DISUSUN OLEH :
Kelompok 2
1. Putri Nesya Aldanapio (A1D019008)
2. Novita Sari (A1D019017)
3. Cahya Ramansyah (A1D019018)
4. Betika Enggraini (A1D019032)
5. Intania Oktaria (A1D019036)
6. Rushafah Amaliyah (A1D019043)
Kelas : 5-B
Dosen Pengampu:
Neni Murniati M.Pd
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
NAMA : Intania Oktaria
NPM : A1D019036
KELOMPOK : 2 (Dua)
KELAS/SEMESTER : B/V
MATAKULIAH : Ekologi
JUDUL MATERI : Organisasi Tingkat Komunitas
SUB JUDUL MATERI : A. Konsep Komunitas dan Dominansi Ekologi
a. Struktur komunitas
Struktur yang diakibatkan oleh penyebaran organisme di dalam,
dan interaksinya dengan lingkungannya dapat disebut pola.Struktur
komunitas dibedakan menjadi struktur fisik (Struktur fisik suatu
komunitas tampak apabila komunitas tersebut diamati) dan biologi
(komposisi spesies, kelimpahan individu dalam spesies, perubahan
temporal dalam komunitas, hubungan antara spesies dalam suatu
komunitas).
Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas.
Vitalitas menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan
perkembangbiakan organisme.
Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif.
Frekuensi kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah
kehadiran suatu spesies di dalam suatu habitat. Densitas
(kepadatan) dinyatakan sebagai jumlah atau biomassa per unit
contoh, atau persatuan luas/volume, atau persatuan penangkapan.
Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang
berlangsung menuju ke satu arah yang berlangsung lambat secara
teratur pasti terarah dan dapat diramalkan. Suksesi-suksesi terjadi
sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan
sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam
tingkat ini komunitas sudah mengalami homoestosis. Menurut
konsep mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis pioner
oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan
lingkungannya.
2. Dominansi Ekologi
Dominansi merupakan suatu bentuk penguasaan dalam suatu perairan
untuk mendapatkan makanan maupun tempat tinggal yang layak serta
bertahan cukup lama .Untuk mengetahui apakah suatu jenis organisme yang
mendominasi suatu perairan dapat menggunakan indeks dominansi (Odum,
1971).
Dominansi merupakan suatu perebutan hak yang dilakukan untuk
mendapatkan makanan dan tempat tinggal. Dalam suatu perairan yang biasa
mendominasi suatu perairan adalah organisme fitoplankton oleh karena itu
biasa terjadi fenomena blooming plankton. Ini akibatkan oleh aktivitas
pembuangan dilaut oleh manusia sehingga dengan meningkatnya nutrient
maka meningkat pulalah fitoplankton tersebut dengan berkembang biak
secara pesat dan tak terkendali.
Dalam konsep dominasi bila ditinjau dari segi survey dapat dikatakan
bahwa jenis yang memiliki INP tertinggi menang ataupun mampu bersaing
pada suatu daerah tertentu, mempunyai toleransi yang tinggi dan cocok
dengan habitatnya dibandingkan dengan jenis lainnya (Florencius, 2015).
Secara umum rumus dominansi yang biasa digunakan adalah sebagai
berikut:
Jumlah bidang dasar suatu jenis
Dominansi =
Luas contoh
Dominasi dari suatu jenis
Dominansi relatif/DR (%) = x 100%
Dominasi seluru h jenis
Data yang diperoleh dianalisis untuk menentukan jenis-jenis yang
dominan.Jenis dominan merupakan jenis yang mempunyai nilai penting
tertinggi di dalam tipe vegetasi yang bersangkutan.
a. Indeks Dominansi
Indeks dominansi digunakan untuk memperoleh informasi
mengenai jenis ikan yang mendominasi pada suatu komunitas pada tiap
habitat indeks dominansi yang dikemukakan oleh Simpson yaitu ):
Dengan
C = Indeks dominansi Simpson
S = Jumlah jenis (spesies)
ni = jumlah total individu jenis larva i
N = jumlah seluruh individu dalam total n
Pi=ni/N = sebagai proporsi jenis ke-i
Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan dominansi
spesies ikan yaitu:
Mendekati 0 = indeks semakin rendah atau dominansi oleh satu
spesies ikan.
Mendekati 1 = indeks besar atau cenderung dominansi oleh beberapa
spesies ikan (Odum, 1971).
Nilai indeks dominansi berkisar antara 0 – 1 dan jika nilai indeks
mendekati atau bernilai 1, maka perairan didominasi oleh spesies tertentu
dan sebaliknya.Nilai dominansi phytoplankton 0,334 – 0,356 dan
zooplankton 0,156 – 0,500 ini menunjukkan bahwa rata-rata tidak terjadi
dominansi spesies.
DAFTAR PUSTAKA
Maizer, Dkk. 2014. Struktur Komunitas Tumbuhan Dan Faktor Lingkungan Di
Lahan Kritis, Imogiri Yogyakarta. Jurnal Manusia Dan Lingkungan.
Vol. 21, No.1 Https://Media.Neliti.Com/Media/Publications/78408-Id-
Pola-Distribusi-Dan-Dinamika-Komunitas-B.Pdf Diakses 3 November
2021
Pringgoseputro, S. 1998. Ekologi Umum. Yogyakarta: Ugm Press
Rahardjanto, Abdulkadir. 2001. Ekologi Umum. Malang: Unm Press
NAMA : Rushafah Amaliyah
NIM : A1D019043
KELOMPOK : 2 (Dua)
KELAS/SEMESTER :B/V
MATAKULIAH : Ekologi
JUDUL MATERI : Organisasi Tingkat Komunitas
SUB JUDUL MATERI : C. Analisis Komunitas
C. Analisis Komunitas
Pada dasarnya komunitas dapat diklasifikasikan berdasarkan tiga jenis yaitu
1. Bentuk atau sifat struktur utama
Jenis ini dapat dibedakan atas dari komuni perhutanan.
Contohnya seperti pada pohon pinus, hutan agathis, hutan jati atau hutan
Dipterocarphaceae. Contoh lainnya dapat didasarkan pada sifat tumbuhan
dominan seperti hutan sklerofil.
2. Habitat fisik dari komunitas
Jenis ini dapat dilihat berdasarkan habitat dengan fisiknya yang beragam.
Contohnya seperti pada komunitas hamparan lumpur, komunitas pantai
pasir, komintas lautan dan sebagainya.
3. Sifat-sifat fungsional
Jenis ini dapat didasarkan pada jenis tipe makhluk komuni dengan daerah
yang ia tempati berdasarkan fungsinya.
Contohnya seperti pada metabolisme, berdasarkan sifat lingkungan yang
sesuai dengan iklim. Di daerah iklim tropic dengan curah hujan yang
terbagi rata sepanjang tahun.
Adapun macam jenis dari komunitas, yang dapat dibagi 2 secara garis
besar yaitu komunitas akuatik dan komunitas terrestrial. Berikut ini penjelasan
dari kedua macam jenis tersebut yaitu sebagai berikut.
1. Komunitas akuatik adalah komunitas di perairan yang terdiri dari
sekumpulan berbagai macam jenis populasi spesies makhluk hidup di air
yang berbeda. Contohnya komunitas yang tersusun atas populasi ikan,
penyu, katak dan buaya.
2. Komunitas terrestrial adalah komunitas yang ada di bagian daratan dengan
sekumpulannya berbagai macam jenis populasi dari spesies makhluk hidup
di daratan yang berbeda. Contohnya seperti tersusun atas populasi rusa,
kerbau, singa, macam tutul dan gajah.
DAFTAR PUSTAKA
E. Struktur Komunitas
Struktur komunitas merupakan suatu kumpulan populasi yang terdiri dari
berbagai spesies yang menempati suatu daerah tertentu. Menurut Odum (1994),
komunitas diklasifikasikan dengan melihat bentuk atau sifat struktur utamanya
seperti spesies yang dominan, bentuk atau indikator hidup, habitat fisik dari
komunitas dan sifat maupun tanda-tanda fungsional. Komunitas dapat dikaji
berdasarkan klasifikasi sifat strukturall (struktur komunitas). Struktur komunitas
dipelajari melalui beberapa cara yaitu ukuran, komposisi, dan keanekaragaman
spesies. Struktur komunitas juga berkaitan erat dengan kondisi habitat. Perubahan
pada habitat dapat mempengaruhi tingkat spesies sebagai komponen terkecil
penyusunan populasi yang membentuk komunitas. Berdasarkan pendapat tersebut,
dijelaskan bahwa komunitas merupakan kesatuan dinamik dari hubungan
fungsional yang saling mempengaruhi diantaranya populasi, dimana komunitas
berperan pada posisinya masing-masing dan menyebar dalam ruang serta tipe
habitatnya (Odum, 1994). Keberadaan keanekaragam jenis organisme yang hidup
dengan cara beraturan, tidak tersebar begitu saja tanpa adanya saling
ketergantungan (interaksi), dapatedikaji pada tingkat komunias sehingga pada
konsep komunitas menjadi sangat penting dalam mempelajari ekologi. Menurut
Dharmawan (2005), kajian komunitas dilakukan untuk mengetahui keseimbangan
yang tergambar didalam struktur dan komposisi populasi penyusunnya. Kajian
komunitas juga bertujuan untuk mengetahui pola sebaran komunitas dan
perubahannya dipakai sebagai hasil interaksi semua komponen yang bekerja
dalam komunitas tersebut.
Komunitas dan komponen penyusunnya adalah sebuah organisasi
kehidupan yang masing-masing memiliki dinamika sendiri disebut struktur
komunitas (Satino, 2011). Menurut Husamah, (2015), Struktur komunitas adalah
suatu konsep yang mempelajari susunan atau komposisi spesies dan kelimpahan
dalam suatu komunitas. Komunitas mempunyai struktur dan pola tertentu
terhadap keanekaragaman, kemerataan, dan dominansi dengan ciri yang unik pada
suatu kommunitas. Analisa mengenai kelimpahan, keanekaragaman, kemerataan,
dan dominansi dari suatu komunitas, serta keseimbangan jumlah tiap spesiesnya.
Struktur yang diakibatkan oleh penyebaran organisme di dalam, dan
interaksinya dengan lingkungannya dapat disebut pola. Struktur suatu komunitas
tidak hanya dipengaruhi oleh hubungan antar spesies, tetapi juga oleh jumlah
individu dari setiap spesies organisme. Hal yang demikian itu menyebabkan
kelimpahan relatif suatu spesies dapat mempengaruhi fungsi suatu komunitas,
bahkan dapat memberikan pengaruh pada keseimbangan sistem dan akhirnya
berpengaruh pada stabilitas komunitas itu sendiri (Heddy, 1983). Berdasarkan
pembentukannya struktur komunitas dibagi menjadi struktur fisik dan struktur
biologi.
a) Struktur fisik, suatu komunitas tampak jika komunitas diamati, misalnya jika
mengunjungi hutan deciduosa akan tampak suatu struktur primer secara
musiman dan suatu struktur sekunder berupa pepohonan kecil.
b) Struktur biologi, komposisi perubahan temporal dalam komunitas yang
merupakan hubungan antara spesies dalam suatu komunitas sehingga
sebagiannya bergantung pada struktur fisik
Kedua struktur komunitas berpengaruh kuat pada fungsi suatu komunitas.
Fungsi komunitas yaitu kerja suatu komunitas sebagai pemroses energi dan zat
hara. Struktur maupun fungsi komunitas telah dimodifikasi oleh seleksi alam yang
bertindak pada para individu yang menyusun komunitas.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan komunitas
Struktur dalam komunitas dapat berubah dikarenakan sebagian
besar dapat diganti dalam ruang dan waktu tertentu. Meskipun secara
fungsi komunitas hampir serupa tetapi memiliki komposisi jenis yang
berbeda. Komposisi komunitas merupakan jenis dan jumlah individu
penyusun komunitas disuatu tempat. Struktur komunitas memiliki
karakteristik tersendiri yang tidak dimiliki oleh setiap jenis komponen
penyusunnya. Penyebaran jenis dan populasi komunitas ditentukan oleh
beberapa faktor seperti sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Sifat fisik
perairan seperti kecepatan arus, kekeruhan atau kecerahan, pasang surut,
kedalaman, substrat dasar dan suhu. Sifat kimia seperti kandungan
oksigen, karbondioksida terlarut, pH, bahan organik, dan kandungan hara
yang dapat mempengaruhi hewan tersebut. Sifat-sifat fisika dan kimia
secara langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh bagi
kehidupan. Perubahan kondisi fisika-kimia suatu perairan kemungkinan
akan berdampak buruk dan merugikan terhadap populasi yang hidup di
ekosistem tersebut.
b. Parameter Struktur Komunitas
Terdapat lima karakteristik komunitas pada umumnya yang diukur
dan dikaji yaitu bentuk struktur pertumbuhan, dominansi, kelimpahan
relaitf, struktur trofik dan keanekaragaman atau diversitas jenis. Menurut
Leksono (2007), bahwa membatasi parameter komunitas bersifat
kuantitatif seperti kekayaan jenis, keanekaragaman dan kelimpahan relatif.
Pengamatan struktur komunitas perlu dilakukan sebelum mempelajari
berbagai hubungan komunitas dengan lingkungan. Hal-hal yang perlu
dipahami ketika mengkaji struktur komunitas, yaitu jenis makhluk hidup
penyusun, densitas (kepadatan), dan keanekaragaman jenis (Satino, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Dharmawan, Agus. 2005. Ekologi Hewan. Malang : UM Press
Heddy, Suwasono. 1986. Pengantar Ekologi. Jakarta : CV Rajawali
Husamah, Rohman, F., dan Sutomo, H. 2015. Struktur Komunitas Collembola
Pada Tiga Tipe Habitat Sepanjang Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu
Kota Batu. Jurnal. Semnas XII Pendidikan Biologi FKIP UNS
Leksono, S. 2007. Ekologi : Pendekatan Deskriptif dan Kualitatif. Malang :
Bayumedia Publishing
Odum, E.P. 1994. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Yogyakarta : UGM Press
Satino. 2011. Diktat Kuliah Biologi Perairan. Yogyakarta : FMIPA UNY
NAMA : Putri Nesya Aldanapio
NPM : A1D019008
KELOMPOK : 2 (Dua)
KELAS/SEMESTER : B/V
MATAKULIAH : Ekologi
JUDUL MATERI : Organisasi Tingkat Komunitas
SUB JUDUL MATERI : F. Interaksi dalam Komunitas
b. Amensalisme
Amensalisme adalah interaksi antara berbagai jenis makhluk
hidup dengan salah satu dirugikan sedangkan yang lainnya tidak
mengalami perubahan apa-apa. Sebagai contoh rumput jepang yang
ditanam dibawah naungan pohon mangga yang rindang, akan mati layu
karena tidak terkena sinar matahari. Sedangkan pohon mangga tidak
dirugikan, juga tidak mendapatkan keuntungan.
c. Parasitisme
Parasitisme adalah hubungan antara dua jenis makhluk
hidup,dimana makhluk hidup yang satu mendapatkan
kerugian,sedangkan yang lain mendapat keuntungan. Keuntungan yang
diperoleh berupa makanan dan perlindungan sedangkan makhluk hidup
yang ditumpanginya (hospes/inang) merasa rugi karena sari
makanannya diambil,bahkan mungkin dibunuh oleh parasit itu.
Misalnya,benalu yang menumpang pada tumbuhan inang. Organisme
yang mendapat keuntungan disebut parasit, sedangkan organisme yang
dirugikan disebut inang. Organisme parasit dapat hidup pada
tumbuhan, hewan, dan manusia. Contoh :
Plasmodium dalam tubuh manusia
Tali putri dengan tumbuhan inangnya
Taenia saginata dalam tubuh sapi
Benalu dengan pohon yang ditempelinya
2. Protagonisme
Protagonisme merupakan suatu bentuk hubungan antara dua jenis
makhluk hidup yang saling menguntungkan,dimana suatu makhluk hidup
menguntungkan makhluk hidup lainnya. Adapun aspek-aspeknya adalah
a) Mutualisme
Mutualisme merupakan bentuk hubungan (interaksi) yang saling
menguntungkan banyak terjadi di alam ini. Simbiosis mutualisme adalah
suatu hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup
lainnya yang saling meguntungkan bagi dua belah pihak. Misalnya,
simbiosis antara sapi dan burung-burung memperoleh makanan berupa
kutu di tubuh sapi, sedangkan sapi dibantu menghilangkan kutu yang
membuat tubuhnya gatal.
Protozoa berflagela yang hidup didalam saluran pencernaan rayap.
Kayu yang banyak mengandung selulosa tidak dapat di cerna oleh
rayap,kecuali dengan bantuan protozoa yang hidup di saluran
pencernaannya. Protozoa akan mencerna selulosa menjadi molekul-
molekul karbohidrat yang lebih kecil sehingga dapat dicerna oleh
pencernaan rayap. Dengan demikian, rayap mendapat keuntungan dari
keberadaan protozoa di dalam pencernaannya. Demikian juga protozoa
akan mendapatkan keuntungan, karena protozoa tersebut dapat hidup
terlindung dalam saluran pencernaan rayap. Contoh :
o tanaman kacang-kacangan (leguminosae) dan bakteri Rhizobium
o kupu-kupu dengan bunga
o ganggang (alga) dengan jamur (fungi) membentuk lumut kerak
(lichenes)
o badak dengan burung jalak hitam.
b) Komensalisme
Komensalisme adalah hubungan antarorganisme dimana salah satu
pihak untung dan yang lain tidak dirugikan. Pada hubungan ini kedua
pihak saling bekerjasama. Misal pada ikan badut yang berada di laut
bagian dalam,yang akan memanfaatkan anemon laut sebagai tempat
persembunyiannya terhadap pamangsa-pamangsa lain. Jadi ikan badut
akan merasa terlindungi dengan adanya anemon laut itu.
Ikan ikan kecil yang hidup bersama dengan ikan hiu. Ikan-ikan ini
disebut remora. Remora mendapat makanan sisa-sisa dari ikan hiu. Selain
itu, mereka akan terlindungi dari predator yang akan memangsanya.
Ikan hiu tidak merasa tergangu dengan kehadiran remora.
Pada tumbuhan epifit yang tumbuh melekat pada tumbuhan yang
lainnya,tetapi tidak merugikan tumbuhan yang ditumpanginya itu.
Misalnya pasa tumbuhan anggrek atau paku-pakuan yang melekat pada
dahan tumbuhan lain,tetapi tidak merugikan tumbuhan inangnya. Contoh
Simbiosis Komensalisme :
o anggrek dan pohon yang ditumpanginya
o ikan hiu dan ikan remora
o karang yang menempel pada tubuh ikan paus
o tanduk rusa dengan pohon lain
c) Protokooperasi
Hubungan antarorganisme ini adalah hubungan dimana organisme
satu memperoleh keuntungan dengan adanya asosiasi itu, tetapi hubungan
itu tidak merupakan suatu keharusan. Sebagai contoh hubungan kerbau
dengan burung bangau. Burung bangau bertengger di atas punggung
kerbau dan mematuk kutu yang ada. Dari interaksi tersebut, bangau
memperoleh makanan dan kutu yang menjadi hama pada kerbau
berkurang, sehingga kerbau dapat hidup lebih sejahtera. Interaksi ini
bukan suatu keharusan, artinya tanpa interaksi tersebut kerbau dan bangau
tetap mampu mempertahankan hidupnya.
3. Netral
Hubungan tidak saling mengganggu antar organisme dalam habitat
yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua
belah pihak, disebut netral. Contohnya : antara capung dan sapi.