Oleh:
Nama : Nurul Fajriyatul Ummah
NIM : P17211193116
I. DEFINISI
Menurut Soemarmo (2009) Chepalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik
paling utama manusia. Sakit kepala merupakan gejala bukan penyakit dan dapat
menunjukkan penyakit organik (neurologi atau penyakit lain), migren, respon stress,
sakit kepala tegang atau kombinasi respon tersebut.
Chepalgia (nyeri kepala) adalah nyeri yang berlokasi diatas garis orbiomeatal. Nyeri
kepala biasanya merupakan suaru gejala dari penyakit dan dapat terjadi dengan atau tanpa
adanya gangguan organik (Lionel, 2007).
II. PATOFISIOLOGI
a. Etiologi
Menurut Papdi (2012) Sakit kepala sering berkembang dari sejumlah faktor resiko
yang umum yaitu:
1. Penggunaan obat yang berlebihan
Penggunaan obat yang berlebihan yaitu mengkonsumsi obat berlebihan dapat
memicu sakit kepala bertambah parah setiap diobati.
2. Stress
Stress adalah pemicu yang paling umum untuk sakit kepala, stress bisa
menyebabkan pembuluh darah di bagian otak mengalami penegangan sehingga
menyebabkan sakit kepala.
3. Masalah tidur
Masalah tidur merupakan salah satu faktor terjadinya sakit kepala, karena saat tidur
seluruh anggota tubuh termasuk otak dapat beristirahat.
4. Kegiatan berlebihan
Kegiatan yang berlebihan dapat mengakibatkan pembuluh darah di kepala dan leher
mengalami pembengkakan, sehingga efek dari pembengkakan akan terasa nyeri.
5. Rokok
Kandungan didalam rokok yaitu nikotin yang dapat mengakibatkan pembuluh darah
menyempit, sehingga menyebabkan sakit kepala.
c. Masalah Keperawatan
a. Nyeri akut
b. Ansietas
c. Gangguan Pola Tidur
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK HASIL
1. Rontgen kepala 1. mendeteksi fraktur dan
penyimpangan struktur.
2. Rontgen sinus
2. Mengkonfirmasi diagnosa sinusitis
3. Pemeriksaan visual
dan mengidentifikasi masalah-masalah
4. CT scan Otak struktur, malformasi rahang.
3. ketajaman, lapang pandang, refraksi,
membantu dalam menentukan diagnosa
banding.
4. Mendeteksi masa intracranial,
perpindahan ventrikuler atau hemoragi
Intracranial.
IV. PENATALAKSANAAN
1. Migren
a. Terapi Profilaksis
1) Menghindari pemicu
2) Menggunakan obat profilaksis secara teratur
Profilaksis: bukan analgesik, memperbaiki pengaturan proses fisiologis yang
mengontrol aliran darah dan aktivitas system syaraf
b. Terapi abortif menggunakan obat-obat penghilang nyeri dan/atau vasokonstriktor.
Obat-obat untuk terapi abortif
1) Analgesik ringan : aspirin (drug of choice), parasetamol
2) NSAIDS : Menghambat sintesis prostaglandin, agragasi platelet, dan
pelepasan 5-HT. Naproksen terbukti lebih baik dari ergotamine. Pilihan lain :
ibuprofen, ketorolak
3) Golongan triptan
a) Agonis reseptor 5-HT1D menyebabkan vasokonstriksi Menghambat
pelepasan takikinin, memblok inflamasi neurogenik Efikasinya setara
dengan dihidroergotamin, tetapi onsetnya lebih cepat
b) Sumatriptan oral lebih efektif dibandingkan ergotamin per oral
c) Ergotamin : Memblokade inflamasi neurogenik dengan menstimulasi
reseptor 5-HT1 presinapti. Pemberian IV dpt dilakukan untuk serangan
yang berat
d) Metoklopramid : Digunakan untuk mencegah mual muntah. Diberikan 15-
30 min sebelum terapi antimigrain, dapat diulang setelah 4-6 jam
e) Kortikosteroid : Dapat mengurangi inflamasi. Analgesik opiate. Contoh :
butorphanol
c. Obat untuk terapi profilaksis
1) Beta bloker. Merupakan drug of choice untuk prevensi migraine. Contoh:
atenolol, metoprolol, propanolol, nadolol. Antidepresan trisiklik Pilihan:
amitriptilin, bisa juga: imipramin, doksepin, nortriptilin Punya efek
antikolinergik, tidak boleh digunakan untuk pasien glaukoma atau hiperplasia
prostat
2) Metisergid. Merupakan senyawa ergot semisintetik, antagonis 5-
HT2. Asam/Na Valproat dapat menurunkan keparahan, frekuensi dan durasi
pada 80% penderita migraine.
3) NSAID. Aspirin dan naproksen terbukti cukup efektif. Tidak disarankan
penggunaan jangka panjang karena dapat menyebabkan gangguan GI
4) Verapamil. Merupakan terapi lini kedua atau ketiga
5) Topiramat. Sudah diuji klinis, terbukti mengurangi kejadian migrain
V. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian fokus (sesuai kasus)
1. Pengkajian Primer
Airway :Batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot pernafasan,
oksigen.
Breathing :Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal
Circulation :Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung, anemia, syok dll.
Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama jantung, nadi apical, bunyi jantung
S3, gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam denyutan nadi juguralis,
warna kulit, kebiruan punggung, kuku pucat atau sianosis, hepar ada pembesaran,
bunyi nafas krakles atau ronchi, oedema
Disability : tingkat kesadaran
Eksposure : head toe toe
2. Pengkajian Sekunder
a) Aktifitas/istirahat
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea saat istirahat atau aktifitas,
perubahan status mental, tanda vital berubah saat beraktifitas.
b) Integritas ego
Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung
c) Eliminasi
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada malam hari, diare /
konstipasi
d) Makanana/cairan
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB signifikan. Pembengkakan
ekstremitas bawah, diit tinggi garam penggunaan diuretic distensi abdomen, oedema umum,
dll
e) Hygiene
Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.
f) Neurosensori
Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
g) Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah.
h) Interaksi social
Penurunan aktifitas yang biasa dilakukan
1. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut
Tujuan : Rasa nyeri terkontrol atau dapat dikurangi
KH : Nyeri berkurang ditandai dengan klien melaporkan nyeri berkurang
dengan skala nyeri ringa (1-3), ekspresi wajah rileks, TTV dalam batas normal
Intervensi :
1. Lakukan pengkajian karakteristik nyeri klien.
R/: Sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya
2. Lakukan pengukuran TTV.
R/ : mengetahui kondisi klien
3. Berikan kompres dingin pada kepala
R/: Untuk mengurangi nyeri.
4. Ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam/ distraksi
R/ : mengalihkan perhatian klien dari nyeri yang dirasakan.
5. Berikan posisi yang nyaman sesuai pasien
R/ : mengurangi penekanan otot pada area nyeri
6. Kolaborasi pemberian obat analgetik.
R/ : Untuk mengontrol nyeri.
b. Ansietas
Tujuan : Ansietas berkurang atau hilang
KH : Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat yang dapat
diatasi.
Intervensi :
1. Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang telah
dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.
R/ : Memandukan intervensi terapeutik dan partisipatif dalam perawatan diri,
keterampilan koping pada masa lalu dapat mengurangi ansietas.
2. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya dan berikan umpan balik
R/ : Membuat hubungan terapeutik. Membantu orang terdekat dalam
mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress
3. Berikan lingkungan tenang dan istirahat
R/ : Memindahkan pasien dari stress luar, meningkatkan relaksasi, membantu
menurunkan ansietas
4. Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan.
R/ : Mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan ansietas
5. Kolaborasi pemberian obat sedatif
R/ : Dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan memudahkan istirahat
c. Gangguan Pola Tidur
Tujuan : kebutuhan tidur terpenuhi
Kriteria hasil :
- Memahami faktor yang menyebabkan gangguan tidur
- Dapat menangani penyebab tidur yang tidak adekuat
- Tanda - tanda kurang tidur dan istirahat tidak ada
Intervensi :
1. Lakukan pengkajian masalah gangguan tidur pasien, karakteristik dan penyebab
kurang tidur
R/ : Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana keperawatan
2. Anjurkan klien untuk relaksasi pada waktu akan tidur.
R/ : Memudahkan klien untuk bisa tidur
3. Ciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman
R/: Lingkungan dan siasana yang nyaman akan mempermudah penderita untuk tidur.
4. Kolaborasi pemberian obat
R/: Mengurangi gangguan tidur
VI. BUKU SUMBER
Cynthia. M.T, Sheila. S.R. 2011. Diagnosis keperawatan dengan rencana asuhan. EGC:
Jakarta.
Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. EGC: Jakarta.
Papdi, Eimed. 2012. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency in internal
medicine).Interna Publishing: Jakarta.
Ginsberg, Lionel. 2007. Lecture Notes Mourologi. Erlangga: Jakarta.
Markam, soemarmo. 2009. Penuntun Neurlogi. Binarupa Aksara.Jakarta.
Priguna Sidharta. 2008. Neurogi Klinis dalam Praktek Umum. Dian Rakyat : Jakarta.
Weiner. H.L, Levitt. L.P. 2005. NEUROLOGI. Edisi 5. EGC: Jakarta.
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
DI RUANG IGD
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. P
Umur : 22 thn
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Pasien datang ke IGD pada tanggal 17 Februari 2022 Pukul 11:45 dengan keadaan
lemah, dan nyeri kepala, dan nafsu makan berkurang. GCS: 456, TD :109 / 77 mmHg,
Hipertensi
DM
CVA
IMA
Dll..sebutkan
2. Tidak
Paten
Ada Sekret/muntahan
Ada Darah
Ada Gurgling
Ada Snoring
Ada Stridor
Dll
b) Breathing (Pernafasan)
□ Ronchi □ Whezing
c) Circulation (Sirkulasi)
□ Hipotensi □ Takikardia
□ Perdarahan □ Hipotermia
d) Disability (Tk Kesadaran)
GCS. : E 4 V 5 M 6
AVPU :
A - alert,
yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi perintah yangdiberikan
V - vocalises,
mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak bisadimengerti
P - responds to pain only
(harus dinilai semua keempat tungkai jika ekstremitasawal yang digunakan untuk
mengkaji gagal untuk merespon)
U - unresponsive to pain,
jika pasien tidak merespon baik stimulus nyeri
maupun stimulus verbal.
A. Kepala :
T : Nyeri kepala
B. Leher :
D. Dada : .
F. Genitalia :
H. Panggul :
J. Kaki :
1) Nyeri akut b.d agen pecedera fisiologis d.d Mengeluh nyeri, tampak meringis, sulit
2) Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit d.d mengeluh tidak nyaman, mengeluh sulit
5. Evaluasi
Airway :
Breathing :
Circulation :
Disability
Tingkat kesadaran pasien baik, GCS : 456. Pasien dapat merespons suara dengan tepat
Eksposure
NO. DIAGNOSA
TGL. PENGKAJIAN IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
DX. KEPERAWATAN
D.0080 S : 1. Mengetahui tingkat kecemasan yang S:
17 Klien menanyakan apakah dialami klien Klien mengatakan
Februari operasinya pakai obat bius, D.0080 2. Dengan mengetahui prosedur tindkaan lebih tenang setelah
2022
klien mengatakan apakah Ansietas apa yang akan dilakukan klien akan dijelaskan oleh
matanya akan kembali normal lebih tenang perawat tentang Nurul
3. Mengurangi ketakutan atau kecemasan tindakan operasi
yang dialami pasien yang akan dilakukan,
4. Dengan teknik nafas dalam klien akan klien masih
O: lebih rileks dan tenang menannyakan
- Klien tampak gelisa tentang keadaannya
- Klien Nampak khawatir setelah dilakukan
- Klien Nampak takut terhadap operasi
hasil operasi yang tidak sesuai
keinginan
FORMAT RESUME
NO. DIAGNOSA
TGL. PENGKAJIAN IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
DX. KEPERAWATAN
D.0077 S : Manajemen nyeri S:
17 Observasi : - Klien mengatakan
Februari - Klien mengatakan nyeri pada nyeri pada kaki yang
D.0077 - Identifikasi lokasi,
2022 kakinya yang luka Nyeri akut karakteristik, durasi, luka
- Keluarga mengatakan pasien frekuensi, kualitas, - Klien mengatkan
tidak nyaman dengan insentitas nyeri nyeri
lukanya - Identifikasi skala nyeri hilang timbul Nurul
Melakukan manajemen
nyeri Melakukan
edukasi teknik nafas
dala
FORMAT RESUME
NO. DIAGNOSA
TGL. PENGKAJIAN IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
DX. KEPERAWATAN
D.0001 S: - Melakukan assessment pada pasien S:
17 - Pasien mengatakan sesak - Melakukan pemeriksaan tanda-tanda - pasien mengatakan
Februari merasa sesak, batuk
sejak 4 hari yang lalu. vital
2022
- Pasien mengatakan Bersihan Jalan Nafas - Memonitor adanya sumbatan jalan sejak 5 hari yang
mengalami batuk sejak 5 Tidak Efektif nafas lalu dan sempat Nurul
hari yang lalu. - Auskultasi bunyi nafas demam dirumah
- Melakukan pemasangan oksigen 2 line - pasien mengatakan
nasal canul dan NRBM batuk berdahak dan
O: - Monitor saturasi oksigen masih merasakan
P = Nyeri karena ada sesak
aktivitas berat
O:
Q = Nyeri seperti tertekan pasien tampak gelisah,
R = Pada perut bagian kiri sesak, nafas cepat dan
dangkal
S=4
TD : 100/70
T = Setiap saat mmHg
N : 90x/menit
RR : 32x/menit
S : 37,2oC
SpO2 : 57%
tampak tidak ada
sumbatan jalan nafas
dan terdpat suara nafas
tambahan ronchi Telah
terpasang oksigen nasal
canul 4 Lpm dan Non
Rebreathing Mask 15
Lpm SpO2 : 80%
A:
Masalah teratas
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan