Anda di halaman 1dari 15

PRAKTIKUM II

A. Judul
Difusi dan Osmosis
B. Tujuan Praktikum
Mengamati proses terjadinya difusi dan osmosis
C. Dasar Teori
Ciri suatu sel hidup adalah memasukkan zat-zat yang diperlukan ke dalam
sel dan mengeluarkan zat-zat sisa yang tidak diperlukan ke luar sel. Dalam
keadaan istrahat pun sel tetap melakukan transportasi zat. Zat-zat makanan,
air, dan oksigen terus menerus masuk ke dalam sel. Sebaliknya, zat-zat sisa
metabolisme

harus terus-menerus dikeluarkan. Apabila tidak, zat-zat sisa

tersebut akan tertimbun dalam sel dan dapat mengganggu fungsi sel secara
keseluruhan. Transpor pada sel dapat dibedakan menjadi transpor pasif dan
transpor aktif. Transpor pasif tidak memerlukan energi sedangkan transpor
aktif memerlukan energi. Transpor pasif meliputi difusi dan osmosis (Alberts,
1994).
1. Difusi
Difusi berasal dari kata Diphus yang artinya menyebar. Difusi merupakan
peristiwa berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi
tinggi ke bagian berkonsentrasi rendah. Difusi adalah gerak menyebarnya
molekul dari daerah konsentrasi tinggi (hipertonik) ke konsentrasi rendah
(hipotonik). Molekul-molekul gas seperti oksigen dan karbon dioksida selalu
bergerak sepanjang waktu, demikian pula molekul-molekul cairan atau zat lain
seperti gula yang terlarut dalam air. Sebagai akibat dari gerakan ini, molekulmolekul itu akan tersebar merata mengisi ruang yang ada. Proses ini disebut
difusi. Difusi dapat terjadi karena gerak acak kontinue yang menjadi ciri khas
semua molekul yang tidak terikat dalam suatu zat padat. Tiap molekul
bergerak secara lurus sampai ia bertabrakan dengan molekul lainnya. Pada
setiap tabrakan molekul terpental dan melaju ke arah lain. Inilah yang
menyebabkan gerak acak dari molekul tersebut. Berbagai ion dan molekul1

molekul seperti glukosa, asam amino, asam lemak dan gliserol berdifusi lebih
lambat. Molekul-molekul yang tidak bermuatan dan molekul lemak yang
terlarut dapat bergerak melewati membran lebih cepat. Proses difusi gas,
cairan atau zat-zat terlarut terjadi dari daerah kerapatan tinggi menuju daerah
kerapatan rendah atau nol (mengandung sedikit molekul zat atau tidak ada),
sehingga kerapatannya menjadi sama di mana-mana (Kimball, 2000).
Kecepatan difusi zat melalui membran sel tidak hanya tergantung pada
gradien konsentrasi, tetapi juga besar muatan dan daya larut dalam lipid dari
partikel-partikel tersebut. Tidak semua jenis molekul dapat bergerak melalui
membran plasma dengan cara difusi. Molekul yang bersifat hidrofobik dapat
mudah bergerak melalui membran plasma karena larut dalam lemak pada
lapisan fosfolipid, sedangkan molekul-molekul yang lebih besar tidak dapat
bergerak melalui membran plasma. Molekul hidrofilik yang berukuran kecil
dapat dengan mudah berdifusi melalui membran plasma. Hal ini sesuai dengan
membran sel yang selektif permeabel (Bambang, 1988).
Molekul-molekul kecil seperti molekul H 2O, CO2 dan O2 dapat dengan
mudah dan cepat melalui membran, sehingga difusi cenderung untuk
mempersamakan kerapatan atau konsentrasi molekul-molekul di dalam dan di
luar sel sepanjang waktu. Misal pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 saat
pernafasan, penyebaran setetes tinta dalam air (Kimball, 2000).
Macam-macam difusi :
a) Difusi dipermudah dengan saluran protein
Substansi seperti asam amino, gula, dan substansi bermuatan tidak dapat
berdifusi melalui membran plasma. Substansi-substansi tersebut melewati
membran plasma melalui saluran yang dibentuk oleh protein. Protein yang
membentuk saluran yang dibentuk oleh protein. Protein yang membentuk
saluran ini merupakan protein integral (Hartanto, 2004).
b) Difusi dipermudah dengan protein pembawa

Proses difusi ini melibatkan protein yang membentuk suatu saluran dan
mengikat substansi yang ditransport. Protein ini disebut protein pembawa.
Protein pembawa biasanya mengangkut molekul polar, misalnya asam amino
dan glukosa (Hartanto, 2004).
Kecepatan difusi dipengaruhi oleh :
1) Jumlah zat yang tersedia
2) Kecepatan gerak kinetik
3) Jumlah celah pada membran sel
Faktor faktor yang mempengaruhi difusi sebagai berikut :
1) Suhu, semakin tinggi suhu maka difusi semakin cepat
2) Berat molekul, semakin berat molekulnya maka difusi makin lambat
3) Kelarutan dalam medium, semakin besar kelarutan dalam medium maka
difusinya semakin cepat
4) Perbedaan konsentrasi, semakin besar perbedaan konsentrasi antara dua
bagian, semakin besar proses difusi yang terjadi
5) Jarak tempat berlangsungnya difusi: semakin dekat jarak tempat terjadinya
difusi, maka semakin cepat proses difusi yang terjadi
6) Area tempat berlangsungnya difusi: semakin luas area difusi, semakin
cepat proses difusi
(Kimball, 2000)
2. Osmosis
Osmosis berasal dari kata os artinya lubang dan mos artinya pindah.
Osmosis adalah perpindahan air melalui membran semipermeabel selektif dan
bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih rikat. Membran semipermeabel
harus dapat ditembus oleh pelarut tapi tidak oleh zat terlarut, yang
mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan
fenomena alami, tapi tidak dihambat secara buatan dengan meningkatkan
tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat melebihi bagian dengan
konsentrasi yang lebih encer. Tekanan osmolik merupakan sifat koligatif, yang
berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut dan bukan pada
sifat zat terlarut itu sendiri. Dua faktor penting yang mepengaruhi osmosis
adalah :
a. Kadar air dan materi terlarut yang ada di dalam sel
b. Kadar air dan materi terlarut yang ada di luar sel

(Bambang, 1988)
Masuknya larutan ke dalam sel-sel endodermis merupakan contoh proses
osmosis. Dalam tubuh organisme multiseluler, air bergerak dari satu sel ke sel
lainnya dengan leluasa. Selain air, molekul-molekul yang berukuran kecil
seperti O2 dan CO2 juga mudah melewati membran sel. Proses osmosis akan
berhenti jika konsentrasi zat di kedua sisi membran-membran tersebut telah
mencapai kesetimbangan. Osmosis juga dapat terjadi dari sitoplasma ke
organel-organel bermembran. Osmosis dapat dicegah dengan menggunakan
tekanan (Hartanto, 2004).
Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara
buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat
menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit
luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran
permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat
sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif,
yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan
bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri. Pada umumnya, membran organisme
hidup bersifat semipermeabel yang artinya hanya molekul-molekul tertentu
saja yang dapat melewatinya. Cairan sel biasanya bersifat hipertonis dan
cairan di luar sel bersifat hipotonis, sehingga air akan mengalir dari luar ke
dalam sampai keduanya bersifat isotonis (Reksoatmojo, 1994)
.

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Gelas Beaker
b. Pipet tetes
c. Pengaduk
d. Stopwatch
2. Bahan
4

a.
b.
c.
d.
e.

Larutan NaCl 50%


Kristal CuSO4
Larutan Eosin
Aquadest
Tuber Solanum tuberosom

E. Prosedur Kerja
1. Difusi
Larutan Eosin

Mengisi 2 gelas beaker dengan aquadest


100 ml
Meneteskan 5 tetes larutan ke dalam
masing-masing gelas beaker yang berisi
aquadest
Mengamati perubahan warna merah dari
larutan yang tanpa pengadukan dan
satunya lagi dengan pengadukan
Mencatat waktu yang diperlukan dari
warna merah larutan

Kristal CuSO4

Mengisi 2 gelas beaker dengan aquadest


100 ml
Memasukkan kristal sebanyak 1 sendok
spatula ke dalam masing-masing gelas
beaker yang berisi aquadest

Mengamati perubahan warna biru dari


kristal tanpa pengadukan dan yang
dengan pengadukan

Mencatat waktu yang diperlukan dari


warna biru larutan

2. Osmosis
Solanum tuberosom
Solanum tuberosom
Mengambil tuber dan menusuk dengan
menggunakan stinles still, kemudian
memotongnya sepanjang 2 cm

Membilas irisan kentang dengan aquadest,


mengeringkan dan menimbangnya sebagai
berat awal

Memasukkan ke dalam larutan Aquadest


dan merendamnya selama 60 menit
Mengeluarkan irisan kentang dari gelas
beaker dan mengeringkannya

Mengukur panjang serta bobot basah irisan


kentang tersebut.

Solanum tuberosom

Mengambil tuber dan menusuk dengan


menggunakan stinles still, kemudian
memotongnya sepanjang 2 cm
Membilas irisan kentang dengan aquadest,
mengeringkan dan menimbangnya sebagai
berat awal

Memasukkan ke dalam larutan NaCl 50%


dan merendamnya selama 60 menit
Mengeluarkan irisan kentang dari gelas
beaker dan mengeringkannya

Mengukur panjang serta bobot basah irisan


kentang tersebut.

F. Hasil Pengamatan
Dalam praktikum ini kami mengamati larutan Eosin dan kristal CuSO4 untuk
difusi, dan Solanum tuberosum yang direndam pada aquadest dan NaCl untuk
osmosis.
1. Difusi

Tabel 1.1 Hasil pengamatan difusi


Waktu
Bahan

Gambar

Yang diaduk

Yang tdak
diaduk

Larutan Eosin

7, 25 detik

30 menit 58
detik

Kristal CuSO4

52, 28 detik

53 menit 3 detik

10

2. Osmosis

Tabel 1.2 Hasil pengamatan osmosis


Aquadest
P1

P2

B1

B2

2,3 2,2

cm

cm gr

Gambar

Larutan NaCl
P1

P2

B1

B2

2,4

1,8 2,3

1,8

gr

cm

cm gr

gr

Gambar

G. Pembahasan
Setelah mendapatkan hasil pengamatan di atas, kami menemukan hal-hal
sebagai berikut.
a) Difusi
Dalam praktikum kali ini, proses difusi dilakukan dengan menggunakan
aquadest dan larutan Eosin serta kristal CuSO4, dimana aquadest adalah zat
pelarut, dan larutan Eosin serta kristal CuSO4 adalah zat terlarut. Pada larutan
dengan kedua jenis bahan diperoleh bahwa apabila kita meneteskan larutan
Eosin atau meletakkan kristal CuSO4 ke dalam gelas yang berisi aquadest
tersebut, maka warna dari bahan tersebut akan menyebar dari tempat tetesan
awal (konsentrasi tinggi) ke seluruh air dalam gelas (konsentrasi rendah)
sampai terjadi keseimbangan. Namun, disini terjadi perbedaan waktu
homogenasi antara larutan yang diaduk dan larutan yang tidak di aduk.
Dimana larutan yang diaduk memiliki waktu yang lebih cepat untuk
berhomogenasi dibandingkan dengan larutan yang tidak di aduk atau
dibiarkan terhomogenasi dengan sendirinya. Hal ini dikarenakan adanya
pengadukan dapat mempercepat bercampurnya zat yang berkonsentrasi tinggi
dengan zat berkonsentrasi rendah sehingga keduanya hanya memerlukan
waktu sedikit agar terjadi keseimbangan konsentrasi atau dalam keadaan
11

isotonis. Selain itu, dari pengamatan ini terlihat bahwa difusi zat cair (larutan
Eosin) lebih cepat dibandingkan dengan difusi pada zat padat dalam hal ini
kristal CuSO4. Difusi zat cair (larutan Eosin) lebih cepat dibandingkan dengan
difusi zat padat (kristal CuSO4) disebabkan berat molekul zat cair lebih ringan
dibandingkan dengan berat molekul zat padat. Zat cair dikatakan memiliki
berat yang lebih ringan karena molekul-molekul zat cair dapat menyatu
dengan larutan disekitarnya lebih cepat dibanding zat padat. Sedangkan
molekul zat padat membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyatu
dengan larutan disekitarnya. Berat molekul merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi laju difusi. Zat cair yang memiliki berat molekul ringan lebih
cepat mengalami difusi dibandingkan dengan zat padat. Difusi sebenarnya
dapat dilalui oleh molekul besar ataupun kecil. Ukuran molekul hanya
mempengaruhi laju dari difusi tersebut. Semakin kecil ukuran molekul maka
semakin cepat laju difusi, sedangkan semakin besar ukuran molekul semakin
lambat laju difusi.
b) Osmosis
Dalam percobaan ini, potongan kentang yang direndam dengan aquadest
ukurannya akan menjadi lebih besar dari ukurannya yang semula dan lebih
berat dibandingkan dengan berat sebelum direndam di dalam aquadest. Hal ini
dikarenakan konsentrasi pelarut (aquadest) lebih besar dari pada konsentrasi
zat terlarut (potongan kentang), sehingga air masuk kedalam sel. Karena
adanya air yang masuk ke dalam sel, maka berat potongan kentang bertambah
dari semula.
Sedangkan pada potongan kentang yang direndam dengan larutan NaCl,
ukurannya akan menjadi lebih kecil dari volumenya yang semula serta
beratnya pun berkurang dari berat semula. Hal ini dikarenakan konsentrasi zat
pelarut lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi pelarut dalam sel.
Sehingga air yang ada di dalam sel akan keluar ke lingkungan diluar sel.
Peristiwa-peristiwa tersebut terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan di dalam sel dengan konsentrasi larutan di sekeliling sel atau di
lingkungan sekitar sel (konsentrasi pelarut dalam gelas). Jika sel tumbuhan

12

yang pada percobaan kali ini yang diwakili oleh kentang diletakkan di larutan
NaCl terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan tersebut akan kehilangan air
karena pada kondisi ini sel tumbuhan bersifat hipotonik terhadap larutan yang
menyebabkan air dalam sel tumbuhan tertarik ke lingkungan sekitar yang
konsentrasinya lebih tinggi. Sedangkan pada saat sel tumbuhan yang diwakili
oleh kentang diletakkan di aquadest yang sifatnya lebih hipotonik terhadap
cairan dalam sel dan cairan dalam sel bersifat lebih hipertonik dibandingkan
dengan aquadest yang berada di sekitar sel tersebut, menyebabkan cairan sel
menarik aquadest yang lebih hipotonik. Hal ini membuat sel tumbuhan
tersebut menjadi lebih besar dari keadaannya semula.
H. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas maka dapat disimpulkan proses difusi yaitu
dua molekul zat atau lebih yang memilki konsentrasi berbeda apabila
disatukan ( dikumpulkan ) maka zat yang konsentrasinya lebih tinggi akan
berpindah ke zat yang konsentrasinya lebih rendah. Pada difusi, zat yang
berwujud cair lebih cepat terdifusi dibanding zat yang berwujud padat, serta
pengadukan larutan dapat mempercepat terjadinya difusi dibandingkan dengan
tanpa pengadukan. Sedangkan peristiwa osmosis adalah perpindahan molekul
zat pelarut dari daerah yang berkonsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi
rendah. Pada osmosis, kentang yang direndam dengan aquadest ukurannya
akan menjadi lebih besar dari ukuran sebelumnya serta lebih berat dari berat
sebelum direndam pada aquadest. Dan kentang yang direndam dengan larutan
NaCl ukurannya akan menjadi kecil dari ukuran sebelumnya dan beratnya pun
menjadi lebih ringan dibanding dengan sebelum direndam larutan NaCl
tersebut.

13

I. Jawaban Tugas
1. a) Larutan Hipertonis adalah larutan yang konsentrasi zat terlarutnya
lebih tinggi dibandingkan larutan didalam sel. Hipertonis merupakan
istilah yang digunakan untuk menunjukan tingkatan kepekaan cairan
yang lebih tinggi dibandingkan cairan sekitarnya.
b) Larutan Hipotonis adalah larutan yang konsentrasi zat terlarutnya lebih
rendah dibandingkan dengan larutan dalam sel. Hipotonis merupakan
istilah yang digunakan untuk menyatakan tingkatan kepekaan cairan
yang lebih rendah daripada cairan disekitarnya.
c) Larutan Isotonis adalah larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut
sama dengan konsentrasi pelarut. Dalam artian,konsentrasi zat pada
larutan sama dengan cairan sel.
d) Impermeabel adalah sifat membran yang tidak dapat dilalui oleh suatu
zat. Dapat dikatakan bahwa membran impermeabel terhadap zat
tersebut.
e) Semipermeabel adalah sifat membran sel yang dapat dilewati oleh zatzat tertentu saja dan tidak dapat dilewati oleh zat lain.
f) Permeabel adalah sifat membran yang dapat dilewati oleh suatu zat.
Dapat dikatakan bahwa membran permeabel terhadap zat tersebut.
(Kimball, 2000)
2. Ya, karena jika diaduk tekanan lebih besar maka kecepatan difusinya pun
akan lebih cepat. Sehingga menyebabkan larutan Eosin dan Kristal
CuSO4.akan cepat larut atau menyatu dengan aquadest.
3. Faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya difusi pada sel hidup adalah
sebagai berikut:
a) Suhu, semakin tinggi suhu maka difusi semakin cepat.
b) Berat molekul, semakin berat molekulnya maka difusi makin lambat.
c) Kelarutan dalam medium, semakin besar kelarutan dalam medium
maka difusinya semakin cepat.
d) Perbedaan konsentrasi, semakin besar perbedaan konsentrasi antara
dua bagian, semakin besar proses difusi yang terjadi

14

e) Jarak tempat berlangsungnya difusi, semakin dekat jarak tempat


terjadinya difusi, maka semakin cepat proses difusi yang terjadi
f) Area tempat berlangsungnya difusi, semakin luas area difusi, semakin
cepat proses difusi
(Kimball, 2000)

15

Anda mungkin juga menyukai