Anda di halaman 1dari 38

IPA SEKOLAH III

REPRODUKSI PADA TUMBUHAN

Oleh Kelompok :

Ni Ketut Ayu Pebrianti (16130710

Ni Putu Setia Dewi (1613071031)

Aprilio Budiman (1613071038)

Novia Nur Hamzah (1613071040)

JURUSAN PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
nikmat yang telah diberikan sehingga kami sebagai penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Kami juga berterima kasih kepada Dr. I Nyoman
Suardana, M.Si dan Putu Pande Latria Devi, S.Pd., M.Pd selaku dosen mata kuliah
IPA SEKOLAH III, dan rekan-rekan seperjuangan yang telah ikut membantu
menyelesaikan makalah ini, serta sumber-sumber yang telah kami peroleh.

Harapan kami sebagai penulis , semoga dengan adanya makalah yang telah
kami buat ini dapat membuat bakat dan kreativitas kita sebagai calon guru dalam
bidang tulis menulis semakin bertambah. Kami sebagai penulis sangat menyadari
dengan kekurangan makalah yang telah kami buat ini, dan kami telah menyadari
makalah yang telah kami buat ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sebagai
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar
menjadi lebih baik di masa yang akan datang.

Singaraja, 30 September 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................i

Kata Pengantar ...................................................................................................ii

Daftar Isi .............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................2
1.3 Tujuan .........................................................................................................2
1.4 Manfaat .......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Reproduksi Tumbuhan Angiospermae ........................................................ 3


2.2 Reproduksi Tumbuhan Gymnospermae ......................................................15
2.3 Reproduksi Tumbuhan Paku ........................................................................19
2.4 Reproduksi Tumbuhan Lumut .....................................................................25
2.5 Teknologi Reproduksi Pada Tumbuhan .......................................................30

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ................................................................................................. 33


3.2. Saran ........................................................................................................... 33

Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu yang berhubungan dengan alam
sekitar yang ditelusuri secara sistematika ilmiah. IPA sebagian besar
cakupannya mempelajari mengenai alam sekitar seperti halnnya makhluk
hidup yang berada dialam sekitar. Setiap makhluk hidup memiliki kemampuan
untuk melakukan reproduksi atau proses perkembangbiakan guna
mendapatkan keturunan. Reproduksi disini merupakan salah satu ciri makhluk
hidup yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup dan mencegah
terjadinya kepunahan. Secara umum reproduksi pada makhluk hidup
khususnya pada tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
reproduksi seksual (secara perkawinan) dan reproduksi aseksual (tanpa
perkawianan). Reproduksi seksual dihasilkan dari peleburan inti sel kelamin
jantan (sperma) dan sel kelamin betina (telur). Sifat keturunan diperoleh dari
gabungan sifat kedua induk. Sedangkan pada reproduksi aseksual tidak
menggunakan alat atau organ seksual, melainkan reproduksi aseksual ini
menggunakan bagian tumbuhan seperti akar dan batang pada tumbuhan.
Reproduksi seksual ini dapat menghasilkan individu baru tanpa melibatkan
proses fertilisasi (proses peleburan inti sel sperma dengan inti sel telur sehingga
membentuk zigot).
Pada makalah ini akan dibahas berbagai macam cara reproduksi kelompok
besar tumbuhan, yaitu tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae), tumbuhan
berbiji terbuka (Gymnospermae), tumbuhan paku (Pteridophyta) dan Lumut
(Bryophyta). Selain membahas mengenai cara reproduksi pada tumbuhan pada
makalah ini juga membahas mengenai teknologi yang digunakan untuk
membantu reproduksi pada tumbuhan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang diatas, didapatkan rumusan
masalah yaitu:
1) Bagaimana Reproduksi Tumbuhan Angiospermae?
2) Bagaimana Reproduksi Tumbuhan Gymnopermae?

1
3) Bagaimana Reproduksi Tumbuhan Paku?
4) Bagaimana Reproduksi Tumbuhan Lumut?
5) Apa sajakah Teknologi Reproduksi pada Tumbuhan?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang didapatkan, adapun tujuan dari
pembuatan makalah ini yaitu:
1) Untuk mengetahui Reproduksi Tumbuhan Angiospermae.
2) Untuk mengetahui Reproduksi Tumbuhan Gymnopermae.
3) Untuk mengetahui Reproduksi Tumbuhan Paku.
4) Untuk mengetahui Reproduksi Tumbuhan Lumut.
5) Untuk mengetahui Teknologi Reproduksi pada Tumbuhan.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu:
1) Bagi Penulis
Manfaat penyusunan makalah ini bagi penulis yaitu agar penulis dapat
lebih memahami tentang reproduksi pada tumbuhan serta teknologi
reproduksi pada tumbuhan.
2) Bagi Pembaca
Manfaat penyusunan makalah ini bagi pembaca yaitu untuk menambah
wawasan dan pengetahuan pembaca tentang reproduksi pada tumbuhan
serta teknologi reproduksi pada tumbuhan. Selain itu makalah ini dapat
dijadikan sebagai referensi dalam pembelajaran bagi para pembaca
mengenai konsep IPA khususnya reproduksi pada tumbuhan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Reproduksi Tumbuhan Angiospermae


Tumbuhan Angiospermae mengalami reproduksi aseksual dan
reproduksi seksual.
a. Reproduksi Aseksual
Reproduksi tumbuhan secara vegetatif disebut juga reproduksi
aseksual karena tumbuhan dapat menghasilkan individu baru tanpa me
libatkan proses fertilisasi (proses peleburan inti sel sperma dengan inti sel
telur sehingga membentuk zigot). Tumbuhan dapat melakukan reproduksi
aseksual karena tumbuhan memiliki sel-sel yang memiliki kemampuan
untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel penyusun jaringan dan organ
tumbuhan yang disebut sel meristem. Keturunan yang dihasilkan dari
reproduksi aseksual memiliki sifat atau karakter yang sama dengan sifat
induk. Reproduksi aseksual dapat dibedakan menjadi aseksual alami dan
buatan.
1) Reproduksi Aseksual Alami
Tumbuhan yang dapat bereproduksi dengan bagian tubuhnya
tanpa bantuan manusia inilah yang disebut dengan re produksi
aseksual alami atau reproduksi vegetatif alami. Berikut ini adalah
berbagai macam cara reproduksi aseksual alami.
a) Rhizoma
Pada buku di tanaman lengkuas inilah tempat tumbuhnya
tunas yang akan berkembang menjadi tumbuhan baru. Beberapa
tumbuhan bereproduksi dengan tunas pada batang yang ada di
dalam tanah. Batang yang ada di dalam tanah disebut rhizoma.
Beberapa contoh tumbuhan yang reproduksi dengan rhizoma
adalah jahe, kunyit, lengkuas, dan temulawak.
b) Stolon
Pada rumput dan beberapa tanaman lain misalnya stroberi
dan pegagan terdapat batang yang menjalar di atas tanah. Batang
tumbuhan yang menjalar di atas tanah disebut stolon (geragih).

3
Tunas dapat tumbuh pada buku dari stolon. Saat tunas terpisah
dari tanaman induk, tunas sudah mampu tumbuh menjadi
individu baru.

Gambar 1 . Stolon pada strawbery


c) Umbi Lapis
Umbi lapis terdapat pada bawang merah. Coba perhatikan
lapisan-lapisan yang terdapat pada bawang merah. Dinamakan
umbi lapis karena memperlihatkan susunan berlapis-lapis yang
terdiri atas daun yang menebal, lunak dan berdaging dan batang
yang berupa bagian kecil pada bagian bawah umbi lapis yang
disebut dengan cakram. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
umbi lapis (bulbus) merupakan modifikasi batang dan daun. Pada
tumbuhan yang bereproduksi dengan umbi lapis, terdapat kuncup
samping. Kuncup samping yang tumbuh biasanya merupakan
umbi lapis kecil-kecil, berkelompok di sekitar umbi induknya.
Bagian ini dinamakan siung atau anak umbi lapis. Jika siung
tersebut dipisahkan dari induknya, maka akan menghasilkan
tumbuhan baru.
d) Umbi Batang
Kentang merupakan salah satu contoh tumbuhan yang
mengalami pembengkakan pada batang di dalam tanah dan berisi
cadangan makanan. Batang yang demikian disebut dengan umbi
batang. Umbi batang selain berfungsi untuk menyimpan
cadangan makanan juga berfungsi untuk reproduksi. Tanaman
ubi jalar juga dapat berkembangbiak dengan menggunakan umbi
batang.

4
Gambar 2. Kuncup pada kentang
e) Kuncup Adventif Daun
Pada bagian daun yang demikian dapat membentuk kuncup.
Kuncup merupa kan calon tunas yang terdiri atas calon batang
beserta calon daun. Kuncup yang terdapat pada tepi daun disebut
kuncup adventif daun atau tunas liar pada tepi daun. Contoh
tumbuhan yang reproduksi dengan kuncup adven tif daun adalah
cocor bebek.
2) Reproduksi Aseksual Buatan
a) Cangkok

Gambar 3 . Cangkok
Cangkok dapat dilakukan dengan mengelupas kulit suatu
tangkai tanaman berkayu, kemudian dibalut dengan tanah dan
dibungkus dengan sabut kelapa atau plastik, sehingga tumbuh
akar. Apabila bagian kulit yang terkelupas telah tumbuh akar,
maka tangkai dapat dipotong dan ditanam di tanah. Tanaman
yang dihasilkan dari cangkok memiliki sifat seperti induk dan

5
cepat berbuah. Namun demikian, perakaran tanaman ini kurang
kuat. Cangkok dapat dilakukan pada tanaman berkayu seperti
mangga, rambutan, kelengkeng dan jeruk.
b) Merunduk
Merunduk dapat dilakukan dengan membenamkan tangkai
tanaman ke tanah, sehingga bagian yang tertanam dalam tanah
tumbuh akar. Apabila sudah tumbuh akar maka tanaman dapat
dipisahkan dari induk. Merunduk dapat dilakukan pada tanaman
yang memiliki cabang batang yang panjang dan lentur, misalnya
bunga Alamanda.
c) Menyambung (enten)
Cara reproduksi menyambung (enten) adalah dengan
memotong suatu batang tanaman lalu disambung dengan batang
tanaman lain yang sejenis yang berbeda sifat. Pada satu pohon
tanaman hasil enten dapat menghasilkan dua atau lebih buah atau
bunga dengan sifat yang berbeda, misalnya tanaman te rong hijau
disambung dengan terong ungu, maka dalam satu tanaman dapat
menghasilkan terong hijau dan terong ungu. Tanaman bunga
kertas (Bougainvillea) adalah salah tanaman yang sering
disambung agar dalam satu tanaman terdapat beberapa warna
bunga, misalnya pada suatu cabang batang tanaman bunga kertas
yang berwarna merah disambung dengan potongan cabang batang
tanaman bunga kertas berwarna ungu dan pada cabang lain
disambung dengan cabang batang yang memiliki bunga berwana
putih. Dengan demikian, akan dihasilkan tanaman bunga kertas
yang memiliki bunga beraneka warna dalam satu tanaman.
d) Menempel (okulasi)
Cara reproduksi menempel (okulasi) dapat dilakukan dengan
menempelkan mata tunas yang ada pada kulit tanaman pada
batang tanaman lain yang sejenis. Teknik okulasi atau menempel
sering digunakan oleh petani untuk mendapatkan tanaman
“unggul” dari 2 atau lebih tanaman yang se jenis. Misalnya untuk

6
menghasilkan buah jeruk dengan sifat unggul. Misalnya jenis
pohon jeruk batang kuat tetapi jeruknya kecil dan masam dan
jenis pohon jeruk yang pohonnya tidak terlalu kuat tetapi
jeruknya besar dan manis. Mata tunas pohon jeruk dengan hasil
buah besar dan manis ditempelkan pada batang pohon jeruk yang
batangnya kuat. Oleh karena itu, akan dapat dihasilkan pohon
jeruk yang berbatang kuat dengan buah yang besar dan manis.
Pohon jeruk yang masih muda tetapi mampu menghasilkan buah
dalam jumlah banyak dan rasa yang manis dapat dihasilkan
melalui teknik okulasi.
e) Setek

Gambar 4 . Stek batang singkong


Setek adalah cara reproduksi vegetatif dengan memotong
(memisahkan dari induk) suatu bagian tanaman dan kemudian
ditanam untuk menghasilkan individu baru, misalnya untuk
menanam ketela pohon atau bunga mawar dapat menggunakan
batangnya atau disebut setek batang. Tanaman cocor bebek dapat
diperbanyak dengan menggunakan setek daun. Tanaman sukun
dapat diperbanyak dengan menggunakan setek akar. Petani juga
menggunakan teknik setek untuk menanam tebu, rumput gajah
untuk pakan ternak, dan pohon seruni.

7
b. Reproduksi Seksual pada Tumbuhan Angiospermae
Pada reproduksi seksual, digunakan sel kelamin yaitu sel sperma dan
sel telur dan proses fertilisasi untuk menghasilkan biji. Biji dapat tumbuh
dan berkembang menjadi tumbuhan baru. Adapun proses reproduksi
seksual sebagai berikut.
1) Penyerbukan (Polinasi)
Sel kelamin jantan pada bunga terdapat pada buluh serbuk sari.
Serbuk sari dihasilkan dalam kepala sari. Sel kelamin betina terdapat
pada bakal biji. Lebah dan hewan lain tertarik pada bunga karena
warna dari mahkota bunga dan madu yang dihasilkan oleh bunga.
Terdapat hubungan yang saling menguntungkan antara lebah atau
hewan lain dengan bunga. Lebah dan hewan lain ternyata dapat
membantu bunga untuk melakukan penyerbukan. Pada tumbuhan,
proses fertilisasi atau pembuahan diawali dengan peristiwa polinasi
atau penyerbukan. lebah membantu bunga dalam peristiwa
penyerbukan. Serbuk sari melekat pada kaki lebah. Saat lebah
berpindah, serbuk sari yang melekat pada kaki lebah dapat melekat
pada kepala putik. Proses menempelnya serbuk sari ke kepala putik
disebut penyerbukan (polinasi). bermacam-macam perantara yang
dapat membantu penyerbukan sebagai berikut.
a. Angin (Anemogami)
Tanaman jagung dan padi memiliki bunga yang kecil dan
tangkai bunga yang mudah bergoyang bila tertiup angin.
Tanaman dengan bunga yang berukuran kecil, jumlah bunga
banyak dan ringan, serta tidak menghasilkan nektar atau bau
merupakan beberapa ciri tanaman yang penyerbukannya dibantu
oleh angin. Penyerbukan yang dibantu oleh angin disebut
anemogami.
b. Serangga (Entomogami)
Bunga matahari memiliki warna yang menarik dan cerah
misalnya kuning, dan menghasilkan nektar. Ciri yang dimiliki
bunga matahari dan bunga yang memiliki ciri serupa sangat

8
menarik bagi serangga, seperti lebah, untuk hinggap dan
menghisap nektar. Umumnya ser buk sari yang dihasilkan lengket
sehingga mudah melekat pada kaki se rangga. Dengan demikian,
serangga ikut memindahkan serbuk sari ke putik. Penyerbukan
yang terjadi dengan bantuan serangga disebut entomogami.
Nektar atau madu yang dihasilkan bunga mengandung
berbagai karbohidrat, seperti sukrosa, fruktosa, dan glukosa,
hingga mencapai 87%. Selain itu, nektar juga mengandung asam
amino, asam organik, vitamin, senyawa aromatik, dan juga
mineral. Lebah atau serangga mencari madu sebagai sumber
energi untuk disimpan sebagai cadangan makanan.
c. Burung (Ornitogami)
Tanaman yang penyerbukannya dibantu oleh burung
umumnya memiliki ukuran bunga yang besar, berwarna merah
cerah, tidak berbau, menghasilkan nektar dalam jumlah cukup
banyak, dan mahkota bunga berbentuk terompet, misalnya bunga
cangkring atau dadap (Erythrina variegata). Ukuran bunga yang
besar berguna untuk menahan berat dari burung. Namun tidak
semua jenis burung dapat membantu penyerbukan. Contoh
burung yang dapat membantu penyerbukan adalah burung isap
madu dan burung kolibri.
d. Kelelawar (Kiropterogami)
Ciri-ciri bunga yang penyerbukannya dibantu oleh kelelawar
ialah menghasilkan nektar, memiliki warna yang menarik,
menghasilkan bau, dan mekar pada malam hari, misalnya yaitu
tanaman kaktus.

Gambar 5 .Kelelawar membantu penyerbukan.

9
e. Manusia (Antropogami)

Gambar 6 . Manusia membantu penyerbukan bunga anggrek.


Tanaman yang penyerbukannya dibantu oleh manusia
biasanya merupakan bunga yang berumah dua, artinya dalam
pohon hanya terdapat bunga jantan atau bunga betina saja. Ada
pula tanaman yang serbuk sarinya sulit untuk bertemu dengan
putik, sehingga sulit untuk melakukan penyerbukan sendiri,
misalnya bunga vanili dan anggrek.

2) Pembuahan (Fertilisasi)

Gambar 7 . Proses pembuahan

Serbuk sari memiliki inti vegetatif dan inti generatif. Setelah


serbuk sari melekat pada kepala putik (stigma) yang sesuai (berasal
dari tumbuhan yang sejenis), maka serbuk sari akan menyerap air dan
berkecambah membentuk buluh serbuk sari. Buluh serbuk sari
tumbuh dan bergerak menuju bakal buah melalui tangkai putik. Inti

10
sel di dalam buluh serbuk sari akan membelah menjadi dua. Dua inti
sel generatif tersebut akan berkembang menjadi dua inti sel sperma.
Satu inti vegetatif di dalam serbuk sari berperan menjadi penuntun
gerak tumbuh buluh serbuk sari ke bakal biji. Satu inti sel sperma
membuahi inti sel telur (ovum) membentuk zigot (calon individu
baru), dan satu inti sel sperma yang lain membuahi inti kandung
lembaga sekunder membentuk endosperma atau cadangan makanan.
Pada proses ini terjadi dua kali pembuahan maka disebut dengan
pembuahan ganda.
3) Penyebaranan Biji
Tumbuhan tersebut ternyata melakukan penyebaran biji. Setelah
terjadi pembuahan, bakal biji akan berkembang menjadi biji. Pada
Angiospermae biji diselubungi oleh buah yang telah berkembang dari
bakal buah (ovarium). Buah juga dapat membantu dalam penyebaran
biji. Penyebaran biji yang jauh dari induk akan meningkatkan peluang
biji untuk tumbuh dan berkembang dengan baik menjadi individu
baru. Hal ini dikarenakan biji yang tumbuh pada suatu area yang dekat
dengan induk, akan berkompetisi dengan induk untuk mendapatkan
cahaya, air, dan nutrisi. Proses penyebaran biji dapat terjadi secara
alami atau dengan bantuan manusia. Lakukan kegiatan berikut agar
kamu tahu macam-macam perantara dalam proses penyebaran biji.
terdapat banyak bahan perantara yang dapat membantu tanaman untuk
menyebarkan biji. Berikut ini akan dibahas berbagai cara penyebaran
biji dan istilah untuk masing-masing perantara antara lain:
a) Anemokori

Gambar 8 . Bunga Dandelion

11
Proses penyebaran biji dengan bantuan angin disebut
anemokori (anemo=angin). Ciri tumbuhan yang penyebarannya
dengan cara ini adalah bijinya kecil, ringan, dan bersayap.
Contohnya adalah biji bunga Dandelion. Biji yang ringan dan
kecil tidak terlalu dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi.
Keberadaan sayap pada biji membantu biji mudah terbawa
angin. Arah gerak biji mengikuti arah gerak angin.
b) Hidrokori
Proses penyebaran biji dengan bantuan air disebut
hidrokori (hidro=air). Ciri tumbuhan yang penyebarannya
dengan cara ini adalah hidupnya di dekat daerah perairan,
misalnya di pantai ataupun tumbuhan yang hidup di air,
contohnya adalah pohon kelapa dan bakau. Biji kelapa
tergolong biji tumbuhan yang berukuran besar, dapat mencapai
ukuran diameter 15 cm. Biji kelapa diselubungi oleh buah yang
terdiri atas tempurung kelapa, sabut kelapa, dan kulit kelapa.
Meskipun berukuran besar, buah dan biji kelapa dapat
mengapung di air dan dapat mengalir mengikuti arus air. Kelapa
dapat mengapung di air karena sabut buah kelapa memiliki
banyak rongga udara. Pada saat berada di air, sabut kelapa
memiliki prinsip kerja seperti pelampung, sehingga kelapa dapat
terapung.
c) Zookori

Gambar 9 . Burung memakan biji.

