Anda di halaman 1dari 4

Nama :Erlina Diana Putri

NIM :020100120

Kelas :Manajemen Pagi

KUIS MANAJEMEN BIAYA

1. Hitung break even point (BEP) dalam unit dan rupiah pada PT. Anton jika: harga jual
per unit Rp 1.250; fixed cost Rp 20.000.000; contribution margin (CM) 40 % dari
penjualan.

Diketahui : harga jual per unit Rp. 1.250

Biaya Tetap Rp 20.000.000

CM 40 % dari penjualan

Ditanya

a) BEP unit
b) BEP rupiah

Jawab :

Breakeven Sales (Rp) = Fixed Cost : Contribution Margin Ratio


Breakeven Sales (Rp) = Rp20.000.000 : 40%

Breakeven Sales = Rp50.000.000,-

Jadi perusahaan Anton harus mencapai penjualan sebesar Rp50.000.000 untuk


mencapai BEP.

Required Sales (Unit) = (Targeted Profit + Fixed Cost) : Contribution Margin Per
Unit
Berikut perhitungannya:

Diketahui:
Target Income = Rp50.000.000,-
Fixed costs = Rp20.000.000,-
CM per unit = Rp1.250,-

Maka unit sales untuk mencapai target profit tersebut adalah :

Required Sales (Units) = (Rp50.000.000- + Rp20.000.000,-) : Rp1.250,-


Required Sales (Units) = 56.000 unit
Berdasarkan analisis CVP, dibutuhkan penjualan produk sebanyak 56.000
unit untuk mencapai target profit Rp50.000.000,-.

2. Apa yang dimaksud dengan Just in Time (JIT), jelaskan dan beri contohnya.
Pengertian Sistem Produksi Just In Time (JIT) – Just In Time atau sering disingkat
dengan JIT adalah suatu sistem produksi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan tepat pada waktunya sesuai dengan jumlah yang dikehendakinya.Tujuan
sistem produksi Just In Time (JIT) adalah untuk menghindari terjadinya kelebihan
kuantitas/jumlah dalam produksi (overproduction), persediaan yang berlebihan (excess
Inventory) dan juga pemborosan dalam waktu penungguan (waiting).
Contoh just in time bisa dilihat dari perusahaan otomotif ternama, Toyota. Pada 1938,
Toyota ingin melakukan efisiensi komponen biaya produksi agar ongkos produksi
semakin minim. Sehingga, Toyota bisa menghemat bahan baku serta meningkatkan
keuntungan.
Caranya dengan hanya memproduksi mobil ketika ada order saja melalui dealer mereka.
Hal ini bisa membuat komponen biaya produksi seperti bahan baku dan ongkos produksi
semakin efisien secara bersamaan.

3. Apakah perbedaan biaya kegagalan dengan biaya akibat kualitas buruk? Jelaskan.
Biaya kegagalan adalah biaya yang terjadi jika produk dan jasa tidak sesuai
dengan spesifikasi atau kebutuhan pelanggan dan hal ini diketahui sebelum produk
dikirimkan kepada pihak di luar perusahaan. Biaya ini tidak akan muncul jika tidak
ada kerusakan/cacat pada produk. Contoh: bahan sisa, pengerjaan ulang, inspeksi
ulang, pengujian ulang, dan perubahan desain

Cost of Poor Quality (COPQ) adalah Biaya yang timbul akibat Kualitas Buruk
atau kegagalan produk yang tidak memenuhi standar pelanggan (Customer).

Biaya yang terjadi jika barang dan jasa gagal/tidak sesuai dengan spesifikasi atau
memuaskan pelanggan setelah produk dan jasa tersebut sampai di tangan pelanggan.
Contoh: biaya penarikan produk, kerugian penjualan, return, garansi, ketidakpuasan
pelanggan, hilangnya pangsa pasar, dll.

Biaya-biaya yang timbul akibat buruknya Kualitas bukan hanya 3 Kategori utama
yang disebutkan diatas, tetapi terdapat juga kerugian-kerugian ataupun biaya-biaya
tersembunyi lainnya (Hidden cost) seperti Kerugian akibat kehilangan Proyek / Bisnis,
Biaya Manajemen, Kehilangan kepercayaan pelanggan, biaya kehilangan asset dan
lain sebagainya.

4. Jelaskan perbedaan anggaran statis dan anggaran fleksibel

Anggaran Statis (static budget) adalah anggaran yang dibuat berdasarkan tingkat
aktivitas yang sudah ditentukan, karena anggaran statis tergantung pada satu tingkat
aktivitas tertentu (one level of activity) selama jangka waktu tertentu.
Sedangkan Anggaran fleksibel (flexible budget) adalah anggaran yang bersifat dinamis,
di mana di dalamnya memuat anggaran dari beberapa aktivitas yang diharapkan terjadi
dan yang dapat ditetapkan untuk semua tingkat aktivitas.
Berikut Perbedaan antara anggaran statis dan anggaran fleksibel:

Anda mungkin juga menyukai