Anda di halaman 1dari 21

RESUME MATERI OPTIMISASI EKONOMI

KELOMPOK IV

NAMA :

1. ELLY INDAHWATI (20171221079)

2. AHMAD FAIDAL (20171221084)

3. MOCH NOER CHOLISH (20171221101)

4. USWATUN KHASANAH (20171221235)

5. MUCHAMMAD RIZAL RAMADHAN (20171221166)

Optimasi Ekonomi

A. Memaksimasi nilai perusahaan

Tujuan pokok manajemen adalah memaksimumkan nilai perusahaan.


Tujuan ini di rumuskan dalam bentuk persamaan : TR – TC

(1+i)t Memaksimumkan

persamaan seperti diatas mencakup beberapa faktor,


yaitu Penerimaan. Biaya, dan Tingkat diskonto tiap tahun pada masa yang akan datang.

Penerimaan total (TR) suatu perusahaan secara langsung ditentukan oleh jumlah
produk yang terjual dan harga jualnya. Berarti TR adalah harga pokok (P) dikalikan
dengan kuantitas (Q) atau TR= P x Q. Faktor faktor yang mempengaruhinya yaitu:
pemilihan produk yang dirancang perusahaan, pengolahannya, dan penjualannya;
strategi periklanan yang digunakan; kebijakan harga yang ditetapkan; bentuk
perekonomian yang dihadapi; dan sifat persaingan yang ada dipasar. Jadi penerimaan
mempertimbangkan permintaan maupun penawaran.

Analisis biaya memerlukan penelaahan sistem-sistem produksi alternatif,


pilihan-pilihan teknologi, kemungkinan-kemungkinan input yang digunakan, dst. Harga
faktor-faktor produksi berperanan penting dalam penentuan biaya, dan oleh karena itu
masalah penawaran faktor-faktor produksi juga penting untuk dipertimbangkan.

Adapula hubungan antara tingkat diskonto dengan product mix, asset fisik, dan
struktur keuangan suatu perusahaan. Faktor-faktor ini mempengaruhi biaya dan
tersedianya sumber daya keuangan bagi perusahaan tersebut, dan akhirnya menentukan
tingkat diskonto yang digunakan oleh para investor untuk menetapkan nilai untuk
perusahaan tersebut.
Untuk menentukan tindakan yang optimal, maka keputusan berkenaan dengan
pemasaran, produksi, dan keuangan harus seperti halnya dengan keputusan-keputusan
yang berhubungan dengan SDM, distribusi produk, dll digabungkan dalam suatu
sistem yang terpadu dimana setiap tindakan akan mempengaruhi seluruh bagian
perusahaan tersebut. Untuk keputusan sehari- hari, teknik optimisasi parsial yang
lebih sederhana sering digunakan.
Optimisasi parsial menyarikan komplesitas dari proses pengambilan keputusan yang
terpadu itu dan hanya memusatkan kepada tujuan-tujuan yang lebih terbatas didalam
berbagai departemen dari perusahaan tersebut. Misalnya, departemen pemasran
seringkali diharuskan untuk menetapkan biaya periklanan minimum yang bisa
mencapai tujuan penjualan, sesuai dengan lini produk (produk line) perusahaan dan
kendala-kendala harga pasar. Sama juga halnya, departemen produksi diharapkan
untuk meminumkan biaya produksi dengan kualitas yang sama, hal ini untuk mencapai
keputusan yang optimal.

Proses pengambilan keputusan yang rumit, baik dalam masalah optimasi terpadu
ataupun parsial terjadi dalam dua tahap. Pertama, seseorang harus menyajikan hubungan
ekonomi tersebut dalam satu bentung yang bisa dianalisis, ini berarti bahwa penyajian
masalah tersebut dalam hubungan analitis. Kedua, seseorang harus menerapkan
berbagai teknik untuk menentukan penyelesaian yamg optimal.

B. Metode Penyajian Hubungan Ekonomi

Hubungan-hubungan ekonomi seringkali disajikan dalam bentuk persamaan,


tabel, dan grafik. Mungkin cara yang paling mudah untuk mempelajari hubungan
ekonomi dan memahami optimasi ekonomi adalah dengan menelaah beberapa
bentuk hubungan fungsional yang berperan penting dalam model dasar penilaian.

 Model Persamaan

Perhatikan hubungan antara jumlah produk yang dijual (Q) dengan penerimaan
total (TR). Dengan menggunakan notasi fungsional, hubungan tersebut dapat
dituliskan seperti berikut: TR = f(Q)
Nilai dari variabel dependen (TR) ditentukan oleh variabel independen (jumlah
produk yang terjual atau Q); persamaan tersebut hanya menunjukan adanya suatu
hubungan. Namun suatu hubungan fungsional yang lebih khusus diberikan oleh
persamaan: TR = P x Q

Disini P menunjukan harga tiap unit yang terjual, dan hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen ditetapkan secara tepat.

 Model Tabel dan Grafik

Selain model persamaan, model tabel dan grafik seringkali digunakan untuk
menyajikan hubungan-hubungan ekonomi. Contoh nya pada tabel 2.1 tabel ini
menunjukan hubungan fungsional yang sama dengan persamaan TR = P x Q serta
gambar 2.1 yang menyajikan grafik berdasarkan pada persamaan tersebut.

Tabel 2.1

Hubungan Antara TR dengan Q :

TR = P x Q (dimana nilai P adalah konstan Rp 150,00)

Jumlah unit yang terjual Total Revenue (TR)


1 Rp 150,00
2 Rp 300,00
3 Rp 450,00
4 Rp 600,00
5 Rp 750,00
6 Rp 900,00
Gambar 2.1

Grafik Hubungan Antara TR dengan Q

C. Hubungan Antara Nilai Total, Rata-Rata, dan Marginal

Hubungan marginal didefinisikan sebagai perubahan variabel dependen dari suatu


fungsi yang disebabkan oleh perubahan salah satu variabel independen sebesar satu
unit. Dalam fungsi TR, penerimaan marginal (MR) adalah perubahan penerimaan total
yang disebabkan oleh perubahan satu unit barang yang dijual.

Tabel 2.2

Hubungan Antara Nilai Total, Marginal, dan Rata-Rata Untuk Sebuah


Fungsi Laba

Q Laba Total Laba Marginal Laba Rata-Rata


0 Rp 0 - -
1 Rp 19 Rp 19 Rp 19
2 Rp 52 Rp 33 Rp 26
3 Rp 93 Rp 41 Rp 31
4 Rp 136 Rp 43 Rp 34
5 Rp 175 Rp 39 Rp 35
6 Rp 210 Rp 35 Rp 35
7 Rp 217 Rp 7 Rp 31
8 Rp 208 Rp -9 Rp 26

 Hubungan Antara Nilai Total dengan Marginal

Hubungan antara nilai total dengan marginal dalam anaisis pengambian


keputusan berperan penting, karena jika nilai marginal tersebut negatif, maka nilai
total akan menurun.

Data pada tabel 2.2 menjelaskan bahwa laba marginal pada output 1 sampai output
7 adalah postif, dan aba total meningkat jika output meningkat pada kisaran output
tersebut. Namun karena pada output ke 8 pada laba marginal menunjukan nilai yang
negatif, maka laba akan menurun jika output dinaikan mencapai tingkat tersebut. Hal
ini terjadi karena memaksimasi fungsi aba atau apa saja terjadi pada titik dimana
hubungan marginal bergeser dari positif ke negatif.

 Hubungan Antra Nilai Rata-Rata dengan Marginal

Hubungan antara nilai rata-rata dengan nilai marginal juga penting dalam
analisis pembuatan keputusan manajerial. Hal ini disebabkan karena nilai marginal
menunjukan perubahan dari nilai total, maka jika nilai marginal tersebut lebih besar
dari nilai rata-rata, maka nilai rata-rata tersebut sedang menaik.

Data pada tabel 2.2 menunjukan untuk ouput yang ke 2 sampai yang ke 5, laba
marginal lebih besar dari laba rata-rata, dan pada setiap tingkat output laba rata-rata
meningkat, walaupun dari unit output yang ke 4 ke unit output 5 laba marginal turun
dari Rp 43 menjadi Rp 39, tetapi laba marginal tersebut masih lebih besar laba rata-rata
pada tingkat output sebanyak 4 unit (Rp 34). Oleh karena itu, sepanjang nilai marginal
itu berada diatas nilai rata-rata, maka
nilai rata-rata tersebut akan naik. Laba marginal pada output sebanyak 6 unit adalah Rp
35, sama dengan laba rata-rata pada 5 unit, demikian pula laba rata- rata tidak berubah
antara output sebesar 5 dan 6 unit. Akhirnya, laba marginal dari output yang ke 7
dibawah laba rata-rata pada output sebesar 6 unit dan menyebabkan laba rata-rata turun.

 Grafik yang menunjukan hubungan antaar nliai total, marginal, dan rata- rata

Perhatikan bahwa kurva laba total naik dari titik asal menuju titik C. Oleh karena,
garis-garis yang digambarkan yang bersinggungan dengan kurva laba total menjadi
lebih curam jika titik singgung tersebut mendekati C, maka laba marginal naik sampai
titik singgung tersebut. Ini juga dilukiskan pada gambar
(b) dimana kurva laba marginal mengkat sampai pada tingkat output Q1, sama dengan
titik C pada kurva laba total. Pada titik C tersebut, slope kurva laba total adalah
maksimu. Oleh karena itu laba marginal adalah maksimum pada titik itu. Antara titik C
dan E laba total terus meningkat karena aba marginal masih tetap
postif walaupun sudah turun. Pada titik E kurva aba total berslope nol dan hal ini
berarti tidak terjadi kenaikan maupun penurunan laba. Oleh karena itu, laba marginal
pada titik E tersebut ( output Q3 pada gambar b) sama dengan nol dan laba total
menjadi maksimum. Setelah melampaui titik E kurva laba total berslope negatif dan
laba marginal menjadi negatif.

Selain hubungan nilai total rata-rata dan total marginal, hubungan antara nilai
marginal dengan rat-rata juga ditunjukan pada gambar (b). Pada tingkat output yang
rendah, dimana kurva laba marginal terletak diatas kurva laba rata- rata, maka kurva
laba rata-rata sedang menaik. Walaupun laba marginal mencapai titik maksimum pada
ouput Q1 dan kemudian turun, tetapi kurva laba rata-rata terus meningkat sepanjang
kurva laba marginal masih diatasnya.
Pada tingkat output Q2, laba marginal sama dengan laba rata-rata, dan pada saat itu
laba rata-rata mencapai nilai maksimumnya. Setelah melampaui otput Q2, kurva laba
marginal terletak di bawah kurva laba rata-rata, dan kurva laba rata-rata tersebut
mulai turun.

D. Kalkulus Deferensial

Walaupun tabel dan grafik bermanfaat untuk menjelaskan konsep hubungan


ekonomi, tetapi persamaan seringkali lebih cocok untuk digunakan dalam proses
pemecahan masalah. Salah satu alasannya adalah bahwa teknik analisis kalkulus
diferensial bisa digunakan untuk menemukan nilai maksimum dan minimum dari suatu
fungsi tujuan secara efisien melalui analisis marginal. Selain itu, konsep kalkulus dasar
mudah dikembangkan untuk masalah pengambilan keputusan dimana pilihan-pilihan
yang ada bagi pembuatan keputusan dibatasi oleh beberapa kendala.

Konsep Turunan

Kita telah mendefenisikan nilai marginal sebagai perubahan nilai variabel dependen
yang disebabkan oleh perubahan satu unit suatu variabel independen. Perhatikan fungsi
Y=f(X). Dengan menggunakan(data) sebagai
tanda perubahan, kita bisa menunjukkan perubahan nilai variabel independen
(X) dengan notasi ∆X dan perubahan variabel dependen (Y) dengan notasi ∆Y.

Perbandingan ∆Y/∆X menunjukkan suatu spesifikasi umum dari konsep marginal :


Marginal Y = Δ𝑦
Δ𝑥

Perubahan Y yaitu ∆Y dibagi dengan perubahan X yaitu ∆X menunjukkan


perubahan variabel dependen yang disebabkan oleh perubahan satu unit nilai X.

Secara konseptual, suatu turunan(derivative) merupakan suatu spesifiksi yang tepat


dari hubungan marginal secara umum, ∆Y/∆X. Untuk mendapatkan sebuah turunan kita
harus mendapatkan nilai dari rasio ∆Y/∆X untuk suatu perubahan variabel yang sangat
kecil.
Notasi matematis untuk sebuah turunan adalah :

𝑑𝑦
= lim Δ𝑦
𝑑𝑥 𝑥→0 Δ𝑥

Konsep turunan sebagai limit dari suatu rasio adalah sama dengan slope dari
sebuah kurva pada sebuah titik. Gambar 2.4 menunjukkan konsep tersebut dengan
menggunakan kurva yang sama dengan gambar 2.3. perhatikan bahwa pada gambar 2.4
slope rata-rata dari kurva tersebut antara titik A dan D dihitung dengan cara berikut :

Δ𝑦 𝑌4 − 𝑌1
=
Δ𝑥 𝑋4 − 𝑋1

Dan ditunjukkan sebaga slope dari garis yang menghubungkan kedua titik tersebut.
Sama juga halnya, slope rata-rata dari kurva tersebut bisa dihitung sepanjang interval-
interval X yang semkain mengecil dan ditunjukkan oleh garis-garis penghubung
lainnya, seperti yang menghubungkan titik B dan C dengan D. Pada limitnya jika X
mendekati nol, maka perbandingan ∆Y/∆X samadengan slope dari sebuah garis yang
bersinggungan dengan kurva tersebut pada titik D. Slope dari garis singgung ini
didefinisikan sebagai turunan( dY/dX) fungsi tersebut pada titik D; slope itu
menunjukkan perubahan marginal Y yng disebabkan oleh suatu perubahan X hyang
sangat kecil pada titik tersebut.

Gambar 2.4
Misalkan , variabel dependen Y adalah penerimaan total (TR), dan variabel
independen adalah output. Maka turunan dY/dx menunjukkan bagaimana hubungan
antara penerimaan dengan output pada suatu tingkat output tertentu. Oleh karena
perubahan penerimaan output didefinisikan sebagai penerimaan marginal (MR), maka
turunan TR samadengan MR tingkat output tertentu.

Keadaan yang sama terjadi untuk biaya total atau total cost (TC): turunan fungsi TC
pada setiap tingkat output menunjukkan biaya marginal atau marginal cost (MC) ;pada
output tersebut.

 KAIDAH-KAIDAH PENURUNAN SUATU FUNGSI

Mencari turunan dari suatu fungsi bukanlah merupakan pekerjaan yang sulit.
Rumus-rumus atau kaidah-kaidah dasar untuk pendeferensiasian disajikan dibawah ini.

a) KAIDAH KONSTANTA

Turunan dari konstanta selalu nol, oleh karena itu jika Y = sebuah konstanta, maka :

𝑑𝑦
𝑑𝑥 = 0

Keadaan ini digambarkan pada gambar 2.5 untuk y=2. Oleh karena Y didefinisikan
sebagai konstanta, mala nilainya tidak berubah-ubah walaupun X berubah, dan karena
itu dY/dX pasti samadengan nol.

