Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN (POHON, ANAKAN, DAN SEMAI)

DI KAWASAN ARBORETUM UNIVERSITAS RIAU


Pranto Wati (Kelompok 6)
Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP
Universitas Riau, Pekanbaru 28293
prantowati@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman berbagai vegetasi tumbuhan yaitu pada
strata pohon, anakan, dan semai yang terdapat di Arboretum Universitas Riau. Penelitian dilaksanakan di
Arboretum Univeristas Riau pada tanggal 25 dan 27 Oktober 2018. Alat yang digunakan pada penelitian ini
adalah pancang, tali rafia, meteran, dan alat tulis. Pada analisis keanekaragaman vegetasi tumbuhan dilakukan
dengan teknik sampling plot kuadrat dengan jalur/transek sepanjang 100 m 2. Dengan plot ukuran 10 x 10 m2
untuk pohon, 5 x 5 m2 untuk anakan dan 1 x 1 m2 untuk yang masih tergolong semai. Parameter pengukuran
meliputi KR (Kerapatan relatif), FR (Frekuensi relatif), DR (Dominansi relatif), INP (Indeks Nilai penting), dan
H’(Indeks keanekaragaman). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada area sekitar Arboretum
Universitas Riau memiliki tingkat keanekaragaman jenis vegetasi pohon yang rendah, sedangkan anakan dan
semai memiliki tingkat keanekaragaman jenis yang tergolong sedang.
Kata kunci : Vegetasi Tumbuhan, Strata, Keanekaragaman Jenis

PENDAHULUAN
Salah satu penyusun hutan adalah vegetasi. Vegetasi atau komunitas tumbuhan
merupakan suatu kumpulan dari berbagai macam tumbuhan yang hidup bersama di suatu
tempat. Komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lain
yang saling beriteraksi. Dengan saling berinteraksi membuat ekosistem semakin berlangsung
lama. Sehingga vegetasi pada tumbuhan secara alami pada wilayah tersebut merupaka
pencempuran hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan mengalami perubahan drasris.
Vegetasi selalu dinamis dan selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya. Dengan
itulah maka perlu melakukan kegiatan analisis vegetasi. Vegetasi merupakan bagian hidup
yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem. (Yulia, 2011)
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa  jenis
yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan  bersama tersebut
terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri
maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh
serta dinamis. Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat
mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan
vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor lingkungannya. (Cecep Sumarna, 2014)
Analisis vegetasi merupakan cara adalah mempelajari susunan dan bentuk vegetasi
yang ada. Hutan adalah komponen terpenting dari kehidupan manusia maupun keseimbangan
ekologi, oleh karenanya potensi yang meliputi komposisi jenis tumbuhan dominasi jenis
kerapatan dan lainnya sangat perlu diukur. Hal ini sangat penting untuk menentukan perlakuan
yang harus dilakukan dari suatu luasan hutan. Hal yang diselidiki dan diukur dalam ekologi
hutan alam adalah tegakan. analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan
bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Analisa vegetasi adalah cara mempelajari
susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan
sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat
tersebut (Yulia, 2011).
Pengambilan data yang luas arealnya belum diketahui, paling efektif menggunakan
cara transek. cara ini paling baik untukmempelajari perubahan stratifikasi vegetasi menurut
topografi dan elevasi, selanjutnya untuk penentuan petak ukur (plot) menggunakan metode
sistematik sampling. Aspek-aspek vegetasi yang perlu diketahui antara lain: [1] Ada atau tidak
adanya jenis tumbuhan tertentu; [2] Luas basal area; [3] Kerapatan; [4] Frekuensi; [5]
Dominansi; [6] Indeks nilai penting. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis
keanekaragaman vegetasi tumbuhan yang terdapat di Arboretum Universitas Riau.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Arboretum Univeristas Riau pada tanggal 25 dan 27
Oktober 2018. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah pancang, tali rafia, meteran,
dan alat tulis.
Pengumpulan data analisis vegetasi dilakukan dengan teknik sampling plot kuadrat
dengan jalur/transek. Pada areal sampling dibuat transek yang terdiri atas plot. Transek dibuat
memanjang memotong topografi dengan jarak antara transek 100 m2. Sepanjang transek
dibuat plot ukur [a] 10 x 10 m2 (pengamatan tingkat pohon). Di dalam petak ukur 10 x 10 m2
terdapat petak ukur [b] 5 x 5 m2 (pengamatan tingkat anakan), dan [c] 1 x 1 m2 (pengamatan
tingkat semai). Diamati, dihitung jumlah vegetasi, dan dianalisis keanekaragaman vegetasi.
5x5
1x1

10 x 10

100 m2
Gambar 1. Transek Vegetasi

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Data Vegetasi
Data vegetasi terdiri dari [1] Kerapatan; [2] Frekuensi; [3] Dominansi; [4] Indeks Nilai
Penting. Data Vegetasi berbeda pada 3 strata yaitu strata pohon, anakan, dan semai.
Jumlah individu setiap spesies berbeda pada masing-masing strata.
Tabel 1. Komposisi spesies vegetasi strata pohon , anakan, dan semai di kawasan hutan kampus
Universitas Riau
NO NAMA SPESIES JUMLAH INDIVIDU
POHON ANAKAN SEMAI
1. Spesies A 10 11 2
2. Spesies B 8 13 1
3. Spesies C 2 - 5
4. Spesies D - 8 4
5. Spesies F - 5 -
6. Spesies G - 7 -
7. Spesies H - 6 -
8. Spesies I - - 2
9. Spesies J - - 3
10. Spesies K - - 2
11. Spesies L - - 3

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa komposisi jenis strata pohon, anakan dan
semai di kawasan Arboretum Universitas Riau ditemukan 11 jenis tumbuhan. Komposisi
jenis vegetasi tumbuhan tertinggi di kawasan Arberetum Kampus Universitas Riau adalah
spesies A yaitu sebanyak 23 individu. Untuk komposisi jenis vegetasi strata tumbuhan
terendah adalah spesies I dan K yaitu sebanyak 2 individu.

1. Kerapatan (Density)
Berdasarkan hasil praktikum, banyaknya individu dalam areal (kerapatan) ditemukan:

PO HO N a na ka n sema i
120 140 130 60
100 110 50
TINGKAT KERAPATAN

100 120
Tingkat kerapatan

Tingkat kerapatan

80 50
100 80 40
80 40
80 70 30 30
60 50 60 30
40 60 50 20 18.18 20 20 22.73
40
20 40 26 20 13.64 13.64
10 16 10 22 14 9.09 9.099.0910
20 20 12 10 4.55
0 0 0
A B C D F A G B H I D J K A B L C
spesies SPESIES SPESIES

K KR K KR K KR

Gambar 2. Grafik Kerapatan Mutlak dan Kerapatan Relatif Pohon, Anakan, dan Semai

Berdasarkan hasil pratikum vegetasi tumbuhan didaerah Arboretum Universitas


Riau didapatkan untuk strata pohon , spesies A memiliki kerapatan jenis dan kerapatan
relatif yang lebih tinggi dari spesies B dan C yaitu 100 dan 50. Berdasarkan hasil
pengamatan, diperoleh 20 individu pohon yang terdiri dari 3 spesies pohon pada 10
plot pengamatan. Spesies yang paling banyak ditemukan yaitu spesies A sebanyak 10
pohon. Spesies ini menempati 5 plot sampel pengamatan. Kerapatan relatif dari
berbagai jenis pohon yang diamati pada setiap plot menunjukan bahwa spesies A
mendominasi kerapatan area pengamatan yaitu 50, Sedangkan untuk strata anakan
kerapatan relatif didominasi oleh spesies B yaitu 26, dan untuk strata semai kerapatan
relatif didominasi oleh spesies D yaitu 22,72727273.
Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis atau spesies didalam suatu unit
areal atau ruang. Kerapatan tanaman akan sangat berhubungan dengan persaingan
antartanaman dalam mendapatkan sinar matahari dan unsur hara. Dalam hal
persaingan mendapatkan sinar matahari, kerapatan tanaman yang tinggi menyebabkan
tingkat persaingan menjadi tinggi sehingga kelembapan udara di sekitar pertanaman
tinggi dan meningkatkan risiko terserang hama dan penyakit. Sebaliknya kerapatan
tanaman yang rendah menyebabkan persaingan antartanaman menjadi rendah,
sehingga kelembapan di sekitar pertanaman rendah dan menekan serangan hama dan
penyakit. Dalam hal persaingan usur hara dan air, kerapatan tanaman yang tinggi
menyebabkan persaingan antartanaman semakin tinggi sehingga tanaman sering
mengalami kekurangan hara dan air. Kerapatan tanaman yang tinggi menyebabkan
tingkat persaingan menjadi tinggi sehingga kelembapan udara di sekitar pertanaman
tinggi dan meningkatkan risiko terserang hama dan penyakit. Sebaliknya kerapatan
tanaman yang rendah menyebabkan persaingan antartanaman menjadi rendah,
sehingga kelembapan di sekitar pertanaman rendah dan menekan serangan hama dan
penyakit.

2. Frekuensi (Frequency)
Tabel 2. Frekuensi dan Frekuensi Relatif strata Pohon, Anakan, dan Semai
SPESIES POHON ANAKAN SEMAI
F FR F FR F FR
A 0,4 33,33333 0,4 21,05263 0,1 6,666666667
B 0,7 58,33333 0,1 5,263158 0,2 13,33333333
C 0,1 8,333333 - - 0,4 26,66666667
D - - 0,4 21,05263 0,1 6,666666667
F - - 0,7 36,84211 - -
G - - 0,3 15,78947 - -
H - - 0,2 10,52632 - -
I - - - - 0,1 6,666666667
J - - - - 0,1 6,666666667
K - - - - 0,2 13,33333333
L - - - - 0,3 20

Berdasarkan hasil pratikum vegetasi tumbuhan didaerah Arboretum Universitas


Riau didapatkan frekuensi (F) & frekuensi relative (FR) pohon, anakan, dan semai.
Pada pohon F & FR yang paling tinggi adalah spesies B 0,7 & 58,33333333 sedangkan
yang paling rendah spesies C 0,1 & 8,333333333, untuk anakan F & FR yang paling
tinggi adalah spesies F yaitu 0,7 & 36,842105 dan yang paling rendah adalah spesies B
yaitu 0,1 & 5,2631579, Sedangkan untuk semai F & FR yang paling tinggi pada
spesies C yaitu 0,4 & 26,66666667 sedangkan yang paling rendah F & FR pada spesies
A,D,I,dan J yaitu 0,1 & 6,666666667.
Frekuensi jenis merupakan salah satu parameter vegetasi yang dapat
menunjukan pola distribusi atau sebaran jenis tumbuhan dalam ekosistem atau
memperlihatkan pola distribusi tumbuhan. Nilai frekuensi dipengaruhi oleh nilai petak
dimana ditemukannya spesies tesebut. Semakin banyak jumlah kuadrat ditemukannya
spesies tersebut, maka nilai frekuensi kehadiran semakin tinggi (Fachrul, 2007).
3. Dominansi (Dominance)
SPESIES (DEWASA) D DR Tabel 3. Dominansi dan Dominansi
Relatif strata Pohon
Spesies A 2,815718 33,03492

