Anda di halaman 1dari 7

NAMA : AGUS SETIAWAN TALA’A

STAMBUK : A 221 17 024


KELAS :A
MATKUL : TAKSONOMI TUMBUHAN

BACILLARIOPHYTA (DIATOM)

1. Pengertian Bacillariophyta (Diatom)

Bacillariophyta atau Diatom merupakan alga uniseluler yang tersebar luas di


perairan air tawar dan air laut, maupun di tanah-tanah yang lembab. Jumlah diatom sangat
banyak, diperkirakan mencapai 16.000 Jenis. Karena jumlahnya yang banyak, diatom yang
berperan sebagai salah satu fitoplankton menjadi komponen produsen penting di perairan
laut.

Diatom ada yang hidup sendiri dan ada yang berkoloni membentuk filamen.
Sebagian hidup bebas di permukaan air, beberapa jenis yang lain hidup menempel pada
substrat. Bacillariophyta memiliki makanan yang disimpan sebagai leukosin yang berupa
tetes-tetes minyak dan memiliki pigmen fotosintetik, yaitu klorofil a, klorofil c, xantofil,
dan karoten.

Bentuk sel diatom memanjang dengan dinding sel atau cangkang yang terdiri atas
dua bagian seperti kotak (hipoteka) dengan tutupnya (epiteka). Cangkang tersebut tersusun
atas pektin dan silika dengan berbagai bentuk ornamentasi. Apabila diatom mati, tersisa
cangkang silika yang tembus cahaya. Cangkang pada diatom dilengkapi dengan lubang
kecil yang memungkinkan sel berhubungan dengan lingkungan air.

Diatom mempunyai kelimpahan paling tinggi dan dapat ditemukan di berbagai jenis
habitat misalnya tanah basah, dinding batu, karang terjal, gambut dan kulit kayu. Selain itu,
Diatom dapat dilihat sebagai buih kuning di atas lumpur pada selokan atau kolam. Dengan
demikian bisa dikatakan bahwa diatom bersifat kosmopolit. Selain bersifat kosmopolit,
diatom juga memiliki laju pertumbuhan yang tinggi, misalnya pada perairan yang subur dan
tidak tercemar kepadatan populasinya dapat mencapai 2.000 – 10.000 sel per liter air.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Diatom


 Air merupakan merupakan hal yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan,
serta diperlukan pada berbagai macam proses kehidupan diatom. Bila tidak ada air,
diatom tidak akan mampu bertahan hidup lebih lama dalam keadaan aktif.
 Cahaya juga termasuk faktor penting yang ikut menentukan pertumbuhan dan
perkembangan diatom. Cahaya merupakan komponen utama untuk proses
fotosintesis. Diatom ada yang tidak peka terhadap intensitas cahaya. Namun, ada
juga yang dalam proses metabolismenya memerlukan intensitas cahaya tertentu.
Oleh karena itu, diperlukan cahaya yang sesuai agar proses tersebut berjalan baik.
 Suhu merupakan faktor yang mempengaruhi keberadaan diatom dalam habitatnya.
Tiap Genus (Marga) diatom memiliki suhu optimum yang berbeda-beda. Genus
tertentu memerlukan suhu dengan kisaran tertentu pula untuk proses metabolisme
normal. Di atas dan di bawah kisaran suhu optimum tersebut, proses metabolisme
tidak akan berlangsung dengan normal bahkan akan mengalami kematian.
 Senyawa organik. Kandungan senyawa organik yang terlarut dalam perairan sangat
berpengaruh terhadap tingkat keasaman dan kebasaan. Beberapa anggota diatom
memerlukan pH di bawah 7,00 dan kandungan kalsium (Ca) serta Magnesium (Mg)
yang rendah, misalnya misalnya Eunotia dan Frustulia.

Genus yang lain justru sebaliknya, menghindari air yang mengandung asam dan
konsentrasi kalsium dam magnesium yang sangat rendah, sepertiMastogoia, Diploneis,
Amphipleura, Gysigma, Denticula, Ephitemia, dan Rhopalopoada. Perubahan sedikit pada
nilai pH dan senyawa organik perairan akan mempengaruhi keberadaan diatom dalam
perairan tersebut. Senyawa organik bagi diatom berguna dalam pembentukan frustul,
seperti sulfur dan kalsium.

3. Cara Diatom Bergerak

Meskipun tidak memiliki alat gerak khusus, bukan berarti diatom tidak dapat
bergerak. Menurut Bold & Wynne, diatom bergerak secara spontan. Pergerakan spontan ini
terjadi karena tiga hal berikut:

1. Adanya sekresi rantai mukopolisakarida. Zat ini dikeluarkan secara terus-menerus


sehingga menyebabkan sel bergerak dan mampu berpindah tempat.
2. Adanya mekanisme kapilaritas yang menimbulkan gerakan perlahan-lahan dari
pertikel-partikel di sepanjang raphe.
3. Pergerakan diatom berkaitan erat dengan aliran sitoplasma dalam sel dan keberadaan
raphe pada dinding sel.

4. Struktur Tubuh Bacillariophyta (Diatom)


Untuk memahami bagaimana struktur atau bagian-bagian sel diatom, kita ambil
contoh Pinnularia Viridis yang merupakan salah satu spesies Bacillariophyta. Struktur
tubuh Pinnularia sp.

Dinding sel diatom terbuat dari zat pektin dan silika sehingga strukturnya sangat
keras. Dinding sel terdiri atas dua bagian yang disebut katup (walves).Katup ini memiliki 2
bagian yang tumpang tindih dan dibatasi oleh lapisan yang disebut dengan cingulum.
Kedua bagian katup tersebut bersama dengan protoplas disebut dengan frustule. Katub
terluar disebut epitheca sedangkan katub sebelah dalam yang lebih kecil disebut hypotheca.

Permukaan katup memiliki pori-pori atau lubang pendek membentuk suatu pola
atau tanda pada bagian katup tersebut (wall marking). Sedangkan pada bagian yang tidak
terdapat wall marking disebut dengan daerah aksial. Wall marking tersusun dalam bentuk
barisan linear. Pada daerah aksial, bisa saja berisi celah longitudinal yang disebut
dengan raphe. Raphe memiliki struktur melingkar pada bagian tengahnya yang disebut
dengan central nodule.

5. Ciri-Ciri Bacillariophyta (Diatom)

Diatom atau Bacillariophyta memiliki ciri atau karakteristik secara umum, yaitu sebagai
berikut.

 Umumnya uniseluler (bersel tunggal) dan hidup bebas. Namun ada beberapa
anggota yang membentuk koloni dalam berbagai bentuk seperti filamen.
 Tipe sel eukariotik karena sudah memiliki selaput inti.
 Bersifat autotrof karena mampu melakukan fotosintesis.
 Sel mikroskopis dalam berbagai bentuk seperti oval, bulat, segitiga, kapal dan
sebagainya.
 Tubuh bersifat simetris bilateral atau simetris radial.
 Memiliki dinding sel yang kaku yang terbuat dari zat pektin dan silika.
 Memiliki pigmen fotosintesis yaitu klorofil a dan klorofil c serta santofil seperti
fukosantin, diatosantin dan diadinosantin.
 Cadangan makanan disimpan dalam bentuk minyak.
 Merupakan alga yang sebagian besar berhabitat di air tawar dan air laut.

6. Klasifikasi Bacillariophyta (Diatom)

Pengelompokkan diatom berdasarkan atas dua hal, yaitu berdasarkan cara hidup dan
bentuknya. Berikut ini penjelasan kedua jenis pengelompokkan Bacillariophyta atau diatom
tersebut.

-Klasifikasi Diatom Berdasarkan Bentuk

Berdasarkan bentuknya, diatom dibedakan menjadi bentuk centris (simetri radial)


dan pennate (simetri bilateral).

 Centris, talus berbentuk simetri radial, tidak terjadi gerakan meluncur, reproduksi
seksual secara anisogami atau oogami, dan gametnya bersifat motil.
 Pennate, talus berbentuk simetri bilateral, terjadi gerakan meluncur, dan reproduksi
seksual secara amoeboid.

-Klasifikasi Diatom Berdasarkan Cara Hidup

Berdasarkan cara hidupnya diatom dikelompokkan menjadi dua kelompok besar,


yaitu diatom bentos dan diatom plankton.

 Diatom bentos pada umumnya hidup bercampur dengan lumpur atau menempel
pada substrat di dasar perairan, misalnya Cymbella, Gomphonema, Cocconeis, dan
Eunotia.
 Diatom plankton biasanya hidup melayang-layang bebas di perairan, baik air tawar
maupun air laut. Di air tawar diatom dapat ditemukan di sungai, danau, kolam,
rawa-rawa, dan ada juga yang bisa ditemukan di perairan yang suhunya mencapai
450C. Beberapa diatom hidup sebagai epifit pada alga lain atau tanaman air.
7. Cara Reproduksi Bacillariophyta (Diatom)

Perkembangbiakan pada Bacillariophyta atau diatom dapat terjadi melalui dua cara
yaitu secara aseksual (vegetatif) dengan pembelahan sel dan secara seksual (generatif)
dengan oogami.

 Reproduksi Diatom Secara Aseksual

Diatom mempunyai bentuk seperti kotak dan mempunyai dinding sel. Selnya
tersusun atas dua belahan, yaitu wadah (hipoteka) dan tutup (epiteka). Apabila sel ini
membelah, maka pada awalnya antara wadah dan tutup akan terpisah. Selanjutnya, masing-
masing akan membentuk wadah dan tutupnya sendiri. Jadi, bagian tutup (epiteka)
membentuk wadah baru (hipoteka) dan bagian wadah akan membentuk tutup baru dan
mempunyai ukuran lebih kecil.

Setelah terbentuk, jika selnya akan membelah lagi maka prosesnya sama, demikian
seterusnya sampai lama kelamaan selnya berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat untuk
membelah lagi. Pada tingkat ukuran sel yang kritis dan tidak memungkinkan lagi dilakukan
pembelahan sel, maka protoplasma akan keluar dari dinding sel dan terbentuklah
auxospora. Auxospora akan mengalami pertumbuhan untuk memperbaiki ukuran sel
menjadi seperti semula. Reproduksi selanjutnya dilakukan secara generatif.

 Reproduksi Diatom Secara Seksual

Reproduksi seksual diatom terjadi melalui oogami dimana terjad peleburan sel telur
yang bersifat non motil dengan gamet jantan yang bersifat motil. Ketika sel gamet jantan
memasuki sel telur maka terjadi fertilisasi dan terbentuklah zigot.
8. Contoh dan Peranan Bacillariophyta (Diatom) dalam Kehidupan

Peranan diatom sangat penting dalam ekosistem perairan karena merupakan


produsen dalam rantai makanan yakni sebagai penghasil bahan organik dan oksigen. Pada
ekosistem air tawar, diatom mengambil alih peran flora lain khususnya Cyanophyta dan
Chlorophyta. Diatom yang hidup di lautan mempunyai bagian yang penting dalam
kehidupan, yaitu sebagai sumber makanan bagi Protista tak berwarna atau hewan-hewan
kecil sehingga dapat memperpanjang kehidupan organisme lainnya.

Apabila diatom ini mati, maka ia akan jatuh ke dasar laut, dan karena mengandung
silika, dinding selnya tidak akan hancur dan tetap lestari. Endapan besar bahan ini, yang
dikenal dengan tanah diatom, dijumpai di banyak bagian permukaan bumi ini. Di tanah
Amerika serikat, kumpulan yang terbesar setebal 1.400 kaki (atau lebih dari lima puluh
meter) terdapat di California.

Karena tanah diatom ini secara kimiawi lembam dan memiliki sifat-sifat fisika yang
luar biasa, maka zat itu amat penting dan bernilai bagi industri. Misalnya digunakan untuk
bahan penyaringan, yang secara luas digunakan untuk memisahkan zat berwarna dari
produk-produk seperti bensin dan gula. Karena bukan penghantar panas yang baik, maka
tanah diatom ini digunakan dalam pipa pemanas dan pipa uap.

Cangkang diatom juaga bersifat menyerap bunyi, sehingga dapat digunakan


sebagai bahan dalam alat pengedap suara. Selain itu dimanfaatkan dalam pembuatan cat,
pernis, piringan hitam, dan wadah untuk kotak baterai. Karena kerasnya, juga dipakai
dalam bahan pelicin dan bahan pengampelas.

Anda mungkin juga menyukai