Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pada hakikatnya, sejarah manusia tidak dapat dilepaskan dari pendidikan. Sejak penciptaan
Adam sebagai manusia pertama, Allah swt. telah menginformasikan bahwa Adam diajarkan
berbagai hal termasuk berbagai nama-nama benda. Setelah diajarkan nama-nama benda, Allah swt.
kemudian menguji kemampuannya dengan meminta Adam menyebutkan semua nama-nama benda
tersebut. Firman Allah swt dalam Q.S. Al-Baqarah/2: 31, yang artinya:
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian
mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-
benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!”
Ayat diatas mengindikasikan bahwa sejarah pendidikan lahir bersamaan dengan sejarah
kedatangan manusia. Ayat diatas juga menjelaskan lima unsur pokok dalam proses pendidikan dan
pembelajaran, yaitu (1) pendidik, yaitu Allah swt, (2) peserta didik, yaitu Adam a.s., (3) materi
pendidikan, yaitu pembelajaran tentang nama-nama benda, (4) metode, yaitu bagaimana Allah swt
mengajarkan Adam tentang nama-nama benda tersebut, (5) evaluasi, yaitu Adam diuji
kemampuannya dengan menyebutkan nama-nama benda yang telah diajarkan kepadanya. Informasi
Al-Qur’an tentang manusia pertama (Adam) yang diajarkan langsung oleh Allah swt, menegaskan
posisi Islam tentang pendidikan. Islam telah menempatkan pendidikan sebagai center point
kehidupan, dan menjadikan pendidikan sebagai bagian dari keabadian manusia.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan akal dan pikiran. Manusia
merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki derajat paling tinggi diantara ciptaan-Nya
yang lain. Hal yang paling penting dalam membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah
bahwa manusia dilengkapi dengan akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan untuk mempertinggi
kualitas hidupnya di dunia.
Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Jadi karena manusia
diciptakan oleh Tuhan dengan berbekal akal dan pikiran maka manusia membutuhkan pendidikan
untuk mengembangkan kehidupannya demi memuaskan rasa keingintahuannya.
Pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas arah tujuannya, relevan isi
kurikulumnya, serta efektif dan efisien metode atau cara-cara pelaksanaannya hanya apabila
dilaksanakan dengan mengacu pada suatu landasan yang kokoh. Sebab itu, sebelum melaksanakan
pendidikan, para pendidik perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan pendidikannya. Mengingat
hakikat pendidikan adalah humanisasi, yaitu upaya memanusiakan manusia, maka para pendidik

1
perlu memahami hakikat manusia sebagai salah satu landasannya. Konsep hakikat manusia yang
dianut pendidik akan berimplikasi terhadap konsep dan praktek pendidikannya.
Karena manusia pendidikan mutlak ada dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri
sendiri sebagai manusia yang manusiawi. Di dalam konteks pendidikan, manusia adalah makhluk
yang selalu mencoba memerankan diri sebagai subjek dan objek. Sebagai subjek, selalu berusaha
mendidik dirinya, (sebagai objek) untuk perbaikan perilakunya.
Jelaslah bahwa pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, baik
pendidikan yang berlangsung secara alami oleh orang tua atau masyarakat terlebih pendidikan
tersistem yang diselenggarakan oleh sekolah maupun perkuliahan. Jadi kesimpulannya adalah
manusia memiliki beberapa potensi yang ada pada dirinya, yaitu potensi intelektual, rasa. karsa,
karya dan religi yang bisa dan akan ditumbuh dan kembangkan melalui proses pendidikan yang baik
dan terarah.

1.1.1.2. Rumusan
Masalah
1. Bagaiamana Pengertian Hakikat Manusia?
2. Bagaimana pandangan Al-Qur’an tentang hakikat manusia?
3. Bagaiman Asal Usul dan Tujuan Penciptaan Manusia?
4. Bagaiman Pengertian Hakikat Pendidikan?
5. Bagaimana Hubungan Hakikat Manusia dengan Pendidikan?

1.1.1.1.1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Pendidikan
2. Untuk Mengetahui Pengertian Hakikat Manusia
3. Untuk Mempelajari Pandangan Al-Qur’an tentang Hakikat Manusia
4. Untuk Mempelajari Asal Usul dan Tujuan Penciptaan Manusia
5. Untuk mengetahui Pengertian Hakikat Pendidikan
6. Untuk Mempelajari Hubungan Hakikat Manusia dengan Pendidikan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hakikat Manusia.


Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan akal dan pikiran. Manusia
merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki derajat paling tinggi di antara citaannya
yang lain. Hal yang paling penting dalam membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah
bahwa manusia dilengkapi dengan akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan untuk mempertinggi
kualitas hidupnya di dunia.
Pada hakikatnya Manusia adalah makhluk bertanya, ia selalu mempunyai hasrat untuk
mengetahui segala sesuatu. Atas dorongan hasrat ingin tahunya, manusia tidak hanya bertanya
tentang berbagai hal yang ada diluar dirinya, tetapi juga bertanya tentang dirinya sendiri. sebagai
contoh, dari awal manusia berumur belia, ia senantiasa melontorkan pertanyaan-pertanyaan dengan
menggunakan bahasa simbolik melalui penunjukkan. Seiring waktu berjalan, manusia pun
bertumbuh dan berkembang hingga pertanyaan-pertanyaa pun menjadi banyak, Seolah tiada henti
untuk mengetahui segala hal. Ia bertanya tentang benda-benda disekitar, orang-orang, binatang,
tumbuhan, alam semesta, Tuhan, dan objek-objek lainnya.
Hakikat manusia dipelajari melalui berbagai pendekatan (common sense, ilmiah, filosofis,
religi) dan melalui berbagai sudut pandang (biologi, sosiologi, antropobiologi, psikologi, politik).
Manusia makhluk yang berakal dan berbudi, sebagaimana dari sudut antropologi filsafat,
hakekat (esensi) manusia secara etimologi dalam bahasa Inggris disebut man (asal kata dari bahasa
Anglo Saxon, man) pada dasarnya bisa dikaitkan dengan mens (Latin), yang berarti "ada yang
berpikir". Demikian halnya arti kata anthropos (Yunani) berarti "seseorang yang melihat ke atas".
Akan tetapi sekarang kata itu dipakai untuk mengartikan "wajah manusia". Akhirnya, homo dalam
bahasa latin berarti orang yang dilahirkan di atas bumi.
Manusia adalah makhluk yang sempurna diciptakan Allah swt. karena kapasitas berpikir
manusia mempunyai kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan sehingga menjadi makhluk
yang tertinggi kedudukannya diantara makhluk lainnya. Manusia makhluk ciptaan Allah swt.
memiliki otonom, memilliki kepribadian dengan kesatuan antara jiwa dan raga, serta mempunyai
sifat harmoni antara manusia sebagai individu dan manusia sebagai makhluk sosial.
Allah swt. menciptakan manusia dengan kemampuan instrumen akal, berbeda dengan makhluk
lainnya. Kemampuan memilih perbuatan adalah salah satu peran akal. Sisi lain akal mempunyai
kehendak bebas, akan tetapi kebebasannya sudah diberi potensi kemampuan memillihnya
sebagaimana ayat faalhamaha fujuraha wa taqwaha (Q.S. asy-Syams:8).Sejarah penciptaan manusia

3
sudah ada makhluk lain yaitu malaikat dan setan. Malaikat makhluk yang diciptakan oleh Allah swt.
merupakan simbol kebaikan, sedangkan setan adalah makhluk Allah swt. yang diciptakan sebagai
simbol kejahatan, yaitu menggoda kehidupan manusia untuk berbuat kejahatan, dengan godaan yang
bersifat sugestif, artinya menggoda tapi tidak memaksakan manusia.
Pemikir Islam seperti Ibnu Sina dikutip oleh Bakry, menyatakan manusia mempunyai unsur
terdiri dari jiwa dan jasad. Jasad adalah mempunyai kelengkapan yang ada merupakan alat bagi jiwa
untuk melakukan aktifitas atau kerja. Jasad selalu berubah, berganti, tumbuh, bertambah, dan
semakin berkurang sesuai dengan berjalannya waktu (usia). Sehinggga ia mengalami kerusakan
(fana) setelah berpisah dengan jiwa. Jadi menurut Ibnu Sina hakikat manusia adalah jiwa, bukan
jasad, sehingga perhatian para filosof lebih jauh dalam mengkaji jiwa daripada jasadnya.
Muhammad Iqbal dari Pakistan berpendapat bahwa esensi manusia terletak pada pusat
kesadaran yang bernama ego atau khudi. Kenyataan ini membuat manusia dipandang sebagai
makhluk kerohanian. Sebagai makhluk rohani, khudi merupakan kesadaran dan perasaan bawaan
yang membimbing manusia menuju martabat yang Agung. Iqbal berpijak argumendari al-Qur`an
surat ar-Ra`du ayat 11; “SesungguhnyaAllah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum
mereka mengubah keadaan mereka sendiri.” Esensi khudi mengacu pada pengertian yang
dikemukakan al-Qur`an tentang kedudukan manusia di alam semesta dan di tengah makhluk lain,
yaitu sebagai pemegang mandat (khalifah) Tuhan dan juga sebagai hamba-Nya. Manusia diberi
kemampuan potensi akal untuk dikembangkan dalam mengelola dan memanfaatkan alam dengan
baik. Sehingga alam ini tidak begitu saja diterima oleh manusia,akan tetapi perlunya diolah supaya
mendapatkan kemanfaatan yang sesuai dengan kebutuhannya.
Manusia sebagai makhluk Tuhan mempunyai kebebasan (dependensi) dan mempunyai
otonomi (independensi), yang keduanya mempunyai kontradiksi dalam dinamika kehidupan
manusia. Sehingga kreatifitas akal manusia dituntut untuk mewujudkan keberlangsungan
kehidupannya dalam mengelola alam sekitarnya.
Mencari pengertian hakikat manusia merupakan tugas metafisika, lebih spesifik lagi adalah
tugas antropologi (filsafat antropologi). Filsafat antropologi berupaya mengungkapkan konsep atau
gagasan-gagasan yang sifatnya mendasar tentang manusia, berupaya menemukan karakteristik yang
sifatnya mendasar tentang manusia, berupaya menemukan karakteristik yang secara prinsipil (bukan
gradual) membedakan manusia dari makhluk lainnya. Antara lain berkenaan dengan: (1) asal-usul
keberadaan manusia, yang mempertanyakan apakah ber-ada-nya manusia di dunia ini hanya
kebetulan saja sebagai hasil evolusi atau hasil ciptaan Tuhan?; (2) struktur metafisika manusia,
apakah yang esensial dari manusia itu badannya atau jiwanya atau badan dan jiwa; (3) berbagai
karakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia, antara lain berkenaan dengan individualitas,
sosialitas.

4
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa pengertian hakikat manusia adalah
seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar tentang manusia dan makna eksistensi manusia di
dunia. Pengertian hakikat manusia berkenaan dengan “prinsip adanya” (principede’etre) manusia.
Dengan kata lain, pengertian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan tentang “sesuatu yang
olehnya” manusia memiliki karakteristikkhas yang memiliki sesuatu martabat khusus” (Louis Leahy,
1985). Aspek-aspek hakikat manusia, antara lain berkenaan dengan asal-usulnya (contoh: manusia
sebagai makhluk Tuhan), struktur metafisikanya (contoh: manusia sebagai kesatuan badan-ruh), serta
karakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia (contoh: manusia sebagai makhluk individual,
sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk berbudaya, sebagai makhluk susila, dan sebagai makhluk
beragama).

2.2. Pandangan Al-Qur’an Tentang Hakikat Manusia.


Dalam pandangan ilmuan Muslim seperti yang dikemukakan oleh Fahruddin Ar-Razi
sebagaimana yang dikutip oleh Adnin Atmas bahwa, manusia memiliki beberapa krakteristik yang
khas. Manusia berbeda dengan makhluk yang lain, termasuk dengan malaikat, iblis dan juga
binatang, adalah karena manusia memiliki akal dan hikmah serta tabiat dan nafsu. (Othman, Rahim,
Abdullah, & Zulkarnain, 2018).
Menurut Ibnul Jauzi manusia itu terdiri dari dua unsur yaitu jasad dan roh. (Azmi & Zulkifli,
2018; Makmudi, Tafsir, Bahruddin, & Alim, 2018), Bagi Ibnul Jauzi, perubahan roh lebih penting
karena esensi manusia adalah makhluk rohani atau berjiwa, berdasarkan hadis dari Abi Hurairah
yang diriwayatkan oleh Muslim, bahwa Allah tidak memandang jasad dan bentuk manusia , tapi
Allah memandang hati dan amal manusia.
Dengan segala potensi yang dimilikinya, eksistensi manusia selalu menjadi kajian menarik
untuk didalami. Perbedaan analisis antara para ilmuwan Muslim ini menjadikan kajian tentang
manusia semakin berkembang. Para ilmuwan harus mengungkapnya dari berbagai sisi manusia dan
disiplin ilmu, baik psikologi, kedokteran, biologi dan berbagai ilmu sosial lainnya.
Dalam Alqur`an terdapat tiga istilah kunci yang mengacu pada makna pokok manusia (Hakim &
Mubarok, 2017) yaitu :
A. Basyar dalam Al-Qur`an disebut sebanyak 27 kali, memberikan referensi pada manusia sebagai
makhluk biologis, antara lain terdapat dalam surat Ali Imran (3) : 7, “sebagaimana Maryam
berkata kepada Allah: “ Tuhanku, baaimana mungkin aku mempunyai anak, padahal aku tidak
disentuh basyar”. ; al-Kahfi(18):110 ; Fushshilat(41):6 ; al-Furqan (25): 7 dan 20 ; dan surat
Yusuf (12): 31. Konsep basyar selalu dihubungkan dengan sifat-sifat biologis manusia seperti :
makan, minum, seks, berjalan-jalan dan lain-lain.
B. Al-Insan dalam Al-Qur`an disebut sebanyak 65 kali yang kerap berbicara tentang manusia
secara utuh sebagai manusia. Kata Insan ini dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori :
5
pertama, insan dihubungakan dengan konsep manusia sebagai khalifah atau pemikul amanah;
kedua, insan dihubungkan dengan predisposisi negative manusia; dan ketiga, insan dihubungkan
dengan proses penciptaan manusia. Semua konsep insan menunjuk pada sifat-sifat psikologis
atau spiritual. Pada kategori pertama, manusia digambarkan sebagai wujud makhluk istimewa
yang berbeda dengan hewan. Oleh karena itu, di dalam Al-Qur`an dikatakan bahwa insan adalah
makhluk yang diberi ilmu (Q.S. al-Alaq (96): 4-5), makhluk yang diberi kemampuan untuk
mengembangkan ilmu dan daya nalarnya dengan nazhar (merenungkan, memikirkan,
menganalisis dan mengamati perbuatannya) (Q.S. al-Nazi`at (79) :35. Makhluk yang memikul
amanah (Q.S. al-Ahzab (33):72), tanggung jawab (Q.S. al-Qiyamah (75): 3 dan 6); (Q.S. Qaf
(50): 16), harus berbuat baik (Q.S. al-Ankabut(29): 8. Amalnya dicatat dengan cermat untuk
diberi balasan sesuai dengan kerjanya (Q.S. al-Najm (53):39), oleh karena itu, insanlah yang
dimusuhi setan (Q.S. al-Isra (17): 53) Dalam kategori kedua, insan dihubungkan dengan
predisposisi negative, manusia cenderung zalim dan kafir (Q.S. Ibrahim (14): 34, Tergesa-gesa
(Q.S. al-Isra (17):67), bakhil (Q.S.al-Isra(17):100), bodoh (Q.S. al-Ahzab(33):72), berbuat dosa
(Q.S.al-‘Alaq(96):6) dan lain-lain.
Apabila dihubungkan dengan kategori pertama, sebagai makhluk spiritual, insane
menjadi makhluk paradoksal yang berjuang mengatasi konflik dua kekuatan yang saling
bertentangan: kekuatan mengikuti fitrah (memikul amanah Allah) dan kekuatan mengikuti
predisposisi negative. Kedua kekuatan ini digambarkan dalam kategori yang ketiga yakni, insan
dihungkan dengan proses penciptaannya. Sebagai insan, manusia diciptakan dari tanah liat, sari
pati tanah dan tanah (Q.S. al-Hijr (15): 26, al-Rahman (55):14, al-Mu’minun (23): 12,al-Sajadah
(32):7 ). Demikian juga basyar berasal dari tanah liat, tanah (Q.S. al-Hijir (15): 28, Shad (38):
71, al-Rum (30): 20), dan air (Q.S. al-Furqan (25): 54). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa proses penciptaan manusia menggambarkan secara simbolis karakteristik basyari adalah
unsure material dan karakteristik insane adalah unsure ruhani. Keduanya harus tergabung dalam
keseimbangan, tidak boleh mengurangi hak yang satu atau melebihkan hak yang lainnya.
C. Al-Nas paling sering disebut dalam al-Qur`an, yaitu sebanyak 240 kali. Al-nas mengacu pada
manusia sebagai makhluk sosial, hal ini dapat kita lihat dalam tiga segi:

Pertama, banyak ayat yang menunjukkan kelompok sosial dengan karakteristiknya. Ayat-ayat
ini lazimnya dikenal dengan ungkapan wa min al-nas ( dan di antara sebagian manusia ). Dengan
ungkapan tersebut, dalam Al-Qur`an ditemukan kelompok manusia yang menyatakan beriman tetapi
sebetulnya tidak beriman (Q.S.al-Baqarah (2): 8), yang menyekutukan Allah (Q.S.al-Baqarah
(2):165), yang hanya memikirkan dunia (Q.S.al-Baqarah (2): 200) dan lain-lain. Meskipun ada
sebagian manusia yang rela mengorbankan dirinya untuk mencari keridhaan Allah.

6
Kedua, dengan ungkapan aktsar al-nas, bahwa sebagian besar manusia mempunyai kualitas
rendah, baik dari segi ilmu (Q.S.al-A’raf (7): 187, Yusuf (12):21, al-Qashash (28):68) maupun iman
(Q.S.Hud (11): 17), tidak bersyukur (Q.S.al-Mukmin (40):61). Dan ada jua di antara manusia yang
bersyukur (Q.S. Saba`(34): 13), yang selamat dari siksa Allah (Q.S.Hud (11):116) dan yang tidak
diperdaya setan (Q.S.al-Nisa (4):83).
Ketiga, Al-Qur`an menegaskan bahwa petunjuk Al-Qur`an bukan hanya dimaksudkan kepada
manusia secara perorangan, tetapi juga manusia secara sosial. Al-Nas sering dihubungkan dengan
petunjuk atau al-Kitab (Q.S. al-Hdid (57):25)
Berdasarkan uraian di atas, bahwa manusia dalam artian basyar berkaitan dengan unsur
material; ia sepadan dengan matahari , hewan dan tumbuhan. Dengan sendirinya ia musayyar
(tunduk kepada takdir Allah). Sedangkan manusia dalam artian insan dan nas, berkaitan dengan
aturan Ilahi. Ia dikenai aturan-aturan tetapi diberikan kekuatan untuk tunduk dan melepaskan diri
darinya. Ia dengan sendirinya mukhayyar (dapat memilih). Jadi, ada dua komponen yang
membedakan hakekat manusia dengan hewan, yaitu potensi untuk mengembangkan iman dan potensi
untuk mengembangkan ilmu. Usaha untuk mengembangkan keduanya disebut amal saleh. Iman amal
adalah dasar yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.
Dari segi kedudukan, manusia adalah makhluk individu dan makhluk social; makhluk
psikologis (spiritual) dan makhluk biologis yang merupakan gabungan antara unsur material dan
unsur ruhani. Dari segi hubungannya dengan Tuhan, kedudukan manusia adalah sebagai hamba
(makhluq) yang terbaik (Q.S. al-Tin (95): 4).

2.3. Asal Usul dan Tujuan Penciptaan Manusia.


Dari aspek historis penciptanya, manusia disebut sebagai Bani adam. Dalam al-Qur’an tidak
terinci secara kronologis penciptaan manusia menyangkut waktu dan tempatnya. Namun penjelasan
Al-Quran tentang manusia yang mengunakan term-term basyar, insan dan nas sudah amat jelas.
Mulai dari proses, karakter dan tujuan penciptaan Nabi Adam as. sebagai manusia pertama. Begitu
pula proses penciptaan manusia dalam rahim seorang ibu diungkap jelas oleh Al-Qur`an,
sebagaimana dalam surat al-Sajadah(32) :7-9 “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan
sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.Kemudian Dia menjadikan
keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan
meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan) nya, dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali yang bersyukur.”
Ayat ini menjelaskan bahwa manusia pertama kali diciptakan dari tanah. Kemudian manusia
berikutnya juga tercipta dari bahan yang sama, namun sudah berupa sari pati air khusus, biasa
disebut air mani (Q.S.al-Furqan (25):54). Berdasarkan ayat ini menurut Harun Yahya sebagaimana
yang terdapat di dalam “ Syaamil Al-Qur`an; Miracle the Reference “ bahwa ada tiga tahap kejadian
7
manusia menurut embriologi. Manusia mulai terbentuk pada saat pertemuan sperma dan telur, pada
saat tengah dibuahi, telur membelah dan tumbuh sangat cepat. Bayi akan melalui tiga fase
perkembangan embrionik ketika berada di rahim ibu, hal ini dijelaskan dalam surat al-Zumar (39): 6.
Basic Human Embryology (Rossant, 2016), buku dasar standar yang merupakan rujukan
embriologi, menyatakan bahwa kehidupan di uterus terdiri atas tiga tahap: (i) pra-embrionik; dua
setengah minggu pertama, zigot menempel ke dinding uterus. Saat sel terus bertambah, mereka
membentuk tiga lapisan. (ii) embrionik; sampai akhir minggu kedelapan, organ dasar dan system
tubuh berbentuk dari lapisan sel. (iii) fetal; dari pekan kedelapan sampai lahir, embrio disebut janin.
Tahap ini bermula pada minggu kedelapan kehamilan sampai melahirkan. (Moore, Persaud, &
Torchia, 2018). Tahap-tahap ini mencakup berbagai fase perkembangan bayi (Sit & Ag, 2017)
Adapun tujuan penciptaan manusia adalah untuk menjalankan rencana Allah SWT. Sebagaimana
dalam (Q.S. al-Baqarah (2): 30) (Departemen Agama, 2005); “ Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada malaikat,”sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka
berkata, mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau ?’ Allah berfirman, ‘Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.”

Allah menciptakan manusia dengan suatu misi agar manusia menyembah dan tunduk pada
hukum-hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi ini, baik yang menyangkut
hubungan dengan Allah atau dengan sesama manusia (Q.S.al-Dzariyat (51): 56); “ Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”
Dari misi diatas, dapat dimengerti bahwa tugas manusia didunia adalah untuk beribadah
secara ikhlas, karena Allah tidak membutuhkan manusia melainkan manusia yang membutuhkan-
Nya.Jika Allah menciptakan sesuatu, pasti sesuatu tersebut mempunyai guna/fungsi, tak terkecuali
manusia. Manusia diciptakan Allah adalah sebagai makhluk yang paling sempurna dimuka bumi,
maka secara otomatis manusia adalah pemimpin (khalifah) yang nantinya akan dimintai pertanggung
jawabannya. Sebagai khalifah berarti manusia adalah wakil Allah dimuka bumi dan bertanggung
jawab atas apa yang dilakukannya di bumi. Jika manusia dapat menjalankan fungsinya sebagai
khalifah, maka kesatuan manusia dan alam semesta ini dapat terjaga dangan baik.

2.4. Pengertian Hakikat Pendidikan


Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki potensi spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

8
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan negara. (Achmad Munib,
2004: 142).
Pendidikan mempunyai tugas untuk menghasilkan generasi yang baik, manusia–manusia yang
lebih berbudaya, manusia sebagai individu yang memiliki kepribadian yang lebih baik. Tujuan
pendidikan di suatu negara akan berbeda dengan tujuan pendidikan di negara lainnya, sesuai dengan
dasar negara, falsafah hidup bangsa, dan ideologi negara tersebut.
Pendidikan sangat berguna dalam kehidupan manusia. Menurut Agus Taufiq, dkk (2011: 1.3)
pendidikan setidak-tidaknya memiliki ciri sebagai berikut:
A. Pendidikan merupakan proses mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah
laku lainnya di dalam masyarakat, dimana dia hidup.
B. Pendidikan merupakan proses sosial, dimana seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan
yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah) untuk mencapai kompetensi
sosial dan pertumbuhan individual secara optimum.
C. Pendidikan merupakan proses pengembangan pribadi atau watak manusia.
Kosasih Djahiri (1980 : 3) mengatakan bahwa Pendidikan adalah merupakan upaya yang
terorganisir, berencana dan berlangsung kontinyu (terus menerus sepanjang hayat) kearah membina
manusia/anak didik menjadi insan paripurna, dewasa dan berbudaya (civilized).
Dari pengertian tersebut bahwa pendidikan merupakan upaya yang terorganisir memiliki
makna bahwa pendidikan tersebut dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan dasar dan tujuan yang
jelas, ada tahapannya dan ada komitmen bersama didalam proses pendidikan itu. Berencana
mengandung arti bahwa pendidikan itu direncanakan sebelumnya, dengan suatu proses perhitungan
yang matang dan berbagai sistem pendukung yang disiapkan. Berlangsung kontinyu artinya
pendidikan itu terus menerus sepanjang hayat, selama manusia hidup proses pendidikan itu akan
tetap dibutuhkan, kecuali apabila manusia sudah mati, tidak memerlukan lagi suatu proses
pendidikan.
Menurut Ki Hadjar Dewantara terdapat lima asas dalam pendidikan yaitu :
A. Asas kemerdekaan; Memberikan kemerdekaan kepada anak didik, tetapi bukan kebebasan yang
leluasa, terbuka (semau gue), melainkan kebebasan yang dituntun oleh kodrat alam, baik dalam
kehidupan individu maupun sebagai anggota masyarakat.
B. Asas kodrat Alam; Pada dasarnya manusia itu sebagai makhluk yang menjadi satu dengan kodrat
alam, tidak dapat lepas dari aturan main (Sunatullah), tiap orang diberi keleluasaan, dibiarkan,
dibimbing untuk berkembang secara wajar menurut kodratnya.
C. Asas kebudayaan; Berakar dari kebudayaan bangsa, namun mengikuti kebudyaan luar yang telah
maju sesuai dengan jaman. Kemajuan dunia terus diikuti, namun kebudayaan sendiri tetap
menjadi acauan utama (jati diri).

9
D. Asas kebangsaan; Membina kesatuan kebangsaan, perasaan satu dalam suka dan duka,
perjuangan bangsa, dengan tetap menghargai bangsa lain, menciptakan keserasian dengan
bangsa lain.
E. Asas kemanusiaan; Mendidik anak menjadi manusia yang manusiawi sesuai dengan kodratnya
sebagai makhluk Tuhan.
penyelenggaraan pendidikan yang sentralistik dan sekurelistik baik didalam manajemen
maupun didalam penyusunan kurikulum yang kering dari nilai-nilai moral dan agama harus diubah
dan disesuaikan kepada tuntutan pendidikan yang demokratis dan religius. Demikian pula di dalam
menghadapi kehidupan global yang kompetitif dan inovatif, maka proses pendidikan haruslah
mampu mengembangkan kemampuan untuk berkompetensi didalam kerja sama, mengembangkan
sikap inovatif dan ingin selalu meningkatkan kualitas. Demikian pula paradigma pendidikan baru
bukanlah mematikan kebhinekaan malahan mengembangkan kebhinekaan menuju kepada
terciptanya suatu masyarakat Indonesia yang bersatu di atas kekayaan kebhinekaan mayarakat dan
bangsa Indonesia.

2.5. Hubungan Hakikat Manusia dengan Pendidikan


Berbagai aspek hakikat manusia, pada dasarnya adalah potensi yang harus diwujudkan setiap
orang, sebab itu bahwa berbagai aspek hakikat manusia merupakan sosok manusia ideal, merupakan
gambaran manusia yang dicita-citakan atau yang menjadi tujuan. Sosok manusia ideal tersebut
melainkan harus diupayakan untuk diwujudkan.
Dalam kaitannya dengan perkembangan individu, manusia dapat tumbuh dan berkembang
melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik bersifat jasmani maupun rohani. Oleh karena
itu, manusia memerlukan pendidikan demi mendapatkan perkembangan yang optimal sebagai
manusia.
Pada dasarnya, ada dua pokok permasalahan tentang hakikat manusia. Pertama, telah tentang
manusia atau hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan di muka bumi ini. Kedua, telah tentang
sifat manusia dan karakteristik yang menjadi ciri hususnya serta hubungannya dengan fitrah manusia.
A. Peran Pendidikan Bagi Kehidupan Manusia
Apabila dalam kehidupan manusia tidak dibarengi dengan pendidikan otomatis
kehidupan manusia itu tidak akan terarah dengan baik, tetapi sebaliknya apabila kehidupan
manusia dibarengi dengan pendidikan maka kehidupannya pun akan terarah dan menjadi lebih
baik. Ilmu pengetahuan memegang peranan penting dalam kehidupan. Tanpa ilmu, manusia akan
buta dalam segalanya. Ada banyak hal yang dapat diambil manfaatnya dari ilmu pengetahuan ini
diantaranya yaitu manfaat adanya ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan adanya ilmu
tersebut, manusia dapat menemukan lampu, komputer, televisi, dan lain-lain.

10
Kesadaran akan pentingnya manfaat pendidikan dapat memberikan prestasi yang
intelektual bagi manusia yang terlibat didalamnya. Belakangan ini kesadaran akan manfaat
pentingnya pendidikan sebagai penunjang menciptakan sumber daya manusia dirasakan sudah
tidak ada lagi. Ketika bukan lagi keutamaan, kasih dan keadilan yang ditanamkan dalam konsep
pendidikan, melainkan mencari keuntungan materi dan kekuasan atau adanya komersialisasi di
dunia pendidikan, ini akan menjadi sebab utama terjadinya praktik pendidikan diskriminatif.
Dengan adanya aktivitas dan lembaga-lembaga pendidikan sudah dapat membantu
manusia dalam mengatasi masalah dari perkembangan manusia itu sendiri. Pendidikan yang
akan membentuk manusia dengan tingkah laku tertentu dan dalam keadaan tertentu pula. Jika
pendidikan itu di katakan sebagai suatu profesi, maka pendidik pun akan menekuni pekerjaan
tersebut karena memang sudah menjadi tugas seorang guru dalam mendidik dan maengajar
anak-anak didiknya. Seperti sebuah istilah guru tanpa tanda jasa, pendidik tidak pernah
menginginkan hal yang lebih selain dari keberhasilan anak didiknya.
Adapun lembaga pendidikan yang pertama ditekuni oleh seorang anak yaitu lembaga
pendidikan keluarga. Keluarga merupakan wadah yang sangat penting dalam membentuk watak
dan pribadi seorang individu. Selain itu, ada juga lembaga pendidikan sekolah yang berfungsi
juga membantu keluarga untuk medidik anak-anak. Anak-anak mendapatkan pendidikan di
lembaga ini, apa yang tidak  di dapat di dalam keluarga atau karena kedua orang tuanya tidak
terlalu memperhatikan anak tersebut, maka anak itu akan dididik disini.

11
BAB III

PENUTUP

5.1. Kesimpulan dan Saran


5.1.1. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sifat hakikat manusia dan segenap aspek-
aspeknya hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Adanya hakikat
tersebut memberikan tempat kedudukan pada manusia sedemikian rupa sehingga
derajatnya lebih tinggi daripada hewan bahkan menguasai hewan.
Korelasi antara manusia dan pendidikan dapat terlihat pada pernyataan: semua sifat
hakikat manusia dapat dan harus ditumbuhkembangkan melalui pendidikan dan berkat
pendidikan, maka sifat hakikat dapat ditumbuhkembangkan secara selaras dan
berimbang sehingga menjadi manusia yang utuh.
5.1.2. Saran
Manusia dan pendidikan sangat berkaitan erat karena fungsi dari pendidikan tersebut
adalah untuk memanusiakan manusia. Maka dari itu para pendidik dan calon pendidik
perlu memahami hakikat manusia. Dengan pendidikan maka manusia akan menjadi
manusia yang seutuhnya, yaitu menjadi manusia yang ideal dengan kata lain manusia
yang ideal itu adalah manusia yang diharapkan, dicita-citakan atau menjadi manusia
yang seharusnya.

12
13

Anda mungkin juga menyukai