Anda di halaman 1dari 20

TUGAS

SISTEM IMUNITAS PADA LANSIA

Dosen Pengampu : Isna Ovari, S.Kp,.M.Kep

Oleh : Viki Da’i Annafi’ul Maula (19010016)

Mata Kuliah : Keperawatan Gerontik

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PEKANBARU MEDICAL CENTER

T.A 2022
A. Sistem imunitas
1. Definisi
sistem imun adalah melindungi pejamu dari invasi organisme asing dengan
membedakan diri (self) dari bukan diri (non-self). Sistem semacam ini diperlukan
untuk kelangsungan hidup. Sistem imun yang berfungsi baik tidak saja
melindungipejamu dari faktor eksternal seperti mikroorganisme atau toksin tetapi
juga mencegah dan menolak serangan oleh faktor endogen seperti tumor atau
fenomena autoimun.
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang
melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan
membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh
biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus
sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan
mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti
biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar
dapat menginfeksi organisme.
2. Anatomi sistem imun
a. Sel sistem imun
Sistem imun terdiri atas komponen spesifik dan non spesifik yang
memiliki fungsi tersendiri tetapi tumpang tindih. Sistem imun yang diperantarai
oleh antibodi yang diperantarai oleh sel menghasilkan spesifisitas dan ingatan
akan antigen yang pernah dijumpai. Meskipun tidak memiliki spesifitas,
komponen-komponen ini esensial karena berperan dalam imunitas alamiterhadap
beragam mikroorganisme lingkungan.
b. Organ sistem imun
Semua sel sistem imun berasal dari sumsum tulang. Stem cells pluripoten
berdiferensiasi menjadi limfosit, granulosit, monosit, eritrosit, dan megakariosit.
Defisiensi dan disfungsi stem cells atau berbagai turunan sel yang berkembang
darinya menyebabkan defisiensi imun dengan beragam ekpresivitas dan
keparahan Timus yang berasal dari kantong faring ketiga dan keempat pada
mudigah, berfungsi menghasilkan limfosit T dann merupakan tempat diferensiasi
awal limfosit
c. Fungsi sitem imun
1. .Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit menghancurkan dan
menghilangkan mokroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur
dan virus) yang masuk kedalam tubuh.
2. .Menghilangkan jaringan atau sel yang mati atau rusak untuk memperbaiki
jaringan.
3. .Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.

3. Fisiologi sistem imun


a. Imunitas bawaan didapat
Organisme hidup memperlihatkan dua tingkat respon terhadap invasi
eksternal. Sistem imun bawaan (innate) alami dan sistem adaptif yang bersifat
didapat. Imunitas bawaan terdapat sejak lahir, cepat dimobilisasi dan
aktivitasnya bersifat non-spesifik. Permukaan kulit berfungsi sebagai lini
pertahanan pertama sistem imun bawaan, sementara enzim, jalur sistem
komplemen alternatif, protein fase-akut, sel NK, dan sitokin membentuk
lapisan pertahanan tambahan.
b. Antigen (immunogen )
Zat asing yang dapat memicu respons imun disebut antigen atau
imunogen. Imunogenisitas mengisyaratkan bahwa zat tersebut memeiliki
kemampuan untuk bereaksi dengan produk-produk sistem imun adaptif.
Sebgian besar antigen merupakan protein, meskipun karbohidrat murni juga
dapat berlaku sebagai antigen.
Masuknya zat melalui mukosa (saluan napas atau cerna) merangsang
pembentukan antibodi lokal. Antigen larut diangkut ke jaringan limfe regional
melalui pembuluh limfe aferen sementara antigen lainnya diangkut oleh sel
dendritik fagositik.
c. Respon imun
Untuk mengenali dan kemudian mengeliminasi antigen asing, jaringan
kompleks yang terdiri atas sel, organ, dan faktor biologis spesifik diperlukan.
Interaksi selular yang kopmleks memerlukan lingkungan mikro khusus tempat
sel dapat bekerja sama secara efisien. Baik sel B maupun sel T harus
bermigrasi keseluruh tubuh untuk meningkatkan kemungkinan bawhwa sel-sel
tersebut menemukan antigen yang spesifisitasnya dimiliki kedua sel tersebut.
4. Definisi alergi
Alergi adalah reaksi berlebihan dari sistem pertahanan alami tubuh yang
membantu melawan infeksi (sistem kekebalan). Sistem kekebalan tubuh biasanya
melindungi tubuh dari vinis dan bakteri dengan memproduksi antibodi biasanya
menjadi penyebab alergi secara biologis. Pada reaksi alergi, sistem kekebalan tubuh
mulai melawan zat-zat yang biasanya tidak berbahaya (seperti debu, serbuk sari, atau
obat) seolah-olah zat ini mencoba untuk menyerang tubuh.
Alergi ialah reaksi imunologis berlebihan dalam tubuh yang timbul segera atau
dalam rentan waktu tertentu setelah eksposisi atau kontak dengan zat yang tertentu
(alergen). Alergi dibagi menjadi 4 macam, macam I s/d IV berhubungan dengan
antibodi humoral, sedangkan macam ke IV mencakup reaksi alergi lambat olch
antibodi seluler.
Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh
seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-
bahan yang umumnya nonimunogenik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi
berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap
asingatau berbahaya. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut
disebut allerge
5. Epidemologi
alergi bisa menyerang siapa saja dengan kadar yang berbeda-beda. Pada saat
seseorang mengonsumsi makanan kemudian timbul perasaan tidak enak pada
tubuhnya maka mereka akan melakukannya penanggulangan bahwa mereka alergi
terhadap makanan tersebut. Fakta membuktikan, tidak semua anggapan tersebut
benar. Hanya 1% pada orang dewasa dan 3% pada anak anak yang terbukti jika
mereka memang benar benar alergi terhadap makanan tertentu.
Alergi makanan umumnya terjadi pada anak-anak. Sekitar 1-2% bayi alergi
terhadap susu sapi. sekitar 8% anak menunjukkan reaksi yang tidak diinginkan
terhadap makanan, dan 2% orang dewasa juga menderita alergi makananPerkiraan
kejadian alergi makanan yang diantara IgE dan merupakan hipersensitivitas tipe I
berkisar dan 0.1% hingga 7.0% populasi.

6. Etiologi
Adanya penurunan fungsi pada sistem kekebalan tubuh atau disebut
immunosenescence menyebabkan respons sel-sel terhadap suatu alergen berubah.
Akibatnya, bisa terjadi suatu reaksi alergi baru pada lansia, khususnya terhadap
alergen dari makanan. Perubahan respons ini juga membuat gejala alergi kerap ringan
dan tidak khas, bahkan menyerupai kondisi medis lain.
Gejala alergi yang kerap tersamarkan ini dapat membuat lansia terlambat untuk
mencari pengobatan.Penyebab lain, adanya malnutrisi vitamin dan mineral pada
lansia, terutama vitamin D3, seng, dan zat besi. Kekurangan kadar ketiganya di dalam
darah membuat kerja sistem kekebalan tubuh kurang efektif dan efisien, sehingga
lebih mudah terjadi alergi. Pada kasus ini, pemberian suplemen dapat memperbaiki
kondisi alergi yang dialami.Selain dari makanan, lansia juga lebih rentan mengalami
reaksi alergi obat. Salah satunya, akibat harus mengonsumsi berbagai macam obat
(polifarmasi) untuk mengatasi kondisi medis seperti hipertensi, penyakit jantung atau
diabetes.Tak berhenti di situ, alergi juga bisa muncul akibat interaksi obat, dimana
terjadi kesalahan dalam mengombinasikan obat yang diminum pada satu waktu
tertentu. Karenanya, sebelum menambahkan obat atau suplemen baru, sebaiknya
Anda berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter
7. Patofisilogi
Saat pertama kali masuknya alergen (eg telur) ke dalam tubuh seseorang yang
mengkonsumsi makanan tetapi dia belum pernah terkena alergi. Namun ketika untuk
kedua kalinya orang tersebut mengkonsumsi makanan yang sama barulah tampak
gejalan gejala timbulnya alergi pada kulit orang tersebut setelah tanda anda itu
muncul maka antigen akan mengenali alergen yang masuk yang akan memicu
aktifnya sel T dimana sel T tersebut yang akan merangsang sel Buntuk mengaktifkan
antibodi ( IgE). Proses ini mengakibatkan melekatnya antibodi pada sel mast yang
dikeluarkan oleh basofil. Apabila seseorang mengalami paparan untuk kedua kalinya
oleh alergen yang sama maka akan terjadi 2 hal yaitu:
1. Ketika mulai terjadinya produksi sitokin oleh sel T. Sitokin memberikan efek
terhadap berbagai sel terutama dalam menarik sellel radang misalnya nettrofil dan
eosinofil, sehingga menimbulkan reaksi peradangan yang menyebabkan panas.
2. alergen tersebut akan langsung mengaktifkan antibodi (Ig E) yang merangsang sel
mast kemudian melepaskan histamin dalam jumlah yang banyak, kemudian
histamin tersebut beredar di dalam tubuh melalui pembuluh darah. Saat mereka
mencapai kulit. alergen akan menyebabkan terjadinya
gatal.prutitus.angioderma.urtikaria.kemerahan pada kulit dan dermatitis. Pada saat
mereka mencapai paru-paru, alergen dapat mencetuskan terjadinya asma, Gejala
alergi yang paling dikenal dengan nama syok anafilaktik. Gejala ini ditandai
dengan tekanan darah yang menurun, kesadaran menurun, dan bila tidak segera
ditangani dapat menyebabkan kematian

8. klasifikasi
a. hipersensitivitas anafilaktik (tipe 1)
Keadaan ini merupakan hipersensitif anafilaktif seketika dengan reaksi yang
dimulai dalam waktu beberapa menit setelah kontak dengan antigen.
b. Hipersensitivitas sitotoksik (tipe 2)
Hipersensitivitas sitotoksik terjadi ketika sistem kekebalan secara keliru
mengenali konsituen tubuh yang normal sebagai benda asing.
c. Hipersensitivitas kompleks imun ( tipe 3)
kompleks imun terbentuk ketika antigen terikat dengan antibodi dan dibersihkan
dari dalam sirkulasi darah lewat kerja fagositik
d. Tipe hipersensitif lambat (tipe 4)
Reaksi seluler ini juga dikenal sebagai hipersensitivitas, berlangsung 24 hingga 72
jam sesudahnya kontak dengan alergen
9. gejala klinik
a. Ruam kemerahan pada kulit.
b. Gatal pada kulit yang mengalami ruam.
c. Bersin dan batuk.
d. Sesak napas.
e. Hidung berair.
f. Bengkak pada bagian tubuh yang terpapar alergen, misalnya wajah, mulut, lidah,
dan tenggorokan.
g. Mata merah, berair, dan gatal.
h. Mual, muntah, sakit perut, atau diare.
10. Diagnosis
Diagnosis alergi makanan dicurigai berdasarkan riwayat klinis pasien. Pada
anamnesis, tanyakan karakteristik makanan alergen, rute paparan, dan faktor pencetus
lainnya. Manifestasi klinis alergi makanan dapat terlihat pada sistem pencernaan,
seperti mual dan muntah, pada sistem pernapasan, seperti sesak napas, dan pada kulit,
misalnya urtikaria. Gejala sistemik, seperti reaksi anafilaksis, juga dapat terjadi. Baku
emas untuk mendiagnosis alergi makanan adalah dengan pemeriksaan food challenge,
yang harus dilakukan di bawah pengawasan dokter.
Anamnesis pada kecurigaan alergi makanan diperlukan untuk mengenali bahan
makanan penyebab, rute paparan, misalnya oral, inhalasi, atau kulit, dan gejala yang
muncul. Sebaiknya, dokter meminta pasien untuk menyebutkan atau mendata semua
jenis makanan yang dicurigai menyebabkan gejala muncul, serta cara penyajian
makanan tersebut, misalnya dimasak, mentah, serta bumbu-bumbu dan bahan lain
yang dipakai. Tanyakan juga berapa banyak jumlah makanan yang dapat
menimbulkan gejala. Perlu dipastikan, apakah gejala berulang setiap kali
mengonsumsi makanan yang sama.
Gejala apa saja yang muncul saat alergi, seberapa berat gejala, serta apa terapi
yang diberikan dan bagaimana respon terhadap terapi juga perlu diketahui oleh
dokter. Berapa lama sejak kejadian alergi makanan terakhir juga perlu ditanyakan.
Selain itu, dokter perlu menanyakan tentang faktor-faktor lain yang mungkin
berperan dalam terjadinya alergi makanan, misalnya olahraga, konsumsi obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti aspirin atau ibuprofen, dan riwayat
konsumsi alkohol. Riwayat atopi pada keluarga, seperti dermatitis, asma, dan rhinitis
alergi, serta riwayat keluarga dengan alergi makanan juga perlu digali.
Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengetahui status gizi dan parameter
pertumbuhan untuk mencari bukti adanya malnutrisi. Periksa juga tanda penyakit
alergi lainnya, misalnya dermatitis atopik, rinitis alergi, atau asma
11. Penatalaksanaan
Ada beberapa rejimen diet yang bisa digunakan
1. Diet eliminasi Beberapa makanan yang harus dihindari yaitu Buah, Susu, Telur.
Ikan dan Kacang, di Surabaya terkenal dengan singkatan BSTIK. Merupakan
makanan- makanan yang banyak ditemukan sebagai penyebab gejala alergi,
jadilah makanan-makanan dengan indeks alergi yang tinggi. Indeks ini mungkin
lain untuk wilayah lain, sebagai contoh dengan DBPFC mendapatkan telur,
kacang tanah, susu sapi, ikan, kedelai, gandum, ayam, babi, sapi dan kentang,
sedangkan Bischop mendapatkan susu, telur. kedelai dan kacang.
2. Diet minimal 1" (Diet Rowe yang Dimodifikasil dari beberapa makanan dengan
indeks alergenitis yang ren dah. Berbeda dengan "diet eliminasi", rejimen ini
terdiri dari beberapa bahan makanan yang diperbolehkan yaitu: air, beras, daging
sapi, kelapa, kedelai, bayam, Wortel, bawang putih, kerakusan, garam dan susu
formula kedelai. Bahan makanan lain tidak diperbolehkan.
3. Diet minimal 2" (Diet Rowe yang Dimodisili dari makanan-makanan dengan
indeks alergenisitas rendah yang lain yang diperbolehkan, misalnya: air, kentang,
daging kambing, kacang merah, buncis, kobis, bawang, formula hydrolisat kasein,
bahan makanan yang lain tidak diperkenankan
4. Diet bebas telur dan ikan ini menyingkirkan telur termasuk makanan-makanan
yang dibuat dari telur dan semua ikan. Biasanya diberikan pada penderite-
penderite dengan keluhan dengan keluhan utama urtikaria, angionerotik udem dan
eksema. penderitanya sebagai penyebab gejala alergi.
Diet dilakukan selama 3 minggu, setelah itu dilakukan rangsangan dengan
1 bahan makanan setiap hari minggu. Makanan yang menimbulkan gejala alergi
pada penggunaan ini dicatat penyakit tetapi alergen kalau pada 3 kali memicu
menimbulkan gejala alergi. Waktunya tidak perlu berturut-turut, jika dengan diet
salah satu tidak ada perbaikan padahal sudah dilakukan dengan benar, maka
diberikan rejimen yang lain. Sebelum memulai rejimen yang baru, penderite
diberi "karnaval selama seminggu, artinya selama 1 minggu itu semua makanan
boleh dimakan (pesta). Maksudnya adalah memberi hadiah setelah 3 minggu diet
dengan baik, demikian ada semangat untuk menjalani diet berikunya. Selanjutnya
diet yang berikutnya juga dilakukan selama 3 minggu sebelum dilakukan
pemicuan.

12. Asuhan keperawatan alergi


a. PENGKAJIAN
1. Tanggal dasar, meliputi:
a. Itu. Identitas pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosis medis, musim
panas biaya, dan sumber informasi)
b. Identitas penanggung jawab (nama, jenis kelamin, umur. Status pernikahan,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan
pasien)
2. Riwayat termasuk, meliputi:
Riwayat kesehatan sekarang
Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien.meliputi:
a. Alasan masuk rumah sakit:
Pasien mengeluh nyeri perut, sesak nafas, demam, sela sakit, timbul
kemerahan pada kulit, mual,mual muntah, dan terasa gatal
b. keluhan utama
1) Pasien mengeluh sesak nafas
2) Pasien mengeluhkan bengkak
3) Pasien mengaku tidak nafsu makan, mual dan muntah
4) Pasien mengeluh nyeri di bagian perut
5) Pasien mengeluh gatal-gatal dan timbul kemerahan di sekujur tubuh
6) Pasien mengeluh diare
7) Pasien mengeluh demand
c. keluhan kronologis
Pasien mengeluh nyeri perut, sesak nafas, demam, sela sakit, timbul
kemerahan pada kulit, mual mual muntah dan terasa gatal gatal lagi
sehingga pasien dibawa ke rumah sakit.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama
atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini di derita. Misalnya,
sebelumnya pasien mengatakan pernah mengalami nyeri perut, sesak nafas,
demam, bengkak, timbul kemerahan pada kulit, mual muntah, dan terasa gatal
dan pernah menjalani perawatan di RS atau pengobatan tertentu c. Riwayat
kesehatan keluarga Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang
mengalami penyakit yang sama
4. Riwayat Psikosial dan spiritual
Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak
penyakit pasien terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien,
mekanika koping terhadap menekankan, persepsi pasien terhadap
penyakitnya, tugas perkembangan menurut usia duduk ini, dan sistem nilai
kepercayaan,
a. Dikaji berdasarkan 14 kebutuhan dasar menurut Virginia Handerson, yaitu:
1. Bernafas Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan,
sesak, atau batuk, serta mengukur tingkat respirasi.
2. Makan Dikaji apakah klien menghabiskan waktu makan yang telah
disediakan RS, apakah pasien mengalami mual atau muntah ataupun
kedua-duanya.
3. Minimum Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di
RS, apakah ada perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari
biasanya)
4. Eliminasi (BAB/BAK) Dikaji pola buang air kecil dan buang air
besar.
5. Gerak dan aktifitas Dikaji apakah pasien mengalami gangguan
/keluhan dalam melakukan aktivitasnya saat menderita suatu penyakit
(dalam hal ini adalah setelah didiagnosa mengalami alergi) atau saat
menjalani perawatan di RS.
6. rasa nyaman Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-
gejala penyakitnya, misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian
kanan atas (dikaji dengan PORST: faktor penyebabnya, kualitas
kuantitasnya, lokasi, Lamanya dan skala nyeri)
7. Kebersihan melaju Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS
8. rasa aman Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan
tindakan yang diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih
aman saat ditemani keluarganya selama di RS
9. Sosial dan komunikasi Lihat bagaimana interaksi pasien terhadap
keluarga, petugas RS dan lingkungan sekitar (termasuk terhadap
pasien lainnya)
10. Pengetahuan Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya
yang diderit duduk ini dan terapi yang akan diberikan untuk
keamanannya
11. Rekreasi Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain
yang ia senangi
12. Rohani Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya,
apakah pasien lebihima penyakitnya adalah karena murni oleh
penyakit medis ataupun sebaliknya

5. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan fisik
1. keadaan umum
a. GCS Tingkat kesadaran
b. Tanda-tanda vital
c. Keadaan fisik
d. kepala dan leher
e. diberikan
f. payudara dan ketiak
g. Perut
h. alat kelamin
i. Kulit
j. Ekstremitas
k. Pemeriksaan saraf
6. Pemeriksaan penunjang
a. Uji kulit: sebagai pemeriksaan penyaring (misalnya dengan alergen hirup
ungau, kapuk, debu rumah, bulu kucing, tepung sari rumput, atau allergen
makanan seperti susu, telur, kacang, ikan)
b. darah tepi bila eosinofilia 5% atau 500/ml condong pada alergi. Hitungan
leukosit 5000/ml disertai neutropenia 3% sering ditemukan pada alergi
makanan
c. Total IgE dan spesifik: harga normal Total IgE adalah 1000u/l sampai umur
20 tahun. Kadar IgE lebih dari 30u/ml pada umumnya menunjukkan
bahwa penderita adalah atopi, atau mengalamiparasit infeksiatau keadaan
depresi imun seluler
d. Tes intradermal kelemahan terbatas, berbahaya dan.
e. Tes hemaglutinin dan antibodi presipitat tidak sensitive
f. Biopsi usus sekunder dan sesudah dirangsang dengan makanan makanan
tantangan didapatkan inflamasi / atrofi mukosa usus, peningkatan limfosit
intraepitel dan IgM. IgE (dengan mikroskop imunofluoresen)
g. Pemeriksaan tes D Xylose, proktosigmoidoskopi dan biopsi usus.
h. Diit coba buta ganda (Double blind food challenge) untuk diagnosis pasti
7. Analisis tanggal
a. Tanggal subjek
1. sesak napas
2. mual, muntah
3. Meringis, gelisah
4. Terdapat nyeri pada bagian perut
5. Dankatal
6. batuk
b. Objek data jika
a. Penggunaan 02
b. Adanya kemerahan pada kulit
c. terlihat pucat
d. Pembengkakan pada bibir
e. Demam (suhu tubuh di atas 37.9
13. Diagnose keperawatan
a. rumusan diagnosa
1. resiko alergi makanan
2. gangguan rasa nyaman berdasarkan dengan gejala penyakit (alergi makanan)
3. gangguan integritas kulit berdasasarkan proses penuaan
4. hipertermia berdasarkan proses penyakit ( alergi makanan )

rencana keperawatan

No Diagnose keperawatan Tujuan dan kreteria hasil Intervesi


SDKI SLKI SIKI
1 Resiko alergi Respon Alergi Lokal (L14131) Menejemen Reaksi Alergi
(makanan) (D0134) Setelah dilakukan perawatan (I.14520)
3X 24 jam maka respon alergi Observasi
membaik dengan kreteria hasil 1. identifikasi
1. gatal local menurun penyebab dan
2. eritma lokal menurun riwayat alergi
3. edema lokal menurun (makanan
2. monitor gejala dan
tanda reaksi alergi
3. monitor selama 30
mnit setelah
pemberian agen
farmakologis
( antibiotic)
Terapuetik
1. hentikan paparan
alergi
2. lakikan tes alergi
Edukasi
1. informasikan alergi
yang di alami
2. ajarkan cara
menghindari dan
mencegah paparan
alergi dari
lingkungan atau
lainya
Kolaborasi
1. kolaborasi
pemberian obat
obatan anti alergi

2 gangguan rasa nyaman Status kenyamanan (L08064) Menejemen nyeri (I 08238)


berdasarkan dengan Setelah dilakukan keperawatan Observasi
gejala penyakit (alergi selama 2x 24 jam maka setatus 1. identifikasi
makanan) kenyamanan meningkat dengan lokasi,karatristik,
(0074) kreteria hasil durasi, frekunsi,
1. perawatan sesui kualitas , intensitas
kebutuhan meningkat nyeri
2. gatal menurun 2. identifikasi secara
nyeri
3. monitor efek
samping
penggunaan
anagletik
Terapuetik
1. berikan teknik
nonfarmologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (kompres
hangat / dingin )
2. control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
Edukasi
1. jelaskan penyebab ,
priode, dan pemicu
nyeri
2. jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. ajarkan teknik
nonfarmologis untuk
mengurangi rasa
nyeri
kolaborasi
1. kolaborasi
pemberian
anagletik ,jika perlu

3 Gangguan intigritas Integritas kulit dan jaringan Perawatan integritas kulit (I


kulit berdasarkan (L14125) 11353)
proses penuaan Setelah dilakukan perawatan Observasi
(D.0129) selama 3x24 jam maka 1. identifikasi
integritas kulit dan jaringan penyebab integritas
meningkat dengan kreteria kulit
hasil : terapuetik
1. nyeri menurun 1. ubah posisi tiap 2
2. kemerahan meningkat jam jika tirah bening
3. suhu kulit 2. gunakan produk
4. tekstur bahan petroleum
atau minyak pada
kulit kering
3. gunakan produk
berbahan ringan /
alami dan hipoalergi
pada kulit
4. hindari produk
berbahan dasar
alkohol pada kulit
kering
4 Hipertermia Termoregulasi (L141334) Menejemen hipertermia
berdasarkan proses Setelah dilakukan perawatan (I15506)
penyakit ( alergi selama 3x24 jam maka Observasi
makanan ) termoregulasi membaik dengan 1. identifikasi
(D0130) kreteria hasil : penyebab
1. kulit merah menurun hipertermia
2. suhu tubuh membaik 2. monitor suhu tubuh
3. suhu kulit Terapuetik
1. sediakan lingkungan
dingin
2. berikan cairan oral
Edukasi
1. anjurkan tirah baring
kolaborasi
1. kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda S, Sularsito. (2005). SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. Edisi III. Jakarta: FK UI: 126-31.

Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4.

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Brunner and Suddarth’s. 2008. Textbook of Medical-Surgical Nursing. Penerbit : LWW,


Philadelphia.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit

:EGC, Jakarta.

Doenges, Marilynn E, et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit: EGC,
Jakarta

Djuanda, Adhi. 2005i Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Penerbit : Balai Penerbit FK

UI, Jakarta.

Mansoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Edisi 3. Penerbit : Media
Aesculapius FK UI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai