Penyusun :
Penulis :
Syafaatul Hidayati, S.Pd., M.Pd.
ISBN : 978-602-50986-4-2
Editor :
Saiful Anwar, S.Pd., M.Pd
Ubaid Al Faruq, M.Pd.
Penyunting :
Dr.H. Amin K Elfachmi, S.Pd,. SE,.MM.
Penerbit :
Unpam Press
Redaksi :
JL. Surya Kencana No. 1
Pamulang – Tangerang Selatan
Telp. 021 7412566
Fax. 021 74709855
Email: unpampress@unpam.ac.id
Deskripsi Mata Kuliah : Mata kuliah ini merupakan bagian dari Mata Kuliah
wajib fakultas yang bersifat wajib ditempuh mahasiswa
Program Studi S1 Pendidikan Ekonomi FKIP UNPAM.
Capaian pembelajaran mata kuliah ini yaitu: Mahasiswa
mampu menghitung laba pada pasar persaingan
sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna,
kemudian menggambarkan kurva keseimbangannya,
serta mampu menghitung upah nominal dan riil pada
pasar input secara tepat dan sesuai dengan teori
ekonomi mikro yang berkembang saat ini. Cakupan
Materi Teori Ekonomi Mikro yaitu: 1) Konsep Dasar
Ekonomi Mikro: ruang lingkup ilmu ekonomi, definisi
dan perkembangan singkat ilmu ekonomi, sifat-sifat
teori ekonomi, perbedaan mikro ekonomi dan makro
ekonomi, pelaku-pelaku kegiatan ekonomi; 2) Masalah
Pokok Ekonomi: permasalahan pokok perekonomian,
sistem ekonomi; 3) Permintaan dan Penawaran: faktor
yang mempengaruhi permintaan dan penawaran,
hukum permintaan dan penawaran, kurva permintaan
dan penawaran, fungsi permintaan dan penawaran,
permintaan dan penawaran individu, permintaan dan
penawaran pasar, pergeseran kurva permintaan dan
penawaran; 4) Elastisitas Permintaan dan Penawaran:
faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan dan
penawaran menghitung elastisistas permintaan dan
penawaran, jenis dan macam-macam elastisitas
permintaan dan penawaran; 5) Teori Perilaku
Konsumen: membedakan pendekatan kardinal dan
ordinal dalam teori perilaku konsumen, asumsi
pendekatan kardinal dan ordinal, alat ukur pendekatan
kardinal dan ordinal, kepuasan konsumen dalam
pendekatan kardinal dan ordinal, faktor yang dapat
mempengaruhi kepuasan maksimum dalam
pendekatan kardinal dan ordinal; 6) Teori Produksi:
pengertian dan fungsi produksi, bentuk-bentuk produksi
dan jangka waktu produksi, produksi dengan satu
variabel, produksi dengan lebih dari satu variabel,
perubahan harga faktor produksi; 7) Teori Biaya
Produksi: pengertian dan jenis biaya produksi, cara
menggambar biaya produksi, skala ekonomis dan tidak
ekonomis, maksimisasi laba dan penawaran; 8) Jenis-
Jenis Pasar: pasar persaingan sempurna, pasar
monopoli, pasar oligopoli, dan pasar persaingan
monopolistik, 9) Teori Pasar Input: karakteristik pasar
input, penentuan upah di pasar tenaga kerja, sewa
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah serta nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan Modul Teori Ekonomi
Mikro.
Penyusunan Modul Belajar ini merupakan salah satu wahana bagi dosen untuk
membantu mahasiswa dalam memahami materi, sehingga mampu meningkatkan
proses dan hasil belajar mahasiswa.
Keberhasilan Modul Belajar ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. (HC) Drs. H. Darsono, selaku Ketua Yayasan Sasmita Jaya Group yang telah
membantu material dan spiritual dalam proses pembuatan modul ini.
2. Dr. Dayat Hidayat, M.M., selaku Rektor Universitas Pamulang, yang memberi
dukungan dalam proses penyusunan modul ini.
3. Saiful Anwar, S.Pd., SE, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi.
4. Segenap Dosen dan staff di Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan semangat
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan modul belajar ini.
5. Suami penulis R. Fendi Haris Syuhada, S.Pd., yang sudah memberikan motivasi dan
bimbingan, sehingga penulis dapat menyelesaikan modul belajar ini.
6. Anak-anak penulis R. Almeera Azzahra Syuhada dan R. Cahaya Qurani Syuhada
yang memberikan motivasi sehingga modul ini selesai dengan baik.
7. Orang tua penulis Sadik dan Sunawa di Sumenep, adik-adik penulis Uswatun
Hasanah dan Nurrahma Tillah Agustin, serta seluruh keluarga besar penulis yang
telah memberikan dorongan semangat yang kuat, kebijaksanaan serta doanya
sehingga modul belajar ini terselesaikan.
8. Mahasiswa pendidikan ekonomi yang yang sudah memberikan semangat, sehingga
penulis dapat menyelesaikan modul belajar ini.
9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas
motivasinya.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada
semua pihak yang telah memberikan segala bantuannya.
Penulis menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kesempurnaan, karena tidak
ada yang sempurna kecuali sang Khaliq. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun guna kesempurnaan modul belajar ini.
DAFTAR ISI
D. DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 58
PERTEMUAN 6 ............................................................................................................. 59
ELASTISITAS PERMINTAAN .................................................................................... 59
A. TUJUAN PEMBELAJARAN ........................................................................... 59
B. URAIAN MATERI ............................................................................................. 59
C. LATIHAN/TUGAS............................................................................................. 69
D. DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 70
PERTEMUAN 7 ............................................................................................................. 71
ELASTISITAS PENAWARAN ..................................................................................... 71
A. TUJUAN PEMBELAJARAN ........................................................................... 71
B. URAIAN MATERI ............................................................................................. 71
C. LATIHAN/TUGAS............................................................................................. 80
D. DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 80
PERTEMUAN 8 ............................................................................................................. 81
TEORI PERILAKU KONSUMEN ................................................................................ 81
(PENDEKATAN KARDINAL) ..................................................................................... 81
A. TUJUAN PEMBELAJARAN ........................................................................... 81
B. URAIAN MATERI ............................................................................................. 81
C. LATIHAN/TUGAS............................................................................................. 89
D. DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 89
PERTEMUAN 9 ............................................................................................................. 90
TEORI PERILAKU KONSUMEN ................................................................................ 90
(PENDEKATAN ORDINAL) ........................................................................................ 90
A. TUJUAN PEMBELAJARAN ........................................................................... 90
B. URAIAN MATERI ............................................................................................. 90
C. LATIHAN/TUGAS............................................................................................. 97
D. DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 98
PERTEMUAN 10 ........................................................................................................... 99
PERILAKU PRODUSEN .............................................................................................. 99
A. TUJUAN PEMBELAJARAN ........................................................................... 99
B. URAIAN MATERI ............................................................................................. 99
C. LATIHAN/TUGAS........................................................................................... 110
D. DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 111
PERTEMUAN 11 ......................................................................................................... 112
BIAYA PRODUKSI .................................................................................................... 112
PERTEMUAN 1
KONSEP DASAR ILMU EKONOMI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
Suatu ucapan yang sering kali terdengar pada saat kecil (atau bisa juga
hingga saat ini) ialah ”saya ingin/minta” minum. Seperti halnya orang lain tentu
anda juga menginginkan barang atau jasa tertentu, seperti makanan, pakaian,
rumah, kesehatan dan rekreasi. Karena uang/pendapatan anda mungkin tidak
mencukupi untuk memenuhi semua kebutuhan/keinginan tersebut, terpaksa anda
harus membuat pilihan mana yang terlebih dahulu harus dipenuhi. Demikian
halnya negara juga menghadapi masalah pilihan tersebut karena
ketidakmampuannya menyediakan sejumlah barang ataupun jasa yang
masyarakat inginkan atau butuhkan. Keinginan/kebutuhan saudara, dan juga
masyarakat, bisa dipenuhi melalui upaya mental dan fisik. Dapat disimpulkan
bahwa ilmu ekonomi adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang
bagaimana usaha manusia baik sebagai individu ataupun kelompok masyarakat
melakukan pilihan (Choice) dalam rangka menggunakan sumberdaya yang
terbatas dengan tujuan supaya kebutuhannya dapat terpenuhi (yang sangat tidak
terbatas jumlahnya) akan barang maupun jasa.
Dapat dikatakan bahwa setiap orang pasti akan terlibat dalam suatu aktivitas
ekonomi. Dengan demikian, setiap orang sangat perlu untuk mempelajari lebih
lanjut ilmu ekonomi pada sekolah formal ataupun non formal. Pada tingkat
Perguruan Tinggi, pembelajaran ilmu ekonomi dapat dibagi menjadi beberapa
kelompok berikut.
a. Ilmu ekonomi murni (ilmu ekonomi teori), dimana dapat dibagi menjadi
beberapa bagian.
1) Pengantar ilmu ekonomi
2) Teori ekonomi makro
3) Teori ekonomi mikro
b. Ilmu ekonomi terapan, dimana dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian.
1) Ekonomi moneter
2) Ekonomi internasional
3) Ekonomi perbankan
4) Ekonomi perusahaan
5) Ekonomi pertanian
6) Ekonomi teknik
7) Dan lain sebagainya
c. Ilmu yang sifatnya penunjang, antara lain sebagai berikut.
1) Statistika
2) Matematika
Perlu diketahui bahwa ilmu ekonomi merupakan salah satu bidang dari ilmu
pengetahuaan yang memiliki cakupan sangat luas sekali. Pada dasarnya setiap
ekonom dalam mengartikan ilmu ekonomi itu sama di antara satu ekonom dengan
lainnya. Ada tiga hal pokok yang terdapat dalam pengertian ilmu ekonomi, yaitu:
kelangkaan (Scarcity), kemakmuran (prosperity) dan kepuasan (satisfaction).
Ilmu ekonomi sudah ada sejak Aristoteles (350 SM), akan tetapi baru
menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri sejak tahun 1776 melalui tokoh pelopor
seorang ekonom Inggris yakni Adam Smith seorang ekonomi yang dianggap
sebagai seorang bapak ilmu ekonomi. Dimana perkembangan tersebut bermula
setelah Adam Smith menuangkan pemikirannya dan menerbitkannya dalam salah
satu bukunya yang mempunyai judul ”An Into the Nature and Causes of the
Wealth of Nation”. Bahkan sampai saat ini beberapa pandangan beliau masih
tetap mendapatkan perhatian dari ahli ekonom. Sedangkan teori ekonomi mikro
yang saat ini kita kenal dirintis Alfred Marshal pada tahun 1870-an dengan judul
bukunya yaitu ”Principle of Economics”.
Banyak pemikiran yang mengemukakan permasalahan ekonomi yang selalu
dihadapi oleh negara, bahkan sebelum Adam Smith. Namun sayang sekali tulisan
para ekonom tersebut tidak dapat dikemukakan dengan baik secara sistematis.
Salah satu faktor penyebabnya karena masih sangat terbatasnya topik yang
dibahas oleh mereka. Selain itu juga masih belum ada analisis secara menyeluruh
tentang segala aspek kegiatan ekonomi yang berkembang di masyarakat. Dengan
berbagai keterbatasan tersebut menjadikan pemikiran ekonomi masih belum bisa
dikatakan dapat berdiri sendiri.
Berikut Prof P.A Semuelson mendefinisi ilmu ekonomi yakni seperti yang
dijabarkan berikut.
“ilmu ekonomi merupakan suatu studi mengenai individu-individu dan masyarakat
dalam membuat pilihan, dengan atau tanpa penggunaan uang, dengan
menggunakan sumber-sumber daya yang terbatas, tetapi dapat digunakan dalam
berbagai cara untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa serta
mendistribusikannya untuk kebutuhan konsumen, sekarang dan di masa datang,
kepada berbagai individu dan golongan masyarakat”.
Oleh karena itu pada hakekatnya persoalan utama yang dijelaskan pada
analisis ilmu ekonomi mempunyai tujuan supaya bisa memperoleh jawaban
mengenai pertanyaan tentang bagaimana caranya dalam memanfaatkan
pendapatan atau sumber daya yang dimiliki supaya dalam penggunaan mereka
dapat memperoleh kepuasan dan kemakmuran maksimal.
Dengan adanya berbagai pengertian tersebut, kita bisa memberikan
kesimpulan antara lain di bawah ini.
a. Alat pemuas kebutuhan manusia itu sangat terbatas jumlahnya. Padahal seperti
yang kita tahu bahwa jumlah kebutuhan manusia sangatlah tidak terbatas. Akan
tetapi tidak akan pernah ada seorangpun yang dapat memenuhi kebutuhan
mereka sendiri tanpa bantuan dari pihak yang lain. Ini berkaitan erat dengan
manusia yang disebut sebagai makhluk sosial.
b. Bagaimana menetapkan pikiran untuk melakukan pilihan (choice) dari berbagai
alternatif yang ada dengan cara mengamati segala interaksi dan aktivitas
diantara agen ekonomi (economic agents), antara lain baik dari sisi produsen,
konsumen dan pemerintah.
3. KEBUTUHAN MASYARAKAT
Saat pagi hari kita dapat mengamati masyarakat sekitar tempat tinggal.
Seringkali setiap hari bisa kita mengamati sebagian besar masyarakat terlihat
berangkat ke tempat kerja mereka guna mencari nafkah untuk menyambung hidup
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Diantara mereka ada yang pergi ke
kantor, pergi ke kios untuk berjualan, petani pergi ke sawah untuk membajak, guru
pergi ke sekolah dan lain sebagainya.
Perlu diketahui bahwa kebutuhan dan keinginan itu sangat berbeda.
Kebutuhan merupakan suatu hal yang harus dipenuhi, apabila ditunda
pemenuhannya dapat mengganggu kehidupan manusia. Sedangkan keinginan
adalah suatu hal yang apabila tidak dipenuhi tidak akan mengancam
keberlangsungan kehidupan manusia. Adapun keinginan seseorang dalam
mendapatkan barang ataupun jasa bisa dikelompokkan sebagai berikut.
a. Keinginan seseorang yang diikuti dengan kemampuannya dalam melakukan
pembelian terhadap barang dan jasa yang sangat mereka inginkan.
b. Keinginan seseorang yang tidak diikuti dengan kemampuannya dalam
melakukan pembelian terhadap barang dan jasa yang sangat mereka inginkan.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa jenis kebutuhan seseorang
sangatlah banyak dan juga beragam. Demikian pula berkat kecanggihan teknologi
menyebabkan kebutuhan manusia tidak hanya beragam, akan tetapi terus
bertambah tanpa ada habisnya. Adapun penggolongan kebutuhan dapat
digolongkan menjadi beberapa golongan sebagai berikut.
a. Kebutuhan menurut intensitasnya
Pada jenis kebutuhan inilah kita bisa melihat mendesak atau tidaknya
kebutuhan tersebut. Kebutuhan ini dikelompokkan menjadi tiga, antara lain
diuraikan berikut ini.
1) Kebutuhan Primer
Adalah kebutuhan yang pemenuhannya harus segera dipenuhi, jika
kebutuhan itu tidak bisa terpenuhi saat itu juga maka akan mengancam
kelangsungan hidup manusia. Contoh kebutuhan misalnya sandang,
pangan, papan dan juga lainnya.
2) Kebutuhan Sekunder
Adapun kebutuhan sekunder seringkali juga disebut sebagai sebuah
kebutuhan kultural. Di mana kebutuhan itu dapat muncul secara bersama-
sama dengan tingkat peradaban manusia yang semakin meningkat.
Pada zaman sekarang, dapat kita jumpai bahwa banyak barang pada
awalnya ditempatkan sebagai barang mewah. Saat sekarang justru malah
bergeser menjadi kebutuhan sekunder. Misalnya AC, laptop, HP dan bahkan
kulkas. Begitu pula halnya dengan kebutuhan akan pendidikan dan juga
kesehatan sudah menjadi kebutuhan primer bagi seseorang. Hal ini
dikarenakan kebutuhan tersebut sangatlah penting dan sangat mendesak untuk
keberlangsungan hidup seseorang.
publik yang ada di masyarakat, seperti jalan raya dan sarana umum yang
lain.
Perlu diketahui bahwa setiap teori yang ada pasti memiliki empat unsur
penting, antara lain sebagai berikut.
a. Variabel
Variabel dapat diartikan sebagai suatu besaran atau faktor yang nilainya
bisa mengalami perubahan dan disamping variable adalah unsur penting yang
ada dalam setiap teori. Adapun sifat variabel bisa dibedakan menjadi beberapa
bagian yang dijabarkan berikut.
1) Variabel endogen, merupakan variabel yang sifatnya dapat diterangkan
dalam teori tersebut.
2) Variabel eksogen, merupakan variabel yang dapat mempengaruhi variabel
endogen, akan tetapi variabel ini ditentukan oleh faktor-faktor yang berada
di luar teori tersebut.
b. Asumsi
Asumsi atau pemisalan-pemisalan merupakan salah satu syarat yang
penting dalam membuat teori khususnya dalam ilmu sosial, hal ini dikarenakan
tanpa asumsi tersebut sangatlah sulit untuk menjelaskan sifat hubungan
diantara berbagai variabel. Dapat dikatakan bahwa teori harus membuat
a. Rumah Tangga
Rumah tangga merupakan pemilik dari berbagai faktor produksi yang ada
dalam perekonomian. Di mana sektor ini menyediakan tenaga kerja, -barang
modal, kemampuan (skill), kekayaan alam yang dimiliki dan harta tetap lainnya.
b. Perusahaan
Perusahaan merupakan suatu organisasi yang dikembangkan oleh
seorang atau sekumpulan orang dalam rangka menciptakan barang dan jasa
yang dibutuhkan masyarakat. Kegiatan mereka dalam perekonomian ialah
mengorganisasikan faktor produksi yang tersedia dengan sedemikian rupa
dengan tujuan supaya kebutuhan rumah tangga akan barang dan jasa dapat
diproduksi dengan baik.
c. Pemerintah
Pemerintah adalah badan pemerintah yang tugasnya mengatur kegiatan
ekonomi, termasuk didalamnya yaitu departemen pemerintah. Di mana badan
tersebutlah yang nantinya mengatur bagaimana penanaman modal, bank
sentral dalam hal ini Bank Indonesia, pemerintah daerah, TNI/POLRI dan lain
sebagainya.
C. SOAL/LATIHAN/TUGAS
D. REFERENSI
Lipsey, R. G, dkk. 1987. Economics 8th Edition. Mc Graw Hill, Inc. (L)
Mai, Candra dan Fitria Amalia. 2011. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Esis.
Nicholson, Walter. 2004. Mikro Ekonomi Intermediate dan aplikasinya Edisi
Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Parkin, Michael. 2008. Economics 8th Edition. Perason Education, Inc (P).
Sudarso. 2010. Pengantar Ekonomi Makro, Jakarta: Badan Penerbit P4M STIE
IPWIJA.
PERTEMUAN 2
MASALAH POKOK EKONOMI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
2) Masalah Distribusi
Distribusi merupakan kegiatan penyaluran barang dan jasa hasil
produksi dari pihak produsen kepada pihak konsumen. Masalah distribusi ini
menyangkut bagaimana cara menyalurkan barang dan jasa tersebut dari
tangan produsen sampai kepada konsumen. Kegiatan distribusi tersebut
dapat dilakukan dengan dua cara, antara lain sebagai berikut.
a) Distribusi secara langsung, adalah kegiatan menyalurkan barang
langsung dari produsen kepada konsumen tanpa adanya perantara.
Sebagai contoh seorang penjual ayam geprek memproduksi jualannya
sendiri dan menjualnya secara langsung kepada konsumen.
b) Distribusi secara tidak langsung, adalah kegiatan menyalurkan barang
dan jasa dari tangan produsen kepada konsumen melalui pihak
perantara. Adapun perantara yang biasanya ditemui meliputi pedagang
grosir, pedagang retailer, makelar, eksportir, importir, dan penyalur yang
lain.
3) Masalah Konsumsi
Konsumsi merupakan kegiatan menggunakan barang dan jasa yang
dihasilkan oleh produsen atau kegiatan mengurangi nilai guna suatu barang
dan jasa.
Kegiatan konsumsi yang dilakukan oleh manusia dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain sebagai berikut.
a) faktor dari dalam (intern), yang meliputi sikap dan kepribadian seseorang,
motivasi dalam diri, pendapatan seseorang, selera dan watak yang
dimiliki.
b) faktor luar (ekstern), yang meliputi faktor kebudayaan, keluarga, adat
istiadat yang berlaku, lingkungan masyarakat dan status sosial yang ada
serta pemerintah.
ekonomi yang terjadi pada masyarakat modern meliputi tiga jenis kegiatan
antara lain produksi, konsumsi dan perdagangan. Dengan demikian masalah
pokok ekonomi dapat dibagi menjadi tiga persoalan sebagai berikut.
a) What
What ini berkaitan dengan barang dan jasa apa sekiranya yang
akan diproduksi oleh produsen. Permasalahan ini merupakan masalah
utama dan penting dalam ekonomi. Disamping itu, jumlah produk yang
diproduksi juga harus dipertimbangkan. Hal ini disebabkan karena jumlah
sumber daya yang relative terbatas, kesalahan dalam menentukan apa
yang akan diproduksi juga bisa mengakibatkan terjadinya kerugian,
bahkan produsen bangkrut, serta juga dapat merugikan masyarakat
karena menumpuknya barang dan jasa yang tidak terpakai. Hal ini tentu
merupakan pemborosan dalam penggunaan sumber daya. Dengan
demikian masalah ini berkaitan dengan jenis dan berapa jumlah barang
dan jasa yang diproduksi supaya sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Suatu negara khususnya produsen dalam membuat keputusan
mengenai penentuan apa yang akan diproduksi, maka harus
mempertimbangkan hal berikut.
(1) Membuat kepastian mengenai jenis barang dan jasa apa yang benar-
benar dibutuhkan oleh masyarakat.
(2) Memastikan kembali bagaimana ketersediaan sumber daya yang
diperlukan dalam rangka memproduksi barang atau jasa.
b) How
How berkaitan tentang bagaimana cara memproduksi barang dan
jasa. Permasalahan ini muncul setelah produsen sudah menentukan apa
yang akan mereka produksi. Cara memproduksi ini berkaitan dengan
bagaimana cara produsen dalam mengkombinasikan sumber daya yang
ada ataupun faktor produksi yang dibutuhkan dalam memproduksi barang
dan jasa. Dalam rangka menentukan bagaimana cara produksi yang
sesuai, maka produsen perlu mempertimbangkan aspek penghematan
(efisiensi). Hal ini bertujuan supaya barang dan jasa yang dihasilkan
tersebut bisa dipasarkan dengan harga yang relatif murah.
Adapun beberapa usaha penghematan dalam proses produksi
dapat dilakukan melalui beberapa hal, misalnya mencari bahan baku
yang berharga miring akan tetapi tetap baik mutunya. Disamping itu, yang
dan tanah akan mendapatkan uang sewa, dan para pengusaha akan
mendapatkan laba atau keuntungan dari penjualan produk-produknya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa “untuk siapa barang
dan jasa diproduksi” berkaitan erat dengan siapa saja yang nantinya akan
memperoleh pendapatan dan hasil dari kegiatan produksi. Tentu hal
tersebut juga berkaitan dengan bagaimana cara produsen dalam
mendistribusikan pendapatan atau hasil tersebut dengan adil supaya
nantinya tidak terjadi kesenjangan dan kecemburuan sosial di antara
pemilik faktor produksi. Di negara Indonesia, pembagian pendapatan
telah diatur dalam suatu regulasi atau peraturan yang mengatur cara
membayar para tenaga kerja sehingga bisa dianggap adil. Hal tersebut
salah satunya diatur melalui penetapan UMR (upah minimum regional)
yang ada pada setiap daerah.
Tiga masalah pokok dalam sebuah ekonomi modern dapat
disimpulkan menjadi satu masalah pokok yang biasanya disebut sebagai
inti masalah ekonomi. Masalah inti tersebut dalam suatu ekonomi modern
meliputi bagaimana cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya
yang jumlahnya tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang
sangat terbatas. Untuk memecahkan masalah itu, ada berbagai cara
yang dapat kita tempuh, antara lain: menyesuaikan dengan tradisi atau
kebiasaan yang berlaku di suatu tempat; insting; dan paksaan atau
perintah (komando). Ada pula masyarakat modern, pemecahan masalah
hanya berdasarkan mekanisme harga yang berlaku di pasar. Sementara
itu mekanisme harga itu sendiri merupakan suatu proses yang
berlangsung atas dasar adanya tarik-menarik antara produsen dan
konsumen yang bertemu di pasar.
Adapun gerak harga yang berlangsung di pasar akan dapat
memecahkan tiga masalah pokok ekonomi yang ada di masyarakat, lebih
rinci diuraikan berikut ini.
a) Masalah What
Seperti yang kita ketahui bahwa ada dan berapa banyak jumlah
barang yang akan diproduksi nantinya akan sangat dipengaruhi oleh
permintaan masyarakat. Apabila jumlah permintaan masyarakat
meningkat, maka harga barang tersebut nantinya cenderung naik dan
tentunya produsen akan memperoleh keuntungan, sehingga akan
2. Sistem Perekonomian
C. LATIHAN/TUGAS
D. DAFTAR PUSTAKA
Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha. Yogyakarta: CV
Andi Offset.
Fatoni Siti Nur. 2014. Pengantar Ilmu Ekonomi. Bandung: Pustaka Setia Hasan.
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung. 2004. Teori Ekonomi Mikro: suatu
pengantar, Buku Seri Teori Ekonomi, Edisi ketiga. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Parkin, Michael. 2008. Economics 8th Edition. Perason Education, Inc (P).
Sukirno Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
PERTEMUAN 3
KONSEP PERMINTAAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
1. Teori Permintaan
Kita mulai pembahasan mengenai pasar dengan meneliti perilaku pembeli.
Pada pembahasan ini, kita akan membahas beberapa faktor yang menentukan
jumlah barang dan jasa yang diminta (quantity demanded), yakni sejumlah barang
atau jasa yang diinginkan dan bisa dibeli seorang pembeli. Sedangkan permintaan
sendiri dapat diartikan sebagai sejumlah barang dan jasa tertentu yang diinginkan
seorang konsumen dan mereka pun mampu memenuhinya meskipun pada
berbagai tingkatan harga tertentu. Akan tetapi dengan satu asumsi bahwa faktor
lainnya dianggap tidak mengalami perubahan atau tetap (cateris paribus).
Suatu hubungan antara sejumlah barang yang diminta oleh konsumen pada
tingkat harga barang tertentu, dimana hubungan antara keduanya berbanding
terbalik disebut hukum permintaan (the law of demand). apabila tingkat harga naik,
maka secara otomatis sejumlah barang yang diminta akan turun dengan
sendirinya. Akan tetapi jika harga turun jumlah barang yang diminta naik.
Untuk lebih memfokuskan pemikiran kita mengenai pembahasan ini, kita
andaikan barang tertentu misalnya, es krim.
a. Faktor yang menentukan permintaan individu
Coba pertimbangkan permintaan anda sendiri terhadap es krim.
Selanjutnya muncul pertanyaan, bagaimana cara anda menentukan berapa
jumlah es krim yang akan dibeli per hari atau bahkan per bulan? Faktor apa
saja yang dapat memepengaruhi keputusan anda tersebut? Inilah beberapa
jawaban yang mungkin dapat anda berikan.
Harga barang itu sendiri (Px). Jika harga es krim meningkat menjadi
$20 per mangkuk, maka es krim yang dapat dibeli oleh konsumen akan lebih
sedikit. Ada konsumen yang justru beralih mengkonsumsi Yogurt beku. Begitu
kekuatan psikologis dan historis yang ranah pembahasannya di luar bidang ilmu
ekonomi. Akan tetapi, ekonom masih tetap meneliti dan menggali apa yang
akan terjadi dengan permintaan konsumen apabila selera mengalami
perubahan.
Eskpektasi konsumen (E). Yang dimaksud ekspektasi disini adalah
harapan, ramalan, atau dugaan mengenai masa yang akan datang. Tentu ini
mempengaruhi jumlah permintaan seorang konsumen terhadap barang serta
jasa yang akan dibeli saat ini. Jika seorang konsumen meramalkan harga es
krim akan mengalami penurunan pada keesokan harinya, maka konsumen
tersebut mungkin kurang bersedia untuk memebeli es krim berdasarkan harga
yang berlaku hari ini.
Dengan demikian, persamaan fungsi permintaan dapat ditulis:
Qd = F(Px, Py, I, S, E)
2. Jenis-Jenis Permintaan
Dalam definisi permintaan secara sederhana ada tiga poin sangat penting
yang terkandung di dalamnya. Poin pertama sejumlah barang ataupun jasa yang
diminta konsumen. Poin kedua adalah adanya tingkat harga yang berlaku.
Sedangkan yang ketiga permintaan tersebut terjadi pada kurun waktu tertentu.
Adapun permintaan dapat kita kelompokkan berdasarkan dua hal utama. Secara
rinci dijabarkan berikut ini.
a. Permintaan berdasarkan daya Beli konsumen
Daya beli disini merupakan kemampuan seseorang dalam membeli
barang ataupun jasa yang mereka dibutuhkan. Dapat kita ketahui bahwa
permintaan berdasarkan daya beli dapat dibedakan menjadi beberapa macam
yang secara lengkap diuraikan di bawah ini.
1) Permintaan absolut
Permintaan ini merupakan suatu jenis permintaan dimana permintaan
yang tidaklah disertai oleh kemmapuan atau daya beli konsumen. Dapat juga
dikatakan bahwa permintaan yang mereka lakukan tidak diikuti oleh
kemampuan mereka membeli barang tersebut. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa, dalam permintaan ini hanya sekedar ingin barang
tersebut akan tetapi konsumen tidak mampu untuk membeli.
2) Permintaan pasar
Permintaan pasar atau yang juga dikenal dengan permintaan kolektif
merupakan kumpulan dari berbagai permintaan perorangan (individu)
ataupun sejumlah permintaan oleh kumpulan individu tertentu ataupun yang
dilakukan oleh masyarakat secara menyeluruh pada periode tertentu yang
sama. Selengkapnya penjelasan mengenai permintaan yang dilakukan oleh
individu dan juga permintaan pasar dapat digambarkan pada tabel 3-1.
Sejauh ini pembahasan kita hanya mengenai permintaan individu pada
produk barang atau jasa tertentu. Adapun untuk memahami bagaimana
suatu pasar bekerja, kita juga perlu memahami permintaan pasar (market
demand), yaitu total kuantitas yang diminta oleh semua pembeli.
Harga ($)
3,00
2,00
1,00
0 1 2 3 Kuantitas (Unit)
Kenaikan
permintaan
Harga
Penurunan
permintaan
Kuantitas
0
4. FUNGSI PERMINTAAN
Dapat diartikan bahwa fungsi permintaan merupakan fungsi yang
menggambarkan suatu hubungan antara jumlah barang ataupun jasa yang diminta
oleh seorang konsumen pada tingkat harga barang dan jasa yang berlaku saat itu.
Adapun fungsi permintaan ini juga dapat menunjukkan suatu hubungan antara
kuantitas dari barang yang diminta oleh konsumen dengan faktor-faktor lain yang
mempengaruhi permintaan tersebut. Dengan demikian fungsi permintaan ini
merupakan suatu kajian yang secara matematis dapat dipergunakan sebagai alat
alisis tentang bagaimana perilaku konsumen dan harga barang serta jasa tersebut.
Ada pula fungsi permintaan ini berdasarkan hukum permintaan yang ada,
yakni jika harga suatu barang tertentu naik permintaan terhadap barang yang
dimaksud juga turun. Akan tetapi sebaliknya jika harga barang tertentu turun, maka
permintaan terhadap barang yang dimaksud justru naik. Dapat disimpulkan
bahwa, ada hubungan yang berbanding terbalik antara antara harga dengan
kuantitas barang yang diminta konsumen. Oleh karena itu pula gradien fungsi
permintaan (b) akan selalu bernilai negatif.
Dengan demikian fungsi permintaan apabila dirumuskan dalam bentuk
matematis dapat ditulis sebagai berikut.
Qd = F (Px, Py, I, S, E)
Q=a–bP
Keterangan :
Q= Kuantitas atau jumlah barang yang diminta
P= Harga dari barang per unit
a= Nilai Konstanta (Berupa angka)
b= Slope (Angka/Nilai yang selalu bersama
dengan variabel P)
Keterangan:
Q : Kuantitas atau Jumlah barang yang diminta
P : Harga per unit barang
P1 : Harga barang awal atau harga sebelumnya
P2 : Harga barang setelah mengalami perubahan (kenaikan atau penurunan)
Q1 : Jumlah barang yang diminta sebelum mengalami perubahan
(permintaan
awal)
Q2 : Jumlah barang yang diminta setelah mengalami perubahan
Contoh soal:
Apabila diketahui suatu barang harganya $5, kuantitas barang yang diminta
sebanyak 20 unit. Namun jika harga tersebut mengalami kenaikan menjadi $ 10
maka jumlah yang diminta pun akan mengalami penurunan menjadi 15 unit.
Dengan demikian tentukanlah:
a. Fungsi permintaan
b. Harga tertinggi
c. Apabila jumlah yang dibeli sebanyak 10 unit, berapa tingkat harganya?
d. Apabila tingkat harga $20, berapa jumlah permintaannya?
e. Kurva permintaan
Langkah 1:
Diketahui:
P1 = $ 5 Q1 = 20 unit
P1 = $ 10 Q2 = 15 unit
Q Q1 P P1
Q2 Q1 P2 P1
Q 20 P 5
15 20 10 5
Q 20 P 5
5 5
5( P 5) 5(Q 20)
5P 25 5Q 100)
5P 100 25 5Q
5P 125 5Q
125 5Q
P
5
P 25 Q
Dengan demikian fungsi permintaan dinyatakan dalam P 25 Q
Langkah 2:
Harga tertinggi syaratnya Q 0
P 25 Q
P 25 0
P 25
Jadi harga tertinggi terjadi pada saat $25 dengan kuantitas yang diminta 0.
Langkah 3:
Apabila Q = 10 unit, maka berapa harga (P)?
P 25 Q
P 25 10
P 15
Jadi tingkat harga $8 ketika jumlah yang diminta sebanyak 7 unit.
Langkah 4:
Apabila harga sepatu (P) $20, maka berapa jumlah penaarannya?
P 15 Q
20 25 Q
Q 25 20
Q5
Langkah 5:
Gambar 3-3 Kurva Permintaan
Harga ($)
25
20
15
10
5 10 15 20 Kuantitas (Unit)
0
C. LATIHAN/TUGAS
D. DAFTAR PUSTAKA
Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha. Yogyakarta: CV
Andi Offset.
Mai, Candra dan Fitria Amalia. 2011. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Esis.
Mankiw N, Gregory. 2003. Pengantar Ekonomi Edisi Kedua Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Nuraini, Ida. 2001. Pengantar Ekonomi Mikro. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.
Sukirno Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Sumarsono, Sonny. 2012. Pengantar Ekonomi Mikro. Jember: Laboratorium
Kewirausahaan Fakultas Ekonomi Universitas Jember.
Parkin, Michael. 2008. Economics 8th Edition. Perason Education, Inc (P).
PERTEMUAN 4
KONSEP PENAWARAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
1. PENGERTIAN PENAWARAN
Permintaan dan penawaran adalah dua kata yang senantiasa digunakan
oleh para ahli ekonomi. Hal tersebut disebabkan karena kekuatan permintaan dan
penawaran yang membuat ekonomi dalam suatu pasar pasar berjalan baik.
Keduanya baik permintaan maupun penawaran menjadi penentu kuantitas dari
barang yang diproduksi dan sekaligus menjadi penentu terhadap harga barang
tersebut. Apabila anda ingin mengetahui suatu kejadian atau kebijakan dalam
mempengaruhi perekonomian, maka anda harus terlebih dahulu membayangkan
bagaimana pengaruhnya terhadap penawaran dan permintaan.
Sebelumnya kita sudah membahas tentang permintaan yang merupakan
kegiatan ekonomi dari sudut konsumen. Sekarang kita belajar tentang penawaran.
Suatu penawaran terjadi apabila ada penjual atau produsen dalam hal ini
merupakan pihak yang menyediakan sejumlah barang atau jasa dalam suatu
perekonomian. Dilihat dari sisi produsen, kuantitas barang yang ditawarkan atau
dijual mempunyai hubungan positif terhadap harga barang itu. Dalam hal ini
apabila harga barang tertentu meningkat, maka jumlah yang ditawarkan atau dijual
oleh seorang produsen juga semakin banyak.
Akan tetapi jika barang tertentu harganya mengalami penurunan, tentu
kuantitas barang dan jasa yang ditawarkan penjual atau produsen menurun pula.
Dapat disimpulkan bahwa penawaran (supply) merupakan suatu keadaan di mana
sejumlah barang ataupun jasa yang nantinya akan ditawarkan (dijual) pada
tingkatan harga yang berlaku saat itu.
Dilihat dari sudut teori ekonomi, maka penawaran bisa didefinisikan sebagai
semua kuantitas barang maupun jasa yang akan dijual (ditawarkan) pada tingkat
harga yang ada di pasar pada satu kurun waktu tertentu. Dengan demikian dapat
kita lihat bahwa dalam penawaran, maka akan ada dua variabel dari ekonomi yakni
jumlah dari barang maupun jasa yang dijual atau ditawarkan pada tingkatan harga
tertentu dari barang maupun yang ditawarkan. Pada pendekatan tersebut variabel
waktu kita abaikan dan kita anggap konstan.
Adapun dalam konsep penawaran variabel dari kuatitas barang yang
ditawarkan pada tingkatan harga tertentu terdapat adanya saling terkait erat
antara kedua variable tersebut, yakni kuantitas dari barang dan jasa yang
ditawarkan dan juga harga dari barang dan jasa itu sendiri. Dapat diketahui bahwa
variabel harga adalah variabel yang sangat berpengaruh terhadap kuantitas atau
jumlah dari barang maupun jasa yang dijual (ditawarkan), yang biasa kita kenal
dengan sebutan variabel bebas (independent variable). Akan tetapi jumlah atau
kuantitas dari barang atau jasa disebut sebagai variabel yang akan dipengaruhi
oleh harga, yang biasa dikatakan sebagai variabel terikat (dependent variable).
Harga input (Pi). Apabila salah satu atau lebih harga input untuk membuat
es krim meningkat, maka memproduksi es krim dirasa kurang menguntungkan,
tentu perusahaan tersebut akan menawarkan lebih sedikit es krim. Dengan
demikian, kuantitas barang yang ditawarkan berhubungan negatif (negatively
related) dengan harga input untuk membuat barang tersebut.
Teknologi (T). teknologi untuk memproses input menjadi es krim juga
merupakan salah satu penentu dari kuantitas yang ditawarkan. Penemuan
mekanisasi mesin pengolah es krim, dapat mengurangi jumlah pekerja yang tentu
sangat membutuhkan untuk membuat es krim. Melalui penurunan biaya
perusahaan, perkembangan teknologi tentu akan menaikkan kuntitas es krim yang
ditawarkan.
Ekspektasi (E). Tentunya kuantitas es krim yang ditawarkan tergantung
pada pada eskpektasi atau harapan terhadap masa depan. Misalnya, produsen
berharap bahwa harga es krim pada waktu mendatang akan meningkat, maka
produsen akan menyimpan sejumlah es krim yang diproduksi saat ini di dalam
gudang penyimpanan dan tentu hal ini akan mengurangi penawaran ke pasar pada
saat ini.
Harga
3,00
2,00
1,00
Kuantitas
0 1 2 3
4. FUNGSI PENAWARAN
Gambar fungsi penawaran dapat dilihat sebagai berikut.
Kenaikan
Harga penawaran
Penurunan
penawaran
Kuantitas
0
Qs = F(Px, Pi, T, E)
Q = a + bp
Keterangan :
Q= Jumlah barang yang ditawarkan
P= Harga barang per unit
a= Konstanta (Berupa angka)
b= Slope (Angka/Nilai yang selalu bersama
dengan variabel P)
Contoh soal:
Diketahui harga suatu barang tertentu $10 maka jumlah yang ditawarkan oleh
penjual sebanyak 5 unit. Apabila harga naik menjadi $ 15 maka jumlah yang
tawarkan naik menjadi 10 unit. Dengan demikian tentukan:
a. Fungsi penawaran
b. Harga terendah
c. Apabila jumlah yang dijual sebanyak 15 unit, berapa tingkat harganya?
d. Apabila harga $25, berapa jumlah penawarannya?
e. Kurva penawaran
Langkah 1:
Diketahui:
P1 = $ 10 Q1 = 5 unit
P1 = $ 15 Q2 = 10 unit
Q Q1 P P1
Q2 Q1 P2 P1
Q 5 P 10
10 5 15 10
Q 5 P 10
5 5
5( P 10) 5(Q 5)
5P 50 5Q 25)
5P 50 25 5Q
5P 25 5Q
25 5Q
P
5
P 5Q
Dengan demikian fungsi permintaan dinyatakan dalam P 5 Q
Langkah 2:
Harga terendah syaratnya Q 0
P 5Q
P 50
P5
Jadi harga terendah terjadi pada saat $5 dengan kuantitas yang ditawarkan 0.
Langkah 3:
Apabila Q = 15 unit, maka berapa harga (P)?
P 5Q
P 5 15
P 20
Jadi tingkat harga $20 ketika jumlah yang ditawarkan sebanyak 15 unit.
Langkah 4:
Apabila harga sepatu (P) $25, maka berapa jumlah penawarannya?
P 5Q
25 5 Q
Q 25 5
Q 20
Q 20
Jadi jumlah penawaran sebanyak 20 unit ketika harga $25.
Langkah 5:
Gambar 4-2 Kurva Penawaran
Harga ($)
25
20
15
10
5 10 15 20 Kuantitas (Unit)
0
Adapun harga pasar yang berlaku dan jumlah barang yang diperjual belikan
sangat tergantung pada kuantitas barang yang diminta dan yang ditawarkan.
Permasalahan harga ini ada hubungannya terhadap barang ekonomis.
Seperti yang kita ketahui bahwa barang ekonomis ini memerlukan tindakan dan
bermanfaat serta dalam usaha mendapatkannya dibutuhkan pengorbanan berupa
uang berdasarkan harga harga tertentu dari barang yang dimaksud. Perlu
diketahui bahwa harga merupakan wujud dari nilai tukar barang dan jasa biasanya
kita nyatakan dalam bentuk uang. Dengan demikian harga disebut sebagai nilai
tukar yang secara obyektif dari barang atau jasa serta nilai tukar obyektif tersebut
merupakan harga keseimbangan atau harga pasar yang berlaku pada saat itu.
Perlu diketahui bahwa harga keseimbangan atau yang biasa kita kenal dengan
harga pasar tidak secara otomatis terbentuk. Akan tetapi harga pasar tersebut
terbentuk melalui proses sistem atau operasi pasar, yaitu melalui proses kekuatan
tarik-menarik secara terus menerus dari permintaan pembeli dengan penawaran
dari penjual.
Melalui kajian terhadap permintaan maupun penawaran tersebut, maka
sistem pasar beroperasi dapat digambarkan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa
meskipun tidak ada intervensi dari pemerintah, tentu dengan sendirinya
keseimbangan harga serta kuantitas barang yang diperjual belikan di pasar akan
tercipta.
Kajian dari penentuan harga barang atau jasa merupakan sesuatu yang
sangat penting dalam menentukan kisaran waktu yang dibutuhkan oleh respon
penawaran (supply response) terhadap fluktuasi keadaan dari permintaan. Kisaran
waktu tersebut dapat dibagi menjadi tiga jangka waktu, yakni pertama jangka
sangat pendek, kedua jangka pendek dan ketiga jangka panjang.
Dalam periode jangka waktu sangat pendek tentu tidak ada respon terhadap
penawaran, jumlah yang dijual secara absolut akan tetap atau tidak akan
mengalami perubahan. Sedangkan dalam waktu jangka pendek, tentu perusahaan
akan bisa merubah jumlah barang dan jasa yang dijual (ditawarkan), akan tetapi
dengan catatan tidak ada satupun perusahaan baru yang bisa masuk ke pasar
tersebut. Berbanding terbalik dalam jangka panjang justru perusahaan bisa
merubah jumlah yang ditawarkan dan juga perusahaan baru bias secara penuh
menembus industri. Hal tersebut membentuk suatu simpulan penawaran sifatnya
lentur (fleksibel).
Dengan demikian, harga suatu barang atau jasa sangat tergantung kepada
jenis pasar yang ada. Adapun jenis pasar dalam ekonomi, dibedakan menjadi
pasar persaingan sempurna (perfect competition) dan juga pasar persaingan yang
tidak sempurna (inperfect competition). Untuk lebih dalam pembahasan mengenai
pasar akan dibahas pada penjelasan lain tentang bentuk-bentuk pasar.
C. LATIHAN/TUGAS
D. DAFTAR PUSTAKA
Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha. Yogyakarta: CV
Andi Offset.
Fatoni Siti Nur. 2014. Pengantar Ilmu Ekonomi. Bandung: Pustaka Setia.Hasan.
Parkin, Michael. 2008. Economics 8th Edition. Perason Education, Inc (P).
Nicholson, Walter. 2004. Mikro Ekonomi Intermediate dan aplikasinya Edisi
Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Sukirno Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
PERTEMUAN 5
KESEIMBANGAN PASAR
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
Harga
Demand (D) Supply (S)
3,00
2,00
Ekuilibrium
1,00
Kuantitas
0 1 2 3
Qd = Qs
Atau
Pd = Ps
a. Kelebihan penawaran
Harga
Surplus
3,00
2,00
Ekuilibrium
1,00
Kuantitas
0 1 2 3
Kuantitas Kuantitas
yang diminta yang
ditawarkan
b. Kelebihan permintaan
Harga
3,00
2,00
Ekuilibrium
1,00
Kekurangan
Kuantitas
0 1 2 3
Kuantitas Kuantitas
yang yang diminta
ditawarkan
3. PENGARUH PAJAK
Pajak penjualan merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah pada saat
terjadi penjualan suatu produk. Pajak penjualan ini dapat berbentuk suatu
persentase tertentu yang dikenakan untuk setiap unit produk yang dijual oleh
produsen. Seperti yang kita tahu, bahwa besarnya pajak penjualan tidak
sepenuhnya ditanggung oleh pihak penjual, akan tetapi sebagian juga ditanggung
oleh pembeli. Dengan adanya pajak penjualan ini, maka menyebabkan harga jual
dari produk di pasar menjadi lebih tinggi. Secara otomatis adanya pajak penjualan
akan berpengaruh terhadap keseimbangan pasar yang baru.
a. Keseimbangan setelah Pajak
Pajak selalu menambah harga barang yang ditawarkan. Seperti yang
dapat kita lihat berikut ini.
Pd = Ps
Menghasilkan
ME = (P,Q)
Keseimbangan Setelah Pajak (t/tax)
Pd = Ps + tax (t)
Menghasilkan
ME' = (Pt,Qt)
Di mana:
Pd : Fungsi permintaan
Ps : Fungsi penawaran
tax (t) : besarnya pajak per unit
ME : Keseimbangan pasar awal (market equilibrium)
ME' : Keseimbangan pasar setelah mengalami perubahan dengan adanya
pajak
P : Harga awal (mula-mula) sebelum mengalami perubahan
Q : Kuantitas awal (mula-mula) sebelum mengalami perubahan
P Demand (D)
St
(Qt,Pt)
Pt S
P (Q,P)
Qd,Qs
0 Qt Q
Keterangan:
P : Harga awal (mula-mula) sebelum mengalami perubahan
Pt : Harga setelah setelah mengalami perubahan dengan adanya pajak
Q : Kuantitas awal (mula-mula) sebelum mengalami perubahan
Qt : Kuantitas setelah setelah mengalami perubahan dengan adanya
pajak
Qd : Kuantitas permintaan (quantity of demand)
Qs : Kuantitas penawaran (quantity of supply)
D : Kurva permintaan
S : Kurva penawaran awal (mula-mula) sebelum mengalami
perubahan
St : Kurva penawaran setelah mengalami perubahan dengan adanya
pajak
Contoh:
1) PT jarum telah merumuskan persamaan permintaan dan penawaran rokok,
yaitu:
a) P = 1500 - Q serta fungsi dari penawaran P = 0,5Q + 300.
b) Dari produk tersebut pemerintah memungut pajak sebesar Rp 200 per
unit.
Dengan menggunakan data di atas, maka jawablah pertanyaan berikut.
(1) Berapakah harga dan juga kuantitas atau jumlah keseimbangan dari
pasar sebelum serta sesudah dikenakan pajak?
(2) Berapakah pajak per unit dari barang yang menjadi tanggungan
konsumen?
(3) Berapakah pajak per unit dari barang menjadi tanggungan produsen ?
(4) Berapakah jumlah total pajak total yang diterima pemerintah?
(5) Buatlah kurva ekuilibrium sebelum dan juga setelah pajak!
Langkah Penyelesian:
(a) Keseimbangan pasar sebelum kena pajak:
Pd = Ps
Di mana:
Pd : Fungsi permintaan
Ps : Fungsi Penawaran
Pd = Ps'
Dengan
tk = (PE' - PE)
Di mana:
tk : pajak yang menjadi tanggungan konsumen
PE : ekuilibrium harga sebelum adanya pajak
PE' : ekuilibrium harga setelah adanya pajak
tp = t - tk
Di mana:
tp : Pajak yang menjadi tanggungan produsen
t : besarnya pajak setiap unit barang
T = t x QE‘
Di mana:
T : Pajak yang diterima pemerintah
t : besarnya pajak setiap unit barang
QE‘ : Kuantitas ekuilibrium setelah pajak
4. Pengaruh Subsidi
Subsidi merupakan bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada para
produsen untuk meringankan beban biaya produksi perusahaan. Adanya subsidi
dapat membuat biaya produksi lebih kecil dari sebelumnya, sehingga hal ini
berdampak langsung terhadap keseimbangan pasar. Dampak subsidi merupakan
kebalikan dari pengenaan pajak penjualan yang dibebankan pemerintah. Dengan
demikian, adanya subsidi akan mengurangi jumlah dari harga barang maupun jasa
yang ditawarkan atau juga hanya berpngaruh terhadap fungsi penawaran,
sementara itu fungsi permintaan tidak berubah.
a. Keseimbangan Setelah Subsidi
Adanya subsidi selalu mengurangi harga barang yang ditawarkan. Seperti
yang dapat kita lihat berikut ini.
Keseimbangan Sebelum Subsidi (S)
Pd = Ps
Menghasilkan
ME = (P,Q)
Pd = Ps - subsidi (s)
Menghasilkan
ME' = (Ps,Qs)
Di mana:
Pd : Fungsi permintaan
Ps : Fungsi penawaran
Subsidi (s) : besarnya subsidi per unit
ME : Keseimbangan pasar awal (market equilibrium)
ME' : Keseimbangan pasar setelah mengalami perubahan dengan
adanya subsidi
P : Harga awal (mula-mula) sebelum mengalami perubahan
P Demand
(D) S
Ss
P (Q,P
)
P (Qs,Ps
s )
Qd,Q
0 Q Q s
s
Gambar 5-4 Kurva Pengaruh Subsidi terhadap Keseimbangan Pasar
Keterangan:
P : Harga awal (mula-mula) sebelum mengalami perubahan
Ps : Harga setelah setelah mengalami perubahan dengan adanya
subsidi
Q : Kuantitas awal (mula-mula) sebelum mengalami perubahan
Qs : Kuantitas setelah setelah mengalami perubahan dengan adanya
subsidi
Qd : Kuantitas permintaan (quantity of demand)
Contoh soal:
1) Informasi fungsi permintaan dan penawaran adalah:
a) P = 3000 - Q dan fungsi penawaran P = 0,10Q + 1000.
b) Besarnya subsidi yang diberikan pemerintah sebesar Rp 500 per unit.
Dengan menggunakan informasi di atas, maka jawablah pertanyaan berikut.
(1) Carilah keseimbangan harga dan kuantitas di pasar sebelum dan
setelah ada subsidi!
(2) Berapakah total dari subsidi yang dinikmati konsumen?
(3) Berapa total subsidi yang dinikmati produsen?
(4) Berapa total subsidi yang ditanggung pemerintah?
(5) Gambarkan Kurva keseimbangan sebelum dan setelah adanya subsidi!
Langkah Penyelesian:
a. Keseimbangan pasar sebelum kena subsidi:
Pd = Ps
Di mana:
Pd : Fungsi permintaan
Ps : Fungsi Penawaran
Pd = Ps'
Dengan
Di mana:
Ps' : Fungsi penawaran yang berubah setelah adanya subsidi
subsidi (s) : Besarnya subsidi per unit
sk = (PE -PE')
Di mana:
sk : besar subsidi yang dinikmati oleh konsumen
PE : Harga ekuilibrium sebelum ada subsidi
PE' : Harga ekuilibrium setelah ada subsidi
sp = s - sk
Di mana:
sp : Subsidi yang dinikmati oleh produsen
s : besar subsidi setiap unit
S = s x QE‘
Di mana:
S : total subsidi yang harus ditanggung oleh pemerintah
s : besar subsidi setiap unit
QE‘: Kuantitas ekuilibrium setelah ada subsidi
C. LATIHAN/TUGAS
D. DAFTAR PUSTAKA
Fatoni Siti Nur. 2014. Pengantar Ilmu Ekonomi. Bandung: Pustaka Setia.Hasan
Parkin, Michael. 2008. Economics 8th Edition. Perason Education, Inc (P).
Putong, Iskandar. 2013. Economics: Pengantar Mikro dan Makro: Edisi 5. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Sadjono, Sigit. 2010. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Surabaya: Tiga N.
Sukirno Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
PERTEMUAN 6
ELASTISITAS PERMINTAAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
d. Periode waktu
Pada periode waktu yang lebih lama, permintaan dari bermacam barang
lebih elastis. Kalau harga bensin naik, permintaan bensin hanya turun sedikit
pada bulan-bulan pertama. Namun pada waktu-waktu selanjutnya, orang akan
membeli mobil yang lebih hemat bensin, berganti pada kendaraan yang pada
umumnya digunakan masyarakat, ataupun mereka bermigrasi ke daerah dekat
kantor. Tentu dari beberapa kuantitas bensin yang diminta dengan sendirinya
akan mengalami penurunan yang signifikan.
20 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛
Elastisitas harga dari permintaan = 10 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 = 2
Dari data di atas, apabila ada perubahan dari titik A ke titik B hal ini
dapat disebut bahwa harga barang mengalami peningkatan 50%. Kuantitas
yang diminta turun 33%. Itu berarti, elastisitas harga dari permintaan sebesar
33/50 = 0,66. Tetapi, jika dibalik perubahan tersebut dari titik B ke titik A,
maka harga barang mengalami penurunan sebesar 33%, sedangkan
kuantitas yang diminta naik 50%, sehingga elastisitas harga dari
permintaannya terhitung 50/33 = 1,5.
Untuk menghindari persoalan yang membingungkan itu, kita dapat
menerapkan metode nilai tengah (midpoint method) dalam penghitungan
elastisitas. Dalam hal ini metode nilai tengah (midpoint method) bisa kita
nyatakan dalam rumus elastisitas harga dari permintaan antara dua titik
berikut ini, dengan notasi (Q1, P1) dan (Q2, P2):
(Q2−Q1)/[(Q2+Q1)/2]
Elastisitas harga dari permintaan (Edx) = (P2−P1)/[(P2+P1)/2]
(Q2 Q1 ) /(Q2 Q1 ) / 2
Elastisitas harga dari permintaan (Edx) A-B =
( P2 P1 ) /( P2 P1 ) / 2
(80 120) /(120 80) / 2
=
(6 4) /(6 4) / 2
(40) / 100
=
2/5
0,4
=
0,4
= -1 (nilai absolut)
Jadi nilai elastisitas dari titik A ke titik B dengan menggunakan rumus
metode nilai tengah sebesar 1. Apabila dibalik dari arah titik B ke titik A dapat
kita buktikan juga sebagai berikut.
(Q2 Q1 ) /(Q2 Q1 ) / 2
Elastisitas harga dari permintaan (Edx) B-A=
( P2 P1 ) /( P2 P1 ) / 2
(120 80) /(80 120) / 2
=
(4 6) /(4 6) / 2
40 / 100
=
(2) / 5
0,4
=
(0,4)
= -1 (nilai absolut)
Dapat disimpulkan bahwa arah perubahan dari titik manapun nilainya
akan tetap sama, yaitu sebesar 1.
5
4
1…suatu
kenaikan
harga
Harga ($)
5
4 Permintaan
1…
kenaikan
harga sebesar
22 persen
Harga ($)
5
4 Permintaan
1…
kenaikan
harga sebesar
22 persen
Harga ($)
5
4 Permintaan
1…
kenaikan
harga sebesar
22 persen
Harga ($)
1…jika harga lebih dari $4, kuantitas yang diminta nol.
4 Permintaan
Kuantitas (Unit)
3…jika harga kurang dari $4, kuantitas
yang diminta tidak terbatas.
Perlu kita ketahui bahwa suatu elastisitas silang dari permintaan bisa
menunjukkan hubungan antara dua jenis barang yang mempunyai sifat sebagai
berikut.
1) Barang substitusi, dimana nilai Ec > 0. kopi vs teh.
2) Barang komplementer, dengan Ec < 0. BBM dengan sepeda motor
3) Barang netral, yaitu barang yang tidak mempunyai hubungan antara satu
dengan lainnya.
c. Elastisitas Pendapatan
Dapat diartikan bahwa elastisitas pendapatan merupakan
kecenderungan permintaan barang dan jasa berubah diakibatkan oleh
pendapatan masyarakat juga mengalami perubahan. Bisa kita artikan pula
bahwa elastisitas pendapatan ini merupakan taraf kepekaan dari permintaan
suatu barang tertentu terhadap perubahan pendapatan seorang konsumen.
Dengan demikian dapat dirumuskan secara matematis elastisitas
pendapatan sebagai berikut.
Qdx / Qx Qdx I
eI atau
I / I I Qx
Dimana :
Qx : Kuantitas barang X
I : Income atau Pendapatan konsumen
∆I : Perubahan pendapatan konsumen
pada suatu tingkat yang wajar akan justru akan menyebabkan penerimaan
meningkat.
Adapun ringkasan hubungan elastisitas permintaan terhadap strategi
penetapan harga produk adalah sebagai berikut:
1) Apabila permintaan bersifat elastis, maka menurunkan harga jual akan
cenderung menaikkan tingkat pendapatan (dalam batas penurunan harga
masih menguntungkan) .
2) Apabila permintaan bersifat inelastis, maka maka menaikkan harga jual akan
cenderung menaikkan tingkat pendapatan (dalam batas kenaikan harga
tidak menyebabkan permintaan = 0) .
3) Apabila permintaan bersifat elastis uniter menaikkan atau menurunkan
harga adalah tindakan yang mubazir, karena penerimaan relatif tidak
berubah.
C. LATIHAN/TUGAS
a. Tentukan elastisitas dari titik A-B, titik B-C, titik C-D, dan titik D-E!
b. Lengkapi jawaban saudara dengan grafik!
4. Pada suatu waktu diketahui bahwa harga tiket bus seharga Rp 50.000, maka harga
tiket KA dengan jurusan yang sama berada dibawah harga tiket bus. Dan
permintaan rata-rata tiket KA tersebut sebanyak 3000. Apabila harga tiket bus
D. DAFTAR PUSTAKA
Fatoni Siti Nur. 2014. Pengantar Ilmu Ekonomi. Bandung: Pustaka Setia.Hasan
Parkin, Michael. 2008. Economics 8th Edition. Perason Education, Inc (P).
Putong, Iskandar. 2013. Economics: Pengantar Mikro dan Makro: Edisi 5. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Sadjono, Sigit. 2010. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Surabaya: Tiga N.
Sukirno Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
PERTEMUAN 7
ELASTISITAS PENAWARAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
penawaran dari suatu komoditas tertentu. Elastisitas dapat juga dikatakan sebagai
suatu kepekaan permintaan dan penawaran terhadap harga barang ataupun jasa
itu sendiri.
Suatu elastisitas harga dari penawaran (price elastisity of supply) dapat
mengukur seberapa banyak jumlah barang dan jasa berubah yang disebabkan
oleh perubahan harganya. Dengan kata lain elastisitas penawaran ini mengukur
persentase perubahan jumlah penawaran diakibatkan oleh persentase perubahan
harga barang dan jasa tersebut. Misalnya apabila harga suatu sepatu naik 20%,
maka kuantitas sepatu yang ditawarkan juga naik sebesar 40%. Dengan demikian
40%
koefisien elastisitasnya dapat kita hitung dari 2.
20%
Dalam jangka pendek kuantitas barang yang ditawarkan akan berbeda
dengan kuantitas barang yang diproduksi. Hal ini disebabkan karena suatu
perusahaan tidak akan mungkin secara langsung menawarkan barang tersebut
kepada konsumen, akan tetapi mereka akan menyimpan terlebih dahulu untuk
kemudian dijual pada kesempatan tertentu. Ini biasanya disebut sebagai stok
barang. Akan tetapi, dalam jangka panjang kuantitas barang yang ditawarkan akan
dianggap sama dengan jumlah barang yang diproduksi.
Suatu elastisitas penaaran dapat juga menggambarkan besarnya kepekaan
dari variabel yang mempengaruhinya. Penawaran dikatakan elastis apabila
perubahan barang yang ditawarkan cukup besar diakibatkan oleh perubahan
harga barang tersebut. Akan tetapi sebaliknya penawaran dikatakan inelastis
apabila kuantitas yang ditawarkan berubah sedikit akibat adanya perubahan harga
barang tersebut. Secara umum metode pengukuran elastisitas penawaran akan
sama dengan pengukuran dalam suatu elastisitas permintaan.
Atau
Elastisitas Titik (point elasticity)
∆𝑄𝑠 𝑃1
𝐸𝑠 = 𝑥
∆𝑃 𝑄𝑠1
(Esx) =
Contoh soal:
Titik Harga ($) Kuantitas (Unit)
A 20 50
B 25 80
Tentukan elastisitas penawaran dari titik Ake B dan dari titik B ke A dengan
menggunakan Metode Titik Tengah (Mindpoint Method)!
Titik A ke B
Titik B ke A
(Q2 Q1) /{(Q2 Q1) / 2}
Esx
( P2 P1) /{( P2 P1) / 2}
(50 80) /{(50 80) / 2}
Esx =
(20 25) /{(20 25) / 2}
30 / 65
Esx =
5 / 22,5
30 22,5
Esx = X
65 5
675
Esx =
325
Esx = 2,08
harga
5
4
1…suatu
kenaikan
harga
4
1…
kenaikan
harga sebesar
22 persen
Penawaran
4
1…
kenaikan
harga sebesar
22 persen
Harga ($)
Penawaran
4
1…
kenaikan
harga sebesar
22 persen
Harga ($)
1…jika harga lebih dari $4, kuantitas yang ditawarkan tidak terbatas.
4 Permintaan
Kuantitas (Unit)
3…jika harga kurang dari $4, kuantitas
ditaarkan sama dengan nol.
Perlu kita ketahui bahwa dalam dunia nyata elastisitas yang terjadi hanya
dua, yakni inelastis dan elastisitas sempurna. Hal ini disebabkan karena
penawaran sangat berkaitan erat dengan fungsi produksi. Di mana biaya produksi
merupakan salah salah satu unsur yang utama dalam funsi produksi. Dalam hal
ini apabila biaya produksi rendah, maka tentu akan memberikan keuntungan bagi
produsen dengan menawarkan kuantitas dalam jumlah yang besar. Sebaliknya
apabila biaya produksi tinggi, maka produsenpun akan memproduksi dalam jumlah
yang sedikit untuk menghindari kerugian. Biaya produksi di sini sangat terkait
dengan harga input, misalnya tenaga kerja, mesin dan juga energi yang sangat
berpengaruh kuat terhadap biaya produksi barang dan jasa yang bersangkutan.
Dengan demikian dalam dunia nyata jenis elastisitas penawaran hanya ada dua
kemungkinan yang terjadi. Hal ini disebabkan karena berapapun besar perubahan
harga tidak akan berpengaruh sama sekali terhadap kuantitas yang ditawarkan
seberapa pun besar tingkat perubahan harga tidak akan banyak mempengaruhi
jumlah barang ditawarkan dikarenakan sebuah proses penambahan produk
memerlukan penambahan biaya produksi yang besar tidak akan bisa dipenuhi
dengan mudah, sehingga tidak akan mempengaruhi prosentase jumlah produk
yang ditawarkan seperti yang tergambar dalam kurva inelastis sempurna.
Meskipun dapat dipenuhi tentu prosentase perubahan kuantitas yang ditawarkan
tidak akan begitu besar dibandingkan dengan perubahan harga seperti yang
tergambar dalam kurva penawaran inelastis.
C. LATIHAN/TUGAS
D. DAFTAR PUSTAKA
Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha. Yogyakarta: CV
Andi Offset.
Nicholson, Walter. 2004. Mikro Ekonomi Intermediate dan aplikasinya Edisi
Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Parkin, Michael. 2008. Economics 8th Edition. Perason Education, Inc (P).
Putong, Iskandar. 2013. Economics: Pengantar Mikro dan Makro: Edisi 5. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Sukirno Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
PERTEMUAN 8
TEORI PERILAKU KONSUMEN
(PENDEKATAN KARDINAL)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
menggunakan sumber daya, menilai sumber daya dan juga mengatur sumber
daya yang mereka anggap dapat memuaskan kebutuhan mereka masing-masing.
Dapat dilihat bahwa perilaku konsumen dapat terjadi pada beberapa tahap,
antara lain sebagai berikut. Pertama, tahap awal (tahap sebelum melaksanakan
pembelian); kedua, tahap pada saat pembelian; dan ketiga tahap setelah
melaksanakan kegiatan pembelian. Pada tahap awal, konsumen tentu akan
menggali ataupun mencari informasi terlebih dahulu terkait dengan produk yang
mereka ingin beli. Pada tahap pembelian, maka konsumen akan langsung
melaksanakan kegiatan transaksi dengan produsen terkait dengan barang dan
jasa yang diinginkannya. Tahap terakhir, yakni tahap setelah pembelian konsumen
bisa memakai dan juga menikmati produk yang dibelinya tersebut. Di samping itu
konsumen bisa melakukan penilaan terhadap produk yang dia konsumsi. Hal ini
terkait dengan sesuai atau tidak produk tersebut dengan keinginan mereka.
Apabila tidak sesuai mereka bisa membuang dan berhenti menggunakan produk
tersebut.
Dengan demikian apabila kita melihat dari tingkat pengonsumsian produk
tertentu, maka perilaku konumen dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, antara
lain sebagai berikut.
a. Perilaku seorang konsumen rasional
Kegiatan konsumsi rasional apabila ditandai dengan beberapa hal, yaitu
sebagai berikut.
1) Produk yang dimaksud dapat memberikan sebuah kepuasan tertentu dan
juga mempunyai nilai guna yang optimal.
2) Produk memang sangat dibutuhkan oleh konsumen yang bersangkutan,
tanpa bisa ditunda pemenuhannya.
3) Mutu atau kualitas produk sangat terjamin (baik).
4) Harga produk sudah setara dan sesuai dengan kemampuan finansial dari
konsumen yang bersangkutan.
b. Perilaku konsumen irasional
Perilaku irasional adalah kebalikan dari perilaku rasional. Suatu perilaku
yang dilakukan oleh konsumen bisa dikatakan irasional apabila konsumen
melakukan pembelian produk tanpa memperkirakan kegunaan dari produk
tersebut. Contoh perilaku irasional antara lain:
1) Merasa tertarik dan terpukau hanya dengan melihat promosi dan juga iklan
produk tertentu baik iklan dari media cetak, elektronik maupun sosial.
sangat lemah atau bisa dikatakan dapat diabaikan. Beberapa konsumen misalnya
hanya menunjukkan loyalitas mereka terhadap merek (Brand Loyalty) terkenal
saja. Hal ini dapat dikatakan bahwa secara rutin mereka hanya melakukan
aktivitas pembelian terhadap produk tersebut hanya karena mereka merasa puas
terhadap kinerja dari merek produk tersebut.
mencapai titik intensitas yang sama. Intensitas sama disini ialah suatu rasio
antara marginal utility dan harga produk yang satu dengan rasio marginal utility
dan juga harga produk lain.
Adapun hipotesis yang utama dari pendekatan kardinal di sini ialah nilai guna
marginal yang akan semakin turun. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai guna yang
diperoleh seorang konsumen semakin menurun apabila mereka terus menerus
menambah konsumsi terhadap produk yang dimaksud. Apabila kita membahas
nilai guna marginal pasti erat kaitannya dengan bagaimana cara memaksimalkan
nilai guna yang dirasakan konsumen.
Dalam suatu pendekatan kardinal ada beberapa asumsi utama, yaitu
sebagai berikut.
a. Nilai guna atau daya dapat diukur melalui parameter satuan harga atau biasa
disebut dengan utilitas.
b. Konsumen disini bersifat rasional. Di mana mereka hanya akan mencukupi
kebutuhan hidup sesuai dengan batas kemampuan pendapatan yang dimiliki.
c. Konsumen tentu nantinya akan mengalami penurunan utilitas apabila secara
terus menerus melakukan kegiatan konsumsi produk yang dimaksud
(diminishing marginal utility) yaitu semakin banyak sesuatu barang yang
dikonsumsikan maka tambahan kepuasan (marginal utility) yang diperoleh dari
setiap satuan tambahan yang dikonsumsikan akan menurun.
d. Konsumen hanya mempunyai jumlah pendapatan yang tetap (tidak ada
pendapatan lain).
e. Nilai guna (daya) dari uang tersebut tetap (konstan).
f. Total utility dapat bersifat melengkapi (additive) atau dapat juga dikatakan bisa
berdiri sendiri (independent).
g. Produk yang konsumen konsumsi normal dan periode konsumsinya biasanya
berdekatan.
Melalui asumsi di atas, maka suatu pendekatan kardinal dapat menyusun
suatu formulasi fungsi permintaan dengan baik. Akan tetapi meskipun demikian
pendekatan ini mempunyai beberapa kelemahan yang muncul, antara lain:
a. Daya guna yang hanya dilihat dari sudut subjektif menyebabkan tidak ada satu
alat ukur yang pas, tepat dan juga sesuai.
25
Total
Utility
20
15
10
0
1 2 3 4 5
Kuantitas Anggur
Marginal
Utility
12
10
6
4
4
2
0
2
1 2 3 4 5
Kuantitas Anggur
2 3 4
Perhatikan juga melalui pendekatan Marginal Utility, kita bisa melihat bahwa
kurva Marginal Utility tidak lain merupakan kurva Permintaan Konsumen. Hal ini
dikarenakan bahwa dari kurva tersebut konsumen dapat menunjukkan jumlah
pembeliannya (jumlah yang diminta) pada berbagai tingkat harga yang berlaku di
pasar.
Pertanyaan yang muncu bahwa apakah kepuasan dapat dihitung secara
pasti, jewabannya tentu tidak. Oleh karena itu, metode cardinal dewasa ini sudah
tidak umum lagi digunakan dalam mengukur kepuasan konsumen dalam ilmu
ekonomi modern dewasa ini.
4. ASUMSI UTILITY
Dalam menentukan preferensi individu digunakan beberapa asumsi, antara
lain:
Asumsi perbandingan. Dalam hal ini, setiap dua keranjang (bundle) yang
berbeda, masing-masing berisi barang A dan B, dan kedua barang tersebut
dibandingkan semacam preferensi dari individu. Setiap perbandingan semacam
itu pasti mengarah pada salah satu alternative, yaitu (1) keranjang A lebih disukai
dari keranjang B atau (2) keranjang B lebih disukai daripada atau (3) A dan B
sama saja. Asumsi inii merupakan gambar ideal dari keadaan yangs ebenarnya,
dimana kita menganggap bahwa individu tidak pernah mengatakan bahwa, “Saya
sesungguhnya tidak dapat membandingkan antara A dan B.” ia juga dianggap
tidak pernah mengatakan bahwa dua per tiga waktu saya menyukai A dan
sepertiga waktu menyukai B.
Asumsi transivitas. Misalkan ada tiga keranjang barang, yaitu A, B, dan C.
apabila barang A lebih disukai daripada barang B dan B lebih disukai daripada
barang C. maka tentulah barang A lebih disukai dari barang C. demikian halnya
barang A tidak berbeda dengan barang B, barang B tidak berbeda dengan barang
C, maka pastilah barang A tidak berbeda dengan barang C.
More Is Better atau lebih banyak lebih baik. Dalam hal itu seseorang lebih
menyukai barang yang lebih banyak daripada sedikit. Pada dasarnya untuk barang
normal, lebih banyak barang berarti lebih bermanfaat, meskipun tambahan
manfaat semakin kecil. Asumsi ini mengabaikan barang jelek seperti polusi udara,
sampah, dan lainnya yang tentunya tidak diinginkan oleh konsumen.
C. LATIHAN/TUGAS
D. DAFTAR PUSTAKA
Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha. Yogyakarta: CV
Andi Offset.
Gilarso, T. 2003. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro Edisi Revisi. Yogyakarta : Kanisius.
Parkin, Michael. 2008. Economics 8th Edition. Perason Education, Inc (P).
Putong, Iskandar. 2013. Economics: Pengantar Mikro dan Makro: Edisi 5. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Sukirno Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
PERTEMUAN 9
TEORI PERILAKU KONSUMEN
(PENDEKATAN ORDINAL)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
Y
A
Y1
B
Y2
D C
Y3 IC
0 X1 X2 X3
3. KETERBATASAN ANGGARAN
Dalam memaksimalkan kepuasannya, konsumen terkendala oleh jumlah
pendapatan yang dimiliki. Kita akan melihat bagaimana keterbatasan anggaran
pendapatan dalam membatasi pilihan konsumen. Kita ambil contoh Diva seorang
pegawai negeri sipil yang mempunyai pendapatan (I) tetap setiap bulan, yang
dapat dibelanjakan untuk pangan dan lainnya. Untuk konsumsi pangan, diberi
simbol X dan untuk konsumsi barang lainnya diberi simbol Y. harga masing-
masing barang tersebut diberi simbol Px dan Py. Kondisi tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut.
I = X. Px + Y. Py
D
300
200 C
A
0 X
100 200 300 400 500 600
Gambar 9-2 menunjukkan bahwa kombinasi makanan (X) dan lainnya (Y),
yang dibeli individu ditunjukkan oleh segitiga OAD. Dengan sumsi bahwa individu
lebih suka lebih banyak barang daripada sedikit, maka batas luar segitiga ini
merupakan kendala yang relevan menunjukkan seluruh pendapatan yang tersedia
untuk dipergunakan untuk membeli barang X dan Y. Slope batas anggaran yang
berbentuk segitiga ini ditentukan oleh –Px/Py, dalam hal ini menunjukkan -100/200
= -1/2.
Kemiringan garis anggaran –Px/Py adalah perbandingan negatif dari harga
dua jenis barang. Besarnya kemiringan menunjukkan tingkat di mana kedua
barang dapat dipertukarkan satu sama lain, tanpa mengubah jumlah uang yang
harus dibelanjakan.
4. KESEIMBANGAN KONSUMEN
Supaya bisa mengetahui tentang bagaimana seorang konsumen dapat
mengalokasikan pendapatannya diantara dua macam produk, maka perlu kiranya
digabungkan terlebih dahulu mengenai pengertian tentang apa yang mau
dilakukan dan apa yang bisa dilakukan oleh konsumen tersebut. Hal ini dapat
dilakukan dengan menggabungkan suatu peta indifferent dan juga kurva garis
anggaran dari konsumen yang bersangkutan. Adapun penggabungan dari peta
indifferent dan juga kurva garis anggaran konsumen dapat digambarkan didalam
kurva 9-3 berikut ini.
Kuantitas
Pakaian
A
25
20
15
E
10
5 IC4
IC3
IC1 B IC2
0 4 8 12 16 20
Kuantitas Buku
Dapat kita lihat dari kurva 9-3, maka garis anggaran dapat diletakkan pada
garis AB di atas peta indifferent dari seorang konsumen. Dari kurva tersebut
perhatikanlah posisi yang ada di kanan atas garis AB. Di mana menunjukkan
berbagai kombinasi barang yang belum bisa dibeli oleh konsumen tersebut
dengan sejumlah anggaran yang dimilikinya. Sementara itu perhatikanlah posisi
yang ada pada kiri bawah garis AB. Hal ini dapat menggambarkan suatu kombinasi
dari barang yang harga belinya lebih rendah dari pendapatannya, sehingga tidak
akan masuk dalam hitungan. Hal tersebut disebabkan karena asumsinya anda
akan mempergunakan pendapatan yang anda miliki misalnya sebesar Rp
500.000,00. Dari ilustrasi tersebut, maka pada posisi manakah yang akan anda
pilih nantinya supaya mencapai tingkat konsumsi yang optimal?
Pastinya semua konsumen termasuk anda ingin memaksimumkan utilitas.
Dengan demikian konsumen ingin mencapai kurva indifferent yang tertinggi yang
sekiranya mampu dicapai. Maka melalui kurva 9-3 kita bisa mengamati bahwa
seorang konsumen akan mencapai titik utilitas yang maksimum pada titik dimana
garis anggaran menyinggung langsung kurva indifferent tertinggi yang bisa mereka
capai. Kondisi ini dapat dikatakan sebagai titik keseimbangan konsumen. Dengan
kurva 9-3, maka kita bisa melihat secara bersama-sama bahwa kombinasi barang
yang banyak atau paling disukai dan bisa dicapai dengan anggaran yang tersedia
ada dan terletak pada titik E. Dengan demikian pada titik E itu, seorang konsumen
mampu mencapai titik utilitas yang maksimum dengan keterbatasan anggaran
yang dimilikinya. Dapat diartikan bahwa seorang konsumen dalam upaya
mencapai titik utilitas maksimum sangat dibatasi oleh pendapatan yang dimiliki.
Pada keterbatasan inilah merupakan suatu kenyataan dimana seorang konsumen
tidak akan bisa mengkonsumsi sejumlah barang ataupun jasa yang nilainya
melebihi pendapatan yang dimilikinya.
C. LATIHAN/TUGAS
D. DAFTAR PUSTAKA
Murni, asfia. 2013. Ekonomika Makro Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama.
Parkin, Michael. 2008. Economics 8th Edition. Perason Education, Inc (P).
Putong, Iskandar. 2013. Economics: Pengantar Mikro dan Makro: Edisi 5. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Sukirno Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Widjajanta, B. dan A. Widyaningsih. 2009. Mengasah Kemampuan Ekonomi 1: Untuk
Kelas X Sekolah Menengah Atas/Mandrasah Aliyah Program Ilmu
Pengetahuan Sosial. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional.
PERTEMUAN 10
PERILAKU PRODUSEN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
1. KONSEP PRODUKSI
Sekarang tiba waktunya untuk mengalihkan perhatian kepada persoalan
penawaran, yaitu melihat dan mempelajari sikap para produsen dalam
menawarkan barang yang diproduksinya. Dalam upaya untuk melihat urutan
kegiatan sebuah perusahaan dalam melakukan kegiatan produksi dan penawaran
barang, maka dapat diperluas analisisnya pada berbagai aspek kegiatan
produksinya. Pertama kali terlebih dahulu seorang produsen harus menganalisis
sampai sejauh mana faktor produksi yang nantinya akan dipergunakan dalam
rangka menghasilkan barang yang diproduksi. Setelah itu maka produsen harus
melihat pula biaya produksi dalam menghasilkan menghasilkan barang itu. Pada
akhirnya nanti perlu pula dianalisis bagaimana pengusaha nantinya dalam
membandingkan hasil penjualan dengan biaya produksi yang telah
dikeluarkannya. Dalam menetapkan tingkat produksi yang nantinya sekiranya
akan memberikan keuntungan maksimum kepada mereka. Kita menyadari bahwa
berbagai macam aspek yang ada dalam kegiatan sebuah perusahaan tidak bisa
kita bahas secara lengkap dalam satu bagian dalam pembahasan ini. Maka perlu
kiranya bagian lain untuk menguraikannya. Pada bagian analisis dibatasi pada
fungsi produksi teori produksi dengan satu faktor dan dua faktor yang berubah.
Pada teori produksi disebutkan kepuasan dari produsen diperoleh melalui
pemaksimuman keuntungan produksi (maksimation of profit).
a. Pada proses produksi : terdiri dari rangkaian kegiatan produksi.
b. Pada proses distribusi : terdiri dari rangkaian kegiatan distribusi.
c. Pada proses konsumsi : terdiri dari rangkaian kegiatan konsumsi
d. Pada kegiatan produksi : terdiri dari rangkaian kegiatan menciptakan atau
meningkatkan manfaat suatu barang.
Perlu kita ketahui bahwa pada prinsipnya kegiatan produksi yang dilakukan
oleh seorang produsen dalam pendekatannya dibedakan menjadi tiga bagian
pokok antara lain dijabarkan berikut ini.
a. Periode jangka pendek (short run), dimana: (1) waktu yang dipergunakan
sangat pendek, sehingga dalam periode ini produsen hanya menggunakan
faktor produksi atau input yang tetap (fixed input); (2) teknologi yang digunakan
dalam proses produksi jumlahnya tidak berubah sama sekali (constant); dan (3)
hanya dengan satu siklus, maka produksi dapat diselesaikan.
b. Periode jangka panjang (long run) dimana: (1) dalam proses produksi
menggunakan faktor atau input variabel (variable input), dengan kata lain tidak
menggunakan input tetap lagi; (2) teknologi yang dipergunakan dalam proses
produksi masih tetap (constant).
c. Periode jangka sangat panjang (very long run) dimana: (1) teknologi yang
dipergunakan dalam kegiatan produksi sudah berubah atau fleksibel sesuai
dengan yang dibutuhkan; (2) sudah tidak hanya membicarakan mengenai satu
fungsi produksi.
2. FAKTOR PRODUKSI
Faktor produksi atau Sumber Daya merupakan semua benda yang ada dan
sudah tersedia di alam atau dapat juga diciptakan langsung oleh manusia dan bisa
dipergunakan dalam memproduksi barang atau jasa yang dibutuhkan manusia
dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka. Faktor produksi yang sudah tersedia
dalam perekonomian tentu nantinya akan sangat menentukan sampai dimana
negara tersebut bisa menghasilkan barang ataupun jasa yang dibutuhkan
masyarakat. Adapun faktor produksi atau sumber daya yang sudah ada dan
tersedia dalam suatu perekonomian negara dapat kita bedakan menjadi empat
jenis antara lain berikut ini.
a. Tanah dan Sumber Alam
Beberapa macam faktor produksi yang sudah tersedia di alam sekitar kita
yaitu: hasil hutan, berbagai macam jenis tambang, tanah, dan juga berbagai
sumber daya alam lainnya yang bisa dijadikan modal. Adapun kekayaan alam
antara lain: (1) keadaan iklim dan juga tanah; (2) kekayaan hutan; (3) kekayaan
yang ada di bawah tanah (aneka bahan tambang); (4) kekayaan air yang dapat
dijadikan sebagai salah satu sumber tenaga penggerak baik dipergunakan
untuk pengangkutan, sumber bahan makanan (untuk perikanan), sumber irigasi
dan sebagainya.
Kondisi alam, dalam hal ini khusus tanah sangat dipengaruhi oleh
beberapa hal antara lain: mutu tanah, keadaan iklim, dan juga luas dari tanah
yang bersangkutan. Perlu kita pahami bahwa sumber alam merupakan suatu
dasar dalam berbagai kegiatan baik pada sektor perikanan, pertanian,
kehewanan, dan juga pertambangan. Sektor tersebut secara umum biasanya
disebut sebagai produksi primer.
b. Tenaga Kerja
Tenaga kerja ialah semua hal yang selalu bersedia dan juga sanggup
untuk bekerja. Adapun golongan ini terdiri dari golongan yang bekerja untuk
kepentingan diri sendiri dan juga anggota keluarga yang tidak menerima
bayaran baik berupa uang dan juga mereka yang sudah bekerja dengan tujuan
memperoleh gaji ataupun upah. Ada pula yang menganggur, akan tetapi
mereka sebenarnya bersedia dan juga mampu bekerja.
Tenaga kerja dapat dibedakan menjadi beberapa golongan berdasarkan
umur tenaga kerja tersebut.
1) Seorang warga Negara yang berada di bawah usia kerja, yaitu dibawah 15
tahun.
2) Golongan tenaga kerja yang berumur antara 15 sampai 64 tahun.
3) Golongan tenaga kerja yang sudah melebihi umur kerja, yaitu diatas umur
65 tahun.
Adapun faktor produksi yang berupa tenaga kerja ialah Sumber Daya
Manusia (SDM) yang memiliki keahlian dan juga ketrampilan yang dibutuhkan
di dunia kerja. Adapun tenaga kerja yang dimaksud dapat dibedakan menjadi
tiga bagian antara lain sebagai berikut.
1) Golongan tenaga kerja kasar. Di mana golongan ini merupakan tenaga kerja
yang tidak berpendidikan atau bisa juga berpendidikan rendah dan juga tidak
mempunyai keahlian yang dibutuhkan dalam bidang pekerjaan yang ada di
lapangan. Misalnya: seorang tukang sapu di jalanan, seorang kuli bangunan
dan sebagainya).
2) Golongan tenaga kerja yang terampil. Golongan ini merupakan tenaga kerja
yang mempunyai keahlian yang diperoleh dari pelatihan atau pun
pengalaman kerja sebelumnya. Misalnya: montor sepeda motor, tukang
bengkel, cleaning service di mall dan lainnya.
3) Golongan tenaga kerja terdidik. Golongan ini merupakan golongan dari
tenaga kerja yang mempunyai pendidikan dan biasanya pendidikan mereka
cukup tinggi serta mempunyai keahlian pada bidang tertentu. Misalnya:
dosen, jaksa, mentri dan lain sebagainya.
c. Modal
Modal merupakan sejumlah tertentu faktor produksi yang dapat berupa
benda yang diciptakan sendiri oleh manusia dan bisa dipergunakan untuk
memproduksi barang dan -jasa yang dibutuhkan. Misalnya: mesin dan juga
peralatan pabrik, bahan baku produksi, tempat (pabrik) untuk memproduksi dan
sebagainya. Setiap saat ada juga persediaan barang yang bisa disimpan di
gudang ataupun di toko dan tentunya siap untuk dijual secara langsung. Dapat
dikatakan bahwa semua bahan mentah dan barang selesai yang sudah ada
dalam persediaan tersebut disebut sebagaii stock (inventory).
3. FUNGSI PRODUKSI
Fungsi produksi, adalah bentuk hubungan mathematis yang dapat
menggambarkan tentang cara di mana jumlah hasil produksi tertentu sangat
bergantung pada jumlah dari input yang dipergunakan oleh seorang produsen.
Fungsi produksi dapat memberikan sebuah keterangan tentang jumlah output
yang diharapkan apabila input tersebut dikombinasikan dalam suatu cara khusus.
Berbagai macam kombinasi tersebut banyak jenisnya. Berdasarkan hasil produksi
dan juga banyaknya hasil produksi yang nantinya akan diperoleh sangat
tergantung kepada pada (fungsi dari pada) macam dan jumlah input yang nantinya
dipergunakan.
Pada umumnya fungsi produksi dituliskan sebagai Y = f (X), dimana Y
menggambarkan hasil produksi; f sebelum tanda kurung menyatakan "tergantung"
yakni "suatu fungsi dari"; dan huruf X menuggambarkan tentang suatu input yang
dipergunakan. Apabila jumlah input yang digunakan lebih dari 1 jenis, maka fungsi
produksi dapat dituliskan sebagai: Y = f (X1, X2, ...., Xn); dimana X1, X2, ..., Xn
merupakan jenis input yang digunakan dalam kegiatan produksi.
Adapun asumsi dari fungsi produksi tersebut di atas antara lain sebagai
berikut.
a. Fungsi produksi sifatnya kontinyu.
b. Fungsi produksi bernilai tunggal dari masing-masing variabel yang ada di
dalamnya.
c. Derivasi I dan II fungsi ini tetap kontinyu.
d. Fungsi produksi harus relevan (bernilai positif) baik untuk input X maupun
output Y.
e. Penggunaan teknologi maksimal pada tingkatnya.
0 X
0 X
0 X
Dalam hal ini hukum lebih yang semakin berkurang dimaksudkan apabila
faktor produksi yang sebelumnya bisa dirubah jumlahnya secara terus-menerus
ditambah sebanyak satu unit, maka pada awalnya produksi total akan semakin
banyak pertambahannya. Akan tetapi sesudah mencapai pada suatu tingkat
tertentu, maka tambahan produksi tambahan akan semakin berkurang dan
pada akhirnya akan mencapai nilai negatif. Sifat dari pertambahan produksi
inilah yang menyebabkan bagaimana perusahaan akan mempertimbangkan
untuk meminimumkan biaya dalam kegiatannya dalam rangka mencapai tingkat
produksi tertentu yang nantinya bisa ditunjukan.
Tabel 10.1 Gabungan Tenaga Kerja dan Modal untuk Menghasilkan 2.000
Unit Produksi
Gabungan Tenaga Kerja Modal
F 2 3
G 3 2
Modal
IQ = 2.000 Unit
0 2 3 Tenaga Kerja
ada di atas tingkat produksi tersebut adalah 2.000 unit. Pada titik F maupun G
jumlah yang diproduksi sama sebanyak 2.000 unit meskipun menggunakan
modal dan tenaga kerja yang berbeda jumlahnya. Selain itu juga dapat ditemui
kurva IQ1, IQ2, dan IQ3 yang terletak di atas kurva IQ. Ketiga macam kurva
tersebut dapat memberikan gambaran mengenai tingkat produksi yang berbeda
pula, yakni secara berurutan antara lain 3.000 unit, 4.000 unit, dan juga 5.000
unit. Dapat dikatakan pula bahwa apabila letak kurva semakin menjauhi titik 0,
maka akan semakin tinggi pula tingkat produksi yang ditunjukkan. Dari
berbagai jenis kurva yang ada tersebut dapat menunjukan beberapa gabungan
antara tenaga kerja dan modal yang dibutuhkan dalam suatu proses produksi.
Modal
10
TC1
TC
5
0 6 10 20 Tenaga Kerja
Melalui contoh yang sudah didibuat diatas dimisalkan bahwa upah tenaga
kerja sebesar Rp. 20.000 dan biaya modal per unitnya sebesar Rp. 40.000; dalam
hal ini jumlah uang atau biaya yang dimiliki hanya sebesar Rp. 200.000. Dengan
demikian garis TC pada gambar 10.5 menunjukan gabungan dari tenaga kerja dan
modal yang bisa diperoleh dengan memanfaatkan dana sebesar Rp. 200.000
tersebut. Dapat diketahui bahwa apabila dana yang dimiliki oleh produsen tersebut
hanya dipergunakan untuk mendapatkan modal, maka dia tentu akan
mendapatkan 200.000/40.000 = 5 unit. Sedangkan apabila produsen hanya
mempergunakan dana yang dimilikinya untuk mendapatkan tenaga kerja, maka
dia akan mendapatkan 200.000/20.000 = 10 unit. Demikian seterusnya titik A pada
TC menunjukkan bahwa dengan dana Rp. 200.000 seorang produsen dapat
mempergunakan dana tersebut untuk memperoleh 2 unit modal dan juga 6 unit
tenaga kerja. Pada gambar 10.5 pula terdapat beberapa garis biaya lainnya, yakni
TC1. Garis-garis itu menunjukkan garis biaya sama apabila jumlah uang yang
tersedia adalah Rp. 400.000. Dengan biaya Rp. 400.000 produsen bisa
mempergunakan untuk memperoleh modal saja sebanyak 10 unit. Sedangkan
produsen juga bisa mempergunakan dana tersebut untuk memperoleh tenaga
kerja saja sebanyak 20 unit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila
garis anggaran biaya (isocost) semakin menjauhi titik 0 maka biaya yang
dipergunakan oleh seorang produsen semakin banyak, sehingga semakin banyak
pula jumlah tenaga kerja dan modal yang bisa diperoleh.
C. LATIHAN/TUGAS
a. Upah tenaga kerja Rp 100 x dua angka terakhir NIM dan harga modal per unit
adalah Rp 2.000 x dua angka terakhir NIM. Dari soal tersebut maka hitunglah
berapa biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan supaya bisa
mempergunakan kombinasi modal dan tenaga kerja pada tabel di atas. Menurut
anda kombinasi manakah yang menggunakan modal dan juga tenaga kerja
yang paling murah?
b. Gambarkanlah kurva isoquant dan isoqost dari jawaban anda!
5. Menurut anda seberapa pentingkah pembuatan kombinasi penggunaan faktor
produksi (input) oleh seorang produsen?
D. DAFTAR PUSTAKA
PERTEMUAN 11
BIAYA PRODUKSI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
2. BIAYA PRODUKSI
Suatu biaya produksi bisa kita artikan sebagai pengeluaran yang dikeluarkan
oleh seorang produsen dalam rangka mendapatkan faktor produksi atau input dan
juga bahan mentah yang nantinya bisa dipergunakan untuk menghasilkan barang
yang diinginkan.
Adapun biaya produksi yang dipergunakan oleh produsen dalam
memperoleh faktor produksi bisa kita bedakan menjadi dua macam, yaitu biaya
eksplisit dan juga biaya tersembunyi (input cost). Biaya eksplisit adalah sejumlah
pengeluaran yang dikeluarkan oleh pengusaha baik berupa pembayaran berupa
uang untuk memperoleh faktor peoduksi dan juga bahan mentah yang diperlukan
dalam aktivitas produksi. Biaya tersembunyi (input cost) adalah sejumlah
pengeluaran atas faktor produksi yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Pengeluaran yang dimaksud meliputi sejumlah pembayaran skill keusahawanan
pengusaha tersebut, modal yang dipergunakan oleh perusahaan itu sendiri, dan
juga biaya bangunan perusahaan yang dimiliki sendiri. Upaya menaksir biaya
tersebut adalah dengan menaksir pengeluaran yang sejenis dengan melihat dari
pendapatan tertinggi yang didapatkan apabila produsen tersebut bekerja di
perusahaan lainnya, dalam kegiatan ini modal produsen tersebut dapat
diinvestasikan atau dipinjamkan, dan bangunannya dapat disewakan pada pihak
lainnya di luar perusahaan.
Analisis mengenai biaya produksi oleh perusahaan dibedakan dalam
beberapa jangka waktu, yaitu:
a. Biaya Produksi Dalam Jangka Pendek
Pada periode ini dapat dikatakan bahwa sebagian faktor produksi (input)
yang digunakan dalam proses produksi jumlahnya tidak dapat ditambah.
b. Biaya Produksi Dalam Jangka Panjang
Jangka panjang merupakan jangka waktu di mana semua faktor produki
yang digunakan dapat mengalami perubahan. Dengan demikian bila jumlah
faktor produksi (input) yang digunakan dalam proses produksi selalu berubah,
tentunya biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh produsen juga akan
berubah. Akan tetapi jika jumlah faktor produksi (input) yang dipergunakan tidak
berubah (tetap), maka biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen pun akan
tetap nilainya. Dapat disimpulkan bahwa seluruh jumlah dari biaya produksi
dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu biaya tetap dan biaya yang berubah.
Berikut secara rinci penjelasan mengenai biaya produksi.
1) Biaya total (Total Cost / TC).
Adalah biaya produksi keseluruhan yang dikeluarkan oleh seorang
produsen dalam menghasilkan produk tertentu yang diinginkannya. Adapun
biaya total ini nantinya bisa diperoleh dengan menjumlahkan biaya tetap total
(Total Fixed Cost / TFC) dan biaya berubah total (Total Variabel Cost / TVC).
Biaya total dapat juga dihitung berdasarkan rumus yang tertera di bawah ini.
TC = TFC + TVC
penjelasan tersebut, maka dapat dirumuskan untuk mencari biaya tetap rata-
rata yakni dengan menggunakan rumus berikut.
TFC
AFC
Q
TC
AC
Q
bisa juga dengan
AC = AFC + AVC
MCn = ΔTC/ΔQ
Di mana:
MCn : Biaya marginal pada saat produksi yang ke-n
ΔTC : Tambahan ongkos/biaya produksi total
ΔQ : Tambahan produksi
TC
TVC
TFC
Dapat kita lihat melalui gambar 11.1 bahwa kurva TFC bentuknya horizontal.
Hal ini disebabkan nilainya tetap atau tidak mengalami perubahan meskipun
berapa saja jumlah barang yang diproduksi oleh produsen. Kurva TVC berawal
dari titik 0 terus seiring berjalannya waktu akan bertambah semakin tinggi. Dengan
demikian penjelasan tersebut dapat memberikan gambaran jika: (1) waktu
produksi tidak dilakukan atau TVC = 0; dan (2) apabila jumlah produksi semakin
banyak, maka akan semakin banyak pula biaya atau ongkos produksi total (TVC).
Sedangkan garis kurva TC menggambarkan hasil akhir dari penjumlahan dari
kurva TFC dan juga TVC. Sebab itulah, garis kurva TVC berawal dari pangkal TFC,
apabila ditarik garis tegak di antara TVC dan TC, maka panjangnya garis tersebut
pasti nantinya akan sama dengan jarak yang ada di antara kurva TFC dengan
sumbu datar.
4. SYARAT PEMAKSIMUMAN KEUNTUNGAN
Biaya marginal memegang peranan yang sangat penting di dalam
pertimbangan seorang produsen ketika akan menentukan jumlah produksi yang
perlu dihasilkan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, tujuan dari seorang
produsen adalah untuk memaksimumkan keuntungan. Dua cara yang dapat
digunakan utnuk menentukannya, yaitu:
a. Dengan memproduksi barang pada tingkat di mana perbedaan antara total
penjualan dan total biaya adalah tingkat yang paling maksimum.
Dapat kita pahami bahwa keuntungan merupakan perbedaan di antara
hasil total penjualan yang diperoleh produsen dengan biaya totalnya. Dengan
demikian, keuntungan maksimum apabila perbedaan di antara dua faktor di
atas mencapai maksimum.
b. Dengan memproduksi barang pada tingkat di mana hasil penjualan marginal =
biaya marginal (MR = MC).
Misalkan seorang pengusaha sudah memproduksi 10 unit produksinya,
dan memikirkan untuk menaikkan produksi satu unit lagi. Biaya tambahan
(marginal cost / MC) yang ahrus dikeluarkan adalah Rp 900 dan hasil
penjualannya akan bertambah sebanyak Rp. 1.300. karena ia ingin
memaksimumkan keuntungan, produksi akan ditambah satu unit lagi. Langkah
ini menyebabkan keuntungannya bertambah sebanyak (Rp. 1300 - Rp 900)
yaitu Rp 400.
Sekarang dimisalkan produsen tersebut telah memproduksi 15 unit, dan
memikirkan untuk menambah produksi satu unit lagi. Biaya produksi tambahan
adalah Rp. 900. Produksi tambahan menambah hasil penjualan sebanyak Rp.
900, apakah tindakan pengusaha? Tidak ada salahnya kalau pengusaha itu
meneruskan rencananya, tetapi untungnya tidak akan bertambah atau
berkurang, karena biaya produksi tambahan yang dibayarkannyabadalah sama
dengan tambahan hasil penjualan yang diperolehnya.
Keadaan di mana biaya produksi marginal adalah sama dengan hasil
penjualan marginal, tingkat produksi yang dicapai adalah tingkat produksi yang
akan menghasilkan keuntungan yang paling maksimum.
5. BIAYA PELUANG
Meskipun sampai saat ini kita seringkali susah dalam menghutung biaya
peluang (opportunity cost), pengaruh biaya peluang ternyata masih sangat nyata
dan universal pada setiap individu. Prinsip ini justru bisa kita diaplikasikan pada
semua keputusan. Keputusan tersebut tidak hanya pada bidang ekonomi saj, akan
tetapi juga mencakup bidang lainnya. Berawal pada saat munculnya karya salah
satu ekonom dari Jerman, yaitu Freidrich Von Wieser, saat ini biaya peluang dapat
dipandang sebagai dasar dari sebuah teori nilai marjinal.
Suatu biaya peluang dapat menjadi salah satu cara seseorang untuk
melakukan perhitungan suatu biaya. Hal ini tidak hanya sebagai acuan dalam
mengenal dan menambah biaya ke dalam proyek, akan tetapi di samping itu juga
dapat mengenal cara alternatif yang lain dalam menghabiskan uang dalam jumlah
yang sama. Dengan demikian keuntungan yang nantinya akan hilang sebagai
akibat alternatif terbaik lainnya adalah biaya peluang melalui pilihan pertama yang
dipilih.
Salah satu contoh yang biasanya kita lihat dalam kehidupan sehari-hari ialah
ada salah satu petani yang memilih untuk mengelola pertaniannya sendiri
dibanding dengan dia menyewakan tanah pertaniannya kepada tetangga atau
lainnya. Dengan demikian, biaya peluangnya merupakan sejumlah keuntungan
yang hilang pada saat dia menyewakan lahan itu. Pada kasus inilah, petani
tersebut mungkin sangat berharap memperoleh untung lebih besar dari pada
pekerjaan yang telah dilakukannya sendiri. Demikian halnya apabila masuk ke
Universitas dan orang yang bersangkutan mengabaikan sejumlah upah yang bisa
dia diterima apabila memilih bekerja. Hal ini dibanding dengan semua biaya
pendidikan yang nantinya mereka perlukan (sebagai seluruh total biaya pada
pilihannya pada universitas tersebut).
Sangat perlu untuk kita ingat biaya peluang bukan penjumlahan alternatif
biaya yang ada. Akan tetapi biaya peluang di sini lebih menekankan pada sejumlah
keuntungan dari pilihan alternatif terbaik yang dia pilih. Misalnya biaya peluang
yang ada dari keputusan seseorang pemimpin kota tersebut untuk membangun
rumah sakit pada lahan yang kosong, ternyata merupakan suatu kerugian dari
lahan yang harusnya dipergunakan untuk arena olahraga, bisa juga sebagai
ketidakmampuan dalam mempergunakan lahan tersebut menjadi tempat parkir,
ataupun uang yang dapat diperoleh dari hasil penjualan lahan itu, bisa juga
C. LATIHAN/TUGAS
0 0 3000 0 5
Dengan mengalikan FC, VC, dan P dengan tiga angka NIM terakhir masing-masing,
maka jawablah pertanyaan berikut:
a. Tentukan nilai TC, TR, MC dan MR! (lengkapi dengan kurvanya)
b. Apakah produksi tersebut mengalami laba/rugi? Jelaskan!
5. Suatu pabrik buku memiliki biaya tetap (FC) sebesar 50.000.000. Sedangkan biaya
pembuatan buku/pcs sebesar Rp. 1.000. Dalam kondisi ini buku yang diproduksi
tersebut dijual seharga Rp 2.500, jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini.
a. Tentukanlah fungsi dari total biaya biaya total (TC), fungsi total penerimaan (TR)
dan juga biaya variable (Variable Cost).
b. Kapankah pabrik buku tersebut mencapai titik BEP?
c. Apakah pabrik buku tersebut mengalami keuntungan atau kerugian bila mereka
melakukan produksi sebanyak 10.000 pcs?
D. DAFTAR PUSTAKA
PERTEMUAN 12
PASAR PERSAINGAN SEMPURNA
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
Apabila kita mendengar pasar tentu yang ada dipikiran kita adalah
banyaknya penjual dan juga pembeli yang ada di tempat tersebut. Sehingga
secara sederhana pasar dapat kita artikan sebagai suatu tempat di mana pembeli
dan penjual bertemu untuk melakukan aktivitas jual beli barang ataupun jasa.
Sedangkan pasar menurut istilah ekonomi dapat kita jelaskan bahwa pasar
merupakan tempat bertemunya baik penujual maupun pembeli guna melakukan
transaksi pembelian dan penjualan barang ataupun jasa, sehingga nanti tercipta
harga keseimbangan sebagai harga yang berlaku di pasar saat itu dan juga dapat
menetapkan jumlah yang nantinya diperdagangkan. Dengan demikian dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa pada setiap pertemuan atara penjual maupun
pembeli akan terbentuk suatu harga keseimbangan sebagai harga yang disepakati
antara pihak penjual dan juga pembeli.
Seringkali kita melihat pasar yang ada di sekitar kita dalam bentuk pasar
kongkret atau nyata bisa dilihat langsung oleh mata kita sendiri secara nyata.
Misalnya pasar barang kebutuhan pokok. Semua aktivitas yang dilakukan di pasar
pada dasarnya melibatkan dua pelaku utama, yaitu produsen dan juga konsumen.
Keduanya memiliki peran yang besar terhadap pembentukan harga barang yang
ada di pasar. Pada pembahasan ini kita hanya memfokuskan bahasan kita hanya
pada satu konsep, yaitu pasar persaingan sempurna.
Perlu kita pahami bersama bahwa suatu pasar persaingan sempurna
merupakan suatu pasar yang sangat ideal dalam ekonomi. Hal ini dikarenakan
pasar tersebut dianggap sebagai suatu pasar yang akan menjamin terwujudnya
suatu kegiatan produksi baik barang ataupun jasa dengan optimal dan efisien.
Namun dalam prakteknya sangatlah tidak mudah dalam menentukan jenis industri
4. MACAM-MACAM PENERIMAAN
TR = P x Q
Dalam hal ini MRn adalah penerimaan marginal produk ke-n. TRn ialah
total penerimaan pada saat produksi sebanyak n, dan TRn-1 merupakan
penerimaan total saat produksi tersebut n-1. Lebih mudah dipahami, jumlah
produksi n adalah jumlah produksi saat ini. Sedangkan jumlah produksi n-1
adalah jumlah produksi sebelumnya. Persamaan yang sering banyak
digunakan untuk menghitung biaya marginal adalah:
MRn = ΔTR/ΔQ
Di mana:
MRn : Penerimaan marginal produksi ke-n
ΔTR : Pertambahan penerimaan total
ΔQ : Pertambahan jumlah produksi
5. KEUNTUNGAN MAKSIMUM
MC, AC, MR
50
Keuntungan MC
Maksimum
40 AC
30 MR = AR = D
22,5
20
10
10 20 30 40 50 60 70 Q
Contoh soal:
Dari kurva di atas, misalnya diketahui:
Harga di pasar (P) = $30.
Average Cost (AC) = $22,5
Kuantitas (Q) = 55
Maka berapa keuntungan/kerugian yang diterima oleh produsen?
Jawaban:
Dari data diketahui bahwa P > AC menunjukkan produsen mengalami keuntungan.
Syarat keseimbangan masimum MR = MC. Maka cara mengetahui keuntungan
maksimum berikut langkahnya.
a. Langkah 1 mencari besarnya total penerimaan (Total Revenue/TR)
TR =PxQ
TR = 30 x 55
TR = 1.650
b. Langkah 2 mencari besarnya (Total Cost/TC)
TC
C
Q
TC
22,5
55
TC = 1.237,5
c. langkah 3 menentukan laba maksimum
TR > TC = laba (Л)
laba (Л) = TR – TC
laba (Л) = 1.650 - 1.237,5
laba (Л) = 412,5
jadi segi empat yang diarsir dari kurva di atas dapat diketahui bahwa
laba/keuntungan yang diterima produsen sebesar 412,5.
C. LATIHAN/TUGAS
D. DAFTAR PUSTAKA
Gilarso, T. 2003. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro Edisi Revisi. Yogyakarta : Kanisius.
Mai, Candra dan Fitria Amalia. 2011. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Esis.
Nuraini, Ida. 2001. Pengantar Ekonomi Mikro. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.
Parkin, Michael. 2008. Economics 8th Edition. Perason Education, Inc (P).
Putong, Iskandar. 2013. Economics: Pengantar Mikro dan Makro: Edisi 5. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
PERTEMUAN 13
PASAR MONOPOLI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
akan terbebani biaya karena lebih sedikit konsumen membeli produk tertentu, dan
konsumen membeli dengan harga yang lebih mahal. Hal itulah yang menyebabkan
pada beberapa negara membuat undang-undang anti monopoli yang melarang
perusahaan untuk melakukan monopoli pada sebagian besar pasar.
membangun jaringan pipa pada seluruh wilayah yang ada dalam kota itu. Setiap
perusahaan dituntut untuk menanggung biaya tetap berupa pembangunan
jaringan pipa air pada semua wilayah. Oleh karena itu, biaya total rata-rata
dalam penyediaan air tersebut akan minimal apabila hanya ada satu
perusahaan yang melayani kebutuhan air pada satu kota.
5. PENDAPATAN MONOPOLI
Misalkan suatu kota yang hanya memiliki satu produsen yang menyediakan
air bersih. Tabel 13.1 menunjukkan bahwa pendapatan pelaku monopoli
penyediaan air tergantung dari jumlah air yang disalurkannya kepada konsumen.
Tabel 13.1 Pendapatan Total, Rata-rata, dan Marjinal Pelaku Monopoli
Pendapatan Pendapatan Pendapatan
Jumlah air Harga
total rata-rata marjinal
0 kubik 30.000 0 - -
1 28.000 28.000 28.000 28.000
2 26.000 52.000 26.000 24.000
3 24.000 72.000 24.000 20.000
4 22.000 88.000 22.000 16.000
5 20.000 100.000 20.000 12.000
6 18.000 108.000 18.000 8.000
7 16.000 112.000 16.000 4.000
8 14.000 112.000 14.000 0
9 12.000 108.000 12.000 -4.000
10 10.000 100.000 10.000 -8.000
11 8.000 88.000 8.000 -12.000
Tabel 13.1 menunjukkan bahwa kolom pertama dan kedua (jumlah barang
dan harga) menunjukkan skedul permintaan atas pelaku monopoli. Apabila pelaku
monopoli hanya menjual 1 kubik air, harganya adalah Rp. 28.0000,- namun
6. MAKSIMALISASI KEUNTUNGAN
MCm
Pm ATC
E
ATC
MCm
MR D
Qm Quantity
Pm ATC
ATC
MR
MCm
MR D
Qm Quantity
Rugi
Gambar 13.1 Kurva Maksimalisasi Keuntungan Perusahaan Monopoli
C. LATIHAN/TUGAS
a. Berilah contoh satu permasalahan yang biasanya muncul dalam suatu pasar
monopoli!
b. Jelaskan penyebab permasalahan tersebut!
c. Upaya apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang pengusaha dalam pasar
monopoli supaya mereka dapat meminimalisir permasalahan tersebut?
D. DAFTAR PUSTAKA
Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha. Yogyakarta: CV
Andi Offset.
Mai, Candra dan Fitria Amalia. 2011. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Esis.
Murni, Asfia. 2013. Ekonomika Mikro Edisi Kedua. Bandung: PT Refika Aditama.
Nuraini, Ida. 2001. Pengantar Ekonomi Mikro. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.
Rosyidi, Suherman. 2005. Pengantar Teori Ekonomi. Surabaya: PT Raja grafindo
Persada.
PERTEMUAN 14
PASAR OLIGOPOLI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
Pada bagian sebelumnya anda sudah belajar tentang berbagai jenis pasar,
mulai dari pasar persaingan sempurna dan monopoli Pembahasan selanjutnya
adalah tentang pasar oligopoli.
Perlu diketahui bahwa teori oligopoli ini mempunyai sejarahyang sangat
panjang sekali. Pada tahun 1916 Sir Thomas Moore pertama kali memperkenalkan
istilah oligopoli dalam karyanya, yakni “Utopia” 11. Dalam karyanya itu dinyatakan
bahwa ketika perusahaan yang ada di pasar lebih dari satu, maka mereka tidak
harus berada pada suatu tingkat kompetisi. Sementara itu untuk pertama kalinya
tahun 1838 teori oligopoli ini secara formal diperkenalkan oleh salah seorang
tokoh, yaitu Augustin Cournot berdasarkan karyanya “Researches sur les priciples
mathematiques de la theorie des richesses”. Akan tetapi lima puluh tahun
kemudian, teori Augustin Cournot tersebut ditentang oleh tokoh ekonom lain, yaitu
Bertrand. Akan tetapi meskipun Augustin Cournot banyak mendapatkan kritik,
hingga saat ini teori Cournot tersebut dianggap sebagai suatu benchmark untuk
teori oligopoli yang lain.
Terlebih dahulu perlu kita pahami bahwa istilah oligopoli itu berasal dari
bahasa Yunani, yakni dari kata oligos polein yang mempunyai arti bahwa
beberapa penjual atau yang menjual sedikit. Yang dimaksud oleh beberapa
penjual di sini, yaitu penawaran terhadap satu jenis barang hanya dilakukan atau
dikuasai oleh beberapa perusahaan saja. Beberapa di sini adalah paling sedikit 2
perusahaan dan paling banyak adalah 10 atau bahkan 15 perusahaan.
Dapat kita artikan bahwa pasar oligopoli ialah salah satu bentuk persaingan
di pasar yang dikuasai oleh beberapa produsen (penjual) pada suatu wilayah
tertentu. Adapun pasar oligopoli merupakan salah satu bentuk pasar di mana
hanya ada beberapa perusahaan yang dapat menghasilkan produk yang dijual di
pasar tersebut, di mana perusahaan-perusahaan itu saling bersaing antara satu
dengan lainnya untuk memenangkan pasar. hal inilah yang menjadi ciri yang
utama dari pasar oligopoli. Pasar oligopoli ini merupakan salah satu jenis dari
pasar persaingan yang tidak sempurna. Dalam hal ini perlu ditekankan bahwa
pasar oligopoli itu sendiri adalah pasar yang di dalamnya hanya ada beberapa
penjual atau perusahaan yang menghasilkan barang yang sejenis.
Masing-masing perusahaan dalam suatu pasar oligopoli menempatkan
dirinya menjadi bagian yang terikan dalam suatu permainan yang ada di pasar.
Dalam hal ini keuntungan yang diperoleh mereka tergantung dari tingkah laku
pesaingnya. Dengan demikian berbeda halnya dengan pasar-pasar sebelumnya,
dalam pasar oligopoli ini sangat dibutuhkan promosi produk melalui iklan,
penyesuaian harga, dan lainnya dengan tujuan supaya dapat menjauhkan
konsumen mereka dari para pesaingnya. Pada umumnya praktik oligopoli ini
dilakukan oleh penjual sebagai suatu upaya dalam rangka menahan supaya
perusahaan lain yang sekiranya sangat potensial untuk masuk ke pasar.
Disamping itu juga perusahaan melakukan praktik oligopoli sebagai salah satu
usaha untuk menikmati laba normal yang ada di bawah tingkat maksimum melalui
penetapan harga jual yang terbatas, sehingga dapat menyebabkan tidak adanya
persaingan harga antara perusahaan yang satu dengan yang lain yang sedang
melaksanakan praktik oligopoli.
Umumnya struktur dari pasar oligopoly tersebut dapat terbentuk pada suatu
industri yang mempunyai capital intensive yang cukup tinggi. Misalnya yang kita
kenal adalah industri kertas, semen, dan industri mobil. Berdasarkan Undang-
undang No.5 tahun 1999 oligopoli dikelompokkan menjadi suatu bentuk perjanjian
yang dilarang, meskipun pada umumnya oligopoli tersebut dapat terjadi hanya
melalui adanya keterkaitan reaksi. Hal ini dikhususkan untuk barang yang identic
ataupun homogen dengan kartel. Oleh karena itu ketentuan mengenai oligopoli
lebih baik digabung dengan yang mengatur mengenai kartel.
padat modal (capital intensive) yang dibutuhkan dalam suatu proses produksi
barang tertentu, di mana efisiensi atau biaya rata-rata minimum baru akan
tercapai apabila output diproduksi dengan skala yang sangat besar. Hal inilah
yang menjadi suatu kendala bagi perusahaan lain untuk bisa masuk (barriers
to entry) ke dalam pasar. Sehingga nantinya tidak mengherankan apabila hanya
terdapat sedikit produsen dalam suatu pasar oligopoli.
b. Kompleksitas Manajemen
Sangat berbeda sekali dengan struktur pasar lainnya, di mana pasar
oligopoli ini ditandai dengan persaingan harga dan juga persaingan non harga.
Di samping itu perusahaan harus dengan cermat dan teliti dalam
memperhitungkan keputusan mereka supaya nantinya keputusan tersebut tidak
memunculkan reaksi yang dapat merugikan dari pesaing. Hal ini terjadi
dikarenakan kemampuan dalam hal keuangan saja tidaklah cukup sebagai
modal utama bisa bertahan dalam pasar. yang sangat diperlukan disini adalah
perusahaan tersebut harus memiliki kemampuan dalam hal manajemen yang
baik. Hal ini bertujuan supaya perusahaan bisa bertahan dalam pasar yang
tingkat persaingannya lebih kompleks. Akan tetapi perusahaan yang
mempunyai kemmampuan manajemen tidaklah banyak, sehingga tidak banyak
pula perusahaan yang mampu bertahan di dalam pasar oligopoli.
harga barangnya atau juga dengan menjual lebih banyak produknya di pasar
untuk menurunkan harga produk tersebut.
3) Apabila ada satu perusahaan yang menaikkan harga jual produknya, baik
dengan cara langsung menurunkan harga atau dengan cara lain yaitu
mengurangi jumlah produksinya, maka perusahaan lain justru tidak akan
mengikutinya.
a. Oligopoli murni
Dalam pasar ini perusahaan menjual barang yang homogen. Biasanya
banyak dijumpai dalam industri yang menghasilkan bahan mentah. Contoh:
pasar semen, produsen bensin.
b. Oligopoli diferensial
Biasanya perusahaan dalam pasar menjual barang berbeda corak.
Barang seperti itu umumnya adalah barang akhir. Contoh: pasar mobil, pasar
sepeda motor.
Harga
(Rp)
d0
D0
A
7
5
0 10 11 14 Jumlah
Berdasarkan kurva di atas dapat diketahui bahwa titik A harga dan jumlah
awal, yaitu Rp 7,00 dan 10 unit. Kurva yang dihadapi oleh produsen bila produsen
lain tidak ikut bereaksi terhadap tindakannya ditunjukkan oleh kurva D0D. Namun
jika produsen lain ikut bereaksi terhadap tindakannya, maka kurva ditunjukkan
oleh kurva d0d. dapat dilihat bahwa kurva D0D lebih datar atau lebih elastis. Hal ini
disebabkan karena apabila produsen yang bersangkutan menurunkan harganya
misalnya dari contoh kurva di atas dari Rp 7,00 menjadi Rp 5,00 sedangkan
produsen lain justru tidak bereaksi terhadap tindakannya atau bisa dikatakan
bahwa produsen lain tidak ikut menurunkan harga juga, maka dimungkinkan
produsen yang bersangkutan bisa menarik konsumen dari produsen yang lain
untuk membeli barang yang dijual. Dengan demikian akan terjadi peningkatan
barang yang dijual dari 10 unit menjadi 14 unit. Akan tetapi bila produsen lain juga
ikut bereaksi dengan ikut menurunkan harga mereka, maka jumlah yang bisa
ditarik dari produsen lainnya lebih sedikit, sehingga jumlah yang dijual
kemungkinan hanya mengalami kenaikan dari 10 unit menjadi 11 unit yang
ditunjukkan oleh kurva d0d di atas.
Akan tetapi sebaliknya jika produsen itu menaikkan harganya, justru dia
akan banyak kehilangan konsumen apabila produsen yang lain tidak ikut bereaksi
dengan tidak ikut menaikkan harga jualnya. Hal ini ditunjukkan oleh kurva D0D,
Dengan anggapan bahwa produsen itu merasa takut dengan situasi yang jelek
nantinya, sehingga kurva yang dihadapi oleh produsen tersebut ialah patah seperti
yang tergambar dalam kurva D0AD. Dengan alasan apabila produsen itu
menurunkan harganya sedangkan produsen yang lain tidak ikut tindakannya,
maka dia akan menarik konsumen dari produsen yang lain untuk membeli
produknya. Tentunya produsen yang lainpun tidak mau kehilangan pembelinya,
maka dia juga bereaksi dengan ikut menurunkan harga jualnya. Hal itu berakibat
kurva permintaan yang dihadapi oleh produsen yang bersangkutan jika dia ikut
menurunkan harganya ialah bagian yang ada di kanan bawah dari titik A pada
kurva d0d. Sedangkan sebaliknya apabila produsen itu tidak ikut menaikkan
harganya karena dikhawatirkan produsen yang lain tidak ikut tindakannya,
sehingga nantinya dia akan kehilangan banyak pembeli. Dengan demikian kurva
permintaan yang akan dihadapi oleh produsen apabila dia menaikkan harganya
ialah bagian kiri atas dari titik A pada kurva D0D yang biasanya disebut sebagai
kurva permintaan patah (kinked demand curve).
C. LATIHAN/TUGAS
D. DAFTAR PUSTAKA
Mai, Candra dan Fitria Amalia. 2011. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Esis.
Murni, Asfia. 2013. Ekonomika Mikro Edisi Kedua. Bandung: PT Refika Aditama.
Nuraini, Ida. 2001. Pengantar Ekonomi Mikro. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.
Parkin, Michael. 2008. Economics 8th Edition. Perason Education, Inc (P).
Putong, Iskandar. 2013. Economics: Pengantar Mikro dan Makro: Edisi 5. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
PERTEMUAN 15
PASAR MONOPOLISTIK
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
AC
AC
B
C
A
P P A
B
C
D
MR
MR D
P
MC AC
E
PL
MR
0 QL Q
Dewasa ini tingkat persaingan bukan harga dalam merebut pangsa pasar
menjadi suatu yang umum dalam pasar persaingan. Perusahaan-perusahaan
melakukan berbagai usaha daalm merebut konsumen. Beberapa hal yang
C. LATIHAN/TUGAS
D. DAFTAR PUSTAKA
Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha. Yogyakarta: CV
Andi Offset.
Mai, Candra dan Fitria Amalia. 2011. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Esis.
Parkin, Michael. 2008. Economics 8th Edition. Perason Education, Inc (P).
Putong, Iskandar. 2013. Economics: Pengantar Mikro dan Makro: Edisi 5. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Sunarwo, Hendri. 2013. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta: Caps.
PERTEMUAN 16
PASAR INPUT
(PENENTU UPAH DI PASAR TENAGA KERJA)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
Dalam suatu periode jangka panjang upah yang diterima oleh pekerja akan
mempunyai nilai dan kemmapuan yang sangat sedikit dalam membelanjakan
barang dan jasa yang mereka butuhkan. Kondisi ini terjadi dikarenakan adanya
kenaikan dari waktu ke waktu atas harga dari barang atau jasa tersebut. Kondisi
inilah menjadi penyebab utama yang dapat menurunkan daya atau kemampuan
membeli dari pendapatan tersebut.
Pada periode jangka panjang yang cenderung terjadi adalah keadaan di
mana harga barang dan jasa yang diperjual belikan di pasar mengalami kenaikan.
Akan tetapi kenaikan tersebut tidak terjadi secara serentak, disamping itu pula
kenaikan tersebut berbeda tingkat kenaikannya. Meskipun demikian hal tersebut
tidak akan menyulitkan untuk bisa mengetahui sampai sejauh mana kenaikan dari
pendapatan tersebut menggambarkan kenaikan kesejahteraan yang dinikmati
oleh pekerja. Dengan demikian para ahli ekonomi membedakan upah ke dalam
dua hal, yaitu upah upah uang dan upah riil. Dapat diartikan bahwa upah uang
merupakan sejumlah uang yang diterima oleh pekerja dari pengusaha sebagai
bentuk balas jasa atas atas tenaga mental dan fisik yang telah disediakan dan
digunakan selama proses produksi. Sedangkan upah riil ialah tingkat upah yang
diterima oleh pekerja yang bisa diukur dari sisi kemampuan dari upah itu dalam
membeli barang dan jasa yang dibutuhkan oleh pekerja dalam memenuhi
kebutuhannya.
yang ada ialah indeks harga konsumen. Di mana indeks harga tersebut
dipergunakan untuk memperkirakan upah riil pekerja dari tahun ke tahun.
Tabel 16.1 Menghitung Upah Riel Para Pekerja
Tahun Upah uang Indeks Harga Upah Riel
1980 Rp 700 100 100/100 x Rp 700 = Rp 700
1985 1.050 105 100/105 x Rp 1.050 = Rp 1.000
1990 1.800 150 100/150 x Rp 1.800 = Rp 1.200
1993 2.080 160 100/160 x Rp 2.080 = Rp 1.300
Besarnya upah riil yang diterima oleh setiap tenaga kerja sangat bergantung
pada produktivitas tenaga kerja itu. Khususnya di Negara maju, data menunjukkan
bahwa terdapat kaitan yang sangat erat antara kenaikan upah riil dengan kenaikan
produktivitas dari pekerja. Penjelasan mengenai upah riil sangat tergantung
kepada tingkat produktivitas pekerja dapat dijelaskan secara rinci mempergunakan
teori permintaan ke atas dari faktor produksi terkait.
Terlebih dahulu harus dipahami bahwa produktivitas merupakan produksi
yang telah diciptakan oleh pekerja pada waktu tertentu. Dengan demikian
kenaikan produktivitas dapat terjadi karena pekerja yang dimaksud bisa
menghasilkan lebih banyak produk dalam jangka waktu yang sama. Atau bisa juga
terjadi karena tingkat produksi suatu barang dihasilkan dengan waktu yang lebih
singkat dari pada sebelumnya. Dengan demikian upah di sini sangat tergantung
sekali terhadap tingkat produktivitas pekerja. Apabila semakin tinggi produktivitas,
maka akan semakin tinggi pula upah yang diterima pekerja. Ada beberapa faktor
yang menjadi penyebab kenaikan produktivitas, antara lain berikut ini.
a. Adanya kemajuan teknologi dalam kegiatan produksi.
b. Kepandaian dan keterampilan dari tenaga kerja yang semakin bertambah.
c. Adanya sejumlah perbaikan di dalam suatu organisasi perusahaan dan
masyarakat.
Begitu halnya yang terjadi dalam pasar barang, maka dalam suatu pasar
tenaga kerja bisa dibedakan menjadi beberapa macam pasar. adapun penentuan
upah dalam berbagai pasar tersebut juga pasti akan berbeda. Berikut berbagai
macam bentuk yang penting dari pasar tenaga kerja.
a. Pasar Tenaga Kerja yang Bersifat Persaingan Sempurna
Seperti yang telah kita pelajari sebelumnya bahwa suatu pasar
persaingan sempurna di dalam pasar tenaga kerja dapat diartikan bahwa di
pasar tersebut ada banyak perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja,
sedangka tenaga kerja jumlahnya juga banyak dan mereka tidak bersatu dalam
suatu serikat buruh yang menjadi perwakilan mereka.
Oleh sebab itu permintaan atas tenaga kerja sifatnya semakin tinggi atau
rendah upah tenaga kerja, maka akan semakin tinggi atau rendah pula
permintaan terhadap tenaga kerja tersebut. Sedangkan penawaran atas tenaga
kerja sifatnya semakin tinggi upah tenaga kerja, maka akan semakin banyak
pula jumlah tenaga kerja yang akan bersedia untuk menawarkan tenaganya
kepada pengusaha. Dengan demikian faktor upah sangat ditentukan oleh besar
kecilnya jumlah permintaan atau penawaran terhadap tenaga kerja.
b. Pasar Tenaga Kerja Monopsoni
Monopsony dapat diartikan baha dalam pasar hanya ada satu orang
pembeli sedangkan penjualnya banyak. Oleh sebab itulah pasar tenaga kerja
yang bersifat monopsony berarti di dalam pasar hanya ada satu perusahaan
yang bertindak sebagai pembeli sedangkan tenaga kerja yang ditawarkan di
pasar jumlahnya sangat banyak. Bentuk dari pasar tenaga kerja ini biasanya
terdapat dalam suatu daerah tertentu yang hanya terdapat satu perusahaan
Di mana yang terdekat tergantung pada kekuatan dari serikat buruh dan juga
perusahaan dalam berunding mengenai ketentuan tingkat upah yang berlaku.
Dicontohkan jika serikat buruh adalah pihak yang lebih kuat, maka tingkat upah
yang berlaku akan mendekati W 2. Sedangkan apabila perusahaan ialah pihak
yang lebih kuat, dengan demikian besarnya upah akan mendekati W 1.
C. LATIHAN/TUGAS
4. Analisis dampak dari pemberian upah, indeks harga, upah riel dan juga tingkat
kesejahteraan masyarakat!
5. Bagaimana seharusnya peran pemerintah dalam menstabilkan tingkat upah dalam
berbagai pasar? Studi kasus perbandingan dua bentuk pasar input yang menarik
perhatian anda!
D. DAFTAR PUSTAKA
PERTEMUAN 17
PASAR INPUT
(SEWA EKONOMI, MODAL DAN TINGKAT BUNGA)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
1. SEWA EKONOMI
a. Pengertian Lainnya
Satu golongan dari ahli ekonomi mengartikan bahwa sewa ekonomi
merupakan sejumlah tertentu bagian pembayaran atas sejumlah faktor
produksi yang telah melebihi dari pendapatan yang sudah dia terima dari pilihan
terbaik dari pekerjaan lainnya yang mungkin akan dia lakukan. Pengertian
tersebut mengandung arti agak beda dengan pengertian yang ada sebelumnya.
Dari definisi sebelumnya dapat diketahui bahwa faktor produksi dipandang
sebagai sesuatu yang memiliki beberapa manfaat. Adapun pendapatan yang
dibayarkan pada faktor produksi bisa kita bedakan menjadi dia jenis. Pertama
disebut sebagai pendapatan pindahan (transfer earnings), yakni salah satu
bagian pendapatan yang dugunakan untuk mencegah supaya faktor produksi
yang ada tidak dipergunakan bagi kegiatan ekonomi lainnya. Kedua disebut
sebagai sewa ekonomi, yakni salah satu bagian pendapatan yang disebut
sebagai perbedaan diantara pendapatan pindahan. Hal inilah kemudian akan
dijelaskan lebih rinci pada bagian dalam suatu konsep sewa ekonomi.
Sewa S
D1
D0
D2
E1
R1
E0 D1
R0
D0
E2
R2 D2
Jumlah
Melalui gambar di atas dapat dilihat baha berdasar pada produksi yang
seharusnya dicapai pada tingkat harga itu, maka keinginan dari seorang petani
dalam mempergunakan tanah tersebut ialah yang tergambar pada D0 D0. Pada
kondisi tersebut sewa tanah hanya sebesar R0. Apabila dalam waktu yang relatif
cepat ternyata permintaan dari luar negeri mengalami penambahan yang
sangat besar, maka harga jagung akan mengalami kenaikan yang sangat
signifikan. Hal ini berdampak pada banyaknya orang yang akan menanam
jagung. Kondisi tersebut menyebabkan adanya pergeseran terhadap permintan
tanah menjadi D1 D1. Dengan demikian dampaknya sewa tanah pun juga akan
mengalami kenaikan dari R0 menjadi R1. Apabila ada satu kondisi yang tidak
diinginkan terjadi, misalnya harga jagung mengalami penurunan yang sangat
drastis, maka permintaan atas tanah tersebut juga akan mengalami penurunan.
Misalnya dari contoh di atas permintaan tanah turun dari D0 D0 menjadi D2 D2,
maka dampaknya sewa tanah juga akan mengalami penurunan dari R0 menjadi
R2.
Upah
D S
W E
D=
W1 MRP
S
L Jumlah Pekerja
Dari kurva di atas dapat dijelaskan bahwa tenaga kerja sebelum L (di
antara O dan L) akan bersedia dan menerima upah yang besarnya lebih kecil
dibandingkan dengan W. dengan demikian semakin mendekati titik O
kedudukan dari tenaga kerja itu, maka akan semakin rendah pula besar upah
yang di minta oleh mereka. Akan tetapi masing-masing dari tenaga kerja
2. Modal
b. Produktivitas Modal
X1 X2 X3 Xn A
Nilai Investasi = ...
(1 R) (1 R) (1 R) (1 R) (1 R)n
2 3 n
Dalam hal ini nilai dari investasi menunjukkan besarnya tingkat investasi
yang dilakukan perusahaan dalam upaya mewujudkan barang modal tertentu.
Misalnya barang modal tersebut adalah pabrik rokok. Dari persamaan inilah kita
misalkan semua investasi dilakukan dalam jangka waktu satu tahun pertama.
Demikian seterusnya X1, X2, X3 ….. Xn ialah sejumlah pendapatan bersih, yakni hasil
penjualan tahun 1, 2, 3 setelah dikurangi biaya produksi dan juga operasi,
perusahaan itu pada tahun yang bersamaan. Umur ekonomi barang modal
tersebut adalah n, A nilai barang modal tersebut pada akhir tahun ke n. Adapun
Nilai R, yang dinyatakan dalam persen, ialah tingkat pengembalian modal
perusahaan itu. Perusahaan akan bisa mengetahui nilai dari investasi yang
dilakukan, dan juga bisat meramalkan X1, X2, X3 ….. Xn dan A. oleh sebab itulah
nilai R bisa dihitung. Dia dinyatakan sebagai persentase nilai investasi.
3. Tingkat Bunga
untuk investasi. Hal ini dikarenakan bahwa biaya penggunaan dana juga
akan semakin kecil pula.
Tingkat suku bunga dapat dikatakan dalam keadaan yang seimbang
adalah bahwa ada suatu dorongan untuk naik ataupun turun. Namun
demikian keinginan masyarakat untuk menabung juga sama besarnya
dengan keinginan masyarakat untuk melakukan kegiatan investasi.
2) Teori Suku Bunga Keynes
Teori ini memiliki suatu pandangan yang berbeda dengan teori klasik.
Di mana tingkat bunga tersebut adalah suatu fenomena moneter. Dalam
artian bahwa tingkat suku bunga sangat ditentukan oleh adanya permintaan
dan penawaran (ditentukan oleh suatu pasar uang). Dapat kita ketahui
bahwa suatu uang akan bisa mempengaruhi kegiatan ekonomi (GNP) suatu
negara. Akan tetapi selama uang itu mempengaruhi tingkat suku bunga.
Adanya perubahan pada tingkat suku bunga akan berpengaruh terhadap
keinginan untuk mengadakan investasi. Oleh karena itu tentu akan
berpengaruh terhadap GNP. Keynes berasumsi bahwa suatu perekonomian
belum tentu mencapai full employment. Oleh sebab itulah, produksi masih
bisa ditingkatkan tanpa mengubah besarnya upah ataupun harga yang
berlaku. Melalui penurunan tingkat suku bunga, maka investasi juga bisa
dirangsang dalam upaya peningkatan produk nasional suatu negara. Oleh
karena itu setidaknya pada periode jangka pendek, kebijakan moneter dalam
teori Keynes berperan untuk meningkatkan produk nasional suatu negara.
Pertama, Keynes mengatakan bahwa suatu masyarakat memiliki
suatu keyakinan bahwa ada suatu tingkat bunga yang normal. Apabila
dengan memegang surat berharga pada saat tingkat suku bunga naik (harga
mengalami penurunan), maka mereka akan rugi. Mereka bisa menghindari
kerugian tersebut dengan cara mengurangi surat berharga yang dipegang
mereka dan dengan sendirinya bisa menambah uang yang dipegang.
Kedua, dengan adanya biaya memegang uang kas. Semakin tinggi
tingkat suku bunga, maka semakin besar juga biaya dari memegang uang
kas, sehingga berdampak pada keinginan masyarakat dalam memegang
uang kas semakin rendah pula. Hal itu menyebabkan permintaan akan uang
kas naik. Berdasarkan kedua penjelasan di atas, maka dapat dijelaskan
suatu hubungan yang negatif diantara tingkat suku bunga dengan
permintaan uang tunai. Di mana adanya permintaan uang itu akan
menetukan tingkat suku bunga. suatu tingkat suku bunga ada dalam posisi
keseimbangan bila jumlah uang kas yang diminta sama dengan jumlah yang
ditawarkan.
3) Teori Suku Bunga Hicks
Teori ini mengemukakan bahwa suatu tingkat suku bunga berada pada
titik keseimbangan dalam perekonomian apabila tingkat bunga tersebut
sudah memenuhi keseimbangan baik sektor moneter dan juga sektor rill.
Pandangan tersebut merupakan suatu penggabungan dari pendapat kaum
klasik dan juga Keynesian. Di mana teori klasik menyatakan pendapatnya
bahwa suatu bunga muncul dikarenakan uang ialah produktif dalam arti
apabila seseorang mempunyai sejumlah dana, maka mereka bisa dengan
mudah menambah alat produksinya supaya keuntungan yang dia peroleh
juga mengalami peningkatan. Dengan demikian uang bisa meningkatkan
produktivitas, sehingga seseorang ingin membayar bunga. selain itu,
berdasarkan pendapat dari Keneysian bahwa uang bisa produktif melalui
metode spekulasi di pasar uang dengan kemungkinan akan memperoleh
untung, dan keuntungan itulah sehingga seseorang ingin membayar bunga.
Berdasarkan beberapa konsep mengenai tingkat bunga, maka bisa
kita hubungkan diantara tingkat suku bunga tabungan dengan tingkat suku
bunga kredit. Di mana sektor perbankan akan menghimpun dana melalui
deposito, giro dan tabungan kemudian disalurkan kembali melalui berbagai
fasilitas kredit. Dengan demikian sangat jelas bahwa penawaran kredit
perbankan tersebut sangat ditentukan oleh akumulasi modal dalam bentuk
deposito dan tabungan sebagai salah satu sumber dana perbankan dalam
upaya penyaluran kredit kepada masyarakat.
Tabungan masyarakat ada tidak berarti bahwa dana hilang dari
peredaran. Akan tetapi dipakai atau dipinjam oleh pengusaha dalam rangka
membiayai investasi. Seorang penabung akan memperoleh bunga atas
tabungan yang dia lakukan. Sementara itu para pengusaha bersedia untuk
membayar suku bunga tersebut selama ekspektasi keuntungan yang
diperoleh dari investasi lebih besar dari bunganya. Dengan adanya
kesamaan diantara tabungan dengan juga investasi ialah sebagai akibat
bekerjanya mekanisme tingkat suku bunga. Besarnya tingkat suku bunga
yang ditetapkan oleh bank juga sangat dipengaruhi oleh besarnya cost of
money. Tingkat suku bunga kredit yang ditetapkan untuk seluruh nasabah
harus labih besar dari jumlah cost of money dan biaya operasionalnya.
C. LATIHAN/TUGAS
D. DAFTAR PUSTAKA
PERTEMUAN 18
EKSTERNALITAS DAN KEGAGALAN PASAR
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
1. PENGERTIAN EKSTERNALITAS
2. BENTUK EKSTERNALITAS
Dalam seluruh kasus tersebut, paling tidak pada inspeksi pertama, kelihatannya
perusahaan tidak akan memperhitungkan setiap biaya eksternal ini dalam
mengambil keputusan mengenai jumlah yang harus diproduksi.
Tentu saja, orang-orang mengkin juga mempunyai efek eksternal
terhadap perusahaan. Polusi kendaraan bermotor merugikan produktivitas para
petani jeruk, membersihkan sampah dan grafiti merupakan biaya utama bagi
pusat pertokoan, dan kebisingan konser rock malam minggu di kampus
mungkin mempengaruhi penyewa motel. Pada setiap kasus, seperti pada
eksternalitas yang ditimbulkan oleh perusahaan, mungkin tidak ada cara yang
sederhana bagi pihak yang terkena dampak untuk menekan pihak yang
mengakibatkan eksternalitas tersebut agar memperhitungkan seluruh biaya
yang timbul akibat kegiatan tersebut.
c. Eksternalitas antar Orang
Akhirnya, aktivitas dari setiap orang mungkin mempengaruhi
kesejahteraan orang lain. Membunyikan radio terlalu keras, merokok, atau
menyetir selama jam-jam sibuk seluruhnya merupakan aktivitas konsumsi yang
mungkin memberikan pengaruh secara negatif atas kepuasan orang lain.
Menanam kebun yang menarik atau menyingkirkan salju dari jalanan, di lain
pihak, memberikan eksternalitas yang menguntungkan. Seringkali, namun
demikian, aktivitas ini tidak akan tercermin dalam transaksi pasar di antara
pihak yang terlibat.
Pengenalan hubungan yang saling timbal balik ini tidak bermaksud untuk
membebaskan para pembuat dari tuntutan, tapi hanya untuk mengklarifikasi sifat
dari masalah tersebut. Dalam semua kasus ini, dua pelaku ekonomi berusaha
untuk menggunakan sumberdaya yang sama.
b. Eksternalitas Positif
Sudah diuraikan bahwa beberapa jenis kegiatan dapat menimbulkan
biaya-biaya bagi pihak lain, namun beberapa kegiatan yang lain menghasilkan
manfaat. Contoh kegiatan yang menghasilkan eksternalitas positif adalah
pendidikan. Pendidikan menghasilkan eksternalitas yang positif karena dengan
pendidikan membuat masyarakat lebih terdidik. Pendidikan akan menciptakan
kehidupan yang lebih baik dan dapat menguntungkan semua orang. Misalnya
manfaat pendidikan terhadap produktivitas tidak dengan sendirinya
menciptakan eksternalitas. Konsumen pendidikan mendapatkan manfaat
dalam bentuk upah yang tinggi, dan apabila sebagian dari manfaat produktivitas
atas pendidikan tersebut menguntungkan pihak-pihak lain, maka dampak
tersebut juga disebut sebagai eksternalitas positif.
Dalam kondisi semacam ini, pemerintah dapat mengintervensi untuk
memperbaikinya dengan mendorong semua pihak yang terlibat dalam pasar
untuk menginternalisasikan eksternalitas ini. Tindakan yang wajar atas kasus
eksternalitas positif ini adalah kebalikan atas kasus eksternalitas negatif. Untuk
menggeser keseimbangan pasar agar mendekati titik optimum secara sosial,
maka eksternalitas positif harus disubsidi. Dalam kenyataannya, pemerintah
melakukan subsidi untuk pendidikan. Subsidi pendidikan yang dilakukan oleh
pemerintah Indonesia dewasa ini antara lain pembangunan sekolah-sekolah
negeri, beasiswa pendidikan di dalam maupun di luar negeri.
eksternalitas ini menjadi alasan bagi banyak pengusaha terlibat dalam banyak
bisnis yang berbeda.
Cara lain perusahaan dalam menghadapi dampak eksternalitas adalah
pihak-pihak yang mempunyai kepentingan menandatangani suatu kontrak.
Misalnya petani apel dan peternak lebah dapat menyelesaikan masalah jumlah
pohon dan lebah. Dalam kontrak dapat dinyatakan dengan jelas jumlah
tanaman apel dan laba serta mungkin jumlah harus dibayarkan antara pihak
petani apel dan pihak peternak lebah. Dengan mengatur jumlah pohon apel dan
jumlah lebah yang diternak dengan tetap, maka kontrak tersebut dapat
menyelesaikan masalah ketidakefisienan yang umumnya muncul dari
eksternalitas tersebut dan membuat keduanya lebih diuntungkan.
besar daripada biaya sosial, sehingga output yang dihasilkan lebih kecil daripada
volume yang dianggap efisien oleh masyarakat.
Campur tangan pemerintah dalam perekonomian dimaksudkan untuk
menyamakan biaya internal dengan biaya sosial, sehingga alokasi sumber-sumber
ekonomi menjadi efisien. Kadar polusi berada pada tingkat di mana biaya marjinal
pengurangan polusi sama dengan manfaat marjinal masyarakat atas pengurangan
polusi.
Untuk mengendalikan eksternalitas negatif tersebut, maka pemerintah dapat
menanggapinya dengan dua cara, yaitu kebijakan pemerintah dan kendalikan
(command and control policy), yaitu kebijakan mengatur perilaku secara langsung
dan kebijakan yang berorientasi pasar (market based policy), yaitu pemerintah
menyediakan insentif sehingga pimpinan perusahan memilih untuk menyelesaikan
masalah mereka sendiri.
a. Pengendalian Langsung
Mari kita perhatikan kembali kasus dua perusahaan yang terletak pada
suatu tempat sehingga biaya sosial marjinal emisinya sama, tidak peduli
perusahaan mana yang mengurangi emisinya karena kedua perusahaan
tersebut mempunyai biaya pengurangan emisi yang berbeda dalam arti
biaya marjinal pengurangan emisi kedua perusahaan tidak sama.
Dengan sistem izin transfer emisi, maka perusahaan yang tidak
sanggup menurunkan emisi mereka harus membeli izin emisi. Apabila
terdapat cukup banyak perusahaan dan izin, maka akan terbentuk suatu
pasar untuk izin emisi. Dalam keseimbangan pasar, maka harga suatu izin
sama dengan biaya marjinal pengurangan untuk seluruh perusahaan, kalau
tidak, suatu perusahaan akan merasa diuntungkan dengan membeli lebih
banyak izin.
b. Barang Pubik
Barang publik (public goods) dalam banyak hal sangat dibutuhkan oleh
masyarakat, namun tidak seorang pun yang bersedia menghasilkannya.
Kalaupun ada pihak swasta yang menyediakannya, jumlah tertentu terbatas.
Suatu jenis barang dinamakan barang publik murni, bila mengandung dua
karakteristik utama, yaitu penggunaannya tidak menimbulkan persaingan (non-
rivalry), serta tidak dapat diterapkannya prinsip pengecualian (non-
excludability). Biasanya, pihak swasta enggan untuk menghasilkan barang
publik murni, dengan demikian tugas ini harus dibebankan kepada pemerintah.
Ketika pihak swasta memproduksi mobil, maka otomatis yang diperlukan
adalah tersedianya prasarana jalan raya yang dibangun oleh pemerintah. Kalau
prasyarat ini tidak dipenuhi, maka kesejahteraan masyarakat pun tidak
mencapai titik optimal.
c. Pasar Tidak Lengkap (Incomplete Market)
pihak yang lain tanpa adanya kompensasi pembayaran. Jadi, dalam hal ini ada
dua syarat bagi terjadinya eksternalitas:
1) Adanya dampak tertentu dari suatu tindakan
2) Tidak adanya kompensasi yang dibayarkan atau diterima oleh pihak-pihak
yang bersangkutan.
suatu analisis, bahwa setiap orang harus membayar penggunaan barang publik
dalam jumlah yang sama, sesuai dengan sistem harga untuk barang swasta.
Semua teori ekonomi mengenai penyediaan barang publik di atas, secara
konseptual sangat baik. Sayangnya, semua itu kurang bermanfaat untuk
diterapkan dalam praktek. Oleh karena itu, untuk mendapatkan cara mengenai
penentuan jumlah barang publik, perlu “meminjam” teori yang dikembangkan
dalam ilmu politik, yaitu pemungutan suara (voting).
Pemungutan suara dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi cara yang
terbaik adalah dengan aklamasi, di mana suatu program pemerintah akan
dilaksanakan hanya apabila semua orang menyatakan setuju. Hasil yang
diperoleh dengan cara aklamasi, akan sama dengan mekanisme pasar, sehingga
bisa dicapai hasil yang terbaik.
Namun demikian, cara aklamasi ini pun dalam praktek juga sering sulit
direalisasikan, sehingga muncul alternatif lain mengenai jumlah suara minimal
yang diperlukan dalam suatu pemungutan suara. Pada awalnya, teori ini
dikemukakan oleh Knut Wickell. Ia berpendapat, bahwa sistem yang baik adalah
apabila 2/3 suara menyatakan persetujuannya. Yang menjadi pertanyaan,
mengapa 2/3? Buchanan-Tulock kemudian mencoba memberikan jawaban,
bahwa pemungutan suara harus dilakukan dengan cara meminimalkan biaya
pemungutan suara.
Dalam sistem pemungutan suara dengan siste mayoritas sederhana (simple
majority), dalam memilih dua atau lebih program pemerintah, dapat menjadi
kegagalan dalam mencapai kesepakatan, karena adanya Arrow’s Paradox. Untuk
menghindarinya, maka dapat ditempuh dengan beberapa cara alternatif, misalnya,
plural voting, point voting, dan sebagainya.
Pemungtan suara dengan cara pemilihan langsung sulit dilakukan di negara-
negara yang berpenduduk sangat banyak, kerena faktor pembiayaan. Maka dalam
hal ini, pemungutan suara untuk memilih program pemerintah dilakukan secara
demokratis melalui perwakilan rakyat. Tapi masalahnya adalah, apakah dengan
cara ini dapat dijamin bahwa suara wakil rakyat selaras dengan kehendak rakyat
yang diwakilinya? Schumpeter dan A. Down menunjukkan, bahwa karena adanya
motivasi dan rasa individualistik dari rakyat dan wakil rakyat, maka akan ada
jaminan keserasian antara pilihan wakil rakyat dan kehendak rakyat.
penyediaan barang publik harus didsarkan pada besar kecilnya manfaat yang
diterima masyarakat. Orang yang menikmati manfaat besar harus membayar
dalam jumlah yang besar, demikian pula sebaliknya.
Selanjutnya, bagaimana cara mengukur utilitas seseorang dari adanya
barang publik? Inilah yang menjadi masalah, karena tidak pada semua barang
publik dapat diterapkan prinsip manfaat. Kesulitan dalam mengukur utilitas
(manfaat) pemakaian barang dan jasa publik merupakan hal yang sering terjadi.
Yang dapat diukur manfaatmya, biasanya adalah barang kuasi publik, misalnya
rumah sakit, sekolah, dan sebagainya. Sedangkan barang publik murni, yang
mempunyai karakteristik non-exclusionary dan non-rivalry, tidak dapat diterapkan
prinsip manfaat, sehingga harus digunakan prinsip pengorbanan.
Dengan asumsi adanya penurunan utilitas marginal bagi semua orang,
maka ketiga pendekatan ini di atas semuanyamemberi kesimpulan, bahwa orang
kaya harus membayar pajak dalam jumlah lebih besar daripada orang miskin.
Namun demikian, hal tersebut tidak otomatis berarti bahwa struktur pajak yang
dikenakan pemerintah harus bersifat progresif.
Dari sini dapat disimpulkan, bahwa dalam hal penyediaan barang publik,
sikap Smith terlihat sangat konservatif.
The state has a responsibility for reform, a responsibility for for removing
various institutional and legal impediment to the system of natural liberty, such as
the laws of successions and entail, the privilege of corporations…
Pandangan Smith mengenai peranan pemerintah, tidak sebatas
menyediakan barang dan jasa publik semata-mata, tetapi memiliki perspektif yang
lebih luas.
Sementara Musgrave dan Musgrave (1984), mengelompokkan aktivitas
Negara ke dalam tiga fungsi, yaitu alokasi, stabilisasi, dan distribusi sumber-
sumber ekonomi. Tidak ada seorang ekonom pun yang meragukan peranan
Negara dalam mengatasi masalah stabilisasi dan distribusi pendapatan. Teori-
teori ekonomi misalnya mikro, makro, dan pembangunan telah menerangkan,
bagaimana pemerintah mampu mengatasi kedua masalah tersebut. Peranan
pemerintah dalam alokasi inilah yang sering kali kurang dipahami, terutama bagi
mereka yang tidak mendalami ekonomi publik. Dalam beberapa teks ekonomi
mikro, secara eksplisit telah diketengahkan analisis terhadap masalah-masalah
yang memerlukan campur tangan pemerintah.
C. LATIHAN/TUGAS
D. DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
Absolute:
Sesuatu yang tidak dibatasi oleh pembatasan atau pengecualian.
Agen (Agents):
Seseorang yang melakukan tindakan tertentu untuk orang lain, yang disebut pelaku
utama.
Barang
Barang Inferior:
Barang yang jumlah permintaannya akan turun seiring dengan peningkatan
pendapatan masyarakat.
Capital Intensive:
Sebuah proses atau industri yang membutuhkan sumber daya financial dalam jumlah
besar untuk menghasilkan produk yang bagus.
Cateris Paribus:
Hal-hal lainnya tetap sama.
Barang Komplemen/ Komplementer (Complement):
Barang yang kegunaannya saling melengkapi satu sama lain.
Barang Publik (public goods):
Barang yang tidak bersifat ekskludabel dan rival.
Barang Normal:
Semua barang yang permintaannya akan bertambah ketika pendapatan masyarakat
bertambah (yang juga berarti bahwa barang tersebut memiliki elastisitas
permintaan positif.
Batas kemungkinan-kemungkinan produksi (production possibilities fronties):
Sebuah grafik yang menggambarkan kombinasi output yang mungkin dihasilkan dalam
perekonomian dengan faktor produksi dan teknologi produksi yang ada.
Batas Anggaran (budget constraint):
Batas kombinasi konsumsi yang mampu dibeli oleh konsumen.
Biaya (cost):
Nilai berapa pun yang yang harus dikeluarkan oleh penjual untuk menghasilkan sebuah
barang.
Biaya Eksplisit:
Biaya bahan yang memerlukan pengeluaran uang oleh perusahaan.
Biaya implisit:
Biaya-biaya bahan yang tidak memerlukan pengeluaran perusahaan.
Biaya Marginal (marginal cost):
Kenaikan biaya total yang muncul dari unit produksi tambahan.
Biaya tetap (fixed cost):
Biaya yang tidak berubah berapa pun jumlah barang yang diproduksi.
Biaya tetap rata-rata (average fixed cost):
Biaya tetap dibagi dengan jumlah output.
Biaya total (total cost):
Nilai pasar dari bahan-bahan yang digunakan oleh perusahaan dalam proses produksi.
Biaya total rata-rata(average total cost):
Biaya total dibagi dengan jumlah output.
Biaya variabel (variable costs):
Biaya yang berubah jika terjadi perubahan jumlah produksi.
Biaya variable rata-rata (average variable costs):
Biaya variable dibagi dengan jumlah output.
Daftar permintaan (demand schedule):
Tabel yang menunjukkan hubungan antara suatu barang dengan jumlah permintaan.
Daftar penaaran (supply schedule):
Tabel yang menunjukkan hubungan antara suatu barang dengan jumlah penawaran.
Defisit anggaran (budget deficit):
Jumlah berlebih yang dikeluarkan pemerintah (pengeluaran) dibandingkan dengan
penerimaannya.
Efisiensi (efficiency):
Kondisi dalam masyarakat untuk memperoleh manfaat maksimal dari sumber daya
mereka yang terbatas.
Ekonomi makro (macroeconomics):
Cabang ilmu ekonomi yang membahas fenomena ekonomi secara luas, termasuk inflasi,
pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi.
Produksi Sekunder:
Kegiatan yang dilakukan untuk memproses bahan mentah atau bahan baku menjadi bahan
setengah jadi. contohnya: bijih besi diolah menjadi frofil-frofil besi atau lembaran-
lembaran baja, benang diolah menjadi kain.
Pendapatan total (total revenue):
Jumlah yang dibayarkan oleh pembeli dan diterima oleh penjual sebuah barang, dihitung
sebagai hasil perkalian antara harga barang dengan jumlah yang terjual.
Penurunan produk marginal (diminishing marginal product):
Property di mana produk produk marginal input menurun ditandai dengan jumlah input
yang meningkat.
Produk marginal (marginal product):
Kenaikan dalam output produksi yang muncul dari unit tambahan input.
Produk marginal tenaga kerja (marginal product of labour):
Kenaikan jumlah hasil produksi dari unit tenaga kerja tambahan.
Produktivitas (productivity):
Jumlah barang dan jasa yang diproduksi setiap jam dari waktu si pekerja.
Serikat pekerja (union):
Asosiasi pekerja yang melakukan tawar-menawar dengan pemberi kerja mengenai upah
dan kondisi kerja.
Skala ekonomis (economies scale):
Ciri-ciri di mana biaya total rata-rata jangka panjang menurun seiring meningkatnya
jumlah output.
Skills:
Kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang sifatnya spesifik, focus namun
dinamis yang membutuhkan waktu tertentu untukmempelajarinya dan dapat dibuktikan.
Stok (Inventory):
Stok bahan yang digunakan untuk memudahkan produksi atau untuk memuaskan
pelanggan yang meliputi bahan baku (raw materials), barang dalam proses (in-process
goods), dan barang jadi (finished goods).
Surplus (surplus):
Situasi ketika jumlah penawaran melebihi jumlah permintaan.
Surplus anggaran (budget surplus):
DAFTAR PUSTAKA
Program Studi : Pendidikan Ekonomi Mata Kuliah/Kode : Teori Ekonomi Mikro / PIE0133
Prasyarat : - Sks : 3 Sks
Semester : III Kurikulum : KKNI
Deskripsi Mata Kuliah : Mata kuliah ini merupakan bagian dari Mata Kuliah Capaian Pembelajaran : Setelah menyelesaikan mata kuliah teori
wajib ditempuh mahasiswa Program Studi Pendidikan ekonomi mikro, mahasiswa mampu
Ekonomi S-1 FKIP UNPAM yang membahas tentang menghitung laba pada pasar persaingan
1) Konsep Dasar Ekonomi Mikro: ruang lingkup ilmu sempurna dan pasar persaingan tidak
ekonomi, definisi dan perkembangan singkat ilmu sempurna, kemudian menggambarkan
ekonomi, sifat-sifat teori ekonomi, perbedaan mikro kurva keseimbangannya, serta mampu
ekonomi dan makro ekonomi, pelaku-pelaku kegiatan menghitung upah nominal dan riil pada
ekonomi; 2) Masalah Pokok Ekonomi: permasalahan pasar input secara tepat dan sesuai dengan
pokok perekonomian, sistem ekonomi; 3) Permintaan teori ekonomi mikro yang berkembang saat
dan Penawaran: faktor yang mempengaruhi ini.
permintaan dan penawaran, hukum permintaan dan
penawaran, kurva permintaan dan penawaran, fungsi
permintaan dan penawaran, permintaan dan penawaran
individu, permintaan dan penawaran pasar, pergeseran
kurva permintaan dan penawaran; 4) Elastisitas
Permintaan dan Penawaran: faktor yang
mempengaruhi elastisitas permintaan dan penawaran
menghitung elastisistas permintaan dan penawaran,
jenis dan macam-macam elastisitas permintaan dan
penawaran; 5) Teori Perilaku Konsumen:
membedakan pendekatan kardinal dan ordinal dalam
teori perilaku konsumen, asumsi pendekatan kardinal
dan ordinal, alat ukur pendekatan kardinal dan
ordinal, kepuasan konsumen dalam pendekatan
kardinal dan ordinal, faktor yang dapat mempengaruhi
kepuasan maksimum dalam pendekatan kardinal dan
ordinal; 6) Teori Produksi: pengertian dan fungsi
produksi, bentuk-bentuk produksi dan jangka waktu
produksi, produksi dengan satu variabel, produksi
dengan lebih dari satu variabel, perubahan harga faktor
PENGALAMAN
PERTEMUAN KEMAMPUAN AKHIR YANG BAHAN KAJIAN METODE KRITERIA BOBOT
BELAJAR
KE- DIHARAPKAN (MATERI AJAR) PEMBELAJARAN PENILAIAN NILAI
MAHASISWA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Mampu mendefinisikan, Konsep Dasar Ekonomi Diskusi dan Tugas 1 Kelengkapan 4%
menyebutkan tujuan ilmu ekonomi; Mikro Presentasi Tugas Jawaban
menganalisis ruang lingkup ilmu
ekonomi; menjelaskan sifat-sifat ilmu
ekonomi; membedakan alat analisis
ilmu ekonomi; dan membedakan
barang dan jasa
2 Mampu menguraikan permasalahan Permasalahan Pokok Diskusi dan Tugas 2 Kelengkapan 4%
pokok ekonomi; menganalisis sistem Ekonomi Presentasi Tugas Jawaban
perekonomian; dan mengganalisis
pola kegiatan perekonomian
3 Mampu menganalisis prinsip-prinsip Konsep permintaan Demonstrasi dan Tugas 3 Ketepatan 6%
permintaan; dan mengintepretasikan Latihan Penghitungan
alat analisis permintaan
Teori Ekonomi Mikro 211
Universitas Pamulang Pendidikan Ekonomi S-1
4 Mampu menganalisis prinsip-prinsip Konsep Penawaran Demonstrasi dan Tugas 4 Ketepatan 6%
penawaran dan harga; dan Latihan Penghitungan
mengintepretasikan alat analisis
penawaran dan harga
5 Mampu menguraikan metode Keseimbangan Pasar Demonstrasi dan Tugas 5 Ketepatan 6%
keseimbangan pasar; dan menghitung Latihan Penghitungan
keseimbangan pasar setelah pajak dan
subsidi
6 Mampu memahami konsep elastisitas Elastisitas Permintaan Demonstrasi dan Tugas 6 Ketepatan 6%
permintaan beserta jenis-jenisnya; Latihan Penghitungan
dan menghitung elastisitas
permintaan
7 Mampu memahami konsep elastisitas Elastisitas Penawaran Demonstrasi dan Tugas 7 Ketepatan 6%
penawaran beserta jenis-jenisnya; dan Latihan Penghitungan
menghitung elastisitas penawaran
8 Mampu menerangkan pendekatan Kepuasan Konsumen Demonstrasi dan Tugas 8 Ketepatan 6%
kardinal dalam teori perilaku (Pendekatan Kardinal) Latihan Penghitungan
konsumen; dan menjelaskan
kepuasan konsumen dalam
pendekatan kardinal
9 Mampu menerangkan pendekatan Kepuasan Konsumen Demonstrasi dan Tugas 9 Ketepatan 6%
ordinal dalam teori perilaku (Pendekatan Ordinal) Latihan Penghitungan
konsumen; dan menjelaskan
kepuasan konsumen dalam
pendekatan ordinal
UTS
10 Mampu mendeskripsikan pengertian Perilaku Produsen Diskusi dan Tugas 10 Kelengkapan 5%
produksi; dan membedakan bentuk- Presentasi Tugas Jawaban
bentuk produksi dan jangka waktu
produksi
11 Mampu memahami biaya produksi; Biaya Produksi Demonstrasi dan Tugas 11 Ketepatan 6%
menghitung dan mengaplikasikan latihan Penghitungan
biaya produksi; dan menganalisis
skala ekonomis produksi
12 Mampu menganalisis karakteristik Pasar Persaingan Diskusi dan Tugas 12 Kelengkapan 6%
pasar persaingan sempurna; dan Sempurna Presentasi Tugas Jawaban
menguraikan aplikasi pasar
Referensi/Sumber :
1. Abdulrasul, Agung. 2013. Ekonomi Mikro. Jakarta: Mitra Wacana Media.
2. Adiwarman A.Karim. 2010. Ekonomi Mikro Islam, Jakarta: PT. Raja Gerafindo Persada.
3. Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha. Yogyakarta: CV Andi Offset.
4. Fatoni Siti Nur. 2014. Pengantar Ilmu Ekonomi. Bandung: Pustaka Setia Hasan.
5. Gaspersz, Vincent. 1999. Ekonomi Manajerial : Pembuatan Keputusan Bisnis Edisi Revisi dan Perluasan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
6. Joesron, Tati Suharti dan M. Fathorrazi. 2012. Teori Ekonomi Mikro. Yogyakarta: Graha Ilmu.
7. Lukman Hakim. 2012. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam. Jakarta:Erlangga.
8. Mai, Candra dan Fitria Amalia. 2011. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Esis.
9. Mankiw N, Gregory, Principle of Economics, Third Edition, Thompson, South Western, USA, 2004
10. Mandala Manurung & Pratama Raharja, 2000, Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar, Edisi Kedua, Lembaga Penerbit FE UI.