BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua komponen kata
yaitu oikos berarti rumah tangga atau lingkungan yang berfungsi sebagai tempat
kehidupan organisme dan logos berarti ilmu sehingga menurut Ernst Haeckel
ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
organisme dengan lingkungannya (Ramli, 1989). Hubungan timbal balik di sini
menekankan pada kelompok organisme yaitu populasi yang merupakan kumpulan
dari spesies dan komunitas.
Dalam ekologi terdapat organisasi kehidupan yang saling berkaitan antara
satu dengan yang lainnya. Setiap mahkluk hidup akan saling berinteraksi dengan
mahkluk hidup yang lainnya dalam satu lingkup, dinamakan dengan komunitas.
Setiap komunitas akan memciptakan sebuah ekosistem yang memiliki ciri khas
tersendiri. Ada banyak komponen yang saling berhubungan dalam berjalannya
organisasi kehidupan dalam suatu komunitas maupun ekosistem.
Kajian komunitas berusaha mengetahui keseimbangan yang tergambarkan
dalam struktur dan komposisi populasi penyusunnya, mengetahui pola sebaran
dan perubahan sebagai hasil interaksi semua komponen yang bekerja dalam
komunitas tersebut (Dharmawan, 2005).
Makalah ini akan membahas tentang komunitas sebagai salah satu
tingkatan dalam spektrum organisme.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang ada dikaitkan dengan pemahaman materi yang
akan dicapai maka rumusan masalah adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana konsep ekologi komunitas?
2. Bagaimana hubungan struktur trofik dengan spesies kunci?
C. Tujuan
1
2
D. Batasan Masalah
Adapun faktor beragamnya sumber rujukan hingga menghasilkan sub
topik yang bervariasi dan tidak menutup kemungkinan satu sama lain terdapat
perbedaan cakupan pembahasan maka penulis mengerucutkan kajian yang dibahas
dalam makalah ini hanyalah mengenai konsep komunitas dan struktur trofik yang
dikaitkan dengan spesies kunci.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Komunitas
1. Pengertian Komunitas
Tidak ada suatu populasi organisme atau spesies yang dapat hidup sendiri
di alam, melainkan mereka akan berkumpul dari berbagai populasi dan hidup
secara bersamaan. Kumpulan dari beberapa populasi organisme, hidup di suatu
habitat disebut dengan komunitas (Krebs, 1978). Berdasarkan Resosoedarmo
(1990) komunitas ialah beberapa kelompok makhluk yang hidup bersama-sama
dalam suatu tempat yang bersamaan, misalnya populasi semut, populasi kutu
daun, dan pohon tempat mereka hidup membentuk suatu masyarakat atau suatu
komunitas. Dengan memperhatikan keanekaragaman dalam komunitas dapatlah
diperoleh gambaran tentang kedewasaan organisasi komunitas tersebut.
Komunitas dengan populasi ibarat makhluk dengan sistem organnya, tetapi
dengan tingkat organisasi yang lebih tinggi sehingga memiliki sifat yang khusus
atau kelebihan yang tidak dimiliki oleh baik sistem organ maupun organisasi
hidup lainnya.
Menurut Odum (1996), mendeskripsikan tentang komunitas biotik sebagai
kumpulan populasi apa saja yang hidup dalam daerah atau habitat fisik yang telah
ditentukan, hal tersebut merupakan satuan yang di organisir sedemikian bahwa dia
mempunyai sifat tambahan terhadap komponen individu dan fungsi sebagai unit
melalui transformasi metabolik yang bergandengan. Komunitas utama adalah
mereka yang cukup besar hingga mereka relatif tidak tergantung dari masukkan
dan hasil dari komunitas didekatnya sedangkan komunitas minor adalah mereka
yang kurang bergantung pada kumpulan tetangganya.
Komunitas, seperti halnya tingkat organisasi makhluk hidup lain, juga
mengalami serta menjalani siklus hidup. Komunitas, ditinjau dari segi fungsi,
tumbuhan dan hewan dari berbagai jenis yang hidup secara alami di suatu tempat
membentuk suatu kumpulan yang di dalamnya setiap individu menemukan
lingkungan yang dapat memunuhi kebutuhan hidupnya dalam kumpulanya ini
terdapat pula kerukunan untuk hidup bersama, toleransi kebersamaan dan
3
4
3. Struktur Komunitas
Komunitas yang berbeda akan dapat diamati dalam setiap habitat yang
berbeda dan satuan lingkungan yang berbeda pula. Komposisi dan sifat komunitas
merupakan indikator paling baik untuk mengetahui komunitas tersebut.
Komunitas dapat dibedakan menjadi komunitas mayor komunitas bersama
habitatnya yang merupakan satuan dapat melengkapi dan melestarikan komunitas
itu sendiri, kecuali energi matahari sebagai masukan harus ada– dan komunitas
6
4. Keanekaragaman jenis
Keragaman jenis menjadi suatu sifat komunitas yang memperlihatkan
tingkat jenis keragaman organisme yang dinyatakan dengan indeks keragaman.
Indeks keragaman dihitung secara matematik dan dapat digunakan untuk
mengetahui baik buruknya kualitas suatu wilayah tertentu. Komunitas yang
memiliki keragaman jenis yang tinggi akan terjadi interaksi jenis yang melibatkan
transfer energi, predasi, kompetisi, dan bagian relung lebih kompleks (Odum,
1996).
Keanekaragaman kecil biasanya terdapat pada komunitas di daerah
ekstrim, misalnya daerah kering, tanah miskin, dan pegunungan tinggi. Sedangkan
keanekaragaman besar biasanya terdapat di daerah lingkungan optimum, misalnya
hutan tropika (Rososoedarmo, 1990).
7
H= - (pi log2pi)
H = indeks keragaman spesies
s = jumlah cacah spesies dalam suatu cuplikan
pi = bilangan pecahan cacah individu dalam suatu spesies (i) dibagi jumlah
individu dalam populasi (jadi pi = ni/N, artinya ni= nilai kepentingan
tiap-tiap spesies (cacah individu, biomassa, produksi dan sebagainya),
dan N= jumlah nilai kepentingan).
Makin tinggi nilai H makin besar diversitas spesies dalam komunitas,
mungkin ada cacah spesies yang besar atau again individu yang merata dalam
komunitas atau keduanya. Misalnya jika digunakan loge atau ln dan diandaikan
ada 100 individu dalam suatu populasi, sehingga:
1. Jika hanya ada 1 spesies, maka H = 0.
2. Jika ada 5 spesies dengan 20 individu dalam tiap jenis, maka H = 1,61.
3. Jika ada 10 spesies dengan 10 individu dalam tiap jenis, maka H’i = 2,30.
4. Jika ada 100 spesies dengan 1 individu dalam tiap jenis, maka H= 4, 61.
Sesungguhnya, jika terjadi akan sangat langka bahwa tiap jenis sama cacah
individunya, biasanya jenis dapat disusun menurut beberapa jenis dengan
cacah individu yang besar, diikuti cacah individunya makin kecil. Misalnya:
5. Jika ada 5 spesies dengan masing-masing bercacah individu 50, 20, 15, 8,
dan 2, maka H= 1,26, yang ternyata memberi index keragaman lebih rendah
dari pada no 2.
6. Jika ada 10 spesies yang masing-masing dengan individu 45, 25, 15, 8, dan
2, maka H = 1,50.
Dalam poin b ternyata index keragaman tidak sebesar dalam nomor 3 karena
again individu kurang beragam, tetapi masih lebih besar dari pada poin a
karena cacah spesies lebih besar dan susunan individu berbeda walaupun hanya
menyangkut 5 individu. Index diversitas telah dipergunakan sedemikian jauh,
terutama untuk membandingkan komposisi, dalam komunitas berbeda,
kelompok taksonomik yang sama bentuk kehidupannya.
9
5. Organisasi Komunitas
Komunitas dapat diatur melalui tiga proses yaitu kompetisi, predasi, dan
simbiosis. Kompetisi di antara tumbuhan, herbivor, karnivor dapat mengontrol
keanekaragaman dan kelimpahan spesies di suatu komunitas. Predasi dapat
mengatur komunitas yaitu berperan sebagai pemangsa, sehingga kerangka
organisasi komunitas ditentukan oleh hewan. Simbiosis juga termasuk proses
yang penting seperti hubungan mutualisme, yaitu menghubungkan antara spesies
dan meningkatkan organisai komunitas melalui jalan yang baik. Gambaran
mengenai predasi dapat dilihat pada gambar 2.2, komunitas pada gambar 2.3, dan
simbiosis pada gambar 2.4. Pembelajaran organisasi komunitas memerlukan
pengetahuan mengenai komponen spesies dan ketiga proses yang terikat menjadi
satu. Komunitas mengandung berbagai jenis spesies, sehingga kita tidak dapat
mempelajari setiap spesies secara terpisah (Krebs, 1978).
6. Sebaran Komunitas
Aktivitas pada tingkat populasi mempunyai konsekuensi pada interaksi
antar populasi yang disebutkan pada tingkat komunitas. Komunitas secara umum
diartikan sebagai masyarakat yang mempunyai pengertian kumpulan dari
beberapa kelompok individu dimana masing-masing kelompok memiliki karakter
spesifik. Di dalamnya terjadi interdependensi yang dinamis pada skala ruang dan
waktu tertentu (Begon dalam Dharmawan, 2005). Sehingga dalam kajian ekologi,
komunitas merupakan kumpulan populasi yang saling berinteraksi pada ruang dan
waktu secara bersamaan (Dharmawan, 2005).
Untuk membedakan komunitas satu dengan komunitas lainnya perlu
mengamati kondisi lingkungan dimana perbedaan atara satu dan lainnya relatif
tajam (Dharmawan, 2005). Apabila kondisi lingkungan berubah secara gradual,
maka struktur dan komposisi berubah secara berangsur-angsur dan dapat
menimbulkan tumpang tindih antar komunitas tanpa ada batas yang tajam
(continuum).
Pola sebaran komunitas kontinum dapat diilustrasikan secara makro
dengan melihat struktur dan komposisi hewan dari daerah kutub ke arah equator.
Dalam lingkup yang lebih kecil dapat dilihat pada perubahan struktur dan
komposisi hewan dari puncak gunung ke arah pantai (Dharmawan, 2005).
7. Perubahan Komunitas
Organiseme tidaklah diam atau statis seperti ornamen plastik. Perubahan
selalu terjadi seiring kepekaan organisme tersebut terhadap lingkungan sekitarnya,
mengubah materi atau energi yang tersedia menjadi salah satu contoh kongkrit
11
B. Struktur Trofik
Hubungan makanan dalam suatu ekosistem dapat dinyatakan sebagai
tingkat/struktur trofik atau tingkat makanan. Tingkatan trofik pertama diduduki
oleh produsen, yang kemudian di tingkat kedua ditempati herbivor dan
selanjutnya diikuti karnivor.
Perpindahan energi makanan dari sumbernya yaitu tumbuhan menuju
herbivor menuju karnivor, dinamakan dengan rantai makanan. Setiap kelompok
organism memiliki peranan masing masing di suatu tingkatan trofik. Tingkatan
trofik dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Tingkatan Trofik
Peran Kelompok Organisme Tingkatan trofik
Produsen Tumbuhan hijau Trofik tingkat pertama
Konsumen primer Herbivora Trofik tingkat kedua
Konsumen sekunder Karnivora, serangga Trofik tingkat ketiga
12
parasit
Konsumen tersier Karnivor tingkat tinggi, Trofik tingkat keempat
serangga sangat parasit
Dari tabel 2.1 di atas selain mempelajari struktur trofik dalam komunitas,
juga menunjukkan mengenai spesies kunci atau keystone species yang memegang
peranan sangat penting dalam suatu komunitas. Hal itu ditunjukkan pada posisi
konsumen tersier dimana setelahnya tidak ada lagi pemangsa.
Spesies kunci (keystone species) merupakan suatu spesies yang
menentukan kelulusan hidup sejumlah spesies lain. Dengan kata lain,
keberadaannya menyumbangkan suatu keragaman hidup dan di samping itu
kepunahannya secara konsekuen menimbulkan kepunahan bentuk kehidupan lain
(Power & Mills, 1995 dalam Prianto, 2007).
Misal pada ekosistem pesisir, seluruh fauna yang hidup di dalam ekositem
tersebut mempunyai peranan yang penting dalam menjaga keseimbangan ekologi.
Salah satu spesies tersebut adalah kepiting. Kepiting diusulkan sebagai keystone
species di kawasan pesisir karena setiap aktivitasnya mempunyai pengaruh utama
pada berbagai proses paras ekosistem. Peran kepiting di dalam ekosistem
diantaranya mengkonversi nutrien dan mempertinggi mineralisasi, meningkatkan
distribusi oksigen di dalam tanah, membantu daur hidup karbon, serta tempat
penyedia makanan alami bagi berbagai jenis biota perairan (Prianto, 2007).
Struktur trofik dapat dilihat pada gambar 2.5 di bawah ini.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan tujuan dari pembuatan makalah dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut.
1. Kumpulan dari beberapa populasi organisme, hidup di suatu habitat disebut
dengan komunitas. Lima karakteristik komunitas antara lain keragaman
spesies, bentuk dan struktur pertumbuhan, dominansi, kelimpahan relatif,
struktur trofik. Keragaman jenis menjadi suatu sifat komunitas yang
memperlihatkan tingkat jenis keragaman organisme yang dinyatakan dengan
indeks keragaman. Komunitas dapat diatur melalui tiga proses yaitu
kompetisi, predasi, dan simbiosis.
B. Saran
Diharapkan mahasiswa lebih memahami dan mempelajari mengenai
bagaimana pengertian komunitas, karakteristik dan pemberian nama komunitas,
struktur komunitas, keanekaragaman jenis, organisasi komunitas, sebaran
komunitas, perubahan komunitas, sehingga bagi mahasiswa agar lebih dapat
menambahkan materi mengenai konsep komunitas dan struktur trofik.
15
15
DAFTAR RUJUKAN
16
16
[9/14, 5:30 PM] Pura: Menurut Hardjosuwarno (1982), struktur dan komposisi
jenis pada vegetasi hutanmerupakan salah satu tujuan yang penting dalam
kajian tentang vegetasi hutan, dan struktur vegetasi terbagi atas: (a)
struktur vertikal yaitu struktur tingkat anakan, tingkat pancang, tingkat
tiang dan tingkat pohon, (b) struktur horizontal dalam artian distribusi
spesies dan individu, dan (c) struktur kuantitatif dalam artian kelimpahan
spesies dalam komunitas.
[9/14, 5:31 PM] Pura: Jurnal ILMU DASAR Vol. 18 No. 1, Januari 2017 : 61 - 64
61. Hubungan Faktor Ekologi dengan Struktur Komunitas Tumbuhan
Mangrove Teluk Pangpang Taman Nasional Alas Purwo
Relationship Between The Ecologycal Factors with Community Stucture of
Mangrove in Pangpang Bay Alas Purwo National Park. Rifan Acik*),
Sudarmadji
Secara umum kehadiran vegetasi pada suatu wilayah memberikan dampak positif
bagi keseimbangan ekosistem terutama ekosistem daerah aliran sungai
17
Vegetasi melindungi permukaan tanah dari pukulan langsung tetesan air hujan
yang dapat menghancurkan agregat tanah (Masnang, 2015).Kondisi
vegetasi di sekitar DAS menentukan kualitas DAS secara keseluruhan
(Maridi et al., 2015). Besarnya energi kinetik dari tetesan air hujan
berubah karena peran bagian-bagian vegetasi yang menghambat laju air
hujan. faktor penutup lahan mempengaruhi laju aliran permukaan, erosi
dari segi tingkat kerapatan tumbuh-tumbuhan (Arsyad, 2010).
Vegetasi di kawasan DAS memainkan peranan yang sangat penting dalam sistem
ekologi terutama menjadi daerah tangkapan air (catchment area) dalam
siklus hidrologi, pengatur iklim baik secara regional, ataupun global dan
konservasi biodiversitas khususnya flora dan fauna Wallacea (Pitopang,
2013; Naharuddin et al., 2016).Vegetasi hutan dengan kehadiran sengkuap
tajuk melalui strata yang terbentuk akan berpengaruh besar terhadap sinar
matahari ke sengkuap tajuk sehingga sinar yang sampai ke permukaan
tanah sangat kecil, jika terjadi hujan sengkuap tajuk dengan stratanya akan
menghalangi pukulan air hujan terhadap permukaan tanah. Menurut
Klaassen et al.,(1996), air hujan yang jatuh ke sengkuap tajuk perlahan-
lahan akan dialirkan kebatangbatang pohon kemudian sampai ke
permukaan tanah secara perlahan berinfiltrasi mengakibatkan
Kartasapoetra, et al. (1987) menjelaskan arti dan peranan vegetasi sebagai
parameter hidrologi dan erosi tanah: (1) vegetasi melindungi permukaan
tanah dari tumbukan butir-butir hujan yang jatuh, (2) adanya sisa-sisa
tanaman berupa daun, ranting dan sisa tanaman yang lainnya di atas
permukaan tanah dan membentuk lapisan humus, (3) menahan limpasan
18
Struktur vegetasi dapat dibagi menjadi lima stratum berurutan, yaitu stratum A, B,
C, D dan E. Menurut Indriyanto (2012), bahwa tidak semua tipe ekosistem
hutan itu memiliki lima stratum, oleh karena itu, tentu ada hutan-hutan
yang memiliki stratum A,B, D dan E atau C, D, dan E dan lain sebagainya.
Naharuddin
Masnang, A., dan Sinukaban, N. 2015. Kajian tingkat aliran permukaan dan erosi,
pada berbagai tipe penggunaan lahan di Sub DAS Jenneberang Hulu. Jurnal
Agroteknos, 4(1).
Arrijani. “Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango”. Bandar Lampung: Biodiversitas. Vol (7)(2) hlm. 147-153, 2006.
Sutomo dkk. “Studi Awal Komposisi Dan Dinamika Vegetasi Pohon Hutan
Gunung Pohen Cagar Alam Batukahu Bali”. Jurnal Bumi Lestari, Volume 12 No.
2, Agustus 2012, hlm. 366 – 381
[9/14, 9:33 PM] Pura: Prinsip penentuan ukuran plot adalah plot dibuat dari
ukuran terkecil hingga pada ukuran terbesar dengan spesies yang bervariasi dari
satu plot ke plot yang lain sampai pada tidak ada lagi keanekaragaman spesies.
[9/14, 9:33 PM] Pura: Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk menentukan
luas petak minimum yang dapat mewakili tipe komunitas yang sedang dianalisis.
[9/14, 9:35 PM] Pura: Vegetasi dalam (komunitas) tanaman diberi nama atau
digolongkan berdasarkan spesies atau makhluk hidup yang dominan, habitat fisik
atau kekhasan yang fungsional. Dalam mempelajari vegetasi, pengamat
melakukan penelitian. Unit penyusun vegetasi (komunitas) adalah populasi. Oleh
karena itu semua individu yang berada di tempat pengamatan dilakukan dengan
cara mengamati unit penyusun vegetasi yang luas secara tepat sangat sulit
dilakukan karena pertimbangan kompleksitas, luas area, waktu dan biaya.
Sehingga pelaksanaanya peneliti bekerja dengan melakukan pencuplikan
(sampling) dalam menganalisa vegetasi dapat berupa bidang (plot/kuadran) garis
atau titik (Supriatno, 2001).
Teknik sampling kuadrat merupakan suatu teknik survey vegetasi yang sering
digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan, petak contoh yang dibuat
22
dalamteknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak
tunggal mungkin akan memberikan informasi yang baik bila komunitas vegetasi
yang ditelitibersifat homogen. Adapun petak-petak contoh yang dibuat dapat
diletakkan secararandom atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik
sampling. Bentuk petakcontoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis
vegetasi dan efisiensisampling pola penyebarannya. Sehubungan dengan efisiensi
sampling banyak studiyang dilakukan menunjukkan bahwa petak bentuk segi
empat memberikan datakomposisi vegetasi yang lebih akurat dibanding petak
berbentuk lingkaran, terutamabila sumbu panjang dari petak sejajar dengan arah
perubahan keadaan lingkunganatau habitat (Suwena, 2007).
