Anda di halaman 1dari 20

Analisis Pengantar Manejemen Bisnis

Menurut EYD

Di buat untuk memenuhi satu syarat dalam mata kuliah


bahasa indonesia

Di buat oleh :
Indah Lestari
434334022016470

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Pasundan Bandung


Manajemen 2016-2017
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa atas segala rahmat-nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimaksih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikiranya.

Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk kedepanya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Daftar Isi
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
Latar Belakang .................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 6
A. Penggunaan EYD yang Benar ....................................................................................................... 6
Pengertian EYD .............................................................................................................................. 6
1. Pemakaian Huruf ........................................................................................................................ 6
2. Penulisan Huruf ............................................................................................................................. 6
A. Penulisan Huruf Besar (Kapital ................................................................................................ 6
B. Penulisan Huruf Miring .............................................................................................................. 8
C. Huruf Tebal ................................................................................................................................ 8
3. Penulisan Kata ............................................................................................................................ 8
4. Pemakaian Tanda Baca ............................................................................................................... 9
5. Penulisan Pemilihan Kata (DIKSI) ........................................................................................... 11
6. Penulisan Kalimat ..................................................................................................................... 12
 Kalimat Tunggal ................................................................................................................... 12
 Kalimat Majemuk ................................................................................................................. 12
 Kalimat Aktif ........................................................................................................................ 13
 Kalimat Pasif ......................................................................................................................... 13
 Kalimat Langsung ................................................................................................................. 14
 Kalimat Tidak Langsung ....................................................................................................... 14
 Kalimat Baku ........................................................................................................................ 14
 Kalimat Tidak Baku .............................................................................................................. 14
 Kalimat Efektif...................................................................................................................... 14
 Kalimat Tidak Efektif ........................................................................................................... 14
 Ragam Kalimat ..................................................................................................................... 15
7. Paragraf ..................................................................................................................................... 15
 Unsur ..................................................................................................................................... 15
 Pola ....................................................................................................................................... 16
 Isi .......................................................................................................................................... 17
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Bahasa Indonesia digunakan sebagai alat komunikasi dalam masyarakat Indonesia. Seperti
yang diketahui bahwa kegiatan komunikasi dimulai dari hal yang ingin disampaikan oleh
komunikator, kemudian dilanjutkan dengan mengolah gagasan atau hal yang disampaikan
komunikator sehingga hal yang disampaikan komunikator tersebut dapat diterima oleh
komunikan dengan tepat. Dengan demikian, sebagai alat komunikasi, bahasa Indonesia harus
mampu menyampaikan maksud komunikator dengan tepat. Maksud atau amanat
komunikasi ini bisa berupa informasi tentang fakta, peristiwa, ungkapan ide, pendapat,
perasaan, keinginan, dan sebagainya. Hal-hal itu dituangkan dalam aspek kebahasaan yang
berupa kata, kalimat, paragraf (komunikasi tulis) atau paraton (komunikasi lisan), ejaan dan
tanda baca dalam bahasa tulis, serta unsur-unsur prosodi (intonasi, nada, irama, tekanan, tempo)
dalam bahasa lisan.
Sebagai bahasa yang hidup, bahasa Indonesia mempunyai variasi-variasi atau ragam-ragam,
yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri dalam proses komunikasi (Sloka,
2006:118). Variasi-variasi tersebut sejajar, dalam pengertian tidak ada yang lebih tinggi
daripada yang lain. Salah satu variasi tersebut “diangkat” untuk mendukung fungsi-fungsi
tertentu. Variasi tersebut dinamakan bahasa baku atau standar. Variasi-variasi yang lain, yang
disebut variasi nonbaku atau nonstandard, tetap hidup dan berkembang sesuai dengan
fungsinya, yaitu sebagai alat komunikasi dalam situasi yang tidak resmi.
Bahasa Indonesia yang digunakan dalam karya tulis ilmiah adalah bahasa baku.Sebagai
bahasa baku, terdapat standar tertentu yang harus dipenuhi dalam penggunaan ragam bahasa.
Standar tersebut meliputi penggunaan tata bahasa dan ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan. Tata bahasa Indonesia yang baku salah satunya meliputi penggunaan kata, dan
EYD yang sesuai dengan kaidah baku. Kaidah tata bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah
tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa
Indonesia. Sementara itu, kaidah ejaan bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah ejaan bahasa
Indonesia yang disempurnakan. Dengan demikian, bahasa yang digunakan harus sesuai kaidah-
kaidah kebahasaan termasuk dalam penggunaan ejaan. Kesalahan penggunaan bahasa bisa
menimbulkan interpretasi yang berbeda antara orang yang satu dengan yang lainnya.
Oleh karena itu, melihat pentingnya penggunaan ejaan dengan tepat seperti yang telah
disampaikan diatas, maka dalam makalah ini penulis akan memaparkan tentang analisis
kesalahan penggunaan ejaan menurut EYD
PEMBAHASAN