Spesies B 5,490178 64,41256

Spesies C 0,217563 2,552515

Berdasarkan hasil pada pratikum vegetasi tumbuhan didaerah Arboretum


Universitas Riau didapatkan diameter (D) & diameter relatif (DR) hanya pada pohon
karena kita hanya bisa mengukur keliling pohon sedangkan untuk anakan dan semai
kita tidak bia mengukur keliling, D & DR yang paling tinggi pada spesies yaitu spesies
B 5,4901775 & 64,4125638 sedangkan yang paling rendah spesies C 0,2175625 dan
2,552514634.
Indeks dominasi digunakan untuk mengetahui kekayaan spesies serta
keseimbangan jumlah individu setiap spesies dalam ekosistem. Untuk menghitung
Indeks Nilai Penting, dominansi dinyatakan dalam dominansi nisbi (Relative
dominance) yang sebenarnya adalah luas bidang dasar relatif, yaitu persen bidang
dasar suatu jenis terhadap jumlah bidang dasar seluruh jenis.

4. Indeks Nilai Penting (Importance Value Indeks)


INP INP INP
180 162.75 50 46.84 60
160 45 49.39
140116.37 4037.05 50
32.53
tingkat kerapatan
tingkat kerapatan

31.26
tingkat kerapatn

120 35 29.79 40
30 33.64
100 25 22.53 30 24.85 22.42
80 20 20.3
60 2015.76
17.88
15.76
15
40 20.89 10 10
20 5
0 0 0
A B C F G H I J K Z X C V B N M L
spesies spesies spesies

Gambar 2. Grafik Indeks Nilai Penting Pohon, Anakan, dan Semai


Berdasarkan hasil pada pratikum vegetasi tumbuhan didaerah Arboretum
Universitas Riau didapatkan hasil Indeks nilai penting (INP) pada vegetasi pohon yang
paling tinggi spesies B 162,7458971 sedangkan yang paling rendah spesies C
20,88584797, pada anakan INP yang paling tinggi adalah spesies F 46,8421 dan yang
paling rendah spesies H 22,5263, Sedangkan untuk semai INP yang paling tinggi
adalah spesies C 49,393939 dan INP yang paling rendah pada spesies I dan A yaitu
15,757576.
Indeks nilai penting jenis tumbuhan pada suatu komunitas merupakan salah
satu parameter yang menunjukkan peranan jenis tumbuhan tersebut dalam
komunitasnya tersebut. Kehadiran suatu jenis tumbuhan pada suatu daerah
menunjukkan kemampuan adaptasi dengan habitat dan toleransi yang lebar terhadap
kondisi lingkungan. Semakin besar nilai INP suatu spesies semakin besar tingkat
penguasaan terhadap komunitas dan sebaliknya (Soegianto, 1994).
Indeks Nilai Penting (INP) digunakan untuk menggambarkan tingkat
penguasaan yang diberikan oleh suatu spesies terhadap komunitas, semakin besar nilai
INP suatu spesies semakin besar tingkat penguasaan terhadap komunitas dan
sebaliknya (Soegianto, 1994). Adanya spesies yang mendominasi ini dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain adalah persaingan antara tumbuhan yang ada, dalam
hal ini berkaitan dengan iklim dan mineral yang diperlukan, jika iklim dan mineral
yang dibutuhkan mendukung maka spesies tersebut akan lebih unggul dan lebih
banyak ditemukan (Syafei,1990).
Indeks Nilai Penting (INP) merupakan nilai yang menggambarkan peranan
keberadaan suatu jenis dalam komunitas tumbuhan. Jenis INP yang tinggi sangat
mempengaruhi suatu komunitas tumbuhan. Kategorisasi INP adalah sebagai berikut:
INP > 42,66 dikategorikan tinggi, INP 21,96 – 42,66 dikategorikan sedang, INP<
21,96 dikategorikan rendah. Spesies yang memiliki INP tinggi berarti spesies tersebut
lebih menguasai wilayah khususnya dalam memanfaatkan sumberdaya atau lebih
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Berdasarkan grafik ini maka
spesies L memiliki nilai INP dengan kategori tinggi. (Fachrul, 2007)
Indeks Nilai Penting umumnya dinyatakan sebagai hasil penjumlahan
kerapatan nisbi, frekuensi nisbi dan luas bidang dasar/ dominansi nisbi dengan nilai
maksimum 300%. INP ini berguna untuk menentukan dominansi jenis tumbuhan
terhadap jenis tumbuhan lainnya, karena dalam suatu komunitas yang bersifat
heterogen data parameter vegetasi sendiri-sendiri dari nilai frekuensi, kerapatan dan
dominansinya tidak dapat menggambarkan secara menyeluruh, maka untuk
menentukan nilai pentingnya yang mempunyai kaitan dengan struktur komunitasnya
dapat diketahui berdasarkan jumlah seluruh nilai frekuensi relatif (FR), kerapatan
relatif (KR), dan dominansi relatif (DR). (Fachrul. 2007)

B. Indeks keanekaragaman pohon, pancang, dan semai (H’)


Hasil survey menunjukkan bahwa keanekaragaman Jenis Vegetasi di area Arboretum
sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil nilai Keanekaragaman Jenis
STRATA NILAI H’

Pohon 0,884640918

Anakan 1,61628

Semai 2,0998469
Berdasarkan grafik diatas, H’ tertinggi dimiliki oleh semai (2,09), lalu pancang
(1,61) kemudian pohon (0,88). Semakin besar H’ suatu komunitas maka semakin baik pula
komunitas tersebut.
Hasil pengamatan yang didapat menunjukkan bahwa selama pengamatan, jumlah
Berdasarkan perhitungan (Pi LN Pi) memiliki indeks vegetasi tumbuhan yang bervariasi.
Kriteria indeks keanekaragaman jenis menurut Shannon Wienner (Odum, 1996): H’<1 =
tingkat keanekaragaman jenis rendah. 1<H<3 = tingkat keanekaragaman jenis sedang.
H’>3 = tingkat keanekaragaman jenis tinggi.
Indeks keanekaragaman spesies (H’) menggabungkan kekayaan spesies dan
kemerataan dalam satu nilai. Indeks keanekaragaman seringkali sulit diinterpretasikan
karena nilai indeks yang sama bisa dihasilkan dari berbagai kombinasi kekayaan spesies
dan kemerataan. Nilai keanekaragaman yang sama bisa dihasilkan dari suatu komunitas
yang tingkat kekayaan spesiesnya rendah tetapi kemerataannya tinggi atau komunitas
dengan kekayaan spesies tinggi namun kemerataannya rendah. Keanekaragaman spesies
menyatakan suatu ukuran yang menggambarkan variasi spesies tumbuhan dari suatu
komunitas (Susantyo, 2011)

KESIMPULAN
Bedasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa kerapatan yang tertinggi
terdapat pada kerapatan anakan yaitu 130, frekuensi yang tertinggi terdapat pada frekuensi
pohon yaitu 58,33, sedangkan dominansi hanya terdapat pada pohon yaitu 64,4. Nilai indeks
nilai penting yang tertinggi terdapat pada INP pohon yaitu 162,74. Pohon memiliki tingkat
keanekaragaman jenis yang rendah, sedangkan anakan dan semai memiliki tingkat
keanekaragaman jenis yang tergolong sedang.
Daftar Pustaka
Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara
Odum, E. P. 1998. Dasar-Dasar ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB: Bandung.
Suwondo dan Nursal. 2018. Panduan Praktikum Ekologi. Pekanbaru: Jurusan Pendidikan
Biologi Universitas Riau.
Yulia. 2011. Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan (Ekotum) Analisa Vegetasi (Minimal
Area). Pontianak Prodi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Mipa Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura.
Tjitrosoepomo,. G. 2002. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Universitas Gajah Mada
Press. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai