual. Alat reproduksi jantan adalah
anteridium. Anteridium menghasilkan spermatozoid berflagelum. Alat
reproduksi betina adalah arkegonium. Arkegonium menghasilkan ovum.
Gametofit tumbuhan paku jenis tertentu memiliki dua jenis alat reproduksi
56
pada satu individu. Gametofit dengan dua jenis alat reproduksi disebut
gametofit biseksual. Gametofit yang hanya memiliki anteridium saja atau
arkegonium saja disebut disebut gametofit uniseksual. Gametofit biseksual
dihasilkan oleh paku heterospora (paku yang menghasilkan dua jenis spora
yang berbeda).
c. Struktur Tubuh Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Daun paku tumbuh dari percabangan tulang daun yang disebut frond, dan
keseluruhan daun dalam satu tangkai daun disebut pinna. Jika diperhatikan
pada permukaan bagian daun (frond) terdapat bentuk berupa titik-titik hitam
yang disebut sorus, dalam sorus terdapat kumpulan sporangia yang merupakan
tempat atau wadah dari spora. Gambar dibawah ini menunjukkan sporangia
yang tergabung dalam struktur sorus (jamak sori). Tidak semua daun paku
memiliki sorus (sori), daun paku yang memiliki sorus merupakan daun fertil
yang disebut daun sporofil, daun paku yang tidak memiliki sorus disebut daun
steril. Daun ini hanya mengandung klorofil dan banyak dimanfaatkan untuk
proses fotosintesis. Daun ini disebut daun tropofil.
d. Struktur Sorus
Bagian luar dari sorus berbentuk selaput tipis yang disebut indusium. Bagian
dalam sorus terdapat kumpulan sporangium yang didalamnya berisi ribuan
spora.
Jika daun sporofil (daun fertil) diletakkan di atas permukaan kertas polos, maka
bentuk spora akan terlihat seperti serbuk bedak berwarna hitam, coklat, kemerahan,
kuning atau hijau tergantung jenis tumbuhan pakunya. Masing-masing spora akan
tumbuh menjadi paku dewasa melalui proses yang komplek.
1. Jenis paku yang termasuk paku sejati yaitu :
Nama Tumbuhan Paku
a. Semanggi (Marsilea crenata)
b. Paku Tanduk Rusa (Platycerium bifurcatum)
c. Paku Sarang Burung (Asplenium nidus)
d. Suplir (Adiantum cuneatum)
e. Paku sawah (Azolla pinnata)
f. Dicksonia antarctica 57
C. Daur hidup Tumbuhan paku (Pteridophyta)
Reproduksi tumbuhan ini dapat secara aseksual (vegetative), yakni dengan stolon
yang menghasilkan gemma (tunas). Gemma adalah anakan pada tulang daun atau kaki
daun yang mengandung spora. Reproduksi secara seksual (generative) melalui
pembentukan sel kelamin jantan dan betina oleh alat-alat kelamin (gametogonium).
Gametogonium jantan (anteredium) menghasilkan spermatozoid dan gametogonium
betina menghasilkan sel telur (ovum). Sepertihalnya tumbuhan lumut , tumbuhan paku
mengalami metagenesis (pergiliran keturunan).
Tumbuhan paku mengalami metagenesis atau pergiliran keturunan sebagai berikut:
1. Generasi Saprofit
Generasi sporofit merupakan tumbuhan paku itu sendiri yang dapat menghasilkan
spora. Spora dihasilkan oleh struktur daun khusus yang disebut sporofil. Sporofit
paku umurnya lebih lama di bandingkan gametofit. Sporofit dapat tumbuh lalu
bertunas sehingga jumlahnya bertambah banyak. Ini merupakan reproduksi secara
aseksual. Spora yang dihasilkan tumbuhan paku keluar dari sporangium dan tersebar
mengikuti arah angin. Jika spora ini jatuh di tempat lembab, akan tumbuh menjadi
tumbuhan baru yang dikenal sebagai protalium.
2. Generasi Gametofit
Merupakan tumbuhan penghasil gamet. generasi gametofit ditandai dengan adanya
protalium yaitu tumbuhan paku baru yang berbentuk seperti janting, berwana hijau,
dan melekat pada subtrat dengan rizoidnya. Generasi gametofit tidak berlangsung
lama karena biasanya protaliumnya beukuran kecil dan tidak berumur panjang.
Di dalam protalium terdapat suatu gametangium sehingga dapat membentuk
anteridium yaitu alat kelamin jantan yang akan menghasilkan sperma, dan
arkegonium yaitu alat kelamin betina yang akan menghasilkan sel telur. Jika terjadi
pertemuan antara sperma dengan sel telur maka akan terbentuk zigot dan akan
tumbuh menjadi tumbuhan paku baru.
Berdasarkan jenis spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
58
1. Paku Homospora
Paku Homospora yaitu jenis tumbuhan paku yang menghasilkan satu jenis spora
yang sama besar. Contohnya adalah paku kawat (Lycopodium), Nephrolepis,
Drymoglossum.
