Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH

INTERAKSI BIOTIK DALAM KOMUNITAS TUMBUHAN


MATA KULIAH EKOLOGI TUMBUHAN

Oleh Kelompok 4 :
INDAH NURUL IZZAH (210107500005)
HESTI EKA SAPUTRI (210107500011)
GWYNETH OCTACLARISSA DIAN CRISTI (210107502033)
AULIYAH RAMADHANI (210107502036)
Andi Nurkania (210107502003)
Pendidikan Biologi B
Dosen pengampuh : Dr. Evi Restiana

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam ekologi, lingkungan terdiri dari dua komponen, yaitu biotik dan
abiotik. Komponen biotik adalah segala sesuatu yang hidup, seperti mikro
organisme, tumbuhan, hewan, dan manusia. Komponen abiotik adalah segala
sesuatu yang tidak hidup, seperti air, tanah, udara dan lainnya. Faktor biotik dan
abiotik saling berinteraksi satu sama lain sehingga mempengaruhi kelangsungan
hidup masing-masing organisme, populasi atau komunitas, seperti proses
pertumbuhan dan perkembangannya.
Komunitas merupakan kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada
suatu tempat dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu
sama lain contohnya populasi tumbuhan. Berbagai jenis tumbuhan yang terdapat
dalam suatu komunitas yang berinteraksi dengan sesama tumbuhan yang ada
maupun dengan lingkunganya contohnya pada vegetasi pohon. Interaksi adalah
hubungan timbal balik antar individu satu dengan individu lain. Persaingan diantara
dua atau lebih jenis tumbuhan terhadap sumberdaya alam akan menimbulkan efek
yang merugikan kedua belah pihak, bahkan salah satu dari jenis tumbuhan yang
bersaing dapat tersingkir karena ditekan oleh tumbuhan lainya.
Ekosistem dan proses kehidupan di alam merupakan pendidikan yang
diajarkan ke siswa tingkat sekolah dasar. Pendidikan yang sudah terancang untuk
pembelajaran di mata pelajaran ilmu pengetahuan alam. Dengan pembahasan
tersebut siswa dapat memahami dan mengetahui tentang ekosistem dan proses
kehidupan di alam. Ekosistem adalah suatu kumpulan dari berbagai komponen
hingga menjadi satu kesatuan dalam kehidupan atau lingkungan. Menurut
Soemarwoto, ekosistem adalah sistem ekologi yang didalamnya terjadi hubungan
timbal balik antara komponen-komponen penyusunnya. Komponen-komponen
penyusun ekosistem secara keseluruhan mencakup komponen biotik dan abiotik.
Organisme yang membentuk suatu komunitas dan ekosistem merupakan
satu kesatuan dan membentuk suatu jaring-jaring kehidupan yang saling
berhubungan dan kompleks. Makhluk hidup pasti mengalami perkembangan dan
pertumbuhan disetiap masanya. Perkembangan dan pertumbuhan ini selain menjadi
faktor perubahan makhluk hidup, juga mempengaruhi proses kehidupannya di
alam. Semua makhluk hidup memerlukan lingkungan untuk memenuhi
kebutuhannya. Makhluk hidup dan lingkungan saling berinteraksi dengan saling
bergantungan, lingkungan alam memenuhi kebutuhan makhluk hidup dan makhluk
hidup merawat serta menjaga keberlangsungan kondisi lingkungan pada alam.
Materi pembelajaran ekosistem dan proses kehidupan di alam, mengajarkan siswa
untuk mengetahui keadaan di lingkungan sekitarnya. Materi yang sudah tertera
pada pembelajaran yang disusun oleh pendidikan merupakan media cara berfikir
siswa lebih luas dan faham akan materi dan dampak serta pencegahan yang harus
dilakukan secara nyata.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana interaksi antar komponen biotik dalam ekosistem?
2. Bagaimana interaksi antara tumbuhan dan tumbuhan ?
3. Bagaiaman interaksi antara tumbuhan dan hewan?
4. Bagaimana interaksi antara tumbuhan dan mikroorganisme?
5. Bagaimana interaksi antara tumbuhan dan manusia?
C. Tujuan
1. Mengetahui interaksi antar komponen biotik dalam ekosistem.
2. Mengetahui interaksi antara tumbuhan dan tumbuhan .
3. Mengetahui interaksi antara tumbuhan dan hewan.
4. Mengetahui interaksi antara tumbuhan dan mikroorganisme.
5. Mengetahui interaksi antara tumbuhan dan manusia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Interaksi Antar komponen Biotik dalam Ekosistem


Makhluk hidup selalu bergantung pada makhluk hidup lainnya dan tiap
individu selalu berhubungan dengan individu yang sejenis. Interaksi individu
dalam suatu pupulasi dapat bersifat positif dan negatif. Populasi perlu diperhatikan
menggat batasan individu dalam populasi perlu agar suatu individu dapat
mempertahankan jenisnya. Kepadatan populasi yang mampu mempengaruhi
perubahan tingkah laku individu dalam suatu populasi.
Sejak kurang lebih 2000 tahun yang lalu, bentuk simbiosis tumbuhan polong –
polongan bentuk simbiosis pada tumbuhanpolong0polongan, misalnya tanaman
kacang kedelai, telah dimanfaatkan untuk mengembalikan kesuburan tanah
pertanian. Lahan pertanian dapat berkurang kesuburannya apabila jenis
tanaman yang membutuhkan unsur hara kurang sama dalam waktu lama.
Keberadaan tumbuh-tumbuhan di suatu tempat dapat terjadi karena tiga hal,
yaitu: reproduksi, perpindahan pasif (terbawa oleh agen penyebar), dan
perpindahan aktif (locomotion). Manusia memiliki peran yang sangat besar dalam
mempercepat ataupun menghambat bekerjanya ketiga mekanisme alamiah tersebut.
Unsur 𝑁2 dibutuhkan tumbuhan untuk melakukan metabolisme (sintesis bahan
makanan). dengan banyaknya unsur 𝑁2 yang terikat oleh bintil akar,
tanah disekitarnya menjadi subur kembali. Bentuk simbiosis mutualisme yang
bermanfaat adalah mikori"a .Mikori"a merupakan gabungan antara sel akar dan
cenda3an (jamur). Cendawan memperoleh hara organik dari tumbuhan, tetapi ia
akan memperbaiki kemampuan akar dalam menyerap air dan mineral.
Menurut Wirakusumah (2003) jika tumbuh-tumbuhan hidup bersama dengan
tumbuh-tumbuhan lain (sesama jenis/ lain jenis), maka akan memunculkan
berbagai interaksi. Selain memiliki pengaruh negatif, misalnya terjadi persaingan
dalam memperebutkan sumberdaya (air, zat hara, udara, ruang tumbuh) untuk
kebutuhan hidup; hidup bersama juga memberikan pengaruh positif, misalnya dapat
secara bersama-sama bertahan terhadap herbivora, dan faktor lingkungan
(terciptanya iklim mikro, mengurangi tiupan angin), serta efektifnya pembentukan
humus.
B. Interaksi antara Tumbuhan dan Tumbuhan
Keberadaan tumbuh-tumbuhan. Sebagaimana diketahui bahwa keberadaan
tumbuh-tumbuhan di suatu tempat, tidak lepas dari berbagai faktor biotik, yang
meliputi: tumbuhan, hewan, mikroorganisme, dan manusia.
1. Simbiosis Mutualisme dan Simbiosis Komensalisme
Simbiosis mutualisme, salah satu yang sangat umum adalah interaksi antara
jamur mikoriza (asosiasi hubungan jamur tertentu dengan akar pohon tumbuhan
tingkat tinggi), misalnya dengan jenis meranti (Dipterocarpaceae). Jamur mikoriza
menyalurkan air dan hara tanah untuk tumbuhan inangnya, sehingga dapat
membantu penyerapan air dan hara tanah. Dampaknya adalah meningkatnya laju
pertumbuhan, meningkatnya ketahanan terhadap kekeringan, dan terlindungnya
pohon dari penyakit akar, yang pada gilirannya akan meningkatkan peluang hidup
bibit/tanaman inang.
2. Kompetisi dan Parasistisme
Biasanya kompetisi antar sesama jenis tumbuhan lebih keras dibandingkan
dengan kompetisi antar lain jenis. Kompetisi terjadi jika dua individu atau spesies
memperebutkan sumberdaya yang jumlahnya terbatas, seperti nutrisi, air, udara,
ruang (untuk tumbuh/sarang), dan lainnya. Pihak yang lebih eisien memanfaatkan
sumberdaya akan bertahan, sedangkan yang lainnya akan tersingkir
(Wirakusumah, 2003). Terkait dengan tumbuhan, kompetisi dapat terjadi, baik
dengan sesama jenis (intraspesies), maupun dengan lain jenis (interspesies).
C. Interaksi antara Tumbuhan dan Hewan
Interaksi antara tumbuhan dan hewan dapat terjadi dalam berbagai bentuk.
Secara umum, interkasi di antara keduanya dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1)
herbivora, 2) simbiosis dan non-simbiosis.
1. Herbivori
Herbivori merupakan proses pemangsaan (predasi) tumbuhtumbuhan oleh
hewan (Hadisubroto, 1990). Dalam proses tersebut, hewan dapat memakan
sebagian atau seluruh bagian tanaman, sehingga dampaknya tidak saja merusak
tetapi juga menghabiskan seluruhnya. Dalam menghadapi pemangsaan oleh hewan,
tumbuhtumbuhan akan mengembangkan strategi pertahanan diri. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan adaptasi struktural (baik isik maupun kimia). Pertahanan kimia
adalah zat kimia yang dimiliki/dikeluarkan oleh tumbuh-tumbuhan untuk
mempertahankan diri dari pemangsaan herbivor dalam bentuk metabolit sekunder.
Beberapa contoh diantaranya adalah kandungan HCN pada umbi gadung
(Dioscorea hispida Denust.), dan nikotin pada tembakau (Hasanah et al., 2012)
2. Simbiosis Dan Non-Simbiosis.
Salah satu interaksi mutualisme antara tumbuhan dan hewan yang sangat klasik
adalah antara semut dan akasia. Keduanya saling mendapatkan keuntungan dari
interaksi tersebut. Semut bergantung pada akasia dalam mendapatkan makanan
dan tempat tinggal. Dari akasia yang membengkak (berongga), semut membuat
lubang untuk tempat tinggalnya, dan semut mendapatkan makanan (sumber utama
protein, lemak, dan sari madu) dengan memakan ujung daun, yang disebut beltian
bodies. Sementara itu, akasia bergantung dari semut dalam hal perlindungan
terhadap herbivora dan tumbuh-tumbuhan tetangga.
D. Interaksi antara Tumbuhan dan Mikroorganisme
Mikroorganisme menjadikan tumbuhan sebagai inangnya, dengan tujuan untuk
digunakan sebagai tempat hidup, dan tempat mendapatkan makanan. Dalam
interaksi tersebut, ada yang kedua-duanya diuntungkan, tetapi ada juga yang hanya
salah satu yang diuntungkan. mikroorganisme adalah simbiosis parasitisme.
Mikroorganisme dalam kasus ini disebut sebagai patogen (penyebab penyakit),
karena selain menjadikan tumbuhan inang sebagai tempat hidup, dan mencari
makan, juga pada akhirnya akan mematikan inangnya. Dua organisme utama yang
bertindak sebagai patogen pada tumbuh-tumbuhan adalah jamur dan bakteri.
Simbiosis menurut Limpens & Biselling (2003) bakteri gram-negatif yang
termasuk ke dalam genera Azorhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium,
Rhizobium dan Sinorhizobium yang secara kolektif disebut rhizobia berinteraksi
dengan tanaman legum (bertindak sebagai inang) membentuk organ baru yang
disebut bintil akar. Rhizobia bersatu secara intraseluler ke dalam inang dan
menambat nitrogen dari atmosfer untuk digunakan oleh tanaman inang. Akar
tanaman Leguminosa tersebut menyediakan karbohidrat dan senyawa lain bagi
bakteri rhizobia.
