Diampu oleh:
Disusun oleh:
MALANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT, karena berkat rahmat-Nya lah
kami bisa menyelesaikan makalah yang membahas tentang Khasaishul Ahkam
(Insyaniyah, Akhlaqiyah, Alamiyah). Selanjutnya, sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW
Kami menyadari bahwasanya makalah ini masih sangat jauh dari sebuah
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak sangatlah kami harapan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa dan manfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................
Daftar Isi..........................................................................................................
Bab I Pendahuluan.........................................................................................
A. Latar belakang....................................................................................
B. Rumusan masalah...............................................................................
C. Tujuan..................................................................................................
Bab II Pembahasan.........................................................................................
A. Kesimpulan..........................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai agama terakhir, Islam mempunyai misi rahmatan lil alamin, yakni
menebar rahmat bagi sekalian alam. Kehadiran Islam bukan untuk suku maupun
komunitas tertentu, melainkan untuk segenap alam dan isinya. Hukum Islam
diturunkan untuk mencegah kerusakan pada masyarakat dan mendatangkan
kemaslahatan. Dalam hal ini, bertumpu pada lima prioritas utama yaitu memelihara
agama, jiwa, akal, keturunan dan harta benda. Dengan berlandaskan Al-Qur’an yang
bersifat universal dan dinamis.
Hukum Islam dengan segala keunggulannya, merupakan aturan yang bertujuan
untuk memberikan kebaikan dan kemudahan kepada umat manusia. Dengan
demikian, Hukum Islam memiliki beberapa karakteristik yang tidak dipunyai oleh
hukum manapun di dunia. Karakteristik tersebut diantaranya yaitu memiliki sifat yang
fleksibel. Oleh karena itu. Pembahasan hukum Islam yang mengatur hak-hak
manusia, melindungi dan menjamin hak tersebut jauh lebih banyak daripada
pembahasan yang lainnya. Masyarakat senantiasa mengalami perubahan, perbedaanya
hanya pada sifat atau tingkat perubahan. Namun bagaimanapun sifat atau tingkat
perubahan itu masyarakat senantiasa melayaninya.
Sebagai agama rahmatanlilalamin, Islam memiliki watak dasar karakteristik yang
spesifik. Karakteristik hukum Islam diantaranya yaitu bersifat kemanusiaan bahwa
seluruh perundangan-undangan hukum Islam sangat memperhatikan segala urusan
dan melindungi segala sesuatu yang berkaitan dengan manusia. Kedua, berdasarkan
akhlak yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Islam itu sendiri. Ketiga,
bersifat universal artinya hukum Islam itu tidak hanya diperuntukkan bagi golongan
tertentu atau bangsa tertentu saja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Khasaishul Ahkam?
2. Apa pengertian Insaniyah, Akhlaqiyah, Alamiyah?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Khasaishul Ahkam.
2. Mengetahui pengertian Insaniyah, Akhlaqiyah, Alamiyah.
BAB II
PEMBAHASAN
Keseluruhan sejarah dan perjuangan Nabi menjadi bukti bagi kita akan kebenaran
ucapan beliau. Pribadinya yang agung tidak terpengaruh oleh keadaan lingkungannya.
Itulah sebabnya, keimanan kaum muslimin pada hukum-hukum yang dibawa oleh
Nabi Muhammad adalah keyakinan terhadap kebenaran yang dibawanya. Ketinggian
akhlak beliau lebih banyak merupakan potensi dari nilai-nilai kepatuhan umatnya.
Pembinaan hukum yang beliau tempuh bukan dengan membuat aturan-aturan
kemudian orang lain disuruh untuk mematuhinya, tetapi beliau menetapkan langkah-
langkah pertama dengan menyiapkan landasan terhadap kepatuhan tersebut yaitu
akhlak.
Al-Qur’an sendiri menyatakan bahwa beliau adalah seorang yang memiliki
akhlak yang agung yang perlu di contoh oleh manusia dengan ungkapan ُس َوةٌ َح َسنَ ْه
ْأ
bagi manusia (QS. Al-Ahzab : 21). Ketinggian dan keagungan akhlak yang beliau
miliki modal besar dalam kepemimpinannya dan bahkan sistem akhlak inilah menjadi
intisari dari seluruh ajaran-ajarannya.1
1
Nasruddin Razak, Dienul Islam (Bandung: Ma’arif, 1983). h. 36
1. Nabi Muhammad SAW di utus ke dunia bukan untuk menghacurkan,
membuang dan meninggalkan moral yang dimiliki orang jahiliyah melainkan
menjadikan sublimasi atau modifikasi dengan moral yang lebih sempurna.
2. Moral yang diajarkan berpijak pada moral qur’ani, karena Alqur’an
merupakan doktrin moral yang multi dimensi, baik dimensi sebelum manusia
lahir (alam dunia) maupun setelah mati (alam akhirat), bahkan isi moralnya
tidak hanya menembus yang empirik tetapi juga mata empirik. Karena terlalu
jauh jangkauannya Allah mengutus seorang figur yang mampu meneladani
akhlaqnya pada manusia.
3. Pendidikan yang diajarkan pada umat Islam bertujuan untuk membentuk
akhlaq yang mulia. Menurut Athiyah Al Abrasyi dalam bukunya “Ruhut
Tarbiyah Wa Ta’lim” menyatakan bahwa inti dari pendidikan Islam adalah
pendidikan moralitas yang menjadikan anak didik berbuat baik terhadap diri
sendiri, masyarakat, negara dan kepada Sang Pencipta.
4. Keberhasilan misi Islam karena ditopang oleh prinsip akhlaq yang mulia,
metode yang dipergunakan selalu relevan dengan fitrah manusia sehingga
dengan kesadaran diri dalam waktu yang relatif singkat kaum kafir quraisy
banyak masuk Islam.
5. Demi menjaga kehomatan dan kemuliaan manusia maka di serukan amar
ma’ruf (tindakan reaktif) dengan cara memberikan nasehat tentang kebenaran
dan ketabahan diri.
6. Hukum Islam mendudukan manusia sebagaimana mestinya. Misalnya sebagai
berikut:
a. Menyembah Allah lebih di dahulukan dari segalanya.
b. Menghormati ibu-bapak setelah menghormati Allah SWT, dan berkata
yang sopan tidak boleh menyakitinya.
c. Mempergauli istrinya dengan baik, dengan memberikan segala
kebutuhan jasmani dan rohani dan tidak menyia-nyiakan istri dan anak
sebagai amanah dari Allah SWT.2
Moral dan akhlaq sangat penting dalam pergaulan hidup di dunia ini. Oleh karena itu,
Allah SWT sengaja mengutus Nabi Muhammad SAW untuk menyempurnakan akhlaq
yang mulia. Kemudian Allah memerintahkan kaum muslimin untuk mengambil contoh
2
Muhammad Syah Ismail, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992) h. 25
teladan dari moral Nabi Muhammad SAW dengan firman Nya dalam surah Al Ahzab
ayat 21:
ُس َوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكا َن َي ْر ُجوا اللَّهَ َوالَْي ْوِم ااْل َ ِخ ِر َوذَ َكَر اللَّهَ َكثِْيَر ِ ِ
ْ لََق ْد َكا َن لَ ُك ْم يِف ْ َر ُس ْول اللَّه أ
Artinya: “Sesunguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab: 21).
Agama Islam bersifat universal (‘alamy), mencakup semua manusia di sunia ini, tidak
dibatasi oleh lautan maupun batasan suatu negara. Oleh karena itu, pada periode
Makkah, dimana Nabi Muhammad SAW masih memfokuskan dakwahnya mengenai
tauhid pada khususnya dan akidah pada umumnya di pergunanakan panggilan Ya
Ayyuhannas (wahai manusia) untuk mencakup siapa saja dan dimana saja. Akan
3
Khursid, Pesan Islam, h. 194
tetapi mengenai hukum-hukumnya meskipun tidak dibatasi oleh lautan dan daratan,
namun pada umumnya, terutama mengenai ibadah, hanya khusus bagi kaum muslimin
saja. Berikut contoh seruan kepada segenap manusia mengenai tauhid:
اHاِ َّن الِلَّ ِه َمHَ فHر ْواHُ ن تَ ْك ُفHْ ِرا لَّ ُك ْم َواHً آمُن ْوا َخْيH
ِ َاْحل ِّق ِمن َّربِّ ُكم فHو ُل بHالرس
ْ ْ َ ْ ُ َّ آءَ ُك ُمHَّاس قَ ْد َج
ُ يَآَيُّ َها الن
ض َو َكا َن اللَّهُ َعلِْي ًما َح ِكْي ًما
ِ الس َم َو ِت َواْالَْر
َّ ىِف
Artinya: “Wahai manusia, Sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad)itu
kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah kamu,
itulah yang terbaik bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan
Allah sedikitpun) karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah
kepunyaan Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” (QS. An-Nisa’: 170).4
BAB III
4
Dahlan Tamrin, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta) h. 20
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Akhlaqiyah (bermoral) adalah berpijak pada kode etik, yakni suatu ciri yang
mendudukkan kehormatan Tuhan dan sesama manusia sesuai dengan
proporsinya.
2. Alamiyah (universal) yaitu meliputi seluruh alam tanpa batas, tidak dibatasi
pada derah-daerah tertentu seperti ruang lingkup ajaran Nabi sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992)