Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH IMUNOSEROLOGI

RESPON IMUN TERHADAP IMMEDIATE HYPERSENSITIVITY (TIPE 1)


Dosen :Suardi.,S.Tr.AK.,M.imun

Disusun oleh :
Kelompok 2 Kelas A17

Baso Rahmat Hidayat


Feby Junindhar
Hardianti Rukmala Dewi
Kasdin
Magfira Malongi
Mita Pratiwi
Riani Juniar Usman
Satriani
Sulaiman

PRODI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLITEKNIK KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,karena atas Rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya dan tepat pada waktuya.makalah ini didalamnya membahas tentang
respon imun pada immediate hypersensitivity Tipe 1 pada kesempatan ini pula
kami mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Suardi.,S.Tr.AK.,M.imun . selaku dosen pengajar mata kuliah
imunoserologi II Poltekkes Muhammadiyah Makassar.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih terdapat
banyak kekurangan untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik agar
makalah dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Makassar,11 september 2019


penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sistem kekebalan tubuh sangat mendasar peranannya bagi kesehatan,


tentunya harus disertai dengan pola makan sehat, cukup berolahraga, dan
terhindar dari masuknya senyawa beracun ke dalam tubuh.
Pola hidup modern menuntut segala sesuatu dilakukan secara cepat dan
instan. Hal ini berdampak juga pada pola makan misalnya sarapan didalam
kendaraan, makan siang serba tergesah-gesah, dan malam karena
kelelahan jadi tidak ada nafsu makan. Belum lagi kualitas makanan yang
dikonsumsi, polusi udara, kurang berolahraga dan stres. Apabila terus
berlanjut maka daya tahan tubuh akan terus menurun, lesu, cepat lelah dan
mudah terserang penyakit. Sehingga saat ini banyak orang yang masih
muda banyak yang mengidap penyakit degeneratif. Kondisi stres dan pola
hidup modern serta polusi, diet tidak seimbang dan kelelahan menurunkan
daya tahan tubuh sehingga menurunkan kecukupan antibodi. Gejala
menurunnya daya tahan tubuh seringkali terabaikan sehingga timbul
berbagai penyakit infeksi, penuaan dini pada usia dini.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian sistem imun


2. Apa fungsi sistem imun
3. Apa yang dimaksud antigen dan antibody
4. Apa yang dimaksud sistem komplemen
5. Macam-macam imunitas
6. Apa yang dimaksud reaksi hipersensitivitas
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian sistem imun

2. Untuk mengetahui fungsi sistem imun

3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud antigen dan antibody

4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud sistem komplemen

5. Untuk mengetahui apa saja macam-macam imunitas

6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud reaksi hipersensitivitas


BAB II
KEPUSTAKAAN
Sistem imun adalah sistem yang membentuk kekebalan tubuh dengan
menolak berbagai benda asing yang masuk ke tubuh. Adapun fungsi sistem
imun adalah sebgai berikut:
1. Pembentuk kekebalan tubuh.
2. Penolak dan penghancur segala bentuk benda asing yang masuk ke
dalam tubuh.
3. Pendeteksi adanya sel abnormal, infeksi dan patogen yang
membahayakan.
4. Penjaga keseimbangan komponen dan fungsi tubuh. Sistem imun
membentuk beberapa lapisan pertahanan tubuh.

Dalam mengenali zat asing, Respon imun terbagi menjadi:


1. Respon imun non-spesifik ( system imun alami )
Dalam mekanisme imunitas non spesifik memiliki sifat selalu siap dan
memiliki respon langsung serta cepat terhadap adanya patogen pada
individu yang sehat. Sistem imun ini bertindak sebagai lini pertama
dalam menghadapi infeksi dan tidak perlu menerima pajanan
sebelumnya, bersifat tidak spesifik karena tidak ditunjukkan terhadap
patogen atau mikroba tertentu, telah ada dan berfungsi sejak lahir.
Mekanismenya tidak menunjukkan spesifitas dan mampu melindungi
tubuh terhadap patogen yang potensial. Manifestasi respon imun
alamiah dapat berupa kulit, epitel mukosa, selaput lendir, gerakan silia
saluran nafas, batuk dan bersin, lisozim, IgA, pH asam lambung.
Pertahanan humoral non spesifik berupa komplemen, interferon, protein
fase akut dan kolektin. Komplemen terdiri atas sejumlah besar protein
yang bila diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi dan
berperan dalam respon inflamasi. Komplemen juga berperan sebagai
opsonin yang meningkatkan fagositosis yang dapat menimbulkan lisis
bakteri dan parasit. Tidak hanya komplemen, kolektin merupakan
protein yang berfungsi sebagai opsonin yang dapat mengikat hidrat
arang pada permukaan kuman.
Interferon adalah sitokin berupa glikoprotein yang diproduksi oleh
makrofag yang diaktifkan, sel NK dan berbagai sel tubuh yang
mengandung nukleus dan dilepas sebagai respons terhadap infeksi
virus.1 Peningkatan kadar C-reactive protein dalam darah dan Mannan
Binding Lectin yang berperan untuk mengaktifkan komplemen terjadi
saat mengalami infeksi akut.
2. Respon imun spesifik, ( system imun adaftif )
Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenali benda
yang dianggap asing. Benda asing yang pertama kali muncul akan
segera dikenali dan terjadi sensitisasi sel-sel sistem imun tersebut.
Benda asing yang sama, bila terpajan ulang akan dikenal lebih cepat
dan kemudian dihancurkan.1 Respon sistem imun spesifik lebih lambat
karena dibutuhkan sensitisasi oleh antigen namun memiliki
perlindungan lebih baik terhadap antigen yang sama. Sistem imun ini
diperankan oleh Limfosit B dan Limfosit T yang berasal dari sel
progenitor limfoid.Pada keadaan normal, mekanisme pertahanan tubuh
baik humoral maupun selular tergantung pada aktivasi sel B dan sel T.
Aktivasi berlebihan oleh antigen atau gangguan mekanisme ini, akan
menimbulkan suatu keadaan imunopatologik yang disebut reaksi
hipersensitivitas. Menurut Gell dan Coombs, reaksi hipersensitivitas
dapat dibagi menjadi 4 tipe, yaitu tipe I hipersensitif anafilaktik, tipe II
hipersensitif sitotoksik yang bergantung antibodi, tipe III hipersensitif
yang diperani kompleks imun, dan tipe IV hipersensitif cell-mediated
(hipersensitif tipe lambat). Selain itu masih ada satu tipe lagi yang
disebut sentivitas tipe V atau stimulatory hipersensitivity.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Imunologi

Imunologi adalah ilmu yang luas, yang mencakup peneitian dasar sampai
dengan aplikasi klinis . imunologi mempelajari antigen, antibody dan fungsi
pertahanan tubuh penjamu yang diperantai oleh sel, terutma yang
berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit, reaksi biologis hipersensitif,
lergi dan penolakan jarinfgan asing. Jika sistem kekebalan dalam tubuh
melemah, kemampuan melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu
dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan
pengawasan terhadap sel tumor dan terhambatnya sistem ini juga telah
dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker
1. Fungsi System Imun
a. Melindungi tubuh dari infeksi penyebab penyakit dengan
menghancurkan dan
b. mennghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri,
virus, parasit, jamur serta tumor) yang masuk kedalam tubuh,
c. menghilangkan jaringan atau sel yang mati atau rusak untuk
perbaikan jaringan, menggenali sel atau jaringan yang
abnormal. Sasaran utama yaitu bakteri, patogen dan virus.
Leukosit merupakan sel imun utama (disamping sel plasma,
makrofag, dan sel mast).
B. Antigen dan Antibodi

1. Antigen
Antigen ( imunogen ) adalah suatu bahan bila dimasukkan ke dalam
tubuh dapat membangkitkan respons imun baik respons imun seluler
maupun humoral. Karaktristik antigen yang sangat menentukan
imunogenitas respomn imun adalah sebagai berikut:
a. Asing ( berbeda dari sself) : pada umumnya, molekul yang bersifat self
tidak bersifat imunogenik; untuk menimbulkan respon imun, molekul
harus dikenal sebagai nonself .
b. Ukuran molekul : molekul dengan berat kurang dari 10.000 (misalnya
asam amino) tidak bersifat imunogenik. Mereka hanya bisa menjadi
imunogenik hanya jika bergabung dengan protein pembawa.
c. Komplekstisitas kiiawi dan stuktural : jumlahhtetetu kompleksitas
kmiawi diperlukan. Contohnya: homo polimer lebih imunogenik
dibanding heteropolimer .
d. Determinan antigeik ( epitop ) : unit terkecil dari suatu antigen
kompleks yang dapat diikat oleh antiboddi isebu antigen atau epitop.
e. tatanan genetic penjamu : dua strain bintang yang dari spesies yang
sama dapat merespon secara berbeda terhadap antigren yang sama
karena perbedaan komposisi gen respon imun.
f. dosis, cara dan pemberian antigen : respon imun dapat dioptimalkan
dengan cara menentukan dosis antigen denga cermat .

2. Antibodi
Antibodi adalah protein immunoglobulin yang disekresi oleh sel B yang
teraktifasi oleh antigen. Antibodi merupakan senjata yang tersusun dari
protein dan dibentuk untuk melawan sel-sel asing yang masuk ke tubuh
manusia. Antibodi mengandung Imunoglobulin (Ig). Ig dibentuk oleh sel
plasma (proliferasi sel B) akibat kontak/dirangsang oleh antigen. Macam
Imunoglobulin: Ig G, Ig A, Ig M, Ig E dan IgD.
Antibodi mempunyai sifat yang sangat luar biasa, karena untuk
membuat antibodi spesifik untuk masing-masing musuh merupakan
proses yang luar biasa, dan pantas dicermati. Proses ini dapat terwujud
hanya jika sel-sel B mengenal struktur musuhnya dengan baik. Dan, di
alam ini terdapat jutaan musuh (antigen). Dia mengetahui polanya
berdasarkan perasaan. Sulit bagi seseorang untuk mengingat pola
kunci, walau cuma satu, Akan tetapi, satu sel B yang sedemikian kecil
untuk dapat dilihat oleh mata, menyimpan jutaan bit informasi dalam
memorinya, dan dengan sadar menggunakannya dalam kombinasi
yang tepat.

C. Sitem komplemen

Sistem komplemen membantu antibodi atau sel fagositik untuk membersihkan


patogen dalam tubuh. Komplemen merupakan bagian dari sistem imun non-
spesifik (innate immune system), tetapi dapat juga berperan dalam sistem imun
spesifik yang setiap waktu dapat diaktifkan kompleks imun. Istilah komplemen
merujuk pada kemampuan protein tersebut untuk mengkomlementasikan atau
menggabungkan efek komponen-komponen yang lain dari system imun (
misalnya antibody ). Komplemen mempunyai beberapa pengaruh yaitu : (1)
melisis sel (misalnya sel bakteri dan tumor ), (2) produksi mediator yang
berperan dalam inflamasi dan menarik fagosit, dan (3) penguatan respon imun
yang diperantarai antibody. Protein komplemen disintesis terutama olehh
hepar dan oleh sel fagositik. Komplemen yang tidak tahan panas, diinaktivasi
pada suhu 56 ͦ C selama 30 menit; imunoglobulin tidak mengalami inaktivasi
pada suhu tersebut.
Beberapa komponen komplemen merupakan proenim, yang harus dipecahkan
untuk membentuk enim yang aktif. Aktivasi komponen komplemen terjadi
melalui dua jalur yaitiu; (1) jalur klasik untuk mengaktivasi IgM dan IgD, (2) jalur
alternative: banyak senyawa yang tidak berkaitan, dari kompleks kimiawi
sampai dengan agen infeksius, mengaktifkan komplemen melalui jalur yang
berbeda.
D. Macam-Macam Imun

1. Imunitas Pasif
Imunitas pasif diperankan oleh antibodi atau limfosit yang telah
dibentuk sebelumnya didalam tubuh penjamu yang lain . pemberian
secara pasif antibodi (dalam antiserum) terhadap bakteri menyebabkan
antitoksin tersedia dengan cepat dalam jumlah berlebih untuk menetralkan
toksin. Keuntungan utama imunitas pasif dengan antibodi yang telah
dibentuk sebelumnya (siap pakai) adalah tersedianya antibodi dalam
jumlah banyak secara cepat. Kerugiannya adalah jangka waktu antibody
yang pendek dan reaksi hipersensitivitas yang dapat terjadi jika diiberikan
antibodi (imunoglobulin) dari spesies lain.
2. Imunitas Aktif
Imunitas aktif diinduksi setelah kontak dengan antigen. Kontak ini
dapat berupa Infeksi klinis atau sub klini, imunisasi dengan agen infeksius
yang masih hidup atau sudah mati atau antigennya, paparan terhadap
hasil mikroba atau transplantasi se lasing. Pada semua keadaan ini, tubuh
penjamu aktif membentuk antibodi dan sel limfoid yang mampu merespon
antigen. Keuntungan imunitas aktif adalah imunitas bersifat jangka
panjang. Kerugiaanya adalah onset imunitas lambat dan membutuhkan
kontak dengan antigen lebih lama atau kontak ulangan.

E. Hipersensitivitas

1. Pengertian
Alergi merupakan salah satu respon sistem imun yang disebut reaksi
hipersensitif. Pada individu yang rentan , reaksi tersebutv secara khas
terjadi setelah kontak yang kedua dengan antigen spesifik. Kontak yang
pertama kali merupakan kejadian yang diperlukan untuk menginduksi
sanitasi terhadap allergen tersebut. Reaksi hipersensitif merupakan
salah satu respon system imun yang berbahaya karena dapat
menimbulkan kerusakan jaringan maupun penyakit yang serius. Oleh
Coobs dan Gell reaksi hipersensitif dikelompokkan menjadi empat
kelas.
a. Hipersensitivitas tipe 1( Anafilaksis ) ,Tipe ini disebut juga tipe
cepat. Mekanisme umum dari tipe ini meliputi langkah-langkah
berikut: antigen menginduksi pembentukan antibodi IgE, yang
terikat kuat dengan reseptor pada sel basofil dan sel mast melalui
bagian Fc antibody tersebut. Beberapa saat kemudian kontak
yang kedua dengan antigen yang sama mengakibatkan fiksasi
antigen kee IgE yang terikat ke sel dan pelepasan mediator yang
aktif secara farmakologis dari sel tersebut ddalam waktu
bebrraopa menit. Mediator tipe ini adalah histamine dan
prostaglandin .
b. Hipersensitivitas tipe II,Tipe ini melibatkan pengikatan antibody
(IgG atau IgM) ke antigen permukaan sel atau molekul matriks
ekstraseluler. Antibody yang ditujukan ke antigen permukaan sel
dapat mengaktifkan komplemen untuk menghancurkan sel
tersebut.
Obat-obat sepeerti penisilin , fenasetin san kinidin sapat melekat
pada protein permukaan sel darah merah dan mengawali
pembentukan antibody. Antibody autoimun ini ini kemudian dapat
bergabung dengan peermukaan ssel yang mengakibatkan
hemolisis.
c. Hipersensitivitas tipe III,Reaksi tipe III disebut juga reaksi
kompleks imun adalah reaksi yang terjadi bila kompleks antigen-
antibodi ditemukan dalam jaringan atau sirkulasi/ dinding
pembuluh darah dan mengaktifkan komplemen. Antibodi yang
bisa digunakan sejenis IgM atau IgG sedangkan komplemen
yang diaktifkan kemudian melepas faktor kemotatik makrofag.
Faktor kemotatik yang ini akan menyebabkan pemasukan
leukosit-leukosit PMN yang mulai memfagositosis kompleks-
kompleks imun. Reaksi ini juga mengakibatkan pelepasan zat-
zat ekstraselular yang berasal dari granula-granula polimorf,
yakni berupa enzim proteolitik, dan enzim-enzim pembentukan
kinin.
Antigen pada reaksi tipe III ini dapat berasal dari infeksi kuman
patogen yang persisten (malaria), bahan yang terhirup (spora
jamur yang menimbulkan alveolitis alergik ekstrinsik) atau dari
jaringan sendiri (penyakit autoimun). Infeksi dapat disertai
dengan antigen dalam jumlah berlebihan, tetapi tanpa adanya
respons antibodi yang efektif.
d. Hipersensitivitas tipe IV (hipersensitivitas
lambat),Hipersensitivitas tipe lambat merupakan fungsi dari
limfosit T terrsensitosasi secara spesifik, bukan merupakan
fungsi antibody. Respon imun ini lambat, yakni respon ini dimulai
beberapa jam atau beberapa hari setelah kontak dengan antigen
berlangsung selama berhari-hari.

2. Hubungan hipersensitivitas dengan system imun


Reaksi hipersensitivitas atau alergi menunjukan suatu kondisi
respon imunitas yang menimbulkan reaksi yang berlebihan atau reaksi
yang tidak sesuai. Hipesensitivitas termasuk dalam penyakit autoimun.
Autoimun adalah respon imun terhadap antigen jaringan sendiri
yang disebabkan oleh kegagalan mekanime normal yang berperan
mempertahankan self tolerance sel B sel T atau keduanya. Potensi
autoimunditemukan pada semua individu oleh karena limfosit dapat
mengekspresikan reseptor spesifik untuk banyakl antigen.
Automunitas terjadi karena self antigen yang dapat menimbulkan
aktivasi, prolifirasi serta diferensiasi sel T. autoreaktif menjadi sel efektor
yang menimbulkan kerusakan jaringan dari berbagai organ, baik
antibody maupun sel T atau keduanaya dapat berperan dalam
pathogenesis automun. Antigen disebut auto antigen sedangkan
antibody disebut autoantibody. (kamen, 2006) .
Autoimun secara teori berkembang sewaktu tolernsi terhadap self
antigen belum terbentuk atau sewaktu toleransi terhadap sel antigen
hilang. Kebanyyakan dari kesalahan tersebut kemungkinan karena
factor genetic. Kegagalan dalam mendapatkan toleransi disebabkan
sebagai berikut: kegagalan clononal detection dari sel autoreaktif
(kegagalan dari sel Tpusat), kegagalan anergi klononal (kegaglan dari
sel T perifer). Pelepasan antigen, pemisahan dimana toleransi bbelum
berkembang, perubahan dari self anti gen dimana tidak diknal sebagai
antigen sendiri. Tiruan molekul antarra antigen dari lingkungan dan self
antigen. Penyimpangan ekspresi MHC , rangsangan super antigen dari
klonal anergi autoreaktif rangsangan sel B poliklonat.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang


dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem
kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap
infeksi. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh
juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang
menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Jika sistem ini
terlalu aktif akan terjadi autoimunitas seperti alergi atau hipersensitivitas.
B. Saran

Setelah mengetahui teori dasar tentang imunologi, kita diharapkan mampu


meningkatkan atau mempertahankan kekebalan tubuh kita dengan
menjalankan gaya hidup yang sehat agar terhindar dari berbagai macam
infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Zewert,dkk. 2011. Mikrobiologi kedokteran . jakarta: salemba
Kimbal,1983. Biologi, Jakarta : erlangga
Gorman dkk, 1982. Kimia dan biologi antibiotic laktan, London : academic
press
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/IMUNOPATOLOGI.pdf
http://muhaiminrifai.lecture.ub.ac.id/files/2011/01/Alergi-hipersensitif-
diktat1.pdf
http://eprints.undip.ac.id/43998/3/Josephine_Rahma_G2A009055_Bab2KTI.p
df

Anda mungkin juga menyukai