Anda di halaman 1dari 27

TRAUMA KEPALA

Kelompok I :
Novita sari
Julia nesti
Winda permata

STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER


PENGERTIAN

Trauma Kepala adalah cedera mekanik


yang secara langsung atau tidak langsung
mengenai kepala yang mengakibatkan
luka di kulit kepala, fraktur tulang
tengkorak, robekan selaput otak dan
kerusakan jaringan otak itu sendiri, serta
mengakibatkan gangguan neurologis
(Sjahrir, 2012).

STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER


MEKANISME TRAUMA
KEPALA

1. Trauma tumpul, Pada suatu kecelakaan lalulintas, misalnya tabrakan mobil, maka penderita yang berada
didalam mobil akan mengalami beberapa benturan

2. Trauma kompresi, Trauma kompresi terjadi bila bagian depan dari badan berhenti bergerak,
sedangkan bagian dalam tetap bergerak kedepan
3. Trauma ledakan, Ledakan terjadi sebagai hasil perubahan yang sangat cepat dari suatu bahan dengan
volume yang relatif kecil, baik padat, cairan atau gas, menjadi produk-produk gas

4. Trauma tembus, Ledakan terjadi sebagai hasil perubahan

STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER


PATOFISIOLOGI
Trauma tertutup secara khas merupakan cedera akselerasi deselerasi (coup/contrecoup)
yang terjadi secara tiba-tiba, kepala membentur benda yang relative dalam keadaan
stasioner sehingga terjadi cedera pada jaringan kranial di dekat tempat benturan (yang
disebut coup). Kemudian kekuatan atau gaya yang masih tersisa mendorong otak hinga
menghantarkan sisi tengkorak yang lain dan dengan demikian terjadi benturan serta
cedera sekunder (yang disebut contrecoup)

Trauma terbuka dapat menembus kulit kepala, tulang tengkorak, meningen, atau otak.
Cedera kepala yang terbuka biasanya disertai dengan fraktur tulang tengkorak (fraktur
cranium), dan fragmen tulang yang patah sering menimbulkan hematoma serta rupture
meningen dengan kehilangan cairan serebrospinal sebagai akibatnya.

STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER


STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER
ETIOLOGI

• 1. Kecelakaan kendaraan atau transportasi.


• 2. Kecelakaan terjatuh.
• 3. Kecelakaan yang berkaitan dengan
olahraga.
• 4. Kejahatan dan tindak kekerasan.

STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER


1. Cedera Kepala Ringan
a. Hilangnya kesadaran tidak lebih 30 menit atau lebih
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal atau menurun
c. Timbul rasa nyeri di kepala
d. Pusing dan muntah
e. GCS 14-15, tidak terdapat kelainan neurologis.
2. Cedera Kepala Sedang
a. Pada cedera otak, kesadaran seringkali menurun
b. Pola nafas menjadi abnormal secara progresif
MANIFESTASI KLINIS
c. muntah dapat terjadi akibat penigkatan intracranial
d. Amnesia yang berhubungan dengan kejadian ini mungkin terjadi
e. GCS 9 – 13
3. Cedera Kepala Berat
a. Skor skala koma Glasgow (GCS) 3-8 (koma)
b. Penurunan derajat kesadaran secara progresif
c. Tanda neurologi fokal
d. Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi kranium.
STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. CT scan
2. MRI
3. Serebral angiografi
4. X ray
5. Kadar elektrolit

STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER


PENATALAKSANAAN
Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma kepala adalah sebagai berikut:
1. Observasi 24 jam

2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.

3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.

4. Pasien diistirahatkan atau tirah baring.

5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.

6. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.

7. Pemberian obat-obat analgetik

8. Pembedahan bila ada indikasi.

STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER


Farmakologi
No Nama Obat Dosis Keterangan
1 Diuretik osmotik Dosisnya 0,5-1 g/kgBB, diberikan Untuk mencegah
(manitol 20%) rebound dalam 30 menit. Pemberian
diulang setelah 6 jam dengan dosis
0,25-0,5/kgBB dalam 30 menit

2 Loop diuretic Dosisnya 40 mg/hari IV Pemberiannya bersama manitol,


(furosemid) karena mempunyai efek sinergis
dan memperpanjang efek osmotik
serum manitol

3 Diazepam Dosisnya 10 mg IV dan bisa Diberikan bila ada kejang


diulang sampai 3 kali bila masih
kejang
Farmakologi
4. Analgetik (asetaminofen) Dosisnya 325 atau 500 mg setiap 3 Untuk mengurangi demam serta
atau 4 jam, 650 mg setiap 4-6 jam, mengatasi nyeri ringan
1000 mg setiap 6 sampai sedang akibat sakit kepala

5. Analgetik (kodein) 30-60 mg, tiap 4-6 jam sesuai Untuk mengobati nyeri ringan atau
kebutu cukup parah
h
6. Antikonvulsan (fenitoin) Dosisnya 200 hingga 500 mg perhati Untuk mencegah serangan epilepsi

7. Profilaksis antibiotik Biasanya digunakan setelah 24 jam Tindakan yang sangat penting
pertama, lalu 2 jam pertama, dan 4 sebagai usaha untuk
jam berikutnya mencegah terjadinya infeksi pasca
operasi
STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER
Terapi Diet
Nutrisi merupakan kebutuhan pokok, pembagian klasik pada fase-fase respon inflamasi
sistemik pada cedera kepala atau trauma merupakan sarana yang penting untuk
menginterprestasikan kejadian metabolik komplek yang terjadi selama trauma

Eeb fase terdiri atas respon awal terhadap injuri, lamanya bervariasi umumnya berlangsung
24 jam pertama dan paling lama selama 3 hari, berlanjut pada Flow fase dengan puncak
fase ini adalah sekitar 3-5 hari.

STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER


Nutrisi Enteral
Nutrisi enteral dibutuhkan untuk fungsi usus yang optimal: pemeliharaan baarier usus dan
system imun pada usus dan sekresi immunoglobulin A (IgA).

Cara pemberian nutrisi enteral dapat melalui beberapa rute : oral, pipa lambung
(cth, nasogastrik atau gastric), atau small bowel feeding tube
Komplikasi utama dari pemberian nutrisi enteral adalah sebagai berikut:
a. Aspirasi (pneumonia, pneumonitis kimia, ARDS)
b.Kekacauan metabolic (cth. Gangguan elektrolit, hiperglikemia); ini lebih jarang daripada dengan
nutrisi parenteral.
c. Diare
d. Penempatan pipa nutrisi yang meleset (cth., pneumothoraks, empiema, perforasi usus)
e. Kelebihan pemberian nutrisi
STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER
Nutrisi Parenteral
Nutrisi perenteral sebaiknya diberikan jika nutrisi enteral tidak mungkin diberikan

Indikasi nutrisi parenteral : Traktus gastrointestinal tidak berfungsi / tidak


mungkin dipergunakan, dan Intestinal rest diperlukan

Nutrisi parenteral dapat diberikan lewat jalur vena perifer atau sentral. Nutrisi perenteral
yang melalui vena sentral tergantung pada kebutuhan kalori, volume yang diberikan serta
kondisi pasien

STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER


Terapi nutrisi jelas lebih baik diberikan selama fase flow dari pada fase ebb, karena pada
fase ebb resusitasi adalah diprioritaskan, sebaliknya selama flow fase hipermetabolik terapi
nutrisi penting untuk mencegah efek dari puasa

Dengan Penilaian status gizi (nutritional assessment) dan identifikasi pasien status gizi
yang buruk digunakan untuk menyusun program terapy nutrisi yang akan diberikan,
langkah selanjutnya adalah penentuan kebutuhan cairan, energi dan protein serta trace
element yang akan digunakan pada pasien dengan stroke, ataupun paska operasi otak.

STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER


PENGKAJIAN
a. Identitas Ps

b. Primary Survey

A(sumbatan jalan nafas),B(look,listen,feel), C(pulse,syok,perdarahan),D(tingkat kesadaran),


E(hypotermi)
c. Secondary Survey
AMPLE(Alergy, Medikasi, Pasient medical history,Last meal, Events)

PQRST NYERI(Provokes, Quality, Radiatest,Severity, Time)

d. Pemeriksaan
Nervus cranial

e. Head To Toe

STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER


Tingkat kesadaran

STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER


Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d disfungsi neuromuscular, ketidakmampuan mengelurkan secret
(D.0001)

2. Pola napas tidak efektif b.d Gangguan neurologis (Trauma Kepala) (D.0005)

3. Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d perdarahan intracranial ( trauma kepala ) (D.0017)

4. Resiko defisit nutrisi b.d ketidak mampuan menelan makanan (D.0032)

5. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuscular (D0054)

6. Nyeri Akut b.d Agen cedera fisik (trauma) (D. 0077)

7. Resiko Infeksi (D.0142)

STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER


Intervensi Keperawatan

STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER


Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI)
(SIKI)
Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001) Kemampuan membersihkan secret untuk Manajemen jalan nafas
Faktor yang berhubungan: mempertahan kan jalan nafas Tetap paten/ meningkat (I. 01011)
- Spasme jalan nafas (L.01001) 1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, Usaha nafas)
- Hipersekresi jalan nafas Kriteri hasil: 2. Monitor bunyi nafas tambahan (gurgling, Mengi, whezing, ronki
- Disfungsi neuromuskuler - Tingkat kesadaran meningkat kering)
- Adanya jalan napas buatan - Saturasi O2 meningkat 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma
- Benda asing dalam jalan napas - Kesimetrisan gerakan dinding dada meningkat 4. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan Head-tild dan chin-lift
- Hyperplasia pada dinding bronchus - Sekresi jalan nafas menurun (jaw trust jika curiga trauma cervikal)
- sekresi yang tertahan - Tidak ada suara nafas tambahan 5. Posisikan semi-fowler atau fowler
- proses infeksi - Produksi sputum menurun 6. Berikan minum air hangat (ps sadar)
- Dyspnue menurun 7. Lakukan fisioterapi dada
Gejala dan tanda - Sianosis menurun 8. Lakukan suction kurang dari 15 detik
Subjektif 9. Keluarkan sumbatan dengan forcep McGiil
- Dispneu 10. Berikan oksigen
- Ortopnue
- Terpajan 11. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hr,
polutan 12. Ajarkan teknik batuk efektif (ps sadar)
Objektif 13. Kolaborasi pemberian bronkodilator ekspektoran, mukolitik jika
- Batuk yang tidak efektif perlu
- Gelisah
- Kesulitan verbalisasi
- Penurunan bunyi napas
- Perubahnan frekuensi napas
- Perubahan pola napas
- Sianosis
- Sputum dalam jumlah yang berlebihan
- Suara napas tambahan

STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER


Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

Pola nafas tidak efektif (D.0005) Inspirasi dan ekspirasi yang memberikan Pemantauan Respirasi
Ventilasi adekuat (L.01004) (I. 01014)
Faktor yang berhubungan : Kriteria Hasil:
- Gangguan neurologis (Trauma, cedera kepala) - Dispnue menurun
1. Monitor frekuensi, irama,
kedalaman Dan upaya nafas
- Cedera medulla spinalis - Penggunaan otot bantu nafas menurun
2. Monitor pola nafas
- Disfungsi neuromuscular - Perpanjangan fase ekspirasi menurun
3. Monitor kemampuan batuk efektif
- Keletihan otot pernafasan - Ortopnue menurun
4. Monitor adanya produksi sputum
- Pernafasan cuping hidung menurun
5. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
Gejala dan tanda - Prekuensi nafas membaik
6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Subjektif - Kedalaman nafas membaik
7. Auskultasi bunyi nafas
- Dispneu - Tekanan ekspirasi dan inspirasi membaik
8. Monitor saturasi oksigen
- Ortopnue
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor Hasil X-ray thorax
Objektif 11. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi ps
- Penggunaan otot otot pernapasan 12. Jelaskan tujuan dan prosedur pamantuan
- Fase ekspirasi memanjang 13. Dokumentasi hasil pemantauan
- Pola nafas abnormal (takipnue, bradipnue, kussmaul,
chene-stokes)
- Perubahan kedalaman pernapasan
- Penurunan tekanan ekspirasi
- Penurunan ventilasi semenit
- Penurunan kapasitas vital
- Peningkatan diameter anterior-posterior
- Pernapasan cuping hidung
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

Risiko perfusi serebral tidak efektif (D.0017) Keadekuatan aliran darah serebral untuk Manajemen peningkatan tekanan intrakranial
menunjang fungsi otak meningkat (1.06194)
Faktor Risiko : (L.02014) Observasi
- Cedera Kepala Kriteria Hasil: 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK (lesi,
- Aneurisma serebri - Tingkat kesadaran meningkat gangguan metabolism, edema serebral)
- Embolisme - Tekanan intracranial menurun 2. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK ( TD
- Sakit kepala menurun meningkat, tekanan nadi melebar, pola nafas irregular,
- Nilai rata – rata tekanan darah kesadaran menurun)
membaik 3.Monitor MAP ( Mean Arterial Pressure)
- Refleksi saraf membaik Terapeutik
4. MInimalkan stimulus dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
5. Berikan posisi semifowler
6.CRgah terjadinya kejang
KOlaborasi
7. KOlaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan, jika
perlu
8. KOlaborasi pemberian diuretic osmosis, jika perlu
9. KOlaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu

STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER


Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

R e s i k o defisit nutrisi (D.0032) Keadekuatan asupan Manajemen gangguan


Faktor Risiko : nutrisi u nt uk makan
- Ketidakmampuan menelan memenuhi kebutuhan ( 1 . 0 3 111 )
makanan metabolism observasi
- Ketidakmampuan mencerna m e mb a i k (L.03030) 1. M o n i t o r a s u p a n d a n
makanan Kriteria Hasil: keluarnya makanan dan
- Ketidakmampuan mengabsorbsi - Porsi makanan yang cairan serta kebutuhan
nutrient dihabiskan kalori
- Peningkatan kebutuhan - Serum albumin Te r a p e u t i k
metabolisme meningkat 2. M e n i m b a n g B B
- Perasaan cepat secara rutin
kenyang menurun Mendiskusikan perilaku
- Nyeri abdomen makan dan jumlah
menurun aktivitas fisik
- Diare menurun yang sesuai
3. L a k u k a n k o n t r a k
perilaku
seperti target B B ,
tanggungjawab perilaku
Edukasi
4. A n j u r k a n
pengatuyran diet
yang tepat
5. A n j u r k a n
keterampilan
kping untuk
penyelesaian masalah
perilaku m a k a n
Kolaborasi
6. K o l a b o r a s i d e n g a n
ahli gizi tentang
target B B , k e b u t u h a n
kalori dan pilihan
makanan
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

G a n g g u a n mobilitas fisik K e m a m p u a n dalam Dukungan Ambulasi


(D0054) g e r a k a n fisik dari satu (1. 0 61 7 1 )
Faktor yang atau lebih Observasi
berhubungan : ekstremitas secara 1. Identifikasi ada nya nyeri atau
- Trauma mandiri meningkat
keluhan fisik lainnya
- Stroke (L.05042) Kriteria
2. Identifikasi toleransi
Hasil:
- Cedera medulla spinalis fisik
- Pergerakan
- Fraktur melakukan ambulasi
ekstremitas
meningkat 3. Monitor frekuensi jantung
Gejala dan tanda dan T D sebelum melakukan
- Kekuatan
Subjektif ambulasi
otot m e n i n g k a t
- M e n g e l u h sulit 4. Monitor kondisi u m u m
- Rentang gerak (
menggerakkan ekstremitas selama melakukan ambulasi
R O M ) meningkat
- Nyeri saat bergerak Ter apeut i k
- Kelemahan 5. Fasilitasi aktivitas ambulasi
- Enggan fisik m e n u r u n
melakukan dengan alat bantu(missal
- Gerakan tongkat, kruk)
pergerakan terbatas
menurun 6. Libatkan keluarga
Objektif untuk membantu pasien
- Kekuatan otot dalam meningkatkan
menurun ambulasi
- Rentang gerak ( R O M ) Edukasi
menurun 7. Jelaskan tujuan dan prosedur
- Fisik lemah ambulasi
- Gerakan terbatas 8. Anjurkan melakukan
ambulasi dini
9. Ajarkan ambulasi sederhana seperti
berjalan dari tempat
tidur ke kursi roda/
kamar m a d i .

STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER


Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

Nyeri Akut (D. 0077) Tingkat nyeri Ma na j emen nyeri


Faktor yang berhubungan : menurun (L.08066) (1.08238)
- A g e n p en ced er a fisiologis ( Kriteria Hasil: Observasi
missal inflamasi, iskemia, - Keluhan nyeri 1. i d e n t i f i k a s i l o k a s i ,
neoplasma) menurun karakteristik, durasi, frekuensi,
- Agen pencedera kimiawi ( - Meringis kualitas, intensitas nyeri
m i s sa l terb ak ar, b a h a n menurun 2. I d e n t i f i k a s i s k a l a n y e r i
k i m i a iritan) - Sikap protektif 3. I d e n t i f i k a s i r e s p o n s n y e r i n o n
- A g e n p en ced er a fisik ( menurun verbal
missal abses, - Gelisah 4. I d e n t i f i k a s i f a k t o r y a n g
amputasi, trauma) menurun memperberat dan
- Kesulitan tidur memperingan nyeri
Gejala dan tanda menurun Te r a p e u t i k
Subjektif 5. B e r i k a n t e k n i k n o n
- Mengeluh nyeri farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Objektif 6. K O n t r o l l i n g k u n g a n y a n g
- Ta m pa k memperberat nyeri
meringis Edukasi
- Bersikap protektif ( missal 7. J e l a s k a n p e n y e b a b , p e r i o d e ,
waspada, posisi dan pemicu nyeri
menghindari nyeri) 8. J e l a s k a n s t r a t e g i m e r e d a k a n
- Gelisah nyeri
- Frekuensi nadi meningkat KOlaborasi
- Sulit tidur 9. K O l a b o r a s i p e m b e r i a n
analgetik, jika perlu

STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER


Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

1. Resiko Infeksi (D.0142) Tingkat infeksi P e n c e g a h a n infeksi


menurun (L.09097 (1.14539)
Kriteria Hasil: Observasi
Faktor yang berhubungan :
- Demam menurun 1. M o n i t o r t a n d a d a n g e j a l a
- Penyakit kronis
- Kemerahan infeksi local da n sistemik
- Efek prosedur infeksi
menurun Te r a p e u t i k
- Malnutrisi
- Peningkatan Paparan - Nyeri menurun 2. B a t a s i j u m l a h
organisme pathogen - Bengkak pengunjung
lingkungan menurun 3. B e r i k a n p e r a w a t a n k u l i t
- Ketidakadekuatan - K a d a r sel d ar ah putih daerah edema
pertahanan tubuh primer membaik 4. C u c i t a n g a n s e b e l u m
dan sekunder dan
sesudah kontak
5. P e r t a h a n k a n t e k n i k a s e p t i c
Edukasi
6. J e l a s k a n t a n d a d a n g e j a l a
infeksi
7. A j a r k a n c a r a m e n c u c i t a n g a n
dengan benar
8. A n j u r k a n m e n i n g k a t k a n
a su pan nutrisi
9. A n j u r k a n m e n i n g k a t k a n
asupan cairan
Kolaborasi
10.K o l a b o r a s i p e m b e r i a n
imunisasi jika perlu

STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER

Anda mungkin juga menyukai