Anda di halaman 1dari 5

NAMA : CHINTARI MUKMINAT ABUBAKAR

NIM : C01418026

KELAS : B KEPERAWATAN 2018

RESUME SISTEM IMUNOLOGI


Sistem imun adalah sistem yang membentuk kekebalan tubuh dengan menolak berbagai benda
asing yang masuk ke tubuh. Adapun fungsi sistem imun adalah sebgai berikut:
1) Pembentuk kekebalan tubuh.
2) Penolak dan penghancur segala bentuk benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
3) Pendeteksi adanya sel abnormal, infeksi dan patogen yang membahayakan.
4) Penjaga keseimbangan komponen dan fungsi tubuh. Sistem imun membentuk beberapa
lapisan pertahanan tubuh.
Dalam mengenali zat asing, Respon imun terbagi menjadi:
1) Respon imun non-spesifik ( system imun alami )
Dalam mekanisme imunitas non spesifik memiliki sifat selalu siap dan memiliki respon langsung
serta cepat terhadap adanya patogen pada individu yang sehat. Sistem imun ini bertindak sebagai
lini pertama dalam menghadapi infeksi dan tidak perlu menerima pajanan sebelumnya, bersifat
tidak spesifik karena tidak ditunjukkan terhadap patogen atau mikroba tertentu, telah ada dan
berfungsi sejak lahir. Mekanismenya tidak menunjukkan spesifitas dan mampu melindungi tubuh
terhadap patogen yang potensial. Manifestasi respon imun alamiah dapat berupa kulit, epitel
mukosa, selaput lendir, gerakan silia saluran nafas, batuk dan bersin, lisozim, IgA, pH asam
lambung. Pertahanan humoral non spesifik berupa komplemen, interferon, protein fase akut dan
kolektin. Komplemen terdiri atas sejumlah besar protein yang bila diaktifkan akan memberikan
proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respon inflamasi. Komplemen juga berperan
sebagai opsonin yang meningkatkan fagositosis yang dapat menimbulkan lisis bakteri dan
parasit. Tidak hanya komplemen, kolektin merupakan protein yang berfungsi sebagai opsonin
yang dapat mengikat hidrat arang pada permukaan kuman.
Interferon adalah sitokin berupa glikoprotein yang diproduksi oleh makrofag yang diaktifkan, sel
NK dan berbagai sel tubuh yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai respons terhadap
infeksi virus.1 Peningkatan kadar C-reactive protein dalam darah dan Mannan Binding Lectin
yang berperan untuk mengaktifkan komplemen terjadi saat mengalami infeksi akut.
2) Respon imun spesifik, ( system imun adaftif )
Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenali benda yang dianggap asing.
Benda asing yang pertama kali muncul akan segera dikenali dan terjadi sensitisasi sel-sel sistem
imun tersebut. Benda asing yang sama, bila terpajan ulang akan dikenal lebih cepat dan
kemudian dihancurkan.1 Respon sistem imun spesifik lebih lambat karena dibutuhkan sensitisasi
oleh antigen namun memiliki perlindungan lebih baik terhadap antigen yang sama. Sistem imun
ini diperankan oleh Limfosit B dan Limfosit T yang berasal dari sel progenitor limfoid.
Pada keadaan normal, mekanisme pertahanan tubuh baik humoral maupun selular tergantung
pada aktivasi sel B dan sel T. Aktivasi berlebihan oleh antigen atau gangguan mekanisme ini,
akan menimbulkan suatu keadaan imunopatologik yang disebut reaksi hipersensitivitas. Menurut
Gell dan Coombs, reaksi hipersensitivitas dapat dibagi menjadi 4 tipe, yaitu tipe I hipersensitif
anafilaktik, tipe II hipersensitif sitotoksik yang bergantung antibodi, tipe III hipersensitif yang
diperani kompleks imun, dan tipe IV hipersensitif cell-mediated (hipersensitif tipe lambat).
Selain itu masih ada satu tipe lagi yang disebut sentivitas tipe V atau stimulatory hipersensitivity.

1 Pengertian Imunologi
Imunologi adalah ilmu yang luas, yang mencakup peneitian dasar sampai dengan aplikasi klinis .
imunologi mempelajari antigen, antibody dan fungsi pertahanan tubuh penjamu yang diperantai
oleh sel, terutma yang berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit, reaksi biologis
hipersensitif, lergi dan penolakan jarinfgan asing. Jika sistem kekebalan dalam tubuh melemah,
kemampuan melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen termasuk virus
yang menyebabkan demam dan flu dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga
memberikan pengawasan terhadap sel tumor dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan
meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker

2 Fungsi System Imun


Melindungi tubuh dari infeksi penyebab penyakit dengan menghancurkan dan
mennghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, virus, parasit, jamur serta tumor)
yang masuk kedalam tubuh, menghilangkan jaringan atau sel yang mati atau rusak untuk
perbaikan jaringan, menggenali sel atau jaringan yang abnormal. Sasaran utama yaitu bakteri,
patogen dan virus. Leukosit merupakan sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag, dan sel
mast).

3 Antigen dan Antibodi

A. Antigen
Antigen ( imunogen ) adalah suatu bahan bila dimasukkan ke dalam tubuh dapat membangkitkan
respons imun baik respons imun seluler maupun humoral. Karaktristik antigen yang sangat
menentukan imunogenitas respomn imun adalah sebagai berikut:

a). Asing ( berbeda dari sself) : pada umumnya, molekul yang bersifat self tidak bersifat
imunogenik; untuk menimbulkan respon imun, molekul harus dikenal sebagai nonself .
b). Ukuran molekul : molekul dengan berat kurang dari 10.000 (misalnya asam amino) tidak
bersifat imunogenik. Mereka hanya bisa menjadi imunogenik hanya jika bergabung dengan
protein pembawa.
c). Komplekstisitas kiiawi dan stuktural : jumlahhtetetu kompleksitas kmiawi diperlukan.
Contohnya: homo polimer lebih imunogenik dibanding heteropolimer .
d). Determinan antigeik ( epitop ) : unit terkecil dari suatu antigen kompleks yang dapat diikat
oleh antiboddi isebu antigen atau epitop.
e). tatanan genetic penjamu : dua strain bintang yang dari spesies yang sama dapat merespon
secara berbeda terhadap antigren yang sama karena perbedaan komposisi gen respon imun.
f). dosis, cara dan pemberian antigen : respon imun dapat dioptimalkan dengan cara menentukan
dosis antigen denga cermat .
B. Antibodi
Antibodi adalah protein immunoglobulin yang disekresi oleh sel B yang teraktifasi oleh antigen.
Antibodi merupakan senjata yang tersusun dari protein dan dibentuk untuk melawan sel-sel asing
yang masuk ke tubuh manusia. Antibodi mengandung Imunoglobulin (Ig). Ig dibentuk oleh sel
plasma (proliferasi sel B) akibat kontak/dirangsang oleh antigen. Macam Imunoglobulin: Ig G, Ig
A, Ig M, Ig E dan IgD.
Antibodi mempunyai sifat yang sangat luar biasa, karena untuk membuat antibodi spesifik untuk
masing-masing musuh merupakan proses yang luar biasa, dan pantas dicermati. Proses ini dapat
terwujud hanya jika sel-sel B mengenal struktur musuhnya dengan baik. Dan, di alam ini
terdapat jutaan musuh (antigen). Dia mengetahui polanya berdasarkan perasaan. Sulit bagi
seseorang untuk mengingat pola kunci, walau cuma satu, Akan tetapi, satu sel B yang
sedemikian kecil untuk dapat dilihat oleh mata, menyimpan jutaan bit informasi dalam
memorinya, dan dengan sadar menggunakannya dalam kombinasi yang tepat.

4. sitem komplemen
Sistem komplemen membantu antibodi atau sel fagositik untuk membersihkan patogen dalam
tubuh. Komplemen merupakan bagian dari sistem imun non-spesifik (innate immune system),
tetapi dapat juga berperan dalam sistem imun spesifik yang setiap waktu dapat diaktifkan
kompleks imun. Istilah komplemen merujuk pada kemampuan protein tersebut untuk
mengkomlementasikan atau menggabungkan efek komponen-komponen yang lain dari system
imun ( misalnya antibody ). Komplemen mempunyai beberapa pengaruh yaitu : (1) melisis sel
(misalnya sel bakteri dan tumor ), (2) produksi mediator yang berperan dalam inflamasi dan
menarik fagosit, dan (3) penguatan respon imun yang diperantarai antibody. Protein komplemen
disintesis terutama olehh hepar dan oleh sel fagositik. Komplemen yang tidak tahan panas,
diinaktivasi pada suhu 56 ͦ C selama 30 menit; imunoglobulin tidak mengalami inaktivasi pada
suhu tersebut.
Beberapa komponen komplemen merupakan proenim, yang harus dipecahkan untuk membentuk
enim yang aktif. Aktivasi komponen komplemen terjadi melalui dua jalur yaitiu; (1) jalur klasik
untuk mengaktivasi IgM dan IgD, (2) jalur alternative: banyak senyawa yang tidak berkaitan,
dari kompleks kimiawi sampai dengan agen infeksius, mengaktifkan komplemen melalui jalur
yang berbeda.

5.Macam-Macam Imun
A. Imunitas Pasif
Imunitas pasif diperankan oleh antibodi atau limfosit yang telah dibentuk sebelumnya didalam
tubuh penjamu yang lain . pemberian secara pasif antibodi (dalam antiserum) terhadap bakteri
menyebabkan antitoksin tersedia dengan cepat dalam jumlah berlebih untuk menetralkan toksin.
Keuntungan utama imunitas pasif dengan antibodi yang telah dibentuk sebelumnya (siap pakai)
adalah tersedianya antibodi dalam jumlah banyak secara cepat. Kerugiannya adalah jangka
waktu antibody yang pendek dan reaksi hipersensitivitas yang dapat terjadi jika diiberikan
antibodi (imunoglobulin) dari spesies lain.
B. Imunitas Aktif
Imunitas aktif diinduksi setelah kontak dengan antigen. Kontak ini dapat berupa
Infeksi klinis atau sub klini, imunisasi dengan agen infeksius yang masih hidup atau sudah mati
atau antigennya, paparan terhadap hasil mikroba atau transplantasi se lasing. Pada semua
keadaan ini, tubuh penjamu aktif membentuk antibodi dan sel limfoid yang mampu merespon
antigen. Keuntungan imunitas aktif adalah imunitas bersifat jangka panjang. Kerugiaanya adalah
onset imunitas lambat dan membutuhkan kontak dengan antigen lebih lama atau kontak ulangan.
6. Hipersensitivitas
A. Pengertian
Alergi merupakan salah satu respon sistem imun yang disebut reaksi hipersensitif. Pada individu
yang rentan , reaksi tersebutv secara khas terjadi setelah kontak yang kedua dengan antigen
spesifik. Kontak yang pertama kali merupakan kejadian yang diperlukan untuk menginduksi
sanitasi terhadap allergen tersebut. Reaksi hipersensitif merupakan salah satu respon system
imun yang berbahaya karena dapat menimbulkan kerusakan jaringan maupun penyakit yang
serius. Oleh Coobs dan Gell reaksi hipersensitif dikelompokkan menjadi empat kelas.
• Hipersensitivitas tipe 1( Anafilaksis )
Tipe ini disebut juga tipe cepat. Mekanisme umum dari tipe ini meliputi langkah-langkah
berikut: antigen menginduksi pembentukan antibodi IgE, yang terikat kuat dengan reseptor pada
sel basofil dan sel mast melalui bagian Fc antibody tersebut. Beberapa saat kemudian kontak
yang kedua dengan antigen yang sama mengakibatkan fiksasi antigen kee IgE yang terikat ke sel
dan pelepasan mediator yang aktif secara farmakologis dari sel tersebut ddalam waktu bebrraopa
menit. Mediator tipe ini adalah histamine dan prostaglandin .
• Hipersensitivitas tipe II
Tipe ini melibatkan pengikatan antibody (IgG atau IgM) ke antigen permukaan sel atau molekul
matriks ekstraseluler. Antibody yang ditujukan ke antigen permukaan sel dapat mengaktifkan
komplemen untuk menghancurkan sel tersebut.
Obat-obat sepeerti penisilin , fenasetin san kinidin sapat melekat pada protein permukaan sel
darah merah dan mengawali pembentukan antibody. Antibody autoimun ini ini kemudian dapat
bergabung dengan peermukaan ssel yang mengakibatkan hemolisis.
• Hipersensitivitas tipe III
Reaksi tipe III disebut juga reaksi kompleks imun adalah reaksi yang terjadi bila kompleks
antigen-antibodi ditemukan dalam jaringan atau sirkulasi/ dinding pembuluh darah dan
mengaktifkan komplemen. Antibodi yang bisa digunakan sejenis IgM atau IgG sedangkan
komplemen yang diaktifkan kemudian melepas faktor kemotatik makrofag. Faktor kemotatik
yang ini akan menyebabkan pemasukan leukosit-leukosit PMN yang mulai memfagositosis
kompleks-kompleks imun. Reaksi ini juga mengakibatkan pelepasan zat-zat ekstraselular yang
berasal dari granula-granula polimorf, yakni berupa enzim proteolitik, dan enzim-enzim
pembentukan kinin.
Antigen pada reaksi tipe III ini dapat berasal dari infeksi kuman patogen yang persisten
(malaria), bahan yang terhirup (spora jamur yang menimbulkan alveolitis alergik ekstrinsik) atau
dari jaringan sendiri (penyakit autoimun). Infeksi dapat disertai dengan antigen dalam jumlah
berlebihan, tetapi tanpa adanya respons antibodi yang efektif.
• Hipersensitivitas tipe IV (hipersensitivitas lambat)
Hipersensitivitas tipe lambat merupakan fungsi dari limfosit T terrsensitosasi secara spesifik,
bukan merupakan fungsi antibody. Respon imun ini lambat, yakni respon ini dimulai beberapa
jam atau beberapa hari setelah kontak dengan antigen berlangsung selama berhari-hari.

B. hubungan hipersensitivitas dengan system imun


Reaksi hipersensitivitas atau alergi menunjukan suatu kondisi respon imunitas yang
menimbulkan reaksi yang berlebihan atau reaksi yang tidak sesuai. Hipesensitivitas termasuk
dalam penyakit autoimun.
Autoimun adalah respon imun terhadap antigen jaringan sendiri yang disebabkan oleh kegagalan
mekanime normal yang berperan mempertahankan self tolerance sel B sel T atau keduanya.
Potensi autoimunditemukan pada semua individu oleh karena limfosit dapat mengekspresikan
reseptor spesifik untuk banyakl antigen.
Automunitas terjadi karena self antigen yang dapat menimbulkan aktivasi, prolifirasi serta
diferensiasi sel T. autoreaktif menjadi sel efektor yang menimbulkan kerusakan jaringan dari
berbagai organ, baik antibody maupun sel T atau keduanaya dapat berperan dalam pathogenesis
automun. Antigen disebut auto antigen sedangkan antibody disebut autoantibody. (kamen,
2006) .
Autoimun secara teori berkembang sewaktu tolernsi terhadap self antigen belum terbentuk atau
sewaktu toleransi terhadap sel antigen hilang. Kebanyyakan dari kesalahan tersebut
kemungkinan karena factor genetic. Kegagalan dalam mendapatkan toleransi disebabkan sebagai
berikut: kegagalan clononal detection dari sel autoreaktif (kegagalan dari sel Tpusat), kegagalan
anergi klononal (kegaglan dari sel T perifer). Pelepasan antigen, pemisahan dimana toleransi
bbelum berkembang, perubahan dari self anti gen dimana tidak diknal sebagai antigen sendiri.
Tiruan molekul antarra antigen dari lingkungan dan self antigen. Penyimpangan ekspresi MHC ,
rangsangan super antigen dari klonal anergi autoreaktif rangsangan sel B poliklonat.

Anda mungkin juga menyukai