Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FISIOLOGI HEWAN

SISTEM IMUN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

MELIANA FEBRI SYAFITRI A1C418043

SUSI A1C418044

RIRIN ODRINA A1C418062

DOSEN PENGAMPU :

Prof. Dr. Dra. Asni Johari, M.Si.

Dr. Afreni Hamidah, S.Pt., M.Si.

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020

PENGERTIAN IMUNOLOGI

Imonologi merupakan ilmu yang mempelajari antigen, antibodi dan fungsi


pertahanan tubuh yang diperantarai oleh sel, terutama yang berhubungan dengan
imunitas terhadap penyakit, reaksi biologis hipersensitif, alergi dan penolakan
jaringan asing. Jika sistem kekebalan dalam tubuh melemah, kemampuan
melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen termasuk virus
yang menyebabkan demam dan flu dapat berkembang dalam tubuh. Sistem
kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor dan terhambatnya
sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker

FUNGSI SISTEM IMUN

Melindungi tubuh dari infeksi penyebab penyakit dengan menghancurkan


dan mennghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, virus, parasit,
jamur serta tumor) yang masuk kedalam tubuh, menghilangkan jaringan atau sel
yang mati atau rusak untuk perbaikan jaringan, menggenali sel atau jaringan yang
abnormal. Sasaran utama yaitu bakteri, patogen dan virus. Leukosit merupakan sel
imun utama (disamping sel plasma, makrofag, dan sel mast).

MACAM-MACAM IMUN

1. Imunitas Pasif
Imunitas pasif terjadi jika antibodi dari satu individu dipindahkan ke
individu lainnya. Sama seperti imunitas aktif, imunitas pasif juga terbagi
menjadi imunitas pasif alami dan imunitas pasif buatan.
Imunitas pasif alami terjadi melalui pemberian ASI kepada bayi dan saat
antibodi IgG (inunoglobulin G) milik ibu masuk ke plasenta. Antibodi IgG
tersebut dapat memberikan kekebalan sementara untuk beberapa minggu atau
beberapa bulan setelah kelahiran.
Imunitas pasif buatan adalah imunitas pasif yang terjadi melalui injeksi
antibodi dalam serum. Imunitas pasif dihasilkan oleh orang atau hewan yang
kebal karena pernah terpapar antigen tertentu. Contohhnya antara lain antibodi
dari kuda yang kebal terhadap gigitan ular dapat diinjeksikan kepada manusia
yang digigit ular sejenis.

Imunitas pasif diperankan oleh antibodi atau limfosit yang telah dibentuk
sebelumnya didalam tubuh penjamu yang lain. Pemberian secara pasif antibodi
(dalam antiserum) terhadap bakteri menyebabkan antitoksin tersedia dengan
cepat dalam jumlah berlebih untuk menetralkan toksin. Keuntungan utama
imunitas pasif dengan antibodi yang telah dibentuk sebelumnya (siap pakai)
adalah tersedianya antibodi dalam jumlah banyak secara cepat. Kerugiannya
adalah jangka waktu antibodi yang pendek dan reaksi hipersensitivitas yang
dapat terjadi jika diberikan antibodi (imunoglobulin) dari spesies lain.

2. Imunitas Aktif
Imunitas aktif alami terjadi jika setelah seseorang terpapar penyakit,
sistem imunitas memproduksi antibodi dan limfosit khusus. Imunitas ini dapat
bersifat seumur hidup, seperti pada kasus cacar dan campak, atau sementara
seperti pada kasus gonore dan pneumonia. Berbeda dengan imunitas aktif
alami.

Imunitas aktif buatan timbul karena adanya rangsangan dari patogen yang
dimasukkan ke dalam tubuh melalui vaksin yang kemudian mengaktifkan
sistem imun. Vaksin sendiri merupakan patogen yang sudah dilemahkan atau
toksin yang sudah diubah sebelumnya. Oleh karena itu, vaksin ini tidak
menimbulkan penyakit, ya! Contohnya adalah vaksin TFT (tetanus formol
toxoid) untuk melawan tetanus.

Imunitas aktif diinduksi setelah kontak dengan antigen. Kontak ini dapat
berupa infeksi klinis atau sub klini, imunisasi dengan agen infeksius yang
masih hidup atau sudah mati atau antigennya, paparan terhadap hasil mikroba
atau transplantasi se lasing. Pada semua keadaan ini, tubuh penjamu aktif
membentuk antibodi dan sel limfoid yang mampu merespon antigen.
Keuntungan imunitas aktif adalah imunitas bersifat jangka panjang.
Kerugiaanya adalah imunitas lambat dan membutuhkan kontak dengan antigen
lebih lama atau kontak ulangan.

ANTIGEN DAN ANTIBODI

1. Antigen
Antigen ( imunogen ) adalah suatu bahan bila dimasukkan ke dalam tubuh
dapat membangkitkan respons imun baik respons imun seluler maupun
humoral. Karaktristik antigen yang sangat menentukan imunogenitas respons
imun adalah sebagai berikut:
a) Asing : pada umumnya, molekul yang bersifat self (asing) tidak bersifat
imunogenik; untuk menimbulkan respon imun, molekul harus dikenal
sebagai nonself.
b) Ukuran molekul : molekul dengan berat kurang dari 10.000 (misalnya
asam amino) tidak bersifat imunogenik. Mereka hanya bisa menjadi
imunogenik jika bergabung dengan protein pembawa.
c) Komplekstisitas kimiawi dan struktural : jumlah tertentu kompleksitas
kimiawi diperlukan. Contohnya: homo polimer lebih imunogenik
dibanding heteropolimer.
d) Determinan antigeik ( epitop ) : unit terkecil dari suatu antigen kompleks
yang dapat diikat oleh antibodi disebut antigen atau epitop.
e) Tatanan genetik penjamu : dua strain bintang yang dari spesies yang sama
dapat merespon secara berbeda terhadap antigren yang sama karena
perbedaan komposisi gen respon imun.
f) Dosis, cara dan pemberian antigen : respon imun dapat dioptimalkan
dengan cara menentukan dosis antigen denga cermat.

2. Antibodi
Antibodi adalah protein imunoglobulin yang disekresi oleh sel B yang
teraktifasi oleh antigen. Antibodi merupakan senjata yang tersusun dari protein
dan dibentuk untuk melawan sel-sel asing yang masuk ke tubuh manusia.
Antibodi mengandung Imunoglobulin (Ig). Ig dibentuk oleh sel plasma
(proliferasi sel B) akibat kontak/dirangsang oleh antigen. Macam
Imunoglobulin: Ig G, Ig A, Ig M, Ig E dan IgD.
 IgG

IgG berjumlah paling banyak (80%) dan akan lebih besar pada
kontak ke 2, 3, dan seterusnya. IgG dapat menembus plasenta dan
memberikan imunitas pada bayi. Selain itu, IgG juga merupakan pelindung
terhadap mikroorganisme dan toksin, dapat mengaktivasi komplemen, dan
dapat meningkatkan efektivitas sel fagositik.

 IgA

Berjumlah 15%, IgA dapat ditemukan pada zat sekresi seperti


keringat, ludah, air mata, ASI, dan sekresi usus. IgA berfungsi untuk
melawan mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh.

 IgM

IgM adalah antibodi yang pertama kali tiba di lokasi infeksi,


menetap di pembuluh darah dan tidak masuk ke jaringan. IgM berumur
pendek dan berfungsi untuk mengaktivitasi komplemen dan memperbanyak
fagositosis.

 IgD

IgD memiliki fungsi memicu respons imunitas dan banyak


ditemukan di limfosit B. Meskipun demikian, IgD berjumlah sedikit
pada limpa dan serum darah.

 IgE

Antibodi ini terikat pada reseptor sel mast dan basofil. IgE
menyebabkan pelepasan histamin dan mediator kimia lainnya. Selain itu,
IgE banyak ditemukan dalam darah dengan konsentrasi rendah dan
kadarnya meningkat ketika bereaksi terhadap alergi.
Antibodi mempunyai sifat yang sangat luar biasa, karena untuk membuat
antibodi spesifik untuk masing-masing musuh merupakan proses yang luar
biasa, dan pantas dicermati. Proses ini dapat terwujud hanya jika sel-sel B
mengenal struktur musuhnya dengan baik. Dan, di alam ini terdapat jutaan
musuh (antigen). Dia mengetahui polanya berdasarkan perasaan. Satu sel B
yang sedemikian kecil untuk dapat dilihat oleh mata, menyimpan jutaan bit
informasi dalam memorinya, dan dengan sadar menggunakannya dalam
kombinasi yang tepat.

INTERAKSI ANTIBODI DAN ANTIGEN

Antibodi memiliki sisi pengikat antigen pada daerah variabel dan antigen
memiliki sisi penghubung determinan (epitop). Oleh karena itu, kedua sisi akan
berikatan membentuk kompleks antigen dan antibodi. Nah, mekanisme pengikatan
antibodi ke antigen dapat melalui beberapa cara, yaitu:

o Sistem Komplemen
Sistem komplemen membantu antibodi atau sel fagositik untuk membersihkan
patogen dalam tubuh. Komplemen merupakan bagian dari sistem imun non-spesifik
(innate immune system), tetapi dapat juga berperan dalam sistem imun spesifik
yang setiap waktu dapat diaktifkan kompleks imun. Istilah komplemen merujuk
pada kemampuan protein tersebut untuk mengkomlementasikan atau
menggabungkan efek komponen-komponen yang lain dari sistem imun (misalnya
antibody).

Dalam fiksasi komplemen terjadi aktivasi sistem komplemen oleh kompleks


antigen-antibodi. Komplemen memiliki 20 protein serum yang berbeda. Ketika
infeksi, protein serum pertama teraktivasi dan mengaktifkan protein serum
selanjutnya secara jalur berantai (efek domino). Hasil reaksi komplemen tersebut
akan melisiskan sel-sel patogen dan virus. Fiksasi komplemen menghasilkan 2 jenis
efek yang disebut dengan sitolisis dan inflamasi.

Komplemen mempunyai beberapa pengaruh yaitu :

a. Melisis sel (misalnya sel bakteri dan tumor )


b. Produksi mediator yang berperan dalam inflamasi dan menarik fagosit, dan
c. Penguatan respon imun yang diperantarai antibody.
Protein komplemen disintesis terutama oleh hepar dan oleh sel fagositik.
Komplemen yang tidak tahan panas, diinaktivasi pada suhu 56 ͦ C selama 30 menit;
imunoglobulin tidak mengalami inaktivasi pada suhu tersebut.
Beberapa komponen komplemen merupakan proenim, yang harus dipecahkan
untuk membentuk enim yang aktif. Aktivasi komponen komplemen terjadi melalui
dua jalur yaitu :

a. jalur klasik untuk mengaktivasi IgM dan IgD,


b. jalur alternative: banyak senyawa yang tidak berkaitan, dari kompleks
kimiawi sampai dengan agen infeksius, mengaktifkan komplemen melalui
jalur yang berbeda.

o Netralisasi
Netralisasi menyebabkan antibodi menutup sisi penghubung determinan
antigen, sehingga antigen tidak berbahaya dan akhirnya dapat dicerna oleh sel
fagosit.

o Aglutinasi (penggumpalan)
Yang dimaksud dengan aglutinasi adalah kondisi ketika satu antibodi
memiliki minimal 2 pengikatan. Semua sisi pengikatan tersebut berikatan
dengan antigen berupa materi partikel seperti sel darah merah atau bakteri.
Oleh karena itu, kompleks besar dengan mudah difagosit oleh makrofag.

o Presipitasi (pengendapan)
Presipitasi adalah pengikatan silang molekul-molekul antigen yang terlarut
dalam cairan tubuh. Setelah terendapkan, antigen dikeluarkan dan dibuang
melalui fagositosis.

HIPERSENSITIVITAS

a) Pengertian
Alergi merupakan salah satu respon sistem imun yang disebut reaksi
hipersensitif. Pada individu yang rentan, reaksi tersebut secara khas terjadi
setelah kontak yang kedua dengan antigen spesifik. Kontak yang pertama kali
merupakan kejadian yang diperlukan untuk menginduksi sanitasi terhadap
allergen tersebut. Reaksi hipersensitif merupakan salah satu respon sistem
imun yang berbahaya karena dapat menimbulkan kerusakan jaringan maupun
penyakit yang serius. Oleh Coobs dan Gell reaksi hipersensitif dikelompokkan
menjadi empat kelas.

1. Hipersensitivitas tipe 1 (Anafilaksis)


Tipe ini disebut juga tipe cepat. Mekanisme umum dari tipe ini
meliputi langkah-langkah berikut: antigen menginduksi pembentukan
antibodi IgE, yang terikat kuat dengan reseptor pada sel basofil dan sel
mast melalui bagian Fc antibodi tersebut. Beberapa saat kemudian
kontak yang kedua dengan antigen yang sama mengakibatkan fiksasi
antigen ke IgE yang terikat ke sel dan pelepasan mediator yang aktif
secara farmakologis dari sel tersebut ddalam waktu beberapa menit.
Mediator tipe ini adalah histamine dan prostaglandin.

2. Hipersensitivitas tipe II
Tipe ini melibatkan pengikatan antibodi (IgG atau IgM) ke antigen
permukaan sel atau molekul matriks ekstraseluler. Antibodi yang
ditujukan ke antigen permukaan sel dapat mengaktifkan komplemen
untuk menghancurkan sel tersebut. Obat-obat seperti penisilin, fenasetin
san kinidin dapat melekat pada protein permukaan sel darah merah dan
mengawali pembentukan antibodi. Antibodiy autoimun ini ini kemudian
dapat bergabung dengan peermukaan sel yang mengakibatkan
hemolisis.

3. Hipersensitivitas tipe III


Reaksi tipe III disebut juga reaksi kompleks imun adalah reaksi yang
terjadi bila kompleks antigen-antibodi ditemukan dalam jaringan atau
sirkulasi dinding pembuluh darah dan mengaktifkan komplemen.
Antibodi yang bisa digunakan sejenis IgM atau IgG sedangkan
komplemen yang diaktifkan kemudian melepas faktor kemotatik
makrofag. Faktor kemotatik yang ini akan menyebabkan pemasukan
leukosit-leukosit PMN yang mulai memfagositosis kompleks-kompleks
imun.

Reaksi ini juga mengakibatkan pelepasan zat-zat ekstraselular yang


berasal dari granula-granula polimorf, yakni berupa enzim proteolitik,
dan enzim-enzim pembentukan kinin. Antigen pada reaksi tipe III ini
dapat berasal dari infeksi kuman patogen yang persisten (malaria),
bahan yang terhirup (spora jamur yang menimbulkan alveolitis alergik
ekstrinsik) atau dari jaringan sendiri (penyakit autoimun). Infeksi dapat
disertai dengan antigen dalam jumlah berlebihan, tetapi tanpa adanya
respons antibodi yang efektif.

4. Hipersensitivitas tipe IV (hipersensitivitas lambat)


Hipersensitivitas tipe lambat merupakan fungsi dari limfosit T
terrsensitosasi secara spesifik, bukan merupakan fungsi antibodi.
Respon imun ini lambat, yakni respon ini dimulai beberapa jam atau
beberapa hari setelah kontak dengan antigen berlangsung selama
berhari-hari.

b) Hubungan Hipersensitivitas Dengan Sistem Imun


Reaksi hipersensitivitas atau alergi menunjukan suatu kondisi respon
imunitas yang menimbulkan reaksi yang berlebihan atau reaksi yang tidak
sesuai. Hipesensitivitas termasuk dalam penyakit autoimun. Autoimun adalah
respon imun terhadap antigen jaringan sendiri yang disebabkan oleh kegagalan
mekanisme normal yang berperan mempertahankan self tolerance sel B sel T
atau keduanya. Potensi autoimun ditemukan pada semua individu oleh karena
limfosit dapat mengekspresikan reseptor spesifik untuk banyakl antigen.

Automunitas terjadi karena self antigen yang dapat menimbulkan aktivasi,


prolifirasi serta diferensiasi sel T. Autoreaktif menjadi sel efektor yang
menimbulkan kerusakan jaringan dari berbagai organ, baik antibodi maupun
sel T atau keduanaya dapat berperan dalam pathogenesis autoimun. Antigen
disebut auto antigen sedangkan antibodi disebut autoantibody (kamen, 2006).

Autoimun secara teori berkembang sewaktu tolernsi terhadap self antigen


belum terbentuk atau sewaktu toleransi terhadap sel antigen hilang.
Kebanyakan dari kesalahan tersebut kemungkinan karena faktor genetik.
Kegagalan dalam mendapatkan toleransi disebabkan sebagai berikut:
kegagalan clononal detection dari sel autoreaktif (kegagalan dari sel T pusat),
kegagalan anergi klononal (kegaglan dari sel T perifer). Pelepasan antigen,
pemisahan dimana toleransi belum berkembang, perubahan dari self anti gen
dimana tidak dikenal sebagai antigen sendiri. Tiruan molekul antara antigen
dari lingkungan dan self antigen. Penyimpangan ekspresi MHC, rangsangan
super antigen dari klonal anergi autoreaktif rangsangan sel B poliklonat.

Kelainan Sistem Kekebalan Tubuh

1. Alergi
Alergi merupakan sensitivitas secara berlebihan terhadap sesuatu atau yang
disebut sebagai anaphylaxis. Sebagian orang mengalami alergi ini, misalnya
alergi ikan laut, alergi daging, alergi dingin, alergi debu, alergi telor, alergi
susu, alergi obat, alergi serangga dan sebagainya. Adapun bentuk reaksinya ada
bermacam-macam diantaranya pusing, gatal-gatal, diare, sakit perut, muntah-
muntah, bersin, sesak nafas, hidung meler, batuk, kulit terasa panas dan lain-
lain. Pada reaksi yang lebih lanjut, bila terjadi reaksi anafilaktik, maka si
penderita alergi dapat mengalami shock (jantungan), muka berubah menjadi
pucat, mendadak bingung, pingsang bahkan dapat mengalami kematian.
Paul Portier dan Charles Richet, pada tahun 1902 melakukan percobaan
terhadap alergi. Mereka menyuntikan protein ke tubuh anjing kemudian
menyuntikkannya kembali protein yang sama namun dosisnya lebih banyak.
Apa yang terjadi? anjing tersebut mengalami alergi dengan kata lain tubuhnya
menjadi hipersensitif (terlalu sensitif) terhadap seuatu antigen dan akhirnya
anjing tersebut mati. Nah, darisini kita jadi tahu bahwa sistem kekebalan tubuh
justru tidak akan berfungsi jika memberikan respon yang terlalu berlebihan
terhadap suatu antigen.
Proses terjadinya alergi disebabkan karena tingginya kadar antibodi atau
imunoglobin E (IgE) yang spesifik terhadap zat tertentu yang dapat
menimbulkan zat alergen atau zat yang dapat menyebabkan reaksi alergi. Pada
jaringan tubuh, imunoglobin E (IgE) dapat bereaksi dengan zat alergen dengan
cara menempel pada sel mast yaitu sebuah sel yang berperan dalam peradangan
dan alergi.
Apabila, imunoglobin E (IgE) menerima kontak dengan zat alergen yang
sama untuk kesekian kalinya (sampai batas tertentu), maka sel mast lama
kelamaan akan mengalami degranulasi atau pecah sehingga kemudian akan
mengeluarkan zat-zat diantaranya histamin, kinin dan bradikinin dari dalam
granula. Zat-zat inilah yang kemudian dapat menimbulkan pengaruh yang kita
rasakan sebagai gejala seperti gatal-gatal, asma, muntah, diare dan sebagainya.
Proses alergi memerlukan waktu yang dinamakan sebagai proses sensitisasi
yang dimulai sejak pertama kali imunoglobin E (IgE) melakukan kontak
dengan zat alergen. Proses sensitisasi ini bisa berlangsung dalam hitungan jam,
bulan hingga tahun. Itulah sebabnya sering kali seseorang itu akan kaget ketika
suatu saat secara tiba-tiba dia mengetahui bahwa dirinya alergi terhadap
sesuatu padahal sebelumnya tidak terjadi apa-apa.
Alergi dalam jangka waktu yang lama dapat menjadi sangat berbahaya. Hal
ini dikarenakan sel mast dapat mengeluarkan zat interleukin 4 yakni suatu zat
yang dapat merangsang sel limfosit B agar menghasilkan imunoglobin E (IgE)
dalam jumlah yang lebih banyak lagi. Akibatnya, Anda akan dipaksa untuk
mengkonsumsi obat alergi dalam dosis yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Dalam dunia medis, obat alergi yang benar-benar mujarab belum ditemukan.
Untuk itu biasanya kita disarankan untuk menjauhi makanan, minuman atau
menjalin kontak dengan benda-benda yang mengandung zat alergen.Penderita
alergi tidak memiliki pengaruh dari keturunan. Biasanya seseorang yang
memiliki alergi disebabkan karena menderita penyakit seperti asma, polip,
infeksi telinga, infeksi sinus, infeksi pada pangga tenggorokan atau orang yang
memiliki kulit sensitif.

2. Autoimun
Autoimun merupakan penyakit dimana sistem kekebalan tubuh yang
diproduksi menyerang sel lainnya di dalam tubuh (salah sasaran). Disini sel
tubuh lainnya dianggap oleh Sel limfosit T seolah-olah bukan merupakan bagian
dari tubuh itu sendiri dengan kata lain dianggap seperti antigen sehingga harus
diperangi.
Keabnormalan ini belum sepenuhnya terungkap oleh ilmuwan masa kini
sehingga sulit untuk disembuhkan bahkan penyebabnya saja belum dapat
diketahui secara pasti. Penderita autoimun lebih banyak menyerang wanita
daripada laki-laki. Para ahli menduga bahwa sebuah kinerja abnormal ini dapat
disebabkan oleh beberapa kemungkinan seperti terjadinya serangan virus kepada
sistem kekebalan tubuh pada bayi saat belum lahir atau bisa disebabkan karena
rusaknya senyawa dalam tubuh sehingga dianggap seperti antigen oleh sistem
kekebalan tubuh. Saat ini obat untuk penyakit ini belum ditemukan, adapun obat
yang beredar di pasaran hanya berfungsi untuk mengurangi gamma globulin
dalam darah, yakni bagian darah yang mengandung antibodi.
Gejala penyakit autoimun dapat bermacam-macam karena pada prinsipnya,
keabnormalan ini dapat menyerang semua sel-sel dalam tubuh termasuk sel
dalam organ-organ penting seperti otak, jantung, paru-paru, hati dan ginjal. Si
penderita akan mengalami gejala yang hampir sama dengan alergi seperti
demam, pusing, muntah, gatal, penyakit kuning, merusak sendi, sesak napas dan
kematian.

Beberapa abnormal yang dipengaruhi oleh autoimun antara lain:


a. Myasthenia gravis yaitu suatu keabnormalan dimana sistem kekebalan
tubuh menyerang sel pada otot lurik sehingga terjadi degradasi otot dan
berkurangnya kemampuan otot dalam berkontraksi. Hal yang nampak
misalnya mata yang tidak simetris.
b. Lupus erythematosus yaitu suatu keabnormalan dimana sistem kekebalan
tubuh menyerang sel-sel tubuh lainnya. Sel-sel tubuh dianggap seperti
benda asing yang berbahasa sehingga perlu dilawan. Penyakit ini sangat
sulit untuk dideteksi karena memiliki gejala-gejala yang bersifat umum.
c. Addison’s disease yaitu suatu keabnormalan dimana sistem kekebalan tubuh
menyerang kalenjar adrenalin dan sel-sel yang menghasilkan hormon
adrenalin sehingga dapat menyebabkan infeksi, tubuh cepat lelah, berat
badan turun, darah rendah, peningkatan pigmentasi kulit dan timbul rasa
tertekan.
d. Multiple sclerosis yaitu suatu keabnormalan dimana sistem kekebalan tubuh
menyerang jaringan saraf di otak dan tulang belakang. Penderita penyakit
ini dapat mengalami stres, pusing dan gangguan pengelihatan.
e. Diabetes mellitus yaitu suatu keabnormalan dimana sistem kekebalan tubuh
menyerang sel-sel beta di dalam pankreas yang memproduksi hormon
insulin. Gejalanya hampir sama dengan penderita diabetes, misalnya kadar
gula tinggi.

3. AIDS

Gambar. Anatomi virus HIV (Sumber: science.howstuffworks.com)

AIDS singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome yakni


penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV), yakni
sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh pada manusia. Jadi istilah
AIDS dan HIV memiliki makna yang berbeda. Penyakit ini pertama kali ditemukan
pada kasus hubungan sesama jenis pada tahun 1980-an. Oleh karena itu diberi nama
“gay compromise syndrome” atau “gay-related immune deficiency” yang
kemudian lebih dikenal dengan HIV/AIDS.

AIDS baru akan muncul setelah virus HIV menyerang manusia.


Penyerangan tersebut dapat berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama, bisa
sampai bertahun-tahun (2 hingga 5 tahun). Akibatnya, sistem kekebalan tubuh
menurun sehingga tubuh manusia akan mudah terserang penyakit seperti kanker,
kerusakan otak dan sebagainya.

Ketika HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, ia akan masuk ke


dalamn sel limfosit T dan berkembang biak dalam waktu sekitar enam bulan.
Penggandaan diri terus berlangsung sampai menyebabkan membran pada sel
limfosit T pecah. Virus kemudian akan menyebar dan menginfeksi sel limfosit T
lainnya yang masih sehat. Pada suatu keadaan yang normal, sel limfosit T dapat
menonaktifkan virus ini namun bila virus telah menginfeksi sel limfosit T penolong,
maka kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali mikroba patogen ini
menjadi berkurang. Orang yang normal akan memiliki limfosit T sebanyak 800-
1.200 sel per mikroliter darah sedangkan pada orang yang terjangkit AIDS hanya
memiliki sebanyak 50 sel per mikroliter darah.

Beberapa penyakit yang disebabkan oleh oleh virus HIV antara lain:

a. Mengalami infeksi jamur yang dapat menyerang paru-paru, radang selaput otak
dan sistem pernapasan.
b. Mengalami infeksi bakteri yang dapat menyebabkan TBC dan gangguan sistem
pencernaan.
c. Mengalami infeksi virus, misalnya virus Cytomegalovirus yang menyerang
retina mata, virus Epstein-Barr (EBV) yang
menyebabkan kanker darah, dan sebagainya.
d. Penyakit lainnya seperti kanker.
b. Nah, darisini kita jadi tahu bahwa kelainan sistem kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh virus HIV dapat menyebabkan munculnya berbagai penyakit
yang dapat mengganggu kesehatan tubuh bahkan bisa saja mengancam nyawa
bagi si penderita.

Anda mungkin juga menyukai