Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

Pengenalan Alat-Alat Ekologi

Disusun Oleh :

Nama : Seppiya Dwi Mayasari

NIM : 2108016074

Kelas/Kelompok : BIO-3C/Kelompok I Kloter I

Dosen Pengampu : Eko Purnomo, M.Si

Asistan Praktikum : 1. Nur Fatimah

2. Indah Syafaatul Maula

3. Syifa Putri Zahra

Tanggal Praktikum : Senin, 23 Agustus 2022

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN WALISONGO SEMARANG

2022
ACARA I

PENGENALAN ALAT-ALAT EKOLOGI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik atau interaksi antara
makhluk hidup dengan lingkungannya, makhluk hidup dengan makhluk hidup
lain, dan lingkungan dengan lingkungan lain. Unit utama ekologi adalah
ekosistem. Ekosistem merupakan bagian dari lingkungan, ekosistem memiliki
komponen-komponen tertentu yang memiliki fungsi oleh karena itu disebut
sebagai suatu system. Komponen-komponen tersebut antara lain abiotik, biotik,
fisika, kimiawi, dan sebagainya. Contoh faktor biotik adalah makhluk hidup baik
itu manusia, hewan, ataupun tumbuhan. Contoh faktor abiotik yaitu suhu,
kelembaban, iklim, curah hujan, dan sebagainya. Beberapa contoh faktor abiotik
tersebut adalah sesuatu yang harus diukur oleh karena itu diperlukan alat-alat
khusus yang tepat untuk mengukur factor-faktor abiotik. Untuk itu penting bahwa
kita harus mengenal dan mengetahui nama alat serta spesifikasi alat tersebut.
Bukan hanya itu saja kita pun harus memahami bagaimana cara kerja alat tersebut
dan bagaimana prinsip kerjanya.

Untuk pengamatan tersebut diperlukan alat-alat. Alat-alat yang terdapat


dilaboratorium ekologi mempunyai fungsi dan cara kerja yang berbeda. Oleh
karena itu perlu adanya pengenalan alat-alat yang meliputi fungsi dan kegunaan
alat, cara pemakaian dan prinsip kerja. Sehingga ketika melakukan praktikum
ekologi di lapangan mahasiswa mampu mengoperasikan alat-alat tersebut dengan
benar dan tepat. Kesesuaian dan cara pemakaian alat akan sangat berpengaruh
terhadap data yang diambil (Wirakusumah, 2003).

Berdasarkan fungsinya, alat ekologi dibagi menjadi dua, yaitu instumen dan
non-instrumen (equipment). Instumen merupakan alat yang digunakan untuk
pengukuran data ilmiah, sedangkan non-instrumen berfungsi sebagai alat bantu
penunjang analisis atau pengambilan data. Alat instument menghasilkan angka,
sedangkan non-instrumen tidak. Kedua alat ini, terutama alat instrumen sangat
perlu diperhatikan akurasi dan presisinya. Oleh karena itu, kalibrasi umumnya
diterapkan pada alat secara rutin terutama setiap akan melakukan kegiatan ilmiah.

Dalam Q.S. Al hujurat ayat 6 yang menyatakan bahwa :

۟ ‫ُوا قَوْ ۢ ًما ب َجهَ ٰـلَ ۢ ٍة فَتُصْ بح‬


َ‫ُوا َعلَ ٰى َما فَ َع ْلتُ ْم نَ ٰـ ِد ِمين‬ ۟ ‫صيب‬
ِ ُ‫ق بِنَبَ ٍۢإ فَتَبَيَّنُ ٓو ۟ا َأن ت‬
ٌ ۢ ‫يَ ٰـَٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ۟ا ِإن َجٓا َء ُك ْم فَا ِس‬
ِ ِ

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaanya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. Berdasarkan ayat
tersebut, terkandung makna bahwa sebagai seorang insan cendikia kita diharapkan
untuk menguji kebenaran suatu informasi yang kita peroleh dengan cara
memeriksa atau melakukan penelitian dengan teliti sehingga informasi tersebut
tidak membawa masalah bagi semua orang. Untuk memperoleh informasi yang
valid perlu dilakukan pengukuran yang di dalamnya membutuhkan alat-alat kerja
sehingga diperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.”

B. Tujuan

1. Mengetahui jenis-jenis alat ekologi dan klasifikasinya.

2. Mengetahui fungsi masing-masing alat ekologi.

3. Mengetahui penerapan alat-alat tersebut dalam studi ekologi.

4. Mengetahui aplikasi komputer yang digunakan sebagai penunjang data ekologi.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Praktikum ekologi berbeda dengan praktikum lain di bidang studi Biologi.


Ekologi merupakan ilmu lapangan dimana mahasiswa dituntut untuk melakukan
pengamatan dan percobaan di luar ruangan (Resosoedarmo, 2011).
Ekologi merupakan ilmu yang memepelajari tentang interaksi antaraorganisme
dengan lingkungannya (hubungan timbal balik). Kehidupanorganisme yang
ada pada wilayah atau habitat tertentu sangat di pengaruhioleh faktor lingkungan
baik biotik maupun abiotik. Faktor lingkungan tersebutmerupakan faktor yang
berpengaruh terhadap lingkungan maka secraalangsung akan berdampak pada
populasi organisme tersebut (Odum, 1959).

Ekologi merupakan ilmu tentang interaksi faktor biotik dan abiotik. Interaksi
faktor biotik pada suatu lingkungan merupakan konsep dari ekosistem. Faktor
biotik yang dimaksud merupakan mahluk hidup, sedangkan faktor abiotik
merupakan kondisi lingkungan baik tempat, maupun kondisi/ cuaca lingkungan.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi suatu ekosistem khususnya mahluk
hidup itu sendiri, yaitu klimatik, edafik, dan fisiografik (Djuwanto, 2011).

Faktor klimatik merupakan faktor iklim yang meliputi suhu, sinar matahari,
kelembapan, angin, dan curah hujan. Faktor edafik atau tanah merupakan media
utama khususnya bagi pertumbuhan jenis vegetasi. Kebutuhan-kebutuhan untuk
pertumbuhan dan perkembangan vegetasi, seperti mineral (unsur hara), kebutuhan
bahan organik (humus), air, dan udara keberadaannya disediakan oleh tanah,
sedangkan faktor fisiografi memengaruhi kehidupan makhluk hidup meliputi
ketinggian tempat dan bentuk lahan. Ketinggian tempat sangat berpengaruh
terhadap perubahan suhu udara (Djuwanto, 2011).
Untuk mengetahui pengaruh dari ketiga faktor tersebut maka penggunaan
alat sangatlah penting berkenaan dengan tingkat akurasi pengukuran ketiga faktor.
Dilihat dari penggunaannya alat yang biasa digunakan ada yang bersifat manual,
ada pula yang bersifat digital. Alat yang bersifat manual biasanya memiliki teknik
penggunaan yang cukup bertahan bila dibandingkan dengan alat yang bersifat
digital. Walaupun begitu, alat yang bersifat digital juga memiliki beberapa
kelemahan seperti sensitivitas tinggi sehingga pengguanaannya harus dilakukan
secara hati-hati dan secara ekonomis lebih mahal dari alat yang bersifat manual
(Mansur, 2013).

Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi


makhluk hidup seperti populasi, komunitas, danekosistem yang saling
mempengaruhi dan merupakan suati sistem yang menunjukkan kesatuan
(Ngabekti, 2019).
III. MATERI DAN METODE

A. Waktu Dan Tempat

Waktu : Selasa, 23 Agustus 2022

Tempat : Laboratorium Biologi Umum UIN Walisongo


B. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum terdiri dari Luxmeter,


Termohygrometer, pH meter, GPS, Hand Refraktometer, Soil Tester, Secchi
Disc/TDS Meter, DO meter, Ejikman Grab, Jaring Surber.

C. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikun ini terdiri dari air dan tanah.

D. Prosedur Kerja

a. Setiap kelompok diberikan 4-5 alat yang tersedia di Laboratorium MIPA FST
UIN Walisongo.

b. Masing-masing kelompok mengidentifikasi jenis alat, mencatat model/tipe,


mengkategorikan, mendefinisikan fungsi alat, dan memberikan contoh
aplikasinya dalam bidang ekologi (tabel 1).

c. Setiap kelompok mempraktikan cara kerja setiap alat.

d. Untuk alat instrumen, setiap kelompok mengambil data sebanyak 3 kali pada
lokasi yang berbeda dan masing-masing lokasi dilakukan pengulangan
pengambilan data sebanyak tiga kali. Hasil dituliskan pada tabel 2.

e. Presentasikan hasil kegiatan!.


IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
B. Pembahasan

Pada praktikum Ekologi kali ini, Praktikkan diberikan beberapa alat


ekologi, Setelah itu praktikkan diminta untuk mengambil data menggunakan
alat yang telah diberikan pada masing-masing kelompok.
Setelah dilakukan pengamatan pada saat praktikum Ekologi tentang alat-
alat laboratorium ekologi, alat-alat tersebut digunakan untuk mengukur dan juga
ada beberapa alat yang digunakan untuk mengambil sampel, menyimpan bahan
atau suatu benda, atau menganalisis bahan. Semua alat-alat tersebut berbeda cara
pemakaianannya. Alat-alat tersebut berdasarkan fungsinya digolongkan menjadi
alat instrumen dan non-instrumen.
Pengenalan alat-alat laboratorium penting dilakukan untuk keselamatan
kerja saat melakukan penelitian. Alat-alat laboratorium biasanya dapat rusak
atau bahkan berbahaya jika penggunaannya tidak sesuai dengan prosedur
(Salmin, 2015). Maka dari itu sangat penting dilakukan pengenalan alat-alat
laboratorium supaya kita dapat mengetahui cara-cara penggunaan alat tersebut
dengan baik dan benar.
Untuk memudahkan dalam memahami alat-alat laboratorium yang dapat
digunakan dalam waktu relative lama dan dalam keadaan baik, maka diperlukan
pemeliharaan dan penyimpanan yang memadai (Fathir, Amin, 2011)
Berikut ini adalah alat-alat ekologi berdasarkan fungsinya (instrumen)

A. Hand Held Refractometer

Alat ini berbentuk seperti teropong, begitupun cara penggunaanya


yang serupa dengan penggunaan teropong. Didesain dengan ukuran yang
minimalis, sehingga bisa digenggam (hand held). Mengkalibrasi
refractometer adalah langkah pertama dalam mengevaluasi kadar dalam
sampel. Kalibrasi untuk memferifikasi agar pembacaan baseline tetap nol,
memastikan bahwa pembacaan untuk pengukuran sampel berikutnya akurat.
Pembacaan kadar yang tidak akurat dapat mempengaruhi kualitas sampel,
misalkan untuk daya tahan penyimpanan sampel dan penjualan sampel.
Refractometer harus dikalibrasi pada awal setiap kali digunakan dan
tergantung pada berapa banyak sampel yang sedang diukur, dilakukan secara
berkala selama proses sampling.
Prinsip kerja refractometer adalah pembiasan (refraksi) cahaya,
dimana nilai kadar atau konsentrasi bahan (zat) yang diukur sangat tergantung
dari indeks biasnya (cahaya merambat dalam suatu zat berdasarkan molekul-
molekul penyusun zat tersebut. Sedangkan untuk cara kerjanya adalah
hand held refractometer dicek terlebih dahulu dengan cara meneropong,
kemudian dikalibrasikan dengan satu tetes aquades/air jernih hingga terlihat
skala menunjukan titik nol, setelah itu diteteskan larutan yang akan diukur
salinitasnya pada template yang tersedia lalu ditutup, dilihat batas air dan
diperhatikan skala yang dicapai, skala tersebut adalah nilai salinitas larutan.
Supaya alat Hand Held Refractometer ini tetap terjaga kestabilannya
maka kita harus merawatnya, cara merawat alat Hand Held Refractometer
ini adalah: alat harus dijaga dalam keadaan kering dan suhu ruangan harus
dalam keadaan baik, untuk menjaga bagain-bagian optik dari tumbuhnya
jamur, jika pengukuran indeks bias telah selesai, ala harus bersih Kembali dan
disimpan dalam kotaknya.
B. pH tester

Merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkat asam-basa


suatu larutan. Alat ini digunakan di laboratorium untuk mengukur derajat
keasaman (pH) suatu larutan, apakah larutan tersebut tergolong asam, basa,
atau netral. Sebelum melakukan penelitian menggunakan alat ini alangkah
baiknya juga kita mengkalibrasi terlebih dahulu alatnya, caranya yaitu pH
meter dikalibrasi dengan menggunakan larutan standar buffer. Siapkan
standar buffer yang akan digunakan, cuci elektroda dengan menggunakan air,
rendam elektroda di larutan buffer pH 4, biarkan pembacaan stabil, angkat
elektroda tersebut kemudian cuci menggunakan air, rendam elektroda di
larutan bugger pH 7, biarkan pembacaan stabil, angkat elektroda tersebut
kemudian cuci menggunakan air, rendam elektroda di larutan buffer pH 10,
biarkan pembacaan stabil.
Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada
potensial elektro kimia yang terjadi antara larutan yang terdapat di dalam
elektroda gelas (membrane gelas) yang telah diketahui dengan larutan yang
terdapat di luar elektroda gelas yang tidak diketahui. Cara penggunakannya
yaitu ambil sampel air yang mau diukur kadar pH nya, nyalakan dengan
menekan tombol on pada pH meter, masukkan pH meter ke dalam wadah
yang berisi air yang akan diuji, pada saat dicelupkan ke dalam air, skala
angka akan bergerak acak, tunggu hingga angka tersebut berhenti dan tidak
berubah-ubah.
Cara perawatan alat pH tester yaitu selalu cuci electrode pH sebelum
dan sesudah pemakaian menggunakan cairan khusus yang memiliki pH 0,
simpan dalam kondisi kering, selalu simpan electrode pada box, suhu untuk
menyimpan pH tester tidak boleh lebh daro 50 derajat, selalu lakukan
kalibrasi berkala, Ketika sudah tidak digunakan lagi pastikan kondisinya
dalam keadaan mati.
C. Lux meter

Merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besarnya intensitas


cahaya di suatu tempat. Besarnya intensitas cahaya ini perlu untuk diketahui
karena pada dasarnya manusia juga memerlukan penerangan yang cukup. Alat
ini terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto dan layer ponsel. Sensor
tersebut diletakan pda sumber cahaya yang diteruskan oleh sel foto yang
menjadi arus listrik. Makin banyak cahaya yang diserap oleh sel, arus yang
dihasilkan pun akan semakin besar. Sebelum menggunakan lux meter kita
harus terbelih dahulu mengetahui cara mengkalibrasinya supaya terhindar
dari kesalahan saat pengukuran. Untuk melakukan kalibrasi kita hanya perlu
menutup sensor lux meter yang berwarna pada sensor yang berwarna putih
dengan penutup atau plastic hitam tidak tembus cahaya agar terhindar dari
cahaya. Pada lux mter analog terdapat seperti garis untuk obeng minus (-),
putar menggunakan obeng hingga jarum menunjukkan nol. Sedangkan pada
analog digital terdapat tombol khusus kalibrasi agar digit angka menunjukan
nol. Pastikan saat melakukan pengukuran sensor sama sekali terhindar dari
cahaya.
Prinsip kerja Lux meter adalah mengubah energi dari foton menjadi
elektron. Idealnya, satu foton dapat membangkitkan satu elektron. Cahaya akan
menyinari sel foton yang kemudian akan ditangkap oleh sensor sebagai energi
yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Cara kerja luxmeter yaitu
tekan tombol ON/OFF, kemudian pilih range yang akan diukur (2000, 20000,
atau 50000 lux), arahkan sensor ke sumber cahaya, lihat hasil pengukuran pada
layar panel.
Untuk perawatan alat yang perlu diperhatihan adalah sensornya
karena bersifat sangat sensitif, sensor ini harus diamankan pada tempat yang
aman sehinga sensor ini dapat terus berfungsi dengan baik, kemudian untuk
baterai harus diganti apabila dalam layer panel menunjukkan kata “Low Bat”
D. pH meter

pH meter adalah alat ukur elektronik yang digunakan untuk mengukur


kadar pH (keasaman atau alkalinitas) dari sebuah cairan (meski probe khusus
kadang digunakan untuk mengukur kadar pH zat setengah padat). Umumnya
pH meter terdiri dari probe pengukur khusus (elektroda kaca) yang terhubung
dengan meter elektronik yang mengukur dan menampilkan hasil pembaca pH.
Untuk pengukuran yang sangat presisi pH meter harus dikalibrasi
setiap sebelum dan sesudah melakukan pengukuran. Untuk penggunaan
normal kalibrasi harus dilakukan setiap hari, supaya probe elektroda kaca tidak
diproduksi e.m.f. dalam jangka waktu lama. Kalibrasi harus dilakukan
setidaknya dengan dua macam cairan standard buffer solution yang sesuai
dengan rentang nilai pH yang diukur. Proses kalibrasi memiliki korelasi
dengan tegangan yang dihasilkan oleh probe (sekitar 0,06 volt per pH unit)
dengan skala pH. Setiap selesai satu pengukuran, probe dicuci dengan air
suling atau air deionisasi untuk membuang bekas solution yang sedang diukur,
keringkan dengan tissue bersih untuk menyerap sisa air yang dapat
mengakibatkan tercampurnya sampel dan memengaruhi pembacaan saat
pengukuran. Saat tidak digunakan, ujung probe harus diusahakan dalam
keadaan basah setiap saat.
Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada potensial
elektro kimia yang terjadi antara larutan yang terdapat di dalam elektroda gelas
(membrane gelas) yang telah diketahui dengan larutan yang terdapat di luar
elektroda gelas yang tidak diketahui. Cara penggunakannya yaitu ambil
sampel air yang mau diukur kadar pH nya, nyalakan dengan menekan tombol
on pada pH meter, masukkan pH meter ke dalam wadah yang berisi air yang
akan diuji, pada saat dicelupkan ke dalam air, skala angka akan bergerak acak,
tunggu hingga angka tersebut berhenti dan tidak berubah-ubah.
Cara perawatan alat pH tester yaitu selalu cuci electrode pH sebelum
dan sesudah pemakaian menggunakan cairan khusus yang memiliki pH 0,
simpan dalam kondisi kering, selalu simpan electrode pada box, suhu untuk
menyimpan pH tester tidak boleh lebh daro 50 derajat, selalu lakukan kalibrasi
berkala, Ketika sudah tidak digunakan lagi pastikan kondisinya dalam keadaan
mati.
E. Soil tester

Soil tester merupkan alat untuk mengukur 3 nilai parameter yang


terdapat dalam tanah yaitu kelembapan, suhu, dan pH tanah, dinyatakan dalam
satuan pH.
Prinsip kerja alat soil tester yaitu terdapat switch untuk mengaktifkan alat
yang ditandai dengan aktifnya led hijau beserta aktifnya LCD. Kemudian
terdapat 3 tombol push button dengan warna yang berbeda yaitu button hijau
untuk tombol down, button merah untuk up, dan tombol kuning untuk ok. Data
yang telah diterima dari sensor akan diproses pada mikrokontroler Arduino
Uno, setelah data diproses menjadi nilai atau hasil parameter dari media yang
diukur kemudian akan ditampilkan pada LCD. Tampilan LCD terdapat menu
untuk memilih parameter yang ingin ditampilkan untuk melihat hasil
pengukuran. Cara kerja dari soil tester yaitu: tancapkan ujung sensor ke dalam
tanah dekat wilayah akar tanaman, untuk hasil terbaik tanamkan minmal 2/3
bagian, geser tombol swith ke moist untuk mengukur tingkat kelembaban, jika
sudah selesai bersihkan probe.
Untuk perawatan alat yang perlu diperhatikan adalah probe, ketika
setelah ditancapkan ke dalam tanah probe harus dibersihkan dengan lap. Hal ini
dilakukan agar tidak merusak sensor pada probe. Setelah itu soil tester
dimasukkan ke dalam tempatnya dan disimpan di tempat yang kering.
F. Software Untuk Analisis Ekologi

A. Biodiversity Pro

Perangkat lunak BioDiversity Pro adalah program paket statistik gratis


untuk PC Windows yang memungkinkan banyak ukuran keragaman
dihitung untuk kumpulan data taksa berdasarkan sampel. Program ini tetap
tersedia gratis dari SAMS karena diakui masih berguna bagi banyak orang
di seluruh dunia.
B. Distance

Distance juga merupakan software yang digunakan dalam analisis ekologi

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Alat-alat ekologi berdasarkan klasifikasinya terbafi menjadi dua, yaitu alat


instrument dan non-instrumen. Pada saat melakukan praktikum di
laboratorium ekologi kami mengamati beberapa alat instrument diantaranya
yaitu: Hand held refractometer, pH tester, luxmeter, termohygrometer, pH
meter, dan soil tester
2. Setiap alat-alat ekologi memiliki fungsi yang berbeda-beda, seperti hand held
refractometer berfungsi untuk mengukur kadar gula dalam suatu bahan,
kemudian pH tester berfungsi untuk mengukur tingkat asam-basa suatu
larutan, luxmeter berfungsi untuk mengukur intensitas cahaya, dan lain
sebagainya.
B. Saran

Saya menyadari laporan praktikum ini masih terdapat banyak kekurangan,


baik dalam segi rujukan, penyampaian dan kelengkapan materi terkait
Pengenalan Alat-Alat Ekologi. Maka dari itu saya sangat menerima adanya
kritik dan saran yang membangun bagi pembaca demi kemajuan, kevaliditasan,
dan kelengkapan dari laporan praktikum ini.

VI. PERTANYAAN

1. Jelaskan yang dimaksud dengan akurasi dan presisi!


Jawab:
Akurasi adalah ukuran kedekatan hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya atau
nilai target atau bisa juga tingkat kedekatan pengukuran kuantitas terhadap nilai
yang sebenarnya. Akurasi ditentukan dengan menghitung nilai rata-rata hasil
analisis. Akurasi dapat dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (% recovery)
dari nilai yang diukur terhadap nilai sebenarnya atau nilai target.
Presisi adalah sejauh mana pengulangan pengukuran dalam kondisi yang tidak
berubah mendapatkan hasil yang sama.
2. Jelaskan prinsip kalibrasi instrumen dan berilah contohnya!
Jawab:
Serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan anatara nilai yang ditujukan
oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau nilai yang diwakili oleh bahan
ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang
diukur dalam kondisi tertentu. Untuk menjelaskan bagaimana kalibrasi dilakukan
kita bisa menggunakan mikrometer eksternal sebagai contohnya. Disini,
keakuratan skala adalah parameter utama untuk kalibrasi. Selain itu, instrument
ini juga dikalibrasi untuk kesalahan nol dalam posisi tertutup sepenuhnya dan
kerataan dan paralelisme permukaan pengukuran. Untuk kalibrasi skala,
digunakan alat pengukur slip yang dikalibrasi. Sebuah flat optik dikalibrasi
digunakan untuk memeriksa kerataan dan paralelisme.
DAFTAR PUSTAKA

Fathir, Amin. 2011. Ekolohi II. Jakarta: Penerbit Erlangga


Mahasiswa Calon Guru Biologi Dalam Kegiatan Praktikum Ekologi. Jurnal
Mohammad Aniq Rofiutssani. (2014) Rekontruksi Ekologi Preneolitik Pegunungan
Kapur Tulungagung (Studi Paleoekologi Situs Song Gentong, Desa
Besole, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung). Skripsi thesis,
UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Resosoedarmo, S. (2011). Pengantar Ekologi. Bandung: Remadja Rosdakarya


Salmin. (2015). Keterampilan Esensial Dan Kompetensi Motorik Laboratorium
Tim Ekologi. 2020. Pengenalan alat-alat Laboratorium Teknologi Indusri .Pendidikan
IPA Indonesia hal 141-148v. Pertanian: Universitas Bengkulu
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai