1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh pengamalan : Mempunyai dan meyakini satu agama dengan menjalankan perintah dan
menjauhi larangan sesuai dengan norma agama yang dianut.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa pada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Contoh pengamalan : Menjalankan perintah dan menjauhi larangan sesuai dengan norma agama
yang dianut serta tidak menganggu penganut agama yang lain.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh pengamalan : Menghormati dan mau bekerja sama meskipun dengan pemeluk agama lain.
Baca Juga : Sejarah Pembentukan Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
Contoh pengamalan : Kita wajib hidup rukun meskipun beda agama karena kita satu bangsa
Indonesia.
5. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.
Contoh pengamalan : Saling menghormati ketika terdapat pemeluk agama lain yang sedang
melaksanakan ibadah.
6. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan masalah yang menyangkut
hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh pengamalan : Setiap manusia bebas menganut agama yang sudah disahkan pemerintah.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
Contoh pengamalan : Tidak memaksakan sebuah agama kepada orang lain karena itu urusan dia
dengan Tuhannya.
8. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa.
Contoh pengamalan : Tidak boleh memperlakukan manusia secara sewenang - wenang / kurang
bermartabat karena semua manusia memiliki hak asasi yang sama
9. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-
bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, kedudukan sosial, jenis kelamin, warna kulit dan
sebagainya.
Contoh pengamalan : Menghargai perbedaan yang ada, Karena kita harus menyadari bahwa kita
hidup memang berbeda-beda baik dari suku, ras, maupun agama, jadi perbedaan itu memang ada.
16. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain
Contoh pengamalan : Manusia adalah mahkluk sosial. Sehingga manusia tidak dapat hidup
sendiri, perlu adanya saling membantu satu sama lain.
17. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
Contoh pengamalan : Sebagai bangsa Indonesia ketika saudara kita tertimpa musibah kita perlu
membantunya karena mereka masih satu bangsa dengan kita
18. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Contoh pengamalan : Bila di negara kita ada suatu masalah kita harus fokus menyelesaikan
masalah tersebut untuk kepentingan bersama / untuk kepentingan negara bukan
memanfaatkannya untuk kepentingan kelompok / golongan / pribadi.
19. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
Contoh pengamalan : Turut berjuang dan membela indonesia apabila negara Indonesia terancam
keamanannya.
24. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Contoh pengamalan : Turut mengampanyekan perdamaian dunia atau jika belum bisa, kita bisa
mulai dari yang terkecil seperti mematuhi peraturan yang sudah ada di lingkungan kita.
Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaran /
perwakilan
Lambang Sila 4 : Kepala Banteng
25. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak,
dan kewajiban yang sama.
Contoh pengamalan : Setiap manusia memiliki hak dan kewajiban sama memperoleh pendidikan.
29. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
Contoh pengamalan : Dalam bermusyawarah kita tidak boleh emosi karena kita wajib dalam
keadaan kepala dingin.
30. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai dalam melaksanakan pemusyawaratan.
Contoh pengamalan : Menyerahkan dan mempercayai secara penuh aspirasi kita terhadap wakil -
wakil terpilih untuk menjalankan tugasnya.
31. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
Contoh pengamalan : Kita perlu patuh, menerima dan hormat terhadap suatu keputusan yang
sudah disepakati dan mufakat.
32. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan.
Contoh pengamalan : Di dalam bermusyawarah perlu mengutumakan kepetingan bersama
dibanding kepentingan pribadi
33. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah.
Contoh pengamalan : Dalam menerima sebuah keputusan kita perlu ikhlas dalam menjalaninya.
34. Keputusan yang diambil harus bisa dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha
Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
Contoh pengamalan : Dalam pengesahan keputusan seharusnya keputusan tersebut sesuai dengan
norma pada Tuhan Yang Maha Esa serta tetap mempertahankan martabat
Baca Juga : Arti dan Makna Lambang dan Simbol Negara (Lengkap)
35. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
Contoh pengamalan : Wajib hukumnya saling menghormati terhadap sesama manusia untuk
tercapainya sikap kekeluargaan.
40. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
Contoh pengamalan : Memberi bantuan modal usaha tanpa bunga kepada tetangga sekitar yang
membutuhkan.
41. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
Contoh pengamalan : Jangan sampai dalam hidup kita membuat susah tetangga sekitar, misal
membangun pabrik industri tapi limbah dibuang sembarangan yang menjadikan rugi tetangga
sekitar kita.
42. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
Contoh pengamalan : Bersikaplah hemat, lebih baik sisihkan uang anda untuk orang yang lebih
membutuhkan.
43. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
Contoh pengamalan : Bersifat sewajarnya terhadap sesama, misal jangan sampai anda
memberatkan orang lain apalagi sampai jatuhnya pemerasan
44. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Contoh pengamalan : Melakukan kegiatan kegiatan membangun seperti gotong royong, kerja
baiti, bela negara dan lain sebagainya.
45. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Contoh pengamalan : Dalam hidup jangan mengklaim hak yang memang itu sudah dipantenkan
pemiliknya. Apabila memang mau digunakan untuk kepentingan kita ada baiknya ijin terlebih
dahulu.
Integritas berasal dari bahasa Latin integer; incorruptibility , firm adherence to a code of especially
moral a acristic values, yaitu , yang artinya sikap yang teguh mempertahankan prinsip, tidak mau
korupsi, dan menjadi dasar yang melekat pada diri sendiri sebagai nilai-nilai moral.
Integritas bukan hanya sekedar bicara, pemanis retorika, tetapi juga sebuah tindakan. Bila
kita menelusuri karakter yang dibutuhkan parah pemimpin saat ini dan selamanya mulai dari integritas,
kredibilitas dan segudang karakter muliah yang lainnya-pastilah akan bermuara pada pribadi agung
manusia pilihan al-mustofa Muhammad saw. Yang di utus untuk menyempurnakan karakter manusia
Integritas berarti mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki
potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran. Seseorang yang memiliki integritas
pribadi akan tampil penuh percaya diri, anggun, tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang sifatnya
hanya untuk kesenangan sesaat. Siswa yang memiliki integritas lebih berhasil ketika menjadi seorang
pemimpin, baik pemimpin formal maupun pemimpin nonformal.
Pengertian Integritas Adalah
Integritas adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-
nilai luhur dan keyakinan definisi lain dari integritas adalah suatu konsep yang menunjuk konsistensi
antara tindakan dengan nilai dan prinsip. Dalam etika, integritas diartikan sebagai kejujuran
dan kebenaran dari tindakan seseorang. Lawan dari integritas adalah hipocrisy (hipokrit atau munafik).
Seorang dikatakan “mempunyai integritas” apabila tindakannya sesuai dengan nilai, keyakinan, dan
prinsip yang dipegangnya (Wikipedia). Mudahnya, ciri seorang yang berintegritas ditandai oleh satunya
kata dan perbuatan bukan seorang yang kata-katanya tidak dapat dipegang. Seorang yang mempunyai
integritas bukan tipe manusia dengan banyak wajah dan penampilan yang disesuaikan dengan motif dan
kepentingan pribadinya.Integritas menjadi karakter kunci bagi seorang pemimpin. Seorang pemimpin
yang mempunyai integritas akan mendapatkan kepercayaan (trust) dari pegawainya. Pimpinan yang
berintegritas dipercayai karena apa yang menjadi ucapannya juga menjadi tindakannya.
Ciri-ciri Integritas
Orang yang tidak memakai kedok.
Orang yang bertindak sesuai dengan ucapan
Sama di depan dan dibelakang
Konsisten antara apa yang diimani dan kelakuannya
Konsisten antara nilai hidup yang dianut dan hidup yang dijalankan
Manfaat Integritas
Secara fisik kita akan merasa sehat dan bugar
Secara intelektual otak kita terlatih berpikir secara ilmiah
Secara emosional kita menjadi manusia yang termotivasi, mampu menyesuaikan diri terhadap
situasi apa pun
Secara spiritual kita mampu memaknai berbagai pengalaman kita, mampu melihat berbagai
fenomena kehidupan dalam perspektif yang lebih dalam, utuh dan menyeluruh
Secara sosial kita semakin mampu membangun hubungan kemanusiaan
LATAR BELAKANG
Dewasa ini banyak masyarakat Indonesia yang mengabaikan arti pentingnya Undang-Undang Dasar 1945
(UUD 1945) sebagai konstitusi di Indonesia. Bahkan bukan hanya mengabaikan, namun banyak juga
yang tidak mengetahui hakekat dan makna dari konstitusi tersebut.
Terlebih di era globalisasi ini masyarakat dituntut untuk mampu memilah-milah pengaruh positif dan
negatif dari globalisasi tersebut. Dengan pendidikan tentang konstitusi diharapkan masyarakat Indonesia
mampu mempelajari, memahami dan melaksanakan segala kegiatan kenegaraan berlandasakan konstitusi,
hingga tidak kehilangan jati dirinya, apalagi tercabut dari akar budaya bangsa dan keimanannya.
Konstitusi adalah salah satu norma hukum dibawah dasar negara. Dalam arti yang luas: konstitusi adalah
hukum tata negara, yaitu keseluruhan aturan dan ketentuan (hukum) yang menggambarkan sistem
ketatanegaraan suatu negara. Dalam arti tengah: konstitusi adalah hukum dasar, yaitu keseluruhan aturan
dasar, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dalam arti sempit: konstitusi adalah Undang-Undang
Dasar, yaitu satu atau beberapa dokumen yang memuat aturan-aturan yang bersifat pokok. Dengan
demikian, konstitusi bersumber dari dasar Negara. Isi norma tersebut bertujuan mencapai cita-cita yang
terkandung dalam dasar Negara.
Pernyataan-pernyataan tersebutlah yang membuat penulis mengangkat permasalahan ini ke dalam tema
makalah. yang penulis beri judul ‘Sejarah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 sebagai Konstitusi di Indonesia.’
KILAS BALIK
Sehari pasca kemerdekaan, yakni pada tanggal 18 Austustus 1945, UUD 1945 berhasil disahkan sebagai
konstitusi melalui Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI, Dokuritsu Junbi Inkai).
Sebagai negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat, etat de droit), tentu saja eksistensi UUD 1945
sebagai konstitusi di Indonesia mengalami sejarah yang panjang hingga akhirnya dapat diterima
(acceptable) sebagai landasan hukum (juridische gelding) bagi implementasi ketatanegaraan di Indonesia.
Dalam sejarahnya, UUD 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16 Juni 1945 oleh badan penyelidik
usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa jepang dikenal dengan
Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai yang beranggotakan 21 orang, diketuai Ir. Soekarno dan Drs. Moh, Hatta
sebagai wakil ketua dengan 19 orang anggota yang terdiri dari 11 orang wakil dari Jawa, 3 orang dari
Sumatra dan masing-masing 1 wakil dari Kalimantan, Maluku, dan Sunda kecil. Badan tersebut
(BPUPKI) ditetapkan berdasarkan maklumat gunseikan nomor 23 bersamaan dengan ulang tahun Tenno
Heika pada 29 April 1945.
Badan ini kemudian menetapkan tim khusus yang bertugas menyusun konstitusi bagi Indonesia merdeka,
yang kemudian dikenal dengan nama UUD’1945. Para tokoh perumus itu adalah antara lain Dr. Radjiman
Widiodiningrat, Ki Bagus Hadikoesoemo, Oto Iskandardinata, Pangeran Purboyo, Pangeran
Soerjohamidjojo, Soetarjo Kartohamidjojo, Prop. Dr. Mr. Soepomo, Abdul Kadir, Drs. Yap Tjwan Bing,
Dr. Mohammad Amir (Sumatra), Mr. Abdul Abbas (Sumatra), Dr. Ratulangi, Andi Pangerang (keduanya
dari Sulawesi), Mr. Latuharhary, Mr. Pudja (Bali), AH. Hamidan (Kalimantan), R.P. Soeroso, Abdul
Wachid hasyim dan Mr. Mohammad Hasan (Sumatra).
Latar belakang terbentuknya konstitusi (UUD’45) bermula dari janji Jepang untuk memberikan
kemerdekaan bagi bangsa Indonesia di kemudian hari. Janji tersebut antara lain berisi “sejak dari dahulu,
sebelum pecahnya peperangan asia timur raya, Dai Nippon sudah mulai berusaha membebaskan bangsa
Indonesia dari kekuasaan pemerintah hindia belanda. Tentara Dai Nippon serentak menggerakkan
angkatan perangnya, baik di darat, laut, maupun udara, untuk mengakhiri kekuasaan penjajahan Belanda”.
Sejak saat itu Dai Nippon Teikoku memandang bangsa Indonesia sebagai saudara muda serta
membimbing bangsa Indonesia dengan giat dan tulus ikhlas di semua bidang, sehingga diharapkan kelak
bangsa Indonesia siap untuk berdiri sendiri sebagai bangsa Asia Timur Raya. Namun janji hanyalah janji,
penjajah tetaplah penjajah yang selalu ingin lebih lama menindas dan menguras kekayaan bangsa
Indonesia. Setelah Jepang dipukul mundur oleh sekutu, Jepang tak lagi ingat akan janjinya. Setelah
menyerah tanpa syarat kepada sekutu, rakyat Indonesia lebih bebas dan leluasa untuk berbuat dan tidak
bergantung pada Jepang sampai saat kemerdekaan tiba.
Pasca kemerdekaan Republik Indonesia diraih, kebutuhan akan sebuah konstitusi tampak tak bisa lagi
ditawar-tawar dan harus segera diformulasikan, sehingga lengkaplah Indonesia menjadi sebuah negara
yang berdaulat, tatkala UUD 1945 berhasil diresmikan menjadi konstitusi oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI, Dokuritsu Junbi Inkai).
HAKEKAT DAN MAKNA PENGESAHAN UUD 1945
Keputusan rapat paripurna PPKI sejatinya sangat krusial lantaran Konvensi Montevideo (1933) tandas
menyebutkan syarat minimal eligibilitas untuk diakuinya sebuah negara disandarkan pada dua unsur.
Pertama, unsur deklaratif, yakni adanya pengakuan dari negara lain, dan kedua, unsur konstitutif, sebagai
anasir pokok yang meliputi adanya rakyat, wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat.
Pada 17 Agustus 1945, menurut fakta (ipso facto) kita memang menyatakan merdeka sebagai sebuah
negara. Namun terkait pemerintahan yang berdaulat, dan wilayah, secara yuridis (ipso jure) sesungguhnya
baru sah ‘dimiliki’ dan ‘diakui’ pada 18 Agustus 1945 melalui rapat paripurna PPKI yang menetapkan
Soekarno sebagai presiden dan Mohammad Hatta selaku wakil presiden, juga menetapkan UUD 1945
sebagai konstitusi Republik Indonesia.
Transfigurasi konstitusi dalam hal ini (casu quo) dapat dianggap merupakan piagam kelahiran bagi negara
baru (a birth certificate of new state), sehingga relasi (betrekking) konstitusi dengan negaranya amat erat
berkelindan, begitu inheren, dan menjadi sesuatu yang mutlak adanya (conditio sine qua non). Tidak ada
satupun negara di dunia ini yang tidak memiliki konstitusi. Bayangkan sebuah rumah tanpa fondasi.
Berdiri, namun tidaklah kokoh. Begitulah personifikasi fungsi konstitusi, ia menopang dan menjamin
tegak kokohnya rumah besar yang bernama negara.
Kemuliaan konstitusi itu pulalah yang menjadikannya sebagai basic law dan the higher law. Dalam
konstitusi terdapat pula cakupan pandangan hidup (way of life, weltanschauung) dan inspirasi bangsa
yang memilikinya. Dari dalil tersebut konstitusi kemudian dijadikan sebagai sumber hukum (source of
law, rechtsbron) yang utama, sehingga tidak boleh ada satupun peraturan perundang-undangan (wettelijk
regeling) yang bertentangan dengannya (in strijd zijn met de grondwet).
Kelahiran UUD 1945 pada puluhan tahun silam sesungguhnya merupakan klimaks perjuangan bangsa
Indonesia sekaligus sebagai karya agung dari para pendiri bangsa (the founding fathers and mothers).
Keistimewaan suatu konstitusi terdapat dari sifatnya yang sangat luhur dengan mencakup konsensus-
konsensus (toestemming) tentang prinsip-prinsip (principles, beginselen) esensial dalam bernegara.
Dengan demikian, maka konstitusi dapat dikatakan sebagai sebuah dokumen nasional (a national
document) bersifat mulia yang notabene adalah dokumen hukum dan politik (political and legal
document).
Tentang makna Konstitusi, Sri Soemantri menyebutnya sebagai dokumen formal yang berisi:
hendak dipimpin.
Materi substansinya antara lain adalah berupa pembagian dan pembatasan dari pada tugas ketatanegaraan
secara prinsipiil, susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental, termasuk juga jaminan
terhadap hak asasi manusia (human rights, mensenrechten) serta hak warga negara.
Ekspektasinya dimaksudkan agar Indonesia kelak menjadi negara yang damai, adil, dan makmur sejalan
dengan tujuan negara sebagaimana telah termaktub di dalam mukadimah atau pembukaan (preambule)
UUD 1945.
PROSES PERGANTIAN DAN PERUBAHAN
Dalam perjalanan sejarah, konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa kali pergantian baik nama,
subtansi materi yang dikandungnya maupun masa berlakunya, beserta perubahan-perubahannya yakni
dengan rincian sebagai berikut :
Eksplanasi tersebut menerangkan bahwa pembentukan konstitusi sangatlah penuh dengan perjuangan.
Perjalanan pencarian jati diri bangsa Indonesia berupa sejarah perubahan-perubahan konstitusi juga cukup
melelahkan.
Konstitusi memang merupakan tonggak atau awal terbentuknya suatu negara dan menjadi dasar utama
bagi penyelenggara negara. Oleh sebab itu, konstitusi menempati posisi penting dan strategis dalam
kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Konstitusi memberikan arahan kepada generasi penerus bangsa
dalam mengemudikan negara menuju tujuannya.
Dengan demikian, Konstitusi merupakan media bagi terciptanya kehidupan yang demokratis bagi seluruh
warga negara. Dengan kata lain, negara yang memilih demokrasi sebagai sistem ketatanegaraannya, maka
konstitusi merupakan aturan yang dapat menjamin terwujudnya demokrasi di negara tersebut sehingga
melahirkan kekuasaan atau pemerintahan yang demokratis pula. Kekuasaan yang demokratis dalam
menjalankan prinsip-prinsip demokrasi perlu dikawal oleh masyarakat sebagai pemegang kedaulatan.
Agar nilai-nilai demokrasi yang diperjuangkan tidak diselewengkan, maka partisipasi warga negara dalam
menyuarakan aspirasi perlu ditetapkan di dalam konstitusi untuk berpartisipasi dalam proses-proses
kehidupan bernegara.
Konstitusi sebagai aturan pokok bernegara (staatsgrundgesetz) niscaya haruslah mendapat pengawalan
agar tidak dijadikan sebagai wahana bagi para pihak yang ingin berkuasa.
Kata Baku Dan Tidak Baku – Pengertian, Ciri, Contoh, Kalimatnya, Artinya
Kata Baku Dan Tidak Baku – Pengertian, Ciri, Contoh, Kalimatnya, Artinya : Apa itu yang
dimaksud dengan kata baku dan tidak baku, mungkin semua orang sering sekali mendengar kata
baku, tapi tidak semua orang tahu definisi dari kata baku dan tidak baku.
Kata baku merupakan sebuah kata yang digunakan sudah sesuai dengan pedoman atau kaidah
bahasa yang sudah di tentukan, Atau kata baku adalah kata yang sudah benar dengan aturan
maupun ejaan kaidah bahasa Indonesia dan sumber utama dari bahasa baku yakni Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI). Kata baku umumnya sering dipakai pada kalimat yang resmi, baik itu
dalam suatu tulisan maupun dalam sebuah pengungkapan kata-kata.
Kata-kata baku yakni kata yang dipakai sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang sudah di
tentukan sebelumnya dan suatu kata bisa disebut dengan kata tidak baku bila kata yang dipakai
tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. ketidak bakuan suatu kata bukan hanya diakibatkan
oleh salah penulisan saja, akan tetapi dapat juga disebabkan oleh pengucapan yang salah dan
penyusunan suatu kalimat yang tidak benar. Biasanya kata tidak baku selalu muncul dalam
percakapan kita sehari-hari.
Ciri-Ciri Kata Baku
Misalnya seperti: objek, pasif, praktik, efektif, karena, foto, biosfer, bus, aktif, november,apotek,
negeri, teknik, daftar, nasihat dan lain-sebagainya.
Contoh Kalimatnya
Kata tidak baku merupakan kata yang dipakai tidak sesuai dengan pedoman atau kaidah bahasa
yang sudah ditentukan. Biasanya kata tidak baku sering dipakai pada saat percakapan sehari-hari
atau dalam bahasa tutur. Adapun faktor-faktor yang bisa mengakibatkan munculnya kata tidak
baku, yang diantaranya yaitu sebagai berikut ini:
Yang memakai bahasa tidak mengetahui bentuk penulisan dari kata yang dia maksud.
Yang memakai bahasa tidak memperbaiki kesalahan dari penggunaan suatu kata, itulah
yang mengakibatkan kata tidak baku selalu ada.
Yang memakai bahasa dapat terpengaruh oleh orang-orang yang terbiasa memakai kata
yang tidak baku.
Dan yang terakhir, yang mmemakai bahasa dapat terbiasa memakai kata tidak baku.
Contohnya seperti: praktek, pasip, apotik, efektip, karna, poto, biosfir, bis, obyek, nasehat, aktip,
negri, tekhnik, nopember dan llain sebagainya.
Contoh Kalimatnya