Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan kejiwaan berat dan menunjukkan
adanya disorganisasi (kemunduran) fungsi kepribadian, sehingga menyebabkan disability
(ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani, 2004). Gangguan jiwa jenis ini dapat
terjadi mulai sekitar masa remaja dan kebanyakan penderitanya adalah berjenis kelamin
laki-laki dan menjadi sakit pada usia antara 15-35 tahun, sedangkan pada perempuan
kebanyakan penampakan gejala antara usia 25-35 tahun (Kaplan, dkk, 1991).Gangguan
kejiwaan skizofrenia ini sering menyebabkan kegagalan individu dalam mencapai
berbagai keterampilan yang diperlukan untuk hidup yang menyebabkan penderita
menjadi beban keluarga dan masyarakat (Chandra, 2004)
Gangguan kejiwaan atau skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional
berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas
seperti, kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri. Skizofrenia Tipe I
ditandai dengan menonjolnya gejala-gejala positif seperti halusinasi, delusi, dan asosiasi
longgar, sedangkan pada Skizofrenia Tipe II ditemukan gejala-gejala negatif seperti
penarikan diri, apatis, dan perawatan diri yang buruk (Forum Sains Indonesia, 2008).
Mengingat bahwa skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa berat, maka
penderita sering memperlihatkan berbagai gejala psikopatologis secara nyata yang
membuat mereka terlihat berbeda dalam penampilan, cara berbicara dan tingkah lakunya,
sehingga keluarga dan masyarakat sering menolak keberadaan mereka. Terjadinya
pemisahan secara sosial terhadap individu yang mengalami gangguan skizofrenia
mengakibatkan terjadinya kemunduran kehidupan sosial yang pada akhirnya penderita
akan mengalami ketidakmampuan bersosialisasi (sosial disabilitas). Ketidakmampuan
bersosialisasi pada penderita skizofrenia tergantung dari tingkat keparahan simptom
psikologis

yang

simptomatologik

dialami

penderita,

menguasai

seluruh

dimana
tingkah

semakin
lakunya,

dominan
semakin

tingkah

laku

buruk

juga

ketidakmampuan bersosialisasi yang dialami oleh penderita.


1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Skizofrenia?
1 | Page

b. Bagaimana etiologi Skizofrenia?


c. Bagaimana gejala klinis Skizofrenia?
d. Apa saja tipe-tipe Skizofrenia?
e. Bagaimana Diagnose Skizofrenia?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengertian Skizofrenia.
b. Mengetahui etiologi Skizofrenia.
c. Mengetahui gejala klinis Skizofrenia.
d. Mengetahui tipe-tipe Skizofrenia.
e. Mengetahui diagnose Skizofrenia.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia adalah suatu psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses
pikir serta disharmonisasi antara proses pikir, afek atau emosi, kemauan dan psikomotor
disertai distorsi kenyataaan terutama karenawaham dan halusinasi, assosiasi terbagi-bagi
sehingga muncul inkoherensi, afek dan emosi inadekuat, psikomotor menunjukkan
penarikan diri, ambivalensi dan perilaku bizar (Maramis, 2009).
Skizofrenia berasal dari dua kata skizo yang berarti retak atau pecah (split), dan
frenia yang berarti jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita gangguan jiwa

2 | Page

skizofrenia adalah orang yang mengalami keretakan atau keretakan kepribadian (splitting
of personality) (Hawari,2001).
Skizofrenia merupakan sebuah sindrom kompleks yang dapat merusak pada efek
kehidupan penderita maupun anggota-anggota keluarganya atau gangguan mental dini
untuk melukiskan bentuk psikosis tertentu yang sesuai dengan pengertian skizofrenia
sekarang (Durand dan H.Barlow, 2007). Hal tersebut dilaporkan dalam bentuk kasus yang
terjadi pada seorang pemuda yang ditandai adanya kemunduran atau keruntuhan fungsi
intelek yang gawat, berikutnya (Kraepelin (1856-1926) dalam Kaplan & Sadock, 2010),
menjadi dementia yanc, merupakan kemerosotan otak (dementia) yang diderita oleh
orang muds (praecox) yang pada akhirnya dapat menyebabkan kekaburan keseluruhan
kepribadian. Bahwa halusinasi, delusi dan tingkah laku yang aneh pada penderita
skizofrenia dapat dikatakan sebagai kelainan fisik atau suatu penyakit. (Eugen Bleuler
(1857-1938) dalam Kaplan & Sadock, 2010). Memperkenalkan istilah skizofrenia atau
jiwa yang terbelah, sebab gangguan ini ditandai dengan disorganisasi proses berpikir,
rusaknya koherensi antara pikiran dan perasaan, serta berorientasi dini kedalam dan
menjauh dari realitas yang intinya terjadi perpecahan antara intelek dan emosi.
Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu gangguan
psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran, afek,
dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap
terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (Sadock,
2003).
Gejala skizofrenia secara garis besar dapat di bagi dalam dua kelompok, yaitu
gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif berupa delusi, halusinasi, kekacauan
pikiran, gaduh gelisah dan perilaku aneh atau bermusuhan. Gejala negatif adalah alam
perasaan (afek) tumpul atau mendatar, menarik diri atau isolasi diri dari pergaulan,
miskin kontak emosional (pendiam, sulit diajak bicara), pasif, apatis atau acuh tak acuh,
sulit berpikir abstrak dan kehilangan dorongan kehendak atau inisiatif.
2.2 Etiologi Skizofrenia

Keterlibatan faktor keturunan


Secara umum dapat dikatakan semakin dekat hubungan genetiknya dengan
pasien, maka semakin besar pula kemungkinannya untuk menderita gangguan
3 | Page

tersebut. Hal ini sering disebut concordant, yaitu anak kembar dari satu telur
mempunyai kemungkinan tiga sampai enam kali lebih besar untuk sama-sama
menderita gangguan skizofrenia dibandingkan dengan anak kembar dari dua telur.

Faktor lingkungan
Penelitian menyatakan bahwa ibu yang terlalu melindungi, hubungan perkawinan
orang tua yang kurang sehat, kesalahan dalam pola komunikasi diantara anggota
keluarga dapat menimbulkan skizofrenia. Skizofrenia tidak diduga sebagai suatu
penyakit tunggal tetapi sebagai sekelompok penyakit dengan ciri-ciri klinik
umum. Banyak teori penting telah diajukan mengenai etiologi dan ekspresi
gangguan ini, salah satunya yang diungkapkan oleh Residen Bagian Psikiatri
UCLA.

Teori biologik dan genetic


Penelitian keluarga (termasuk penelitian kembar dan adopsi) sangat mendukung
teori bahwa faktor genetik sangat penting dalam transmisi mendukung skizofrenia
atau paling tidak memberi suatu sifat kerawanan dan juga dapat menjadi
penyebab peningkatan insiden dari sindrom, yang mirip dengan skizofrenia
(gangguan kepribadian skizoafektif, skizotipik dan lainnya) yang terjadi dalam
keluarga.

Hipotesis neurotransmitter
Penelitian terakhir memperlihatkan adanya kelebihan reseptor dopaminergik
dalam susunan syaraf pusat (SSP) penderita skizofrenik. Pada hakekatnya
neuroleptik

diduga

efektif

karena

kemampuannya

memblokir

reseptor

dopaminergik.

Psikososial
Stressor sosio lingkungan sering menyebabkan timbulnya serangan awal dan
kekambuhan skizofrenia serta dapat diduga sebagai suatu terobosan kekuatan
4 | Page

protektif dengan tetap mempertahankan kerawanan secara psiko biologik dalam


pengendalian. Tiga tindakan emosi yang dinyatakan di lingkungan rumah :
komentar kritis, permusuhan dan keterlibatan emosional yang berlebihan terbukti
menyebabkan peningkatan angka kekambuhan skizofrenia.
Etiologi atau penyebab skizofrenia yang lebih rinci dijelaskan oleh Kaplan dan
Sadock (1998) sebagai berikut:
1.

Model diatesis-stress
Suatu model untuk integrasi faktor biologis dan faktor psikososial dan
lingkungan adalah model diatesis-stress. Model ini merumuskan bahwa
seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diatesis) yang jika
dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan stress akan
memungkinkan perkembangan gejala skizofrenia.

2.

Faktor biologis
Semakin banyak penelitian telah melibatkan peranan patofiologis untuk daerah
tertentu di otak termasuk sistem limbik, korteks frontalis dan ganglia basalis.
Ketiga daerah tersebut saling berhubungan sehingga disfungsi pada salah satu
daerah tersebut mungkin melibatkan patologi primer di daerah lainnya sehingga
menjadi suatu tempat potensial untuk patologi primer pasien skizofrenik

2.3 Gejala Klinis


Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi dua kelompok menurut Bleuler, yaitu
primer dan sekunder.
Gejala-gejala primer :
1. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, isi pikiran).
Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran.
Yang terganggu terutama ialah asosiasi. Kadang-kadang satu ide belum selesai

5 | Page

diutarakan, sudah timbul ide lain. Atau terdapat pemindahan maksud, umpamanya
maksudnya tani tetapi dikatakan sawah.
Tidak jarang juga digunakan arti simbolik, seperti dikatakan merah bila
dimaksudkan berani. Atau terdapat clang association oleh karena pikiran
sering tidak mempunyai tujuan tertentu, umpamanya piring-miring, atau dulu
waktu hari, jah memang matahari, lalu saya lari. Semua ini menyebabkan jalan
pikiran pada skizofrenia sukar atau tidak dapat diikuti dan dimengerti. Hal ini
dinamakan inkoherensi. Jalan pikiran mudah dibelokkan dan hal ini menambah
inkoherensinya.
Seorang dengan skizofrenia juga kecenderungan untuk menyamakan halhal, umpamanya seorang perawat dimarahi dan dipukuli, kemudian seorang lain
yang ada disampingnya juga dimarahi dan dipukuli.
Kadang-kadang pikiran seakan berhenti, tidak timbul ide lagi. Keadaan ini
dinamakan blocking, biasanya berlangsung beberapa detik saja, tetapi kadangkadang sampai beberapa hari.
Ada penderita yang mengatakan bahwa seperti ada sesuatu yang lain
didalamnya yang berpikir, timbul ide-ide yang tidak dikehendaki: tekanan pikiran
atau pressure of thoughts. Bila suatu ide berulang-ulang timbul dan diutarakan
olehnya dinamakan preseverasi atau stereotipi pikiran.
Pikiran melayang (flight of ideas) lebih sering inkoherensi. Pada
inkoherensi sering tidak ada hubungan antara emosi dan pikiran, pada pikiran
melayang selalu ada efori. Pada inkoherensi biasanya jalan pikiran tidak dapat
diikuti sama sekali, pada pikiran melayang ide timbul sangat cepat, tetapi masih
3.

dapat diikuti, masih bertujuan.


Gangguan afek dan emosi
Gangguan ini pada skizofrenia mungkin berupa :
1. Kedangkalan afek dan emosi (emotional blunting), misalnya penderita
menjadi acuh tak acuh terhadap hal-hal penting untuk dirinya sendiri seperti
keadaan keluarganya dan masa depannya. Perasaan halus sudah hilang.
2. Parathimi : apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada
penderita timbul rasa sedih atau marah.
3. Paramimi : penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis.
Parathimi dan paramimi bersama-sama dalam bahasa Inggris dinamakan
incongruity of affect dalam bahasa Belanda hal ini dinamakan inadequat.

