Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MIKROBIOLOGI
GANGGANG

Disusun oleh :

1. Eva Endy Syafitri 1531010156


2. Juan Dymmaess Raffael S. 1531010159
3. Achmad Romzy Isriawan 1531010164
4. Helwinda Aprilia P. 1531010167
5. Maurin Dwi Amelia 1531010175
6. Moch. Agus Musyafa 1531010177
7. Brenda Adny Evelyne 1531010181
8. Dika Restu Akbar 1531010183
9. Ni Made Vivi Ari Putri 1531010185

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA
TIMUR
SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena
atas kehendak-Nya lah kami selaku tim penulis bisa menyelesaikan makalah
Industri Keramik ini tepat pada waktunya .

Adapun maksud dan tujuan penulis membuat makalah ini , adalah untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Mikrobiologi, dan juga untuk
menambah wawasan mengenai karakteristik dari bahan keramik dan
pembuatannya.

Dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini tentu saja penulis mengakui
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan , baik dari segi isi , teori , dan
sistematika penulisannya . Maka dari itu karena belum luasnya wawasan kami,
kami sangat terbantu bila pembaca memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun dan dapat menyempurnakan makalah ini dari segi manapun .

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita
semua baik untuk hari ini dan untuk masa yang akan datang .

Surabaya, 16 September 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................... i
Kata Pengantar ...................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii
BAB I Pendahuluan .............................................................................................. 1
I.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
I.2 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
I.3 Manfaat Penulisan .................................................................................... 2
BAB II Pembahasan .............................................................................................. 3
II.1 Definisi .................................................................................................... 3
II.2 Morfologi Alga (Ganggang) .................................................................... 4
II.3 Fisiologis Alga (Ganggang) .................................................................... 5
II.4 Ganggang Hijau Biru (Cyanophyta) ....................................................... 6
II.5 Ganggang Hijau (Chlorophyta) ............................................................... 7
II.6 Ganggang Coklat/Perang(Phaeophyta) ................................................... 8
II.7 Ganggang Merah (Rhodophyta) .............................................................. 9
II.8 Ganggang Keemasan (Chrysophyta) ....................................................... 10
II.9 Peran Ganggang Dalam Industri ............................................................. 11
BAB III Penutup ................................................................................................... 14
III.1 Kesimpulan ............................................................................................ 14
III.1 Kesimpulan ............................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai Negara yang subur dan kaya akan sumber daya
alam. Sebagai Negara dengan luas wilayah lebih dari 70 %, salah satu kekayaan
alam yang bisa kita manfaatkan adalah sumber daya alam hayati. Selain ikan,
alternative hasil laut yang bisa diolah adalah alga meskipun tidak semua alga bisa
digunakan.

Alga dalam istilah Indonesia sering disebut sebagai ganggang merupakan


tumbuhan talus karena belum memiliki akar, batang dan daun sejati. Algae
(ganggang) dapat dibedakan menjadi tujuh kelompok yaitu : cyanophyta,
cholrophyta, euglenophyta, pyrrophyta, crysophyta, phaeophyta,
rhodophyta.berdasarkan pigmen dominannya ketujuh kelompok tersebut meliputi:
Chrysophyta, Phaeophyta, dan Rhodophyta.

Tumbuhan ganggang merupakan tumbuhan talus yang hidup di air, baik air
tawar maupun air laut, setidaknya selalu menempati habitat yang lembab atau
basah. Jenis yang hidup bebas di air terutama yang bersel satu dan dapat bergerak
aktif merupakan penyusun plankton, tepatnya fitoplankton. Yang melekat pada
sesuatu yang ada di dalam air disebut bentos. Jenis yang bergerak aktif memepunyai
alat untuk bergerak berupa bulu cambuk atau flagel.

Selain itu pada ganggang spora dan gaetnya pun lazimnya dapat bergerak
aktif dengan perantaraan flagelanya pula. Spora dan gamet suatu jenis ganggang
seringkali sam bentuk dan ukurannnya. Ganggang mempunyai manfaat, terutama
dalm industri-industri makanan. Selain itu juga ganggang mempunyai peranan
sebagai penyusun plankton di laut.

1
1.2 Tujuan Penulisan

1. Untuk menambah wawasan mahasiswa akan pentingnya pengetahuan


mengenai ganggang atau alga.
2. Untuk menambah pengetahuan mahasiswa akan manfaat dari ganggang.
3. Untuk meningkatkan kepedulian mahasiswa terhadap ganggang, bahwa
ganggang merupakan tumbuhan yang memiliki manfaat.

1.3 Manfaat Penulisan

1. Menambah wawasan mahasiswa terutama mahasiswa biologi mengenai


kehidupan ganggang.
2. Menambah kepedulian mahasiswa akan terlestarikannya ganggang atau alga.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Alga adalah tumbuhan nonvascular yang memilika benruk thalli yang
beragam, uniseluler atau multiseluler, dan berpigmen fotosintetik. Alga bentik
(makroalga) dapat hiduup di perairan tawar dan laut (bold & wynne 1978:1; dawea
1981:59). Makroalga adalah tumbuhan tidak berpembuluh yang tumbuh melekat
pada subtract didasaran laut. Tumbuhan tersebut tidak memiliki akar, batang daun,
bunga, buah, dan biji ssejati (sumich 1979:99; mnConnaughey &zottoli 1983: 114
lerman 1986:39). Makroalga terbesar didaerah litoral dan sublitoral. Daerah
tersebut masih dapat memperoleh cahaya matahari yang cukup sehingga proses
fotosintesis dapat berlangsung (dawes 1981:13). Makraoalga menyerap nutrisi
berupa fosfor dan nitrogen dari lingkungan sekitar perairan (leviton 2001: 270).
Menurut atmaja & sulistijo ( 1988: 5), makroalga dapat diklasifikasikan
menjadi tiga divisi berdasarkan kandungan pigmen fotosintetik dan pigmen
asesoris, yaitu: cholorophyta, phaeophyta, dan rhodophyta.
Dalam dunia tumbuhan alga (ganggang) termasuk kedalam dunia tallopyta
(tumbuhan talus), karena belum mempunyai akar, batang dan daun secara jelas.
Tumbuhan ganggang ada yang bersel tunggal dan juga ada yang bersel banyak
dengan bentuk serupa benang atau lembaran.
Tumbuhan ganggang merupakan tumbuhan yang hidup di air,baik air tawar
atau air laut,setidak-tidaknya selalu menempati habitat yang lembab dan basah.Ada
yang bergerak aktif dan ada yang tidak.jenis ganggang yang bergerak aktif
mempunyai alat untuk bergerak yang berupa bulu-bulu cambuk atau flagel.Yang
berjumlsh satu atau lebih.jenis yang tubuhnya bersel tunggal dan adapat bergerak
aktiv merupakan penyusun plankton,tepatnya fikoplankton.Yang melekat pada
sesuatu yang ada didalam air seperti batu atau kayu,disebut bentos.

Tubuh ganggang terdapat zat warna (pigmen), yaitu :

fikosianin : warna biru

3
klorofil : warna hijau
fikosantin : warna perang/ coklat
fikoeritrin : warna merah karoten : warna keemasan
xantofil : warna kuning
Alga (ganggang) bersifat autotrof (dapat menyusun makanannya sendiri).
Hampir semua alga bersifat eukaryotik. Habitat hidupnya di air tawar, laut dan
tempat-tempat yang lembab. Alga (ganggang) terbagi menjadi beberapa kelas :
1) Cyanophyta (ganggang biru), masih prokaryotik.
2) Chlorophyta (ganggang hijau)
3) Chrysophyta (ganggang keemasan)
4) Phaeophyta (ganggang coklat/ perang)
5) Rhodophyta (ganggang merah)

2.2. Morfologi Alga (Ganggang)

Banyak spesies alga terdapat sebagai sel tunggal yang dapat berbentuk bola,
batang, gada atau kumparan. Dapat bergerak atau tidak. Algae hijau uniseluler yang

4
khas. Algae mengandung nucleus yang dibatasi membrane. Setiap sel mengandung
satu atau lebih kloroplas, yang dapat berbentuk pita atau seperti cakram-cakram
diskrit (satuan-satuan tersendiri) sebagaimana yang terdapat pada tumbuhan hijau.
Di dalam matriks kloroplas terdapat membrane tilakoid yang berisikan klorofil dan
pigmen-pigmenpelengkap yang merupakan situs reaksi cahaya pada fotosintesis.
Algae berkembang biak secara seksual atau aseksual. Reproduksi aseksual
berupa pembelahan biner sederhana. Reproduksi seksual dijumpai di antara algae.
Dalam proses ini terdapat konyugasi gamet (sel seks) sehingga menghasilkan zigot.

2.3. Fisiologis Alga (Ganggang)


Algae adalah mikroorganisme aerobic fotosintetik, dijumpai di mana saja
yang tersedia cukup cahaya, kelembapan, dan nutrient sederhana yang
memperpanjang hidupnya.
Pertumbuhan algae berlangsung cepat di air yang diam dengan bantuan
sinar matahari. Phosphat dan Nitrat dalam air dapat mendukung pertumbuhan
Algae.Beberapa spesies algae hidup pada salju dan es di daerah-daerah kutub dan
puncak-puncak gunung. Beberapa ganggang hidup dalam sumber air panas dan
suhu setinggi 70 0C. beberapa algae beradaptasi pada tanah lembab, pepagan
pohon, dan bahkan permukaan batuan.
Alga (ganggang) mempunyai tiga macam pigmen fotosintetik yaitu klorofil,
karotenoid, dan fikobilin (ketiganya terdapat dalam kloroplas). Sebagai hasil
fotosintetiknya, algae menyimpan berbagai produk makanan cadangan sebagai
granul atau globul dalam sel-selnya. Ganggang hijau menyimpan pati seperti yang
terdapat pada tumbuhan. Algae lain dapat menyimpan macam-macam karbohidrat,
beberapa algae menyimpan minyak atau lemak.

5
2.4. Ganggang Hijau Biru (Cyanophyta)

2.4.1. Habitat
Ganggang hijau biru tersebar luas, banyak ditemukan di perairan tanah yang
lembab, permukaan dinding tembok, pot, batu karang yang lembab. Bahkan
ditemukan pula di tempat yang kurang menguntungkan lingkungannya. Beberapa
jenis dijumpai pada sumber air panas seperti mata air panas Yellow Stone Park di
Amerika.

2.4.2. Reproduksi
Cara perkembangbiakan ganggang hijau biru, dilakukan dengan tiga cara:
a. Pembelahan sel
Melalui cara ini sel dapat langsung terpisah atau tetap bergabung membentuk
koloni. Misal: Gloeocapsa.
b. Fragmentasi
Fragmentasi adalah cara memutuskan bagian tubuh tumbuhan yang kemudian
membentuk individu baru. Fragmentasi terutama pada ganggang Oscillatoria.
Pada filamen yang panjang, bila salah satu selnya mati, maka sel mati itu

6
membagi filamen menjadi dua bagian atau lebih. Masing-masing bagian
disebut Hormogonium.
c. Spora
Pada keadaan yang kurang menguntungkan akan terbentuk spora yang
sebenarnya merupakan sel vegetatif. Spora membesar dan tebal karena
penimbunan zat makanan. Contoh: Chamaesiphon comfervicolus.

2.5. Ganggang Hijau (Chlorophyta)

2.5.1. Habitat
Habitat ganggang ini di air tawar, air laut, tanah tanah yang basah , ada
pula yang hidup di tempat tempat kering.

2.5.2. Reproduksi
Kelompok ganggang hijau berkembangbiak secara:
Vegetatif (aseksual), yaitu:
pembelahan sel

7
fragmentasi
pemisahan koloni
pembentukan spora
Generatif (seksual), yaitu:
isogami
anisogami
oogami

2.6. Ganggang Coklat/Perang (Phaeophyta)

2.6.1. Habitat
Phaeophyceae banyak terdapat didaerah yang beriklim dingin. Alga ini
banyak mendominasi bagian lateral daerah artik dan antartik. Walaupun demikian,
ada jenis-jenis lainnya yang hidup didaerah tropic dan subtropik. Sebagian besar
dari phaeophyceae hidup melekat pada subtract karang dan lainnya. Beberapa
diantaranya hidup sebagai epifit.

2.6.2. Reproduksi
Terjadi secara aseksual dengan pembentukan zoospore berflagella dan
fragmentasi, sedangkan reproduksi seksual terjadi secara ogami dan isogami.

8
Contoh ganggang coklat;
- Focus serratus
- Makro cystis pyrefera
- Sargassum vulgare
- Turbinsaris decurrens

2.7. Ganggang Merah (Rhodophyta)

2.7.1. Habitat
Sebagian besar ganggang merah hidup di laut, banyak terdapat di laut
tropika. Sebagian kecil hidup di air tawar yang dingin dengan aliran deras dan
banyak oksigen. Selain itu ada pula yang hidup di air payau. Ganggang merah yang
banyak ditemukan di laut dalam adalah Gelidium dan Gracilaria, sedang Euchema
spinosum ditemukan di laut dangkal.
2.7.2. Reproduksi
Ganggang merah berkembang biak secara vegetatif dan generatif.
Perkembangbiakan vegetatif
Ganggang merah berlangsung dengan pembentukan spora haploid yang dihasilkan
oleh sporangium atau talus ganggang yang diploid. Spora ini selanjutnya tumbuh
menjadi ganggang jantan atau betina yang sel-selnya haploid.
Perkembangbiakan generatif
Ganggang merah dengan oogami, pembuahan sel kelamin betina (ovum) oleh sel
kelamin jantan (spermatium). Alat perkembangbiakan jantan disebut

9
spermatogonium yang menghasilkan spermatium yang tak berflagel. Sedangkan
alat kelamin betina disebut karpogonium, yang menghasilkan ovum. Hasil
pembuahan sel ovum oleh spermatium adalah zigot yang diploid. Selanjutnya, zigot
itu akan tumbuh menjadi ganggang baru yang menghasilkan aplanospora dengan
pembelahan meiosis. Spora haploid akan tumbuh menjadi ganggang penghasil
gamet. Jadi pada ganggang merah terjadi pergiliran keturunan antara sporofit dan
gametofit.

2.8. Reproduksi Ganggang Keemasan (Chrysophyta)

2.8.1. Habitat
Habitat ganggang ini di air tawar, air laut, dan tempat basah
2.8.2. Reproduksi
Perkembangbiakan vegetatif (aseksual) dengan pembelahan sel,
fragmentasi, pemisahan koloni, dan pembentukan spora (aplanospora atau
zoospora).
Perkembangbiakan generatif (seksual) dengan konjugasi, isogami,
anisogami, dan oogami.

10
2.9. Peran Ganggang Dalam Industri
Ganggang banyak dimanfaatkan dalam berbagai macam industri. Seperti
Chlorella yang dimanfaatkan dalam industri kosmetik, Eucheuma spinosum,
Gelidium, Gracilaria lichenoides, dan Agardhiella yang menghasilkan agar dan
karagenan dan dimanfaatkan dalam industri tekstil sebagai perekat tekstil.
Selain ganggang yang telah disebutkan tadi, masih ada pula ganggang lain
yang dimanfaatkan dalam industri, yaitu ganggang keemasan (misal: diatom) yang
sisa-sisa cangkangnya yang membentuk tanah diatom digunakan untuk bahan
peledak, penyekat dinamit, campuran semen, bahan alat penyadap suara, bahan
penggosok, bahan isolasi, bahan pembuat cat dan pernis, bahan dasar pembuatan
kaca, dan dalam pembuatan saringan. Dulu, ketika piringan hitam masih digunakan,
diatom ini pun digunakan untuk membuat piringan hitam. Laminaria sp. juga
digunakan sebagai pengental dalam industri lem, tekstil, pelapis kertas, dan pasta
gigi. Chondrus sp. digunakan sebagai bahan pembuat lem, Chondrus crispus dan
Gigortina mamilosa digunakan sebagai penghasil karagenan, untuk bahan
penyamak kulit, bahan pembuat krim, dan obat pencuci rambut (shampoo).
Baru-baru ini ditemukan pula manfaat ganggang sebagai bahan bakar.
Seorang peneliti Indonesia, Mujizat Kawaroe, menemukan bahwa mikroalga yang
melimpah di laut mengandung senyawa dasar pembentuk bahan bakar, blue energy
yang sebenarnya. Mujizat menemukan bahwa dalam salah satu lipid mikroalga ini
ternyata terdapat hidrokarbon, senyawa dasar pembentuk bahan bakar. Kandungan
lipid dalam mikroalga diketahui 20 persen, namun dapat ditingkatkan menjadi 50
persen melalui rekayasa genetik.
Protista fotosintetik yang dapat dijadikan bahan bakar ini yaitu Chrysophyta
dan Chlorophyta. Cyanophyta atau ganggang hijau-biru yang merupakan anggota
kingdom Monera bersama bakteri pun dapat dijadikan sumber bahan bakar
bioenergi. Tetapi di sini hanya akan dibahas mengenai ganggang yang merupakan
protista.
Spesies yang memiliki potensi terbesar yaitu dari genus Chlorella dan
Dunaliella yang memiliki kandungan lemak tinggi, adaptif terhadap perubahan
lingkungan, dan cepat laju pertumbuhannya. Chlorella memiliki kandungan lemak

11
1422 persen dan karbohidrat 17 persen. Dunaliella memiliki kandungan lemak 6
persen dan karbohidrat 32 persen. Dalam penelitian lain diketahui bahwa minyak
mentah mikroalga (crude alga oil) ternyata mengandung isochrysis galbana 2035
persen dan nano-chloropsis oculata 3168 persen.
Proses pembuatan mikroalga tidaklah terlalu sulit. Langkah awal yang
dilakukan adalah identifikasi dan isolasi mikroalga, kemudian dilakukan
pengembangbiakan (kultivasi) selama 710 hari dan setelah itu dapat dilakukan
pemanenan. Selanjutnya, mikroalga disaring, dikeringkan, dan diekstraksi
menggunakan pelarut hexan atau diethyl ether untuk menghasilkan natan. Tahap
berikutnya dilakukan pemurnian dan esterifikasi untuk mengurai lemak menjadi
hidrokarbon. Dalam 1 ton air kultivasi dapat dipanen 1 liter natan, dari 1 liter ini
bisa dihasilkan 150 gram alga bioenergi atau jika digunakan untuk proses
pembuatan ekstrak akan didapat 22 mililiter minyak. Jika diproses lagi,hasil ekstrak
ini setara dengan 200 mililiter. Biaya yang dibutuhkan pun cukup murah, hanya
mulai dari 2.000 rupiah untuk menghasilkan 1 liter natan. Hasil penelitian yang
sangat menjanjikan bagi dunia perindustrian dan bisnis ini masih dikembangkan
lagi untuk dapat menghasilkan bioenergi yang benar-benar dapat digunakan secara
global.

Di Bidang Kesehatan
Dalam bidang kesehatan, protista fotosintetik telah dikenal memiliki
berbagai khasiat dan digunakan dalam pembuatan berbagai obat-obatan. Misalnya
Chlorella yang telah diketahui mengandung klorofil 23 persen dari beratnya,
protein 5560 persen, vitamin C, vitamin E, kalsium, kalium, dan magnesium serta
berkhasiat meningkatkan daya tahan tubuh, menurunkan tekanan darah tinggi,
memperbaiki pencernaan, mendorong pertumbuhan bakteri yang bermanfaat dalam
usus, menanggulangi sembelit, mencegah sakit maag, dan mencegah tumor. Ada
pula Porphyra tenerakijellum yang bermanfaat untuk suplemen kesehatan,
Laminaria digitalis dan Macrocystis pyrifera sebagai penghasil iodium untuk
mengobati penyakit gondok, Laminaria sp. sebagai bahan pembuatan pil, tablet
antibiotik, dan salep, Eucheuma spinosum, Gelidium, Gracillaria lichenoides,

12
Agardhiella sebagai obat pencahar (laksatif), dan Dunaliella sp. yang digunakan
sebagai sumber beta-karoten yang bermanfaat untuk mencegah berbagai kanker
termasuk kanker paru-paru. Kombu yang berasal dari Laminaria japonica memiliki
kandungan serat, zat besi, kalsium dan iodium yang cukup tinggi serta konon dapat
menurunkan tekanan darah tinggi dan mencegah diabetes melitus.

Di Bidang Lainnya
Di bidang pertanian, Laminaria sp. digunakan untuk pupuk pertanian.
Spirogyra dan Chara braunii dalam bidang sains digunakan sebagai bahan
percobaan fotosintesis, sedangkan beberapa ganggang merah seperti Eucheuma
spinosum dan Agardhiella digunakan sebagai dasar pembentukan gel untuk media
biakan mikrobiologis serta fase padat pada elektroforesis gel.
Dalam budidaya ternak, Laminaria lavaniea digunakan untuk makanan
ternak karena banyak mengandung kalium. Di California, Macrocystis pyrifera atau
kelp dipanen untuk memberi makan kerang abalone yang banyak dibudidayakan
masyarakat setempat. Di Indonesia sendiri ganggang jenis Gracilaria sp. yang
digunakan untuk memberi makan kerang abalone yang banyak dibudidayakan
masyarakat Nusa Tenggara Barat.
Dalam bidang ekonomi, ganggang memegang peranan yang cukup penting,
terutama bagi masyarakat pesisir dan negara-negara kepulauan yang memiliki
daerah laut lebih luas dibanding wilayah daratannya. Masyarakat yang demikian
banyak membudidayakan ganggang maupun memanfaatkannya untuk makanan
berbagai hewan budidaya mereka. Melihat sekian banyaknya manfaat ganggang di
bidang industri dan pangan, sekiranya cukuplah bukti dan alasan bagi kita untuk
mengatakan bahwa peranan ganggang cukup besar di bidang ekonomi.

13
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah :
1. Ganggang merupakan tumbuhan yang hidup di berbagai tempat. Misalnya; air
tawar, air laut, air sungai di dataran rendah dan pegunungan.
2. Bentuk-bentuk ganggang beraneka ragam di antaranya: bentuk filamen, bulatan,
lembaran, mangkok, sabuk, dan bentuk cakram.
3. Ganggang dibagi menjadi lima, yaitu ganggang biru, hijau, cokelat, keemasan,
dan ganggang merah.
4. Pengklasifikasian ganggang didasarkan atas zat pigmen yang terdapat pada
ganggang tersebut.
5. Manfaat dari panggang merah adalah banyak digunakan dalam pembuatan agar-
agar.
6. Manfaat dari ganggang keemasan adalah digunakan dalam pembuatan silikat.
7. Pigmen-pigmen yang terdapat pada masing-masing ganggang adalah :
a. Ganggang hijau : memiliki pigmen xantofil, klorofil, a dan klorofil b.
b. Ganggang cokelat : memiliki pigmen fukoxantin, klorofil a dan klorofil c.
c. Ganggang merah : memiliki fikosiani,fikoeritin, dan klorofil a dan klorofil b.
d. Ganggang keemasan : memiliki pigmen kuning,cokelat, dan klorofil a dan
klorofil c.
e. Ganggang hijau biru : memilki fikobilin, fikosianin, dan fikoeritin.

III.2. Saran
Penulis menyadari bahwa hasil makalah ini yang membahas tentang proses
pembuatan kecap belum lengkap dan masih jauh dari pengharapan, Hal ini
disebabkan karena keterbatasan ilmu dan literatur yang penulis miliki pada saat ini.
Penulis sangat mengharapkan kritikan terutama dari pembaca dan teman-teman.
Adanya kritikan yang membangun yang bisa melengkapi makalah ini di masa
mendatang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Campbel, dkk. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga.


Gembong, T.1994. Taksonomi Tumbuhan. Bhatara. Jakarta. Latifah, roimil. 2001.
Botani tumbuhan rendah. Malang. Umm.
Hasairin, Ashar. 2009. Taksonmomi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press.
http://www.mailarchive.com/agromania@yahoogroups.com/msg02540.html
Diakses tanggal 16 September 2017.
http://www.cs.cuc.edu/~tfucher/Phaeophyta.html. Diakses Tanggal 16 September
2017.

15

Anda mungkin juga menyukai