12
Proses penyebaran biji dengan bantuan hewan disebut
zookori (zoo=hewan). Penyebaran ini dibagi menjadi empat,
yaitu entomokori, kiropterokori, ornitokori, dan mammokori.
1. Entomokori adalah penyebaran biji dengan perantara
serangga. Contohnya adalah wijen dan tembakau.
2. Kiropterokori adalah penyebaran biji dengan perantara
kelelawar. Contohnya adalah jambu biji dan pepaya.
3. Ornitokori adalah penyebaran biji dengan perantara burung.
Tumbuhan yang penyebarannya dengan cara ini adalah
tumbuhan yang buahnya menjadi makanan burung, tetapi
bijinya tidak dapat tercerna. Biji tersebut akan keluar dari
tubuh burung bersamaan dengan kotoran burung.
Contohnya adalah beringin dan benalu.
4. Mammokori adalah penyebaran biji dengan perantara
mamalia. Contohnya adalah hewan luwak yang membantu
dalam proses penyebaran biji kopi.
d) Antropokori
Proses penyebaran biji dengan bantuan manusia disebut
antropokori (antro=manusia). Proses penyebaran dengan cara
ini dapat terjadi secara sengaja ataupun tidak sengaja.
Penyebaran biji yang secara tidak sengaja dilakukan oleh
manusia sengaja apabila biji tumbuhan tersebut memiliki
struktur yang mudah melekat pada pakaian. Sebagai contohnya
adalah rumput. Penyebaran biji dengan sengaja sering dilakukan
manusia terutama pada bidang pertanian, yaitu ketika menanam
padi, jagung, dan tanaman lain.

Gambar 10 . Biji yang menempel pada pakaian.

13
4) Perkecambahan
Biji yang masih belum tumbuh merupakan biji yang berada pada
keadaan dormansi biji. Dormansi yaitu peristiwa dimana biji
mengalami masa istirahat. Berakhirnya masa dormansi biji adalah
ketika biji mulai tumbuh menjadi tumbuhan baru yang disebut dengan
tahapan perkecambahan. Lamanya masa dormansi biji setiap jenis
tumbuhan berbeda-beda. Masa dormansi biji dapat diakhiri dengan
memberi perlakuan yang berbeda-beda. Namun perkecambahan
berbagai macam biji dipengaruhi oleh faktor yang hampir sama.
5) Sifat Keturunan Reproduksi Seksual
Reproduksi seksual dihasilkan dari peleburan inti sel kelamin
jantan (sperma) dan sel kelamin betina (telur). Sifat keturunan
diperoleh dari gabungan sifat kedua induk. Hal inilah yang
menyebabkan sifat keturunan yang dihasilkan da ri reproduksi seksual
bervariasi.
c. Siklus Hidup Tumbuhan Angiospermae
Tumbuhan memiliki siklus hidup yang dimulai ketika inti sel
kelamin jantan dan betinanya bersatu membentuk zigot, selanjutnya
tumbuh dan berkembang menjadi tumbuhan dewasa. Selama hidupnya
tumbuhan melalui dua tahapan generasi, yaitu generasi gametofit
(gamet=sel kelamin; fit = tumbuhan) dan generasi sporofit (sporo= spora;
fit = tumbuhan) generasi gametofit adalah generasi penghasil gamet (sel
telur dan sel spermatozoa) yaitu generasi haploid (n). Generasi sporofit
adalah generasi penghasil spora yaitu generasi diploid (2n). Spora pada
tumbuhan Angiospermae tidak terlihat secara jelas, seperti pada tumbuhan
paku yang terlihat jelas sporanya (spora pada tumbuhan paku akan dibahas
pada bahasan selanjutnya). Hal tersebut karena spora pada tumbuhan
Angiospermae akan ber kembang menjadi serbuk sari. Dalam siklus hidup
tumbuhan, generasi haploid (n) bergiliran dengan generasi diploid (2n),
sehingga dikatakan tumbuhan mengalami pergiliran generasi atau
metagenesis. Sel telur terdapat di dalam bakal biji. Peleburan sel telur dan

14
sperma mengaki batkan bakal biji berkembang menjadi biji. Sel kelamin
terbentuk dari perkembangan spora yang bersifat haploid (n). Hasil
peleburan bersifat diploid (2n). Biji akan tumbuh menjadi tumbuhan baru.
Tumbuhan baru akan memiliki akar, batang, daun, dan pada suatu saat
terbentuk bunga. Tumbuhan ini bersifat diploid dan dikenal dengan generasi
sporofit (penghasil spora). Benang sari dan putik merupakan organ
reproduksi tumbuhan. Pada bagian ujung benang sari terdapat kepala sari
(antera). Pada antera inilah serbuk sari dibentuk. Bila serbuk sari menempel
pada kepala putik akan membentuk buluh serbuk sari dan menghasilkan dua
inti sperma yang haploid, dua inti sperma yang haploid inilah yang disebut
gamet jantan. Pada bagian pangkal putik adalah ovarium atau bakal buah.
Di dalam bakal buah terdapat bakal biji. Di dalam bakal biji inilah terdapat
kantung lembaga yang tersusun atas 7 sel dan 8 inti yang haploid, yaitu 3
sel antipoda, 2 sel sinergid, 1 sel telur, 1 sel kandung lembaga sekunder.
Masing-masing sel mempunyai satu inti haploid kecuali sel kandung
lembaga sekunder yang mempunyai 2 inti haploid. Kantung lembaga inilah
yang disebut dengan gametofit betina. Pembentukan gametofit betina dari
spora yang mengalami meiosis inilah yang merupakan generasi gametofit
tumbuhan.

Gambar 11. Siklus hidup Angiospermae

2.2. Reproduksi Tumbuhan Gymnospermae


Gymnospermae adalah tumbuhan yang memiliki biji terbuka.
Gymnospermae berasal dari bahasa Yunani, yaitu gymnos yang berarti
telanjang dan sperma yang berarti biji, sehingga gymnospermae dapat diartikan

15
sebagai tumbuhan berbiji terbuka.tumbuhan berbiji terbuka merupakan
kelompok tumbuhan berbiji yang bijinya tidak terlindung dalam bakal buah
(ovarium). Secara harfiah Gymnospermae berarti gym = telanjang dan spermae
= tumbuhan yang menghasilkan biji. Pada tumbuhan berbunga (Angiospermae
atau Magnoliphyta), biji atau bakal biji selalu terlindungi penuh oleh bakal
buah sehingga tidak terlihat dari luar. Pada Gymnospermae, biji nampak
(terekspos) langsung atau terletak di antara daun-daun penyusun strobilus atau
runjung. Tumbuhan yang bijinya tidak tertutup kulit buah atau berbiji terbuka
disebut tumbuhan Gymnospermae. Pohon pinus, pohon ginkgo, dan pakis haji
juga tergolong Gymnospermae.

( a) ( b) (c)

Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar (a) Hutan Pinus, (b) Pakis Haji, dan (c) Biji Tanaman Melinjo

Tumbuhan Gymnospermae tidak memiliki bunga seperti halnya


tumbuhan Angiospermae. Namun, tumbuhan Gymnospermae memiliki alat
reproduksi seksual (generatif) yang disebut strobilus atau runjung. Pada
tumbuhan pinus dan melinjo terdapat dua jenis strobilus dalam satu pohon
yaitu strobilus jantan dan strobilus betina (Gambar 2.30 (a)). Pada
tumbuhan pakis haji strobilus jantan dan betina terpisah atau tidak berada
dalam satu pohon. Pada strobilus jantan terdapat sporangia (ruang-ruang

16
spora). Sel-sel di dalam sporangia akan mengalami meiosis dan menghasilkan
mikrospora. Mikrospora akan berkembang membentuk serbuk sari. Serbuk
sari yang dihasilkan oleh tumbuhan pinus adalah serbuk sari yang bersayap.
Pada strobilus betina terdapat banyak megasporofil. Tiap megasporofil
mengandung dua bakal biji. Tiap bakal biji mengandung megasporangium.
Sel dalam megasporangium akan mengalami meiosis dan menghasilkan
megaspora. Inti megaspora akan mengalami mitosis membentuk sel telur.
Penyerbukan pada Gymnospermae terjadi jika serbuk sari menempel pada
liang bakal biji. Serbuk sari akan tertangkap oleh cairan yang terdapat di
lubang bakal biji. Jika cairan menguap maka serbuk sari akan dapat masuk ke
bakal biji dan terjadilah pembuahan. Biji tumbuh di dalam megasporofil dan
dilengkapi dengan sayap. Tumbuhan Gymnospermae dapat bereproduksi
secara aseksual. Tumbuhan Gymnospermae yang dapat bereproduksi secara
aseksual misalnya tumbuhan pakis haji dan pinus. Tumbuhan pakis haji dapat
reproduksi dengan menggunakan tunas yang disebut bulbil. Tumbuhan pinus
dapat berkembangbiak dengan menggunakan tunas akar.

Strobilus betina Strobilus jantan

( a) (b) (c)

Sumber:Dokumen Kemdikbud

Gambar (a) Strobilus Jantan dan Betina Pada Melinjo, (b) Tunas Akar pada Pinus,
(c) Bulbil pada Pakis Haji.

Gymnospermae memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

17
1. Bakal biji tidak terlindungi oleh daun buah.
2. Pada umumnya perdu atau pohon, tidak ada yang berupa herba. Batang dan
akar berkambium sehingga dapat tumbuh membesar. Akar dan batang
tersebut selalu mengadakan pertumbuhan menebal sekunder. Berkas
pembuluh pengangkutan kolateral terbuka. Xilem pada gymnospermae
hanya terdiri atas trakeid saja sedangkan floemnya tanpa sel-sel pengiring.
3. Mempunyai akar, batang, dan daun sejati.
4. Bentuk perakaran tunggang.
5. Daun sempit, tebal dan kaku.
6. Tulang daun tidak beraneka ragam.
7. Tidak memiliki bunga sejati.
8. Alat kelamin terpisah, serbuk sari terdapat dalam strobilus jantan dan sel
telur terdapat dalam strobilus betina.
9. Struktur perkembangbiakan yang khas adalah biji yang dihasilkan bunga
ataupun runjung. Setiap biji mengandung bakal tumbuhan , yaitu embrio
yang terbentuk oleh suatu proses reproduksi seksual. Sesudah bertunas
embrio ini tumbuh menjadi tumbuhan dewasa.
10. Sperma atau sel kelamin jantan menuju kesel telur atau sel kelamin betina
melalui tabung serbuk sari hanya terdapat pada tumbuhan berbiji.
11. Tumbuhan biji mempunyai jaringan pembuluh yang rumit. Jaringan ini
merupakan saluran menghantar untuk mengangkut air, mineral, makanan
dan bahan – bahan lain.
12. Tumbuhan berbiji terbuka memiliki pigmen hijau (klorofil) yang penting
untuk fotosintesis yaitu suatu proses dasar pembuatan makanan pada
tumbuhan.
13. Gymnospermae memiliki batang yang tegak lurus dan bercabang-cabang.
Daunnya jarang yang berdaun lebar, jarang yang bersifat majemuk, dan
system pertulangan daunnya tidak banyak ragamnya. Hal ini sangat berbeda
dengan karakteristik daun yang terdapat pada angiospermae yang sistem
pertulangannya beraneka ragam.

18
Siklus hidup pada Gymnospermae terdiri atas dua tahapan, yaitu sporofit dan
gametofit. Tumbuhan gymnospermae mengalami pergiliran keturunan dari fase
gametofit ke sporofit sebagai berikut.

Dalam gymnospermae baik gametofit betina dan gametofit jantan


diproduksi secara terpisah. Gymnospermae tergantung pada angin untuk
penyerbukan. Strobilus dari gametofit mengandung sporofit berdaun hijau dan
gametofit jantan dan betina. Strobilus betina lebih besar dari strobilus jantan
dan terletak lebih tinggi di atas pohon. Strobilus jantan adalah mikrosporofil di
mana gametofit jantan diproduksi dan dibawa oleh angin ke megaspora atau
gametofit betina. Strobilus betina memiliki sel induk megaspora dan membagi
dengan meiosis untuk menghasilkan megaspora haploid; megaspora membagi
untuk membentuk gametofit betina. Salah satu sel sperma menyatu dengan
telur membentuk zigot diploid yang berkembang membentuk embrio.

2.3. Reproduksi Tumbuhan Paku


Tumbuhan paku mengalami pergiliran keturunan atau biasa disebut
metagenesis. Tumbuhan paku atau Pteridophyta bereproduksi secara vegetatif

19
maupun generatif. Reproduksi secara vegetatif terjadi dengan pembentukan
spora melalui pembelahan meiosis sel induk spora yang terdapat di dalam
sporangium (kotak spora). Pada gametofitnya biasa disebut protalium yang
berasal dari hasil perkecambahan spora yang haploid. Adapun bentuk
protaliumnya mirip dengan jantung dan memiliki warna hijau, ia selalu
berlekatan pada bagian substrat dengan memanfaatkan rizoid. Protalium akan
menghasilkan spora yang memiliki bentuk serta ukuran yang berbeda – beda.
Ketika mengalami pergiliran keturunan generasi sporofit, protalium akan
menghasilkan arkegonium (penghasil ovum) dan anteridium (penghasil
spermatozoid). Reproduksi generative terjadi melalui fertilisasi ovum oleh
spermatozoid yang akan menghasilkan zigot. Ketika ovum dan spermatozoid
bertemu maka ia akan tumbuh menjadi zigot dan selanjutnya akan menjadi
tumbuhan paku yang sporofit. Sementara itu daun yang fertil akan terbentuk
sporangium (kotak spora), di dalam sporangium akan menghasilkan sel induk
spora ia akan mengalami pembelahan meiosis menjadi spora yang haploid. Jika
sporangium pecah maka seluruh spora akan keluar dan beterbangan ke tempat
yang sesuai dengan kondisinya untuk berkecambah dan membentuk
sporangium, saat itu maka siklus reproduksi dari tumbuhan paku akan terulang
lagi.

20
Gambar Daur hidup paku – pakuan

Menurut pembagian kelompok tumbuhan paku dibedakan menjadi 3


berdasarkan jenis sporanya yaitu:
1. Tumbuhan Paku Homospora
Tumbuhan paku homospora hanya memproduksi satu macam
ukuran spora atau yang biasa disebut tumbuhan paku berumah satu,
contohnya Lycopodium clavatum (paku kawat). Tumbuhan ini batangnya
seperti kawat , hidup memanjat pada tumbuhan lain dan sporanya tidak
dapat dibedakan antara spora yang jantan dan spora yang betina

21
Daur hidup tumbuhan homospor

Metagenesis pada siklus hidup tumbuhan paku homospora adalah sebagai


berikut.

a. Spora berkromosom haploid (n) bila jatuh di habitat yang cocok akan
berkecambah, sel-selnya membelah secara mitosis dan tumbuh menjadi
protalium (gametofit) yang haploid (n).
b. Protalium membentuk alat kelamin jantan (anteridium) dan betina
(arkegonium) yang haploid (n).
c. Anteridium menghasilkan spermatozoid berflagel (n) dan arkegonium
menghasilkan ovum (n).
d. Spermatozoid (n) membuahi ovum (n) di dalam arkegonium dan
menghasilkan zigot yang diploid (2n).

22
e. Zigot (2n) mengalami pembelahan secara mitosis dan tumbuh menjadi
tumbuhan paku (sporofit) yang diploid (2n). Tumbuhan paku tersebut
tumbuh keluar dan arkegonium induknya.
f. Sporofit (tumbuhan paku) dewasa menghasilkan sporofil (2n) atau daun
penghasil spora.
2. Sporofil (2n) memiliki sporangium (2n). Di dalam sporangium terdapat sel
induk spora berkromosom diploid (2n). Sel induk spora (2n) mengalami
pembelahan meiosis dan menghasilkan spora yang haploid (n).
2. Tumbuhan Paku Heterospora
Paku heterospora memproduksi dua macam ukuran spora. Spora yang
berukuran kecil dan berkelamin jantan disebut mikrospora. Spora yang
berukuran besar dan berkelamin betina disebut makrospora. Mikrospora
akan tumbuh menjadi mikroprotalium Sedangkan makrospora akan tumbuh
menjadi makroprotalium. Mikroprotalium membentuk mikrogametofot
yang akan menghasilkan anteredium, sednagkan makroprotalium
membentuk arkegonium. Anteredium menghasilkan sperma dan
arkegonium menghasilkan ovum. Fertilisasi antara sperma dan ovum
menghasilkan zigot. Zigot akan tumbuh menjadi tumbuhan paku yang akan
menghasilkan spora. Contohnya paku heterospor Selaginella sp (paku rane),
Marsilea sp (semanggi).

23
Daur hidup paku heterospor

3. Tumbuhan Paku Peralihan


Tumbuhan paku peralihan menghasilkan spora yang berukuran sama,
tetapi dapat dibedakan antara spora jantan (spora +) dengan spora betina
(spora -). Contohnya paku peralihan Equisetum debile (paku ekor kuda).

Daur hidup paku peralihan

24
Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan bentuk fase
sporofit karena menghasilkan spora. Tumbuhan paku juga disebut sebagai
tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta) karena memiliki pembuluh
pengangkut yaitu xilem dan floem. Xilem adalah pembuluh pengangkut
senyawa anorganik berupa air dan mineral dari akar ke seluruh bagian
tumbuhan. Floem adalah pembuluh pengangkut nutrien organik hasil
fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tubuh tumbuhan.

2.4. Reproduksi Tumbuhan Lumut


Lumut merupakan kelompok tumbuhan yang telah beradaptasi dengan
lingkungan darat. Kelompok tumbuhan ini penyebarannya menggunakan spora
dan telah mendiami bumi semenjak kurang lebih 350 juta tahun yang lalu. Pada
masa sekarang ini Bryophyta dapat ditemukan disemua habitat kecuali di laut
(Anonim,2005).
Dalam skala evolusi lumut berada diantara ganggang hijau dan tumbuhan
berpembuluh (tumbuhan paku dan tumbuhan berbiji). Persamaan antara ketiga
tumbuhan tersebut adalah ketiganya mempunyai pigmen fotosintesis berupa
klorofil A dan B, dan pati sebagai cadangan makanan utama (Hasan dan
Ariyanti, 2004).
Perbedaan mendasar antara ganggang dengan lumut dan tumbuhan
berpembuluh telah beradaptasi dengan lingkungan darat yang kering dengan
mempunyai organ reproduksi (gametangium dan sporangium), selalu terdiri
dari banyak sel (multiselluler) dan dilindungi oleh lapisan sel-sel mandul,
zigotnya berkembang menjadi embrio dan tetap tinggal di dalam gametangium
betina. Oleh karena itu lumut dan tumbuhan berpembuluh pada umumnya
merupakan tumbuhan darat tidak seperti ganggang yang kebanyakan aquatic
(Hasan dan Ariyanti, 2004).
Lumut dapat dibedakan dari tumbuhan berpembuluh terutama karena
lumut (kecuali Polytrichales) tidak mempunyai sistem pengangkut air dan
makanan. Selain itu lumut tidak mempunyai akar sejati, lumut melekat pada
substrat denganmenggunakan rhizoid. Siklus hidup lumut dan tumbuhan
berpembuluh juga berbeda (Hasan dan Ariyanti, 2004).

25
Pada tumbuhan berpembuluh, tumbuhan sesungguhnya di alam
merupakan generasi aseksual (sporofit), sedangkan generasi gametofitnya
sangat tereduksi. Sebaliknya pada lumut, tumbuhan sesungguhnya merupakan
generasi seksual (gametofit). Sporofit lumut sangat tereduksi dan selama
perkembangannya melekat dan tergantung pada gametofit (Polunin, 1990).
1. Ciri-ciri Lumut
Ciri-ciri lumut secara umum adalah sebagai berikut :
a. Berwarna hijau, karena sel-selnya memiliki kloroplas (plastida).
b. Struktur tubuhnya masih sederhana, belum memiliki jaringan
pengangkut.
c. Proses pengangkutan air dan zat mineral di dalam tubuh berlangsung
secara difusi dan dibantu oleh aliran sitoplasma.
d. Hidup di rawa-rawa atau tempat yang lembab.
e. Ukuran tinggi tubuh ± 20 cm.
f. Dinding sel tersusun atas sellulose.
g. Gametangium terdiri atas anteredium dan archegoniom.
h. Daun lumut tersusun atas selapis sel berukuran kecil mengandung
kloroplas seperti jala, kecuali pada ibu tulang daunnya.
i. Hanya mengalami pertumbuhan primer dengan sebuah sel pemula
berbentuk tetrader.
j. Belum memiliki akar sejati, sehingga menyerap air dan mineral
dalamtanah menggunakan rhizoid.
k. Rhizoid terdiri atas beberapa lapis deretan sel parenkim.
l. Sporofit terdiri atas kapsul dan seta.
m. Sporofit yang ada pada ujung gametofit berwarna hijau dan memiliki
klorofil, sehingga bisa melakukan fotosintesis.

26
Gambar 1. Tumbuhan Lumut (Sumber: Hasan dan Ariyanti, 2004)

2. Klasifikasi Lumut
Divisi Bryophyta terdiri dari 4 kelas yaitu Bryopsida (Musci),
Anthoceropsida (Anthoceroptae), Hepaticopsida (Hepaticae),
Takakiopsida. Hepaticopsida dikenal sebagai lumut hati. Gametofit lumut
hati mempunyai struktur morfologi bervariasi. Ada 2 tipe lumut hati yaitu
lumut hati bertalus (thallose liverwort) dan lumut hati berdaun (leafy
liverwort). Lumut hati melekat pada substrat dengan rhizoid uniselluler
(Hasan dan Ariyanti, 2004).
Pada kebanyakan lumut thalloid selain rhizoid juga dijumpai sisik-
sisik. Sporofit pada kelompok lumut ini hidupnya hanya sebentar, lunak dan
tidak berklorofil. Spora yang telah masak dikeluarkan dari kapsul dengan
cara kapsul pecah menjadi 4 bagian memanjang atau lebih (Hasan dan
Ariyanti, 2004).
Anthoceropsida atau lumut tanduk mempunyai gametofit bertalus
dengan sporofit indeterminate dan berklorofil. Berbeda dengan bryophyta
lainnya, sel-sel talus Anthocerpsida mempunyai satu kloroplas besar pada

27
masing-masing selnya. Kapsul berbentuk silindris memanjang dimulai dari
bagian ujung kapsul (Hasan dan Ariyanti, 2004).
Bryopsida dikenal sebagai lumut daun atau lumut sejati, merupakan
kelas yang terbesar dalam bryophyta. Hampir semua anggotanya
mempunyai gametofit yang telah terdifferensiasi sehingga dapat dibedakan
bentuk-bentuk seperti batang, cabang dan daun. Sporofit bryopsida berumur
panjang, berwarna kecokelatan terdiri atas kaki yang berfungsi untuk
menyerap nutrien dari gametofit, dan kapsul yang disangga oleh suatu
tangkai disebut seta. Spora masak dibebaskan dari kapsul setelah operculum
(struktur semacam tutup pada kapsul) membuka secara perlahan-lahan
melalui satu atau dua baris gigi-gigi yang disebut peristom. Takakiopsida
hanya mempunyai satu marga yaitu Takakia, dikenal sebagai suatu
kelompok baru Bryopsida. Takakiopsida mempunyai ciri-ciri gabungan
antara lumut sejati dan lumut hati (Hasan dan Ariyanti, 2004).

3. Siklus Hidup Lumut

Lumut mengalami siklus hidup diplobiontik dengan pergantian


generasi heteromorfik. Kelompok tumbuhan ini menunjukkan pergiliran
generasi gametofit dan sporofit yang secara morfologi berbeda. Generasi
yang dominan adalah gametofit, sementara sporofitnya secara permanen
melekat dan tergantung pada gametofit. Generasi sporofit selama hidupnya
mendapat makanan dari gametofit seperti pada Gambar 2.2 (Hasan dan
Ariyanti, 2004).

Gambar 2. Siklus hidup lumut


Pada siklus hidup tumbuhan lumut, sporofit menghasilkan spora

28
yang akan berkecambah menjadi protonema. Selanjutnya dari protonema
akan muncul gametofit. Generasi gametofit mempunyai satu set kromosom
(haploid) dan menghasilkan organ sex (gametangium) yang disebut
archegonium (betina) yang menghasilkan sel telur dan antheredium (jantan)
yang menghasilkan sperma berflagella (antherezoid dan spermatozoid).
Gametangium biasanya dilindungi oleh daun-daun khusus yang disebut
bract (daun pelindung) atau oleh tipe struktur pelindung lainnya (Hasan dan
Ariyanti, 2004).
Gametangium jantan (antheredium) berbentuk bulat atau seperti
gada, sedangkan gametogonium betinanya (arkegonium) berbentuk seperti
botol dengan bagian lebar disebut perut dan bagian yang sempit disebut
leher. Gametangia jantan dan betina dapat dihasilkan pada tanaman yang
sama (monoceous) atau pada tanaman berbeda (dioceous) (Anonim,2005).
Fertilisasi sel telur oleh antherezoid menghasilkan zigot dengan dua
set kromosom (diploid). Zigot merupakan awal generasi sporofit.
Selanjutnya pembelahan zigot membentuk sporofit dewasa yang terdiri dari
kaki sebagai pelekat pada gametofit, seta atau tangkai dan kapsul
(sporangium) di bagian ujungnya. Kapsul merupakan tempat dihasilkannya
spora melalui meiosis. Setelah spora masak dan dibebaskan dari dalam
kapsul berarti satu siklus hidup telah lengkap (Hasan dan Ariyanti, 2004).
4. Manfaat Lumut
Suatu penelitian yang menyangkut kegunaan Bryophyta di seluruh
dunia telah dilakukan. Berdasarkan data yang ada, lumut dapat digunakan
sebagai bahan untuk hiasan rumah tangga, obat-obatan, bahan untuk ilmu
pengetahuan dan sebagai indikator biologi untuk mengetahui degradasi
lingkungan. Beberapa contoh lumut yang dapat digunakan tersebut adalah
Calymperes, Campylopus dan Sphagnum. Selain sebagai indikator
lingkungan, keberadaan lumut di dalam hutan hujan tropis sangat
memegang peranan penting sebagai tempat tumbuh organisme seperti
serangga dan waduk air hujan.
Sphagnum kadang-kadang digunakan sebagai media alternatif untuk
mengerami telur buaya oleh para petani buaya di Philipina. Bahkan

29
dilaporkan pula penggunaan lumut yang dikeringkan sebagai bahan bakar
dan bahan untuk konstruksi rumah-rumah di daerah-daerah panas tetapi hal
ini tidak dapat diterapkan di wilayah Asia Tenggara.
Lumut sering juga digunakan untuk pertamanan dan rumah kaca.
Hal lain yang telah dilakukan dengan lumut ini adalah menggunakannya
sebagai bahan obat- obatan. Berdasarkan hasil penelitian di Cina, lebih dari
40 jenis lumut telah digunakan oleh masyarakat Cina sebagai bahan obat-
obatan terutama untuk mengobati gatal-gatal dan penyakit lain yang
disebabkan oleh bakteri dan jamur.

2.5. Teknologi Reproduksi pada Tumbuhan


1) Hidroponik
Hidroponik merupakan cara penanaman tumbuhan dengan
menggunakan larutan nutrisi dan mineral dalam air dan tanpa
menggunakan tanah. Tanaman darat khususnya sayuran seperti paprika,
tomat, timun, melon, terong, dan selada dapat ditumbuhkan secara
langsung dalam wadah yang berisi nutrisi atau dengan ditambahkan
dengan medium yang tidak larut dalam air, misalnya kerikil, arang, sekam,
spons, serbuk kayu, dan lain sebagainya. Ilmuwan menemukan bahwa
tumbuhan menyerap nutrisi yang penting dalam bentuk ion-ion yang
terlarut dalam air. Terdapat beberapa keuntungan menanam tanaman
dengan menggunakan system hidroponik yaitu tidak menggunakan lahan
yang luas, bebas dari serangan hama dan penyakit yang berasal dari dalam
tanah, dan menghemat penggunaan tanah. Sedangkan kekurangan
menanam tanaman dengan menggunakan system hidroponik yaitu biaya
yang diperlukan awal pembuatan relative mahal, ketersediaan dan
pemeliharaan perangkat hidroponik agak sulit, dan memerlukan
keterampilan khusus dan ketelitian.

30
Gambar Tanaman yang ditanam dengan Teknik Hidroponik

2) Vertikultur
Vertikultur merupakan teknik budaya tanaman dengan cara
membuat instalasi secara bertingkat (vertikal) dengan tujuan untuk
meningkatkan jumlah tanaman. Teknik budaya ini merupakan konsep
penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas.
Tanaman yang biasa ditanam menggunakan system vertikultur ini yaitu
jenis sayur-sayuran yang berumur pendek seperti seledri, selada, sawi, dan
lain-lain. Terdapat keuntungan menanam tanaman dengan menggunakan
konsep vertikultur yaitu hemat lahan dan air, wadah media tanam
disesuaikan dengan kondisi setempat, dan pemeliharaan tanaman cukup
sederhana. Selain itu menanam tanaman dengan menggunakan teknik
vertikultur juga ada kekurangannya yaitu biaya awal pembuatannya cukup
tinggi dan teknik ini hanya dapat dikembangkan pada beberapa jenis
tanaman saja.

Gambar Vertikultur

31
3) Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur jaringan merupakan suatu metode perbanyakan tumbuhan
dengan cara mengambil suatu bagian dari tanaman, seperti sel atau
sekelompok sel, jaringan, atau organ. Bagian tanaman yang telah diambil
selanjutnya ditumbuhkan dalam kondisi steril pada medium yang
mengandung nutrisi dan zat pengatur tunbuh (hormon). Bagian tanaman
akan dapat memperbanyak diri dan berkembang menjadi tanaman yang
memiliki organ yang lengkap yaitu akar, batang, dan daun semua jenis
tumbuhan dapat dikembangbiakkan menggunakan metode kultur jaringan
tumbuhan ini, namun masing-masing memerlukan perlakuan khusus agar
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Terdapat keuntungan
menggunakan metode kultur jaringan tumbuhan yaitu bibit yang
dihasilkan bebas penyakit dan tumbuhan bebas dari gangguan hama dan
penyakit. Selain itu menggunakan teknik kultur jaringan ini juga sulit
untuk diterapkan karena membutuhkan sumber daya manusia yang handal.

Gambar Kultur Jaringan Tumbuhan

32
BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan
Angiospermae merupakan tumbuhan biji tertutup dan merupakan
tumbuhan yang memiliki tingkat perkembangan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tumbuhan lain. Reproduksi aseksual alami tumbuhan
Angiospermae dengan menggunakan rhizoma, stolon, umbi lapis, umbi batang,
kuncup adventif daun, dan anakan. Reproduksi aseksual buatan dapat
dilakukan melalui cang kok, merunduk, menyambung, menempel dan setek.
Gymnospermae adalah tumbuhan yang memiliki tumbuhan yang
memiliki biji terbuka. Reproduksi pada tumbuhan Gymnospermae secara
seksual melalui penyerbukan dan pembuahan yang terjadi pada strobilus.
Reproduksi aseksual terjadi melalui tunas akar pada tumbuhan pinus dan bulbil
pada tanaman pakis haji.
Tumbuhan paku atau Pteridophyta bereproduksi secara vegetatif maupun
generatif. Reproduksi tumbuhan paku berasal dari spora. Menurut pembagian
kelompok tumbuhan paku dibedakan menjadi 3 berdasarkan jenis sporanya
yaitu Tumbuhan Paku Homospora (tumbuhan paku berumah satu), Tumbuhan
Paku Heterospora, dan Tumbuhan Paku Peralihan.
Tumbuhan Lumut (Bryophyta) mengalami reproduksi seksual dan
aseksual. Reproduksi seksual dengan menghasilkan gamet jantan dan gamet
betina, yaitu pada tahap gametofit. Pada tahap Sporofit tumbuhan lumut
menghasilkan spora.
Teknologi reproduksi pada tumbuhan meliputi vertikultur (teknik
budidaya dengan pemanfaatan lahan sempit menggunakan barang bekas),
hidroponik (teknik budidaya yang memanfaatkan media air), dan kultur
jaringan tumbuhan.

33
3.2. Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari
itu penulis memohon kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
perbaikan dan pembuatan makalah berikutnya.

34
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.(2005). Tumbuhan Lumut.http://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan Lumut.


Diakses pada hari 18 Maret 2012 pukul 19.35 WIB

Buku siswa kelas VII Kurikulum 2013

Hasan, M dan Ariyanti, N. S. (2004). Mengenal Bryophyta (Lumut) Taman


Nasional Gunng Gede Pangrango Volum 1. Balai Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango. Cibodas

Polunin, N. (1990). Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun.


(diterjemahkan oleh : Gembong Tjitrosoepomo). Yogyakarta
: Gadja Mada University Press

Syamsiah. (2009). Identifikasi Jenis-Jenis Tumbuhan Lumut (Bryophyta) Di


Kawasan Wisata Air Terjun Takapala Malino. Jurnal Seminar
Hasil Penelitian. Makasar : Universitas Negeri Makasar
Buku siswa kelas VII Kurikulum 2013

35

Anda mungkin juga menyukai