Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

OSMOREGULASI

Kelompok : 5 (Lima)

Nama Anggota : 1. Meina Elsa Putri K (A1D019001)

2 . Seli Karisma Oktaviani (A1D019019)

3. Agrezia Rahmanda (A1D019025)

4. Atika Oktariza (A1D019053)

5. Shabirah Septa D (A1D019059)

6. Nurul Asih Handayami (A1D019065)

Dosen Pengampu : 1. Dr. Bhakti Karyadi, M.Pd.

2. Dr. Abdul Rahman, M.Si.

Asisten Dosen : 1. Oktaria Silviani, S.Pd.

2. Zakaria Husni, S.Pd.

3. Repani Anggraini (A1D017005)

4. Morin Fadilah Putri (A1D018002)

5. Tri Irama Setiadi (A1D018029)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2021
BAB I

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang
Kehidupan suatu organisme sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik faktor
fisika, faktor kimia dan biologi. Salah satu faktor yang mendukung kehidupan organisme
di perairan adalah kadar salinitas dalam perairan. Tinggi rendahnya salinitas disuatu
perairan baik itu air tawar, payau maupun perairan asin akan mempengaruhi keberadaan
organisme yang ada di perairan tersebut, hal ini sangat terkait erat dengan tekanan
osmotik dari ikan untuk melangsungkan kehidupannya. Ikan akan mengalami stress dan
bahkan akan mengalami kematian akibat osmoregulasi yang tidak seimbang. Perubahan
salinitas juga dapat mempengaruhi permeabilitas dinding sel ketika salinitas mengalami
perubahan. Pada saat tersebut ikan akan mengalami kecenderungan untuk mampau atau
tidaknya ikan untuk melakukan keseimbangan osmotiknya dalam rangka mengatur dan
berfungsi dengan normal sesuai dengan kebutuhannya, salinitas dalam suatu perairan pada
media yang berbeda juga akan mempengaruhi proses metabolisme untuk
pertumbuhannya.
Proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan untuk mengontrol
keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannyamelalui mekanisme
pengaturan tekanan osmosis. Proses osmoregulasi diperlukankarena adanya perbedaan
konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima
terlalu banyak air maka ia akan meletus, begitu pulasebaliknya, jika terlalu sedikit air,
maka sel akan mengerut dan mati.
Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang
tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup. Maka dari praktikum yang sudah kami
lakukan bertujuan untuk Mengetahui pengaruh salinitas dan suhu terhadap kelangsungan
hidup ika nila (Oreochormis niloticus).

B. Tujuan
Mengetahui pengaruh salinitas dan suhu terhadap kelangsungan hidup ika nila
(Oreochormis niloticus).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan untuk mengontrol
keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannyamelalui mekanisme
pengaturan tekanan osmosis. Proses osmoregulasi diperlukankarena adanya perbedaan
konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu
banyak air maka ia akan meletus, begitu pulasebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan
mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat
yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup (Campbell, 2004)
Osmoregulasi penting dilakukan terutama pada organisme peraiaran karena : a) Harus
terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan. b)Membran sel yang permeable
merupakan tempat lewatnnya beberapa substansi yang bergerak cepat. c) Adanya perbedaan
tekanan osmose antara cairan tubuh dengan lingkungannya. Karena itu, tidak ada organisme yang
hidup pada air tawaryang tidak melakukan osmoregulasi. Sedangkan pada ikan air laut, beberapa
diantaranya hanya melakukan sedikit upaya untuk mengontrol makanan osmose dalam tubuhnya,
misalnya ikan hiu karena tubuhnya menyerupai air garam laut (Fujaya, 2008).
Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh
dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak air maka ia akan
meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akanmengerut dan mati.
Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak
diperlukan oleh sel atau organisme hidup (Fujaya, 2004).
Proses osmeregulasi juga menghasilkan produk buangan seperti feses dan amoniak,
sehingga media pemeliharaan akan berwarna keruh sebagai akibat banyak feses yang dikeluarkan
ikan. Dampak dari ekskresi nitrogen tersebut akan mempengaruhi kehidupan ikan di dalamnya
yaitu terhadap kondisi ambient, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap pertahanan tubuhnya
(Aliyas, 2016).
Lingkungan tumbuh (habitat) yang paling ideal adalah perairan air tawar yang memiliki
suhu antara 14°C – 38°C, atau suhu optimal 25°C – 30°C. Keadaan suhu yang rendah yaitu suhu
kurang dari 14°C ataupun suhu yang terlalu tinggi di atas 30°C akan menghambat pertumbuhan
nila. Ikan nila memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan hidup. Batas bawah dan
batas atas suhu yang mematikan ikan nila berturut-turut adalah 11-12°C dan 42°C. Keadaan pH
air antara 5 – 11 dapat ditoleransi oleh ikan nila, tetapi pH yang optimal untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakkan ikan ini adalah 7- 8. Ikan nila masih dapat tumbuh dalam keadaan air asin
pada salinitas 0-35 ppt. Oleh karena itu, ikan nila dapat dibudidayakan di perairan payau, tambak
dan perairan laut, terutama untuk tujuan usaha pembesaran (Rukmana, 1997).
Selain suhu, faktor lain yang bisa mempengaruhi kehidupan ikan nila adalah salinitas atau
kadar garam. Nila bisa tumbuh dan berkembang biak diperairan dengan salinitas 0 – 29‰
(promil). Ikan ini masih bisa tumbuh tetapi tidak bisa bereproduksi diperairan dengan salinitas 29
- 35‰ (Khairuman dan Khairul, 2003).
Habitat asli dari ikan nila adalah air tawar, untuk bertahan hidup dari lingkungan dengan
salinitas 10-15 ppt ikan nila akan melakukan osmoregulasi yang berbeda untuk menyesuaikan
diri atau beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Tekanan osmosis lingkungan lebih tinggi dari
cairan tubuh ikan nila, sehingga air dalam tubuh ikan nila akan mengalir kelingkungan dengan
cara osmosis dan garam-garam atau ion-ion dari lingkungan akan masuk kedalam tubuh ikan nila
dengan cara difusi. Untuk mempertahankan atau menyeimbangkan konsentrasi garam dan air
dalam tubuh ikan nila, maka ikan nila akan memperbanyak minum air untuk melakukan proses
osmoregulasi. Dengan memperbanyak minum maka kehilangan air dalam tubuh ikan nila akan
tergantikan dan garam-garam harus segera dikeluarkan (Yulan, 2013).
Semakin tinggi salinitas maka semakin tinggi pula tingkat kematian benih ikan nila,
karena jika tingkat osmoregulasi tinggi sedangkan kemampuan ikan nila rendah maka akan
berakibat pada kematian ikan nila. Kelangsungan hidup benih ikan nila dipengaruhi oleh
kemampuan osmoregulasi ikan nila bersifat eurihaline walaupun habitat aslinya di lingkungan air
tawar (Siegers, 2019).
Selain salinitas, faktor yang menentukan keberhasilan pada proses adaptasi adalah ukuran
ikan. Ikan nila yang masih kecil atau benih biasanya lebih cepat menyesuaikan diri terhadap
kenaikan salinitas dibandingkan ikan nila yang berukuran besar pada saat adaptasi dengan
lingkungan dan ikan yang berukuran besar akan lebih sensitif namun sebaliknya semakin kecil
ukuran ikan, maka ikan akan lebih tahan pada proses adaptasi pada lingkungan yang baru.
Mengenai adaptasi ikan nila terhadap salinitas air laut menunjukkan bahwa semakin lama waktu
adaptasi dan semakin rendah peningkatan salinitas maka tingkat kelangsungan hidup benih ikan
nila semakin tinggi yaitu sebesar 80% (Hikmawati, 2019).
Perubahan gerak operkulum ini diikuti dengan perilaku ikan yang kerap sering mengambil
udara di permukaan air. Perubahan pergerakan ikan nila yang semula aktif bergerak menjadi
lebih pasif (pendiam) berkorelasi dengan semakin tingginya suhu air, semakin tinggi suhu air
semakin cepat terjadi perubahan gerak ikan menjadi pasif (Aliza, 2013).
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Gelas kimia
b. Stopwatch
2. Bahan 
a. Air dingin                                             
b. Air panas/hangat
c. Air normal                                       
d. Ikan nila
e. Larutan NaCl 1%
f. Larutan NaCl 3%
g. Larutan NaCl 5% 
B. Prosedur Kerja
1. Air Hangat
a. Dimasukan air hangat ke dalam gelas kimia
b. Dimasukkan satu ekor ikan nila ke dalam gelas kimia yang telah diisi air hangat
c. Diamati peregrakkan ikan dan dihitung frekuensi gerak operkulumnya dari menit
ke 1-5.
d. Setelah selesai diamati, ikan nila dikeluarkan dari gelas kimia
e. Dimasukkan 4 ekor ikan nila yang baru ke dalam gelas kimia
f. Diamati survival (persentase hidup) ikan setelah 1 jam dibiarkan dan diamati
tingkat kekeruhan air.
g. Dicatat hasil pengamatan pada tabel
2. Air Normal
a. Dimasukkan air normal kedalam gelas kimia
b. Dimasukkan satu ekor ikan nila ke dalam gelas kimia yang telah diisi air
c. Diamati pergerakkan ikan dan dihitung frekuensi gerak operkulumnya dari menit
ke 1-5
d. Setelah selesai mengamati, ikan nila dikeluarkan dari gelas kimia
e. Dimasukkan 4 ekor ikan nila yang baru ke dalam gelas kimia
f. Mengamati survival (persentase hidup) ikan setelah 1 jam dibiarkan dan diamati
tingkat kekeruhan air.
g. Dicatat hasil pengamatan pada tabel
3. Air Dingin
a. Dimasukkan batu es kedalam gelas kimia kemudian ditambahkan air normal
b. Dimasukkan satu ekor ikan nila kedalam gelas kimia yang telah berisi air dingin
c. Diamati pergerakkan ikan dan dihitung frekuensi gerak operkulumnya dari menit
ke 1-5
d. Setelah selesai diamati, ikan nila dikeluarkan dari gelas kimia
e. Dimasukkan 4 ekor ikan nila yang baru ke dalam gelas kimia
f. Diamati survival (persentase hidup) ikan setelah 1 jam dibiarkan dan diamati
tingkat kekeruhan air.
g. Dicatat hasil pengamatan pada tabel
4. Larutan NaCl 1%, 3% & 5%
a. Dibuat larutan NaCl 1% berdasarkan rumus,
Konsentrasi larutan= (Berat bahan terlarut (gr): volume pelarut (ml)) x 100%
b. Dimasukkan larutan ke dalam gelas kimia
c. Dimasukkan satu ekor ikan nila kedalam gelas kimia yang telah diisi larutan
d. Di amati pergerakkan ikan dan dihitung frekuensi gerak operkulumnya dari menit
ke 1-5
e. Setelah selesai di amati, ikan nila dikeluarkan dari gelas kimia
f. Dimasukkan 4 ekor ikan nila yang baru ke dalam gelas kimia
g. Di amati survival (persentase hidup) ikan setelah 1 jam dibiarkan dan diamati
tingkat kekeruhan air.
h. Dicatat hasil pengamatan pada tabel
i. Kegiatan 1-8 diulangi dengan menggunakan larutan NaCl 3% dan 5%
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan
1. Tabel Hasil Pengamatan Frekuensi Operkulum Ikan

No Perlakuan Frekuensi gerak operkulum menit ke-


. 1 2 3 4 5
1 Air Biasa 55 71 65 73 65
2 Air Dingin 27 48 49 41 41
3 Air Hangat 93 112 125 109 97
4 Larutan NaCl 1% 65 55 83 61 66
5 Larutan NaCl 3% 77 90 92 90 84
6 Larutan NaCl 5% 15 10 6 36 15
2. Tabel Survival/ Presentase Hidup Ikan

No Perlakuan Survival Kekurahan air


.
1 Air Biasa 4 Ikan hidup Keruh
2 Air Dingin 4 ikan hidup Sedikit keruh
3 Air Hangat 2 ikan mati dan 2 Keruh
ikan hidup
4 Larutan NaCl 1% 4 ikan hidup Sedikit keruh
5 Larutan NaCl 3% 4 ikan lemas Keruh
6 Larutan NaCl 5% 4 ikan mati Keruh

B. Pembahasan
Pada percobaan ini yaitu menggenai osmoregulasi, digunakan ikan nila
(Oreochormis nilotcus) ikan nila termasuk dalam kelompok ikan bertulang keras atau
Osteichthyes yang hidup pada air tawar denhgan tempat hidup seperti sungai atau
danau yang cocok dipelihara di perairan tenang. Penggunaan ikan nila sebagai hewan
yang akan diuji dalam praktikum, hal ini berkaitan dengan tujuan serta prosedur kerja
dari praktikum yang dilakukan. Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk menggetahui
pengaruh salinitas dan suhu terhadap kelangsungan hidup pada ikan dengan prosedur
kerja menghitung banyaknya operculum terbuka selama satu menit, ikan nila termasuk
kedalam ikan yang tidak dapat hidup pada suhu yang terlalu tinggi maupun terlalu
rendah serta memiliki kepekaan terhadap salinitas air. Hal ini sesuai dengan pendapat
dari Dirjen perikanan, 1998 yang menyatakan bahwa ikan nila sebagai ikan kultur
dalam penelitian ini didasarkan pada suatu kenyataan bahwa ikan ini merupakan
penghuni rawa-rawa yang banyak jumlahnya serta keunggulan dari ikan nila yaitu,
tidak perlu penanganan khusus, pertumbuhan relative lebih cepat dibaningkan dengan
jenis ikan Cyprinus, cenderung tahan terhadap penyakit, dan harga yang relative
terjangkau. Penggunaan Spesies ikan nila digunakan dalam percobaan osmoregulasi,
merupakan hal yang tepat, hal ini berkaitan denagan morfologi ikan nila karena
bentuk ikan yang pipih memiliki operculum yang cenderung cukup besar serta
memuahkan praktikan untuk melihat terbukanya operculum pada ikan. Jika
menggunakan ikan yang memiliki bentuk anguliform atau filiform dapat mempersulit
pengamat dalam melihat terbukanya operculum pada hewan yang diamati sehingga
dipilihlah ikan nila dalam pengamatan.
Pada percobaan pertama, kedua dan ketiga secara berturut-turun menggunakan air
biasa, air dingin dan air hangat. Pada setiap percobaan menunjukkan frekuensi
operculum yang berbeda. Pada percobaan pertama yaitu menggunakan air biasa
dengan suhu 30o C, langkah kerja yang dilakukan yaitu memasukkan empat ekor ikan
kedalam air biasa lalu diamati frekueni operculum dalam interval waktu dari menit
ke-1 hingga menit ke-5 dan diamati pula tingkat survival ikan dari keemnpat ikan
yang diamati serta diperhatikan pula tingkat kekeruhan air selama satu jam. Pada
percobaan pertama yaitu menggunakan air biasa terlihat bahwa ikan tersebut
membuka operculum sebanyak 55 kali pada menit pertama pengamatan, sebanyak 71
kali pada menit kedua, 65 kali pada menit ketiga, 73 kali pada menit keempat dan 65
kali pada menit kelima. Hasil tersebut secara rerata menunjukkan bahwa ikan nila
membuka operculum sebanyak 66 kali dalam satu menit. Hal tersebut menunjukkan
bahwa di tempat asalnya yaitu pada lingkungan dengan perairan tawar ikan nila
membuka operculum sebanyak 66 kali permenit. Hal tersebut berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh (Huri dan Syafriadiman, 2010) yang menyatakan
bahwa rata-rata bukaan operculum ikan nila sebanyak 100-121 kali/menit. Menggenai
perbedaan data yang diperoleh dapat terjadi perbedaan yang disebabkan karena
kesalahan perhitungan frekuensi operculum ikan yang dilakukan oleh praktikan
karena pada saat perhitungan. Berkaitan demgam ketahanan hidup ikan atau survival
pada ikan nila pada lingkungan berupa air biasa melalui pengamatann terlihat bahwa
keempat ikan mampu hidup pada lingkungan berupa air biasa hal sesuai dengan hasil
literature yaitu habitat ikan nila berupa air tawar seperti air sungai atau wauk.
Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa ikan nila dapat survive dalam air biasa
tersebut karena sesuai dengan kondisi air pada habitat asal dari ikan nila. Perubahan
yang ditunjukkan setelah satu jam menunjukkan perubahan yaitu air berubah menjadi
keruh yang disebabkan karena aktivitas yang dilakukan oleh ikan sehingga terlihat
adanya lendir- lendir serta kotoran ikan sebagai akibat dari adanya aktivitas ikan
dalam media pengamatan.
Pada percobaan ketiga yaitu menggunakan media berupa air dingin, diperkirakan
bahwa suhu air bekisar antara 20±15o hal ini menyebabkan perbedaan frekuensi
bukaan operculum pada ikan jika dibaningkan dengan jumlah bukaan operculum
dengan media hidup berupa air biasa. pada media hidup berupa air dingin jumlah
bukaan operculum pada menit pertama yaitu 27 kali terbuka, menit kedua sebanyak 48
kali terbuka, menit ketiga 49 kali terbuka, menit keempat sebanyak 41 kali terbuka
dan menit kelima sebanyak 49 kali terbuka. Berdasarkan data tersebut jika
dibaningkan dengan jumlah bukaan operculum dengan media air biasa menunjukkan
bahwa penurunan suhu menyebabkan frekuensi membukanya operculum pada ikan
lebih lambat dan terlihat gerakan ikan yang cenderung lebih lambat, hal ini sesuai
dengan hasil literature yaitu, (Nikolsky,1927) yang menyatakan bahwa pada peristiwa
tempratur dibawah suhu kamar maka tingkat frekuensi membuka dan menutupnya
operculum akan semakin lambat dari pada suhu kamar, dengan adanya penurunan
tempratur maka terjadi penurunan metabolisme pada ikan yang mengakibatkan
kebutuhan O2 menurun, sehingga gerakannya melambat. Penurunan O2 juga dapat
menyebabkan kelarutan O2 dilingkungan meningkat. Berkaitan dengan ketahanan
hidup ikan atau survival ikan dari keempat ikan yang diamati keempatna mampu
hidup dan gerakan dari operculum maupun gerakan ikan kembali normal seiring
dengan kenaikan suhu air yang disebabkan karena faktor lingkungan, tingkat
kekeruhan air yaitu sedikit keruh, jika dibandingkan dengan keadaan air pada
percobaan menggunakan air biasa hal ini disebabkan karena adanya pergerakan serta
motabolisme dari ikan yang lebih melambat.
Pada percobaan ketiga yaitu menggunakan media berupa air hangat dengan suhu
berkisar antara 50±400 C dari keempat ikan yang dimasukkan dalam media
pengamatan diamati satu ekor ikan untuk diamati frekuensi membukanya operculum
pada ikan nila, melalui pengamatan terlihat frekuensi membukanya operculum pada
ikan nila yaitu, sebanyak 93 kali terbuka pada menit pertama, 112 kali pada menit
kedua, 125 kali pada menit ketiga, 109 kali pada menit keempat dan 97 kali pada
menit kelima. Hal tersebut menunjukkan kenaikan frekuensi membukanya operculum
jika dibandingkan pada keadaan normal dengan media pengamatan berupa air biasa.
berdasarkan pengamatan serta data yang diperoleh terlihat bahwa peningkatan
tempratur pada air menyebabkan bertambahnya frekuensi membukanya operculum
pada tiap menit. Berkaitan dengan ketahanan hidup ikan atau survival pada ikan
terlihat bahwa pada saat pengamatan ada dua ekor ikan yang mengalami kematian
serta 2 ekor ikan lainnya hidup. Pengmatan menggenai keadaan air selama satu jam
terlihat perubahan air yang semakin keru. Hal ini disebabkan karena adanya aktivitas
ikan dalam media pengamatan serta adanya proses metabolisme yang dialami ikan
yaitu ditandai adanya kotoran ikan dalam media pengmatan.

Pada percobaan keempat, kelima dan keenam larutan yang digunakan air dan
NaCl dengan konsentrasi berbeda yaitu 1%, 3% dan 5%. Adapun langkah kerja
percobaan pertama dibuat larutan NaCl 1% berdasarkan rumus menentukan
konsentrasi larutan. Langkah selanjutnya dimasukkan larutan ke dalam gelas kimia
kemudian dimasukkan satu ekor ikan nila kedalam gelas kimia yang telah diisi
larutan. Diamati pergerakkan ikan dan dihitung frekuensi gerak operkulumnya dari
menit ke 1-5. Setelah selesai mengamati, ikan nila dikeluarkan dari gelas kimia.
Langkah selanjutnya dimasukkan 4 ekor ikan nila yang baru ke dalam gelas kimia.
Diamati survival (persentase hidup) ikan setelah 1 jam dibiarkan dan diamati tingkat
kekeruhan air. Dicatat hasil pengamatan pada tabel. Kegiatan ini diulangi dengan
menggunakan larutan NaCl 3% dan 5%.
Berdasarkan percobaan keempat mengamati frekuensi operkulum ikan diperoleh
hasil pada menit pertama terdapat gerakan operkulum ikan sebanyak 65 kali,
kemudian menit kedua terdapat gerakan operkulum ikan sebanyak 55 kali, lalu menit
ketiga gerakan operkulum ikan sebanyak 83 kali, menit keempat terdapat gerakan
operkulum ikan sebanyak 61 kali dan menit kelima terdapat gerakan operkulum ikan
sebanyak 66 kali. Ketika ikan nila dimasukkan ke larutan Nacl menit pertama gerakan
operkulum ikan sedikit melambat dibandingkan ikan di air tawar dikarenakan ikan
nila melakukan adaptasi lingkungan. Hal ini sesuai dengan literature menurut
Hikmawati (2019) proses adaptasi ikan nila terhadap salinitas air laut menunjukkan
bahwa semakin lama waktu adaptasi dan semakin rendah peningkatan salinitas maka
tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila semakin tinggi yaitu sebesar 80% Pada
menit kedua sampai menit kelima frekuensi operkulum ikan nila semakin meningkat
dan ikan nila sudah banyak bergerak. Hasil percobaan persentase hidup ikan (survival)
yaitu semua ikan hidup dan terjadi perubahan larutan menjadi keruh. Hal ini sesuai
dengan literature Aliyas (2016) Proses osmeregulasi juga menghasilkan produk
buangan seperti feses dan amoniak, sehingga media pemeliharaan akan berwarna
keruh sebagai akibat banyak feses yang dikeluarkan ikan. Dampak dari ekskresi
nitrogen tersebut akan mempengaruhi kehidupan ikan di dalamnya yaitu terhadap
kondisi ambient, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap pertahanan tubuhnya.
Berdasarkan percobaan kelima mengamati frekuensi operkulum ikan diperoleh
hasil pada menit pertama terdapat gerakan operkulum ikan sebanyak 77 kali,
kemudian menit kedua terdapat gerakan operkulum ikan sebanyak 90 kali, lalu menit
ketiga gerakan operkulum ikan sebanyak 92 kali, menit keempat terdapat gerakan
operkulum ikan sebanyak 90 kali dan menit kelima terdapat gerakan operkulum ikan
sebanyak 84 kali. Pada saat ikan nila dimasukkan ke larutan Nacl menit pertama
gerakan operkulum ikan sedikit melambat dibandingkan ikan di air tawar dikarenakan
ikan nila melakukan adaptasi lingkungan. Kemudian pada menit kedua frekuensi
operkulum ikan nila meningkat menjadi 90 kali dan pergerakan ikan nila semakin
meningkat. Selanjutnya pada menit ketiga frekuensi operkulum meningkat tetapi pada
menit keempat dan kelima frekuensi operkulum ikan semakin menurun. Gerakan ikan
pada menit keempat dan kelima semakin berkurang ikan terlihat lemas. Menurut
Ongko et all (2009) Perubahan konsentrasi ini cenderung mangganggu kondisi
internal, maka hewan akan melakukan pengaturan tekanan osmotik dengan cara
mengurangi gradien osmotik antara cairan tubuh dengan lingkungannya, melakukan
pengambilan garam secara selektif. Pada organisme akuatik seperti ikan, terdapat
beberapa organ yang berperan dalam pengaturan tekanan osmotik atau
osmoregulasinya agar proses fisiologis di dalam tubuhnya dapat berjalan dengan
normal. Osmoregulasi ikan dilakukan oleh organ-organ ginjal, insang, kulit, dan
saluran pencernaan. Hasil percobaan persentase hidup ikan (survival) yaitu semua
ikan hidup tetapi lemas dan hanya sedikit pergerakan dan terjadi perubahan larutan
menjadi keruh. Hal ini sesuai dengan literatur menurut Yulan (2013) Tekanan osmosis
lingkungan lebih tinggi dari cairan tubuh ikan nila, sehingga air dalam tubuh ikan nila
akan mengalir kelingkungan dengan cara osmosis dan garam-garam atau ion-ion dari
lingkungan akan masuk kedalam tubuh ikan nila dengan cara difusi. Untuk
mempertahankan atau menyeimbangkan konsentrasi garam dan air dalam tubuh ikan
nila, maka ikan nila akan memperbanyak minum air untuk melakukan proses
osmoregulasi. Dengan memperbanyak minum maka kehilangan air dalam tubuh ikan
nila akan tergantikan dan garam-garam harus segera dikeluarkan.
Berdasarkan percobaan keenam mengamati frekuensi operkulum ikan diperoleh
hasil pada menit pertama terdapat gerakan operkulum ikan sebanyak 15 kali,
kemudian menit kedua terdapat gerakan operkulum ikan sebanyak 10 kali, lalu menit
ketiga gerakan operkulum ikan sebanyak 6 kali, menit keempat terdapat gerakan
operkulum ikan sebanyak 36 kali dan menit kelima terdapat gerakan operkulum ikan
sebanyak 15 kali. Terjadi perubahan gerakan operkulum ikan. Hal ini sesuai dengan
literature Aliza (2013) Perubahan gerak operkulum ini diikuti dengan perilaku ikan
yang kerap sering mengambil udara di permukaan air. Perubahan pergerakan ikan nila
yang semula aktif bergerak menjadi lebih pasif (pendiam) berkorelasi dengan semakin
tingginya suhu air dan salinitas air, semakin tinggi suhu air semakin cepat terjadi
perubahan gerak ikan menjadi pasif. Hasil percobaan persentase hidup ikan (survival)
yaitu semua ikan mati dan terjadi perubahan larutan menjadi keruh. Hal ini sesuai
dengan literature siegers (2019) Semakin tinggi salinitas maka semakin tinggi pula
tingkat kematian benih ikan nila, karena jika tingkat osmoregulasi tinggi sedangkan
kemampuan ikan nila rendah maka akan berakibat pada kematian ikan nila.
Kelangsungan hidup benih ikan nila dipengaruhi oleh kemampuan osmoregulasi ikan
nila bersifat eurihaline walaupun habitat aslinya di lingkungan air tawar.
Ikan nila merupakan ikan yang dikenal sebagai ikan Euryhalin. Untuk ikan-ikan
Euryhalin, memiliki kemampuan yang cepat menyeimbangkan tekanan osmotik dalam
tubuhnya dengan media. Menurut (Marshall,W.S., et al, 2012) Osmoregulasi bagi ikan
adalah merupakan upaya ikan untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara di
dalam tubuh dan lingkungan melalui mekanisme pengaturan tekanan osmotik. Ginjal
akan memompakan keluar kelebihan air tersebut sebagai air seni. Ginjal mempunyai
glomeruli dalam jumlah yang banyak dengan diameter yang besar. Hal ini bertujuan
untuk menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni
sebanyak-banyaknya. Air seni yang keluar dari tubuh ikan sangat encer dan
mengandung sejumlah kecil senyawa nitrogen. Proses osmoregulasi juga
menghasilkan produk buangan seperti feses dan amoniak, sehingga media
pemeliharaan akan berwarna keruh sebagai akibat banyaknya feses yang dikeluarkan
ikan. Dampak dari ekskresi nitrogen tersebut akan mempengaruhi kehidupan ikan di
dalamnya yaitu terhadap kondisi ambient, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap
pertahanan tubuhnya. Setelah melewati batas toleransi, maka ikan tersebut mengalami
kematian. Mengingat tidak semua ikan mengalami kematian, maka dapat dipastikan
bahwa daya toleransi pada populasi ikan dalam wadah berbeda-beda. Hal ini diduga
karena perbedaan kondisi tubuh saat sebelum dimasukkan dalam media termasuk
intensitas parasit, tingkat stress dan lain-lain. Untuk air tawar, organ yang terlibat
dalam osmoregulasi antara lain insang, usus dan ginjal.

BAB V

KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Salinitas dan suhu memiliki pengaruh terhadap kelangsungan hidup ika nila
(Oreochormis niloticus), yaitu pada air biasa frekuensi gerakan operculum normal, pada
air dingin lebih lambat dan pada air panas semakin cepat. Pada pengamatan menggunakan
Nacl, konsentrasi Nacl 1% menyebabkan pergerakan operculum yang lebih cepat
disbanding konsentrasi yang lebih tinggi dan 3% menyebabkan frekuensi gerakan
operculum lebih cepat diabnding konsentrasi yang lebih rendah serta ikan tidak mampu
hidup pada salinitas ini. Pengamatan menggunakan Nacl komsentrasi 5 % menyebabkan
frukensi operculum semakin melambat frukensi operculum semakin melambat serta ikan
nila tidak dapat hidup hidup pada kondisi ini.
B. Saran
Dibutuhkan ketelitian seperti perhitungan frekuensi operculum setiap menit,
pengamatan salinitas air dan pada setiap tahapan dalam percobaan serta dibutuhkan kerja
sama antar teman agar tercapainya tujuan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Aliyas, dkk. 2016. Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis Sp.) Yang
Dipelihara Pada Media Bersalinitas. Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako. Vol. 5 (1). Hal
: 19-27. http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JSTT/article/viewFile/6957/5594

Aliza, Dwinna, dan Luky Wahyu Sipahutar. 2013. Efek peningkatan suhu air terhadap perubahan
perilaku, patologi anatomi, dan histopatologi insang ikan nila (Oreochromis niloticus).
JurnalMedikaVeterinaria.Vol.7(2).Hal:142-145.
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JMV/article/view/2953

Asmaini, dkk. 2020. Penambahan nano CaO limbah cangkang kijing (Pilsbryocncha exilis) pada
media bersalinitas untuk pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus). Aquatic
Sciences
Journal.Vol.7(1).Hal:17.https://ojs.unimal.ac.id/index.php/actaaquatica/article/download/
1927/1480

Campbell, Neil A. 2004. Biologi. Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Erlangga


Edwards, S. L., & Marshall, W. S. (2012). Principles and patterns of osmoregulation and
euryhalinity in fishes. In Fish physiology (Vol. 32, pp. 1-44). Academic Press.

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan. Jakarta : Rineka Cipta

Fujaya, Y. 2008. Fisiologi Ikan : Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Jakarta : Rineka Cipta
Hikmawati, dkk. 2019. Uji Adaptasi Benih Ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus) Berbagai
Ukuran Bobot Yang Berbeda Pada Salinitas Air Laut. Media Akuatika. Vol. 4 (2). Hal :
53-60. http://ojs.uho.ac.id/index.php/JMA/article/download/7844/5689

Khairuman dan Khairul. 2003. Sumber Daya 15 Ikan Air Tawar Ekonomis. Jakarta Selatan :
Agromodia, Jagakarsa

Monalisa, S. S., & Minggawati, I. (2010). Kualitas air yang mempengaruhi pertumbuhan ikan
nila (Oreochromis sp.) di kolam beton dan terpal. Journal of Tropical Fisheries, 5(2),
526-530. https://www.academia.edu/download/36343893/jurnal.pdf
Ongko, P., Hary, K., Sidi, A., Achmad, S. 2009. Uji Ketahanan Salinitas Beberapa Strain Ikan
Mas Yang Dipelihara Di Akuarium. Pusat Riset Perikanan Budidaya.

Rukmana R.1997. Ikan Nila. Budidaya dan Prospek Agribisnis. Kanisius. Yogyakarta

Sobirin, M., Soegianto, A., & Irawan, B. (2014). Pengaruh Beberapa Salinitas terhadap
Osmoregulasi Ikan Nila (Oreochormis niloticus). Jurnal matematika dan ilmu
pengetahuanalam.Vol2(3)Hal46.https://www.academia.edu/download/36343893/jurna
l.pdf

Yulan, Adria, dkk. 2013. Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila Gift (Oreochromis
Niloticus) Pada Salinitas Yang Berbeda. Jurnal Perikanan. Vol. 2 (1). Hal : 78-82.
https://journal.ugm.ac.id/jfs/article/viewFile/9100/6815
LAMPIRAN

Mengamati peregrakkan ikan dan frekuensi Mengamati survival (persentase hidup) Ikan
gerak operkulum Ikan Nila pada air biasa Nila pada air biasa

Mengamati peregrakkan ikan dan frekuensi Mengamati survival (persentase hidup) Ikan
gerak operkulum Ikan Nila pada air dingin Nila pada air dingin
Mengamati peregrakkan ikan dan frekuensi Mengamati survival (persentase hidup) Ikan
gerak operkulum Ikan Nila pada air hangat Nila pada air hangat

Mengamati peregrakkan ikan dan frekuensi Mengamati survival (persentase hidup) Ikan
gerak operkulum Ikan Nila pada NaCl 1% Nila pada NaCl 1%

Mengamati peregrakkan ikan dan frekuensi Mengamati survival (persentase hidup) Ikan
gerak operkulum Ikan Nila pada NaCl 3% Nila pada NaCl 3%
Mengamati peregrakkan ikan dan frekuensi Menimbang NaCl 100 gram
gerak operkulum Ikan Nila pada NaCl 5%

Anda mungkin juga menyukai