Anda di halaman 1dari 18

Kepribadian dan Profesionalisme Guru

Makalah

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan Pengajaran


Matematika yang diampu oleh Dr. ARFAN ARSYAD, M.Pd

Disusun oleh

Nama : Nun N. Ui
NIM : 411416084
Kelas : D

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEPTEMBER 2018
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas “Kepribadian dan Profesionalisme
Guru”. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah Swt.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan


baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Gorontalo, 05 September 2018

Penulis

1
Daftar Isi

Kata Pengantar.......................................................................................................i

Daftar Isi................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan.................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2

Bab II Pembahasan................................................................................................3

2.1 Pengertian Kepribadian Guru.........................................................................3


2.2 Profesionalisme Guru.....................................................................................7
2.3 Peningkatan Kinerja Profesional Guru...........................................................10

Bab III Penutup......................................................................................................14

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................14

Daftar Pustaka

2
Bab 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Era globalisasi memberikan dampak positif sekaligus negatif bagi
dunia pendidikan. Salah satu dampak negatif dari arus globalisasi adalah
terkikisnya nilai-nilai moral bangsa karena pengaruh budaya asing yang
kadang kurang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia. Bangsa yang
menginginkan warga negara cerdas, beriman, bertaqwa perlu
memperhatikan pendidikan anak.
Kenyataan yang terjadi saat ini, perhatian pada pendidikan ini belum
sesuai yang diharapkan terutama pada segi penyiapan calon-calon guru.
Bagi anak usia Sekolah Dasar, guru merupakan sosok teladan. Anak belajar
melalui peniruan, melalui kegiatan meniru atau menyamakan dirinya dengan
orang tua dan orang dewasa yang ada di sekitarnya. Termasuk didalamnya
adalah meniru apa yang dilakukan oleh guru. Namun demikian, pengaruh
perkembangan jaman menjadikan sikap dan kepribadian guru kadang
kurang dapat dijadikan contoh dan teladan bagi peserta didik.
Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar,
memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. kepribadian adalah
sesuatu yang abstark, tidak dapat dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui
lewat penampilan, tindakan, dan ucapan ketika menghadapi suau persoalan.
Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis.
Sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang
merupakan cerminan dari kepribadian seseorang, selama hal tersebut
dilakukan dengan penuh kesadaran. Setiap perkataan, tindaka, dan tingkah
laku yang psoitif akan meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang .
karenanya kepribadian akan menentukan apakah seorang guru dapat disebut
sebagai guru yang baik atau sebaliknya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari kepribadian guru?
2. Apa yang dimaksud dengan profesionalisme guru?

1
3. Bagaimana peningkatan kinerja profesional guru?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kepribadian guru.
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan profesionalisme guru.
3. Untuk mengetahui peningkatan kineja profesional guru.

2
Bab 2
Pembahasan

2.1 Pengertian Kepribadian Guru

Menurut asal katanya, kepribadian atau personality berasal dari bahasa


Latin personare, yang berarti mengeluarkan suara (to sound through). Istilah ini
digunakan untuk menunjukkan suara dari percakapan seorang pemain sandiwara
melalui topeng (masker) yang dipakainya. Pada mulanya istilah personality berarti
topeng yang dipakai oleh pemain sandiwara, di mana suara pemain sandiwara itu
diproyeksikan. Kemudian kata persona itu berarti pemain sandiwara itu sendiri.
Pengertian Kepribadian menurut para Ahli dalam Purwanto (2004:156)
berbeda-beda, sesuai dengan sudut pandang ahli yang bersangkutan. Banyak ahli
yang telah merumuskan definisi kepribadian berdasarkan paradigma yang mereka
yakini dan fokus analisis dari teori yang mereka kembangkan. Dengan demikian
akan dijumpai banyak variasi pengertian kepribadian sebanyak ahli yang
merumuskannya. Berikut ini dikemukakan beberapa ahli yang definisinya dapat
dipakai acuan dalam mempelajari kepribadian.
1. Gordon W. Allport Pada mulanya Allport mendefinisikan kepribadian
sebagai “What a man really is.” Tetapi definisi tersebut oleh Allport
dipandang tidak memadai lalu dia merevisi definisi tersebut. Definisi yang
kemudian dirumuskan oleh Allport adalah: “Personality is the dynamic
organization within the individual of those psychophysical systems that
determine his unique adjustments to his environment”. Pendapat Allport di
atas bila diterjemahkan menjadi: Kepribadian adalah organisasi dinamis
dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang
khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
2. Krech dan Richard S. Crutchfield (1969) dalam bukunya yang berjudul
Elements of Psychology merumuskan definsi kepribadian sebagai
berikut :“Personality is the integration of all of an individual’s
characteristics into a unique organization that determines, and is
modified by his attemps at adaption to his continually changing

3
environment.” (Kepribadian adalah integrasi dari semua karakteristik
individu ke dalam suatu kesatuan yang unik yang menentukan, dan yang
dimodifikasi oleh usaha-usahanya dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang berubah terus-menerus).
3. Adolf Heuken S.J. dkk. dalam bukunya yang berjudul Tantangan
Membina Kepribadian(1989), menyatakan sebagai berikut. “Kepribadian
adalah pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan
seseorang, baik yang jasmani, mental, rohani, emosional maupun yang
sosial. Semuanya ini telah ditata dalam caranya yang khas di bawah
beraneka pengaruh dari luar. Pola ini terwujud dalam tingkah lakunya,
dalam usahanya menjadi manusia sebagaimana dikehendakinya”.
4. Yinger, kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu
dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan
serangkaian instrument .
5. Prof. Dr. Zakiah Darajat (1980) mengatakan bahwa kepribadian yang
sesungguhnya adalah abstrak (ma‟nawi), sukar dilihat atau diketahui
secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya
dalam segala segi dan aspek kehidupan. Misalnya dalam tindakan, ucapan,
cara bergaul, berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan atau
masalah, baik yang ringan atau yang berat.

Berdasarkan pengertian kepribadian menurut para ahli di atas dapat


disimpulkan pokok-pokok pengertian kepribadian sebagai berikut:
1. Kepribadian merupakan kesatuan yang kompleks, yang terdiri dari
aspek psikis, seperti: inteligensi, sifat, sikap, minat, cita-cita, dst. serta
aspek fisik, seperti : bentuk tubuh, kesehatan jasmani, dst.
2. Kesatuan dari kedua aspek tersebut berinteraksi dengan lingkungannya
yang mengalami perubahan secara terus-menerus, dan terwujudlah pola
tingkah laku yang khas atau unik.
3. Kepribadian bersifat dinamis, artinya selalu mengalami perubahan,
tetapi dalam perubahan tersebut terdapat pola-pola yang bersifat tetap.

4
4. Kepribadian terwujud berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ingin
dicapai oleh individu.
.
Kepribadian guru adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari
unsur fisik dan psikis. Dalam makna yang demikian, seluruh sikap dan
perbuatan seorang guru merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang
itu, asal dilakukan dengan secara sadar. Perbuatan yang baik sering
dikatakan bahwa orang tersebut memiliki kepribadian yang baik atau
berakhlak mulia. Sebaliknya bila seseorang melakukan perbuatan yang tidak
baik menurut pandangan masyarakat, maka orang tersebut dikatakan tidak
memiliki kepribadian yang baik, atau mempunyai akhlak yang tidak mulia.
Menurut Djamarah (2000: 39-40) Setiap guru mempunyai pribadi
masing-masing sesuai dengan ciri-ciri yang miliki. Kepribadian sebenarnya
adalah suatu yang abstrak, hanya dapat dilihat lewat penampilan, tindakan,
ucapan, cara berpakaian, dan cara menghadapi setiap persoalan. Guru
merupakan sumber pengetahuan utama bagi murid-muridnya, namun pada
umumnya orang tidak memandang guru sebagai orang yang pandai yang
mempunyai intelegensi yang tinggi. Orang yang berintelegensi tinggi akan
menjadi dokter atau insinyur dan tidak menjadi guru, walaupun dalam
kenyataaan terbukti bahwa guru yang beralih jabatannya dapat melakukan
tugasnya dengan baik sebagai profesi lainnya.
Secara garis besar dapat ditarik kesimpulan bahwa kepribadian adalah
segala tingkah laku individu yang terhimpun dalam dirinya, digunakan
untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik yang
datang dari luar dirinya (eksternal) maupun dari dalam dirinya sendiri
(internal) sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan
fungsional yang khas bagi individu itu.
Kepribadian akan menentukan apakah guru menjadi pendidik dan
pembina yang baikataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi
masa depan anak didik, terutama bagi anak didik yang masih kecil (murid

5
SD) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat
remaja).
Menurut Nurpuadi, ada dua kepribadian guru, yaitu guru yang
berkepribadian negatif dan guru yang berkepribadian positif. Guru yang
berkepribadian negatif adalah guru yang berpikir, bergerak, dan hidup dalam
atmosfer keraguan, ketakutan, kemiskinan, dan kesehatan yang buruk.
Ekspetasi guru yang memiliki kepribadian negatif ini adalah kegagalan,
kekecewaan, penyesalan, keraguan, dan penyakit fisik. Guru dengan
kepribadian yang negatif jangankan memotivasi murid-muridnya untuk
maju dan berkembang, memotivasi dirinya sendiri saja sudah susah. Segala
persoalan yang hadir dalam hidupnya selalu ditanggapi dengan prasangka
buruk. Ketakutan dan keraguan yang ada dalam dirinya membuatnya
menjadi tidak kreatif mencari solusi pemecahan masalah.
Adapun guru yang berkepribadian positif yaitu guru yang berpikir,
bergerak, dan hidup dalam suasana yang dinamis, optimis, saling
menguatkan, kesehatan yang prima, persahabatan, visi yang kreatif, dan
pengabdian kepada orang lain. Guru yang semacam inilah yang patut ditiru
dan digugu, dia dapat menularkan energi yang positif kepada murid-
muridnya. Dia pandai menciptakan suasana yang dinamis yang akan
membuat murid-muridnya tidak cepat bosan dalam belajar dan berada di
sekolah. Dia adalah guru yang selalu up to date, selalu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi/informasi. Sehingga apa
yang disampaikan di kelas senantiasa berkesan bagi murid-muridnya, serta
dapat merangsang kreatifitas dan imajinasi murid-muridnya.
Kepribadian yang harus dimiliki oleh guru antara lain sebagai berikut:
1. Guru sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berkewajiban
untuk meningkatkan iman dan ketakwaannya kepada Tuhan, sejalan
dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya. Dalam hal ini guru
harus beragama dan taat dalam menjalankan ibadahnya.
2. Guru memiliki kelebihan dibandingkan yang lain. Oleh karena itu perlu
dikembangkan rasa percaya pada diri sendiri dan tanggung jawab bahwa
ia memiliki potensi yang besar dalam bidang keguruan dan mampu
untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinya.

6
3. Guru senantiasa berhadapan dengan komunitas yang berbeda dan
beragam keunikan dari peserta didik dan masyarakatnya maka guru
perlu untuk mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam
menyikapi perbedaan yang ditemuinya dalam berinteraksi dengan
peserta didik maupun masyarakat.
4. Guru diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam menumbuh
kembangkan budaya berpikir kritis di masyarakat, saling menerima
dalam perbedaan pendapat dan menyikapinya untuk mencapai tujuan
bersama maka dituntut seorang guru untuk bersikap demokratis dalam
menyampaikan dan menerima gagasan-gagasan mengenai permasalahan
yang ada di sekitarnya sehingga guru menjadi terbuka dan tidak
menutup diri dari hal-hal yang berbeda di luar dirinya.
5. Guru diharapkan dapat sabar dalam arti tekun dan ulet melaksanakan
proses pendidikan karena hasil pendidikan tidak langsung dapat
dirasakan saat itu tetapi membutuhkan proses yang panjang.
6. Guru mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan pembaharuan, baik
dalam bidang profesinya, maupun dalam spesialisasinya.
7. Guru mampu menghayati tujuan-tujuan pendidikan baik secara nasional,
kelembagaan, krikuler sampai tujuan mata pelajaran yang dimilikinya.
8. Guru sebaiknya memiliki hubungan manusiawi yaitu kemampuan guru
untuk dapat berhubungan dengan orang lain atas dasar saling
menghormati antara satu dengan yang lainnya.
9. Memiliki kemampuan untuk memahami berbagai aspek dirinya baik
positif maupun negatif. Kepribadian yang efektif akan terwujud apabila
seorang telah mampu memahami identitas dirinya, siapakah dirinya,
mengapa ia memilih guru sebagai jabatannya dan kelebihan serta
kekurangan apa saja yang terdapat pada dirinya.

2.2 Profesionalisme Guru


Profesionalisme berasal dari kata profesional yang mengacu kepada
orang yang menyandang suatu profesi atau sebutan tentang penampilan
seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya.
Dikatakan profesional adalah apabila dia telah mendapat pengakuan, baik

7
secara formal (pemerintah/badan yang berwenang untuk itu), maupun
informal (masyarakat luas/pengguna jasa profesi).

Profesionalisme adalah proses yang bergerak dari ketidak tahuan


menjadi tahu, dari ketidak matangan menjadi matang. Sementara yang
lainnya mengatakan bahwa profesionalisme apabila seseorang bekerja
secara profesional yaitu bila mana orang tersebut memiliki kemampuan dan
motivasi. Jadi seorang guru dikatakan profesional apabila guru tersebut
memiliki kemampuan yang tinggi dan motivasi kerja yang tinggi juga.
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang
pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga
diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan
pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan
akademis yang intensif. Jadi, profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan
yang menuntut keahlian tertentu.
Profesionalisme guru merupakan sebutan yang mengacu kepada sikap
mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi (guru) untuk
senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Seorang
guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi akan tercermin dalam sikap
mental serta komitmennya terhadap perwujudan dan peningkatan kualitas
profesional melalui berbagai cara dan strategi.Ia akan selalu
mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman,
sehingga keberadaannya senantiasa memberi makna profesional.

Rice dan Bishoprik (dalam Ibrahim Bapadal : 2004) mengatakan


bahwa setiap guru diharapkan memiliki jiwa profesionalisme, yaitu sikap
mnetal yang mendorong dirinya untuk mewujudkan dirinya sebagai petugas
profesional.
Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, dan
kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan
pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata
pencaharian. Adapun guru yang profesional itu sendiri adalah guru yang

8
berkualitas, berkompeten, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan
prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar siswa yang
nantinya akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik.
Jadi pada dasarnya profesionalisme itu merupakan motivasi intrinsik
pada diri seorang guru sebagai pendorong untuk mengembangkan dirinya
kearah perwujudan profesional. Dalam konteks guru, makna
profesionalisme sangat penting, karena profesionalisme akan melahirkan
sikap terbaik seorang guru dalam melayani kebutuhan pendidikan peserta
didik, sehingga nantinya akan bermanfaat bagi siswanya, orang tua siswa,
masyarakat lainnya, dan institusi pendidikan yang bersangkutan.

2.3 Peningkatan Kinerja Profesionalisme Guru


Guru yang profesional adalah guru yang menguasai karakteristik
bahan ajar dan karakteristik pesreta didik. Karakteristik bahan ajar meliputi
konsep, prinsip, teori yang terdapat dalam bahan ajar. Karakteristik peserta
didik meliputi potensi, sikap, minat, akhlak mulia, dan personaliti peserta
didik. Penguasaan karakteristik bahan ajar dan peserta didik diperlukan
untuk menentukan metode dan strategi pembelajaran. Selain itu karakteristik
guru sebagai pendidik harus dapat menyesuaikan dengan bahan ajar dan
peserta didik. Guru harus memahami bagaimana peserta didik belajar dan
mampu meningkatkan minat pada mata pelajaran dan meningkatkan
motivasi belajar. Peserta didik juga belajar akhlak mulia melalui
pengamatan terhadap prilaku guru ketika melaksanakan proses
pembelajaran di kelas dan ketika di luar kelas di sekolah.
Didalam upaya peningkatan profesionalitas guru oleh pemerintah
lembaga-lembaga pendidikan, dan guru itu, harus sikron antara pemerintah
dengan lembaga-lembaga pendidikan maupun guru itu sendiri. Pemerintah
telah berupaya untuk meningkatkan profesionalitas guru diantaranya
meningkatkan kualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan yang lebih
tinggi bagi tenaga pengajar mulai tingkat persekolahan sampai perguruan
tinggi. Program penyetaraan Diploma II bagi guru-guru SD, Diploma III

9
bagi guru-guru SLTP dan Strata I (sarjana) bagi guru-guru SLTA. Meskipun
demikian penyetaraan ini tidak bermakna banyak, kalau guru tersebut secara
entropi kurang memiliki daya untuk melakukan perubahan. Selain
diadakannya penyetaraan guru-guru, upaya lain yang dilakukan pemerintah
adalah program sertifikasi.
Selain sertifikasi upaya lain yang telah dilakukan di Indonesia
untuk meningkatkan profesionalitas guru, misalnya PKG (Pusat Kegiatan
Guru, dan KKG (Kelompok Kerja Guru) yang memungkinkan para guru
untuk berbagi pengalaman dalam memecahkan masalah-masalah yang
mereka hadapi dalam kegiatan mengajarnya (Supriadi, 1998).
Peningkatan profesionalisme guru sebenarnya ditentukan oleh
seorang guru itu sendiri. Apakah seorang guru tesebut ingin menjadi seorang
guru yang profesional atau tidak. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
seorang guru jika ingin meningkatkan keprofesionalisme, yaitu:
1. Memahami Standart Tuntutan Profesi Yang Ada. Upaya memahami
tuntutan standar profesi yang ada di Indonesia dan yang berlaku di
dunia harus ditempatkan sebagai prioritas utama jika guru kita ingin
meningkatkan Profesionalismenya. Sebab, persaingan global sekarang
memungkinkan adanya mobilitas guru secara lintas negara, sebagai
profesional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan
profesi secara global dan tuntutan masyarakat yang menghendaki
pelayanan yang lebih baik. Cara satu-satunya untuk memenuhi standar
profesi ini adalah dengan belajar secara terus menerus sepanjang hayat,
dengan membuka diri yakni mau mau mendengar dan melihat
perkembangan baru di bidangnya.
2. Mencapai Kualifikasi Dan Kompetensi Yang Dipersyaratkan. Upaya
mencapai kualifikasi dan kompetensi yang di persyaratkan juga tidak
kalah pentingnya bagi guru. Dengan dipenuhinya kualifikasi dan
kompetensi yang memadai maka guru memiliki posisi tawar yang kuat
dan memenuhi syarat yang dibutuhkan. Peningkatan kualitas dan

10
kompetensi ini dapat ditempuh melului training, seminar, dan berbagai
upaya lain untuk memperoleh sertifikasi.
3. Membangun kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi
profesi. Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas
dapat dilakukan guru dengan membina jaringan kerja. Guru harus
berusaha mengetahui apa yang telah dilkukan oleh sejawatnya yang
sukses. Sehingga bisa belajar untuk mencapai sukses yang sama atau
bahkan bisa lebih baik lagi. Melalui jaringan kerja inilah guru dapat
memperoleh akses terhadap inovasi-inovasi di bidang profesinya.
Dalam hal ini juga dapat di bina melalui jaringan kerja yang luas
dengan menggunakan tekhnologi komunikasi dan informasi, misal
melalui korespondensi dan mungkin melalui internet. Apabila hal ini
dilakukan secara intensif akan dapat diperoleh kiat-kiat menjalankan
profesi dari sejawat guru di Indonesia bahkan dunia.
4. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan
pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen. Upaya membangun etos
kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi
kepada konstituen merupakan suatu keharusan di zaman sekarang.
Semua bidang dituntut untuk memberikan pelayanan prima. Guru pun
harus memberikan pelayanan prima kepada konstituenya yaitu siswa,
Orang tua dan sekolah. Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah
termasuk pelayanan publik yang di danai, di adakan dikontrol oleh dan
untuk kepentingan publik. Oleh karena itu guru harus mempertanggung
jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik.
5. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam
pemanfaatan tekhnologi komunikasi dan inmormasi mutkhir agar
senantiasa tidak keinggalan dalam kemampuannya menggelola
pembelajaran. Satu hal lagi yang dapat diupayakan ntuk peningkatan
profesionalisme guru adalah melalui adopsi inovasi atau pengembangan
kreatifitas dalam pemanfaatan tekhnologi komunikasi dan informasi
mutakhir. Guru dapat memanfaatkan media presentasi komputer dan
juga pendekatan-pendekatan baru bidang tekhnologi pendidikan.

