Anda di halaman 1dari 27

Analisis Hubungan Biaya dan

Volume Penjualan Dengan Laba


Oleh kelompok 1
Our Team
1 Tiara Debby Silviana - 21080574027 6 Danilla Faradesy - 21080574108

2 Adam Jordan Fauzan - 21080574092 7 Raul Raka Litmanen - 21080574111

3 Anggita Eryka Putri - 21080574093 8 Sarasa Kencana Setyanto - 21080574160

4 Prima William Adi Putra - 21080574095

5 Kasyaful Asror - 21080574106


01
Perilaku
Biaya
Dasar-dasar Perilaku Biaya
Pengertian
Perilaku Biaya
Perilaku biaya adalah suatu hubungan antara total
dengan perubahan volume aktivitas pada suatu
perusahaan. Umumnya, perilaku ini mempunyai 3
jenis perubahan volume kegiatan biaya, seperti biaya
tetap, biaya semi-variabel, dan juga biaya variabel.
Jenis-jenis Perilaku Biaya
01 02
Perilaku Biaya Tetap Perilaku Biaya Variabel
(Fixed Cost) (Variable Costing)

03
Biaya Semi Variabel
Perilaku Biaya Tetap
Biaya tetap adalah suatu biaya yang mempunyai jumlah total secara tetap meskipun
terdapat perubahan volume dari suatu kegiatan tertentu.biaya tetap dibagi lagi menjadi
dua jenis, yakni:

a. Committed Fixed Costs


Committed fixed cost adalah sebagian besar biaya tetap yang terjadi dari kepemilikan perusahaan,
organisasi pokok, dan juga peralatan di dalamnya.

b. Discretionary Fixed Costs


Discretionary fixed costs atau yang biasa disebut dengan managed atau programmed cost adalah
biaya yang terjadi dari keputusan penyediaan anggaran secara berkala atau biasanya dilakukan
secara tahunan.
Contoh soal dan Rumus Biaya Tetap
PT Sanjaya Abadi menghabiskan biaya produksi sebesar Rp 500 juta, per Juni
2021. Kuantitas produksi sebesar 25 ribu barang dan biaya variabel Rp 15 ribu
per produk. Berapa perhitungan biaya tetap?
Jawab :
FC = TC - (UVC x Quantity)
FC = Rp500.000.000 - (25.000 X Rp15.000)
FC = Rp500.000.000 - Rp375.000.000
FC = Rp125.000.000
Jadi, biaya tetap PT Sanjaya Abadi di bulan Juni 2021 sebesar Rp. 125 juta.

Fixed Cost (FC) = Total Cost (TC) - (Unit


Variable Cost (UVC) X Quantity)
Perilaku Biaya Variabel
Variabel costing atau biaya variabel adalah suatu biaya yang seluruh total nilainya bisa
berubah, tapi sebanding dengan adanya perubahan volume kegiatan perusahaan, seperti
biaya bahan baku. Sehingga akan terbagi lagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Engineered Variable Costs


Engineered cost variable adalah suatu biaya yang berkaitan dengan adanya hubungan fisik
tertentu atas suatu penilaian kegiatan.

b. Discretionary Variable Costs


Discretionary variable cost ini tergantung dari keputusan pihak manajemen perusahaan, sehingga
kebijakan antara pemasukan dan pengeluarannya mempunyai hubungan yang sangat erat.
Contoh soal dan Rumus Biaya Variabel

Per April 2021, Indi mengeluarkan biaya produksi sebesar Rp50 juta. Tagihan lebih
dari fixed cost sebesar Rp5 juta. Di bulan tersebut, Indi memproduksi 2.500 unit
barang. Berapa biaya variabelnya?
Jawab :
VC =
=
=
= 18.000
Jadi, biaya variabel yang dikeluarkan di bulan April sebesar Rp 18 ribu per unit
produk.
Perilaku Biaya Semi Variabel
Biaya semi variabel merupakan suatu biaya yang memiliki unsur tetap dan juga variabel,
yang mana dalam biaya semi variabel ini terdapat biaya tetap yang tergolong sebagai
jumlah biaya minimal untuk penyediaan jasa. Selain itu, biaya variabel juga akan
memengaruhi perubahan volume kegiatan. Contonya adalah biaya listrik, biaya air dan
biaya telepon.

Contoh soal dan Rumus Semi Variabel


Departemen produksi perusahaan mengeluarkan biaya tetap sebesar 1,5 juta per
bulan saat beroperasi dengan kapasitas minimalnya. Karena pesanan besar yang
mendesak, itu harus bekerja selama 90 jam tambahan dalam sebulan. Perusahaan
menyediakan data mengenai biaya variabel yang terdiri dari tagihan listrik, tagihan
telepon, biaya bahan baku, dan gaji menjadi 12.000 per jam. Perusahaan ingin
menghitung total biaya semi variabelnya.
Contoh soal dan Rumus Semi Variabel
Dimana:
F = biaya tetap
V = biaya variabel per unit
X = total produksi dalam unit
Jawab:
T = F + VX
T = 1.500.000 + (12000 * 90)
T = 1.500.000 + 1.080.000
T = 2.580.000
Jadi, total biaya semi variabelnya adalah sebesar Rp 2.580.000

Biaya Semi Variabel = F + VX


Sifat-sifat Pola Perilaku Biaya
01 02
Memilih biaya dan Memilih sifat variabel
menyelidiki pola bebas
perilakunya

03
Memilih kegiatan yang relevan
02
Menghitung
Titik Impas
Menghitung Titik Impas (BEP)
Pengertian
BEP
Break Event Point (BEP) atau yang biasa disebut titik
impas merupakan kondisi ketika pendapatan sebuah
perusahaan sama dengan modal yang keluarkan.
Elemen Pembentuk BEP

Biaya Tetap Biaya Tidak Tetap


Fixed Cost Variable Cost

Harga Jual Pendapatan


Price Revenue
Pendekatan Titik Impas
1. Persamaan Matematis
Total pengh. = Total biaya
Total pengh. = Total by tetap + Total by variable
Total pengh. = Total FC + VC/unit x vol.penjualan
sehingga persamaannya adalah:
pX  =  a  +  Bx
Dimana:
p : Harga jual per unit
x : Volume penjualan
a : Total biaya tetap
b : Biaya variabel per unit
Pendekatan Titik Impas
2. Pendekatan Contribution Margin (CM) :
Titik impas =

3. Contribution Margin Ratio


CM Rasio  =   100 %

Titik Impas  =

4. Pendekatan Grafik
Hubungan biaya – volume – laba dapat dianalisis dengan grafik dua sumbu. Sumbu vertikal
menunjukkan variabel dependen (RP/uang), dan sumbu horisontal menunjukkan variabel
independen (unit/produk).
Manfaat BEP
1. Perusahaan akan tahu berapa kira-kira harga jual minimal suatu barang agar tidak
mengalami kerugian.

2. Mengetahui prediksi berapa banyak barang yang hendak diproduksi agar tidak
melebihi kuantitas sehingga total keuntungan bisa menutup biaya pengeluaran.

3. Perusahaan bisa memberikan nilai investasi yang tepat sehingga bisa mengimbangi
biaya awal untuk produksi.

4. Perusahaan bisa menganalisis nilai jual saham yang tepat serta melakukan
perencanaan anggaran dan proyeksi keuangan.
Cara Menghitung
BEP
Ada beberapa rumus yang digunakan untuk menghitung break even
point, yaitu:

BEP per unit = (biaya tetap) : (harga per unit – biaya variable per unit)

BEP nilai penjualan = biaya tetap : (1- (biaya variable : harga))


Contoh soal menghitung BEP

Sebuah perusahaan memiliki biaya tetap Rp125 juta, dengan biaya variabel per
unitnya Rp50 ribu dan harga jual per unit Rp75 ribu. Maka, berapa unit barang yang
harus dihasilkan dan jumlah penjualan yang didapat untuk mendapatkan titik impas?
BEP per unit = Rp125.000.000 : (Rp75.000 – Rp50.000)
= Rp125.000.000 : Rp25.000
= 5.000

Kemudian untuk BEP nilai penjualan, penghitungannya adalah


BEP nilai penjualan = Rp125.000.000 : (1-Rp50.000 : Rp75.000)
= Rp125.000.000 : 0,33
= Rp375.000.000
Jadi, jika perusahaan tersebut dapat menyentuh titik impas dengan harus
memproduksi 5.000 unit dan menghasilkan penjualan sebesar Rp375.000.000.
03
Margin of
Safety
Margin Of Safety (MOS)
Pengertian
Margin of Safety
Margin of safety adalah selisih dari nilai intrinsik
suatu aset dan harga pasar aset yang
mempertimbangkan dua faktor dalam pembelian suatu
aset, yakni nilai intrinsik aset dan harga jual.
Cara meningkatkan Margin Of Safety
1. Meningkatkan kontribusi perunit
Tidak hanya dengan menambah kontribusi per unit dengan cara menaikkan harga jual. Namun,
perlu diperhatikan juga biaya produksi per unit produk harus dikurangi agar keuntungan yang
didapat bisa lebih besar.

2. Menurunkan nilai break-even atau titik impas


menurunkan nilai titik impas, maka margin of safety perusahaan bisa ditingkatkan sehingga tetap
memberikan keuntungan.

3. Meningkatkan volume penjualan


Saat perusahaan mampu menjual lebih banyak produk, tentunya perusahaan bisa terhindar dari
kerugian.
Cara menghitung Margin Of Safety
Margin of Safety dihitung dengan selisih antara nilai intrinsik dengan harga pembelian. Sebagai
contoh, kita telah menghitung nilai intrinsik saham A sebesar Rp 1.456 per lembar. Namun, harga
tersebut dirasa masih di atas level risiko yang bisa kita tanggung.
Untuk menghindari kerugian yang tidak bisa ditolerir, kita menentukan margin of safety sebesar
30%.
Harga pembelian = nilai intrinsik x (1 - margin of safety)
= Rp 1.456 x (1 - 30%)
= Rp 1.019,2

Berdasarkan rumus margin of safety, kita bisa membeli saham tersebut ketika harga saham
tersebut berada di level beli kita, atau seharga Rp 1.019 per lembar. Artinya, jika saham
perusahaan A dijual di bawah nilai Rp 1.019, itu adalah kesempatan bagus untuk kita membeli
saham perusahaan A karena harganya sedang murah
04
Degree of
Operating Leverage
Degree of Operating Leverage (DOL)
Pengertian
Degree of Operating
Leverage
Derajat leverage operasi (DOL) adalah suatu indikator
yang mengukur seberapa besar pendapatan operasional
perusahaan akan berubah sebagai respons terhadap
perubahan penjualan.
Cara menghitung Degree of Operating Leverage
1. Margin kontribusi
Pendapatan = 10.000 x 4.000
= Rp 40.000

Kontribusi Laba (%) = Rp 20.000/ Rp 40.000


= 50% Kontribusi

2. Margin laba operasi


Laba Operasi = Laba kontribusi Rp 20.000 - biaya tetap Rp 5.000
= Rp 15.000

Laba Operasi (%) = Laba operasi Rp 15.000 / Pendapatan Rp 40.000= 37,5% laba operasi
DOL = (Margin kontribusi) / (Margin laba operasi)
DOL = 50% / 37,5%
DOL = 1,3x

Anda mungkin juga menyukai