2. Paku Heterospora
Paku heterospora memproduksi dua macam ukuran spora. Spora yang berukuran
kecil dan berkelamin jantan disebut mikrospora. Spora yang berukuran besar dan
berkelamin betina disebut makrospora. Contohnya: Selaginella (paku rane) yang
dapat dijadikan tanaman hias dan Marsilea (semanggi) yang dapat dimakan.
Mikrospora akan tumbuh menjadi mikroprotalium sedangkan makrospora akan
tumbuh menjadi makroprotalium. Mikropotalium membentuk mikrogametofit
yang akan menghasilkan anteridium, sedangkan makroprotalium membentuk
makrogametofit yang akan menghasilkan arkegonium. Anteridium menghasilkan
sperma dan arkegonium menghasilkan ovum. Fertilisasi antara sperma dan ovum
menghasilkan zigot. Zigot akan tumbuh menjadi tumbuhan paku yang akan
menghasilkan spora, demikian seterusnya.
3. Paku Peralihan
Spora pada paku peralihan yang dihasilkan berukuran dan bentuk yang
sama tetapi jenisnya berbeda. Protaliumnya hanya menghasilkan anteridia dan
arkegonia saja. Fase gametofit paku lebih singkat dari pada sporofitnya. Alat
kelamin berpa: anteredium menghasilkan spermatozoit dan arkegonium
menghasilkan sel telur. Pembuahan sel telur oleh spermatozoit dibantu oleh air.
Zigot yang dihasilkan berkutup satu, sehingga akarnya tidak berkembang seperti
tumbuhan biji. Bila sporangium kering, anulus membuka dan spora-spora akan
keluar. Spora jatuh ditemapat yang lembab akan tumbuh menjadi protalium.
Selanjutnya protalium akan tumbuh menghasilan anteridium dan arkegonium.
Dari perkawinan anatara rhizoid dan ovum menghasilkan zigot. Zigot tumbuh
menjadi menjadi tumbuhan paku (sporofit). Contoh tumbuhan paku peralihan
adalah paku ekor kuda (Equisetum).
Spora paku jatuh di tanah subur akan tumbuh menjadi protalium.
Protalium memiliki rizoid yang berfungsi untuk melekatkan diri pada tanah dan
menghisap air serta mineral. Protalium akan tumbuh menjadi gametofit yang
menghasilkan anteridium dan arkegonium. Anteridium menghasilkan
spermatozoid sedangkan arkegonium menghasilkan ovum. Karena protalium
menghasilkan gamet, maka protalium merupakan generasi gametofit. Setelah
terjadi pembuahan pada ovum oleh spermatozoid, terbentuk zigot. Zigot
kemudian tumbuh menjadi tumbuhan paku. Daun-daun pada tumbuhan paku
akan menghasilkan spora, sehingga tumbuhan paku merupakan generasi sporofit.
Bila kotak spora pecah, spora-spora akan bertebaran dan jatuh. Spora yang jatuh
pada tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi protalium kembali.
D. Habitat Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Habitatnya di darat, terutama pada lapisan bawah tanah didataran rendah, tepi
pantai, lereng gunung, 350 meter diatas permukaan laut terutama di daerah lembab, dan
ada juga yang bersifat epifit (menempel) pada tumbuhan lain. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan paku :
1. Kadar air dalam tanah
2. Kadar air dalam udara
3. Kandungan hara mineral dalam tanah
4. Kadar cahaya untuk fotosintesis
5. Suhu yang optimal
6. Perlindungan dari angin
7. Perlindungan dari cahaya yang terlalu kuat.
Tidak semua faktor tersebut berpengaruh, tapi tergantung pada jenis tumbuhan
pakunya. Survive tidaknya suatu tumbuhan paku di suatu areal tergantung dari ketahanan
gametofitnya, apakah akan berkembang secara alami di lingkungannya atau tidak. Seperti
tanaman tingkat tinggi, tumbuhan paku tumbuh lingkungannya masing-masing (biasanya
tempat lembab).
Beberapa paku dapat bertahan hidup di daerah yang ekstrim seperti lingkungan
kering dan panas. Beberapa jenis paku dapat tumbuh di daerah gurun. Tumbuhan paku
meletakkan dirinya tepat sesuai dengan nitchenya, tanah yang lembab, udara yang
lembab, intensitas cahaya dan sebagainya. Jarang tumbuhan paku hidup diluar nitchenya.
60
60 maka anda harus menciptakan lingkungan
Jika anda ingin menumbuhkembangkan paku,
yang sesuai sehingga tumbuhan paku tumbuh dan berkembang dengan optimal.