Gambar 2.5
b) KAIDAH PANGKAT

Turunan dari fungsi pangkat seperti Y = a𝑋𝑏 , dimana a dan b merupakan konstanta
adalah samadengan pangkat (eksponen) b dikalikan dengan koefisien a dikalikan
dengan variabel X pangkat b-1 :

Y = a 𝑋𝑏
𝑑𝑦
= b.a. X (b-1)
𝑑𝑥

c) KAIDAH PENJUMLAHAN DAN SELISIH

Notasi berikut ini akan digunakan terus sampai akhir bab ini untuk menunjukkan
sejumlah aturan diferensiasi :

U = g (X) : U adalah g fungsi X


V = h (X) : V adalah h fungsi X

Turunan dari suatu penjumlahan (atau selisih) sama dengan jumlah (atau selisih)
dari turuna secara individual. Oleh karena itu, jika Y = U + V maka :

𝑑𝑦 𝑑𝑈 𝑑𝑉
𝑑𝑥 = 𝑑𝑋 + 𝑑𝑋

Misalkan, U= g(X) =2X², V = h(X)= -X³ dan Y= U + V = 2X² - X³

Maka : 𝑑𝑦= 4X – 3X²


𝑑𝑥
Turunan fungsi yang pertama (2X²) samadengan 4X diperoleh melalui kaidah
pangkat; turunan fungsi yang kedua (-X³) samadengan 3X² diperoleh dengan cara yang
sama; dan turunan fungsi secara total merupakan jumlah dari turunan-turunan dari
bagian-bagiannya.

d) KAIDAH PERKALIAN

Turunan dari perkalian antara dua fungsi adalah samadengan fungsi yang pertama
dikalikan dengan turunan dari fungsi fungsi yang kedua, ditambah dengan fungsi yang
kedua dikaliakn fungsi yang pertama. Oleh karena itu, jika Y = U . V maka :

𝑑𝑦 𝑑𝑉 𝑑𝑈
𝑑𝑥 =𝑈 𝑑𝑋 + V 𝑑𝑥

Misalnya, jika Y = 3X² ( 𝑑𝑉 ) + (3-X) (𝑑𝑈)


𝑑𝑋 𝑑𝑥

= 3X²(-1) + (3-X)(6X)
= -3X² + 18X – 6X²
= 18X – 9X²

Faktor yang pertama 3X² dikalikan dengan turunan dari faktor yang kedua - 1, dan
ditambah dengan faktor yang kedua (3-X) dikalikan dengan turunan faktor yang
pertama 6X.

e) KAIDAH HASIL BAGI

Turunan dari hasil bagi dari suatu fungsi adalah sama dengan penyebut yang
dikalikan dengan turunan pembilang, dikurangi dengan pembilang dikalikan dengan
turunan penyebut, dan kemudian semuanya dibagi dengan penyebut kuadrat. Maka, jika
Y = U/V, maka:

𝑑𝑦 𝑑𝑈 𝑑𝑉
𝑉 .
= 𝑑𝑋
– 𝑈. 2
𝑑𝑋
𝑑𝑥 𝑣

f) KAIDAH RANTAI

Turunan sebuah fungsi dari sebuah fungsi diperoleh dengan cara. Jika Y = f (U),
dimana U =g(X), maka :
𝑑𝑦 𝑑𝑌 𝑑𝑈
𝑑𝑥 = 𝑑𝑈 + 𝑑𝑋

Misalkan , Y = 2U - U², dan U =2X³, maka bisa mendapatkan dY/dX dengan


cara berikut :

Langkah 1

𝑑𝑌
𝑑𝑈 = 2 – 2U

Dengan mensubstitusikan nilai U diperoleh :

𝑑𝑦
𝑑𝑥 = 2 – 2(2X³)

= 2 – 4X³

Langkah 2
𝑑𝑈
= 6X²
𝑑𝑋

Langkah 3

𝑑𝑦
𝑑𝑌 𝑑𝑈
𝑑𝑥 = 𝑑𝑈 x 𝑑𝑋

= ( 2 – 4X³) 6X²
= 12X² - 24𝑋5

E. Memaksimalkan dan meminimalkan fungsi

Jika suatu fungsi berada pada keadaan maksimum atau minimum, maka
slopenya atau nilai marginalnya pasti nol. Turunan suatu fungsi ditunjukkan oleh
slope atau nilai marginalnya pada suatu titik tertentu. Oleh karena itu, maksimisasi
atau minimisasi dari suatu fungsi terjadi jika turunannya sama dengan nol.

Fungsi laba: 𝜋 = −10.000 + 400𝑄 − 2𝑄2

Disini 𝜋 = laba total dan Q adalah jumlah output. Jika output sama dengan nol,
maka perusahaan tersebut akan rugi sebesar Rp10.000,00(biaya tetap atau fixed cost
adalah Rp10.000,00). Tetapi jika output menungkat, maka laba
juga akan meningkat. Titik impas atau break event point dicapai pada saat output
berjumlah 29 unit. Laba maksimum dicapai pada saat output sebesar 100 unit dan
setelah itu laba menurun.

Tingkat output yang memaksimumkan laba bisa diperoleh dengan menghitung


nilai dari fungsi tersebut. Laba maksimum juga dapat diperoleh dengan
mendapatkan turunan(marginal) dari fungsi laba tersebut, kemudian menentukan
nilai Q yang membuat turunan(marginal) tersebut sama dengan nol.

Laba Marginal:
𝑑𝜋
M𝜋) = = 400 – 4Q
𝑑𝑄

Dengan menyamakan turunan tersebut sama dengan nol maka:

400-4Q = 0
4Q = 400
Q = 100 unit

Oleh karena itu, jika Q=100, maka laba marginal sama dengan nol dan laba
total adalah maksimum.

Pembedaan Nilai Maksimum dengan Nilai Minimum


Masalah akan muncul jika turunan digunakan untuk menentukan nilai
maksimum atau minimum. Agar suatu fungsi menjadi maksimum atau minimum, maka
fungsi tersebut harus tidak dalam keadaan menaik atau menurun, oleh karena itu
slopenya harus sama dengan nol. Namum demukian, karena nilai marginal akan
menjadi nol baik untuk nilai maksimum maupun minimum dari suatu fungsi, maka
analisis selanjutnya perlu untuk menentukan apakah nilai maksimum atau minimum
tersebut telah ditemukan. Konsep turunan kedua digunakan untuk membedaan nilai
maksimum dengan minimum dari suatu fungsi. Turunan kedua merupakan turunan dari
turunan pertama.
Jika laba total ditunjukan oleh persamaan

𝜋 = 𝑎 𝑏𝑄 + 𝑐𝑄2 − 𝑑𝑄3

Turunan pertama yang merupakan fungsi laba:


𝑑𝜋
= M𝜋 = −𝑏 + 2𝑐𝑄 − 3𝑑𝑄2
𝑑𝑄

Turunan kedua dari fungsi laba total adalah turunan dari fungsi laba marginal:

𝑑2𝜋 𝑑𝑀𝜋
= = 2𝑐 − 6𝑑𝑄
𝑑𝑄2 𝑑𝑄

Jika turunan pertama menunjukkan slope fungsi laba total, maka turunan kedua
tersebut menunjukkan slope dari turunan pertama tersebut yakni slope dari kurva laba
marginal. Kita bisa menggunakan turunan kedua tersebut untuk membedakan titik
maksimum dan minimum. Jika turunan kedua dari sebuah fungsi negative maka titik
yang ditentukan adalah maksimum, demikian sebaliknya.

Sebuah contoh dengan bilangan akan memperjelas konsep ini. Misalkan fungsi
laba total ditunjukkan oleh fungsi berikut:

Laba total (𝜋) = −3000 − 2.400𝑄 + 350𝑄2 − 8,333𝑄3

Laba marginal ditunjukkan oleh turunan pertama dari laba total tersebut: Laba

𝑑𝜋
marginal (m𝜋) = = −2.400 + 700𝑄 − 25𝑄2
𝑑𝑄
Laba total akan maksimum atau minimum pada titik-titik di mana turunan
pertama tersebut(laba marginal) sama dengan nol, maka:
𝑑𝜋
= −2.400 + 700𝑄 − 25𝑄2 = 0
𝑑𝑄

 Penggunaan Turunan Untuk Memkasimumkan Selisih Antara Dua


Fungsi

Salah satu kaidah dalam ekonomi mikro adalah MR = MC agar laba maksimum
dapat dicapai. Contoh : perhatikan fungsi penerimaan, biaya, dan laba berikut ini.
Misalkan: TR = 41,5Q – 1,1𝑄2 ; TC = 150 + 10Q – 0,5𝑄2 + 0,02𝑄3 ; Laba total = 𝜋 =
𝑇𝑅 − 𝑇𝐶 , maka:

Tingkat output yang bisa memaksimumkan laba tersebut bisa diperoleh dengan
mensubtitusikan fungsi TR dan TC ke dalam fungsi laba, kemudian menganalisis
turunan pertama dan kedua dari persamaan tersebut.

𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶

𝜋 = 41,5 𝑄 − 1,1𝑄2 − (150 + 10𝑄 − 0,5𝑄2 + 0,02𝑄3)

= 41,5𝑄 − 1,1𝑄2 − 150 + 10𝑄 + 0,5𝑄2 − 0,02𝑄3

𝜋 = −150 + 31,5𝑄 − 0,6𝑄2 − 0,02𝑄3

Laba marginal atau turunan pertama fungsi tersebut adalah:


𝑑𝜋
𝑀𝜋 = = 31,5 − 1,2𝑄 − 0,06𝑄2
𝑑𝑄

Dengan menentukan laba marginal sama dengan nol dan menggunakan rumus
abc, kita dapat menemukan akar-akarnya yaitu Q1 = -35 dan Q2 = 15.
Karena output Q1 adalah negatif tidak mungkin terjadi, maka Q1 bukan merupakan
output yang bisa digunakan.

Suatu pengujian terhadap turunan kedua dan fungsi laba tersebut pada tingkat
Q=15 akan menunjukan apakah ini merupakan titik laba maksimum atau titik laba
minimum. Turunan kedua tersebut adalah:
𝑑2𝜋
= 𝑑𝑀𝜋 = −12 − 0.12𝑄
𝑑𝑄2 𝑑𝑄

Dengan memasukan nilai Q=15 pada persamaan tersebut, maka didapatkan nilai Q
yang baru sebesar -3, oleh karena itu Q=15 merupakan titik laba maksimum.

Untuk melihat hubungan MR dan MC dengan memaksimasi laba, perhatikan


persamaan umum laba 𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶, maka persamaan umum laba marginal adalah M𝜋
= 𝑀𝑅 − 𝑀𝐶 = 0 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑀𝑅 = 𝑀𝐶

Dari contoh soal diatas, didapatkan :

MR = 𝑑𝑇𝑅 = 41,5 − 2,2𝑄 ; MC = 𝑑𝑇𝐶 = 10 − 𝑄 + 0,06𝑄2


𝑑𝑄 𝑑𝑄

𝑀𝑅 = 41,5 − 2,2𝑄 = 10 − 𝑄 + 0,06𝑄2 = 𝑀𝐶

Maka dari persamaan tersebut di peroleh hasil

−31,5 + 1,2𝑄 + 0,06𝑄2 = 0

Akhirnya diperoleh Q1 = -35 dan Q2 = 15. Hal ini menunjukan bahwa MR = MC pada
tingkat output yang menghasilkan laba maksimum.

 Optimasi Fungsi dengan Variabel Majemuk

Kaidah untuk menentukan turunan parisal adalah sama dengan kaidah dalam
turunan yang sederhana. Karena konsep turunan parsial menggunakan suatu asumsi
bahwa semua variabel, kecuali satu variabel dimana turunan tersebut diturunkan, tidak
berubah.

Seperti persamaan Y = 10 – 4X = 3XZ – Z2 . dalam fungsi ini ada dua


variabel independen, yaitu X dan, oleh karena itu 2 turunan parsial bisa
dihitung. Untuk menentukan turunan tersebut pada X, maka persamaan tersebut
dapat di tuliskan kembali sebagai :

Y = 10 – 4X + (3Z)X – Z2
Karena Z dianggap konstan, maka turunan parsial Y pada X adalah :

𝜕𝑦
𝜕𝑥 = 0 − 4 + 3𝑍 − 0

= −4 + 3𝑍

Dalam menentukan turunan parsial Y dan Z, X dianggap konstan, maka kita bisa
tulis :

𝜕𝑦
𝜕𝑧 = 3𝑋 − 2𝑍

 Optimasi terkendala

Dalam proses pengambilan keputusan yang dihadapi para manajer, ada


beberapa kendala yang dihadapi para manajer, ada berbagai kendala yang
membatasi pilihan-pilihan yang tesedia bagi para manajer tersebut.

Masalah optimasi terkendala ini dapat dipecahkan dengan berbagai cara.


Dalam beberapa kasus, jika persamaan kendala tidak terlampau rumit, kita mampu
memecahkan persamaan kendala tersebut untuk salah satu dari variabel- variabel
pengambilan keputusan terlebih dahulu, kemudian mensubtitusikannya ke dalam
fungsi tujuan, apakah perusahaan tersebut bertujuan memaksimumkan atau
meminimumkan.

Misalkan perusahaan memproduksi produknya dengan menggunakan dua


pabrikanya dan bekerja dengan fungsi biaya total (TC) sbb:

𝑇𝐶 = 3𝑋2 + 6𝑌2 − 𝑋𝑌

Dimana output X merupakan hasil dari pabrik 1 dan Y merupakan hasil dari pabrik
2. Manajer harus berusaha untuk menentukan kombinasi biaya terrendah antara X
dan Y dengan tunduk pada kendala bahwa produk total harus 20 unit.

Kendala 𝑋 + 𝑌 = 20
Dengan menyelesaikan kendala X dan mensubtitusikan nilai tersebut kedalam fungsi
tujuan, maka: X = 20 – Y ; dan

𝑇𝐶 = 3 (20 − 𝑌)2 + 6𝑌2 − (20 − 𝑌)𝑌

= 3 (400 − 40𝑌 + 𝑌2) + 6𝑌2 − (20𝑌 − 𝑌2)

= 1.200 − 120𝑌 + 3𝑌2 + 6𝑌2 − 20 𝑌 + 𝑌2

𝑇𝐶 = 1.200 − 140 𝑌 + 10 𝑌2

Setelah mendapatkan fungsi TC yang telah di kombinasikan denga kendala, maka


fungsi tersebut diatas sebagai masalah minimasi tak- terkendala. Untuk mencari
berapa besar nilai X dan Y, maka kita harus menyamakan turunanya sama dengan
nol,

𝑑𝑇𝐶
𝑑𝑌 = −140 + 20𝑌 = 0

20𝑌 = 140

𝑌=7

X + 7 = 20

X = 13

Oleh karena produksi output pabrik 1 adalah 13 unit dan pabrik 2 adalah 7 unit adalah
kombinasi biaya terrendah dalam menghasilkan 20 unit produksi dari perusahaan
tersebut. Maka TC adalah

𝑇𝐶 = 3 (13)2 + 6(7)2 − (13 𝑥 7)

= 507 + 294 − 91

= 710

Anda mungkin juga menyukai