PENDAHULUAN
1
perlu memahami hakikat manusia sebagai salah satu landasannya. Konsep hakikat manusia yang
dianut pendidik akan berimplikasi terhadap konsep dan praktek pendidikannya.
Karena manusia pendidikan mutlak ada dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri
sendiri sebagai manusia yang manusiawi. Di dalam konteks pendidikan, manusia adalah makhluk
yang selalu mencoba memerankan diri sebagai subjek dan objek. Sebagai subjek, selalu berusaha
mendidik dirinya, (sebagai objek) untuk perbaikan perilakunya.
Jelaslah bahwa pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, baik
pendidikan yang berlangsung secara alami oleh orang tua atau masyarakat terlebih pendidikan
tersistem yang diselenggarakan oleh sekolah maupun perkuliahan. Jadi kesimpulannya adalah
manusia memiliki beberapa potensi yang ada pada dirinya, yaitu potensi intelektual, rasa. karsa,
karya dan religi yang bisa dan akan ditumbuh dan kembangkan melalui proses pendidikan yang baik
dan terarah.
1.1.1.2. Rumusan
Masalah
1. Bagaiamana Pengertian Hakikat Manusia?
2. Bagaimana pandangan Al-Qur’an tentang hakikat manusia?
3. Bagaiman Asal Usul dan Tujuan Penciptaan Manusia?
4. Bagaiman Pengertian Hakikat Pendidikan?
5. Bagaimana Hubungan Hakikat Manusia dengan Pendidikan?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sudah ada makhluk lain yaitu malaikat dan setan. Malaikat makhluk yang diciptakan oleh Allah swt.
merupakan simbol kebaikan, sedangkan setan adalah makhluk Allah swt. yang diciptakan sebagai
simbol kejahatan, yaitu menggoda kehidupan manusia untuk berbuat kejahatan, dengan godaan yang
bersifat sugestif, artinya menggoda tapi tidak memaksakan manusia.
Pemikir Islam seperti Ibnu Sina dikutip oleh Bakry, menyatakan manusia mempunyai unsur
terdiri dari jiwa dan jasad. Jasad adalah mempunyai kelengkapan yang ada merupakan alat bagi jiwa
untuk melakukan aktifitas atau kerja. Jasad selalu berubah, berganti, tumbuh, bertambah, dan
semakin berkurang sesuai dengan berjalannya waktu (usia). Sehinggga ia mengalami kerusakan
(fana) setelah berpisah dengan jiwa. Jadi menurut Ibnu Sina hakikat manusia adalah jiwa, bukan
jasad, sehingga perhatian para filosof lebih jauh dalam mengkaji jiwa daripada jasadnya.
Muhammad Iqbal dari Pakistan berpendapat bahwa esensi manusia terletak pada pusat
kesadaran yang bernama ego atau khudi. Kenyataan ini membuat manusia dipandang sebagai
makhluk kerohanian. Sebagai makhluk rohani, khudi merupakan kesadaran dan perasaan bawaan
yang membimbing manusia menuju martabat yang Agung. Iqbal berpijak argumendari al-Qur`an
surat ar-Ra`du ayat 11; “SesungguhnyaAllah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum
mereka mengubah keadaan mereka sendiri.” Esensi khudi mengacu pada pengertian yang
dikemukakan al-Qur`an tentang kedudukan manusia di alam semesta dan di tengah makhluk lain,
yaitu sebagai pemegang mandat (khalifah) Tuhan dan juga sebagai hamba-Nya. Manusia diberi
kemampuan potensi akal untuk dikembangkan dalam mengelola dan memanfaatkan alam dengan
baik. Sehingga alam ini tidak begitu saja diterima oleh manusia,akan tetapi perlunya diolah supaya
mendapatkan kemanfaatan yang sesuai dengan kebutuhannya.
Manusia sebagai makhluk Tuhan mempunyai kebebasan (dependensi) dan mempunyai
otonomi (independensi), yang keduanya mempunyai kontradiksi dalam dinamika kehidupan
manusia. Sehingga kreatifitas akal manusia dituntut untuk mewujudkan keberlangsungan
kehidupannya dalam mengelola alam sekitarnya.