E. Interaksi antara Tumbuhan dan Manusia
Keunggulan secara ekologik ditunjang oleh struktur tubuh yang memudahkan
untuk melakukan mobilitas, dan kemampuan berikir untuk melakukan perubahan
terhadap ekosistem. Perubahan pola mata pencaharian, dari pengumpul makanan di
masa awal menjadi penanam serta pemetik hasil tanaman, merupakan suatu
pencapaian yang memiliki dampak ekologis yang luas. Hal ini merupakan bukti
bahwa kemampuan berikir manusia untuk melakukan perubahan terus berkembang
dari waktu ke waktu.
Aktivitas budidaya tanaman di masa awal, yang dilakukan secara sederhana di
lingkungan tempat tinggal Homo sapiens didasari oleh beberapa pertimbangan,
diantaranya: untuk mengurangi risiko pemangsaan dari binatang buas, menekan
kemungkinan bentrok dengan kelompok nomaden lain sesama pemburu makanan,
dan semakin berkurangnya jumlah pasokan yang mampu dihasilkan oleh alam.
Akan tetapi jauh sebelum itu (kirakira 17.000-18.000 tahun yang lalu) diketahui
bahwa manusia telah menggunakan tetumbuhan untuk berbagai hal (makanan,
tempat tinggal, pakaian, dan untuk keperluan ritual keagamaan, serta keperluan
lainnya), yang diperoleh melalui kegiatan pengumpulan dari alam liar (Sebidos,
2015).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Menurut Wirakusumah (2003) jika tumbuh-tumbuhan hidup bersama dengan
tumbuh-tumbuhan lain (sesama jenis/ lain jenis), maka akan memunculkan
berbagai interaksi. Selain memiliki pengaruh negatif, misalnya terjadi
persaingan dalam memperebutkan sumberdaya (air, zat hara, udara, ruang
tumbuh) untuk kebutuhan hidup; hidup bersama juga memberikan pengaruh
positif, misalnya dapat secara bersama-sama bertahan terhadap herbivora, dan
faktor lingkungan (terciptanya iklim mikro, mengurangi tiupan angin), serta
efektifnya pembentukan humus.
2. Keberadaan tumbuh-tumbuhan. Sebagaimana diketahui bahwa keberadaan
tumbuh-tumbuhan di suatu tempat, tidak lepas dari berbagai faktor biotik, yang
meliputi: tumbuhan, hewan, mikroorganisme, dan manusia.
3. Interaksi antara tumbuhan dan hewan dapat terjadi dalam berbagai bentuk.
Secara umum, interkasi di antara keduanya dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1) herbivora, 2) simbiosis dan non-simbiosis.
4. Mikroorganisme menjadikan tumbuhan sebagai inangnya, dengan tujuan untuk
digunakan sebagai tempat hidup, dan tempat mendapatkan makanan. Dalam
interaksi tersebut, ada yang kedua-duanya diuntungkan, tetapi ada juga yang
hanya salah satu yang diuntungkan. mikroorganisme adalah simbiosis
parasitisme.
5. Keunggulan secara ekologik ditunjang oleh struktur tubuh yang memudahkan
untuk melakukan mobilitas, dan kemampuan berikir untuk melakukan
perubahan terhadap ekosistem. Perubahan pola mata pencaharian, dari
pengumpul makanan di masa awal menjadi penanam serta pemetik hasil
tanaman, merupakan suatu pencapaian yang memiliki dampak ekologis yang
luas. Hal ini merupakan bukti bahwa kemampuan berikir manusia untuk
melakukan perubahan terus berkembang dari waktu ke waktu.
DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Nasir. 2020. Buku Ajar Ekologi Tumbuhan. Jakarta


Dr.Ir Jayadi (2015), Ekologi Tumbuhan. Mataram : Sanabil
Odum, H. T., 1992. Ekologi Sistem Suatu Pengan Ekologi Sistem Suatu
Pengantar . Yogyakarta : UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai