PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem kekebalan tubuh sangat mendasar peranannya bagi kesehatan,
tentunya harus disertai dengan pola makan sehat, cukup berolahraga, dan
terhindar dari masuknya senyawa beracun ke dalam tubuh. Pola hidup
modern menuntut segala sesuatu dilakukan secara cepat dan instan. Hal ini
berdampak juga pada pola makan misalnya sarapan didalam kendaraan,
makan siang serba tergesah-gesah, dan malam karena kelelahan jadi tidak ada
nafsu makan. Belum lagi kualitas makanan yang dikonsumsi, polusi udara,
kurang berolahraga dan stres. Apabila terus berlanjut maka daya tahan tubuh
akan terus menurun, lesu, cepat lelah dan mudah terserang penyakit. Sehingga
saat ini banyak orang yang masih muda banyak yang mengidap penyakit
degeneratif. Kondisi stres dan pola hidup modern serta polusi, diet tidak
seimbang dan kelelahan menurunkan daya tahan tubuh sehingga menurunkan
kecukupan antibodi. Gejala menurunnya daya tahan tubuh seringkali
terabaikan sehingga timbul berbagai penyakit infeksi, penuaan dini pada usia
dini.
1.2 Rumusan Masalah
1. IMUNOLOGI
a. Apa pengertian imunologi ?
b. Apa fungsi imunologi ?
c. Apa pengertian antigen dan antibody ?
d. Apa pengertian sistem komplemen ?
e. Apa saja macam-macam imunologi ?
f. Apa pengertian system hipersensitifitas ?
2. HIV/AIDS
a. Apa pengertian HIV/AIDS ?
b. Apa etiologi HIV/AIDS ?
c. Bagaimana [atofisiologi HIV/AIDS ?
d. Bagaimana tanda dan gejala HIV/AIDS ?
e. Bagaimana cara penularan HIV/AIDS ?
f. Apa saja pemeriksaan penunjang HIV/AIDS ?
g. Apa saja komplikasi HIV/AIDS ?
h. Bagaimana pencegahan HIV/AIDS ?
i. Bagaimana penatalaksanaan HIV/AIDS ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI IMUNOLOGI
2.1.1. PENGERTIAN
Imunologi adalah ilmu yang luas, yang mencakup peneitian dasar
sampai dengan aplikasi klinis . imunologi mempelajari antigen, antibody
dan fungsi pertahanan tubuh penjamu yang diperantai oleh sel, terutma
yang berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit, reaksi biologis
hipersensitif, lergi dan penolakan jarinfgan asing. Jika sistem kekebalan
dalam tubuh melemah, kemampuan melindungi tubuh juga berkurang,
sehingga menyebabkan patogen termasuk virus yang menyebabkan
demam dan flu dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga
memberikan pengawasan terhadap sel tumor dan terhambatnya sistem ini
juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker
2.1.2. FUNGSI IMUNOLOGI
a. Melindungi tubuh dari infeksi penyebab penyakit dengan
menghancurkan
dan
mennghilangkan
mikroorganisme
atau
dan
stuktural
jumlahhtetetu
antibodi
spesifik
untuk
masing-masing
musuh
membersihkan
patogen
dalam
tubuh.
Komplemen
Imunitas Aktif
Imunitas aktif diinduksi setelah kontak dengan antigen.
Kontak ini dapat berupa Infeksi klinis atau sub klini, imunisasi
dengan agen infeksius yang masih hidup atau sudah mati atau
antigennya, paparan terhadap hasil mikroba atau transplantasi se
lasing. Pada semua keadaan ini, tubuh penjamu aktif membentuk
antibodi dan sel limfoid yang mampu merespon antigen.
Keuntungan imunitas aktif adalah imunitas bersifat jangka
panjang. Kerugiaanya adalah onset imunitas lambat dan
membutuhkan kontak dengan antigen lebih lama atau kontak
ulangan.
sama mengakibatkan fiksasi antigen kee IgE yang terikat ke sel dan
pelepasan mediator yang aktif secara farmakologis dari sel tersebut
ddalam waktu bebrraopa menit. Mediator tipe ini adalah histamine
dan prostaglandin .
Hipersensitivitas tipe II
Tipe ini melibatkan pengikatan antibody (IgG atau IgM) ke
antigen permukaan sel atau molekul matriks ekstraseluler.
Antibody yang ditujukan ke antigen permukaan sel dapat
mengaktifkan komplemen untuk menghancurkan sel tersebut.
Obat-obat sepeerti penisilin , fenasetin san kinidin sapat melekat
pada protein permukaan sel darah merah dan mengawali
pembentukan antibody. Antibody autoimun ini ini kemudian dapat
bergabung
dengan
peermukaan
ssel
yang
mengakibatkan
hemolisis.
Hipersensitivitas tipe III
Reaksi tipe III disebut juga reaksi kompleks imun adalah
reaksi yang terjadi bila kompleks antigen-antibodi ditemukan
dalam jaringan atau sirkulasi/ dinding pembuluh darah dan
mengaktifkan komplemen. Antibodi yang bisa digunakan sejenis
IgM atau IgG sedangkan komplemen yang diaktifkan kemudian
melepas faktor kemotatik makrofag. Faktor kemotatik yang ini
akan menyebabkan pemasukan leukosit-leukosit PMN yang mulai
memfagositosis kompleks-kompleks imun. Reaksi ini juga
mengakibatkan pelepasan zat-zat ekstraselular yang berasal dari
granula-granula polimorf, yakni berupa enzim proteolitik, dan
enzim-enzim
pembentukan
kinin.
Antigen pada reaksi tipe III ini dapat berasal dari infeksi kuman
patogen yang persisten (malaria), bahan yang terhirup (spora jamur
yang menimbulkan alveolitis alergik ekstrinsik) atau dari jaringan
sendiri (penyakit autoimun). Infeksi dapat disertai dengan antigen
dalam jumlah berlebihan, tetapi tanpa adanya respons antibodi
yang efektif.
2006).
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler
pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat
menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obatobat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan
antigen
yang
asing,
mengaktifkan
limfosit
yang
11
waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml
darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun
setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes
zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun
akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi.
Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS
apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila
terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
12
13
umum terjadi):
1. Gejala mayor:
a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
e. Demensia/ HIV ensefalopati
2. Gejala minor:
a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
b. Dermatitis generalisata
c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster
berulang
d. Kandidias orofaringeal
e. Herpes simpleks kronis progresif
f. Limfadenopati generalisata
g. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
h. Retinitis virus Sitomegalo
Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research
(MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa
fase.
1. Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala
dan tanda-tanda infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala
mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam dan
pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai
gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus
kepada orang lain.
2. Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau
9 tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan
penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai
memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar
getah bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat
badan menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek.
3. Fase akhir
14
myelopathy,
mucocutaneous
ulceration,
dan
15
16
17
melakukan tes 3 hingga 6 minggu selepas paparan akan memberi hasil tes
yang negatif (Swierzewski, 2010).
1. Test ELISA
Menurut University of California San Francisco (2011), ELISA
(enzyme-linked immunosorbent assay) adalah salah satu tes yang paling
umum dilakukan untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi HIV.
ELISA sensitif pada infeksi HIV kronis, tetapi karena antibodi tidak
diproduksi segera setelah infeksi, maka hasil tes mungkin negatif selama
beberapa minggu setelah infeksi. Walaupun hasil tes negatif pada waktu
jendela, seseorang itu mempunyai risiko yang tinggi dalam menularkan
infeksi. Jika hasil tes positif, akan dilakukan tes Western blot sebagai
konfirmasi.
2. Tes Western blot
Tes Western blot adalah diagnosa definitif dalam mendiagnosa
HIV. Di mana protein virus ditampilkan oleh acrylamide gel
electrophoresis, dipindahkan ke kertas nitroselulosa, dan ia bereaksi
dengan serum pasien.
Jika terdapat antibodi, maka ia akan berikatan dengan protein virus
terutama dengan protein gp41 dan p24. Kemudian ditambahkan antibodi
yang berlabel secara enzimatis terhadap IgG manusia. Reaksi warna
mengungkapkan adanya antibodi HIV dalam serum pasien yang telah
terinfeksi (Shaw dan Mahoney, 2003) Tes OraQuick adalah tes lain yang
menggunakan sampel darah untuk mendiagnosis infeksi HIV. Hasil tes ini
dapat diperoleh dalam masa 20 menit. Hasil tes positif harus dikonfirmasi
dengan tes Western blot (MacCann, 2008).
Tes ELISA dan Western blot dapat mendeteksi antibodi terhadap
virus, manakala polymerase chain reaction (PCR) mendeteksi virus HIV.
Tes ini dapat mendeteksi HIV bahkan pada orang yang saat ini tidak
memproduksi antibodi terhadap virus. Secara khusus, PCR mendeteksi
proviral DNA. HIV terdiri dari bahan genetik yang dikenal RNA.
Proviral DNA adalah salinan DNA dari RNA virus. PCR digunakan untuk
konfirmasi kehadiran HIV ketika ELISA dan Western blot negatif; dalam
beberapa minggu pertama setelah infeksi, sebelum antibodi dapat
18
dideteksi; jika hasil Western blot tidak tentu dan pada bayi baru lahir
dimana antibodi ibunya merumitkan tes lain (Swierzewski, 2010).
2.2.7. KOMPLIKASI
Komplikasi primer :
MCMD (Minor Cognitive Motor Disorder
Neurobiologi (meningitis, mylopati, neuropati )
Infeksi (toxoplasmosis, ensefalitis, cytomegalovirus/CMV
Leikoencepalopati multifoksl progresif (neoplasma dan delirium)
2.2.8.
PENCEGAHAN
Menurut The National Womens Health Information Center (2009),
19
trimester III yang dapat menghambat transmisi virus dari ibu ke bayi.
Seterusnya ketika melahirkan, obat antiviral diberi kepada ibu dan anak
untuk mengurangkan risiko transmisi HIV yang bisa berlaku ketika proses
partus. Selain itu, seorang ibu dengan HIV akan direkomendasikan untuk
memberi susu formula karena virus ini dapat ditransmisi melalui ASI
( The Nemours Foundation, 1995).
Para pekerja kesehatan hendaknya mengikuti Kewaspadaan
Universal (Universal Precaution) yang meliputi, cara penanganan dan
pembuangan barang-barang tajam , mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah dilakukannya semua prosedur, menggunakan alat
pelindung seperti sarung tangan, celemek, jubah, masker dan kacamata
pelindung (goggles) saat harus bersentuhan langsung dengan darah dan
cairan tubuh lainnya, melakukan desinfeksi instrumen kerja dan peralatan
yang terkontaminasi dan penanganan seprei kotor/bernoda secara
tepat.Selain itu, darah dan cairan tubuh lain dari semua orang harus
dianggap telah terinfeksi dengan HIV, tanpa memandang apakah status
orang tersebut baru diduga atau sudah diketahui status HIV-nya (Komisi
Penanggulangan AIDS, 2010-2011).
2.2.9. PENATALAKSANAAN HIV AIDS
1.
Obatobatan Antiretroviral
(ARV)
bukanlah
suatu
(HAART).
Kombinasi
ini
dapat
mengunakan:
a. Nucleoside Analogue Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI'),
mentargetkan pencegahan protein reverse transcriptase HIV
20
21
pun
akan
menjadi
lebih
besar.
PEP
tidak
pula
kemungkinan
pemberian
vaksin
HIV
22
pil
pencegah
kehamilan
(meningkatkan
mengingat
sesuatu,
konsentrasi
menurun,
tidak
23
24
tidak realistis.
Timbul refleks tidak normal, menurunnya kekuatan otot,
batuk
(mulai
sedang
sampai
parah)
eksantem,
psoriasis,
perubahan
warna,
gaya berjalan.
11. Seksualitas :
Herpes, kutil atau rabas pada kulit genitalia
12. Interaksi sosial
Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat, aktivitas yang
tak terorganisasi, perobahan penyusunan tujuan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas : spasme
jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus
2. Pola napas tidak efektif b.d penurunan energi, kelelahan, nyeri,
kecemasan
3. Hipertermia b.d proses penyakit, peningkatan metabolisme, dehidrasi
25
pemasukan
atau
mencerna
makanan
atau
psikologis
Kurang Pengetahuan b.d kurangnya paparan atau informasi
Deficit volume cairan b.d kegagalan mekanisme pengaturan
Kerusakan integritas kulit b.d perubahan status metabolik
Resiko infeksi dengan factor resiko prosedur Infasif, malnutrisi,
imonusupresi, ketidakadekuatan imun buatan , tidak adekuat
pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon
dari
saluran
pernafasan
untuk
mempertahankan
26
lips)
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang
NIC :
1. Airway suction
Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi
suksion nasotrakeal
Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah
perlu
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Lakukan suction pada mayo
Berikan bronkodilator bila perlu
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
27
28
NIC
1. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Berikan bronkodilator bila perlu
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
2. Terapi Oksigen
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
Pertahankan jalan nafas yang paten
Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
3. Vital sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama pernapasan, suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
29
pertambahan RR
takikardi
saat disentuh tangan terasa hangat
Faktor faktor yang berhubungan :
Penyakit
Peningkatan metabolisme
Dehidrasi
NOC : Thermoregulation
Kriteria Hasil :
Suhu tubuh dalam rentang normal
Nadi dan RR dalam rentang normal
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa
nyaman
NIC :
1.
2.
Fever treatment
Monitor suhu sesering mungkin
Monitor IWL
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tekanan darah, nadi dan RR
Monitor penurunan tingkat kesadaran
Monitor WBC, Hb, dan Hct
Monitor intake dan output
Berikan anti piretik
Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
Selimuti pasien
Lakukan tapid sponge
Berikan cairan intravena
Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya
menggigil
Temperature regulation
Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
Monitor TD, nadi, dan RR
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan
tubuh
30
3.
panas
Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan
diperlukan
Berikan anti piretik jika perlu
Vital sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
31
kacau, menyeringai)
Terfokus pada diri sendiri
Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan
proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan
lingkungan)
Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang
manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal
NIC :
1. Pain Management
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
32
dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis
optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek
samping)
33
34
NIC :
1. Nutrition Management
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
mencegah konstipasi
Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan
harian.
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
2. Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan berat badan
Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
makan
Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor makanan kesukaan
Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan intake nuntrisi
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan
cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
6. Diagnosa 6 : Kurang Pengetahuan
35
Definisi :
NIC :
1. Teaching : disease Process
Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
yang tepat.
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
yang tepat
Hindari harapan yang kosong
Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
36
yang tepat.
7. Diagnosa 7 : Defisit Volume Cairan
Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau
intrasellular. Ini mengarah ke dehidrasi, kehilangan cairan dengan
pengeluaran sodium.
Batasan Karakteristik :
Kelemahan
Haus
Penurunan turgor kulit/lidah
Membran mukosa/kulit kering
Peningkatan denyut nadi, penurunan
tekanan
darah,
37
NIC :
1. Fluid management
Timbang popok/pembalut jika diperlukan
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi
harian
Kolaborasi pemberian cairan IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan
Berikan diuretik sesuai interuksi
Berikan cairan IV pada suhu ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
meburuk
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi
8. Diagnosa 8 : Kerusakan intergritas kulit
Definisi : Perubahan pada epidermis dan dermis
Batasan karakteristik :
Gangguan pada bagian tubuh
Kerusakan lapisa kulit (dermis)
Gangguan permukaan kulit (epidermis)
Faktor yang berhubungan :
Eksternal :
Hipertermia atau hipotermia
Substansi kimia
Kelembaban udara
38
Internal :
NOC :
issue Integrity : Skin and Mucous Membranes
Kriteria Hasil :
patogen
Trauma
Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
Ruptur membran amnion
Agen farmasi (imunosupresan)
Malnutrisi
39
(penurunan
Hb,
NOC :
Immune Status
Knowledge : Infection control
Risk control
Kriteria Hasil :
infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat
NIC :
1. Infection Control (Kontrol infeksi)
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
Pertahankan teknik isolasi
Batasi pengunjung bila perlu
Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
kperawtan
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai
kandung kencing
Tingktkan intake nutrisi
40
41
NIC :
1. Diarhea Management
Evaluasi
efek
samping
pengobatan
terhadap
gastrointestinal
Ajarkan pasien untuk menggunakan obat antidiare
Instruksikan pasien/keluarga untukmencatat warna,
seperti biasanya
ketidakmampuan mempertahankan rutinitas
ketidakmampuan menyimpan energi bahkan setelah tidur
peningkatan keinginan beristirahat
letargi
penurunan energi
capai.
42
NIC :
1. Energy Management
Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
aktivitas
Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap
keterbatasan
Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
secara berlebihan
Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
12. Diagnosa 12 : Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan
cemas tentang keadaan yang orang dicintai.
Definisi : pengelolaan dalam menyesuaikan diri yang efektif
anggota keluarga dengan petugas kesehatan, dalam meningkatkan
kesehatan dan pertumbuhan
Batasan karakteristik : menunjukkan keinginan untuk berhubungan
dengan orang lain yang mempunyai permasalahan yang sama,
anggota
keluarga
mampu
menjelaskan
dampak
dari
krisis
petumbuhan
Factor yang berhubungan : kemampuan dalam mengaktualisasi diri.
NOC :
43
kebutuhannya
dengan
kriteria
pasien
dan
keluarga
melakukan ADLs
Dapat melakukan ADLS dengan bantuan
NIC :
1. Self Care assistane : ADLs
Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang
mandiri.
Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk
melakukan self-care.
Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang
44
2.3. CANCER
2.3.1. PENGERTIAN CANCER
Kanker adalah penyakit yang menyerang proses dasar
kehidupan sel, mengubah genom sel (komplemen genetik total sel)
dan menyebabkan penyebaran liar dan pertumbuhan sel-sel.
Kanker adalah istilah umum untuk petumbuhan sel tidak
normal(yaitu, tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol, dan tidak
berirama) yang dapat menyusup (invasive) dan terus menyebar
melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting
serta syaraf tulang belakang ke jaringan tubuh normal sehingga
mempengaruhi fungsi tubuh. Kanker bukan merupakan penyakit
menular.
Kanker merupakan penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai
akibat dari sel sel tubuh yang tumbuh dan berkembang abnormal, di
luar batas dan sangat liar.
2.3.2. ETIOLOGI CANCER
Penyebab kanker biasanya tidak dapat diketahui secara pasti,
karena merupakan gabungan dari sekumpulan faktor, genetik dan
lingkungan. Namun ada beberapa faktor yang diduga meningkatkan resiko
kanker, sebagai berikut
1. Faktor Keturunan
Faktor genetik menyebabkan beberapa keluarga memiliki
resiko lebih tinggi menderita kanker tertentu dibandingkan
keluarga lainnya.
2. Faktor Lingkungan
Merokok meningkatkan resiko terjadinya kanker paru-paru,
mulut, laring (pita suara), dan kandung kemih.Faktor lingkungan
lainnya, yaitu Sinar Ultraviolet matahari serta radiasi ionisasi (yang
45
46
sel, dimana sel jadi hiperaktif dan berubah sifat menjadi ganas
sehingga menyebabkan kanker.
9. Radikal Bebas
Radikal bebas adalah suatu atom, gugus atom, atau molekul
yang mempunyai electron bebas tidak berpasangan dilingkaran
luarnya. Sumber-sumber radikal bebas yaitu : 1) Radikal bebas
terbentuk sebagai produk sampingan dari proses metabolism; 2)
Radikal bebas masuk ke dalam tubuh dalam bentuk racun-racun
kimiawi dari makanan , minuman, udara yang terpolusi, dan sinar
ultraviolet dari matahari; 3) Radikal bebas diproduksi secara
berlebihan pada waktu kita makan berlebihan (berdampak pada
proses metabolisme) atau bila kita dalam keadaan stress berlebihan,
baik stress secara fsik, psikologis,maupun biologis.
2.3.3. PATOFISIOLOGI CANCER
Patofisiologi Penyakit Kanker adalah kelas penyakit beragam yang
sangat berbeda dalam hal penyebab dan biologisnya.Setiap organisme,
bahkan tumbuhan, bisa terkena kanker.Hampir semua kanker yang dikenal
muncul secara bertahap, saat kecacatan bertumpuk di dalam sel kanker dan
sel anak-anaknya (lihat bagian mekanisme untuk jenis cacat yang umum).
Setiap hal yang bereplikasi memiliki kemungkinan cacat (mutasi).
Kecuali jika pencegahan dan perbaikan kecatatan ditangani dengan baik,
kecacatan itu akan tetap ada, dan mungkin diwariskan ke sel anang/
(daughter cell). Biasanya, tubuh melakukan penjagaan terhadap kanker
dengan berbagai metoda, seperti apoptosis, molekul pembantu (beberapa
polimerase DNA), penuaan/(senescence), dan lain-lain. Namun, metoda
koreksi-kecatatan ini sering kali gagal, terutama di dalam lingkungan yang
membuat kecatatan lebih mungkin untuk muncul dan menyebar.Sebagai
contohnya, lingkungan tersebut mengandung bahan-bahan yang merusak,
disebut dengan bahan karsinogen, cedera berkala (fisik, panas, dan lainlain), atau lingkungan yang membuat sel tidak mungkin bertahan, seperti
hipoksia.Karena itu, kanker adalah penyakit progresif, dan berbagai
kecacatan progresif ini perlahan berakumulasi hingga sel mulai bertindak
berkebalikan dengan fungsi seharusnya di dalam organisme. Kecacatan
47
1.
2.
Limfoma
Merupakan kanker yang berasal dari jaringan yang
membentuk darah, misalnya jaringan limfe, lakteal, limfa,
berbagai kelenjar limfe, timus dan sumsum tulang.
Limfoma spesifik antara lain adalah penyakit hodgkin
(kanker kelenjar limfe dan limfa)
3.
Leukimia
Leukimia tidak membentuk massa tumor, tetapi
memnuhi pembuluh darah dan mengganggu fungsi sel
darah normal.
4.
Sarkoma
48
Glioma
Merupakan kanker susunan saraf, misalnya sel sel
6.
Kanker kolorektal
Tanda dan gejala kanker kolon pada lansia dapat meliputi
perdarahan rektal, darah merah atau hitam dalam feces,
perubahan kebiasaan BAB (konstipasi atau diare, feses yang
mengecil). Tumor dalam kolon kanan dapat menjadi besar dan
dapat menyebabkan nyeri tumpul yang samar samar dan rasa
tidak nyaman pada abdomen. Tumor dalam kolon kiri cenderung
lebih kecil dan lebih berinfiltrasi, dengan perdarahan dan
kemungkinan obstruksi usus.
2.
Kanker paru
Resiko kanker paru 10 kali lebih tinggi pada perokok dari
pada orang yang tidak merokok.Tingginya mortalitas akibat
kanker paru sebagian disebabkan karena diagnosis yang
terlambat, biologis tumor yang agresif, seringnya metastasis ke
otak dan organ organ vital yang lain, dan tidak efektifnya
pengobatan konvensional.Tidak seperti kanker payudara, deteksi
dini kanker paru tidak menjamin kesempatan yang baik untuk
penyembuhan.Gejala batuk yang menetap, batu dengan sputum
berdarah, atau kesulitan bernapas dapat mengindikasikan kanker
49
Kanker payudara
Selain adanya massa, tanda tanda kanker yang lain adalah
retraksi kulit atau adanya lubang kecil pada kulit dan adanya
perubahan kontur payudara dari yang biasanya. Sekresi
serosanguinosa dari puting susu (jarang) pada wanita yang
berusia lebih dari 50 tahun sering dikaitkan dengan kanker
payudara. Pemeriksaan tambahan yang perlu dilakukan jika
ditemukan benjolan atau jika mamogram mecurigakan atau
kedua duanya dapat meliputi aspirasi cairan dari kista,
ultrasonografipada area tersebut, dan biopsi lesi.
4.
Kanker ginekologik
Kanker ovarium sebagai kanker ginekologi yang paling
sering meningkat dengan bertambahnya usia. Faktor resiko yang
berhubungan dengan kanker ini termasuk riwayat keluarga
dengan kanker ovarium dan infertilitas.Pembesaran pinggul dan
rasa tidak nyaman pada abdomen adalah gejala yang mungkin
terjadi pada kanker ovarium.
5.
Kanker prostat
Kanker prostat adalah penyebab kedua kanker pada pria
lansia dan merupakan penyebab ketiga kematian akibat kanker
pada pria yang berusia 65 tahun atau lebih. Gejala gejala tidak
terjadi sampai kanker telah menyerang daerah sekitarnya atau
telah menyebar dan pada umumnya termasuk kesulitan dalam
berkemih, hematuria, dan nyeri punggung atau tulang,
6.
Kanker kulit
Pemeriksaan kulit seseorang secara mandiri dapat berguna
untuk deteksi dini lesi kulit yang mencurigakan yang mungkin
merupakan kanker atau premalignan.Adanya perubahan pada
kulit dan tahi lalat harus dikaji. Kaker kulit yang paling serius
melanoma maligna, lebih mematikan pada lansia dan telah
50
Kanker gastrointerstinal
Berbagai macam tumor GI adalah penyebab morbiditas dan
mortalitas yang penting pada populasi lansia.
a. Kanker lambung
Gejala- gejalanya biasanya terjadi setelah penyakit
berada pada tahap lanjut dan termasuk nyeri epigastrik,
penurunan berat badan , rasa penuh pada lambung setelah
makan
sejumlah
kecil
makanan
dan
hematemesis.
kemungkinan
untuk
penyembuhan
kanker
lambung.
b. Kanker pancreas
Penggunaan tembakau dan pankreatitis kronis
adalah faktor resiko yang penting.Penapisan rutin tidak
dianjurkan
dan
gejala
gejala
mungkin
tidak
mungkin
dapat
menyembuhkan
tetapi
51
yang
bergejala
memerlukan
suatu
52
53
4. Immunoterapi
Immunoterapi yang disebut juga terapi biologis merupakan jenis
pengobatan kanker yang relative baru. Sekalipun demikian diperkirakan
akan segera maju pesat dan menjadi andalan para dokter dalam upaya
penyembuhan kanker secara total.
Tidak beda dengan imunisasi pada umumnya, immunoterapi
bertujuan untuk meningkatkan kekebalan tubuh guna melawan sel sel
kanker. Ada tiga macam immunoterapi, yaitu aktif (vaksin kanker),
pasif, dan terapi adjuvant.
5. Terapi gen
Terapi gen dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
a. Mengganti gen yang rusak atau hilang.
b. Menghentikan kerja gen yang bertanggung jawab terhadap
pembentukan sel kanker.
c. Menambahkan gen yang membuat sel kanker lebih mudah
dideteksi dan di hancurkan oleh system kekebalan tubuh,
kemoterapi, maupun radioterapi.
d. Menghentikan kerja gen yang memicu pembuatan pembuluh
darah baru di jaringan kanker sehingga sel sel kankernya
mati.
Pemeriksaan :
a. Pemindaian/scanning (misalnya pemindaian hati atau tulang)
b. Pewarnaan terhadap jaringan sehingga bila ada kanker jaringan
c.
d.
e.
f.
tubuh.
g. Endoskopi, untuk melihat kanker di bagian dalam tubuh
manusia
2.3.8. ASUHAN KEPERAWATAN CANCER
A. PENGKAJIAN
1) Identitas
Kanker sering didiagnosis pada orang orang yang berusia 65
tahun atau lebih. Kejadian kanker sering di derita pada wanita di
bandingkan pria.
2) Keluhan utama
54
berat
kemotherapi
Observasi perubahan keseimbangan cairan
& elektrolit
Kaji diare & konstipasi
Kaji anoreksia
Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas
kanan
c) System hematopoetik
1.
Kaji Netropenia
Kaji tanda infeksi
Auskultasi paru
Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoe
55
Kaji suhu
Kaji Trombositopenia : <>
Kaji Anemia
Warna kulit, capilarry refill
Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo
d) Sistem Respiratorik & Kardiovaskular
Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai
2.
3.
dari
kebutuhan
tubuh)
kanker,
konsekwensi
khemotherapi,
radiasi,
nausea),
emotional
distress,
fatigue,
56
c.
d.
e.
f.
keluarga
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
a.
Diagnosa 1 : Nyeri (akut) berhubungan dengan proses
penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi
sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek
samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan
nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian,
ekspresi nyeri, kelemahan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 224 jam
nyeri berkurang
Kriteria hasil :
Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas.
Melaporkan nyeri yang dialaminya. Mengikuti program
pengobatan.
Mendemontrasikan
tehnik
relaksasi
dan
informasi
yang
diperlukan
untuk
merencanakan asuhan
2. Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi,
biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara
menghadapinya.
Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau
tidak, atau malah menyebabkan komplikasi.
57
stress
(tehnik
bila
perlu.
dan
sampai
sejauhmana
klien
mampu
berhubungan
dengan
hipermetabolik
yang
kecap,
nausea),
emotional
distress,
fatigue,
58
2.
3.
4.
5.
distensi
berlebihan,
meningkatkan ansietas.
Ciptakan suasana makan
7.
8.
yang
menyenangkan
perasaan
ingin
problem
klien).
Amati studi laboratorium seperti total limposit, serum
transferin dan albumin
Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan
nutrisi sebagi akibat perjalanan penyakit, pengobatan
10.
59
enteral,
imbangi
dengan
infus.
cairan
terpenuhi.
3.
dapat
menyebabkan hipovolemia.
Timbang berat badan jika diperlukan.
Dengan memonitor berat badan dapat diketahui bila
ada ketidakseimbangan cairan.
Monitor vital signs. Evaluasi pulse peripheral,
capilarry refil.
Tanda-tanda hipovolemia segera diketahui dengan
adanya takikardi, hipotensi dan suhu tubuh yang
4.
5.
60
6.
7.
volume cairan.
Hindarkan trauma dan tekanan yang berlebihan pada
luka
8.
bedah.
9.
d.
Intervensi :s
Cuci tangan
normal
sebelum
melakukan
tindakan.
2.
3.
4.
5.
sama.
Mencegah terjadinya infeksi silang.
Jaga personal hygine klien dengan baik.
Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup.
Monitor temperatur.
Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi
Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi.
Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi
Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik
prosedur.
6.
7.
61
pencegahan
komplikasi
dan
percepatan
penyembuhan.
Intervensi :
1. Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek
samping therapi kanker, amati penyembuhan luka.
Memberikan informasi untuk perencanaan asuhan dan
mengembangkan identifikasi awal terhadap perubahan
integritas kulit.
2. Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang
gatal.
Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan
infeksi.
3. Ubah posisi klien secara teratur.
Menghindari penekanan yang terus menerus pada
suatu daerah tertentu.
4. Berikan advise pada klien untuk menghindari
pemakaian
cream
kulit,
minyak,
bedak
tanpa
rekomendasi dokter.
Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk
f.
62
koping
yang
efektif
serta
mampu
kekuatan
solusi
dalam
dalam
upaya
mengatasi
kecemasan.
6. Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan
support system.
Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang
terdekat/keluarga.
7. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
63
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Imunologi adalah ilmu yang luas, yang mencakup peneitian dasar
sampai dengan aplikasi klinis . imunologi mempelajari antigen,
antibody dan fungsi pertahanan tubuh penjamu yang diperantai oleh
sel, terutma yang berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit,
reaksi biologis hipersensitif, lergi dan penolakan jarinfgan asing.
Human Imunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis retrovirus yang
termasuk dalam family lintavirus, retrovirus memiliki kemampuan
menggunakan RNA nya dan DNA penjamu untuk membentuk virus
DNA dan dikenali selama masa inkubasi yang panjang. Seperti
retrovirus lainnya
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler
pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat
menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obatobat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan
sebagainya
Kanker adalah istilah umum untuk petumbuhan sel tidak
normal(yaitu, tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol, dan tidak
berirama) yang dapat menyusup (invasive) dan terus menyebar
melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting
serta syaraf tulang belakang ke jaringan tubuh normal sehingga
mempengaruhi fungsi tubuh. Kanker bukan merupakan penyakit
menular.
3.2 Saran
64