11
Upaya-upaya guru untuk meningkatkan profesionalismenya tersebut
pada akhirnya memerlukan adanya dukungan dari semua pihak yang
terkait agar benar-benar terwujud. Pihak-pihak yang harus memberikan
dukunganya tersebut adalah organisasi profesi seperti PGRI, pemerintah
dan juga masyarakat.

Peningkatan kemampuan guru dapat dilakukan secara


struktural ataupun atas inisiatif guru itu sendiri yang dilakukan melalui
berbagai kegiatan, seperti penataran, seminar, kursus, melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, belajar sendiri atau membaca
berbagai sumber belajar. Secara terorganisir, usaha peningkatan dan
pengembangan profesionalisme guru ini dapat dilakukan secara serius
dan terjadwal melalui kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG), untuk
guru-guru Sekolah Dasar dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP), bagi guru-guru SMP dan SMA/SMK. Adapun kegiatan yang
dilaksanakan, di antaranya:
(1) memecahkan permasalahan kegiatan belajar mengajar,
(2) memecahkan permasalahan kesulitan belajar peserta didik,
(3) memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan penyusunan
program pembelajaran (tahunan/semesteran),

12
Bab 3
Penutup
3.1 Kesimpulan

Kepribadian guru adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari


unsur fisik dan psikis. Dalam makna yang demikian, seluruh sikap dan
perbuatan seorang guru merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang
itu, asal dilakukan dengan secara sadar.
Menurut Nurpuadi, ada dua kepribadian guru, yaitu guru yang
berkepribadian negatif dan guru yang berkepribadian positif. Guru yang
berkepribadian negatif adalah guru yang berpikir, bergerak, dan hidup dalam
atmosfer keraguan, ketakutan, kemiskinan, dan kesehatan yang buruk.
Ekspetasi guru yang memiliki kepribadian negatif ini adalah kegagalan,
kekecewaan, penyesalan, keraguan, dan penyakit fisik. Adapun guru yang
berkepribadian positif yaitu guru yang berpikir, bergerak, dan hidup dalam
suasana yang dinamis, optimis, saling menguatkan, kesehatan yang prima,
persahabatan, visi yang kreatif, dan pengabdian kepada orang lain.
Profesionalisme guru merupakan sebutan yang mengacu kepada sikap
mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi (guru) untuk
senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya.
Profesionalisme guru dapat diartikan sebagai guru yang dapat
menjalankan tuganya secara professional. Untuk menentukan apakah
seorang guru dikatakan professional atau tidak, dapat dilihat dari dua
perspektif. Pertama, dilihat dari tingkat Pendidikan, minimal dari latar
belakang Pendidikan untuk menjadi guru. Kedua, penguasaan guru terhadap
materi bahan ajar, mengelola proses pembelajaran, mengelola siswa,
melakukan tugas-tugas bimbingan, dan lain-lain.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang guru jika ingin
meningkatkan keprofesionalisme, yaitu:
1. Memahami Standart Tuntutan Profesi Yang Ada.
2. Mencapai Kualifikasi Dan Kompetensi Yang Dipersyaratkan

13
3. Membangun kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi
profesi.
4. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan
pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen
5. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam
pemanfaatan tekhnologi komunikasi dan inmormasi mutkhir agar
senantiasa tidak keinggalan dalam kemampuannya menggelola
pembelajaran.

14
Daftar Pustaka

Alma, Buchari dkk. 2010. Guru Profesional; Menguasai Metode dan Terampil
Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Purwanto, Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Supriadi, Dedi. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta : Adicita
Karya Nusa

Anda mungkin juga menyukai