Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM PERKEMBANGAN HEWAN

“PERKEMBANGAN EMBRIO IKAN CUPANG”

DISUSUN OLEH :
Kelompok 3
Nama Anggota : 1. Digna Amanda Widna R ( A1D019005 )
2. Novita Sari ( A1D019017)
3. Treska Mega Selvia ( A1D019029 )
4. Mia Auliani ( A1D019041 )
5. Atika Oktariza ( A1D019053 )
6. Nurul Asih Handayani ( A1D019065 )
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Drs. Aceng Ruyani, MS
Asisten Praktikum : 1. Deni Parlindungan, M.Pd.Si
2. Pani Aswin, M.Pd
3. Mustika Elmi Dayana (A1D017036)
4. Ririn Fardiyanti (A1D017085)
5. Anggun Diyan N (A1D018009)
6. Yunidar (A1D018027)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Awal dari pada pembentukan makhluk hidup itu sendiri yaitu
embriogenesis. Embriogenesis adalah dimana suatu proses pembelahan sel dan
diferensiasi sel yaitu yang kemudian menjadi fertilisasi. Setelah tahap fertilisasi
yaitu terjadi tahapan morula, blastula, dan gastrula. Setelah tahap ini, berlangsung
proses organogenesis. Semua makhluk hidup mengalami proses embriogenesis di
dalam siklus hidupnya.
Ikan cupang (B. splendens) dapat berkembang dengan cara bertelur dan
telurnya akan menempel pada substrat seperti akar tanaman, daun-daun atau pada
serabut rapia. Setelah terjadi penetasan pada telur kemudian embrio akan
berkembang menjadi larva ikan cupang (B. splendens), pada tahapan kegiatan
pembenihan, merupakan fase yang bermasalah karena rendahnya tingkat
kelangsungan hidup larva pada pemeliharaan dalam wadah terkontrol.
Oleh karena itu dilakukan praktikum yang berjudul perkembangan embrio
ikan cupang yaitu yang bertujuan untuk mempelajari perkembangan embrio pada
ikan cupang.

B. Tujuan
Untuk mempelajari perkembangan embrio pada ikan cupang

II. TINJAUAN PUSTAKA


Ikan hias merupakan jenis ikan yang hidup di air tawar maupun laut yang
mempunyai bentuk atau warna tubuh menarik dan indah. Salah satu jenis ikan hias
dengan keunikan tersendiri dibandingkan ikan hias lainnya adalah ikan cupang (B.
splendens.). Ikan cupang (B. splendens) berkembang dengan cara bertelur dan telurnya
menempel pada substrat seperti akar tanaman, daun-daun atau serabut rapia. Dalam daur
hidupnya ikan cupang jantan akan mengambil telur-telur yang telah dikeluarkan oleh ikan
betina dan diletakkan didalam sarang busa yang ada dipermukaan, sedangkan ikan cupang
betina akan memangsa anak-anaknya sendiri (Fauzan, 2018).
Ikan cupang (B. Splendens) yang dikenal masyarakat umum dimasukkan ke dalam
klasifikasi sebagai berikut:
Class : Pisces
Subclass : Teleostei
Ordo : Perciformes
Subordo : Anabantoidei
Family : Osphronemidae
Genus : Betta
Species : Betta spp. (Dewantoro. G.W, 2017),
Ikan cupang termasuk dalam family Belontiidae, tetapi telah dilakukan revisi ke
famili Osphronemidae, meskipun masih dalam subfamili yang sama yaitu Macropodinae
(Kottelat, 1993) .
Larva yang baru menetas belum berenang bebas, tetapi menggantung pada sarang
busa atau permukaan air dengan posisi vertikal. Larva dapat berenang bebas setalah 2–3
hari dari penetasan. Sesuai dengan Murniasih19 dan Groth,19 bahwa larva cupang bisa
berenang setelah 2–3 hari dari penetasan (Groth, W. O, 1970).
Induk betina dan induk jantan ikan cupang (Betta splendens) dipelihara secara
terpisah dalam botol bekas air mineral. Induk diberi pakan berupa jentik nyamuk (Culex
sp) dan cacing darah (Chironomus sp). Pakan diberikan 3 kali sehari secara ad libitum.
Wadah pemijahan induk yang digunakan terbuat dari plastik berbentuk silinder
dan berdiameter 20 cm. Wadah tersebut diisi dengan air hingga mencapai ketinggian ±15
cm. Perbandingan antara induk jantan dan betina yang digunakan dalam pemijahan adalah
1:1. Induk jantan terlebih dahulu dimasukkan ke dalam wadah pemijahan, selanjutnya
induk betina dimasukkan ke botol bekas air mineral dan diletakkan di tengah-tengah
wadah pemijahan. Setelah induk jantan membuat gelembung udara, induk betina
dilepaskan ke dalam wadah pemijahan (Annur, dkk. 2016).
Pembelahan embrio ikan cupang (B. splendens) terjadi pada menit ke-90 setelah
pembuahan. Pembelahan menjadi empat sel berlangsung pada menit ke 120, dan
pembelahan menjadi 8 sel terjadi pada menit ke-150. Sel membelah menjadi 16 sel,
terjadi 180 menit setelah pembuahan. Pembelahan sel menjadi 32 sel terjadi pada menit
ke-210 setelah pembuahan dan pembelahan menjadi 64 sel terjadi pada menit ke-240 atau
4 jam setelah fertilisasi (Duarte dkk, 2012).
Suhu memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup suatu ikan dan
menunjang pertumbuhan rata-rata yang baik, serta suhu juga berpengaruh secara langsung
terhadap perkembangan fisiologis dan biologis embrio dan larva (Putri dkk, 2013).
Suhu penetasan yang tinggi dapat mengakibatkan telur dapat menetas dengan
cepat, akan tetapi juga dapat mengakibatkan larva lahir secara tidak sempurna (abnormal)
sehingga larva tidak dapat hidup dengan baik dan mengakibatkan kematian (Renita dkk.,
2012).
Secara genetik jenis kelamin pada ikan sudah ditetapkan pada saat pembuahan
yang ditentukan oleh gen penentu seks X dan Y. Pada kondisi normal tanpa adanya
gangguan, perkembangan gonad akan berlangsung secara normal, individu dengan
genotip XX akan berkembang menjadi betina, sedangkan individu dengan genotip XY
akan berkembang menjadi jantan. Akan tetapi gonad ikan saat baru menetas masih labil,
masih berupa bakal gonad yang belum terdeferensiasi. Bakal gonad yang belum
terdeferensiasi tersebut menunggu proses berupa serangkaian kejadian yang
memungkinkan seks genotip terekspresi menjadi seks fenotip ke arah jantan atau betina.
Pada masa deferensiasi ini perkembangan gonad sangat labil dan dapat dengan mudah
terganggu oleh faktor lingkungan yang menyebabkan seks fenotip menjadi berbeda dari
seks genotip (Lutz, 2001).
Pakan alami umumnya selalu bergerak di dalam air, sehingga menarik perhatian
ikan untuk memangsanya. Setidaknya ada tiga jenis pakan alami yang biasanya diberikan
untuk ikan cupang hias dalam suatu pemeliharaan (pembesaran) yaitu daphnia, jentik
nyamuk dan cacing sutera. Pada hal, ketiga jenis pakan alami tersebut diduga mempunyai
kandungan nutrisi (gizi) yang berbeda. Kandungan nutrisi yang terdapat dalam pakan
sangat berpengaruh terhadap hasil panen, yang merupakan tujuan akhir dari proses
budidaya. Nutrisi yang baik, tentunya akan memacu pertumbuhan yang baik pula
(Makmur, 2004).

III. METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
1. Ikan cupang
2. Air
3. Makanan ikan cupang (jentik nyamuk)
4. Aquarium
5. Mikroskop
6. Kertas milliliter
7. Penggaris

B. Prosedur atau Cara Kerja


1. Dicari induk ikan cupang yang akan bertelur
2. Setelah ikan tersebut bertelur diamati perkembangan embrio ikan cupang tersebut
dari hari ke-1 sampai hari ke-29
3. Kemudian diamati perkembangan telur ikan cupang tersebut sampai hari ke-3
sudah menjadi larva
4. Diamati perkembangan larva
5. Diukur pertambahan panjang larva ikan cupang tersebut dengan penggaris dan
kertas millimeter
6. Diamati setiap perkembangan yang ada kemudian di dokumentasikan dengan
video dan foto

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Perkembangan Embrio Ikan Cupang

No Umur Panjang Perkembangan embrio ikan cupang


Embrio/Larva (mm) Foto Deskripsi
1 1 Hari - Umur satu hari masih berupa
telur
2 3 Hari 4 Ikan berukuran sangat kecil
dan sudah memiliki bagian
kepala, badan, dan ekor ikan
cupang

3 5 Hari 4,5 Ikan bertambah besar dan


tampak mata ikan yang besar

4 7 Hari 5 Bentuk ikan sudah cukup


jelas meskipun sulit untuk
dilihat karena masih sangat
kecil

5 9 Hari 7 Dari segi ukuran tidak jauh


berbeda dari hari ke-7,untuk
bagian seperti ekor, badan
dan kepala tampak jelas

6 11 Hari 8 Bentuk ikan masih mirip


dengan hari sebelumnya,
tidak terlalu banyak
perbedaan, tetapi untuk
bagian kepala dan mata
dapat dilihat dengan jelas.

7 13 Hari 10 Bentuk masih sama seperti


hari sebelumnya, hanya
ukuran kepala tampak lebih
besar, beberapa ikan tampak
memiliki pertumbuhan yang
pesat karena Perbedaan
ukuran yang cukup Serlihat.
Keaktifan ikan dalam
berenang, hari ke-13 lebih
banyak bergerak dibanding
hari hari sebelumnya.
8 15 Hari 12 Ukuran semakin besar, sirip
ekor dan sirip punggung
sudah tampak namun masih
berukuran kecil, mulut sudah
mulai melebar dan keaktifan
bergerak semakin
meningkat.

9 17 Hari 14 Perubahan yang paling


nampak pada bagian mulut
yang sudah lebar dan juga
untuk sirip ekor dan sirip
punggung yang sudah
nampak jelas. Ditambah
keaktifan bergerak yang
semakin meningkat.

10 29 Hari 19 Ikan sudah tampak seperti


ikan sempurna sudah terlihat
jelas mata, mulut sirip ekor
dan sirip punggung, sisik
sudah nampak serta warna
tubuh dari spesies ikan sudah
terlihat. Dan tingkat
keaktifan berang sudah
sempurna.

A. Pembahasan
Tahap pertama untuk mengembangbiakkan ikan cupang (Betta splenders) adalah
memilih indukan. Indukan jantan dan betina dipelihara di tempat terpisah, bisa dalam
toples plastik ataupun akuarium kecil. Dilakukan pergantian air kira kira dua kali
seminggu. Selama pemeliharaan, ikan cupang diberi makan cacing sutra (chironomus sp)
atau kutu air (Daphnia sp), pemberian makan jentik nyamuk dihindari karena akan
berpengaruh pada produksi telur, hal ini karena walaupun jentik nyamuk memiliki
kandungan protein yang tinggi tetapi kandungan lemaknya pun tinggi sesuai dengan
pendapat Dutta (1973) yaitu pemberian pakan yang mengandung lemak tinggi pada ikan
hias akan menyebabkan kualitas telur yang di produksi menjadi rendah.
Perbandingan antara induk jantan dan betina adalah 1:1. Indukan jantan dan betina
yang telah ditetapkan disatukan pada wadah yang sama jika jantan telah mengeluarkan
gelembung udara yang diletakkan di permukaan. Setelah itu ditunggu hingga jantan dan
betina melakukan pembuahan. Proses pemijahan terjadi pada malam hari, pejantan
melakukan pembuahan dengan cara melilitkan tubuhnya pada betina hingga betina
mengeluarkan telur. Menurut Heru (1992) proses pemijahan berlangsung sekitar 0.5-1
jam . Telur yang dihasilkan pada kisaran 400-800 butir. Dalam satu induk ikan cupang
biasanya telur yang dihasilkan berkisar 400-1000 butir (Alderton, 1983). Ukuran ikan
juga berpengaruh pada kualitas telur, semakin besar ukuran ikan jumlah telur semakin
banyak dan ukuran telurnya relatif besar. Telur yang telah dikeluarkan betina akan
dipindahkan oleh jantan pada gelembung yang berada di permukaan air, terkadang ada
betina yang membantu memindahkan telur ada pula yang tidak. Faktor yang
mempengaruhi kualitas pembuahan telur adalah kemampuan jantan menghasilkan sperma
dan tingkat kematangan telur. Masa inkubasi telur hingga penetasan berkisar 25-31 jam.

Pada pengamtan embrio ikan cupang telur yang telah dibuahi diletakkan oleh
induk jantan di sarang busa. Untuk pengamatan, telur diambil sebanyak 20 butir dari
masing-masing baskom dan diletakkan dalam wadah inkubasi dengan suhu sekitar 27°C-
28°C. Telur yang diamati diambil sebanyak 20 butir untuk setiap pengamatan.
Pengamatan perkembangan embrio dilakukan setiap ada perubahan dari fase setiap
perkembangan. Menurut Putri (2013) Suhu memiliki peran penting dalam kelangsungan
hidup suatu ikan dan menunjang pertumbuhan rata-rata yang baik, serta suhu juga
berpengaruh secara langsung terhadap perkembangan fisiologis dan biologis embrio dan
larva. Telur ikan cupang jika dilihat berwarna putih bening Hal ini sesuai dengan
literature Annur (2017) yang menyatakan bahwa telur ikan cupang berwarna bening
namun pada bagian tengah telur tersebut terlihat butiran kecil yang berwarna putih. telur
yang diamati secara langsung akan tampak berwarna putih keruh. Jika diamati dibawah
mikroskop, korion akan terlihat jelas dan tampak bening, sedang kuning telur terlihat
gelap karena tidak dapat ditembus oleh cahaya.
Menurut pengamatan Annur (2016) perkembangan embrio ikan cupang (Betta
splendens) dapat dibagi menjadi beberapa fase yaitu fase pembelahan, morula,
blastula, gastrula dan organogenesis. Fase pembelahan dimulai dari 1 sel menjadi 2 sel
hingga 64 sel. Fase pembelahan pertama dari 1 sel menjadi 2 sel terjadi 10 menit (Gambar
1B) setelah pembuahan. Pembelahan menjadi 4 sel (Gambar 1C) terjadi 15 menit setelah
pembuahan. Selanjutnya, 8 sel terbentuk 27 menit setelah pembuahan (Gambar 1D). Pada
menit ke-31 setelah pembuahan, sel membelah menjadi 16 sel (Gambar 1E).
Pembelahan sel menjadi 32 sel (Gambar 1F) terjadi 60 menit setelah pembuahan.
Menurut Duarte dkk. (2012), pembelahan embrio ikan cupang (B. splendens)
terjadi pada menit ke-90 setelah pembuahan. Pembelahan menjadi empat sel berlangsung
pada menit ke 120, dan pembelahan menjadi 8 sel terjadi pada menit ke-150. Sel
membelah menjadi 16 sel, terjadi 180 menit setelah pembuahan. Pembelahan sel menjadi
32 sel terjadi pada menit ke-210 setelah pembuahan dan pembelahan menjadi 64 sel
terjadi pada menit ke-240 atau 4 jam setelah fertilisasi. Perkembangan embrio B.
splendens selanjutnya adalah fase morula (Gambar 1G), fase ini terjadi pada menit
ke-62 setelah pembuahan. Fase morula ditandai dengan pembelahan sel menjadi 64 sel
hingga ratusan
Perkembangan larva ikan cupang kami amati hingga umur 29 hari. Sampel larva
kami ambil dengan menggunakan pipet plastik 3 mL untuk menghindari stres dan
kerusakan pada organ tubuh larva, selanjutnya sampel kami tempatkan di akuarium
bening, yang kemudian dibawah akuarium kami letakkan kertas milimiter agar lebih
mudah mengamati panjang total, perkembangan organ, dan lainnya yang bisa
dideskripsikan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang kami amati embrio ikan cupang yang berumur
satu hari masih berupa telur. Umur 3 hari larva sudah berukuran 4 mm sangat kecil dan
sudah memiliki bagian kepala, badan, dan ekor. Tidak jauh berbeda umur 5 hari panjang
larva bertambah 0,5 mm tampak mata ikan yang sedikit membesar. Umur 7 hari ukuran
juga bertambah 0,5 mm yakni menjadi 5 mm bentuk ikan sudah cukup jelas meskipun
sulit untuk dilihat karena masih sangat kecil. Umur 9 hari panjang larva bertambah 2 mm
yaitu 7 mm dari segi ukuran tidak jauh berbeda dari hari ke-7, untuk bagian seperti ekor,
badan dan kepala tampak jelas. Umur 11 hari ukuran bertambah 1 mm berukuran 8 mm
bentuk ikan masih mirip dengan hari sebelumnya, tidak terlalu banyak perbedaan, tetapi
untuk bagian kepala dan mata dapat dilihat dengan jelas. Umur 13 hari panjangnya 10 mm
bentuk masih sama seperti hari sebelumnya, hanya ukuran kepala tampak lebih besar,
beberapa ikan tampak memiliki pertumbuhan yang pesat karena perbedaan ukuran yang
cukup terlihat. Keaktifan ikan dalam berenang, hari ke-13 lebih banyak bergerak
dibanding hari hari sebelumnya. Umur 15 hari panjang berukuran 12 mm ukurannya
semakin besar, sirip ekor dan sirip punggung sudah tampak namun masih berukuran kecil,
mulut sudah mulai melebar dan keaktifan bergerak semakin meningkat. Umur 17 hari
larva ikan berukuran 14 mm perubahan yang paling nampak pada bagian mulut yang
sudah lebar dan juga untuk sirip ekor dan sirip punggung yang sudah nampak jelas.
Ditambah keaktifan bergerak yang semakin meningkat. Dan pada pengamatan terakhir
yakni berumur 29 hari berukuran 19 mm Ikan sudah tampak seperti ikan sempurna sudah
terlihat jelas mata, mulut sirip ekor dan sirip punggung, sisik sudah nampak serta warna
tubuh dari spesies ikan sudah terlihat. Dan tingkat keaktifan berang sudah sempurna.

V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa perkembangan
embrio ikan cupang dimulai dari hari pertama masih berupa telur kemudian diamati lagi
pada hari ketiga sudah berupa larva artinya ikan cupang yang diamati menetas setelah
kurang dari 2 hari. Larva ikan cupang dari hari ke-5 sudah tampak jelas bagian kepala,
mata, dan ekor ikan cupang. Dari hari ke-5 sampai hari ke-17 larva ikan semakin
bertambah panjang dan ditambah keaktifan bergeraknya semakin meningkat. Dan pada
pengamatan terakhir yakni berumur 29 hari berukuran 19 mm Ikan sudah tampak seperti
ikan sempurna sudah terlihat jelas mata, mulut sirip ekor dan sirip punggung, sisik sudah
nampak serta warna tubuh dari spesies ikan sudah terlihat. Dan tingkat keaktifan berang
sudah sempurna.

B. Saran
Dengan adanya pengamatan yang telah dilakukan ini, maka diharapkan praktikan
dapat memahami perkembangan embrio pada ikan cupang dan tahapan-tahapan pada
perkembangan ikan cupang. Pada saat melakukan pengamatan sebaiknya dilakukan
dengan teliti agar didapat hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Alderton. D. 1983. Caring For Aquarium Fish. London word Lock Limited, a Pentos Company

Annur, A., Madinawati, M., Mangitung, S. F., & Rusaini, R. 2016. Embriogenesis ikan cupang
(Betta splendens). AgriSains, 17(3).

Duarte, S. C., Vasconcellos, B. F.,Vidal., Júnior, M. V., Ferreira, A. V., Mattos, D.C., Branco, A.
T., 2012. Ontogeny and embryonic description of Betta splendens, Perciformes (Regan,
1910). Rev. Bras. Saúde Prod. Anim., Salvador, 13 (3): 880-893.

Dutta. R. 1973. The Right Way To Keep Pet Fish. Paterfrons. Ellrot Right Waybooks

Fauzan, M., Sugihartono, M., & Arifin, M. Y. (2018). Perbedaan waktu pemeliharaan telur dan
larva oleh induk jantan terhadap daya tetas dan kelangsungan hidup larva ikan cupang
(Betta splendens). Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau, 3(2), 76-81.

Groth, W. O. 1970. Embryology of Siamese Fighting Fish, Betta splendens. Tesis, The School of
Graduate studies. Iowa: Drake University.

Heru, Pras. 1992. Cara Mudah Memijahkan Ikan Cupang. TECHNER. Media Informasi
Perikanan. No. 4

Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari dan S. Wirioatmodjo. 1993. Ikan-ikan Indonesia
Bagian Barat dan Sulawesi. Hongkong: Periplus Edition.

Lutz, C.G. 2001. Practical Genetics for Aquaculture. Fishing News Books. Blackwell. United
Kingdom. Kadarini, T. I Insan dan S Subandiyah. 2011. Pemeliharaan Larva Rainbow.

Makmur, Afran. 2004. Proses Metabolisme Protein Pakan Pada Ikan. Palembang : Balai Riset
Perikanan Umum.

Putri, K.H. Sukendi. Nuraini. 2016. Effect different incubation temperatures to the rate of catfish
(mystus nigriceps) yolk absorption. [Paper]. Riau (ID) : Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Riau.

Renita. Rachimi. Eka, I.R. 2012. Pengaruh suhu terhadap waktu penetasan, daya tetas telur dan
kelangsungan hidup larva ikan cupang (Betta splendens). Jurnal Aquakultur, 1 (2) : 1-3.

Wahyudewantoro.G.2017 :mengenal cupang (Betta spp.) ikan hias yang gemar bertarung. Warta
ikhtiologi. jurnal Vol 1(1) Mei 2017: 28-32.ISSN: 2579- 8626
LAMPIRAN PENGAMATAN

Proses pengambilan indukan jantan dan betina Pengamatan proses pemijahan jantan dan
ikan cupang betina ikan cupang

Pengamatan telur ikan cupang Pengamatan larva ikan cupang


Mengukur panjang larva ikan cupang Pengamatan perkembangan larva ikan cupang

Anda mungkin juga menyukai