Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Dengan agama ini Allah telah menyempurnakan agama ini bagi hambahambaNya. Dengan agama Islam ini pula, Allah menyempurnakan nikmat atas
mereka.
Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sangat dalam dan kuat sebagai
penghubung antara seorang pria dengan seorang wanita dalam membentuk
suatu keluarga atau rumah tangga. Dalam membentuk suatu keluarga tentunya
memerlukan suatu komitmen yang kuat diantara pasangan tersebut. Sehingga
dalam hal ini Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974 pada pasal 2 ayat 1
menyatakan bahwa suatu perkawinan dapat dinyatakan sah, apabila dilakukan
menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaan pasangan yang
melakukan pernikahan.
Landasan hukum agama dalam melaksanakan sebuah perkawinan
merupakan hal yang sangat penting dalam UU No. 1 Tahun 1974, sehingga
penentuan boleh tidaknya perkawinan tergantung pada ketentuan agama. Hal
ini berarti juga bahwa hukum agama menyatakan perkawinan tidak boleh,
maka tidak boleh pula menurut hukum negara. Jadi dalam perkawinan berbeda
agama yang menjadi boleh tidaknya tergantung pada ketentuan agama.
Perkawinan beda agama bagi masing-masing pihak menyangkut akidah dan
hukum yang sangat penting bagi seseorang. Hal ini berarti menyebabkan
tersangkutnya dua peraturan yang berlainan mengenai syarat- syarat dan tata
cara pelaksanaan perkawinan sesuai dengan hukum agamanya masing-masing.
Kenyataan dalam kehidupan masyarakat bahwa perkawinan berbeda agama
itu terjadi sebagai realitas yang tidak dipungkiri. Berdasarkan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku secara positif di Indonesia, telah jelas dan
tegas menyatakan bahwa sebenarnya perkawinan antar agama tidak diinginkan,
karena bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Tetapi ternyata
perkawinan antar agama masih saja terjadi dan akan terus terjadi sebagai akibat
interaksi sosial diantara seluruh warga negara Indonesia yang pluralis
agamanya. Banyak kasus-kasus yang terjadi didalam masyarakat, seperti
1 | Page

perkawinan antara artis Jamal Mirdad dengan Lydia Kandau, Katon Bagaskara
dengan Ira Wibowo, Yuni Shara dengan Henri Siahaan, Adi Subono dengan
Chrisye, Ari Sihasale dengan Nia Zulkarnaen, Dedi Kobusher dengan Kalina,
Frans dengan Amara, Sonny Lauwany dengan Cornelia Agatha, dan masih
banyak lagi.
Perkawinan antar agama yang terjadi dalam kehidupan masyarakat,
seharusnya tidak terjadi jika dalam hal ini negara atau pemerintah secara tegas
melarangnya dan menghilangkan sikap mendua dalam mengatur dan
melaksanakan suatu perkawinan bagi rakyatnya. Sikap ambivalensi pemerintah
dalam perkawinan beda agama ini terlihat dalam praktek bila tidak dapat
diterima oleh Kantor Urusan Agama, dapat dilakukan di Kantor Catatan Sipil
dan menganggap sah perkawinan berbeda agama yang dilakukan diluar negeri.
Dari kenyataan yang terjadi di dalam masyarakat terhadap perkawinan
berbeda agama, menurut aturan perundang-undangan itu sebenarnya tidak
dikehendaki. Berangkat dari permasalahan tersebut, maka penulis mencoba
memberikan pendapat tentang Perkawinan Berbeda Agama Menurut Hukum
Positif Indonesia, Dengan diberlakukannya UU No. 1 Tahun 1974 berarti
undang-undang ini merupakan Undang-undang Perkawinan Nasional karena
menampung prinsip-prinsip perkawinan yang sudah ada sebelumnya dan
diberlakukan bagi seluruh warga negara Indonesia.
Dalam pasal 66 UU No 1 Tahun 1974 dinyatakan bahwa segala sesuatu
yang berhubungan dengan perkawinan yang diatur dalam KUH Perdata,
Ordonansi Perkawinan Indonesia Kristen dan peraturan perkawinan campuran,
dinyatakan tidak berlaku sepanjang telah diatur dalam Undang-Undang
Perkawinan Nasional ini.
Dengan demikian dasar hukum perkawinan di Indonesia yang berlaku
sekarang ini antara lain adalah :
a. Buku I KUH Perdata
b. UU No. 1/1974 tentang Perkawinan
c. UU No. 7/1989 tentang Peradilan Agama
d. PP No. 9/1975 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 1/1974
e. Instruksi Presiden Np. 1/1991 tentang Kompilasi Hukum Islam di
Indonesia.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Apakah yang dimaksud dengan keluarga ?
b. Apakah hak dan kewajiban seorang suami istri ?
2 | Page

c. Bagaimana cara membina keluarga ?


d. Bagaimana anak yang diinginkan oleh agama dan orang tua ?
e. Apa saja tanggung jawab orang tua terhadap anak ?
f. Bagaimana kasus kenakalan pada remaja ?
g. Apa saja tanggung jawab anak terhadap orang tua ?
1.3 TUJUAN
a. Mengetahui pengertian keluarga dalam pandangan islam.
b. Mengetahui hak dan kewajiban suami istri.
c. Mengetahui cara membina keluarga.
d. Mengetahui anak yang diinginkan oleh agama dan orang tua.
e. Mengetahui tanggung jawab orang tua terhadap anak.
f. Mengetahui kasus kenakalan pada remaja.
g. Mengetahui tanggung jawab anak terhadap orang tua.

BAB II
ISI
2.1 PENGERTIAN KELUARGA
Keluarga adalah persekutuan hidup berdasarkan perkawinan yang sah dari suami dan
istri yang juga selaku orang tua dari anak-anaknya yang dilahirkan.
Pernikahan berasal dari kata dasar nikah. Kata nikah memiliki persamaan dengan kata
kawin. Menurut bahasa Indonesia, kata nikah berarti berkumpul atau bersatu. Menurut
istilah syarak, nikah itu berarti melakukan suatu akad atau perjanjian untuk
mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bertujuan untuk
3 | Page

menghalalkan hubungan kelamin antara keduanya dengan dasar suka rela demi
terwujudnya keluarga bahagia yang diridhoi oleh Allh SWT.
Keluarga yang sejahtera adalah tiang dalam pembinaan masyarakat (Sufean Hussin
dan Jamaluddin Tubah, 2004 : 1). Dan orang orang yang berkata : Ya Tuhan kami,
anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa. (Qs.Al-Furqon : 74)
Nikah adalah fitrah yang berarti sifat asal dan pembawaan manusia sebagai makhluk
Allah SWT. Setiap manusia yang sudah dewasa dan sehat jasmani dan rohaninya pasti
membutuhkan teman hidup yang berlawanan jenis kelaminnya. Teman hidup yang
dapat memenuhi kebutuhan biologis, yang dapat mencintai dan dicintai, yang dapat
mengasihi dan dikasihi, serta yang dapat bekerja sama untuk mewujudkan ketentraman,
kedamaian, dan kesejahteraan dalam hidup berumah tangga. Nikah termasuk perbuatan
yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. atau sunnah Rasul. Dalam hal ini
Rasulullah SAW. bersabda:
Dari Anas bin Malik ra.,bahwasanya Nabi SAW. memuji Allah SWT dan
menyanjung-Nya, beliau bersabda: Akan tetapi aku shalat, tidur, berpuasa, makan,
dan menikahi wanita, barang siapa yang tidak suka perbuatanku, maka bukanlah
dia dari golonganku. (HR. Al-Bukhari dan muslim).

2.2 HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI


Hak dan Kewajiban Suami Isteri dalam Islam
Sebagai bahan referensi dan renungan bahkan tindakan, berikut, garis besar
hak dan kewajiban suami isteri dalam Islam yang di nukil dari buku Petunjuk
Sunnah dan Adab Sehari-hari Lengkap karangan H.A. Abdurrahman Ahmad.
Hak Bersama Suami Istri
Suami istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana mawaddah dan rahmah.
(Ar-Rum: 21)
Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat masing-masing pasangannya.
(An-Nisa: 19 Al-Hujuraat: 10)
Hendaknya menghiasi dengan pergaulan yang harmonis. (An-Nisa: 19)
Hendaknya saling menasehati dalam kebaikan. (Muttafaqun Alaih)
4 | Page

Adab Suami Kepada Istri .


o Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah suatu ujian dalam
menjalankan agama. (At-aubah: 24)
o Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah clan RasulNya. (At-Taghabun: 14)
o Hendaknya senantiasa berdoa kepada Allah meminta istri yang sholehah. (AIFurqan: 74)
o Diantara kewajiban suami terhadap istri, ialah: Membayar mahar, Memberi
nafkah (makan, pakaian, tempat tinggal), Menggaulinya dengan baik, Berlaku
adil jika beristri lebih dari satu. (AI-Ghazali)
o Jika istri berbuat Nusyuz, maka dianjurkan melakukan tindakan berikut ini
secara berurutan: (a) Memberi nasehat, (b) Pisah kamar, (c) Memukul dengan
pukulan yang tidak menyakitkan. (An-Nisa: 34) Nusyuz adalah:
Kedurhakaan istri kepada suami dalam hal ketaatan kepada Allah.
o Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik
akhlaknya dan paling ramah terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmudzi)
o Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri dan anaknya.
(Ath-Thalaq: 7)
o Suami dilarang berlaku kasar terhadap istrinya. (Tirmidzi)
o Hendaklah jangan selalu mentaati istri dalam kehidupan rumah tangga.
Sebaiknya terkadang menyelisihi mereka. Dalam menyelisihi mereka, ada
keberkahan. (Baihaqi, Umar bin Khattab ra., Hasan Bashri)
o Suami hendaknya bersabar dalam menghadapi sikap buruk istrinya. (Abu
Yala)
o Suami wajib menggauli istrinya dengan cara yang baik. Dengan penuh kasih
sayang, tanpa kasar dan zhalim. (An-Nisa: 19)
o Suami wajib memberi makan istrinya apa yang ia makan, memberinya
pakaian, tidak memukul wajahnya, tidak menghinanya, dan tidak berpisah
ranjang kecuali dalam rumah sendiri. (Abu Dawud).
o Suami wajib selalu memberikan pengertian, bimbingan agama kepada istrinya,
dan menyuruhnya untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. (AI-Ahzab:
34, At-Tahrim : 6, Muttafaqun Alaih)
o Suami wajib mengajarkan istrinya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan wanita
(hukum-hukum haidh, istihadhah, dll.). (AI-Ghazali)
o Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap istri. (An-Nisa: 3)
o Suami tidak boleh membuka aib istri kepada siapapun. (Nasai)

5 | Page

o Apabila istri tidak mentaati suami (durhaka kepada suami), maka suami wajib
mendidiknya dan membawanya kepada ketaatan, walaupun secara paksa.
(AIGhazali)
o Jika suami hendak meninggal dunia, maka dianjurkan berwasiat terlebih
dahulu kepada istrinya. (AI-Baqarah: ?40)
o Adab Isteri Kepada Suami
o Hendaknya istri menyadari clan menerima dengan ikhlas bahwa kaum lakiIaki adalah pemimpin kaum wanita. (An-Nisa: 34)
o Hendaknya istri menyadari bahwa hak (kedudukan) suami setingkat lebih
tinggi daripada istri. (Al-Baqarah: 228)
o Istri wajib mentaati suaminya selama bukan kemaksiatan. (An-Nisa: 39)
Diantara kewajiban istri terhadap suaminya, ialah:
Menyerahkan dirinya,
Mentaati suami,
Tidak keluar rumah, kecuali dengan ijinnya,
Tinggal di tempat kediaman yang disediakan suami
Menggauli suami dengan baik. (Al-Ghazali)
Istri hendaknya selalu memenuhi hajat biologis suaminya, walaupun sedang
dalam kesibukan. (Nasa i, Muttafaqun Alaih)
Apabila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur untuk menggaulinya,
lalu sang istri menolaknya, maka penduduk langit akan melaknatnya sehingga
suami meridhainya. (Muslim)
Istri hendaknya mendahulukan hak suami atas orang tuanya. Allah swt.
mengampuni dosa-dosa seorang Istri yang mendahulukan hak suaminya
daripada hak orang tuanya. (Tirmidzi)
Yang sangat penting bagi istri adalah ridha suami. Istri yang meninggal dunia
dalam keridhaan suaminya akan masuk surga. (Ibnu Majah, TIrmidzi)
Kepentingan istri mentaati suaminya, telah disabdakan oleh Nabi saw.:
Seandainya dibolehkan sujud sesama manusia, maka aku akan perintahkan
istri bersujud kepada suaminya. .. (Timidzi)
Istri wajib menjaga harta suaminya dengan sebaik-baiknya. (Thabrani)
Istri hendaknya senantiasa membuat dirinya selalu menarik di hadapan
suami(Thabrani)
Istri wajib menjaga kehormatan suaminya baik di hadapannya atau di
belakangnya (saat suami tidak di rumah). (An-Nisa: 34)
Ada empat cobaan berat dalam pernikahan, yaitu: (1) Banyak anak (2) Sedikit
harta (3) Tetangga yang buruk (4) lstri yang berkhianat. (Hasan Al-Bashri)
Wanita Mukmin hanya dibolehkan berkabung atas kematian suaminya selama
empat bulan sepuluh hari. (Muttafaqun Alaih)
6 | Page

Wanita dan laki-laki mukmin, wajib menundukkan pandangan mereka dan


menjaga kemaluannya. (An-Nur: 30-31)
2.3 PEMBINAAN KELUARGA
Agama memiliki peran penting dalam membina keluarga sejahtera. Agama yang
merupakan jawaban dan penyelesaian terhadap fungsi kehidupan manusia adalah ajaran atau
system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya. Oleh karena itu, sebuah keluarga haruslah memiliki dan berpegang pada
suatu agama yang diyakininya agar pembinaan keluarga sejahtera dapat terwujud sejalan
dengan apa yang diajarkan oleh agama.
Dalam Islam terdapat konsep keluarga sakinah yakni keluarga yang tenteram di mana
suami-istri dituntut menciptakan kehidupan rumah tangga yang harmoni antara kebutuhan
fisik dan psikis. Yang dimaksud psikis adalah menjadikan keluarga sebagai basis pendidikan
sekaligus penghayatan agama anggota keluarga. Kesakinahan merupakan kebutuhan setiap
manusia. Karena keluarga sakinah yang berarti: keluarga yang terbentuk dari pasangan suami
istri yang diawali dengan memilih pasangan yang baik, kemudian menerapkan nilai-nilai
Islam dalam melakukan hak dan kewajiban rumah tangga serta mendidik anak dalam suasana
mawaddah warahmah. Sebagaimana dianjurkan Allah dalam surat Ar-Rum ayat 21 yang
artinya:
Dan diantara tanda-tanda kebesaran-Nya ia ciptakan untukmu pasangan-pasangan dari
jenismu sendiri agar kamu merasa tenang kepadanya dan dijadikannya diantaramu rasa
cinta dan kasih saying. Sesungguhnya dalam hal ini terdapat tanda-tanda kebesaran Allah
bagi orang-orang yang memikirkan. (QS. Ar-Ruum:21)
2.4 ANAK YANG DIINGINKAN AGAMA DAN ORANG TUA
Suatu hal yang sangat wajar apabila orang tua memiliki suatu harapan atau
sesuatu yang diinginkan terhadap anak-anaknya. Dan, orang tua mungkin memiliki
banyak keinginan dan harapan yang tinggi kepada anak-anaknya. Itu bukanlah sesuatu
yang salah selama harapan-harapan itu tdak keluar dari koridor tuntunan ajaran
agama.
Dan dari sekian banyak hal yang diinginkan orang tua, jika disederhanakan
hanya akan menjadi tiga keinginan utama, yakni :

7 | Page

1. Bisa tumbuh dewasa dan menjadi orang yang sholeh atau sholehah.
Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, orang tua hanya
berharap bahwa kelak ketika anak-anak itu dewasa pada akhirnya menjadi
orang yang sholeh yang patuh dan taat kepada ajaran agamanya.
Ini harus disampaikan dan dijadikan pedoman utama bagi anak-anak
kita agar mereka tidak kehilangan arah dalam mencapai tujuan hidupnya
setelah dewasa kelak. Tidak sedikit mereka yang masa kanak-kanaknya rajin
beribadah, patuh dan taan kepada orang tua, kemudian akibat pengaruh
lingkungan atau lemahnya pengawasan orang tua, malah menjadi orang yang
sebalikya. Dan akan lebih mengerikan lagiapabila kita tidak atau belum
memiliki sedikitpun keinginan untuk menjadi orang yang sholeh atau
sholehah. Hal ini sudah diperjelas oleh firman Allah SWT dalam Surat AlAraaf ayat 179, yang artinya :
dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi Neraka Jahanam kebanyakan
dari jin dan manusia, mereka mempunya hati, tetapi tidak dipergunakan
untuk memahami (Ayat-Ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi)
tidak dipergunakannya untuk melihat (Tanda-tanda kekuasaan Allah) dan
mereka

mempunyai

telinga

(tetapi)

tidak

dipergunakannya

untuk

mendengar (Ayat-Ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak bahkan


mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al-Araaf :
179)
2. Hidup sehat dan bahagia
Harapan atau keinginan kedua dari orang tua adalah anak-anaknya
selalu dalam kondisi sehat dan hidup dalam kebahagiaan. Itulah mengapa
banya orang tua yang rewel dan gelisah manakala anak-anaknya sulit untuk
diarahkan.
Untuk masalah kesehatn mungin tidak sulit, karena banyak parameterparemeter yang dikeluarkan oleh para ahli kesehatan mengenai seperti apa
anak-anak yang sehat. Namun untuk kebahagiaan itu sendiri, setiap orang
mungkin memiliki parameter yang berbeda, termasuk petemeter bahagia yang
ditetepkan orang tua terhadap anak. Mungkin hal yang benar harus kita sadari
dan kita camkan kepada anak-anak, bahwa kebahagiaan tidak hany diperoleh
melalui uang atau materi atau pangkat dan jabatan. Diluar itu masih ada hal
8 | Page

lain yang dapat membuat hidup lebih bahagia, yakni jiwa yang bersih, hati
yang tentram, serta rasa yang syukur atas segala nikmat dan karunianya.
Mari kita perhatikan firman Allah SWT dalam ayat-ayat berikut, yang
artinya :
Dan jiwa dan apa yang poleh Allha dijadikan untuk menyempurnakannya.
Maka Ia mengilhamkan kepadanya yang salah dan yang taqwa (benar)
maka sungguh beruntunglah orang yang membersihkan jiwanya dan
sungguh merugilah yang mengotori jiwanya. (QS. As-Syams : 7-10)
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri
yang dahulunya aman lagi tentram, rizkinya melimpah ruah dari segenap
tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu
Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan,
disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. (QS. An-Nahl 16) :112.
3. Hidup sejahtera dan mampu menjadi penolong bagi orang lain yang masih
memerlukan.
Tidak ada satupun orang tua yang ingin melihat anaknya hidup susah.
Segala daya dan upaya dilakukan oleh orang tua agar anaknya kelak bisa
hidup sejahtera. Semua orang tua pasti tidak menghendaki anaknya menjadi
orang yang kikir dan bahil, yang tidak menyadari bahwa dari apa yang telah
diperolehnya itu masih ada rezeki orang lain didalamnya yang harus
disampaikan kepada yang berhak menerimanya.
Masalah kesejahteraan hidup merupakan masalah yang benar-benar
penting dan tidak boleh diabaikan mengingat banyak berbagai permasalahan
yang timbul bila hal ini diabaikan. Masalah ini tertuang pula memalui firman
Allah SWT dalam Surat An-Nisa ayat 9 yang artinya :
Dan hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertaqwa kepada Allah dan kendaklah meteka mengucapkan
perkataan yang benar. (QS. An-Nisa) (4:9).
Adapun firman Allah SWT yang mengenai pentingnya memberikan
sebagian harta dalam Surat Al-Baqarah ayat 177, yang artinya :

9 | Page

Bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan barat itu suatu


kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari kemudian, Malaikat-Malaikat, Kitab-Kitab, Nabi-Nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir, dan orang-orang yang meminta-minta; dan
memerdekakan (hamba sahaya), mendirikan sholat, dan manunaikan
zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji dan
orang yang sabar dalam kesempitan penderitaan dan dalam peperangan.
Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah
orang-orang yang bertaqwa. (QS. Al-Baqarah : 177)\

2.5 TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP ANAK

Berusaha menjaga anak dari gangguan syaitan sebelum dilahirkan


Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah bersabda: "jika salah seorang dari kamu
mendatangi istrinya dan berdoa; Bismillah, Allahumma jannibasy
syaithona wa jannibisy syaithona ma rozaqtana, lalu keduanya diberikan
anak, maka anak tersebut tidak diganggu syaithon"(HR. Bukhari dan
Muslim).

Mempunyai perhatian terhadap anak ketika masih dalam rahim ibunya

Menampakkan kegembiraan ketika anak dilahirkan


Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang
Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang
Dia kehendaki dan memberikan anak-anak laki-laki kepada siapa yang dia
kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan
perempuan (kepada siapa yang dikehendakiNya), dan Dia menjadikan
mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui
lagi Maha Kuasa (QS 42:49-50),
Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan kelahiran anak
perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah.
ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita
yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan
menanggung kehinaan ataukah menguburnya ke dalam tanah (hidup-

10 | P a g e

hidup)? Ketahuilah alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu (QS
16:58-59)

Adzan ditelinga anak yang dilahirkan


Dari Abu Rafi ia berkata: saya melihat Rasulullah SAW adzan di telinga
hasan bin Ali, ketika Fathimah melahirkannya"(HR. Abu Daud dan AtTirmidzi).

Menyuapi anak yang dilahirkan dengan kurma yang dimamah


Asma binti Abu Bakar ra meriwayatkan bahwa dia mengandung Abdullah
bin Zubair di Mekkah, ia berkata: Saya pergi dalam keadaan sempurna
kandungan, lalu saya datang ke Madinah dan singgah di Quba, lalu
melahirkan di Quba. Kemudian membawanya pada Rasulullah SAW, beliau
meletakkannya di pangkuannya. Kemudian minta dibawakan kurma, lalu
mengunyah kurma itu dan beliau meludahi mulutnya. Jadi yang masuk
pertama kali ke dalam perutnya adalah ludah Rasulullah SAW, kemudian
beliau menyuapinya dan mendoakan keberkahan kepadanya"(HR. Bukhari
dan Muslim).

Memberikan nama yang baik


"Kalian akan dipanggil di hari kiamat dengan nama kalian dan nama
bapak kalian. Maka berilah nama kalian yang baik" (HR. Bukhari dan
Muslim)

Menyembelih aqiqah, mencukur rambut anak


"Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya. Disembelih binatang baginya
pada hari ketujuh (dari hari kelahirannya), diberi nama dan dicukur
rambutnya" (HR. Samirah)

Mengkhitan
Diriwayatkan di dalam Ash-Shahihain dari Abu Hurairah ra. Ia mengatakan
bahwa: Rasulullah SAW bersabda: "Fitrah itu ada lima: Khitanan,
mencukur bulu-bulu yang tumbuh disekitar kemaluan, memotong kumis,
memotong kuku dan mencabut bulu ketiak. (Fitrah yang dimaksud disini
adalah fitrah amaliyyah untuk mensucikan badan dan menghiasi
penampilan, pangkal fitrah badan adalah khitan)

Menyusui

11 | P a g e

"Para Ibu hendaklah menyusukan anaknya selama dua tahun penuh, yaitu
bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan". (QS 2:233)

Memberikan pendidikan dan pengajian

Memberikan nafkah
Dari 'Aisyah bahwa Hindun binti 'uthbah pernah bertanya: "Wahai
Rasulullah, sesungguhnya Abu Sofyan adalah orang yang kikir. Ia tidak
mau memberi nafkah kepadaku dan anakku, sehingga aku mesti
mengambil dari padanya tanpa sepengetahuannya". Maka Rasulullah
bersabda: "Ambillah apa yang mencukupi bagimu dan anakmu dengan
cara yang baik" (HR. Bukhari dan Muslim)

Menyayangi dan bersikap lemah lembut terhadap anak


"Barang siapa yang baginya mempunyai tiga anak perempuan, ia
menempatkan mereka dengan baik-baik, kasih sayang atas mereka dan
memberikan pendidikan atas mereka, wajiblah baginya masuk syurga"
(Riwayat Imam Ahmad. Al Bazzar dan At-Thabarani dari sahabat Jabir ra)

Memperhatikan keadaannya dan mengarahkannya untuk mendapat pekerjaan yang


disukai

Melatih bekerja dan menghindarinya dari malas bekerja dan menganggur.

Menjaga kesuciannya dan menikahkannya di kala ia membutuhkan dan mampu

Menyamakan pemberian kepada anak


"Samakanlah pemberian kepada anak-anakmu! Sekiranya aku dibolehkan
melebihkan seorang anak dari yang lain, niscaya aku akan lebihkan
pemberian kepada anak perempuan' (HR. Thabrani)
Islam telah memberikan tuntunan bagi ummatnya di dalam menjalankan peran
kehidupannya sebagai orang tua ataupun sebagai anak. Begitu sempurnanya ajaran
Islam, sehingga seorang anak telah dijaga keselamatannya sebelum menjadi calon
bayi dan ketika menjadi janin pun telah diperhatikan, misalnya dengan sering
mengajak berbicara atau membacakan Al Qur'an ketika anak masih terbungkus di
dalam rahim ibunya. Dan di saat kelahirannya pun,disyariatkan dalam Islam untuk
menyambut gembira atas berita kelahiran. Kemudian mengenalkan kalimat Allah pada
pertama kalinya dengan mengumandangkan adzan pada telinga kanan dan qomat pada
12 | P a g e

telinga kiri. Lalu memamahkan kurma untuk membersihkan langit-langit mulut sang
anak.

Dan pada hari ketujuh, dianjurkan menyembelih aqiqah, mencukur rambut yang
kemudian bersedekah seberat timbangan cukuran rambutnya dan memberikan nama
yang baik. Yang tidak lain mempunyai hikmah sosial dan kebersihan.

Kemudian para ibu dianjurkan menyusui bayinya sampai umur dua tahun, bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuannya. Dan untuk anak laki-laki diwajibkan khitan,
yang tak lain adalah untuk kebersihannya.

Anak dibesarkan dengan lemah lembut, dengan kasih sayang, dan diberikan
pendidikan, nafkah lahir dan bathin. Terhadap anak perempuan, orang tua
berkewajiban menghidupinya sampai ia bersuami. Sedangkan bagi anak laki-laki,
begitu memasuki akil baligh, ia berkewajiban menghidupi diri, sesuai dengan yang
diajarkan oleh kedua orang tuanya. Dengan demikian untuk anak laki-laki, ia sudah
mulai belajar bertanggung jawab. Sedangkan untuk anak perempuan, kesucian dan
kemuliaannya akan tetap terjaga, dengan adanya tanggung jawab orang tua
kepadanya.

2.6 KENAKALAN REMAJA


Menurut ahli hikmah dan para pakar kejiwaan, nakal adalah gejolak jiwa
dalam diri manusia tatkala manusia mempunyai keinginan besar untuk mencapai
sesuatu yang dilakukan dengan kegoisan dalam mewujudkan keingingannya sesuai
cipta, rasa, dan karsa manusia. Hingga terciptanya tipologi manusia yang nilanya
relatif akan sifatnya. Tingkah laku seperti sedih, senang, marah, gelisah, berkeluh
kesah, dugem, mabuk-mabukkan itu adalah dampak dari kenakalan yang menemui
jalan buntu dalam mewujudkan keinginannya hingga berujung ungkapan jasmani yg
tidak kita sadari bahkan sampai berujung pada pelampiasan dan penyimpangan sosial.
Dampak semua itu tak bersumber pada suatu faktor penyebab yang tunggal, tetapi
terdiri atas beberapa unsur, antara lain yang dianggap memegang peranan penting
adalah fungsi cipta (reason), rasa (emation), dan karsa (will).
Pada diri manusia terdapat kebutuhan pokok selain kebutuhan jasmani dan
rohani, yakni kebutuhan akan keseimbangan dalam kehidupan jiwa agar tak
mengalami ketidak seimabangan jiwa. Dengan meningkatkan kecerdasan spiritual

13 | P a g e

emosional dan inteltual melalui agama, kebutuhan-kebutuhan itu dapat disalurkan.


Dengan melaksanakan ajaran agama dengan baik dan benar.
Fa-aqim wajhaka li-ddiini haniifan fithratal-lahillatii fatharannaasa 'alaihaa laa
tabdiila likhalqillahi dzalikaddiinul qai-yimu walakinna aktsarannaasi laa ya'lamuun
Hadapkanlah wajahmu dengan lurus pada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan atas fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. _(QS
ar-Rum : 30).
Faktor penyebab kenakalan remaja sangatlah banyak, diantaranya adalah:
a.

Faktor internal meliputi:


1)

Persoalan Pribadi Remaja

Setiap orang tidak mampu menghadapi hal-hal yang sulit baginya untuk
mengatasinya, seperti persoalan yang menyangkut dirinya sendiri.
Persoalan-persoalan pribadi pada permulaan pertumbuhannya rumit dan ini
merupakan bagian dari kepribadian remaja, boleh jadi pengalaman pertama yang
ditemui remaja pada masa kanak-kanaknya merupakan batu-batu pertama dalam
pondasi yang diatasnya dibangun perasaan mahligai kepribadian.
Sisi kelemahan yang sebenarnya, mempengaruhi pandangan manusia terhadap
dirinya sendiri. Maka persoalan kepribadian bagi remaja yang ditimpa suatu
kelemahan atau cacat, mungkin sebagian besarnya disebabkan oleh sikap anakanak lain terhadapnya. Terkadang pada remaja yang bodoh timbul beberapa
persoalan kepribadian, karena masyarakat menuntut kepadanya lebih besar dari
pada kemampuannya. Bantuan terhadap anak-anak yang seperti itu agar dapat
merasa serasi dan aman, adalah pekerjaan yang menantang kesungguhan, karena
sangat sedikit yang dapat diperbuat bagi orang-orang cacat, bahkan barangkali
tidak mungkin.
2)

Krisis Identitas

Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua
bentuk integrasi.
a)

Terbentuknya perasaan konsistensi dalam kehidupannya.


14 | P a g e

b)

Tercapainya identitas peran.

3)

Kontrol diri yang lemah

Remaja yang tidak dapat mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat
diterima dengan yang tidak dapat diterima dapat terseret pada perilaku nakal.
Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku
tersebut, tetapi tidak dapat mengembangkan control diri untuk bertingkah laku
sesuai dengan pengetahuannya.
b.

Faktor Eksternal meliputi :

1.

Konflik antara kebutuhan untuk mengendalikan diri dan kebutuhan untuk

bebas dan merdeka.


2.

Konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan kebutuhan akan

ketergantungan kepada orang tua.


3.

Konflik antara kebutuhan seks dan ketentuan agama serta nilai sosial.

4.

Konflik antara prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dipelajari oleh remaja

ketika ia kecil dulu dengan prinsip dan nilai yang dilakukan oleh orang dewasa di
lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari, lingkungan sekolah turut berperan
membentuk perilaku remaja.
5.

Lingkungan sekolah yang dapat memengaruhi perilaku anak, antara lain

kondisi sekolah yang tidak memenuhi persyaratan, guru yang tidak pandai
mengelola KBM (kegiatan belajar mengajar), dan petugas-tugas yang terlalu
banyak. Selain itu faktor lingkungan sekitar meliputi tempat tinggal remaja dan
teman bergaul, turut menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
2.7 TANGGUNG JAWAB ANAK TERHADAP ORANG TUA
Berbuat baik terhadap orang tua
"Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah sesuatu
kecuali kepadaNya, dan terhadap kedua orang tua harus berlaku baik, pada
waktu salah seorang dari mereka atau keduanya sampi berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kau berkata "Cih/ah" kepada
keduanya, dan berkatalah kepada keduanya dengan kata-kata yang lunak, lemah
lembut dan sopan. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
15 | P a g e

penuh kesayangan dan ucapkanlah: "wahai Tuhanku, kasihilah mereka


berdua sebagaimana mereka telah mendidik aku waktu kecil" (QS 17:23-24)

Tidak durhaka kepada orang tua


Abdullah bin Amru bin Al'Ash ra, dari Rasulullah bersabda: "Dosa-dosa
besar ialah: Menyekutukan Allah, dan durhaka pada kedua ayah-ibu dan

membunuh manusia dan sumpah palsu" (HR. Bukhari)


Berbakti setelah keduanya meninggal
Abu Usaid (Malik) bin Rabi'ah Assa'iddy ra berkata: Ketika kami duduk di
sisi Rasulullah SAW, mendadak datang seseorang dari bani Salimah dan
bertanya: Apakah masih ada jalan untuk berbakti kepada kedua orang tua
sesudah meninggal keduanya? Jawab Nabi: Ya, men-sholatkan atasnya, dan
membacakan istigfar untuk keduanya, dan melaksanakan wasiatnya, dan
menghubungi keluarga yang tidak dapat dihubungi, melainkan karena keduanya,
dan menghormati teman-teman keduanya (HR Abu Daud).
Sebagai anak, Allah SWT perintahkan untuk berlaku baik kepada kedua orang
tua, dan bila keduanya telah berusia lanjut, kita harus semakin berbuat baik
kepadanya, tidak sepatah kata 'ah/cih' pun yang dibolehkan keluar dari mulut
kita. Karena termasuk dosa besar apabila kita durhaka kepadanya. "Abu
Hurairah meriwayatkan, bahwa ada seorang lelaki menghadap Rasulullah SAW,
untuk menanyakan siapakah orang yang lebih patut diperlakukan dengan baik?
Maka jawab Rasulullah SAW: "Ibumu". Ia pun kemudian bertanya lagi: "lalu
siapa lagi?" Maka jawab beliau tetap: "Ibumu". Ia pun bertanya lagi: Lalu siapa
lagi? Jawab beliau tetap: "Ibumu". Lalu ia bertanya lagi: "Lalu siapa lagi?".
Maka kali ini jawab beliau: "Ayahmu" (HR. Bukhari dan Muslim).
Dan begitu pula bila keduanya dipanggilNya pun, kita masih berkewajiban
berbakti kepadanya yaitu dengan men-sholatkannya. membacakan istighfar,
melaksanakan wasiatnya, menghubungi keluarganya dan menghormati temanteman keduanya.
Allah juga menyuruh kita sebagai anak untuk bersyukur kepadaNya dan
kepada Ibu Bapak kita."Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang Ibu-Bapaknya, Ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun,

16 | P a g e

bersyukurlah kepada Ku dan kepada dua orang Ibu Bapakmu, hanya kepada
Ku lah kembalimu" (QS 31:14).

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Keluarga adalah persekutuan hidup berdasarkan perkawinan yang sah dari suami
dan istri yang juga selaku orang tua dari anak-anaknya yang dilahirkan.Keluarga yang
sejahtera adalah tiang dalam pembinaan masyarakat (Sufean Hussin dan Jamaluddin
Tubah, 2004 : 1). Dan orang orang yang berkata : Ya Tuhan kami, anugrahkanlah
kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami),
dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (Qs.Al-Furqon : 74)
2. Hak dan Kewajiban seorang suami istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana
mawaddah dan rahmah. Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat masing-

17 | P a g e

masing pasangannya, saling menghiasi dengan pergaulan yang harmonis dan saling
menasehati dalam kebaikan.
3. Pembinaan dalam keluarga Dalam Islam terdapat konsep keluarga sakinah yakni
keluarga yang tenteram di mana suami-istri dituntut menciptakan kehidupan rumah
tangga yang harmoni antara kebutuhan fisik dan psikis.
4. Anak yang diinginkan oleh orangtua dan agama mempunyai 3 keinginan utama,
yakni Bisa tumbuh dewasa dan menjadi orang yang sholeh atau sholehah, hidup sehat
dan sejahtera, Hidup sejahtera dan mampu menjadi penolong bagi orang lain yang
masih memerlukan.
5. Tanggung jawab orangtua terhadap anaknya, yakni menjaga anak dari gangguan
syaitan sebelum dilahirkan, perhatian terhadap anak ketika masih dalam rahim ibunya,
Menampakkan kegembiraan ketika anak dilahirkan, Adzan ditelinga anak yang
dilahirkan, Menyuapi anak yang dilahirkan dengan kurma yang dimamah,
Memberikan nama yang baik, mengkhitankan anak, dll.
6. Kenakalan remaja disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan
eksternal.
Faktor insternal antara lainnya, persoalan pribadi remaja dan krisis identitas. Faktor
eksternal antara lainnya, lingkungan sekolah, konflik antara kebutuhan seks, agama
serta nilai social.
7. Tanggung jawab anak terhadap ayah dan ibunya adalah berbuat baik kepada kedua
orang tua, tidak durhaka kepada kedua orang tua, berbakti setelah keduanya
meninggal.
3.2 SARAN
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini,masih banyak kekurangan dan kelemahannya,Penulis banyak
berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatankesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya
juga para pembaca pada umumnya.

18 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.orangtua.org/2010/06/19/3-harapan-utama-orangtua-terhadap-anak2.
3.
4.
5.

anaknya/
http://www.hendra.ws/hak-dan-kewajiban-suami-isteri-dalam-islam/
http://www.jaist.ac.jp/~helianti/edisi14/topik14.html
http://rezaremit.wordpress.com/about/
http://imahnurnaima.blogspot.com/2012/12/kenakalan-remajamenurut-perspektif.html
6. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/fathurrohman-spd-mpd/pembinaankeluarga-sakinah.pdf
7. http://bppkb-jepara.blogspot.com/2012/06/pembinaan-keluarga-sejahtera.html

19 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai