KELOMPOK IV
NAMA :
Optimasi Ekonomi
(1+i)t Memaksimumkan
Penerimaan total (TR) suatu perusahaan secara langsung ditentukan oleh jumlah
produk yang terjual dan harga jualnya. Berarti TR adalah harga pokok (P) dikalikan
dengan kuantitas (Q) atau TR= P x Q. Faktor faktor yang mempengaruhinya yaitu:
pemilihan produk yang dirancang perusahaan, pengolahannya, dan penjualannya;
strategi periklanan yang digunakan; kebijakan harga yang ditetapkan; bentuk
perekonomian yang dihadapi; dan sifat persaingan yang ada dipasar. Jadi penerimaan
mempertimbangkan permintaan maupun penawaran.
Adapula hubungan antara tingkat diskonto dengan product mix, asset fisik, dan
struktur keuangan suatu perusahaan. Faktor-faktor ini mempengaruhi biaya dan
tersedianya sumber daya keuangan bagi perusahaan tersebut, dan akhirnya menentukan
tingkat diskonto yang digunakan oleh para investor untuk menetapkan nilai untuk
perusahaan tersebut.
Untuk menentukan tindakan yang optimal, maka keputusan berkenaan dengan
pemasaran, produksi, dan keuangan harus seperti halnya dengan keputusan-keputusan
yang berhubungan dengan SDM, distribusi produk, dll digabungkan dalam suatu
sistem yang terpadu dimana setiap tindakan akan mempengaruhi seluruh bagian
perusahaan tersebut. Untuk keputusan sehari- hari, teknik optimisasi parsial yang
lebih sederhana sering digunakan.
Optimisasi parsial menyarikan komplesitas dari proses pengambilan keputusan yang
terpadu itu dan hanya memusatkan kepada tujuan-tujuan yang lebih terbatas didalam
berbagai departemen dari perusahaan tersebut. Misalnya, departemen pemasran
seringkali diharuskan untuk menetapkan biaya periklanan minimum yang bisa
mencapai tujuan penjualan, sesuai dengan lini produk (produk line) perusahaan dan
kendala-kendala harga pasar. Sama juga halnya, departemen produksi diharapkan
untuk meminumkan biaya produksi dengan kualitas yang sama, hal ini untuk mencapai
keputusan yang optimal.
Proses pengambilan keputusan yang rumit, baik dalam masalah optimasi terpadu
ataupun parsial terjadi dalam dua tahap. Pertama, seseorang harus menyajikan hubungan
ekonomi tersebut dalam satu bentung yang bisa dianalisis, ini berarti bahwa penyajian
masalah tersebut dalam hubungan analitis. Kedua, seseorang harus menerapkan
berbagai teknik untuk menentukan penyelesaian yamg optimal.
Model Persamaan
Perhatikan hubungan antara jumlah produk yang dijual (Q) dengan penerimaan
total (TR). Dengan menggunakan notasi fungsional, hubungan tersebut dapat
dituliskan seperti berikut: TR = f(Q)
Nilai dari variabel dependen (TR) ditentukan oleh variabel independen (jumlah
produk yang terjual atau Q); persamaan tersebut hanya menunjukan adanya suatu
hubungan. Namun suatu hubungan fungsional yang lebih khusus diberikan oleh
persamaan: TR = P x Q
Disini P menunjukan harga tiap unit yang terjual, dan hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen ditetapkan secara tepat.
Selain model persamaan, model tabel dan grafik seringkali digunakan untuk
menyajikan hubungan-hubungan ekonomi. Contoh nya pada tabel 2.1 tabel ini
menunjukan hubungan fungsional yang sama dengan persamaan TR = P x Q serta
gambar 2.1 yang menyajikan grafik berdasarkan pada persamaan tersebut.
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Data pada tabel 2.2 menjelaskan bahwa laba marginal pada output 1 sampai output
7 adalah postif, dan aba total meningkat jika output meningkat pada kisaran output
tersebut. Namun karena pada output ke 8 pada laba marginal menunjukan nilai yang
negatif, maka laba akan menurun jika output dinaikan mencapai tingkat tersebut. Hal
ini terjadi karena memaksimasi fungsi aba atau apa saja terjadi pada titik dimana
hubungan marginal bergeser dari positif ke negatif.
Hubungan antara nilai rata-rata dengan nilai marginal juga penting dalam
analisis pembuatan keputusan manajerial. Hal ini disebabkan karena nilai marginal
menunjukan perubahan dari nilai total, maka jika nilai marginal tersebut lebih besar
dari nilai rata-rata, maka nilai rata-rata tersebut sedang menaik.
Data pada tabel 2.2 menunjukan untuk ouput yang ke 2 sampai yang ke 5, laba
marginal lebih besar dari laba rata-rata, dan pada setiap tingkat output laba rata-rata
meningkat, walaupun dari unit output yang ke 4 ke unit output 5 laba marginal turun
dari Rp 43 menjadi Rp 39, tetapi laba marginal tersebut masih lebih besar laba rata-rata
pada tingkat output sebanyak 4 unit (Rp 34). Oleh karena itu, sepanjang nilai marginal
itu berada diatas nilai rata-rata, maka
nilai rata-rata tersebut akan naik. Laba marginal pada output sebanyak 6 unit adalah Rp
35, sama dengan laba rata-rata pada 5 unit, demikian pula laba rata- rata tidak berubah
antara output sebesar 5 dan 6 unit. Akhirnya, laba marginal dari output yang ke 7
dibawah laba rata-rata pada output sebesar 6 unit dan menyebabkan laba rata-rata turun.
Grafik yang menunjukan hubungan antaar nliai total, marginal, dan rata- rata
Perhatikan bahwa kurva laba total naik dari titik asal menuju titik C. Oleh karena,
garis-garis yang digambarkan yang bersinggungan dengan kurva laba total menjadi
lebih curam jika titik singgung tersebut mendekati C, maka laba marginal naik sampai
titik singgung tersebut. Ini juga dilukiskan pada gambar
(b) dimana kurva laba marginal mengkat sampai pada tingkat output Q1, sama dengan
titik C pada kurva laba total. Pada titik C tersebut, slope kurva laba total adalah
maksimu. Oleh karena itu laba marginal adalah maksimum pada titik itu. Antara titik C
dan E laba total terus meningkat karena aba marginal masih tetap
postif walaupun sudah turun. Pada titik E kurva aba total berslope nol dan hal ini
berarti tidak terjadi kenaikan maupun penurunan laba. Oleh karena itu, laba marginal
pada titik E tersebut ( output Q3 pada gambar b) sama dengan nol dan laba total
menjadi maksimum. Setelah melampaui titik E kurva laba total berslope negatif dan
laba marginal menjadi negatif.
Selain hubungan nilai total rata-rata dan total marginal, hubungan antara nilai
marginal dengan rat-rata juga ditunjukan pada gambar (b). Pada tingkat output yang
rendah, dimana kurva laba marginal terletak diatas kurva laba rata- rata, maka kurva
laba rata-rata sedang menaik. Walaupun laba marginal mencapai titik maksimum pada
ouput Q1 dan kemudian turun, tetapi kurva laba rata-rata terus meningkat sepanjang
kurva laba marginal masih diatasnya.
Pada tingkat output Q2, laba marginal sama dengan laba rata-rata, dan pada saat itu
laba rata-rata mencapai nilai maksimumnya. Setelah melampaui otput Q2, kurva laba
marginal terletak di bawah kurva laba rata-rata, dan kurva laba rata-rata tersebut
mulai turun.
D. Kalkulus Deferensial
Konsep Turunan
Kita telah mendefenisikan nilai marginal sebagai perubahan nilai variabel dependen
yang disebabkan oleh perubahan satu unit suatu variabel independen. Perhatikan fungsi
Y=f(X). Dengan menggunakan(data) sebagai
tanda perubahan, kita bisa menunjukkan perubahan nilai variabel independen
(X) dengan notasi ∆X dan perubahan variabel dependen (Y) dengan notasi ∆Y.
𝑑𝑦
= lim Δ𝑦
𝑑𝑥 𝑥→0 Δ𝑥
Konsep turunan sebagai limit dari suatu rasio adalah sama dengan slope dari
sebuah kurva pada sebuah titik. Gambar 2.4 menunjukkan konsep tersebut dengan
menggunakan kurva yang sama dengan gambar 2.3. perhatikan bahwa pada gambar 2.4
slope rata-rata dari kurva tersebut antara titik A dan D dihitung dengan cara berikut :
Δ𝑦 𝑌4 − 𝑌1
=
Δ𝑥 𝑋4 − 𝑋1
Dan ditunjukkan sebaga slope dari garis yang menghubungkan kedua titik tersebut.
Sama juga halnya, slope rata-rata dari kurva tersebut bisa dihitung sepanjang interval-
interval X yang semkain mengecil dan ditunjukkan oleh garis-garis penghubung
lainnya, seperti yang menghubungkan titik B dan C dengan D. Pada limitnya jika X
mendekati nol, maka perbandingan ∆Y/∆X samadengan slope dari sebuah garis yang
bersinggungan dengan kurva tersebut pada titik D. Slope dari garis singgung ini
didefinisikan sebagai turunan( dY/dX) fungsi tersebut pada titik D; slope itu
menunjukkan perubahan marginal Y yng disebabkan oleh suatu perubahan X hyang
sangat kecil pada titik tersebut.
Gambar 2.4
Misalkan , variabel dependen Y adalah penerimaan total (TR), dan variabel
independen adalah output. Maka turunan dY/dx menunjukkan bagaimana hubungan
antara penerimaan dengan output pada suatu tingkat output tertentu. Oleh karena
perubahan penerimaan output didefinisikan sebagai penerimaan marginal (MR), maka
turunan TR samadengan MR tingkat output tertentu.
Keadaan yang sama terjadi untuk biaya total atau total cost (TC): turunan fungsi TC
pada setiap tingkat output menunjukkan biaya marginal atau marginal cost (MC) ;pada
output tersebut.
Mencari turunan dari suatu fungsi bukanlah merupakan pekerjaan yang sulit.
Rumus-rumus atau kaidah-kaidah dasar untuk pendeferensiasian disajikan dibawah ini.
a) KAIDAH KONSTANTA
Turunan dari konstanta selalu nol, oleh karena itu jika Y = sebuah konstanta, maka :
𝑑𝑦
𝑑𝑥 = 0
Keadaan ini digambarkan pada gambar 2.5 untuk y=2. Oleh karena Y didefinisikan
sebagai konstanta, mala nilainya tidak berubah-ubah walaupun X berubah, dan karena
itu dY/dX pasti samadengan nol.
Gambar 2.5
b) KAIDAH PANGKAT
Turunan dari fungsi pangkat seperti Y = a𝑋𝑏 , dimana a dan b merupakan konstanta
adalah samadengan pangkat (eksponen) b dikalikan dengan koefisien a dikalikan
dengan variabel X pangkat b-1 :
Y = a 𝑋𝑏
𝑑𝑦
= b.a. X (b-1)
𝑑𝑥
Notasi berikut ini akan digunakan terus sampai akhir bab ini untuk menunjukkan
sejumlah aturan diferensiasi :
Turunan dari suatu penjumlahan (atau selisih) sama dengan jumlah (atau selisih)
dari turuna secara individual. Oleh karena itu, jika Y = U + V maka :
𝑑𝑦 𝑑𝑈 𝑑𝑉
𝑑𝑥 = 𝑑𝑋 + 𝑑𝑋
d) KAIDAH PERKALIAN
Turunan dari perkalian antara dua fungsi adalah samadengan fungsi yang pertama
dikalikan dengan turunan dari fungsi fungsi yang kedua, ditambah dengan fungsi yang
kedua dikaliakn fungsi yang pertama. Oleh karena itu, jika Y = U . V maka :
𝑑𝑦 𝑑𝑉 𝑑𝑈
𝑑𝑥 =𝑈 𝑑𝑋 + V 𝑑𝑥
= 3X²(-1) + (3-X)(6X)
= -3X² + 18X – 6X²
= 18X – 9X²
Faktor yang pertama 3X² dikalikan dengan turunan dari faktor yang kedua - 1, dan
ditambah dengan faktor yang kedua (3-X) dikalikan dengan turunan faktor yang
pertama 6X.
Turunan dari hasil bagi dari suatu fungsi adalah sama dengan penyebut yang
dikalikan dengan turunan pembilang, dikurangi dengan pembilang dikalikan dengan
turunan penyebut, dan kemudian semuanya dibagi dengan penyebut kuadrat. Maka, jika
Y = U/V, maka:
𝑑𝑦 𝑑𝑈 𝑑𝑉
𝑉 .
= 𝑑𝑋
– 𝑈. 2
𝑑𝑋
𝑑𝑥 𝑣
f) KAIDAH RANTAI
Turunan sebuah fungsi dari sebuah fungsi diperoleh dengan cara. Jika Y = f (U),
dimana U =g(X), maka :
𝑑𝑦 𝑑𝑌 𝑑𝑈
𝑑𝑥 = 𝑑𝑈 + 𝑑𝑋
Langkah 1
𝑑𝑌
𝑑𝑈 = 2 – 2U
𝑑𝑦
𝑑𝑥 = 2 – 2(2X³)
= 2 – 4X³
Langkah 2
𝑑𝑈
= 6X²
𝑑𝑋
Langkah 3
𝑑𝑦
𝑑𝑌 𝑑𝑈
𝑑𝑥 = 𝑑𝑈 x 𝑑𝑋
= ( 2 – 4X³) 6X²
= 12X² - 24𝑋5
Jika suatu fungsi berada pada keadaan maksimum atau minimum, maka
slopenya atau nilai marginalnya pasti nol. Turunan suatu fungsi ditunjukkan oleh
slope atau nilai marginalnya pada suatu titik tertentu. Oleh karena itu, maksimisasi
atau minimisasi dari suatu fungsi terjadi jika turunannya sama dengan nol.
Disini 𝜋 = laba total dan Q adalah jumlah output. Jika output sama dengan nol,
maka perusahaan tersebut akan rugi sebesar Rp10.000,00(biaya tetap atau fixed cost
adalah Rp10.000,00). Tetapi jika output menungkat, maka laba
juga akan meningkat. Titik impas atau break event point dicapai pada saat output
berjumlah 29 unit. Laba maksimum dicapai pada saat output sebesar 100 unit dan
setelah itu laba menurun.
Laba Marginal:
𝑑𝜋
M𝜋) = = 400 – 4Q
𝑑𝑄
400-4Q = 0
4Q = 400
Q = 100 unit
Oleh karena itu, jika Q=100, maka laba marginal sama dengan nol dan laba
total adalah maksimum.
𝜋 = 𝑎 𝑏𝑄 + 𝑐𝑄2 − 𝑑𝑄3
Turunan kedua dari fungsi laba total adalah turunan dari fungsi laba marginal:
𝑑2𝜋 𝑑𝑀𝜋
= = 2𝑐 − 6𝑑𝑄
𝑑𝑄2 𝑑𝑄
Jika turunan pertama menunjukkan slope fungsi laba total, maka turunan kedua
tersebut menunjukkan slope dari turunan pertama tersebut yakni slope dari kurva laba
marginal. Kita bisa menggunakan turunan kedua tersebut untuk membedakan titik
maksimum dan minimum. Jika turunan kedua dari sebuah fungsi negative maka titik
yang ditentukan adalah maksimum, demikian sebaliknya.
Sebuah contoh dengan bilangan akan memperjelas konsep ini. Misalkan fungsi
laba total ditunjukkan oleh fungsi berikut:
Laba marginal ditunjukkan oleh turunan pertama dari laba total tersebut: Laba
𝑑𝜋
marginal (m𝜋) = = −2.400 + 700𝑄 − 25𝑄2
𝑑𝑄
Laba total akan maksimum atau minimum pada titik-titik di mana turunan
pertama tersebut(laba marginal) sama dengan nol, maka:
𝑑𝜋
= −2.400 + 700𝑄 − 25𝑄2 = 0
𝑑𝑄
Salah satu kaidah dalam ekonomi mikro adalah MR = MC agar laba maksimum
dapat dicapai. Contoh : perhatikan fungsi penerimaan, biaya, dan laba berikut ini.
Misalkan: TR = 41,5Q – 1,1𝑄2 ; TC = 150 + 10Q – 0,5𝑄2 + 0,02𝑄3 ; Laba total = 𝜋 =
𝑇𝑅 − 𝑇𝐶 , maka:
Tingkat output yang bisa memaksimumkan laba tersebut bisa diperoleh dengan
mensubtitusikan fungsi TR dan TC ke dalam fungsi laba, kemudian menganalisis
turunan pertama dan kedua dari persamaan tersebut.
𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶
Dengan menentukan laba marginal sama dengan nol dan menggunakan rumus
abc, kita dapat menemukan akar-akarnya yaitu Q1 = -35 dan Q2 = 15.
Karena output Q1 adalah negatif tidak mungkin terjadi, maka Q1 bukan merupakan
output yang bisa digunakan.
Suatu pengujian terhadap turunan kedua dan fungsi laba tersebut pada tingkat
Q=15 akan menunjukan apakah ini merupakan titik laba maksimum atau titik laba
minimum. Turunan kedua tersebut adalah:
𝑑2𝜋
= 𝑑𝑀𝜋 = −12 − 0.12𝑄
𝑑𝑄2 𝑑𝑄
Dengan memasukan nilai Q=15 pada persamaan tersebut, maka didapatkan nilai Q
yang baru sebesar -3, oleh karena itu Q=15 merupakan titik laba maksimum.
Akhirnya diperoleh Q1 = -35 dan Q2 = 15. Hal ini menunjukan bahwa MR = MC pada
tingkat output yang menghasilkan laba maksimum.
Kaidah untuk menentukan turunan parisal adalah sama dengan kaidah dalam
turunan yang sederhana. Karena konsep turunan parsial menggunakan suatu asumsi
bahwa semua variabel, kecuali satu variabel dimana turunan tersebut diturunkan, tidak
berubah.
Y = 10 – 4X + (3Z)X – Z2
Karena Z dianggap konstan, maka turunan parsial Y pada X adalah :
𝜕𝑦
𝜕𝑥 = 0 − 4 + 3𝑍 − 0
= −4 + 3𝑍
Dalam menentukan turunan parsial Y dan Z, X dianggap konstan, maka kita bisa
tulis :
𝜕𝑦
𝜕𝑧 = 3𝑋 − 2𝑍
Optimasi terkendala
𝑇𝐶 = 3𝑋2 + 6𝑌2 − 𝑋𝑌
Dimana output X merupakan hasil dari pabrik 1 dan Y merupakan hasil dari pabrik
2. Manajer harus berusaha untuk menentukan kombinasi biaya terrendah antara X
dan Y dengan tunduk pada kendala bahwa produk total harus 20 unit.
Kendala 𝑋 + 𝑌 = 20
Dengan menyelesaikan kendala X dan mensubtitusikan nilai tersebut kedalam fungsi
tujuan, maka: X = 20 – Y ; dan
𝑇𝐶 = 1.200 − 140 𝑌 + 10 𝑌2
𝑑𝑇𝐶
𝑑𝑌 = −140 + 20𝑌 = 0
20𝑌 = 140
𝑌=7
X + 7 = 20
X = 13
Oleh karena produksi output pabrik 1 adalah 13 unit dan pabrik 2 adalah 7 unit adalah
kombinasi biaya terrendah dalam menghasilkan 20 unit produksi dari perusahaan
tersebut. Maka TC adalah
= 507 + 294 − 91
= 710