Makalah
Disusun oleh
Nama : Nun N. Ui
NIM : 411416084
Kelas : D
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas “Kepribadian dan Profesionalisme
Guru”. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah Swt.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Penulis
1
Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan.................................................................................................1
Bab II Pembahasan................................................................................................3
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................14
Daftar Pustaka
2
Bab 1
Pendahuluan
1
3. Bagaimana peningkatan kinerja profesional guru?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kepribadian guru.
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan profesionalisme guru.
3. Untuk mengetahui peningkatan kineja profesional guru.
2
Bab 2
Pembahasan
3
environment.” (Kepribadian adalah integrasi dari semua karakteristik
individu ke dalam suatu kesatuan yang unik yang menentukan, dan yang
dimodifikasi oleh usaha-usahanya dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang berubah terus-menerus).
3. Adolf Heuken S.J. dkk. dalam bukunya yang berjudul Tantangan
Membina Kepribadian(1989), menyatakan sebagai berikut. “Kepribadian
adalah pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan
seseorang, baik yang jasmani, mental, rohani, emosional maupun yang
sosial. Semuanya ini telah ditata dalam caranya yang khas di bawah
beraneka pengaruh dari luar. Pola ini terwujud dalam tingkah lakunya,
dalam usahanya menjadi manusia sebagaimana dikehendakinya”.
4. Yinger, kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu
dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan
serangkaian instrument .
5. Prof. Dr. Zakiah Darajat (1980) mengatakan bahwa kepribadian yang
sesungguhnya adalah abstrak (ma‟nawi), sukar dilihat atau diketahui
secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya
dalam segala segi dan aspek kehidupan. Misalnya dalam tindakan, ucapan,
cara bergaul, berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan atau
masalah, baik yang ringan atau yang berat.
4
4. Kepribadian terwujud berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ingin
dicapai oleh individu.
.
Kepribadian guru adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari
unsur fisik dan psikis. Dalam makna yang demikian, seluruh sikap dan
perbuatan seorang guru merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang
itu, asal dilakukan dengan secara sadar. Perbuatan yang baik sering
dikatakan bahwa orang tersebut memiliki kepribadian yang baik atau
berakhlak mulia. Sebaliknya bila seseorang melakukan perbuatan yang tidak
baik menurut pandangan masyarakat, maka orang tersebut dikatakan tidak
memiliki kepribadian yang baik, atau mempunyai akhlak yang tidak mulia.
Menurut Djamarah (2000: 39-40) Setiap guru mempunyai pribadi
masing-masing sesuai dengan ciri-ciri yang miliki. Kepribadian sebenarnya
adalah suatu yang abstrak, hanya dapat dilihat lewat penampilan, tindakan,
ucapan, cara berpakaian, dan cara menghadapi setiap persoalan. Guru
merupakan sumber pengetahuan utama bagi murid-muridnya, namun pada
umumnya orang tidak memandang guru sebagai orang yang pandai yang
mempunyai intelegensi yang tinggi. Orang yang berintelegensi tinggi akan
menjadi dokter atau insinyur dan tidak menjadi guru, walaupun dalam
kenyataaan terbukti bahwa guru yang beralih jabatannya dapat melakukan
tugasnya dengan baik sebagai profesi lainnya.
Secara garis besar dapat ditarik kesimpulan bahwa kepribadian adalah
segala tingkah laku individu yang terhimpun dalam dirinya, digunakan
untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik yang
datang dari luar dirinya (eksternal) maupun dari dalam dirinya sendiri
(internal) sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan
fungsional yang khas bagi individu itu.
Kepribadian akan menentukan apakah guru menjadi pendidik dan
pembina yang baikataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi
masa depan anak didik, terutama bagi anak didik yang masih kecil (murid
5
SD) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat
remaja).
Menurut Nurpuadi, ada dua kepribadian guru, yaitu guru yang
berkepribadian negatif dan guru yang berkepribadian positif. Guru yang
berkepribadian negatif adalah guru yang berpikir, bergerak, dan hidup dalam
atmosfer keraguan, ketakutan, kemiskinan, dan kesehatan yang buruk.
Ekspetasi guru yang memiliki kepribadian negatif ini adalah kegagalan,
kekecewaan, penyesalan, keraguan, dan penyakit fisik. Guru dengan
kepribadian yang negatif jangankan memotivasi murid-muridnya untuk
maju dan berkembang, memotivasi dirinya sendiri saja sudah susah. Segala
persoalan yang hadir dalam hidupnya selalu ditanggapi dengan prasangka
buruk. Ketakutan dan keraguan yang ada dalam dirinya membuatnya
menjadi tidak kreatif mencari solusi pemecahan masalah.
Adapun guru yang berkepribadian positif yaitu guru yang berpikir,
bergerak, dan hidup dalam suasana yang dinamis, optimis, saling
menguatkan, kesehatan yang prima, persahabatan, visi yang kreatif, dan
pengabdian kepada orang lain. Guru yang semacam inilah yang patut ditiru
dan digugu, dia dapat menularkan energi yang positif kepada murid-
muridnya. Dia pandai menciptakan suasana yang dinamis yang akan
membuat murid-muridnya tidak cepat bosan dalam belajar dan berada di
sekolah. Dia adalah guru yang selalu up to date, selalu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi/informasi. Sehingga apa
yang disampaikan di kelas senantiasa berkesan bagi murid-muridnya, serta
dapat merangsang kreatifitas dan imajinasi murid-muridnya.
Kepribadian yang harus dimiliki oleh guru antara lain sebagai berikut:
1. Guru sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berkewajiban
untuk meningkatkan iman dan ketakwaannya kepada Tuhan, sejalan
dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya. Dalam hal ini guru
harus beragama dan taat dalam menjalankan ibadahnya.
2. Guru memiliki kelebihan dibandingkan yang lain. Oleh karena itu perlu
dikembangkan rasa percaya pada diri sendiri dan tanggung jawab bahwa
ia memiliki potensi yang besar dalam bidang keguruan dan mampu
untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinya.
6
3. Guru senantiasa berhadapan dengan komunitas yang berbeda dan
beragam keunikan dari peserta didik dan masyarakatnya maka guru
perlu untuk mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam
menyikapi perbedaan yang ditemuinya dalam berinteraksi dengan
peserta didik maupun masyarakat.
4. Guru diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam menumbuh
kembangkan budaya berpikir kritis di masyarakat, saling menerima
dalam perbedaan pendapat dan menyikapinya untuk mencapai tujuan
bersama maka dituntut seorang guru untuk bersikap demokratis dalam
menyampaikan dan menerima gagasan-gagasan mengenai permasalahan
yang ada di sekitarnya sehingga guru menjadi terbuka dan tidak
menutup diri dari hal-hal yang berbeda di luar dirinya.
5. Guru diharapkan dapat sabar dalam arti tekun dan ulet melaksanakan
proses pendidikan karena hasil pendidikan tidak langsung dapat
dirasakan saat itu tetapi membutuhkan proses yang panjang.
6. Guru mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan pembaharuan, baik
dalam bidang profesinya, maupun dalam spesialisasinya.
7. Guru mampu menghayati tujuan-tujuan pendidikan baik secara nasional,
kelembagaan, krikuler sampai tujuan mata pelajaran yang dimilikinya.
8. Guru sebaiknya memiliki hubungan manusiawi yaitu kemampuan guru
untuk dapat berhubungan dengan orang lain atas dasar saling
menghormati antara satu dengan yang lainnya.
9. Memiliki kemampuan untuk memahami berbagai aspek dirinya baik
positif maupun negatif. Kepribadian yang efektif akan terwujud apabila
seorang telah mampu memahami identitas dirinya, siapakah dirinya,
mengapa ia memilih guru sebagai jabatannya dan kelebihan serta
kekurangan apa saja yang terdapat pada dirinya.
7
secara formal (pemerintah/badan yang berwenang untuk itu), maupun
informal (masyarakat luas/pengguna jasa profesi).
8
berkualitas, berkompeten, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan
prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar siswa yang
nantinya akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik.
Jadi pada dasarnya profesionalisme itu merupakan motivasi intrinsik
pada diri seorang guru sebagai pendorong untuk mengembangkan dirinya
kearah perwujudan profesional. Dalam konteks guru, makna
profesionalisme sangat penting, karena profesionalisme akan melahirkan
sikap terbaik seorang guru dalam melayani kebutuhan pendidikan peserta
didik, sehingga nantinya akan bermanfaat bagi siswanya, orang tua siswa,
masyarakat lainnya, dan institusi pendidikan yang bersangkutan.
9
bagi guru-guru SLTP dan Strata I (sarjana) bagi guru-guru SLTA. Meskipun
demikian penyetaraan ini tidak bermakna banyak, kalau guru tersebut secara
entropi kurang memiliki daya untuk melakukan perubahan. Selain
diadakannya penyetaraan guru-guru, upaya lain yang dilakukan pemerintah
adalah program sertifikasi.
Selain sertifikasi upaya lain yang telah dilakukan di Indonesia
untuk meningkatkan profesionalitas guru, misalnya PKG (Pusat Kegiatan
Guru, dan KKG (Kelompok Kerja Guru) yang memungkinkan para guru
untuk berbagi pengalaman dalam memecahkan masalah-masalah yang
mereka hadapi dalam kegiatan mengajarnya (Supriadi, 1998).
Peningkatan profesionalisme guru sebenarnya ditentukan oleh
seorang guru itu sendiri. Apakah seorang guru tesebut ingin menjadi seorang
guru yang profesional atau tidak. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
seorang guru jika ingin meningkatkan keprofesionalisme, yaitu:
1. Memahami Standart Tuntutan Profesi Yang Ada. Upaya memahami
tuntutan standar profesi yang ada di Indonesia dan yang berlaku di
dunia harus ditempatkan sebagai prioritas utama jika guru kita ingin
meningkatkan Profesionalismenya. Sebab, persaingan global sekarang
memungkinkan adanya mobilitas guru secara lintas negara, sebagai
profesional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan
profesi secara global dan tuntutan masyarakat yang menghendaki
pelayanan yang lebih baik. Cara satu-satunya untuk memenuhi standar
profesi ini adalah dengan belajar secara terus menerus sepanjang hayat,
dengan membuka diri yakni mau mau mendengar dan melihat
perkembangan baru di bidangnya.
2. Mencapai Kualifikasi Dan Kompetensi Yang Dipersyaratkan. Upaya
mencapai kualifikasi dan kompetensi yang di persyaratkan juga tidak
kalah pentingnya bagi guru. Dengan dipenuhinya kualifikasi dan
kompetensi yang memadai maka guru memiliki posisi tawar yang kuat
dan memenuhi syarat yang dibutuhkan. Peningkatan kualitas dan
10
kompetensi ini dapat ditempuh melului training, seminar, dan berbagai
upaya lain untuk memperoleh sertifikasi.
3. Membangun kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi
profesi. Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas
dapat dilakukan guru dengan membina jaringan kerja. Guru harus
berusaha mengetahui apa yang telah dilkukan oleh sejawatnya yang
sukses. Sehingga bisa belajar untuk mencapai sukses yang sama atau
bahkan bisa lebih baik lagi. Melalui jaringan kerja inilah guru dapat
memperoleh akses terhadap inovasi-inovasi di bidang profesinya.
Dalam hal ini juga dapat di bina melalui jaringan kerja yang luas
dengan menggunakan tekhnologi komunikasi dan informasi, misal
melalui korespondensi dan mungkin melalui internet. Apabila hal ini
dilakukan secara intensif akan dapat diperoleh kiat-kiat menjalankan
profesi dari sejawat guru di Indonesia bahkan dunia.
4. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan
pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen. Upaya membangun etos
kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi
kepada konstituen merupakan suatu keharusan di zaman sekarang.
Semua bidang dituntut untuk memberikan pelayanan prima. Guru pun
harus memberikan pelayanan prima kepada konstituenya yaitu siswa,
Orang tua dan sekolah. Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah
termasuk pelayanan publik yang di danai, di adakan dikontrol oleh dan
untuk kepentingan publik. Oleh karena itu guru harus mempertanggung
jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik.
5. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam
pemanfaatan tekhnologi komunikasi dan inmormasi mutkhir agar
senantiasa tidak keinggalan dalam kemampuannya menggelola
pembelajaran. Satu hal lagi yang dapat diupayakan ntuk peningkatan
profesionalisme guru adalah melalui adopsi inovasi atau pengembangan
kreatifitas dalam pemanfaatan tekhnologi komunikasi dan informasi
mutakhir. Guru dapat memanfaatkan media presentasi komputer dan
juga pendekatan-pendekatan baru bidang tekhnologi pendidikan.
11
Upaya-upaya guru untuk meningkatkan profesionalismenya tersebut
pada akhirnya memerlukan adanya dukungan dari semua pihak yang
terkait agar benar-benar terwujud. Pihak-pihak yang harus memberikan
dukunganya tersebut adalah organisasi profesi seperti PGRI, pemerintah
dan juga masyarakat.
12
Bab 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
13
3. Membangun kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi
profesi.
4. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan
pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen
5. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam
pemanfaatan tekhnologi komunikasi dan inmormasi mutkhir agar
senantiasa tidak keinggalan dalam kemampuannya menggelola
pembelajaran.
14
Daftar Pustaka
Alma, Buchari dkk. 2010. Guru Profesional; Menguasai Metode dan Terampil
Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Supriadi, Dedi. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta : Adicita
Karya Nusa