E. Manfaat Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Manfaat dari tumbuhan paku antara lain :
1. Sebagai tanaman hiasan : Platycerium nidus (paku tanduk rusa) yang bentuknya
seperti tanduk rusa dan sering ditanam dengan ditempelkan pada pohon, Asplenium
nidus (paku sarang burung), Adiantum cuneatum (suplir), danSelaginella wildenowii
(paku rane).
2. Sebagai bahan penghasil obat-obatan : Asipidium filix-mas dan Lycopodium clavatum.
3. Sebagai sayuran : Marsilea crenata (semanggi) dan Salvinia natans (paku sampan,
kiambang). Beberapa tumbuhan paku ada yang diambil daunnya yang masih muda
untuk sayur.
4. Sebagai pupuk hijau : Azolla pinnata yang hidup di sawah-sawah, bersimbiosis dengan
anabaena azollae (ganggang biru) yang dapat mengikat N2 bebas di udara menjadi
senyawa yang dapat diserap oleh tumbuhan lain. Dengan demikian, Azolla pinnata
dapat dijadikan pupuk hijau yang kaya nitrogen.
5. Sebagai pelindungan tanaman di persemaian : Gleichenia linearis.
6. Sebagai sumber bahan baku pembentukan batu bara : Tumbuhan paku yang sudah
mati pada zaman purba.
BAB III
61
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian yg diatas dapat disimpulkan bahwa banyak terdapat Contoh Tumbuhan
Rendah yg terdiri dari berbagai macam tumbuhan seperti Algae (Ganggang) yg merupakan
tumbuhan Yang dapat hidup di perairan tawar dan laut, dan tidak memiliki akar, batang
daun, bunga, buah, dan biji ssejati, merupakan tumbuhan yang hidup di air, baik air tawar
atau air laut, selalu menempati habitat yang lembab dan basah
Jamur merupakan salah satu tumbuhan tingkat rendah yang umumnya bersifat sebagai
saprofit atau parasit untuk memenuhi kebutuhan pangannya. hidup pada sisa makhluk hidup
yang telah mati, seperti di tumpukan sampah organik, tumbuhan, atau kotoran hewan.
merugikan media yang ditempelinya.
Lumut kerak gabungan antara fungi dan alga sehingga secara morfologi dan fisiologi
merupakan satu kesatuan. tergolong tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam
pembentukan tanah. Lumut kerak biasanya sebagai indicator biologi pencemaran udara
Lumut merupakan kelompok tumbuhan kecil yang tumbuh menempel pada berbagai
jenis substrat. Yang biasanya tumbuh pada pohon, kayu mati, kayu lapuk, serasah, tanah dan
batuan dengan kondisi lingkungan lembab dan penyinaran yang cukup.
Tumbuhan paku (Pteridophyta) memiliki akar, batang, dan daun sejati, serta memiliki
pembuluh pengangkut. dan juga disebut sebagai tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta)
karena memiliki pembuluh pengangkut. digolongkan tumbuhan tingkat rendah, karena
meskipun tubuhnya sudah jelas memiliki kormus serta mempunyai sistem pembuluh tetapi
belum menghasilkan biji dan alat perkembangbiakan
3.2. Saran
Semua yang Allah ciptakan tidak mungkin ada yang sia-sia. Allah telah menciptakan
manusia di muka bumi tidak untuk hidup menyendiri. Selain manusia, makhluk yang hidup
dibumi ini adalah hewan dan juga tumbuhan. Allah telah menciptakan makhluk-Nya dengan
berbagai macam kegunaan dan manfaat. Bahkan tumbuhan kecil sekalipun yang dimana
saking kecilnya tidak dapat dilihat menggunakan mata telanjang (secara langsung). Maka
kita sebagai manusia harus menjaga bumi ini dengan baik. Karena bumi telah menyediakan
kepada kita berbagai macam manfaat yang kita bisa gunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Kesadaran untuk tidak merusak alam 62
harus kita tanamkan, agar apa yang diberikan
Allah kepada kita dapat digunakan dan dimanfaatkan dengan baik. Dan yang terpenting
tetaplah senantiasa bersyukur atas segala hal yang telah Allah berikan kepada kita.
Alhamdullihi Rabbil Alamin.
DAFTAR PUSTAKA
63
Hasan, M, dan Ariyanti, N.S. 2004, Mengenai Bryophyta (Lumut). Taman Nasional Gede
Pangrango Volume1, Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Cibodas
Tjitrosoepomo, G., 1989. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
http://kumulanmakalahendangsuhara.blogspot.co.id/2011/10/maka.tentang-jamur-
biologi;sma.html. (Diakses tanggal 10 Oktober 2020)
http://www.sangkoeno.com/2013/11/algae-ganggang.html?m=1.
(Diakses tanggal 10 Oktober 2020)
http://bengkelbiologi.blogspot.com/2010/05/alga-protista-mirip-tumbuhan-html?m=1.
(Diakses tanggal 10 Oktober 2020)
http://nidafood.blogspot.com/2012/04/jamur.html?m=1. (Diakses tanggal 10 Oktober 2020)