A. Penggunaan EYD yang Benar


Pengertian EYD
Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun
1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Ejaan
adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata,
dan tanda baca sebagai sarananya. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa. Ejaan
merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasademi keteraturan dan keseragaman
bentuk, terutama dalam bahasa tulis.
- Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek yaitu :

1. Pemakaian Huruf
Ejaan bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dikenal paling banyak
menggunakan huruf abjad. Sampai saat ini jumlah huruf abjad yang digunakan sebanyak 26
buah.
a. Huruf Abjad
b. Huruf Vokal
c. Huruf Konsonan
d. Huruf Diftong
e. Gabungan Huruf Konsonan

2. Penulisan Huruf
A. Penulisan Huruf Besar (Kapital
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
Misalnya “Untuk”
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.
Misalnya “Tini Kartini”
 Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung
Misalnya : Kepemimpinan menurut Handoko adalah, “Kemampuan yang dipunyai
seseorang...” (56/IV)
 Huruf kapital di pakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan
Tuhan
Misalnya “Segala puji syukur kepada Allah SWT” (6/KP)
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama
instansi, atau nama tempat.
 Misalnya : “Professor Michael E. Porter” (27/II)
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya: “Setelah bangsa Romawi ...” (90/VIII)
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar
atau hari raya.
Misalnya: “03 Juni 2017”
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya: “Bandung”
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk
ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen,
kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.
Misalnya: “PT. HRPRO SOS”
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang
sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan
surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak
terletak pada posisi awal.
Misalnya: “Buku ini berjudul "Summa De Arithmatica"” (90/VIII)
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau
sapaan.
Misalnya: “Sampurno Wibowo, S.E., M.Si”
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan,
seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang di pakai
dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya: “Bapak / Ibu Pimpinan”
B. Penulisan Huruf Miring
 Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat
kabar yang di kutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Misalnya: “Buchari Alma, Pengantar Bisnis, Alfabeta, Edisi Revisi, 2006” (215/DP)
 Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata,
atau kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya: “Kemampuan konsep adalah kemampuan untuk berpikir ...” (14/I)
 Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau
bahasa asing.
Misalnya: “... dengan karunia-Nya courseware ini dapat diselesaikan.” (4/KP)

C. Huruf Tebal
 Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring.
Misalnya: “Copyright @ 2009 Telkom Polytechnic. All rights reserved” (2/HC)
 Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti judul
buku, bab, atau subbab.
Misalnya “1.1 Mengapa Mempelajari Manajemen” (12/I)

3. Penulisan Kata
 Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya: “Dengan hormat,”
 Kata Berimbuhan
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran) ditulis
serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya: “Untuk membantu meningkatkan penjualan ...”
 Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-
unsurnya.
Misalnya: “... memperbaiki cara-cara pengelolaan organisasi ...” (12/I)
 Pemenggalan Kata
Jika ditengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalanya dilakukan
di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya: “... dengan baik selama ini ...”
 Kata depan seperti di, ke, dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya: “... produk di Supermarket ...”
 Gabungan Kata
Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.
Misalnya: “... serta menggarisbawahi kegiatan-kegiatan ...” (188/XIII)
 Partikel
-lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya: “... apakah proyek tersebut feasible ...” (188/XIII)
 Singkatan dan Akronim
Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda
titik pada setiap unsur singkatan itu.
Misalnya: “Sampurno Wibowo, S.E., M.Si” (3)
 Kata Ganti ku- dan kau-, -ku, -mu, dan –nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya,
sedangkan –ku, -mu dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya: “... tugas dan jabatannya.” (37/III)
 Angka dan Bilangan
Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata di tulis
dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian.
Misalnya: “... merupakan satu bentuk organisasi.” (30/III)
 Kata Sandang si dan sang
Kata si dan sang di tulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya: “... interaksi antara sang pemimpin ...” (75/VI)

4. Pemakaian Tanda Baca


 Tanda Titik (.)
 Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan
Misalnya: “... ucapkan banyak terima kasih.”
 Tanda Koma (,)
 Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan.
Misalnya: “... yaitu gaya otokratis, gaya partisipatif, dan gaya bebas ...” (76/VI)
 Tanda Titik Koma (;)
Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam kalimat
majemuk.
Misalnya: “... proses dan output; langkah proses; jenis sistem ...” (82/VII)
 Tanda Titik Dua (:)
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
pemerincian atau penjelasan.
Misalnya: “Nama : Indah”
 Tanda Hubung (-)
Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.
Misalnya: “... oleh kelompok-kelompok lain” (79/VI)
 Tanda Pisah (—)
Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
mem-beri penjelasan di luar bangun kalimat.
 Tanda Tanya (?)|
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya: “Apakah Manajemen Itu?” (5/DI)
 Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi
yang kuat.
 Tanda Elipsis (...)
Tanda elipsis dipakai untuk menunjukan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan
ada bagian yang dihilangkan.
 Tanda Petik (“...”)
Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya: “... bertanya pada diri Anda sendiri, "Apa gunanya?"” (12/I)
 Tanda Petik Tunggal (‘...’)
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan
lain.
Misalnya: “… dalam sebuah ‘sel’ manufaktur,” (121/X)
 Tanda Kurung ((...))
Tanda kurung daipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya: “(Team Leader)”

 Tanda Kurung Siku ([...])


Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang
ditulis orang lain.
 Tanda Garis Miring (/)
Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan
masa atau tahun yang terbagi dalam dua tahun takwin dan dapat di pakai sebagai
pengganti kata dan, atau, serta setiap.
Misalnya: “Bapak / Ibu Pimpinan”
 15. Tanda Penyingkat atau Apostrof (`)
Tanda penyingkat dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun dalam konteks tertentu

5. Penulisan Pemilihan Kata (DIKSI)


 Sinonim
Sininim merupakan kata-kata yang memiliki persamaan/kemiripan makna.
Misalnya: “… kemampuan untuk berpikir dan menggagas …” (14/I)
 Antonim
Antonim merupakan kata-kata yang maknanya berlawanan dengan kata lain.
Misalnya: “… kekuatan dan kelemahan organisasi,” (16/I)
 Polisemi
Plosemi Merupakan Sebagai satuan bahasa yang memiliki makna lebih dari satu
Misalnya: “… diibaratkan sebagai darah yang mengalir …” (206/XIV)
 Hiponim
Hiponim merupakan kata yang terdapat didalam cakupan kata lain.
Misalnya: “kepala bagian, kepala unit, wakil ketua, manajer divisi.” (32/III)
 Hipernim
Hipernim Merupakan suatu kata yang mencakup makna kata lain.
Misalnya: “… penjualan produk di Supermarket …”
 Homonim
Homonim dibedakan menjadi homofon dan homograf
Misalnya: “… berisi hak dan kewajiban,” (189/XIII)
 Homofon
Merupakan kata-kata yang memiliki bunyi sama tetapi ejaan dan artinya berbeda.
Misalnya: “… misalnya bank atau lembaga peminjaman lainnya.” (25/II)
 Homograf
Merupakan kata-kata yang memiliki tulisan yang sama tetapi bunyi dan lafalnya
berbeda.
Misalnya: “… merupakan kemampuan mental untuk …” (43/III)

6. Penulisan Kalimat
 Kalimat Tunggal
kalimat tunggal terdiri dari beberapa jenis. Contoh :
 Kalimat nominal
Kalimat tunggal nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata
benda.
Misalnya: “Perencanaan adalah proses penentuan …” (46/IV)
 Kalimat verbal
Kalimat tunggal verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
Misalnya: “PT. HRPRO SOS mengajukan permohonan …”

 Kalimat Majemuk
 Setara
Kalimat yang memiliki 2 klausa yang sejajar atau sederajat. Kalimat ini
biasanya dihubungkan dengan konjungsi berupa dan, lalu, kemudian, tetapi,
atau, bahkan.
Misalnya: “… atas perhatian dan kerjasama …”
 Bertingkat
Kalimat majemuk ini memiliki 2 klausa yang hubungannya tidak sejajar. Di
dalam kaliamat ini terdapat klausa yang berkedudukan sebagai induk kalimat
dan anak kalimat. konjungsi penghubung kalimat ini adalah jika, ketika,
walaupun, bahwa, bagaikan, sebab, sehingga dan dengan.
Misalnya: “Sehingga organisasi terdiri dari manusia-manusia, jika hanya
bekerja sendiri maka itu bukanlah organisasi.” (30/III)
 Campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat yang menghubungkan kalimat
majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Biasanya kalimat
majemuk campuran memiliki klausa lebih dari 2
Misalnya: “… memberikan jalan tengah dan solusi jika terjadi pertentangan
dalam organisasi.” (38/III)

 Kalimat Aktif
Secara singkat, pengertian kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan
pekerjaan (predikat). Berdasarkan keberadaan objeknya, kalimat ini dibagi menjadi
dua jenis.
 Kalimat aktif transitif
Dalam suatu kalimat, ada yang mengharuskan adanya objek, ada juga yang
tidak. Kalimat aktif yang harus ada objeknya disebut kalimat aktif transitif.
Misalnya: “PT. HRPRO SOS mengajukan permohonan ijin …”
 Kalimat aktif Intransitif
Kalimat aktif intransitif tidak bisa diubah menjadi kalimat pasif. Hal ini
karena keberadaan objek dalam kalimat ini tidak diperlukan. Dengan kata
lain, kalimat ini bisa berdiri tanpa adanya objek.
Misalnya: “… aktivitas yang sedang berjalan.” (70/V)

 Kalimat Pasif
Kalimat pasif merupakan kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan. Seperti halnya
kalimat aktif, kalimat pasif juga dibagi menjadi dua jenis, yakni kalimat pasif
transitif dan intransitif.
Misalnya: “Sebuah organisasi yang dikelola dengan baik …” (12/I)
 Kalimat Langsung
Kalimat langsung merupakan sebuah kalimat kutipan yang dilontarkan langsung
oleh pembicara tanpa melalui perantara apapun sama persis dengan apa yang
dikatakan oleh pembicara tersebut.
Misalnya: “… bertanya pada diri Anda sendiri, "Apa gunanya?"” (12/I)
 Kalimat Tidak Langsung
Kalimat tidak langsung merupakan kalimat yang berisikan pernyataan orang lain
dalam bentuk kalimat.
Misalnya: “… tidak efektif adalah apakah mereka telah dididik …” (17/I)
 Kalimat Baku
Kalimat baku adalah kalimat yang memenuhi syarat kaidah berbahasa Indonesia
seperti Logis, Hemat, Padu, dan Kesesuaian Struktur.
Misalnya: “Untuk membantu meningkatkan penjualan produk …”
 Kalimat Tidak Baku
Kalimat tidak baku memiliki beberapa ciri utama yang membedakan dengan kalimat
baku dalam penulisannya seperti Penulisan tanda baca yang tidak tepat, ketidak
tepatan penulisan huruf kapital, dan ketidak tepatan struktur ketatabahasaan kalimat.
Misalnya: “… kami ucapkan banyak terima kasih.”
 Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang padat, singkat, jelas, lengkap, dan dapat
menyampaikan informasi secara jelas.
Misalnya: “Perusahaan Negara adalah jenis organisasi yang bergerak dalam bidang
usaha …” (23/II)
 Kalimat Tidak Efektif
Kalimat tidal efektif adalah kalimat yang tidak memiliki sifat-sifat dari kalimat
efektif dan cenderung struktur kalimat tidak kompak, kalimat tidak paralel, dan
kalimat bertele-tele.
Misalnya: “… atas perhatian dan kerjasama yang terjalin dengan baik selama ini
kami ucapkan banyak terima kasih.”
 Ragam Kalimat
 Kalimat tanya
 Kalimat Tanya adalah kalimat yang isinya berupa suatu pertanyaan
mengenai sesuatu hal.
Misalnya: “Apakah ada hasil sampingan yang bermanfaat bagi organisasi?” (44/IV)
 Kalimat berita
Kalimat Berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu.
Misalnya: “… atas perhatian dan kerjasama yang terjalin dengan baik selama
ini kami ucapkan banyak terima kasih.”
 Kalimat perintah
Kalimat perintah ada beberapa macam seperti perintah biasa, perintah
permintaan, perintah ajakan, perintah sindiran, dan perintah ajakan

7. Paragraf
 Unsur
 Pemikiran utama
Pemikiran utama atau disebut juga dengan kalimat topik adalah kalimat yang
mengandung gagasan utama mengenai suatu topik yang sedang dibahas di
dalam sebuah paragraf. Kalimat utama menjadi acuan untuk
mengembangkan suatu paragraf.
Misalnya: “Perancangan sistem kerja” (155/XI)
 Kalimat utama
Kalimat utama adalah kalimat yang berisi pokok pikiran utama atau ide
pokok utama dan menjadi dasar untuk mengembangkan paragraf. Kalimat
utama biasanya bersifat umum dan memuat keseluruhan isi dalam suatu
paragraf.
Misalnya: “Perancangan sistem kerja merupakan faktor penting dalam
manajemen operasi …” (155/XI)
 Pemikiran Penjelas
Kalimat penjelas biasanya bersifat khusus, sehingga kalimat tersebut harus
menjelaskan secara detil mengenai apa yang sedang menjadi topik.
Misalnya: “Sistem kerja yang baik” (155/XI)
 Kalimat Penjelas
Kalimat penjelas adalah kalimat-kalimat yang isinya merupakan penjelasan,
uraian, atau berupa rincian-rincian detail tentang kalimat utama suatu
paragraf.
Misalnya: “Sistem kerja yang baik diperlukan untuk membangun semangat
bekerja karyawan yang tinggi dalam suasana kerja yang menyenangkan.”
(155/XI)

 Pola
 Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang dikembangkan dengan pola deduksi,
yaitu memaparkan hal umum terlebih dahulu kemudian menjabarkan hal –
hal khusus. Dengan kata lain paragraf ini meletakkan gagasan utamanya
pada kalimat utama di awal paragraf.
Misalnya: “Model merupakan abstraksi dari keadaan nyata. Model dibuat
secara sederhana namun mengandung unsur-unsur utama dari suatu produk,
proses, atau sistem yang diwakili. Dengan menggunakan model,
pengambilan keputusan umumnya dapat dilakukan dengan lebih praktis,
murah, cepat, dan aman.” (150/XI)
 Induktif
Paragraf induktif adalah suatu paragraf yang dikembangkan dengan pola
induksi, yaitu dengan cara menjabarkan hal – hal khusus terlebih dahulu dan
kemudian disimpukan menjadi suatu hal yang umum. Dengan kata lain,
paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak pada akhir
paragraf.
Misalnya: “Kegiatan operasi merupakan kegiatan menciptakan barang dan
jasa yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen. Kegiatan ini dalam
banyak perusahaan melibatkan bagian terbesar dari karyawan dan mencakup
jumlah terbesar dari aset perusahaan. Oleh karena itu, kegiatan operasi
menjadi salah satu fungsi utama dalam perusahaan.” (147/XI)
 Campuran
Paragraf campuran adalah gabungan dari pola deduksi dan induktif, yaitu
dengan menyampaikan gagasan utama terlebih dahulu, kemudian dijabarkan
hal khusus, lalu disimpulkan kembali dengan hal umum. Dengan kata lain,
paragraf ini memiliki gagasan utama pada paragraf utama yang diletakkan di
bagian awal dan akhir paragraf.
Misalnya: “Saat ini Indonesia sedang berusaha membangkitkan
perekonomiannya. Banyak usaha yang dilakukan, mulai dari menekan
jumlah barang impor yang mengalahkan pemakaian barang lokal.
Pemerintah juga meluaskan lapangan pekerjaan, agar sumber daya manusia
dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk pembangunan Negara. Bagi
pelaku korupsi, kolusi dan nepotisme yang sangat merugikan perekonomian
Negara tentunya akan diberikan sanksi tegas. Karna yang kita
ketahui Indonesia terpuruk akibat KKN yang terjadi di segala institusi. Oleh
karena itu, dengan usaha yang dilakukan sekarang diharapkan Indonesia
dapat membangkitkan perekonomiannya.”

