Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan karakteristik Filum Annelida.
2. Mahasiswa mampu mengklasifikasikan Filum Annelida.
3. Mahasiswa mampu menjelskan peranan Filum Annelida dalam kehidupan
Pendahuluan
Annelida secara harfiah berarti ‘cincin-cincin kecil’ yang mengacu pada kemiripan tubuh
annelida dengan serangkaian cincin yang menyatu. Panjang tubuh Annelida sangat bervariasi,
berkisar 1 mm hingga lebih dari 3 m. Annelida dapat ditemukan pada beberapa habitat, di antaranya
di lautan, di air tawar, dan di tanah yang lembab. Perhatikan gambar di bawah ini:
Dari gambar diatas, kita mengetahui betapa besarnya kekuasaan tuhan, dengan kebesaran-Nya
kita dapat memanfaatkan hewan ciptaannya untuk mengobati berbagaai jenis penyakit. Untuk itu kita
diwajibkan untuk selalu bersyukur atas apa yang telah kita terima.
Ciri-ciri Umum Filum Annelida
Hewan-hewan annelida memiliki nephridia dan duktus ceolom sebagai organ ekskresi dan
reproduksi. Sistem peredaran darah yang dimiliki annelida merupakan sistem peredaran tertutup dan
tubular dengan darah berwarna merah. Sistem reproduksi seksual dapat dengan kopulasi silang secara
internal oleh annelida hermafrodit. Sistem reproduksi aseksual oleh annelida gonokoris yang
dilakukan melalui pembelahan tubuh. Sistem saraf annelida terdiri atas sepasang ganglion kepala dan
saraf tangga tali. Annelida melangsungkan pernapasan di kulit dengan melakukan difusi oksigen.
Hewan annelida dapat ditemukan pada air laut, air tawar, dan tanah yang lembab.
Cacing tanah adalah hewan hermafrodit, oleh sebab itu mereka melakukan fertilisasi silang. Dua
cacing tanah kawin dengan menyejajarkan tubuhnya dalam posisi yang saling berlawanan sehingga
mereka dapat bertukar sperma. Setelah selesai mereka kemudia berpisah. Sperma yang diterima akan
disimpan untuk sementara waktu sedangkan organ yang disebut klitelum menyekresikan kepompong
yang terbuat dari mukus.
Annelida terbagi atas beberapa kelas yakni kelas Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea.
1. Kelas Polychaeta
Kelas Polychaeta merupakan kelas yang beranggotakan kelabang-kelabang laut. Tubuhnya
memiliki segmen di dalam dan di luar tubuh. Memiliki banyak seta di bagian parapodia tubuh. Pada
parapodia polychaeta terdapat organ insang sebagai alat pernapasan.
Kepala Polychaeta dilengkapi organ mata sederhana, sungut yang tebal, dan tentakel yang
berpasangan dengan organ prostomium. Mulut polychaeta terhubung dengan faring yang menuju
esofagus. Esofagus tersebut dilengkapi dengan kelenjar pencernaan pada sisinya. Esofagus tersebut
langsung menju usus perut yang menuju anus.
Tidak seperti annelida lain, polychaeta tidak memiliki klitelum. Polychaeta juga memiliki organ
kelamin yang terpisah, dengan kata lain polychaeta tidak hermafrodit. Anggota polychaeta
kebanyakan hidup di laut. Kelas polychaeta terdiri dari beberapa ordo yakni:
1.1. Ordo Errantia, merupakan polychaeta yang berenang bebas. Segemn-segmen tubuh sama
kecuali pada bagian akhir anterior dan posterior. Parapodia dilengkapi dengan acicula. Ordo
Errantia memiliki 4 famili utama.
a. Famili Aphroditidae, memiliki karakteristik bagian belakang atau keseluruhan bagian tubuh
ditutupi oleh sejenis sisik. Contoh spesies: Lepidonotus squamatus.
b. Famili Syllidae, tubuhnya pendek dan tipis, biasanya bereproduksi secara aseksual dengan cara
‘budding’. Contoh spesies: Autolytus cornutus.
Gambar 7.6. Gambar Nereis virens Gambar 7.7. Gambar Eunice viridis
(Sumber: http://marinespecies.org) ( https://www.britannica.com)
1.2. Ordo Sedentaria, merupakan hewan polychaeta yang memiliki kepala kecil atau termodifikasi,
parapodianya sederhana dan tanpa acicula. Ordo sedentaria terdiri dari 5 famili.
a. Famili Chaetopteridae, merupakan penyaring makanan yang mana menggunakan kantong
sekresi mukus untuk menyaring partikel makanan dari aliran air. Contoh spesies: Chaetopterus
sp.
b. Famili Terebellidae, cacing panjang yang hidup dalam liang-liang, kepala dengan filamen
tentakular yang berfungsi sebagai alat pernapasan. Contoh spesies: Amphitrite ornata.
d. Famili Sabellidae, anggota famili ini berisi spesies cacing dengan sungut yang termodifikasi
menjadi insang-insang yang berbentuk baling-baling semisirkular. Hewan ini memiliki
parapodia yang belum sempurna. Contoh spesies: Sabella microphthalma.
e. Famili Serpulidae, cacing jenis ini hidup pada liang-liang berkapur. Memiliki sungut prostomial
yang termodifikasi menjadi insang yang berbentuk baling-baling semisirkular, pada bagian dorsal
insang tersebut terdapat sebuah operkulum. Contoh spesies: Hydroides longispinosa.
2. Kelas Oligochaeta
Anggota kelas oligochaeta yang paling terkenal adalah cacing tanah. Memiliki tubuh yang
bersegmen-segmen baik di luar dan di dalam, memiliki klitelum, dan beberapa seta. Cacing pada kelas
ini tidak memiliki parapodia.Pergerakan hewan-hewan oligochaeta dilakukan oleh kontraksi otot
yang dibantu oleh seta. Tubuh cacing kelas ini disusun oleh sekitar 100-180 segen. Bagian
prostomium terdapat pada bagian ujung anterior segemn pertama, sedangkan anus berada di segmen
terakhir tubuh. Oligochaeta bersifat hermafrodit dan melakukan reproduksi dengan cara pembuahan
silang yang berlangsung di klitelum. Kelas oligochaeta terdiri dari beberapa ordo yaitu:
1.1. Ordo Plesiopora, ordo ini beranggotakan oligochaeta kecil yang bagian vas diferens tubuhnya
membuka pada bagian eksterior segmen di belakang testis. Ordo ini terdiri dari beberapa famili:
a. Famili Aeoloselomatidae, merupakan cacing air tawar. Cacing ini memiliki ukuran mikroskopis.
Pada masing-masing segmen tubuh memiliki empat ikatan seta. Cacing famili ini bereproduksi
dengan melakukan pembelahan. Contoh spesies: Aeolosoma hemprichi.
b. Famili Naididae, merupakan cacing akuatik yang kebanyakan hidup di air tawar. Tubuhnya
berukuran kecil dan transparan. Terdapat dua sampai empat ikatan seta pada masing-masing
segmen. Seta ventral yang dimiliki bentuknya bercabang. Reproduksi umumnya dilakukan
dengan pembelahan transversal. Contoh spesies: Nais elinguis.
a. Famili Lumbriculidae, merupakan cacing prosopora akuatik yang hidup bebas, memiliki empat
pasang seta pada setiap segemnnya dan biasanya berwarna kemerahan. Contoh spesies:
Lumbriculus variegatus.
b. Famili Branchiobdellidae, merupakan jenis cacing prosopora yang epizoik pada udang karang.
Memiliki alat penghisap pada bagian posterior dan ujung tubuh. Tidak memiliki seta. Pada satu
bagian dorsal dan ventral memiliki rahang dari kitin. Contoh spesies: Cambarincola
philadelphica, Cambarincola pamelae.
2.3. Ordo Gnathobdellida, merupakan ordo lintah yang memiliki rahang, tidak memiliki probosis,
memiliki darah berwarna merah, dan hidup di air tawar atau terestrial. Ordo ini terdiri atas famili:
a. Famili Hirudinidae, setiap segmen tubuhnya terdiri dari lima cincin, memiliki rahang dengan
tiga gigi, dan memiliki lima pasang mata. Kebanyakan hidup di lumpur dekat air tawar dan
menghisap darah hewan maupun manusia. Contoh spesies: Hirudo medicinalis.
b. Famili Haemadipsidae, merupakan lintah terestrial tropis dan subtropis, khususnya di daerah
Asia Tenggara. Memiliki membran yang melipat disekeliling alat penghisap. Anggota famili ini
dapat ditemukan di daerah yang lembab, dimana mereka dapat melekatkan diri menggunakan alat
penghisap anterior mereka pada hewan mamalia yang lewat. Contoh spesies: Haemadipsa
zeylanica.
SUMBER
Sitompul., AF., Siregar., EH, Pratiwi., N. 2018. Taksonomi Hewan Invertebrata. FMIPA Unimed.
Medan