Anda di halaman 1dari 3

Bentuk Hukum Usaha Wroeng Special Sambal

Sebagaimana informasi yang telah kami dapatkan saat wawancara, bentuk usaha dari Waroeng
Special Sambal ini adalah Franchising. Waroeng Spesial Sambal “SS” yang digagas oleh Yoyok Heri
Wahyono merupakan usaha dengan segmentasi makanan yang berdiri pada pertengahan tahun 2002
dengan menitikberatkan pada keistimewaan varian dan rasa sambal, ragam menu, dan pemprosesan
pesanan yang disebut made to order dan cara penyajian pesanan. Seiring berjalannya waktu, usaha
Waroeng Spesial Sambal “SS” mendapatkan sambutan yang cukup besar dari masyarakat, khususnya
pecinta kuliner. Sambutan yang cukup besar tersebut tidak hanya bertolak pada masyarakat pecinta
kuliner saja, tetapi juga masyarakat yang ingin menjadi mitra usaha. Keinginan dari masyarakat yang
ingin menjadi mitra usaha tersebut tentu dilatarbelakangi dari kesuksesan usaha Waroeng Spesial
Sambal “SS” yang kian pesat.

Hal tersebut dibuktikan dengan pertambahan jumlah outlet dan persebarannya dari waktu ke waktu.
3 (tiga) tahun setelah berdiri, Waroeng Spesial Sambal “SS” telah memiliki 10 (sepuluh) gerai baru di
beberapa kota di Indonesia. Pada tahap awal pihak Waroeng Spesial Sambal “SS” melakukan
franchising¸ terdapat 4 kota dari mitra usaha yang menawarkan diri yaitu Jogja, Depok, Jakarta, dan
Riau. Sebenarnya dapat dikatakan saat awal dilakukannya franchising tersebut pihak Waroeng Spesial
Sambal “SS” belum memiliki pengetahuan yang cukup. Adanya keinginan untuk melakukan franchising
ini dikarenakan melihat keberhasilan pebisnis kuliner lain yang melakukan ekspansi usaha serupa.
Namun, dari beberapa ekspansi usaha yang dilakukan oleh pebisnis lain, Pihak Waroeng Spesial
Sambal “SS” menyadari terdapat masalah utama yang menjadi penghalang. Hampir mayoritas pebisnis
kuliner yang melakukan ekspansi usaha dengan metode franchise bermasalah dengan sulitnya
mempertahankan keseragaman atau keaslian dari rasa makanan yang dibuatnya antara satu kota
dengan kota yang lain. Terlebih apabila outlet tersebut terdapat di berbagai kota bahkan berbagai
pulau yang jelas masyarakatnya memiliki cita rasa masakan yang sedikit berbeda.

Hal tersebut kemudian melatarbelakangi pengusaha waralaba untuk sedikit mengubah cita rasa
kuliner dengan tujuan income profit. Di samping itu, apabila dalam satu kota terdapat pengusaha
waralaba kuliner yang dikatakan cukup berhasil, maka kemudian akan menarik minat para calon mitra
usaha yang lain di kota yang sama untuk meniru jejaknya. Dengan kata lain, akan terdapat permintaan
dari mitra usaha tersebut untuk melakukan penawaran franchise yang akan berdampak pada lahirnya
outlet yang sama dalam satu kota. Dari berbagai pengalaman metode franchising yang dilakukan oleh
pebisnis kuliner yang lain, pihak Waroeng Spesial Sambal “SS” melihat beberapa masalah yang
berpotensi muncul apabila terdapat lebih dari satu outlet dengan segmentasi kuliner yang sama dalam
satu kota. Berbekal sedikit pengalaman dari pebisnis kuliner lain yang telah memiliki asam garam yang
cukup dalam ekspansi usaha dengan metode franchising, pihak Waroeng Spesial Sambal “SS”
kemudian ingin melakukan tindakan preventif dari berbagai persoalan tersebut agar tidak berimbas
padanya. Pihak Waroeng Spesial Sambal “SS” merasa yakin dengan keberadaannya dalam dunia bisnis
kuliner Indonesia dengan mengusung cita rasa pedas yang telah menjadi ciri khas masakan Indonesia
pada umumnya.

Oleh karena itu, merasa sebagai pemilik brand dan pemegang kekuasaan tertinggi atas usaha yang
dilakukannya, pihak Waroeng Spesial Sambal “SS” yakin bahwa cita rasa kulinernya akan diterima oleh
semua corak masyarakat Indonesia. Sehingga kemudian pihak Waroeng Spesial Sambal “SS” merasa
perlu untuk mentapkan klausula-klausula yang harus dipenuhi oleh pihak- pihak yang akan menjadi
mitra usahanya dari berbagai macam kota tanpa terkecuali dan tanpa perbedaan. Hal tersebut
dilakukan agar segala kemungkinan-kemungkinan buruk seperti yang dialami oleh pebisnis kuliner lain
tidak berimbas juga kepada Waroeng Spesial Sambal “SS”.
Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha
terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang
dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan
oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.
Pemberi Waralaba adalah orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan
hakuntuk memanfaatkan dan/atau menggunakan Waralaba yang dimilikinya kepada
Penerima Waralaba.
Penerima Waralaba adalah orang perseorangan atau badan usaha yang diberikan
hak oleh Pemberi Waralaba untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan Waralaba
yang dimiliki Pemberi Waralaba
Dari definisi di atas, dapat kita lihat bahwa di dalam bisnis dengan format waralaba:
a. Pihak yang terlibat dalam perjanjian:

 Franchisor / Pemberi waralaba : pihak yang memiliki merk dagang dan pola
operasional bisnis yang memberikan hak untuk memanfaatkan miliknya kepada
pihak penerima waralaba.
 Franchisee / Penerima waralaba : pihak yang diberi hak
memanfaatkan “property rights” milik franchisor

b. Pola hubungan kontraktual:

Hubungan para pihak didasarkan pada perjanjian, di mana Franchisee berhak menjalankan
usaha dengan nama dagang / merk milik Franchisor yang sudah dikenal. Dalam perjanjian
diatur hal-hal serta tindakan apa saja yang menjadi kewajiban masing-masing, serta perihal
hak-hak yang diperoleh masing-masing pihak termasuk hak-hak yang bersifat finansial. Secara
garis besar, hak dan kewajiban para pihak di dalam perjanjian waralaba antara lain:

 Franchisor berhak atas pembayaran “fee” dan royalti, Franchisee memperoleh


keuntungan ekonomi dari hasil penjualan produknya
 Pihak Franchisor berkewajiban menunjang pengembangan usaha yang dirintis
oleh franchisee, dengan mendukung supply bahan baku, memberikan pelatihan untuk
pengembangan karyawan. Franchiseeberkewajiban mengikuti standard operational
procedure yang telah ditetapkan oleh Franchisor, mematuhi setiap klausul dalam
perjanjian waralaba.

Dalam Peraturan Pemerintah tentang Waralaba, dinyatakan bahwa waralaba terkait dengan
bisnis yang memiliki ciri khas usaha. Ciri khas yang dimaksud adalah:
 Bidang usaha yang dapat diwaralabakan adalah bidang usaha yang unik, serta
telah terbukti berhasil.
 Adanya transfer of know how dan ekspertis managerial.
 Adanya pembayaran initial fee pada awal terjadinya perjanjian, dan pembayaran
royalti secara periodik,
 Adanya transfer / pengalihan metode kerja yang mengakibatkan suatu bisnis tidak
perlu dimulai dari nol.

Anda mungkin juga menyukai