Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

“PengaruhInhibitor Terhadap Perkecambahan Biji”

Nama : Anita Dwi Riastuti

NIM : 1710211003

Kelompok : 5 (Lima)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Untuk melihat pengaruh zat penghambat di dalam daging buah jeruk (Citrus
aurantifolia) / tomat (Solanum lycopersicum) terhadap perkecambahan biji padi (Oryza
sativa).
1.2 Dasar Teori
Biji pada buah tomat yang masak tidak akan berkecambah dalam buah, meskipun
suhunya sudah sangat sesuai untuk terjadinya suatu proses perkecambahan, demikian pula
dengan keadaan kelembaban dan kadar oksigennya. Namun apabila biji dikeluarkan dari
buah, dikeringkan kemudian ditanam, biji itu akan segera berkecambah. Bahkan biji itu bisa
langsung berkecambah jika diambil langsung dari buah dan dibiarkan mengapung
dipermukaan air. Hal ini disebabkan karena didalam buah, kandungan air buah memiliki
potensial yang terlalu negatif untuk terjadinya suatu proses perkecambahan. Zat penghambat
khusus juga mungkin ada seperti asam abisat (ABA) dalam endosperma yang sedang
berkembang dari biji alfalfa yang berfungsi sebagai penghambat proses perkecambahan
embrio. Buah lain, menyaring panjang gelombang yang diperlukan untuk perkecambahan
(Salisbury dan Ross, 1995).
Biji dapat tetap viabel (hidup), tetapi tak dapat berkecambah atau tumbuh karena
beberapa penyebab, baik itu berasal dari luar maupun dari dalam biji itu sendiri. Peristiwa ini
kemudian kita kenal dengan istilah dormansi biji Dormansi pada biji ini dapat dihilangkan
dengan berbagai cara, diantaranya dengan mencuci biji sehingga zat penghambatnya hilang.
Cara lainnya yang dapat digunakan ialah dengan perlakuan suhu rendah atau pendinginan
awal (Salisbury dan Ross, 1995). Banyak biji, terutama biji Rocaceae dan beberapa konifer
serta beberapa spesies herba akan berkecambah kalau bijinya tidak terpajang pada suhu dan
oksigen rendah dan dalam kondisi lembab selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Beberapa biji akan memberikan respon terbaik suhu harian bergantian antara tingg dan
rendah. Tindakan meletakkan biji selama musim dingin didalam wadah berisi pasir dan
gambut lembab dinamakan stratifikasi. Karena biji dalam wadah harus diberi suhu rendah
sebelum mereka mau berkecambah dikenal dengan istilah perlakuan awal suhu rendah atau
pendinginan awal (Prechilling). Pendinginan awal ini dilaboratorium benih dan untuk
percobaan yang dilakuan dalam inkubator atau ruang tumbuh. Diala, kebutuhan akan suhu
rendah menyebabkan biji tidak berkecambah dini di musim gugur atau selama periode panas
yang tak biasa di musim dingin (Salisbury dan Ross, 1995). Asam absisat (ABA), sebagai
penghambat tumbuh (Inhibitor/retardant) pada saat tanaman mengalami stress, fitohormon ini
digunakan untuk mengompakkan pertumbuhan batang agar tanaman terlihat sangat baik.
Pada komposisi dan perlakuan tertentu dapat merangsang pertumbuhan tunas anakan dengan
cepat dan serentak. Golongan inhibitor adalah: Paclobutrazol, Ancymidol, dan CCC
(Anonim, 2008). Semua jaringan tanaman terdapat hormon ABA yang dapat dipisahkan
secara kromatografi Rf 0.9. Senyawa tersebut merupakan inhibitor B kompleks. Senyawa ini
mempengaruhi proses pertumbuhan, dormansi dan absisi. Beberapa peneliti akhirnya
menemukan senyawa yang sama yaitu asam absisat (ABA). Peneliti tersebut yaitu Addicott
et al dari California USA pada tahun 1967 pada tanaman kapas dan Rothwell serta Wain pada
tahun 1964 pada tanaman lupin (Wattimena 1992).
Zat pengatur tumbuhan yang diproduksi di dalam tanaman disebut juga hormon tanaman.
Hormon tanaman yang dianggap sebagai hormon stress diproduksi dalam jumlah besar ketika
tanaman mengalami berbagai keadaan rawan diantaranya yaitu ABA. Keadaan rawan
tersebut antara lain kurang air, tanah bergaram, dan suhu dingin atau panas. ABA membantu
tanaman mengatasi dari keadaan rawan tersebut (Salisbury dan Ross, 1995). ABA adalah
seskuiterpenoid berkarbon 15, yang disintesis sebagian di kloroplas dan plastid melalui
lintasan asam mevalonat . Reaksi awal sintesis ABA sama dengan reaksi sintesis isoprenoid
seperti gibberelin sterol dan karotenoid. Biosintesis ABA pada sebagian besar tumbuhan
terjadi secara tak langsung melalui peruraian karotenoid tertentu (40 karbon) yang ada di
plastid. ABA pergerakannya dalam tumbuhan sama dengan pergerakan gibberelin yaitu dapat
diangkut secara mudah melalui xilem floem dan juga sel-sel parenkim di luar berkas
pembuluh. (Anonim, 2008).
Asam absisik (ABA) dan asam-asam fenolik merupakan inhibitor endogen yang tersebar
luas dalam tubuh tumbuhan. Dalam berbagai proses fisiologis senyawa tersebut berinteraksi
dengan auksin, giberelin, dan sitokinin dengan hubungan yang lebih bersifat antagonisme
dari pada sinergisme. Inhibitor (zat penghambat tumbuh) ini dapat dijumpai pada organ-
organ daun, batang, rhizoma, ubi, tunas, tepoungsari, buah, embrio, endosperm, maupun kulit
biji, sehingga keberadaan senyawa-senyawa tersebut akan menghambat proses pertumbuhan
tunas/pucuk, per-kecambahan, pembungaan, serta mempercepat proses penuaan atau
pengguguran daun, bunga, dan buah. (Anonim, 2008). Ahli fisiologi benih biasanya
menetapkan perkecambahan sebagai suatu kejadian yang diawali dengan imbibisi dan
diakhiri ketika radikula (akar lembaga) atau kotiledon atau hipokopotil memanjang atau
muncul melewati kulit biji. Biji dapat tetap viabel (hidup), tetapi tak dapat berkecambah atau
tumbuh karena beberapa penyebab, baik itu berasal dari luar maupun dari dalam biji itu
sendiri. Peristiwa ini kemudian kita kenal dengan istilah dormansi biji. Dormansi pada biji
merupakan suatu peristiwa dimana biji tertahan atau terhambat untuk berkecambah.
Dormansi pada biji ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya (Goldworthy,
1992):
1. Biji yang belum matang, dalam hal ini adalah embrio yang masih immature dapat
disebabkan oleh beberapa hal seperti : ketika terjadi abscission (gugurnya buah dari
tangkainya) embrio masih belum menyelesaikan tahap perkembangannya, embrio
belum mengalami diferensiasi atau masih butuh waktu untuk mencapai bentuk dan
ukuran yang sempurna.
2. Impermiabilitas kulit biji terhadap air dan oksigen, yang dapat diuraikan sebagai
berikut : Bagian biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji, nucellus, pericarp,
endocarp Impermeabilitas dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-macam
substansi (misalnya cutin, suberin, lignin) pada membran. Kulit biji yang keras dapat
disebabkan oleh pengaruh genetik maupun lingkungan.
3. Kondisi lingkungan yang tidak mendukung untuk terjadinya suatu proses
perkecambahan. Senyawa penghambat kimia, sering juga terdapat pada biji dan
sering kali zat penghambat ini harus dikeluarkan terlebih dahulu sebelum
perkecambahan dapat berlangsung. Di alam, bila curah hujan cukup akan dapat
mencuci zat penghambat biji ini, kemudian tanah kan cukup basah bagi kecambah
baru untuk hidup.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
1. Mampan (3 buah)
2. Pisau silet
3. Alat saring.
4. Gabah (Oryza sativa)
5. Buah Jeruk nipis (Cytrus aurantifolia)
6. Buah tomat (Solanum lycopersicum)
7. Air
8. Aquades
9. Tissue
2.2 Skema Kerja
Menyiapkan alat dan bahan

Mencuci buah tomat (Solanum lycopersicum) kemudian diperas, lalu menyaring


cairan yang diperoleh dan membuang ampasnya

Menggunting kertas merang kemudian diletakkan pada cawan petri

Memasukkan 20 butir gabah kedalam cawan petri yang telah dilapisi


kertas merang

Memberi cairan tomat kedalam cawan petri hingga gabah tertutup cairan

Mengamati selama 7 hari dan menambahkan cairan terus menerus pada setiap harinya

Menambahkan cairan terus menerus pada setiap harinya

2.3 Dokumentasi Cara Kerja


No. Dokumentasi Cara Kerja Keterangan
1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Mencuci buah tomat (Solanum


lycopersicum).

3. Memeras buah tomat dengan menggunakan


alat saringan untuk mengambil sari buah
tomatnya.
4. Menyediakan botol kaca untuk diisi dengan
sari buah tomat.

5. Memasukkan 10 butir biji padi pada cawan


petri yang telah dilapisi dengan
menggunakan kertas merang.

6. meneteskan sari buah tomat pada biji padi


tersebut.
7. Meletakkan sari buah tomat di tempat yang
aman dan tidak terkena sinar matahari.

8. melakukan pengamatan selama 7 hari untuk


melihat biji yang mengalami
perkecambahan dan setiap hari menteskan
sari buah tomat pada biji padi tersebut.
BAB III
HASIL PEMGAMATAN
3.1 Tabel Hasil Pengamatan
3.1.1 Ekstrak Buah Jeruk Nipis
a) Kelompok 1
b) Padi dengan air tomat
H Dokumentasi
Kecambah Tidak

1 0 20

2 0 20

3 0 20

4 0 20

5 0 20
6 0 20

7 0 20

c) Kelompok 3

d) Padi dengan air tomat


H Dokumentasi
Kecambah Tidak

1 0 20

2 0 20

3 0 20
4 0 20

5 0 20

6 0 20

7 0 20

3.1.2 Ekstrak Buah Tomat


a) Kelompok 4
Padi dengan air tomat
Hari Dokumentasi
Kecambah Tidak

1 0 20
2 0 20

3 0 20

4 0 20

5 0 20

6 0 20

7 0 20

b) Kelompok 5
Hari Padi Dokumentasi
Berkecambah Tidak
1 0 10

2 0 10

3 0 10

4 0 10

5 0 10
6 0 10

7 0 10

3.1.3 Aquadest
a) Kelompok 2
a) Padi dengan Aquades
H Dokumentasi
Kecambah Tidak

1 0 20

2 0 20

3 0 20
4 1 19

5 17 3

6 18 2

7 19 1
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dengan acara Pengaruh inhibitor terhadap paerkecambahan biji
dengan tujuan percobaan Untuk melihat pengaruh zat penghambat di dalam daging buah jeruk/
tomat terhadap perkecambahan biji padi. Pada percobaan ini kami menggunakan alat dan bahan
Mampan (3 buah), Pisau silet, Alat saring, Gabah (Oryza sativa), Buah Jeruk nipis (Cytrus
aurantifolia), Buah tomat (Solanum lycopersicum), Aquades, Tissue. Dengan melakukan
beberapa prosedur kerja sehingga kami mendapatkan hasil yang akan kami bahas pada
pembahasan berikut
4.1 Hasil Pengamatan
Pada percobaan pertama kami menggunakan bahan dasar jeruk nipis, langkah awal
yang kami lakukan adalah menyiapkan semua alat dan bahan, kemudian mencuci buah jeruk
nipis kemudian diperas, lalu menyaring cairan yang diperoleh dan membuang ampasnya, lalu
menggunting kertas merang kemudian diletakkan pada cawan petri, setelah itu memasukkan
20 butir gabah kedalam cawan petri yang telah dilapisi kertas merang, kemudian memberi
cairan jeruk nipis kedalam cawan petri hingga gabah tertutup cairan, setelah itu mengamati
selama 7 hari dan menambahkan cairan terus menerus pada setiap harinya. Pada bahan jeruk
nipis kami melakukan dua pengamatan dengan kelompok yang berbeda. Pada pengamatan
pertama yang dilakukan oleh kelompok 1 padi yang direndam menggunakan sari jeruk nipis
selama 7 hari pengamatan tidak mengalami perkecambahan pada seluruh bijinya, jadi total
padi yang berkecambah yaitu 0 dan total padi yang tidak berkecambh berjumlah 20. Pada
pengamatan kedua yang dilakukan oleh kelompok 3, padi yang direndam menggunakan sari
jeruk nipis tidak mengalami prkecambahan, jadi total padi yang berkecambah yaitu 0 dan
padi yang tidak berkecambah yaitu 20.
Pada percobaan kedua kami menggunakan bahan sari tomat, langkah awal yang kami
lakukan adalah menyiapkan semua alat dan bahan, kemudian mencuci buah tomat kemudian
diperas, lalu menyaring cairan yang diperoleh dan membuang ampasnya, lalu menggunting
kertas merang kemudian diletakkan pada cawan petri, setelah itu memasukkan 20 butir gabah
kedalam cawan petri yang telah dilapisi kertas merang, kemudian memberi cairan tomat
kedalam cawan petri hingga gabah tertutup cairan, setelah itu mengamati selama 7 hari dan
menambahkan cairan terus menerus pada setiap harinya. Pada percobaan ini kami melakukan
2 pengamatan, pada pengamatan pertama yang dilakukan oleh kelompok 4 padi yang
direndam selama 7 hari tidak mengalami perkecambahan, jadi total padi yang berkecambah
adalah 0 dan padi yang tidak berkecambah berjumlah 20 butir, pada sampel ini padi yang
telah mendapatkan perlakuan selama 7 hari berjamur dan Nampak kusam dan sedikit warna
hitam. Pada pengamatan kedua yang dilakukan oleh kelompok 5 padi yang direndam selama
7 hari tidak mengalami perkecambahan, jadi total padi yang berkecambah yaitu 0 dan padi
yang tidak berkecambah berjumlah 10, pada sampel ini padi yang padi yang mengalami
perlakuan selama 7 hari mengalami pemudaran warna dan berjamur.
Pada percobaan ketiga kami menggunakan cairan aquades, langkah awal yang kami
lakukan adalah menyiapkan semua alat dan bahan, kemudian menggunting kertas merang
kemudian diletakkan pada cawan petri, setelah itu memasukkan 20 butir gabah kedalam
cawan petri yang telah dilapisi kertas merang, kemudian memberi aquades kedalam cawan
petri hingga gabah basah, setelah itu mengamati selama 7 hari dan menambahkan aquades
terus menerus pada setiap harinya. Hasil dari percobaan ini yaitu pada hari ke 1-3 padi tidak
mengalami perkecambahan, pada hari ke-4 padi yang berkecambah yaitu berjumlah 1 dan
padi yang tidak berkecambah berjumlah 19, pada hari ke-5 padi yang berkecambah yaitu
berjumlah 17 dan padi yang tidak berkecambah berjumlah 3, pada hari ke-6 padi yang
berkecambah yaitu berjumlah 18 dan padi yang tidak berkecambah berjumlah 2, pada hari
ke-7 padi yang berkecambah yaitu berjumlah 19 dan padi yang tidak berkecambah berjumlah
1.
Pada literature yang kami dapatkan tomat (Solanum lycopersicum) mengandung asam
absisat (ABA) yang merupakan zat penghambat (inhibitor) perkecambahan, Biji yang
dikecambahkan pada air jeruk dan air tomat tidak dapat berkecambah karena didalam kedua
cairan tersebut terdapat inhibitor yang dapat menghambat perkecambahan biji. Sedangkan
biji yang dikecambahkan pada air biasa dapat mengalami perkecambahan karena air dapat
menetralisir zat inhibitor yang ada. Hasil Percobaan yang kami lakukan sesuai dengan teori
dari literature, yaitu pemberian sari tomat dan jeruk nipis dapat menghambat perkecambahan
sehingga padi yang kami amati tidak berkecambah, hal ini dikarenakan tomat mengandung
asam absisat yang merupakan zat penghambat.
4.2 Penggunaan Bahan Tomat Dan Jeruk Nipis
Tomat (Solanum lycopersicum) mengandung asam absisat (ABA) yang merupakan zat
penghambat (inhibitor) perkecambahan, sedangkan jeruk nipis (Cytrus aurantifolia)
mengandung asam askorbat yang mengganggu penyerapan panjang gelombang, sehingga
menghambat perkecambahan tumbuhan. Biji yang dikecambahkan pada air jeruk dan air
tomat tidak dapat berkecambah karena didalam kedua cairan tersebut terdapat inhibitor yang
dapat menghambat perkecambahan biji. Sedangkan biji yang dikecambahkan pada air biasa
dapat mengalami perkecambahan karena air dapat menetralisir zat inhibitor yang ada.
Mekanisme penghambatan biji pada asam askorbat yaitu pada jeruk nipis berlangsung
secara kimiawi. Biji padi sebelumnya telah mengalami dormansi yang terjadi akibat kulit biji
yang tidak permeable terhadap air dan oksigen. Akibatnya hanya sedikit oksigen yang dapat
masuk kedalam biji, sehingga pengaruh asam dari asam askorbat tidak dapat dinetralisir,
akibatnya biji tidak dapat berkecambah. Asam askorbat menghambat pada seluruh bagian
tanaman terutama pada daun. Asam Abisat atau ABA yang terkandung dalam cairan tomat
memiliki 3 efek utama yang ditentukan oleh jaringan yang terlibat didalamnya, yaitu
memberikan efek pada membran plasma sel akar, menghambat sintesa protein,
mengnonaktifkan gen yang tertentu secara khas (efek dari transkripsi) yang menunjukkan
adanya pengendalian yang kuat terhadap proses perkecambahan tumbuhan, termasuk dalam
perkecambahan biji. Asam absisat dihasilkan pada tunas terminal yang akan menghambat
pada seluruh bagian tanaman.
4.3 Perbandingan Pertumbuhan
Pada bahan yang kami gunakan dalam percobaan ini dapat dilihat bahwa ketiga bahan
tersebut sangat mempengaruhi laju perkecambahan biji. Bahan aquades membuktikan bahwa
pertumbuhan kecambah berjalan normal sedangkan pada biji yang diberi sari tomat dan sari
jeruk tidak mengalami pertumbuhan, hal ini dikarenakan biji yang dikecambahkan pada air
jeruk dan air tomat tidak dapat berkecambah karena didalam kedua cairan tersebut terdapat
inhibitor yang dapat menghambat perkecambahan biji. Tomat (Solanum lycopersicum)
mengandung asam absisat (ABA) yang merupakan zat penghambat (inhibitor)
perkecambahan, sedangkan jeruk nipis (Cytrus aurantifolia) mengandung asam askorbat
yang mengganggu penyerapan panjang gelombang, sehingga menghambat perkecambahan
tumbuhan. Sedangkan biji yang dikecambahkan pada air biasa dapat mengalami
perkecambahan karena air dapat menetralisir zat inhibitor yang ada.
4.4 Pengaruh Inhibitor Terhadap Perkecambahan
Perkecambahan biji sangat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya inhibitor di dalam maupun
di permukaan biji. Inhibitor ini dapat berupa inhibitor fisik dan kimia. Inhibitor fisik
misalnya berpa cangkang yang keras sehingga menghalangi proses inhibisi air respirasi ke
dalam embrio sedangkan inhibitor kimia misalnya karena larutan bernilai osmotik tinggi di
sekitar permukaan biji.
Perkecambahan biji dapat dihambat oleh adanya inhibitor yang disintesis oleh suatu
organ tumbuhan atau buah. Inhibitor itu disebut alelopati. Zat penghambat itu merupakan
pembatas mekanisme penyebaran tumbuhan secara alami. Zat penghambat tersebut antara
lain: boumarin, asam absisat, asam ferdiac, asam cuveat (pada buah tomat) dan asam ascorbat
( pada buah jeruk). Adanya zat penghambat dapat menyebabkan proses metabolisme dalam
tumbuhan menjadi terhambat. Zat penghambat alami tidak akan mengurangi kemampuan biji
untuk tumbuh tidak normal setelah perkecambahan berlangsung (Devlin, 1975). Dormansi
yang disebabkan oleh adanya zat penghambat dapat dihilangkan dengan mencuci biji sampai
zat penghambat hilang
4.5 Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan tersebut digolongkan menjadi 2, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal atau faktor dalam merupakan faktor yang
mempengaruhi perkecambahan dari dalam biji itu sendiri. Beberapa di antaranya terkait erat
dengan tingkat kemasakan fisiologis, ukuran, dormansi, dan penghambat (inhibitor) yang
pertama terdapat Tingkat kemasakan benih, tingkat kemasakan benih merupakan faktor
internal yang sangat berpengaruh terhadap perkecambahan. Biji yang belum masak secara
fisiologis umumnya tidak memiliki daya hidup (vigor) dan daya kecambah (viabilitas) yang
baik. Hal ini terjadi karena biji masih belum memiliki cukup cadangan makanan selain juga
karena embrionya yang belum terbentuk secara sempurna. Faktor yang mempengaruhi
perkecambahan selanjutnya ialah berat dan ukuran benih. Benih dengan berat dan ukuran
yang besar umumnya memiliki cadangan makanan yang banyak dalam kotiledonnya.
Cadangan makanan ini digunakan embrio sebagai energi untuk perkecambahan. Oleh karena
it, kecepatan pertumbuhan kecambah dipengaruhi oleh faktor ini. Factor yang selanjutnya
terdapat Dormansi adalah kondisi fisiologis dimana benih tetap hidup tapi tidak mengalami
perkecambahan. Benih dalam keadaan dormansi tidak dapat berkecambah meski lingkungan
di sekitarnya sudah dikatakan menunjang bagi perkecambahan. Factor yang selanjutnya yaitu
Inhibitor, Perkecambahan biji juga sangat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya inhibitor di
dalam maupun di permukaan biji. Inhibitor ini dapat berupa inhibitor fisik dan kimia.
Inhibitor fisik misalnya berpa cangkang yang keras sehingga menghalangi proses inhibisi air
respirasi ke dalam embrio sedangkan inhibitor kimia misalnya karena larutan bernilai
osmotik tinggi di sekitar permukaan biji.
Faktor ekternal atau faktor luar merupakan faktor yang mempengaruhi perkecambahan
dari lingkungan luar sekitar biji itu sendiri. Beberapa dari faktor ini di antaranya terkait erat
dengan ketersediaan air, suhu, oksigen, cahaya, dan kondisi media. Terdapat Air yang
mempengaruhi perkecambahan, Ketersediaan air di lingkungan sekitar benih memegang
peranan penting dalam menghilangkan inhibitor perkecambahan. Air juga berfungsi dalam
penguraian karbohidrat dalam kotiledon biji untuk dapat digunakan bagi pertumbuhan
embrio. Karena peranan penting ini, sebelum mengecambahkan benih para petani umumnya
akan merendam benih dalam air dalam waktu tertentu. Suhu juga merupakan faktor yang
mempengaruhi perkecambahan biji. Suhu mempengaruhi kecepatan perkecambahan. Pada
kisaran 26-35 derajat Celcius, perkecambahan benih umumnya berjalan dengan sempurna.
Factor yang selanjutnya yaitu Oksigen, oksigen yang diserap benih melalui respirasi akan
mendorong terjadinya perkecambahan secara cepat. Perkecambahan benih terjadi bila
kandungan oksigen di udara >29%. Untuk benih yang sedang dalam masa dorman,
penambahan oksigen ke dalam benih hingga 80% dapat membuat dormansi benih
terpatahkan sehingga benih mulai mengalami perkecambahan. Factor yang selanjutnya yaitu
Cahaya, Kebutuhan cahaya untuk perkecambahan sangat bervariasi tergantung jenis benih itu
sendiri. Ada benih yang butuh cahaya untuk berkecambah, ada benih yang berkecambah
dengan cepat jika cahaya tercukupi, ada benih yang terhambat perkecambahannya jika ada
cahaya, dan ada pula benih yang hanya dapat berkecambah pada kondisi gelap tanpa cahaya.
Media juga merupakan faktor yang mempengaruhi perkecambahan. Benih umumnya dapat
tumbuh sempurna pada media dengan sifak fisik yang baik. Media gembur yang bebas
penyakit dan kelembabannya terjaga akan membuat benih berkecambah dengan baik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Didalam kedua cairan tomat dan jeruk terdapat inhibitor yang dapat menghambat
perkecambahan biji. Sedangkan biji yang dikecambahkan pada air biasa dapat mengalami
perkecambahan karena air dapat menetralisir zat inhibitor yang ada. Menurut teori, tomat
(Solanum lycopersicum) mengandung asam absisat (ABA) yang merupakan zat penghambat
(inhibitor) perkecambahan. hal ini juga dikatakan oleh semua jaringan tanaman terdapat
hormon ABA yang dapat dipisahkan secara kromatografi Rf 0.9. Senyawa tersebut
merupakan inhibitor B –kompleks. Senyawa ini mempengaruhi proses pertumbuhan,
dormansi dan absisi. Beberapa peneliti akhirnya menemukan senyawa yang sama yaitu asam
absisat (ABA).
DAFTAR PUSTAKA

Tim Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan. 2019. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan.
Jember. Universitas Muhammadiyah Jember

Anonym. Diambil dari internet online https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/1234


56789/53000/4/BAB%20III%20Tinjauan%20Pustaka.pdf diakses pada 30
December 2019 pukul 20.10

T Nurhayati. Aktivitas inhibitor. Diambil dari internet online https://ejournal.undip.ac.i


d/index.php/ijms/article/download/1418/1199.pdf diakses pada 30 December
2019 pukul 19.30

Iriani YF. Diambil dari internet online https://media.neliti.com/media/publications/13271


4-ID-none.pdf diakses pada 30 December 2019 pukul 20.30

Anonym. Diambil dari internet online https://id.scribd.com/document/376948392/PENG


ARUH-ZAT-PENGHAMBAT-TERHADAP-PERKECAMBAHAN-BIJI diakses
pada 30 December 2019 pukul 22.30

Anda mungkin juga menyukai