Ada sejumlah cara untuk mendapatkan informasi tentang struktur dan komposisi
komunitas tumbuhan darat. Namun yang paling luas diterapkan adalah cara
pencuplikan dengan kuadrat atau plot berukuran baku. Cara pencuplikan kuadrat
dapat digunakan pada semua tipe komunitas tumbuhan dan juga untuk
mempelajari komunitas hewan yang menempati atau tidak berpindah.Rincian
mengenai pencuplikan kuadrat meliputi ukuran, cacah, dan susunan plot cuplikan
harus ditentukan untuk membentuk komuniatas tertentu yang dicuplik
berdasarkan pada informasi yang diinginkan (Supriatno, 2001).
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu
jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil
agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau
pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan
jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat
mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies
Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan: (1) luas
minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah
24
minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur
yang mewakili jika menggunakan metode jalur (Andre, 2009).
Sistem analisis pada praktikum ini adalah dengan metode kuadrat: Keragaman
spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu
atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies
yang ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numeric sebagai indeks
keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas
adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah
bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1995).
[9/14, 9:36 PM] Pura: Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah
awal yang digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak
contoh (kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak
contoh (sampling area) yang dianggap prepresentatif dengan suatu tipe vegetasi
pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari (Sugianto, 1994).
Keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk
menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan
analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan
komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif
komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu (1) pendugaan
komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan
membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu
pengamatan berbeda; (2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal; dan
(3) melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan
tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Irwanto, 2005).
Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang
terdapatpada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat
pada areal tersebut, maka makin luas petak contoh yang digunakan. Bentuk luas
minimum dapat berbentuk bujursangkar, empat persegi panjang dan dapat pula
berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil
25
luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi dengan metode
kuadrat (Sugianto, 1994).
Metode kuadrat pada umumnya dilakukan jika hanya vegetasi tingkat pohon saja
yangmenjadi bahan penelitian. Metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk
mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya. Keragaman
spesies dapat diambiluntuk menandai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu
atau sebagai jumlah spesiesdiantara jumlah total individu dari seluruh spesies
yang ada. Hubungan ini dapat dinyatakansecara numerik sebagai indeks
keragaman atau indeks nilai penting (Rahardjanto, 2001).
Metode luas minimum dilakukan dengan cara menentukan luas daerah contoh
vegetasi yang akan diambil dan didalamnya terdapat berbagai jenis vegetasi
tumbuhan. Syarat untuk pengambilan contoh haruslah representative bagi seluruh
vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat umum
suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh
26
beragam jenis populasi. Dengan kata lain peranan individu suatu jenis tumbuhan
sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan-keadaan individu
dalam populasi (Surasana, 1990).
Metode Kuadrat adalah salah satu metode dengan bentuk sampel dapat berupa
segiempat atau lingkaran dengan luas tertentu. Hal ini tergantung pada bentuk
vegetasi. Berdasarkan metode pantauan luas minimum akan dapat di tentukan luas
kuadrat yang diperlukan untuk setiap bentuk vegetasi tadi. Untuk setiap plot yang
di sebarkan di lakukanperhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan,
kerimbunan dan frekuensi. Variabel kerimbunan dan kerapatan di tentukan
berdasarkan luas kerapatan. Dari spesies yang ditemukan dari sejumlah kuadrat
yang di buat (Rahardjanto, 2001).
[9/14, 9:37 PM] Pura: Menurut Latifah (2005), faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi jumlah spesies di dalam suatu daerah antara lain sebagai berikut :
Yogyakarta.
Latifah, S. 2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam. USU Reository: Sumatera Utara.
Nuri.2010.AnalisisVegetasiHerba. http://nurichem.blogspot.com/2010/03/analisis-
vegetasi-herba.html. Diakses 17 Oktober 2014.
Sutomo, dkk. 2012. Studi Awal Komposisi dan Dinamik Vegetasi Pohon Hutan
Gunung Pohen Cagar Alam Batu Gahu Bali. Jurnal Bumi Lestari, Volume. 12. No.
UPT-BKT Kebun Raya “Eka Kaya”: Bali.