 Isi
 Analogi
Paragraf analogi adalah paragraf yang memaparkan suatu objek dengan
menyamakannya dengan objek lain yang memiliki kesamaan dalam hal
tertentu.
Misalnya : Dalam Fakultas Ekonomi terbagi dua jurusan yaitu akuntansi dan
manajemen. Akuntansi dan manajemen memiliki perbedaan dalam masing-
masing profesi dan bidang pekerjaannya. Lulusan akuntansi profesinya
adalah auditor specialist, akuntan publik, akuntan pendidik, akuntan
pemerintah & pajak, akuntan manajemen (perusahaan), analyst dan lainnya
sedangkan lulusan manajemen profesinya adalah manajer, wirausahawan,
eksekutif perusahaan, CEO, pialang pasar modal, kepala divisi, eksportir dan
lainnya. Dalam bidang pekerjaan, seorang lulusan akuntansi dapat
mengambil posisi lulusan manajemen contohnya dapat menjadi manajer
sedangkan lulusan manajemen tidak dapat atau kemungkinan kecil dapat
mengambil posisi atau pekerjaan lulusan akuntansi contohnya tidak dapat
menjadi seorang akuntan. Namun demikian, keduanya tetap memiliki
kesamaan yaitu masih dalam bidang ekonomi.
 Generalisasi
Paragraf ini dimulai dengan memaparkan suatu hal yang khusus dan
kemudian disimpulkan pada bagian akhir paragaf.
Misalnya : Berdasarkan data keuangan tahun 2012, laba yang didapatkan
oleh perusahaan PT Makmur Jaya adalah sebesar 750 juta rupiah. Dimana
pada tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2011 perusahaan mampu
menghasilkan laba sebesar 525 juta rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan mengalami kenaikan dalam menghasilkan laba sebesar 225 juta
rupiah atau naik sebesar 30% dari tahun sebelumnya. Laporan menjadi
evaluasi perusahaan tentang kinerja perusahaan mereka. Pihak manajemen
pun dipuji atas keberhasilan menghasilkan laba bagi perusahaan yang
naiknya 30% dari tahun sebelumnya.
 Sebab –Akibat
Paragraf ini diawali dengan memaparkan hal – hal khusus yang berupa sebab
- sebab, kemudian disimpulkan pada bagian akhir yang merupakan akibat
dari sebab tersebut.
Misalnya : Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat mengakibatkan
dampak yang besar bagi perekonomian negara-negara termasuk Indonesia.
Seperti yang telah diketahui bahwa Amerika Serikat dan China merupakan
negara adidaya yang akan mempengaruhi perekonomian negara. Pada situasi
krisis ekonomi yang melanda Amerika seperti saat ini,mereka akan
mempercepat pengembalian piutang mereka untuk memperbaiki struktur
ekonominya.Sebagai negara yang melakukan pinjaman kepada
Amerika,tentu Indonesia juga harus segera melunasi hutangnya ditengah
kemelut perekonomian yang dialami bangsa Indonesia sendiri.Maka sangat
tepat dikatakan jika “Amerika bersin,semua negara akan terkena flu” yang
dapat diartikan jika Amerika mengalami masalah ekonomi,maka semua
negara akan ikut merasakan dampaknya.
 Akibat – Sebab
Paragraf Akibat Sebab adalah dimana sebab merupakan kalimat penjelas dan
akibat berada pada awal paragraf.
Misalnya : Semua harga barang pokok di pasar menjadi naik. Barang –
barang pokok seperti beras, minyak, bawang bahkan harganya mencapai dua
kali lipat dari harga awalnya. Tak hanya harga barang bahan pokok, tarif
angkutan umum pun ikut naik. Para sopir beralasan bahwa, setoran mereka
dan harga spare part juga ikut naik. Kenaikan harga yang terjadi saat ini
sangat menyulitkan para masyarakat yang berpenghasilan pas – pasan.
Permasalahan – permasalahan yang terjadi ini, diawali dari kebijakan
pemerintah yang menaikan harga bahan bakar minyak.
Lampiran :
PENGANTAR MANAJEMEN BISNIS
INTRODUCTION TO BUSINESS MANAGEMENT
Copyright @ 2009 Telkom Polytechnic. All rights reserved
Penulis / Author :
SAMPURNO WIBOWO, S.E., M.Si

Anda mungkin juga menyukai