Mencari pengertian hakikat manusia merupakan tugas metafisika, lebih spesifik lagi adalah
tugas antropologi (filsafat antropologi). Filsafat antropologi berupaya mengungkapkan konsep atau
gagasan-gagasan yang sifatnya mendasar tentang manusia, berupaya menemukan karakteristik yang
sifatnya mendasar tentang manusia, berupaya menemukan karakteristik yang secara prinsipil (bukan
gradual) membedakan manusia dari makhluk lainnya. Antara lain berkenaan dengan: (1) asal-usul
keberadaan manusia, yang mempertanyakan apakah ber-ada-nya manusia di dunia ini hanya
kebetulan saja sebagai hasil evolusi atau hasil ciptaan Tuhan?; (2) struktur metafisika manusia,
apakah yang esensial dari manusia itu badannya atau jiwanya atau badan dan jiwa; (3) berbagai
karakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia, antara lain berkenaan dengan individualitas,
sosialitas.
4
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa pengertian hakikat manusia adalah
seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar tentang manusia dan makna eksistensi manusia di
dunia. Pengertian hakikat manusia berkenaan dengan “prinsip adanya” (principede’etre) manusia.
Dengan kata lain, pengertian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan tentang “sesuatu yang
olehnya” manusia memiliki karakteristikkhas yang memiliki sesuatu martabat khusus” (Louis Leahy,
1985). Aspek-aspek hakikat manusia, antara lain berkenaan dengan asal-usulnya (contoh: manusia
sebagai makhluk Tuhan), struktur metafisikanya (contoh: manusia sebagai kesatuan badan-ruh), serta
karakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia (contoh: manusia sebagai makhluk individual,
sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk berbudaya, sebagai makhluk susila, dan sebagai makhluk
beragama).
Pertama, banyak ayat yang menunjukkan kelompok sosial dengan karakteristiknya. Ayat-ayat
ini lazimnya dikenal dengan ungkapan wa min al-nas ( dan di antara sebagian manusia ). Dengan
ungkapan tersebut, dalam Al-Qur`an ditemukan kelompok manusia yang menyatakan beriman tetapi
sebetulnya tidak beriman (Q.S.al-Baqarah (2): 8), yang menyekutukan Allah (Q.S.al-Baqarah
(2):165), yang hanya memikirkan dunia (Q.S.al-Baqarah (2): 200) dan lain-lain. Meskipun ada
sebagian manusia yang rela mengorbankan dirinya untuk mencari keridhaan Allah.
6
Kedua, dengan ungkapan aktsar al-nas, bahwa sebagian besar manusia mempunyai kualitas
rendah, baik dari segi ilmu (Q.S.al-A’raf (7): 187, Yusuf (12):21, al-Qashash (28):68) maupun iman
(Q.S.Hud (11): 17), tidak bersyukur (Q.S.al-Mukmin (40):61). Dan ada jua di antara manusia yang
bersyukur (Q.S. Saba`(34): 13), yang selamat dari siksa Allah (Q.S.Hud (11):116) dan yang tidak
diperdaya setan (Q.S.al-Nisa (4):83).
Ketiga, Al-Qur`an menegaskan bahwa petunjuk Al-Qur`an bukan hanya dimaksudkan kepada
manusia secara perorangan, tetapi juga manusia secara sosial. Al-Nas sering dihubungkan dengan
petunjuk atau al-Kitab (Q.S. al-Hdid (57):25)
Berdasarkan uraian di atas, bahwa manusia dalam artian basyar berkaitan dengan unsur
material; ia sepadan dengan matahari , hewan dan tumbuhan. Dengan sendirinya ia musayyar
(tunduk kepada takdir Allah). Sedangkan manusia dalam artian insan dan nas, berkaitan dengan
aturan Ilahi. Ia dikenai aturan-aturan tetapi diberikan kekuatan untuk tunduk dan melepaskan diri
darinya. Ia dengan sendirinya mukhayyar (dapat memilih). Jadi, ada dua komponen yang
membedakan hakekat manusia dengan hewan, yaitu potensi untuk mengembangkan iman dan potensi
untuk mengembangkan ilmu. Usaha untuk mengembangkan keduanya disebut amal saleh. Iman amal
adalah dasar yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.
Dari segi kedudukan, manusia adalah makhluk individu dan makhluk social; makhluk
psikologis (spiritual) dan makhluk biologis yang merupakan gabungan antara unsur material dan
unsur ruhani. Dari segi hubungannya dengan Tuhan, kedudukan manusia adalah sebagai hamba
(makhluq) yang terbaik (Q.S. al-Tin (95): 4).
Allah menciptakan manusia dengan suatu misi agar manusia menyembah dan tunduk pada
hukum-hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi ini, baik yang menyangkut
hubungan dengan Allah atau dengan sesama manusia (Q.S.al-Dzariyat (51): 56); “ Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”
Dari misi diatas, dapat dimengerti bahwa tugas manusia didunia adalah untuk beribadah
secara ikhlas, karena Allah tidak membutuhkan manusia melainkan manusia yang membutuhkan-
Nya.Jika Allah menciptakan sesuatu, pasti sesuatu tersebut mempunyai guna/fungsi, tak terkecuali
manusia. Manusia diciptakan Allah adalah sebagai makhluk yang paling sempurna dimuka bumi,
maka secara otomatis manusia adalah pemimpin (khalifah) yang nantinya akan dimintai pertanggung
jawabannya. Sebagai khalifah berarti manusia adalah wakil Allah dimuka bumi dan bertanggung
jawab atas apa yang dilakukannya di bumi. Jika manusia dapat menjalankan fungsinya sebagai
khalifah, maka kesatuan manusia dan alam semesta ini dapat terjaga dangan baik.
8
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan negara. (Achmad Munib,
2004: 142).
Pendidikan mempunyai tugas untuk menghasilkan generasi yang baik, manusia–manusia yang
lebih berbudaya, manusia sebagai individu yang memiliki kepribadian yang lebih baik. Tujuan
pendidikan di suatu negara akan berbeda dengan tujuan pendidikan di negara lainnya, sesuai dengan
dasar negara, falsafah hidup bangsa, dan ideologi negara tersebut.
Pendidikan sangat berguna dalam kehidupan manusia. Menurut Agus Taufiq, dkk (2011: 1.3)
pendidikan setidak-tidaknya memiliki ciri sebagai berikut:
A. Pendidikan merupakan proses mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah
laku lainnya di dalam masyarakat, dimana dia hidup.
B. Pendidikan merupakan proses sosial, dimana seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan
yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah) untuk mencapai kompetensi
sosial dan pertumbuhan individual secara optimum.
C. Pendidikan merupakan proses pengembangan pribadi atau watak manusia.
Kosasih Djahiri (1980 : 3) mengatakan bahwa Pendidikan adalah merupakan upaya yang
terorganisir, berencana dan berlangsung kontinyu (terus menerus sepanjang hayat) kearah membina
manusia/anak didik menjadi insan paripurna, dewasa dan berbudaya (civilized).
Dari pengertian tersebut bahwa pendidikan merupakan upaya yang terorganisir memiliki
makna bahwa pendidikan tersebut dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan dasar dan tujuan yang
jelas, ada tahapannya dan ada komitmen bersama didalam proses pendidikan itu. Berencana
mengandung arti bahwa pendidikan itu direncanakan sebelumnya, dengan suatu proses perhitungan
yang matang dan berbagai sistem pendukung yang disiapkan. Berlangsung kontinyu artinya
pendidikan itu terus menerus sepanjang hayat, selama manusia hidup proses pendidikan itu akan
tetap dibutuhkan, kecuali apabila manusia sudah mati, tidak memerlukan lagi suatu proses
pendidikan.
Menurut Ki Hadjar Dewantara terdapat lima asas dalam pendidikan yaitu :
A. Asas kemerdekaan; Memberikan kemerdekaan kepada anak didik, tetapi bukan kebebasan yang
leluasa, terbuka (semau gue), melainkan kebebasan yang dituntun oleh kodrat alam, baik dalam
kehidupan individu maupun sebagai anggota masyarakat.
B. Asas kodrat Alam; Pada dasarnya manusia itu sebagai makhluk yang menjadi satu dengan kodrat
alam, tidak dapat lepas dari aturan main (Sunatullah), tiap orang diberi keleluasaan, dibiarkan,
dibimbing untuk berkembang secara wajar menurut kodratnya.
C. Asas kebudayaan; Berakar dari kebudayaan bangsa, namun mengikuti kebudyaan luar yang telah
maju sesuai dengan jaman. Kemajuan dunia terus diikuti, namun kebudayaan sendiri tetap
menjadi acauan utama (jati diri).
9
D. Asas kebangsaan; Membina kesatuan kebangsaan, perasaan satu dalam suka dan duka,
perjuangan bangsa, dengan tetap menghargai bangsa lain, menciptakan keserasian dengan
bangsa lain.
E. Asas kemanusiaan; Mendidik anak menjadi manusia yang manusiawi sesuai dengan kodratnya
sebagai makhluk Tuhan.
penyelenggaraan pendidikan yang sentralistik dan sekurelistik baik didalam manajemen
maupun didalam penyusunan kurikulum yang kering dari nilai-nilai moral dan agama harus diubah
dan disesuaikan kepada tuntutan pendidikan yang demokratis dan religius. Demikian pula di dalam
menghadapi kehidupan global yang kompetitif dan inovatif, maka proses pendidikan haruslah
mampu mengembangkan kemampuan untuk berkompetensi didalam kerja sama, mengembangkan
sikap inovatif dan ingin selalu meningkatkan kualitas. Demikian pula paradigma pendidikan baru
bukanlah mematikan kebhinekaan malahan mengembangkan kebhinekaan menuju kepada
terciptanya suatu masyarakat Indonesia yang bersatu di atas kekayaan kebhinekaan mayarakat dan
bangsa Indonesia.
10
Kesadaran akan pentingnya manfaat pendidikan dapat memberikan prestasi yang
intelektual bagi manusia yang terlibat didalamnya. Belakangan ini kesadaran akan manfaat
pentingnya pendidikan sebagai penunjang menciptakan sumber daya manusia dirasakan sudah
tidak ada lagi. Ketika bukan lagi keutamaan, kasih dan keadilan yang ditanamkan dalam konsep
pendidikan, melainkan mencari keuntungan materi dan kekuasan atau adanya komersialisasi di
dunia pendidikan, ini akan menjadi sebab utama terjadinya praktik pendidikan diskriminatif.
Dengan adanya aktivitas dan lembaga-lembaga pendidikan sudah dapat membantu
manusia dalam mengatasi masalah dari perkembangan manusia itu sendiri. Pendidikan yang
akan membentuk manusia dengan tingkah laku tertentu dan dalam keadaan tertentu pula. Jika
pendidikan itu di katakan sebagai suatu profesi, maka pendidik pun akan menekuni pekerjaan
tersebut karena memang sudah menjadi tugas seorang guru dalam mendidik dan maengajar
anak-anak didiknya. Seperti sebuah istilah guru tanpa tanda jasa, pendidik tidak pernah
menginginkan hal yang lebih selain dari keberhasilan anak didiknya.
Adapun lembaga pendidikan yang pertama ditekuni oleh seorang anak yaitu lembaga
pendidikan keluarga. Keluarga merupakan wadah yang sangat penting dalam membentuk watak
dan pribadi seorang individu. Selain itu, ada juga lembaga pendidikan sekolah yang berfungsi
juga membantu keluarga untuk medidik anak-anak. Anak-anak mendapatkan pendidikan di
lembaga ini, apa yang tidak di dapat di dalam keluarga atau karena kedua orang tuanya tidak
terlalu memperhatikan anak tersebut, maka anak itu akan dididik disini.
11
BAB III
PENUTUP
12
13