6 | Page

4. Kadang-kadang emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai kesatuan,


umpamanya sesudah membunuh anaknya penderita menangis berhari-hari,
tetapi mulutnya tertawa. Semua ini merupakan gangguan afek dan emosi yang
khas untuk skizofrenia. Gangguan afek dan emosi lain adalah :
Emosi yang berlebihan, sehingga kelihatan seperti dibuat-buat, seperti
penderita yang sedang bermain sandiwara.
Yang penting juga pada skizofrenia adalah hilangnya kemampuan untuk
melakukan hubungan emosi yang baik (emotional rapport). Karena itu
sering kita tidak dapat merasakan perasaan penderita.
Karena terpecah belahnya kepribadian, maka dua hal yang berlawanan
mungkin terdapat bersama-sama, umpamanya mencintai dan membenci
satu orang yang sama ; atau menangis dan tertawa tentang satu hal yang
4.

sama. Ini dinamakan ambivalensi pada afek.


Gangguan kemauan
Banyak penderita dengan skizofrenia mempunyai kelemahan kemauan.
Mereka tidak dapat mengambil keputusan., tidak dapat bertindak dalam suatu
keadaan. Mereka selalu memberikan alasan, meskipun alasan itu tidak jelas atau
tepat, umpamanya bila ditanyai mengapa tidak maju dengan pekerjaan atau
mengapa tiduran terus. Atau mereka menganggap hal itu biasa saja dan tidak
perlu diterangkan.
Kadang-kadang penderita melamun berhari-hari lamanya bahkan
berbulan-bulan. Perilaku demikian erat hubungannya dengan otisme dan stupor
katatonik.
Negativisme : sikap atau perbuatan yang negative atau berlawanan terhadap suatu
permintaan.
Ambivalensi kemauan : menghendaki dua hal yang berlawanan pada waktu yang
sama, umpamanya mau makan dan tidak mau makan; atau tangan diulurkan untuk
berjabat tangan, tetapi belum sampai tangannya sudah ditarik kembali; hendak
masuk kedalam ruangan, tetapi sewaktu melewati pintu ia mundur, maju mundur.
Jadi sebelum suatu perbuatan selesai sudah timbul dorongan yang berlawanan.
Otomatisme : penderita merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain atau

tenaga dari luar, sehingga ia melakukan sesuatu secara otomatis.


5. Gejala psikomotor

7 | Page

Juga dinamakan gejala-gejala katatonik atau gangguan perbuatan.


Kelompok gejala ini oleh Bleuler dimasukkan dalam kelompok gejala skizofrenia
yang sekunder sebab didapati juga pada penyakit lain.
Sebetulnya gejala katatonik sering mencerminkan gangguan kemauan.
Bila gangguan hanya ringan saja, maka dapat dilihat gerakan-gerakan yang
kurang luwes atau yang agak kaku. Penderita dalma keadaan stupor tidak
menunjukkan pergerakan sama sekali. Stupor ini dapat berlangsung berhari-hari,
berbulan-bulan dan kadang-kadang bertahun-tahun lamanya pada skizofrenia
yang menahun. Mungkin penderita mutistik. Mutisme dapat disebabkan oleh
waham, ada sesuatu yang melarang ia bicara. Mungkin juga oleh karena sikapnya
yang negativistik atau karena hubungan penderita dengan dunia luar sudah hilang
sama sekali hingga ia tidak ingin mengatakan apa-apa lagi.
Sebaliknya tidak jarang penderita dalam keadaan katatonik menunjukkan
hiperkinesa, ia terus bergerak saja, maka keadaan ini dinamakan logorea. Kadangkadang penderita menggunakan atau membuat kata-kata yang baru: neologisme.
Berulang-ulang melakukan suatu gerakan atau sikap disebut stereotipi;
umpamanya menarik-narik rambutnya, atau tiap kali mau menyuap nasi mengetok
piring dulu beberapa kali. Keadaan ini dapat berlangsung beberapa hari sampai
beberapa tahun. Stereotipi pembicaraan dinamakan verbigerasi, kata atau kalimat
diulang-ulangi. Mannerisme adalah stereotipi yang tertentu pada skizofrenia, yang
dapat dilihat dalam bentuk grimas pada mukanya atau keanehan berjalan dan
6.

gaya.
Gejala katalepsi
Gejala ini ialah bila suatu posisi badan dipertahankan untuk waktu yang lama.
Fleksibilitas cerea: bila anggota badan dibengkokkan terasa suatu tahanan seperti
pada lilin.
Negativisme : menentang atau justru melakukan yang berlawanan dengan apa
yang disuruh. Otomatisme komando (command automatism) sebetulnya
merupakan lawan dari negativisme : semua perintah dituruti secara otomatis,
bagaimana ganjilpun.Termasuk dalam gangguan ini adalah echolalia (penderita
meniru kata-kata yang diucapkan orang lain) dan ekophraksia (penderita meniru
perbuatan atau pergerakan orang lain).
Gejala-gejala sekunder :
8 | Page

1. Waham
Pada skizofrenia, waham sering tidak logis sama sekali dan sangat bizarre. Tetapi
penderita tidak menginsafi hal ini dan untuk dia wahamnya adalah fakta dan tidak
dapat diubah oleh siapapun. Sebaliknya ia tidak mengubah sikapnya yang
bertentangan, umpamanya penderita berwaham bahwa ia raja, tetapi ia bermainmain dengan air ludahnya dan mau disuruh melakukan pekerjaan kasar. Mayer
gross membagi waham dalam dua kelompok yaitu waham primer dan waham
sekunder, waham sistematis atau tafsiran yang bersifat waham (delutional
interpretations).
Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab
apa-apa dari luar. Menurur Mayer-Gross hal ini hampir patognomonis
buat skizofrenia. Umpamanya istrinya sedang berbuat serong sebab ia
melihat seekor cicak berjalan dan berhenti dua kali, atau seorang penderita
berkata dunia akan kiamat sebab ia melihgat seekor anjing mengangkat

kaki terhadap sebatang pohin untuk kencing.


Waham sekunder biasanya logis kedengarannya dapat diikuti dan
merupakan cara bagi penderita untuk menerangkan gejala-gejala
skizofrenia lain. Waham dinamakan menurut isinya :waham kebesaran
atau ekspansif, waham nihilistik, waham kejaran, waham sindiran, waham
dosa, dan sebagainya.

2. Halusinasi
Pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini
merupakan gejala yang hampir tidak dijumpai dalam keadaan lain. Paling sering
pada keadaan sskizofrenia ialah halusinasi (oditif atau akustik) dalam bentuk
suara manusia, bunyi barang-barang atau siulan. Kadang-kadang terdapat
halusinasi penciuman (olfaktorik), halusinasi citrarasa (gustatorik) atau halusinasi
singgungan (taktil). Umpamanya penderita mencium kembang kemanapun ia
pergi, atau ada orang yang menyinarinya dengan alat rahasia atau ia merqasa ada
racun dalammakanannya Halusinasi penglihatan agak jarang pada skizofrenia
lebih sering pada psikosa akut yang berhubungan dengan sindroma otak organik

9 | Page

bila terdapat maka biasanya pada stadium permulaan misalnya penderita melihat
cahaya yang berwarna atau muka orang yang menakutkan.
Diatas telah dibicarakan gejala-gejala. Sekali lagi, kesadaran dan
intelegensi tidak menurun pada skizofrenia. Penderita sering dapat
menceritakan dengan jelas pengalamannya dan perasaannya. Kadangkadang didapati depersonalisasi atau double personality, misalnya
penderita

mengidentifikasikan

dirinya

dengan

sebuah

meja

dan

menganggap dirinya sudah tidak adalagi. Atau pada double personality


seakan-akan terdapat kekuatan lain yang bertindak sendiri didalamnya
atau yang menguasai dan menyuruh penderita melakukan sesuatu.
Pada skizofrenia sering dilihat otisme : penderita kehilangan
hubungan dengan dunia luar ia seakan-akan hidup dengan dunianya
sendiri tidak menghiraukan apa yang terjadi di sekitarnya.
Oleh Bleuler depersonalisasi, double personality dan otisme
digolongkan sebagai gejala primer. Tetapi ada yang mengatakan bahwa
otisme terjadi karena sangat terganggunya afek dan kemauan.
Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menilai simptom dan gejala klinis
skizofrenia adalah:
(1). Tidak ada symptom atau gejala klinis yang patognomonik untu skizofrenia.
Artinya tidak ada simptom yang khas atau hanya terdapat pada skizofrenia. Tiap
simptom skizofrenia mungkin ditemukan pada gangguan psikiatrik atau gangguan
syaraf lainnya. Karena itu diagnosis skizofrenia tidak dapat ditegakkan dari
pemeriksaan status mental saat ini. Riwayat penyakit pasien merupakan hal yang
esensial untuk menegakkan diagnosis skizofrenia.
(2). Simptom dan gejala klinis pasien skizofrenia dapat berubah dari waktu ke
waktu. Oleh karena itu pasien skizofrenia dapat berubah diagnosis subtipenya dari
perawatan sebelumnya (yang lalu). Bahkan dalam satu kali perawatanpun diagnosis
subtipe mungkin berubah.
(3). Harus diperhatikan taraf pendidikan, kemampuan intelektual dan latar
belakang sosial budaya pasien. Sebab perilaku atau pola pikir masyarakat dari sosial
budaya tertentu mungkin dipandang sebagai suatu hal yang aneh bagi budaya lain.
Contohnya memakai koteka di Papua merupakan hal yang biasa namun akan
10 | P a g e

dipandang aneh jika dilakukan di Jakarta. Selain itu hal yang tampaknya merupakan
gangguan realitas mungkin akibat keterbatasan intelektual dan pendidikan pasien.
Ada gejala lain nya antara lain :
1. Mengisolasi diri atau menarik diri dari pergaulan social
2. Irasional, mengatakan atau meyakini sesuatu yang aneh atau ganjil
3. Peningkatan paranoia atau mempertanyakan motivasi orang lain
4. Mudah emosi
5. Permusuhan atau kecurigaan
6. Peningkatan ketergantungan pada obat-obatan atau alcohol (dalam upaya
untuk mengobatin diri)
7. Kurangnya motivas
8. Berbicara dengan cara yang aneh tidak seperti diri mereka sendiri
9. Sering tertawa pada waktu yang tidak tepat
10. Insomnia atau susah tidur
11. Penurunan dalam penampilan pribadi dan kebersihan
2.4 Tipe Tipe Skizofrenia
Diagnosa Skizofrenia berawal dari Diagnostik and Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM) yaitu: DSM-III (American Psychiatric Assosiation, 1980) dan berlanjut
dalam DSM-IV (American Psychiatric Assosiation,1994) dan DSM-IV-TR (American
Psychiatric Assosiation,2000). Berikut ini adalah tipe skizofrenia dari DSM-IV-TR 2000.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala yang dominan yaitu (Davison, 2006) :

Tipe Paranoid
Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah waham yang mencolok atau halusinasi auditorik
dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif dan afektif yang relatif masih terjaga.
Waham biasanya adalah waham kejar atau waham kebesaran, atau keduanya, tetapi
waham dengan tema lain (misalnya waham kecemburuan,
keagamaan, atau somalisas) mungkin juga muncul. Ciri-ciri lainnya meliputi ansietas,
kemarahan, menjaga jarak dan suka berargumentasi, dan agresif.

Tipe Disorganized (tidak terorganisasi)


Ciri utama skizofrenia tipe disorganized adalah pembicaraan kacau, tingkah laku kacau
dan afek yang datar atau inappropriate. Pembicaraan yang kacau dapat disertai
11 | P a g e

kekonyolan dan tertawa yang tidak erat kaitannya dengan isi pembicaraan.
Disorganisasi tingkah laku dapat membawa pada gangguan yang serius pada berbagai
aktivitas hidup sehari-hari.

Tipe Katatonik
Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah gangguan pada psikomotor yang dapat meliputi
ketidakbergerakan motorik (waxy flexibility). Aktivitas motor yang berlebihan,
negativism yang ekstrim, sama sekali tidak mau bicara dan berkomunikasi (mutism),
gerakan-gerakan yang tidak terkendali, mengulang ucapan orang lain (echolalia) atau
mengikuti tingkah laku orang lain (echopraxia).

Tipe Undifferentiated
Tipe Undifferentiated merupakan tipe skizofrenia yang menampilkan perubahan pola
simptom-simptom yang cepat menyangkut semua indikator skizofrenia. Misalnya,
indikasi yang sangat ruwet, kebingungan (confusion), emosi yang tidak dapat dipegang
karena berubah-ubah, adanya delusi, referensi yang berubah-ubah atau salah, adanya
ketergugahan yang sangat besar, autisme seperti mimpi, depresi, dan sewaktu-waktu
juga ada fase yang menunjukkan ketakutan.

Tipe Residual
Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia tetapi masih
memperlihatkan gejala-gejala residual atau sisa, seperti keyakinan-keyakinan negatif,
atau mungkin masih memiliki ide-ide tidak wajar yang tidak sepenuhnya delusional.
Gejala-gejala residual itu dapat meliputi menarik diri secara sosial, pikiran-pikiran
ganjil, inaktivitas, dan afek datar.

2.5 Diagnosis
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas :

12 | P a g e

(a) Thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kulitasnya
berbeda; atau
- Thought insertion or withdrawal: isi pikiran yang asingdari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion)atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
(withdrawal); dan
- Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya;
(b) - delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dati luar; atau
- delusion of influence: waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
- delusion of passivity: waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar;
(tentang dirinya: secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau
ke pikiran, tindakan atau penginderaan khusus);
- delusional perception: pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
(c) Halusinasi auditorik :
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara
yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
(e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang mauupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif
13 | P a g e

yang jelas, ataupun disertai ole hide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap,
atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus;
(f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisispan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau
neologisme;
(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisis tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
(h) Gejala-gejala negative seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja social; tetapi harus jelas
bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadai (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap
larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

14 | P a g e

BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA

RUANG RAWAT : IPCU 3/ANGGREK


I.

IDENTITAS KLIEN
Inisial
: Tn. X

(L)

Tgl. MRS/Jam :27-11-2014/09.20 WIB


Tgl. Pengkajian /jam :29-11-2014/10.00 WIB

Umur

: 55 th

RM No.

Alamat

: Porong-Sidoarjo

Pekerjaan

: Kuli Bangunan

Informan

: Pasien dan Status Pasien

II.

ALASAN MASUK
Data Primer : Klien tidak menjawab saat ditanya
Data Sekunder : Bicara Sendiri, Teriak-teriak seperti orang marah di jalan-jalan.

III.

FAKTOR PRESIPITASI/ RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien mulai marah-marah 2 hari yang lalu, tanpa penyebab marah yang jelas, marahmarah ditujukan kepada siapa saja, tidak hanya di rumah tapi juga di lingkungan sekitar.
Pencetus marah-marah akibat diajak bercanda oleh tetangga.

IV.

FAKTOR PREDISPOSISI
RIWAYAT PENYAKIT LALU
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? Ya
2. Pengobatan sebelumnya Tidak Berhasil
3. a. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang) Tidak
Tidak menggunakan NAPZA
Riwayat Trauma
Pelaku/ usia
Korban/ usia
Saksi/ usia
Aniaya fisik

49

Aniaya seksual
Penolakan
15 | P a g e

Kekerasan dalam keluarga

49

Tindakan kriminal

Penjelasan no. 1,2,3 : Klien sakit sejak tahun 2012 dengan gejala suka keluyuran jalanjalan keluar rumah bisa pulang,memberhentikan mobil di jalan, merusak perabotan
rumah. MRS yang pertama sebelumnya tidak pernah berobat ke medis hanya ke
dukun,bisa sembuh sempurna dengan sendirinya. Kambuh sejak 5 hari yang lalu
dengan gejala pasien menyendiri, mudah tersinggung, yang parah sejak 2 hari yang
lalu dengan gejala teriak-teriak seperti mengamuk tanpa alasan yang jelas dan ditujukan
kepada siapapun hingga pasien dibawa ke RSJ. Saat klien ditanya klien mengaku
pelaku dari KDRT dan aniaya fisik sejak mulai sakit tahun 2012 kalau ada yang tidak
mau menuruti kemauannya.
Diagnosa Keperawatan : Resiko mencederai orang lain.
4. Pengalaman masa lalu lain yang tidak menyenangkan (bio, psiko, sosio, kultural,
spiritual):
Pasien tidak menjawab saat ditanya dan tidak ada data dalam status pasien
Diagnosa Keperawatan: -

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


1. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
Diagnosa Keperawatan: V.

FISIK
Keadaan umum : Cukup
Tanda vital
:
TD: N: S: UKur
:
TB: BB: Keluhan fisik : Pasien tidak menjawab saat ditanya
Diagnosa Keperawatan : -

1.
2.
3.
4.
VI.

Tidak

P:-

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (sebelum dan sesudah sakit)


1. Genogram
Klien merupakan anak pertama dari 4 bersaudara
saudara kedua klien adalah dan tidak ada info tentang
saudara ke-3 dan ke-4.Klien diasuh dengan baik oleh
kedua orang tua dari kecil. Klien tinggal serumah
dengan ibu, istri dan anaknya. Klien adalah
pengambil keputusan utama dalam keluarga.

16 | P a g e

Diagnosa Keperawatan :2. Konsep Diri


a. Citra tubuh : Pasien tidak menjawab saat ditanya
b. Identitas

: Pasien tidak menjawab saat ditanya

c. Peran

: Pasien tidak menjawab saat ditanya

d. Ideal diri

: Pasien tidak menjawab saat ditanya

e. Harga diri : Pasien tidak menjawab saat ditanya


Diagnosa Keperawatan :3. Hubungan Sosial
a. Hubungan terdekat

Pasien tidak menjawab saat ditanya


b. Peran serta dalam kelompok/ masyarakat
Pasien tidak menjawab saat ditanya
c.

Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain


Di rumah : sejak sakit klien mudah tersinggung bila diajak bergurau
Di RS

: klien menolak didekati perawat

Diagnosa Keperawatan: Kerusakan Interaksi Sosial


4. Spiritual dan kultural
a. Nilai dan keyakinan
Pasien tidak menjawab saat ditanya
b. Kegiatan ibadah
Pasien tidak menjawab saat ditanya
Diagnosa Keperawatan: -

VII.
1.

STATUS MENTAL
Penampilan
Tidak rapi
Penjelasan :Baju Kotor, Rambut Kotor dan Acak-Acakan, Kuku Panjang dan Kotor,
Badan Bau,
17 | P a g e

Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri

2.

Kesadaran
Kuantitatif
compos mentis

GCS : EVM = 4-5-6

Kualitatif
berubah
Penjelasan :
DS : Pergi Kau ! Kalau bicara jangan memperburuk suasana !
DO : Klien tidak mampu menjalin hubungan (relasi) dengan orang lain. Pasien belum
mampu mengikuti aturan RS dan marah-marah kepada petugas (limitasi).
Diagnosa Keperawatan : Gangguan Proses Pikir : Kesadaran Berubah
3.

Aktivitas Motorik/ Psikomotor


Peningkatan:
hiperkinesia, hiperaktivitas
Penjelasan :
Klien tegang, gelisah menolak dirawat karena ingin pulang, memberontak,bersiap
menyerang petugas ketika didekati, kedua tangan mengepal ,otot menegang saat
didekati mencengkram tangan perawat
Diagnosa Keperawatan : Perilaku Kekerasan

4.

Pembicaraan
Keras dan Cepat
DS : Saya tidak apa apa tidak usah ,tidak mau aku pulang saja! Awas ya***** !!!
DO: Pasien berbicara dengan nada tinggi, volume keras dan cepat sehingga tidak dapat
dipahami, mengancam dengan kata-kata kotor.
Diagnosa Keperawatan : Perilaku Kekerasan
Kerusakan Komunikasi Verbal

5.

Afek/ Emosi
Afek : Labil
Penjelasan :
18 | P a g e

DS : Kurang Ajar !! Kamu jangan bohong ke saya ya. Kamu jadi perawat jangan plinplan !!!
DO :Ekspresi wajah tegang saat didekati perawat saat perawat menjauh klien tenang
Diagnosa Keperawatan :Perilaku Kekerasan
Resiko Mencederai Orang Lain
Emosi : Marah
Penjelasan :
DS : Aku mau pinjam kuncinya mau aku masukkan secara paksa ke mulutmu !!!
****** !!! kemudian pasien mengucapkan doa tidak jelas.
DO : Klien mengumpat dan berteriak-teriak marah saat perawat lewat membawa kunci
di depan klien.
Diagnosa Keperawatan : Perilaku Kekerasan
Kerusakan Komunikasi Verbal
6.

Persepsi
Penjelasan

: Tidak terdapat Halusinasi, Ilusi, Derealisasi dan Depersonalisasi


:

DS : Klien menjawab tidak dibisiki, tidak melihat sesuatu yang aneh janggal dan berulangulang.Klien merasa baik-baik saja dengan dirinya dan lingkungannya, tidak ada yang aneh.
Diagnosa Keperawatan: 7.

Proses Pikir
Arus Pikir : Inkoheren
Penjelasan : Aku mau pinjam kuncinya mau aku masukkan secara paksa ke mulutmu
!!! ****** !!!
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Proses Pikir : Arus Pikir Terganggu

Isi Pikir :
Penjelasan :Pasien tidak mengalami gangguan isi pikir
Diagnosa Keperawatan: -

Bentuk Pikir : Non - Realistik


Penjelasan : Aku mau pinjam kuncinya mau aku masukkan secara paksa ke mulutmu
!!! ****** !!!
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Proses Pikir : Bentuk Pikir Terganggu
19 | P a g e

8.

Orientasi
Penjelasan : Klien tidak mengalami disorientasi orang, waktu dan tempat
Orang Klien mampu membedakan perawat dan pasien
Waktu Klien berkata, Ini masih siang, aku mau keluar aku tidak mau disini.
Tempat Ketika klien ditanya dimana dia sekarang Klien berteriak, Aku ingin
pulang dari RSJ ini.
Diagnosa Keperawatan: -

9.

Memori
Penjelasan :Pasien tidak menjawab saat ditanya
Diagnosa Keperawatan: -

10.

Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


Penjelasan :Pasien tidak menjawab saat ditanya
Diagnosa Keperawatan: -

11.

Kemampuan Penilaian
Penjelasan :Belum dapat dikaji, pasien kesadaran berubah, pasien belum bisa
mengikuti aturan RS
Diagnosa Keperawatan : -

12.

Daya Tilik Diri/ Insight


Mengingkari penyakit yang diderita; Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Penjelasan :
DS : Aku tidak perlu diinapkan disini. Saya ini waras. Memang tetangga saya ini bodoh
semua. Berani-beraninya mereka membawa saya kesini !
DO : Klien marah-marah dan memberontak menolak perawatan.
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Proses Pikir : Daya Tilik Diri Terganggu

13.

Interaksi selama Wawancara


tidak kooperatif
mudah tersinggung
Penjelasan
Kontak mata tajam.

:Klien berteriak marah, berusaha kabur dan memaki petugas,

Diagnosa Keperawatan: Perilaku Kekerasan

20 | P a g e

VIII. AKTIVITAS SEHARI-HARI (ADL)


1. Makan
Bantuan total
DS : di rumah kebutuhan makan klien dibantu pemenuhannya oleh keluarga, frekuensi,
jumlah ,jenis makanan yang disukai atau tidak disukai tidak terkaji. Klien tidak
menyiapkan makanan dan mencuci piring.
DO : di RS klien tidak membantu cuci piring dan menyiapkan makanan, makan
dilayani oleh perawat.
Diagnosa Keperawatan : 2. BAB/BAK
Bantuan total
DS : klien mampu BAB/BAK secara mandiri di tempat seharusya
DO : di RS klien mampu BAB/BAK secara mandiri di tempat seharusnya
Diagnosa Keperawatan : 3. Mandi
Bantuan total
DS : di rumah klien jarang mandi dan hanya mau mandi bila diingatkan keluarga
DO : di RS klien mandi jika disuruh perawat
Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
4. Berpakaian/berhias
Bantuan total
DS : di rumah aktifitas berpakaian dibantu oleh keluarga dalam pemenuhannya
DO : di RS dalam berpakaian ,klien menunggu untuk disuruh ganti baju.
Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri

21 | P a g e

5. Istirahat dan tidur


Di rumah klien dapat tidur nyenyak di malam hari di ruangan klien gelisah tidak bisa
tidur, lama waktu baik tidur siang maupun malam tidak terkaji, aktivitas sebelum dan
sesudah bangun tidur tidak terkaji
Diagnosa Keperawatan : 6. Penggunaan obat
Bantuan minimal
DS : Obat... Obat... Obat.
DO : Klien ada inisiatif minta obat mampu minum obat dengan teratur tanpa dipaksa.
Diagnosa Keperawatan : 7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan Lanjutan

Tidak

Sistem pendukung

Tidak

8. Aktivitas di dalam rumah


Mempersiapkan makanan

Tidak

Menjaga kerapihan rumah

Tidak

Mencuci pakaian

Tidak

Pengaturan keuangan

Tidak

9. Aktivitas di luar rumah


Belanja

Tidak

Transportasi

Ya

Lain-lain

Ya

Penjelasan : Sepulang dari RS klien diharapkan tetap patuh minum obat dan rajin
kontrol. Keluarga mampu memberi dukungan kepada klien dalam bentuk memantau jadwal
minum obat dan kontrol serta membimbing ADL klien agar kembali seperti semula.

22 | P a g e

Menurut status, semua kebutuhan klien dirumah dilayani oleh keluarga dalam
pemenuhannya. Klien tidak pernah membantu membersihkan dan merapikan rumah, tidak
pernah mencuci dan kebutuhan biaya rumah tangga diatur oleh istri. Tidak pernah
melakukan aktifitas di luar rumah selain bertani namun klien mampu melakukan perjalanan
dengan berjalan kaki maupun kendaraan umum.
Diagnosa Keperawatan: IX.

MEKANISME KOPING
Penjelasan : Saat klien ditanya klien mengaku pelaku dari KDRT dan aniaya fisik sejak
mulai sakit tahun 2012 kalau ada yang tidak mau menuruti kemauannya. Kalau punya
masalah klien lebih suka memendam masalah, menghancurkan perabotan rumah tangga
dan berteriak marah-marah kepada siapapun.
Diagnosa Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif

X.

MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok, Tidak terkaji
Masalah berhubungan dengan lingkungan, Tidak terkaji
Masalah dengan pendidikan, Tidak terkaji
Masalah dengan pekerjaan, Tidak terkaji
Masalah dengan perumahan, Tidak terkaji
Masalah dengan ekonomi, Tidak terkaji
Masalah dengan pelayanan kesehatan, Tidak terkaji
Masalah lainnya, Tidak terkaji
Diagnosa Keperawatan : -

XI.

KURANG PENGETAHUAN TENTANG


Penyakit jiwa

Sistem pendukung

Faktor presiptasi

Penyakit fisik

Koping

Obat-obatan

Klien tidak mengetahui apapun soal gangguan jiwa yang dideritanya, apa yang
menyebabkan kambuh, bagaimana cara mengatasi masalah dengan benar, obat apa yang
dikonsumsinya dan apa efeknya, dan bagaimana cara memanfaatkan lingkungan sekitar
untuk menunjang kesehatannya.

23 | P a g e

Diagnosa Keperawatan : Kurang Pengetahuan

XII.

ASPEK MEDIK
Diagnosa medik : Axis I

: Psikotik Akut dengan Gejala Skizofrenia

Axis II

: Mudah tersinggung ,pendiam, suka memendam masalah

Axis III

: Obstruksi Massa Abdomen

Axis IV

: Tidak Jelas

Axis V

: GAF MRS = 20-11


GAF 1 Th. Terakhir = 70

Terapi medik

: Tab. Haloperidol 5mg : 1-0-1


Tab. Chlorpromazine 100mg : 1-0-1
Inj. IM Lodomer : Diazepam 1: 1

XIII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko Mencederai Orang Lain
2. Kerusakan Interaksi Sosial
3. Defisit Perawatan Diri
4. Gangguan Proses Pikir : Kesadaran Menurun
5. Perilaku Kekerasan
6. Kerusakan Komunikasi Verbal
7. Gangguan Proses Pikir : Arus Pikir Terganggu
8. Gangguan Proses Pikir : Bentuk Pikir Terganggu
9. Gangguan Proses Pikir : Daya Tilik Diri Terganggu
10. Koping Individu Tidak Efektif
11. Kurang Pengetahuan

24 | P a g e

XIV. ANALISA DATA


No

DATA

MASALAH

1.

DS : Di rumah : sejak sakit klien mudah tersinggung


bila diajak bergurau
DO : -

Kerusakan Interaksi Sosial

2.

DS : di rumah klien jarang mandi dan hanya mau


mandi bila diingatkan keluarga

Defisit Perawatan Diri

DO : Baju Kotor, Rambut Kotor dan Acak-Acakan,


Kuku Panjang dan Kotor, Badan Bau ,di RS klien
mandi jika disuruh perawat, di RS klien mandi jika
disuruh perawat
3.

DS : Pergi Kau ! Kalau bicara jangan


memperburuk suasana !

Gangguan Proses Pikir :


Kesadaran Menurun

DO : Klien tidak mampu menjalin hubungan (relasi)


dengan orang lain. Pasien belum mampu mengikuti
aturan RS (limitasi) dan marah-marah kepada
petugas.
4.

DS : Saya tidak apa apa tidak usah ,tidak mau aku


pulang saja! Awas ya***** !!!

Perilaku Kekerasan

Kurang Ajar !! Kamu jangan bohong ke saya ya.


Kamu jadi perawat jangan plin-plan !!!
Aku mau pinjam kuncinya mau aku masukkan
secara paksa ke mulutmu !!! ****** !!!
DO: Pasien berbicara dengan nada tinggi, volume
keras dan cepat,mengancam dengan kata-kata kotor.
Klien tegang, gelisah menolak dirawat karena ingin
pulang, memberontak, bersiap menyeranng petugas
ketika didekati, kedua tangan mengepal ,otot
menegang saat didekati mencengkram tangan
perawat. Ekspresi wajah tegang saat didekati
perawat saat perawat menjauh klien tenang
Klien mengumpat dan berteriak-teriak marah saat
didekati. Klien berteriak marah, berusaha kabur dan
memaki petugas, Kontak mata tajam.

25 | P a g e

5.

DS : Kurang Ajar !! Kamu jangan bohong ke saya


ya. Kamu jadi perawat jangan plin-plan !!!
DO :Ekspresi wajah tegang saat didekati perawat
saat perawat menjauh klien tenang. Saat klien
ditanya klien mengaku pelaku dari KDRT dan
aniaya fisik sejak mulai sakit tahun 2012 kalau ada
yang tidak mau menuruti kemauannya.

6.

DS : Saya tidak apa apa tidak usah ,tidak mau aku


pulang saja! Awas ya***** !!! kemudian pasien
mengucapkan doa tidak jelas.
Aku mau pinjam kuncinya mau aku masukkan
secara paksa ke mulutmu !!!. ****** !!!

Resiko Mencederai Orang


Lain

Kerusakan Komunikasi
Verbal

DO: Pasien berbicara dengan nada tinggi, volume


keras dan cepat sehingga tidak dapat
dipahami,,mengancam dengan kata-kata kotor.
Klien mengumpat dan berteriak-teriak marah saat
perawat lewat membawa kunci di depan klien.
7.

8.

9.

DS : Aku mau pinjam kuncinya mau aku


masukkan secara paksa ke mulutmu !!!. ****** !!!

DO : Arus Pikir Terganggu


DS : Aku mau pinjam kuncinya mau aku masukkan
secara paksa ke mulutmu !!!. ****** !!!
DO : DS : Aku tidak perlu diinapkan disini. Saya ini
waras. Memang tetangga saya ini bodoh semua.
Berani-beraninya mereka membawa saya kesini !
DO : Klien marah-marah dan memberontak
menolak perawatan.

10.

Gangguan Proses Pikir :

DS : Saat klien ditanya klien mengaku pelaku dari


KDRT dan aniaya fisik sejak mulai sakit tahun 2012
kalau ada yang tidak mau menuruti kemauannya.
Kalau punya masalah klien lebih suka memendam
masalah, menghancurkan perabotan rumah tangga
dan berteriak marah-marah kepada siapapun.

Gangguan Proses Pikir :


Bentuk Pikir Terganggu

Gangguan Proses Pikir :


Daya Tilik Diri Terganggu

Koping Individu Tidak


Efektif

DO : -

26 | P a g e

s Pikir Terganggu

DS : Klien tidak mengetahui apapun soal gangguan


jiwa yang dideritanya, apa yang menyebabkan
Bentuk Pikir
Terganggu
kambuh,
bagaimana cara mengatasi masalah dengan
benar, obat apa yang dikonsumsinya dan apa
11.
efeknya, dan bagaimana cara memanfaatkan
lingkungan sekitar untuk menunjang kesehatannya.

Kurang Pengetahuan

DO :Kesadaran Berubah

XV.

POHON MASALAH

Gangguan Proses Pikir

Kerusakan Interaksi Sosial


27 | P a g e

Kerusakan Komunukasi Verbal

XVI. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


Perilaku Kekerasan

Resiko Mencederai Orang Lain

Lawang , 27 November 1014

Mahasiswa Kelompok 3

PERILAKU KEKERASAN

Koping Individu Tidak Efektif

Kurang Penget

BAB IV
28 | P a g e

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Skizofrenia adalah gangguan jiwa dengan gejala utama barupa waham
(keyakinan salah dan tak dapat dikoreksi) dan halusinasi (seperti
mendengar dan melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada). Skizofrenia
adalah juga penyakit yang mempengaruhi wicara serta perilaku. Seorang
yang mnderita skizofrenia mungkin mengaku bahwa dirinya adalah orang

besar.
Skizofrenia di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu keterlibatan faktor
keturunan, faktor lingkunan, teori biologik dan genetik, hipotesis

neurotransmitter, dan psikososial.


Gejala-gejala Skizofrenia
~Gejala primer meliputi: gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, isi
pikiran), gangguan afek dan emosi, gangguan kemauan, gejala

psikomotor, dan gejala katalepsi


~Gejala-gejala sekunder meliputi: waham dan halusinasi.
Tipe Skizofrenia
Tipe paranoid, tipe disorganized (tidak terorganisasi), tipe katatonik, tipe
undifferentiated, dan tipe residual.

3.2 Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok

bahasan

dalam

makalah

ini,masih

banyak

kekurangan

dan

kelemahannya,Penulis banyak berharap kepada pembaca untuk memberikan


kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini
dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah
ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.schizophrenia.com

29 | P a g e

digilib.ump.ac.id/download.php?id=3031
Hawari, Dadang:Skizofrenia dalam Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa, Penerbit FKUI,
Jakarta, 2003
http://imron46.blogspot.com/2009/12/7-ciri-gangguan-jiwa.html
http://yulia-putri.blogspot.com/2010/02/pengertian-skizofrenia.html

30 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai