Kelompok I :
Novita sari
Julia nesti
Winda permata
1. Trauma tumpul, Pada suatu kecelakaan lalulintas, misalnya tabrakan mobil, maka penderita yang berada
didalam mobil akan mengalami beberapa benturan
2. Trauma kompresi, Trauma kompresi terjadi bila bagian depan dari badan berhenti bergerak,
sedangkan bagian dalam tetap bergerak kedepan
3. Trauma ledakan, Ledakan terjadi sebagai hasil perubahan yang sangat cepat dari suatu bahan dengan
volume yang relatif kecil, baik padat, cairan atau gas, menjadi produk-produk gas
Trauma terbuka dapat menembus kulit kepala, tulang tengkorak, meningen, atau otak.
Cedera kepala yang terbuka biasanya disertai dengan fraktur tulang tengkorak (fraktur
cranium), dan fragmen tulang yang patah sering menimbulkan hematoma serta rupture
meningen dengan kehilangan cairan serebrospinal sebagai akibatnya.
1. CT scan
2. MRI
3. Serebral angiografi
4. X ray
5. Kadar elektrolit
5. Analgetik (kodein) 30-60 mg, tiap 4-6 jam sesuai Untuk mengobati nyeri ringan atau
kebutu cukup parah
h
6. Antikonvulsan (fenitoin) Dosisnya 200 hingga 500 mg perhati Untuk mencegah serangan epilepsi
7. Profilaksis antibiotik Biasanya digunakan setelah 24 jam Tindakan yang sangat penting
pertama, lalu 2 jam pertama, dan 4 sebagai usaha untuk
jam berikutnya mencegah terjadinya infeksi pasca
operasi
STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER
Terapi Diet
Nutrisi merupakan kebutuhan pokok, pembagian klasik pada fase-fase respon inflamasi
sistemik pada cedera kepala atau trauma merupakan sarana yang penting untuk
menginterprestasikan kejadian metabolik komplek yang terjadi selama trauma
Eeb fase terdiri atas respon awal terhadap injuri, lamanya bervariasi umumnya berlangsung
24 jam pertama dan paling lama selama 3 hari, berlanjut pada Flow fase dengan puncak
fase ini adalah sekitar 3-5 hari.
Cara pemberian nutrisi enteral dapat melalui beberapa rute : oral, pipa lambung
(cth, nasogastrik atau gastric), atau small bowel feeding tube
Komplikasi utama dari pemberian nutrisi enteral adalah sebagai berikut:
a. Aspirasi (pneumonia, pneumonitis kimia, ARDS)
b.Kekacauan metabolic (cth. Gangguan elektrolit, hiperglikemia); ini lebih jarang daripada dengan
nutrisi parenteral.
c. Diare
d. Penempatan pipa nutrisi yang meleset (cth., pneumothoraks, empiema, perforasi usus)
e. Kelebihan pemberian nutrisi
STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER
Nutrisi Parenteral
Nutrisi perenteral sebaiknya diberikan jika nutrisi enteral tidak mungkin diberikan
Nutrisi parenteral dapat diberikan lewat jalur vena perifer atau sentral. Nutrisi perenteral
yang melalui vena sentral tergantung pada kebutuhan kalori, volume yang diberikan serta
kondisi pasien
Dengan Penilaian status gizi (nutritional assessment) dan identifikasi pasien status gizi
yang buruk digunakan untuk menyusun program terapy nutrisi yang akan diberikan,
langkah selanjutnya adalah penentuan kebutuhan cairan, energi dan protein serta trace
element yang akan digunakan pada pasien dengan stroke, ataupun paska operasi otak.
b. Primary Survey
d. Pemeriksaan
Nervus cranial
e. Head To Toe
2. Pola napas tidak efektif b.d Gangguan neurologis (Trauma Kepala) (D.0005)
3. Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d perdarahan intracranial ( trauma kepala ) (D.0017)
Pola nafas tidak efektif (D.0005) Inspirasi dan ekspirasi yang memberikan Pemantauan Respirasi
Ventilasi adekuat (L.01004) (I. 01014)
Faktor yang berhubungan : Kriteria Hasil:
- Gangguan neurologis (Trauma, cedera kepala) - Dispnue menurun
1. Monitor frekuensi, irama,
kedalaman Dan upaya nafas
- Cedera medulla spinalis - Penggunaan otot bantu nafas menurun
2. Monitor pola nafas
- Disfungsi neuromuscular - Perpanjangan fase ekspirasi menurun
3. Monitor kemampuan batuk efektif
- Keletihan otot pernafasan - Ortopnue menurun
4. Monitor adanya produksi sputum
- Pernafasan cuping hidung menurun
5. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
Gejala dan tanda - Prekuensi nafas membaik
6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Subjektif - Kedalaman nafas membaik
7. Auskultasi bunyi nafas
- Dispneu - Tekanan ekspirasi dan inspirasi membaik
8. Monitor saturasi oksigen
- Ortopnue
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor Hasil X-ray thorax
Objektif 11. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi ps
- Penggunaan otot otot pernapasan 12. Jelaskan tujuan dan prosedur pamantuan
- Fase ekspirasi memanjang 13. Dokumentasi hasil pemantauan
- Pola nafas abnormal (takipnue, bradipnue, kussmaul,
chene-stokes)
- Perubahan kedalaman pernapasan
- Penurunan tekanan ekspirasi
- Penurunan ventilasi semenit
- Penurunan kapasitas vital
- Peningkatan diameter anterior-posterior
- Pernapasan cuping hidung
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Risiko perfusi serebral tidak efektif (D.0017) Keadekuatan aliran darah serebral untuk Manajemen peningkatan tekanan intrakranial
menunjang fungsi otak meningkat (1.06194)
Faktor Risiko : (L.02014) Observasi
- Cedera Kepala Kriteria Hasil: 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK (lesi,
- Aneurisma serebri - Tingkat kesadaran meningkat gangguan metabolism, edema serebral)
- Embolisme - Tekanan intracranial menurun 2. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK ( TD
- Sakit kepala menurun meningkat, tekanan nadi melebar, pola nafas irregular,
- Nilai rata – rata tekanan darah kesadaran menurun)
membaik 3.Monitor MAP ( Mean Arterial Pressure)
- Refleksi saraf membaik Terapeutik
4. MInimalkan stimulus dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
5. Berikan posisi semifowler
6.CRgah terjadinya kejang
KOlaborasi
7. KOlaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan, jika
perlu
8. KOlaborasi pemberian diuretic osmosis, jika perlu
9. KOlaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu