Anda di halaman 1dari 20

CIDERA KEPALA

Ns. Robiul Fitri Masithoh, M.Kep


Konsep Cidera Kepala
• Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik
dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai
perdarahan interstitial dalam substansi otak
tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak
• Cedera kepala adalah trauma yang mengenai
otak disebabkan oleh kekuatan eksternal yang
menimbulkan perubahan tingkat kesadaran dan
perubahan kemampuan kognitif, fungsi fisik,
fungsi tingkah laku dan emosional
Tanda dan gejala
1. Commotio Cerebri
 Tidak sadar selama kurang atau sama dengan 10
menit, Mual dan muntah, Nyeri kepala (pusing),
Nadi, suhu, tekanan darah menurun atau normal
2. Contosio cerebri
 Tidak sadar lebih 10 menit, Amnesia
anterograde, Mual dan muntah, Penurunan
tingkat kesadaran, Gejala neurologi, seperti
parese, Perdarahan
3. Laserasio Serebri
 Jaringan robek akibat fragmen patah, Pingsan
maupun tidak sadar selama
berhari-hari/berbulan-bulan, Kelumpuhan
anggota gerak, Kelumpuhan saraf otak
Manifestasi Klinis
• Gejala klinis dari trauma kapitis ditentukan oleh
derajat cedera dan lokasinya. Derajat cedera
otak kurang lebih sesuai dengan tingkat
gangguan kesadaran penderita
1. Cedera kepala ringan (kelompok risiko rendah)
2. Cedera kepala sedang (kelompok risiko
sedang)
3. Cedera kepala berat (kelompok risiko berat)
Cidera Kepala Ringan
• Skor skala koma Glasgow 15 (sadar penuh,
alternative dan orientatif)
• Tidak ada kehilangan kesadaran (misalnya konkusi)
• Tidak ada intoksikasi alcohol atau obat terlarang
• Klien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
• Pasien dapat mengeluh abrasi, laserasi atau
hematoma kulit kepala
• Tidak adanya kriteria cedera, sedang berat.
Cidera Kepala Sedang
• Skor skala koma Glasgow 9-14 (kontusi, latergi atau
stupor)
• Konfusi
• Amnesia pasca trauma
• Muntah
• Tanda kemungkinan fraktur cranium (tanda battle,
mata rabun, hemotimpanum, otore atau rinore
cairan cerebrospinal
• Kejang
Cidera Kepala Berat
• Skor skala koma Glasgow 3-8 (koma)
• Penurunan derajat kesadaran secara progersif
• Tanda neurologis fokal
• Cedera kepala penetrasi atau serba fraktur
depresi cranium.
Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Polos
2. CT – Scan
3. Untuk pemeriksaan laboratorium, umumnya
pemeriksaan darah lengkap, gula darah sewaktu,
ureum-kreatinin, analisis gas darah dan elektrolit
4. Pemeriksaan neuropsikologis (sistem saraf kejiwaan)
adalah komponen penting pada penilaian dan
penatalaksanan cedera
5. MRI
6. EEG
Penatalaksanaan
1. Keperawatan
2. Medis
Keperawatan
1. Observasi 24 jam
2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan
terlebih dahulu. Makanan atau cairan, pada
trauma ringan bila muntah-muntah, hanya
cairan infus dextrose 5%, amnifusin, aminofel
(18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2-3
hari kemudian diberikan makanan lunak
3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi
4. Pada anak diistirahatkan atau tirah baring
Medis
1. Terapi obat-obatan
 Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema
serebral, dosis sesuai dengan berat ringannya trauma
 Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu
mannitol 20 % atau glukosa 40 % atau gliserol 10 %
 Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisillin)
atau untuk infeksi anaerob diberikan metronidasol
 Pembedahan bila ada indikasi (hematom epidural besar,
hematom sub dural, cedera kepala terbuka, fraktur impresi >1
diplo)
 Lakukan pemeriksaan angiografi serebral, lumbal fungsi, CT
Scan dan MRI
Penatalaksanaan Konservatif
1. Bedrest Total
2. Pemberian Obat-Obatan
Pemberian obat obatan
1. Obat Anti Kejang
Profilaksis anti kejang efektif diberikan pada 1
minggu pertama pasca trauma. Alternatif obat
yang efektif adalah phenytoin dan levetiracetam.
Pengobatan profilaksis anti kejang sebaiknya tidak
rutin dilakukan setelah 7 hari pasca trauma karena
tidak menurunkan risiko kejang fase lanjut pasca
trauma. Pemberian profilaksis fenitoin efektif
untuk mencegah kejang fase dini pasca trauma.
2. Manitol dan Sodium Laktat Hipertonis : Manitol
membantu menurunkan TIK pada pasien COB.
Pemberian secara bolus dengan dosis 0,25–1gr/kgBB
lebih dianjurkan dibandingkan pemberian secara terus
menerus
3. Antibiotika Profilaksispada Pemasangan Kateter Ventrikel
Pemberian antibiotik pada pemasangan dan penggantian
kateter ventrikel setiap 5 hari tidak mengurangi risiko
infeksi. Penggunaan antibiotik lokal maupun sistemik
tidak menurunkan risiko infeksi pada pemasangan
kateter ventrikel.
4. Analgetik Ketorolac dan acetaminophen
dapat digunakan pada pasien trauma kepala.
Ketorolac hanya boleh diberikan maksimal 5
hari. Obat-obatan NSAID lainnya seperti
ibuprofen dan naproxen bisa diberikan per-
oral. Ketoprofen supp dan acetaminophen
supp bermanfaat menguranginyeri pada COR.
5. Kortikosteroid Terapi dengan dan tanpa kortikosteroid
pada pasien memar otak secara statistic hasil terapi tidak
berbeda bermakna
6. Sedatif/Tranquilizer
Midazolam mengurangi CBF sehingga cenderung aman dan
efektif untuk anestesiadan sedasi pasien dengan
peningkatan ICP. Propofol memberikan hasil yang baik dalam
fungsi sedasi serta memudahkan dalam evaluasi fungsi
neurologis secara awal. Dexmedetomidine merupakan
sedasi tanpa efek neurologis dan memberikan efek proteksi
pada otak
Studi Kasus
• Tn. A, 37 tahun dibawa ke UGD Rs. Raden Mataher setelah
mengalami kecelakaan lalulintas saat mengendarai motornya.
Lokasi kejadian berjarak 2 jam dari IGD. Tn. A tidak memakai helm
saat dibawa dan Tn. A sempat pingsan > 15 menit ketika sadar ia
kembali mengeluh kekepalanya terasa sakit dan muntah sebanyak
3 kali. Saat dilakukan periksaan fisik ditemukan Tn.A membuka
mata saat dirangsang nyeri dan menunjukkan fleksi abnormal pada
sisi kanan dan tidak dapat digerakkan pada sisi kiri. TD: 80/50
mmHg, pernafasan: cheynes stokes, Nadi: 52x/menit, T : 37,8 C
tampak jejas dengan ukuran 5x10cm pada parietal kanan. Pupil
mengalami dilatasi ipsilateral dan refleks cahaya pada kedua pupil
menurun. Respon verbal hanya berupa erangan

Anda mungkin juga menyukai