Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis impas memberikan informasi tingkat penjualan minimum yang harus dicapai suatu usaha agar
tidak mengalami kerugian.Dari analisis tersebut juga dapat diketahui sampai seberapa jauh volume
penjualan yang direncanakan boleh turun,agar perusahaan tidak menderita kerugian.

Konsep analisis biaya-volume-laba merupakan alat yang berguna untuk perencanaan dan pengambilan
keputusan,karena analisis biaya-volume-laba menekankan pada keterkaitan antara biaya,jumlah yang
dijual dan harga.Analisis ini menggabungkan semua informasi keuangan perusahaan.Analisis biaya-
volume-laba dapat menjadi alat yang berharga untuk mengidentifikasi besarnya masalah ekonomi yang
dihadapi perusahaan dan menunjukkan secara tepat bagaimana solusinya.

Analisis CVP dapat juga mengatasi banyak isu lainnya seperti jumlah unit yang harus dujual untuk
mencapai impas dampak penggurangan biaya tetap terhadap laba.Selain itu, analisis CVP
memungkingkan para manajer untuk melakukan analisis sensitivitas dengan menguji dampak dari
berbagai tingkat harga atau biaya terhadap laba. Maka pada bagian pembahasan akan dibahas
bagaimana hubungan analisi CVP, Titik Impas dalam unit, maupun dolar ,Analisis Multiproduk dan
penyajian grafis hubungan CVP agar manajer dapat dengan bijak mengambil keputusan yang pasti dan
tidak mengandung resiko yang dapat merugikan perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian dan hubungan analisis CVP ( Cost-


Volume-Profit) ?
2. Bagaimana cara menghitung titik impas dalam unit dan
dolar penjualan ?

3. Bagaimana cara menghitung titik impas dalam analisis


multi produk ?

4. Bagaimana cara menggambarkan grafik hubungan CVP ?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui hubungan analisis CVP (Cost-


Volume-Profit).

2. Untuk Mengetahui cara menghitung titik impas dalam


unit dan dolar penjualan.

3. Untuk Mengetahui cara menghitung titik impas dalam


analisis multi produk.

4. Untuk mengetahui cara membaca dan membuat grafik


hubungan CVP.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hubungan Analisis Biaya-Volume-Laba (CVP)

Jumlah produk yang dihasilkan perusahaan didalam suatu periode tertentu akan memiliki hubungan
langsung dengan besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan. Dan besarnya biaya yang dikelurkan
perusahaan tersebut pada saat dipertemukan dengan nilai penjualan dari produk yang dihasilkan
perusahaan pada suatu periode akan berpengaruh secara langsung terhadap besarnya laba yang
diperoleh perusahaan. Analisis untuk melihat hubungan diantara ketiga variabel tersebut itulah yang
disebut dengan analisis biaya-volume-laba.

Analisis Biaya-Volume-Laba adalah suatu metode analisis untuk melihat hubungan antara besarnya biaya
yang dikeluarkan suatu perusahaan dan besarnya volume penjualan serta laba yang diperoleh pada
suatu periode tertentu.Analisis biaya-voleme-laba sangat membantu manajer suatu perusahaan untuk
membuat kepeutsan yang berkaitan dengan fungsinya.Analisis ini membantu manajer untuk melihat
hubungan antara 5 elemen berikut ini :

1. Harga Produk yaitu harga yang ditetapkan di dalam suatu periode tertentu secara konstan.

2. Volume atau tingkat aktivitas yaitu besarnya produk yang dihasilkan dan direncanakan akan
dijual di dalam suatu periode tertentu.

3. Biaya Variabel per unit yaitu besarnya biaya produk yang dibebankan secara langsung pada
setiap unit barang yang diproduksi.

4. Total biaya tetap yaitu keseluruhan biaya periodik di dalam suatu periode tertentu.

5. Bauran volume produk yang dijual yaitu proporsi volume relatif produk – produk
perusahaan yang akan dijual.

Untuk melihat hubungan diantara kelima elemen tersebut terdapat beberapa asumsi yang harus
digunakan didalam hubungan diantara besarnya biaya dan volume serta laba yang akan diperoleh, yaitu :
1. Harga jual produk yang konstan dalam cakupan yang relevan.Berarti harga jual setiap
unit produk tidak berubah walaupun terjadi perubahan volume penjualan .

2. Biaya bersifat linear dalam rentang cakupan yang relevan dan dapat dibagi secara akurat
ke dalam elemen biaya tetap dan biaya variabel. Jumlah biaya variabel per unit konstan dan jumlah biaya
tetap total juga harus konstan.

3. Dalam perusahaan mulitiproduk, bauran penjualannya tidak berubah.

4. Jumlah unit yang diproduksi sama dengan jumlah unit yang dijual. Berarti, jumlah
persediaan tidak berubah.

Dengan pengertian dan asumsi seperti diatas maka jika salah satu elemen saja berubah maka hasil
analisi-biaya-volume pasti akan menghasilkan kesimpulan yang berbada dan dapat menghasilkan
keputusan yang berbeda juga. Tetapi tujuan utama dari analisis ini adalah hubungan diantara elemen-
elemen tersebut bdan pengaruhnya satu dengan yang lainnya.

2.2 Titik Impas dalam Unit

Titik Impas (break-event point) adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik
dimana laba sama dengan nol. Untutk menentukan titik impas dalam unit, maka perlu memfokuskan
pada laba operasi. Pertama menentukan titik impas dan kemudian melihat bagaimana pendekatan yang
telah digunakan itu dapat dikembangkan untuk menentukan jumlah unit yang harus dijual guna
menghasilkan laba yang ditargetkan. `

Keputusan awal perusahaan dalam mengimplementasikan pendekatan unit yang terjual pada analisis
CVP adalah menentukan apa yang dimaksud dengan sebuah unit. Bagi perusahaan manufaktur contoh
seperti Procter & Gamble dapat mendefenisikan sebuah unit sebagai satu batang sabun mandi merk
Ivory. Di pihak lain, perusahaan jasa menghadapi pilihan yang lebih sulit seperti Delta Airlines dapat
mendefenisikan sebuah unit sebagai mil penumpang atau sebagai satu kali perjalanan.

Keputusan kedua terpusat pada pemisahan biaya menjadi komponen tetap dan variabel. Analisis CVP
menfokuskan pada berbagai faktor yang mempengaruhi perubahan dalam komponen laba. Karena kita
membahas analisis CVP dalam kerangka unit yang terjual, maka kita perlu menentukan komponen tetap
dan variabel dari biaya serta pendapatan yang berkaitan dengan unit-unit.. Penting untuk disadari bahwa
kita sekarang ini memfokuskan pada perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, biaya-biaya yang
sedang kita bicarakan adalah merupakan seluruh biaya dari perusahaan manufaktur, pemasaran dan
administratif. Jadi, apabila kita menyebut biaya variabel, maka yang kita maksudkan adalah semua biaya
yang meningkat akibat lebih banyak unit yang terjual, termasuk bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung, overhead variabel, dan biaya penjualan dan administratif variabel. Demikian juga, biaya tetap
mencakup overhead tetap dan beban penjualan dan administratif tetap.

A. Penggunaan Laba Operasi dalam Analisis CVP

Laporan laba rugi merupakan suatu alat yang berguna untuk mengorganisasikan biaya-biaya perusahaan
ke dalam kategori tetap dan variabel. Laporan laba rugi dapat dinyatakan sebagai berikut:

Laba operasi = Pendapatan penjualan – Beban variabel – Beban tetap

Laba Operasi (Operating income) hanya mencakup pendapatan dan beban dari operasional normal
perusahaan. Sedangkan istilah laba bersih (net income) dinyatakan hasil dari laba operasi dikurangi pajak
penghasilan.
Setelah memiliki ukuran unit yang terjual, maka dapat dikembangkanlah persamaan laba operasi dengan
menyatakan pendapatan penjulan dan beban variabel dalam jumlah unit dolar dan jumlah unit. Secara
lebih spesifik, pendapatan penjualan dinyatakan sebagai harga jual per unit dikali jumlah unit yang
terjual, dan total biaya variabel adalah biaya variabel per unit dikali jumlah unit yang terjual. Dengan
demikian, persamaan laba operasi menjadi:

Laba operasi = (Harga x jumlah unit terjual) – (Biaya variabel per unit x

Jumlah Unit yang terjual) – Total biaya tetap

Contoh berikut ini adalah mencari titik impas dalam unit. Contohnya adalah Thomas Company
memproduksi mesin pemotong rumput. Berikut ini adalah proyeksi laporan laba rugi perusahaan
Thomas Company

Penjualan (1000 unit@$400) $400.000

Dikurangi: Beban variabel 325.000

Margin kontribusi $ 75.000

Dikurangi: Beban tetap 45.000

Laba operasi $ 30.000

Hal ini menunjukan bahwasanya Thomas Company mempunyai harga adalah $400 per unit, dan biaya
variabel per unit adalah $325 ($325.000/1000 unit). Biaya tetap adalah $45.000. Maka pada titik impas,
persamaan laba operasi adalah sebagai berikut:

0 = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000

0 = ($75 x Unit) - $45.000

$75 x Unit = $45.000

Unit = 600

Dengan demikian, Thomas Company harus menjual 600 pemotong rumput untuk menutupi
semua beban tetap dan variabel. Suatu cara yang baik untuk memeriksa jawaban ini adalah dengan
memformulasikan suatu laporan laba rugi berdasarkan 600 unit yang terjual.

Penjualan (600 unit@ $400) $240.000

Dikurangi: beban variabel 195.000

Margin kontribusi $ 45.000


Dikurangi: Beban tetap 45.000

Laba operasi $ 0

Jelaslah, penjualan 600 unit menghasilkan laba nol.

Sebuah keunggulan penting dari pendekatan laba operasi adalah bahwa seluruh persamaan CVP
berikutnya diturunkan dari laporan laba rugi menurut perhitungan biaya variabel. Sehingga setiap
persoalan CVP dapat diselesaikan dengan menggunakan pendapatan ini.

B. Jalan Pintas Untuk Menghitung Unit Impas

Salah satu cara cepat yang digunakan untuk menghitung titik impas dalam unit yaitu dengan
menggunakan margin kontribusi .

Margin kontribusi (contribution margin) adalah pendapatan penjualan dikurangi total biaya variabel.
Pada impas, margin kontribusi sama dengan beban tetap. Apabila kita mengganti margin kontribusi per
unit untuk harga dikurangi biaya variabel per unit pada persamaan laba operasi dan memperoleh jumlah
unit, maka kita akan mendapatkan persamaan dasar impas sebagai berikut:

Jumlah unit = Biaya tetap/Margin kontribusi per unit

Dengan menggunakan contoh dari Thomas Company margin kontirbusi per unit dapat dihitung dengan
salah satu dari dua cara berikut. Cara pertama adalah dengan membagi total margin kontribusi dengan
unit yang terjual($75.000/1000) hasilnya $75 .Cara kedua penjualan dikurangi biaya variabel ($400 -
$325) hasilnya $75.Untuk menghitung jumlah unit impas Thomas Company, menggunakan persamaan
dasar impas sebagai berikut:

Jumlah unit = $45.000/($400-$325)

= $45.000/$75

= 600

Tentu saja, jawabannya sama persis dengan yang dihitung dengan menggunakan lapran laba rugi.

C. Penjualan dalam unit yang Diperlukan untuk Mencapai Target Laba

Meskipun titik impas merupakan informasi yang berguna, namun kebanyakan perusahaan ingin
memperoleh laba operasi lebih besar daripada nol. Analisis CVP menyediakan cara untuk menentukan
berapa unit yang harus dijual untuk menghasilkan target laba tertentu. Target laba operasi dapat
dinyatakan sebagai sebuah jumlah dolar (misalnya, $20.000) atau sebagai suatu persentase dari
pendapatan penjualan (contohnya, 15 persen dari pendapatan). Baik pendekatan laba operasi maupun
pendekatan margin kontribusi dapat dengan mudah disesuaikan untuk mencari target laba.

Target Laba sebagai sebuah Jumlah Dolar Anggaplah bahwa Thomas Company ingin memperoleh laba
operasi sebesar $60.000. Berapakah mesin pemotong rumput yang harus dijual untuk mencapai hasil
ini? Jika menggunakan laporan laba rugi maka hasilnya adalah sebagai berikut:

$60.000 = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000

$105.000 = $75 x Unit

Unit =1.400

Jika menggunakan persamaan dasar impas, maka perlu menambahkan target laba sebesar $60.000
pada biaya tetap dan langsung :

Unit = ($45.000 + $60.000)/($400 - $325)

Unit = $105.000/$75

Unit = 1.400

Artinya Thomas harus menjual 1400 mesin pemotong rumput untuk menghasilkan laba operasi sebesar
$60.000. Laporan laba rugi berikut membuktikan hasil ini:

Penjualan (1400 unit@$400) $560.000

Dikurangi: Bebabn Variabel 455.000

Margin kontribusi $105.000

Dikurangi: Beban tetap 45.000

Laba operasi $ 60.000

Cara lain untuk memeriksa jumlah unit ini adalah dengan menggunakan titik impas. Seperti yang baru
saja ditunjukkan, Whittier harus menjual 1.400 mesin pemotong rumput, atau 800 lebih banyak dari
volume impas 600 unit, untuk menghasilkan laba sebesar $60.000. Margin kontribusi per mesin
pemotong rumput adalah $75. Perkalian antara $75 dengan 800 unit mesin pemotong rumput diatas
impas akan menghasilkan laba sebesar $60.000 ($75 x 800). Hasil ini menunjukkan bahwa margin
kontribusi per unit untuk setiap unit diatas impas adalah sama persis dengan laba per unit. Karena titik
impas telah dihitung, maka jumlah mesin pemotong rumput yang akan dijual untuk menghasilkan laba
operasi $60.000 dapat dihitung dengan membagi margin kontribusi per unit ke dalam target laba dan
menambahkan hasilnya dengan volume impas.
Secara umum, dengan mengasumsikan biaya tetap tidak berubah, dampak terhadap laba perusahaan
yang dihasilkan dari perubahan jumlah unit yang terjual dapat dinilai dengan mengalikan margin
kontribusi per unit dengan perubahan unit yang terjual. Sebagai contoh, jika 1.500 mesin pemotong
rumput, bukan 1.400 yang terjual, maka berapa jumlah laba yang akan diperoleh? Perubahan dalam unit
yang terjual adalah suatu kenaikan sebanyak 100 mesin pemotong rumput, dan margin kontribusi per
unit adalah $75. Dengan demikian, laba akan meningkat sebesar $7.500 ($75 x 100).

Target Laba sebagai suatu Persentase dari Pendapatan Penjualan

Target Laba Setelah Pajak

Target Laba sebagai suatu Persentase dari Pendapatan Penjualan Anggaplah bahwa Thomas Company
ingin mengetahui jumlah mesin pemotong rumput yang harus dijual untuk menghasilkan laba yang sama
dengan 15 persen dari pendapatan penjualan. Pendapatan penjualan adalah harga dikalikan dengan
kuantitas. Dengan menggunakan laporan laba rugi (yang lebih sederhana dalam kasus ini),maka
diperoleh:

0,15 ($400) (Unit) = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000

$60 x Unit = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000

$60 x Unit = ($75 x Unit) - $45.000

$15 x Unit = $45.000

Unit = 3.000

Apakah volume sebanyak 3.000 mesin pemotong rumput menghasilakn laba yang sama dengan 15
persen dari pendapatan penjualan? Untuk 3000 mesin pemotong rumput, total pendapatan adalah $1,2
juta ($400 x 3.000). Disini laba dapat dihitung tanpa harus menyusun laporan laba rugi yang formal.
Ingat, bahwa diatas impas margin kontribusi per unit adalah laba per unit. Volume impas adalah 600
mesin pemotong rumput. Jika 3.000 mesin pemotong rumput terjual, maka ada 2.400 (3.000 – 600)
mesin pemotong rumput diatas titik impas yang telah terjual. Jadi, laba sebelum pajak adalah $180.000
($75 x 2400), yang merupakan 15 persen dari penjualan ($180.000/$1.200.000).

Target Laba Setelah Pajak Pada saat menghitung titik impas, pajak penghasilan tidak berperan. Ini
disebabkan karena pajak yang dibayar atas laba nol adalah nol. Namun, ketika perusahaan ingin
mengetahui berapa unit yang harus dijual untuk menghasilkan laba bersih tertentu, maka diperlukan
beberapa pertimbangan tambahan. Ingat kembali, bahwa laba bersih adalah laba operasi setelah pajak
penghasilan dan bahwa angka target laba dinyatakan dalam kerangka sebelum pajak. Dengan demikian,
ketika target laba dinyatakan sebagai laba bersih, harus menambahkan kembali pajak penghasilan untuk
memperoleh laba operasi.

Umumnya, pajak dihitung sebagai persentase dari laba. Laba setelah pajak dihitung dengan
mengurangkan pajak dari laba operasi (atau laba sebelum pajak).

Laba bersih = laba operasi – pajak penghasilan

= laba operasi – (tarif pajak x laba operasi)

= laba operasi (1 – tarif pajak)

Atau

Laba operasi = Laba bersih/(1- Tarif Pajak)

Jadi, untuk mengonversi laba setelah pajak menjadi laba sebelum pajak, cukup membagi laba setelah
pajak dengan (1- Tarif pajak).

Misalkan Thomas Company ingin memperoleh laba bersih sebesar $48750 dan tarif pajaknya
adalah 35 persen. Untuk mengonversi target laba setelah pajak menjadi target laba sebelum pajak,
selesaikanlah langkah-langkah berikut:

$48.750 = Laba operasi – (0,35 x Laba operasi)

$48.750 = 0,65 (Laba operasi)

$75.000 = Laba operasi

Dengan kata lain, jika tarif pajak adalah 35 persen, maka Thomas Company harus menghasilkan
$75.000 sebelum pajak penghasilan untuk memperoleh $48.750 setelah pajak penghasilan. Dengan
pengonversian ini, maka dapat dihitung jumlah unit yang harus dijual:

Unit = ($45.000 + $75.000)/$75

Unit = $120.000/$75

Unit = 1.600

Sekarang buktikan lah dengan laporan laba rugi berdasarkan penjualan sebanyak 1.600 mesin
pemotong rumput.

Penjualan (1.600 @$400) $640.000

Dikurangi: Beban Variabel 520.000

Margin kontribusi $120.000


Dikurangi: Beban tetap 45.000

Laba operasi $ 75.000

Dikurangi: Pajak penghasilan (tarif pajak 35%) 26.250

Laba bersih $ 48.750

2.3 Titik Impas dalam Dolar Penjualan

Dalam beberapa kasus ketika menggunakan analisis CVP, manajer mungkin lebih suka menggunakan
pendapatan penjualan sebagai ukuran aktivitas penjualan daripada unit yang terjual. Suatu ukuran unit
yang terjual dapat dikonversikan menjadi suatu ukuran pendapatan penjualan hanya dengan mengalikan
harga jual per unit dengan unit yang terjual. Sebagai contoh, titik impas Thomas Company dihitung pada
600 mesin pemotong rumput. Karena harga jual per unit mesin pemotong rumput adalah $400, maka
volume impas dalam pendapatan penjualan adalah $240.000 ($400 x 600).

Setiap jawaban yang dinyatakan dalam unit yang terjual dapat secara mudah dikonversi
menjadi satu jawaban yang dinyatakan dalam pendapatan penjualan, tetapi jawaban tersebut bisa
dihitung secara lebih langsung dengan mengembangkan rumus terpisah untuk kasus pendapatan
penjualan. Dalam kasus ini, variabel yang penting adalah dolar penjualan, sehingga pendapatan maupun
biaya variabel harus dinyatakan dalam dolar, bukan unit. Karena pendapatan penjualan selalu dinyatakan
dalam dolar, maka pengukuran variabel tidak menjadi masalah. Selanjutnya akan dibahas secara lebih
mendalam mengenai biaya variabel dan melihat bagaimana biaya tersebut dapat dinyatakan dalam
ukuran dolar penjualan.

Untuk menghitung titik impas dalam dolar penjualan, biaya variabel didefenisikan sebagi suatu
persentase dari penjualan bukan sebagai sebuah jumlah per unit yang terjual. Tampilan 1.1
mengilustrasikan pembagian pendapatan penjualan menjadi biaya variabel dan margin kontribusi. Dalam
tampilan tersebut, harga adalah $10 dan biaya variabel adalah $6. Tentu saja, sisanya adalah margin
kontribusi sebesar $4 ($10 - $6). Jika yang dijual adalah 10 unit, maka total biaya variabel adalah $60 ($6
x 10 unit). Atau, karena setiap unit yang dijual menghasilakan pendapatan sebesar $10 dan
membutuhkan biaya variabel $6, maka kita dapat mengatakan bahwa 60 persen dari setiap dolar
pendapatan yang dihasilkan diakibatkan oleh biaya variabel ($6/$10). Jadi, dengan memfokuskan pada
pendapatan penjualan, kita dapat memperkirakan total biaya variabel sebesar $60 untuk pendapatan
$100 (0,60 x $100).

Angka 60 persen ini adalah rasio biaya variabel (variabel cost ratio). Persentase ini merupakan
bagian dari setiap dolar penjualan yang harus digunakan untuk menutup biaya variabel. Rasio biaya
variabel dapat dihitung dengan menggunakan data total maupun data per unit. Tentu saja, persentase
dari dolar penjualan yang tersisa setelah biaya variabel tertutupi adalah merupakan rasio margin
kontribusi. Rasio margin kontribusi (contribution margin ratio) adalah bagian dari setiap dolar penjualan
yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba.

Tampilan 1.1

$10

Margin Kontribusi

Pendapatan

Biaya Variabel

0 10 Unit

Dalam tampilan 1.1, jika rasio biaya variabel adalah 60 persen dari penjualan, maka rasio margin
kontribusi haruslah sisanya 40 persen dari penjualan. Dari sini dapat dipahami bahwa pelengkap rasio
biaya variabel adalah rasio margin kontribusi. Bagian dolar penjualan yang tersisa setelah biaya variabel
tertutupi haruslah merupakan komponen margin kontribusi.

Sama seperti rasio biaya variabel yag dapat dihitung dengan menggunakkan angka total atau per unit,
rasio margin kontribusi, yang sebesar 40 persen dalam tampilan tersebut, juga dapat dihitung dengan
kedua cara tersebut. Yaitu, yang pertama dapat membagi total margin kontribusi dengan total
penjualan ($40/$100), atau yang kedua dapat menggunakkan margin kontribusi per unit dibagi dengan
harga ($4/$10). Tentu saja, jika rasio biaya variabelnya diketahui, rasio ini dapat dikurangkan dari 1 untuk
menghasilkan rasio margin kontribusi (1 – 0,60 = 0,40).

Bagaimana dengan biaya tetap? Karena margin kontribusi merupakan pendapatan yang tersisa setelah
biaya variabel tertutupi, maka margin kontribusi tersebut pastilah merupakan pendapatan penjualan
yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menumbang laba. Tampilan 1.2 menggunakkan data harga
dan biaya variabel yang sama dengan tampilan 1.1 untuk menunjukkan dampak biaya tetap terhadap
laba. Dalam hal ini terdapat tiga kemungkinan: biaya tetap bisa sama dengan margin kontribusi; biaya
tetap bisa lebih kecil dari margin kontribusi; atau biaya tetap bisa lebih besar dari margin kontribusi.
Panel A dari tampilan 1.2 memperlihatkan biaya tetap yang sama dengan margin kontribusi. Tentu saja
labanya sama dengan nol (perusahaan berada dalam keadaan impas). Panel B memperlihatkan biaya
tetap yang lebih kecil dari margin kontribusi. Dalam hal ini, perusahaan menghasilkan laba. Terakhir,
Panel C memperlihatkan biaya tetap yang lebih besar dari margin kontribusi. Di sini, perusahaan
mengalami rugi operasi.

Sekarang mari ke contoh berdasarkan Thomas Company untuk mengilustrasikan pendekatan pendapatan
penjualan. Disajikan kembali berikut ini adalah laporan laba rugi berdasarkan biaya variabel Thomas
untuk 1.000 mesin pemotong rumput

Dolar Persentase penjualan

Penjualan $400.000 100,00%

Dikurangi: Biaya variabel 325.000 81,25

Margin Kontribusi $ 75.000 18,75%

Dikurangi: Biaya tetap 45.000

Laba operasi $ 30.000


Perhatikan bahwa pendapatan penjualan, biaya variabel, dan margin kontribusi telah dinyatakan dalam
bentuk persentase dari penjualan. Rasio biaya variabel adalah 0,8125 ($325.000/$400.000); rasio margin
kontribusi adalah 0,1875 (dihitung dari 1 – 0,8125, atau $75.000/$400.000). Biaya tetap adalah $45.000.
Berdasarkan informasi dalam laporan laba rugi ini, berapakah pendapatan penjualan yang harus
dihasilkan Whittier untuk mencapai impas?

Laba operasi = Penjualan – Biaya variabel – Biaya tetap

0 = Penjualan – (Rasio biaya variabel x Penjualan) – Biaya tetap

0 = Penjualan (1 – Rasio biaya variabel) – Biaya tetap

0 = Penjualan (1 – 0,8125) - $45.000

Penjualan (0,1875)= $45.000

Penjualan = $240.000

Tampilan 1.2: Hubungan Antara Margin Kontribusi, Biaya tetap, dan Laba.

Panel A: Biaya Tetap = Margin Kontribusi

Biaya Tetap

Margin Kontribusi

Pendapatan Total
Panel B: Biaya Tetap < Margin Kontribusi

Biaya Tetap Laba

Margin Kontribusi

Pendapatan Total Biaya Variabel

Panel C: Biaya Tetap > Margin Kontribusi

Biaya Tetap Rugi

Margin

Kontribusi

Pendapatan Total

Biaya Variabel

Jadi, Thomas harus menghasilkan pendapatan sejumlah $240.000 untuk mencapai impas. Perhatikan
bahwa (1 – 0,8125) adalah rasio margin kontribusi. Sehingga dapat melewati beberapa langkah dengan
mengetahui bahwa Penjualan – (Rasio biaya variabel x Penjualan) adalah sama dengan Penjualan x Rasio
margin kontribusi.
Bagaimana dengan persamaan dasar impas yang digunakan untuk menentukan titik impas dalam unit?
Kita dapat juga menggunakkan pendekatan tersebut dalam kasus ini. Ingat kembali bahwa rumus titik
impas dalam unit adalah:

Unit impas = Biaya tetap/(Harga – Biaya variabel per unit)

Jika kita mengalikan kedua sisi persamaan dengan harga, maka sisi kiri akan sama dengan pendapatan
penjualan pada saat impas:

Unit impass x Harga = Harga x [Biaya tetap/(Harga – Biaya variabel per unit)]

Penjualan Impas = Biaya tetap x [Harga/(Harga – Biaya variabel per unit)]

Penjualan Impas = Biaya tetap x (Harga/Margin kontribusi)

Penjualan Impas = Biaya tetap/Rasio margin kontribusi

Sekali lagi, dengan menggunakkan data Whittier Company, dolar penjualan impas adalah
($45.000/0,1875), atau $24.000. Hasilnya sama dengan di atas, meskipun menggunakkan pendekatan
yang sedikit berbeda.

A. Target Laba dan Pendapatan Penjualan

Pertimbangkan pertanyaan berikut: Berapakah pendapatan penjualan yang harus dihasilkan Thomas
untuk memperoleh laba sebelum pajak sebesar $60.000? (pertanyaan ini mirip dengan yang ditanyakan
sebelumnya dalam hal unit, tetapi pertanyaannya sekarang adalah langsung dalam hal pendapatan
penjualan). Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tambahkanlah target laba operasi sebesar $60.000
kepada biaya tetap $45.000 dan membagi dengan rasio margin kontribusi:

Penjualan = $45.000 + $60.000)/0,1875

= $105.000/0,1875

= $560.000

Thomas harus menghasilkan pendapatan $560.000 untuk mencapai target laba sebesar $60.000.
Karena impas adalah $240.000) diatas impas harus dihasilkan. Perhatikan bahwa perkalian antara rasio
margin kontribusi dengan pendapatan di atas impas menghasilkan laba sebesar $60.000 (0,1875 x
$320.000). Diatas impas, rasio margin kontribusi merupakan rasio laba; karena itu, rasio tersebut
menggambarkan bagian dari setiap dolar penjualan yang dapat diperuntukkan bagi laba. Dalam contoh
ini, setiap dolar penjualan yang diterima di atas impas akan meningkatkan laba sebesar $0,1875.

Secara umum, dengan asumsi bahwa biaya tetap tidak berubah, rasio margin kontribusi dapat
digunakan untuk mengetahui dampak terhadap laba atas perubahan pendapatan penjualan. Untuk
memperoleh total perubahan dalam laba yang diakibatkan oleh perubahan pendapatan, kalikan rasio
margin kontribusi dengan perubahan dalam penjualan. Sebagai contoh, jika pendapatan penjualan
adalah $540.000, bukan $560.000, bagaimana pengaruhnya terhadap laba yang diharapkan? Penurunan
pendapatan penjualan sebesar $20.000 akan mengakibatkan penurunan laba sebesar $3750 (0,1875 x
$20.000).

B. Membandingkan Kedua Pendekatan

Untuk pengaturan produk tunggal, pengubahan titik impas dalam unit menjadi impas dalam pendapatan
penjualan hanya merupakan masalah pengalian harga jual per unit dengan unit yang terjual. Lalu,
mengapa kita menggunakkan rumus terpisah untuk pendekatan pendapatan penjualan? Ada dua alasan
untuk ini. Pertama, rumus pendapatan penjualan memungkinkan kita untuk secara langsung mencari
pendapatan jika hal tersebut yang dikehendaki. Kedua, pendekatan pendapatan penjualan jauh lebih
mudah untuk digunakan dalam pengaturan multiproduk, seperti yang akan dibahas dalam bagian
berikut.

2.4 Analisis Multiproduk


Analisis biaya-volume-laba cukup mudah diterapkan dalam pengaturan produk tunggal. Namun,
kebanyakan perusahaan memproduksi dan menjual sejumlah produk atau jasa. Meskipun kompleksitas
konseptual dari analisis CVP lebih tinggi dalam situasi multiproduk, namun pengoprasiannya tidak
berbeda jauh. Kita lihat bagaimana mengadaptasi rumus-rumus yang digunakan dalam pengaturan
produk tunggal kedalam pengaturan multiproduk dengan mengembangkan contoh Thomas Company.

Thomas Company telah memutuskan untuk menawarkan dua model mesin pemotong rumput: mesin
pemotong rumput manual dengan harga jual $400 dan mesin pemotong rumput otomatis dengan harga
jual $800. Departemen pemasaran yakin bahwa sebanyak 1.200 mesin pemotong rumput manual dan
800 mesin pemotong rumput otomatis dapat dijual selama tahun depan. Pengawas perusahaan telah
menyusun proyeksi laporan laba rugi berikut berdasarkan ramalan penjualan:

Mesin Mesin

Manual Otomatis Total

Penjualan $480.000 $640.000 $1.120.000

Dikurangi: Beban variabel 390.000 480.000 870.000

Margin kontiribusi $ 90.000 $160.000 $ 250.000

Dikurangi : beban tetap langsung 30.000 40.000 70.000

Margin produk $ 60.000 $120.000 $ 180.000

Dikurangi: beban tetap umum 26.250

Laba Operasi $ 153.750

Beban tetap langsung (direct fixed expenses) adalah biaya tetap yang dapat ditelusuri ke masing-masing
produk, dan akan hilang jika produk tersebut tidak ada. Beban tetap umum adalah biaya tetap yang tidak
dapat ditelusuri ke produk, dan akan tetap muncul meskipun salah satu produk telah dieliminasi.

Bauran Penjualan

Pendekatan dolar penjualan

Contoh akan dijelaskan saat presentasi


A. Titik Impas dalam Unit

Pemilik Thomas agak cemas terhadap penambahan lini produk baru dan ingin mengetahui berapa
banyak masing-masing model harus terjual untuk mencapai impas. Maka dengan menggunakan
persamaan yang telah kita kembangkan sebelumnya, dimana biaya tetap dibagi dengan margin
kontribusi. Namun persamaan ini menimbulkan beberapa masalah. Persamaan ini dikembangkan untuk
analisis produk tunggal. Untuk dua produk, terdapat dua margin konribusi per unit. Mesin pemotong
rumput manuala memiliki margin kontribusi per unit sebesar $75 ($400 - $325), dan mesin pemotong
rumput otomatis memiliki margin kontribusi sebesar $200 ($800 - $600)

Salah satu pemecahan yang mungkin adalah dengan dengan menerapkan analisis secara terpisah ke
masing-masing lini produk. Dengan cara itu, akan diperoleh titik impas individu jika laba didefenisikan
sebagai margin produk. Impas untuk mesin pemotong rumput manual adalah sebagai berikut:

Unit impas mesin

Pemotong rumput manual = Biaya tetap/(Harga – Biaya variabel per unit)

= $30.000/$75

= 400 unit

Impas untuk pemotong runput otomatis adalah:

Unit impas mesin

Pemotong rumput otomatis = Biaya tetap/(Harga – Biaya variabel per unit)

= $40.000/$200

= 200 unit

Jadi sebanyak 400 mesin pemotong rumput manual dan 200 mesin pemotong rumput otomatis
harus dijual untuk mencapai margin produk impas. Namun, margin produk impas hanya menutup biaya
tetap langsung, smentra biaya tetap umum masih belum tertutupi. Penjualan kedua mesin pemotong
rumput dalam jumlah tersebut akan menimbulkan kerugian sebesar biaya tetap umum. Belum ada titik
impas perusahaan secara eseluruhan diidentifikasi. Bagaimanapun, boaya tetap umum masih harus
diperhitungkan dalam analisis.

Pengalokasian biaya tetap umum ke masing-masing lini produk sebelum menghitung titik impas dapat
mengtasi kesulitan ini. Permasalahan dalam pendekatan ini adalah bahwa alokasi biaya tetap umum
bersifat acak. Jadi, tidak ada volume impas yang tampak secara langsung.

Pemecahan lainnya yang mungkin adalah dengan mengonversikan masalah multiproduk menjadi
masalah produk tunggal. Jika ini dapat dilakukan, maka seluruh metodologi CVP produk tunggal dapat
diterapkan secara langsung. Kunci dari konversi ini adalah mengidentifikasi bauran penjualan yang
diharapkan dalam unit dari produk-produk yang dipasarkan. Bauran penjualan (sales mix) adalah
kombinasi relatif dari berbagai produk yang dijual oleh perusahaan.

B. Penentuan Bauran Penjualan

Bauran penjualan dapat dikur dalam unit yang terjual atau dalam bagian dari pendapatan. Contohnya,
jika Thomas berencana menjual 1.200 mesin pemotong rumput manual dan 800 mesin pemotong
rumput otomatis, maka bauran penjualan dalam unit adalah 1.200.800. Biasanya, bauran penjualan
diturunkan sampai bilangan bulat terkecil. Jadi, bauran relatif 1.200.800 dapat diturunkan hingga 12:8
dan selanjutnya menjadi 3:2. Dengan kata lain, untuk setiap tiga mesin peotong rumput manual yang
terjual, ada dua mesin pemotong otmatis yang terjual.
Alternatif lainnya, bauran penjualan juga dapat dinyatakan dalam persentase dari total pendapatan yang
dikontribusikan oleh masing-masing produk. Pada kasus diatas, pendapatan dari mesin pemotong
rumput manual adalah $480.000 ($400 x 1.200), dan pendapatan dari mesin pemotong rumput otomatis
adalah $640.000 ($800 x 800). Mesin pemotong rumput manual mencakup 42,86% dari total
pendapatan dan mesin pemotong rumput otomatis mencakup 57,14% sisanya. Mungkin hal ini terlihat
seperti bahwa kedua bauran penjualan adalah berbeda. Bauran penjualan dalam unit adalah 3:2 yaitu,
dari setiap lima mesin yang terjual, 60% adalah mesin pemotong rumput manual dan 40% mesin
pemotong rumput otomatis. Namun, bauran penjualan berdasarkan pendapatan adalah 42,86% untuk
mesin pemotong rumput manual. Apa perbedaannya? Bauran penjualan dalam pendapatan
menggunakkan bauran penjualan dalam unit dan memberikannnya bobot menurut harga. Jadi,
meskipun proporsi mendasari mesin yang terjual tetap 3:2, namun mesin pemotong rumput manual
yang harganya lebih rendah diberi bobot lebih ringan pada saat harga dimasukkan dalam penghitungan.
Untuk analisis CVP, harus menggunakkan bauran penjualan yang dinyatakan dalam unit.

Sejumlah bauran penjualan yang berbeda dapat digunakkan untuk menetapkan volume impas.
Contohnya, bauran penjualan sebesar 2:1 akan mendapatlan titik impas pada 550 mesin pemotong
rumput manual dan 275 mesin pemotong rumput otomatis. Total margin kontribusi yang dihasilkan oleh
bauran ini adalah $96.250 [($75 x 550) + ($200 x 275)]. Demikian juga, jika 350 mesin pemotong rumput
manual dan 350 mesin pemotong rumput otomatis terjual (untuk bauran penjualan 1:1), maka total
margin kontribusi adalah juga $96.250 [($75 x 350) + ($200 x 350)]. Karena total biaya tetap adalah
$96.250, maka kedua bauran penjualan merupakan titik impas.Tetapi menurut studi pemasaran yang
dilakukan Thomas, ia menginginkan bauran penjualan sebesar 3:2. Inilah rasio yang harus digunakan;
sementara yang lainnya dapat diabaikan.

C. Bauran Penjualan dan Analisis CVP

Penetuan bauran penjualan tertentu memungkinkan kita untuk mengonversi masalah multi produk ke
dalam format CVP produk tunggal. Karena Thomas berharap menjual 3 mesin pemotong rumput manual
atas setiap 2 mesin pemotong rumput otomatis, maka Thomas bisa mendefenisikan produk tunggal yang
yang dijualnya sebagai suatu paket yang berisi tiga mesin pemotong rumput manual dan dua mesin
pemotong rumput otomatis. Dengan menetapkan produk tersebut sebagai suatu paket, masalah
multiproduk dikonversi menjadi masalah produk tunggal. Untuk menggunakkan titik impas dalam unit,
harga jual paket dan biaya variabel per paket harus diketahui. Untuk menghitung nilai-nilai paket
tersebut, bauran penjualan, harga setiap produk, dan masing-masing biaya variabel diperlukan. Menurut
data produk individu yang disajikan dalam proyeksi laporan laba rugi, niai paket dapat dihitung sebagai
berikut:

Produk

Harga
Variabel

Per unit

Biaya

Kontribusi

Per Unit

Margin

Penjualan

Bauran

Kontribusi

Per United

Paket

Margin

Mesin manual

$400

$325

$75

$225

Mesin otomatis

800

600

200

400
Total Paket

$625

Berdasarkan margin kontribusi perpaket di atas, persamaan dasar impas dapat digunakan untuk
menentukan jumlah paket yang perlu dijual guna mencapai impas. Dari proyeksi laba rugi Thomas. Dapat
diketahui bahwa total biaya tetap perusahaan adalah $96.250. Jadi titik impasnya adalah:

Paket impas = biaya tetap/margin kontribusi per paket

= $96.250/$625

= 154 paket

Thomas harus menjual 462 mesin pemotong rumput manual (3 x 154) dan 308 mesin pemotong rumput
otomatis (2 x 154) untuk mencapai impas. Laporan laba rugi yang memeriksa kebenaran solusi ini
disajikan dalam tampilan berikut:

Mesin Mesin Total

Manual Otomatis

Penjualan $184.800 $246.400 $431.200

Dikurangi: Beban Variabel 150.150 184.800 334.950

Margin Kontirbusi $ 34.650 $ 61.600 $ 96.250

Dikurangi: Beban Tetap Langsung 30.000 40.000 70.000

Margin Segmen $ 4.650 $ 21.600 $ 26.250

Dikurangi: Beban Tetap Umum 26.250

Laba Operasi $ 0
Untuk bauran penjualan tertentu, analisis CVP dapat digunakan seolah-olah perusahaan menjual produk
tunggal. Namun berbagai tindakan yang mengubah harga masing-masing produk dapat mempengaruhi
bauran penjualan karena pelanggan mungkin membeli relatif lebih banyak atau lebih sedikit produk
tersebut. Perlu diingat bahwa sebuah bauran penjualan yang baru akan mempengaruhi unit dari setiap
produk yang perlu dijual untuk mencapai target laba yang diinginkan. Jika bauran penjualan untuk
periode mendatang tidak pasti maka mungkin perlu untu dipertimbangka beberapa bauran yang
berbeda. Dengan cara ini, manajer dapat memperoleh tambahan pengetahuan mengenai berbagai hasil
yang mungkin dicapai oleh perusahaan.

Kompleksitas pendekatan titik impas dalam unit meningkat secara dramatis ketika jumlah produk
bertambah. Bayangkan pengguna analisis ini pada perusahaan yang memproduksi ratusan produk.
Observasi ini tampaknya berlebihan dibandingkan keadaan sebenarnya. Komputer dapat dengan mudah
menangani suatu masalah yang melibatkan sangat banyak data. Lagipula, banyak perusahaan
menyederhanakan masalah itu dengan menganalisis kelompok produk daripada produk individu. Cara
lain untuk menangani meningkatnya kompleksitas tersebut adalah dengan beralih dari pendekatan unit
yang terjual ke pendekatan pendapatan penjualan. Pendekatan ini mampu menyelesaikan analisis CVP
multiproduk hanya dengan menggunakkan data ikhtisar yang terdapat dalam laporan laba rugi
perusahaan. Syarat-syarat yang diperlukan untuk penghitungan jauh lebih sederhana.

D. Pendekatan Dolar Penjualan

Untuk mengilustrasikan titik impas dalam dolar penjualan, contoh yang sama akan digunakan. Akan
tetapi, satu-satunya informasi yang diperlukan adalah proyeksi laporan laba rugi Thomas Company
secara keseluruhan.

Penjualan $1.120.000

Dikurangi: biaya variabel 870.000

Margin kontribusi $ 250.000

Dikurangi: Biaya tetap 96.250

Laba operasi $ 153.750

Perhatikan bahwa laporan laba rugi diatas sesuai dengan kolom total laporan laba rugi yang lebih terinci
yang diperiksa sebelumnya. Proyeksi laporan laba rugi bersandar pada asumsi bahwa 1.200 mesin
pemotong rumput manual dan 800 mesin pemotong rumput otomatis akan terjual (bauran penjualan
sebesar 3:2). Titik impas dalam pendapatan penjualan juga bersandar pada bauran penjualan yang
diharapkan. (Sama seperti pendekatan unit yang terjual, bauran penjualan yang berbeda akan
memberikan hasil yang berbeda).Dengan laporan laba rugi tersebut, pertanyaan umum mengenai CVP
dapat diajukan. Misalnya, berapa pendapatan penjualan yang harus dihasilkan untuk mnecapai impas?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita bagi total biaya tetap $96.250 dengan rasio margin kontribusi
0,2232 ($250.000/$1.120.000).

Penjualan impas = Biaya tetap/Rasio margin kontribusi

= $96.250/0,2232

= $431.228

Titik impas dalam dolar penjualan secara implisit menggunakkan asumsi bauran penjualan tetapi
pemngabaikan persyaratan penghitungan margin kontribusi per paket. Tidak ada pengetahuan terhadap
data produk individual yang diperlukan. Upaya perhitungannya mirip dengan yang digunakan dalam
pengaturan produk tunggal. Selain itu, jawabannya masih dinyatakan dalam pendapatan penjualan.
Tidak seperti titik impas dalam unit, jawaban atas pertanyaan CVP yang menggunakkan dolar penjualan
tetap dinyatakan dalam ukuran ikhtisar tunggal. Namun, pendekatan pendapatan penjualan
mengorbankan informasi yang berkaitan dengan kinerja masing-masing produk.

2.5 Penyajian Secara Grafis Hubungan CVP

Untuk memahami secara lebih mendalam mengenai hubungan CVP dapat dilakukan melalui
penggambaran secara visual. Penyajian secara grafis dapat membantu para manajer melihat perbedaan
antar biaya variabel dan pendapatan. Hal itu juga dapat membantu mereka memahami dengan cepat,
demapak kenaikan atau penurunan penjualan terhadap titik impas. Dua grafik dasar yang penting, grafik
laba-volume dan grafik biaya-volume-laba, akan disajikan berikut ini:

A. Grafik Laba - Volume

Grafik Laba-Volume (profit-volume graph) menggambarkan secara visual hubungan antara laba
dan volume penjualan. Grafik laba-volume merupakan grafik dari persamaan laba operasi (Laba operasi =
(Harga x Unit) – (Biaya variabel per unit x Unit) – Biaya tetap). Dalam grafik ini, laba operasi merupakan
variabel terikat, dan unit merupakan variabel bebas. Biasanya, nilai variabel bebas diukur pada sumbu
horiontal dan nilai variabel terikat pada sumbu vertikal.

Agar pembahasan ini lebih nyata, seperangkat data sederhana akan digunakan. Anggaplah bahwa
Tyson Company memproduksi suatu produk tunggal dengan data biaya dan harga sebagai berikut:

Total biaya tetap $100

Biaya variabel per unit 5

Harga jual per unit 10

Dengan menggunakkan data tersebut, laba operasi dapat dinyatkan sebagi berikut:

Laba Operasi = ($10 x Unit) – ($5 x Unit) - $100


= ($5 x Unit) - $100

Kita dapat membuat grafik hubungan ini dengan meletakkan unit di sepanjang sumbu horizontal
dan laba (rugi) operasi di sepanjang sumbu vertikal. Dua titik diperlukan untuk menggambarkan suatu
persamaan linier. Meskipun dua titik manapun dapat digunakan, kedua titik yang sering dipilih adalah
titik-titik yang menggambarkan volume penjualan nol dan laba nol. Jika unit yang terjual adalah nol,
maka Tyson mengalami rugi operasional sebesar $100 (atau laba -$100). Karena itu, titik yang
menggambarkan volume penjualan nol adalah (0, -$100). Dengan kata lain, jika tidak ada penjualan yang
dilakukan, perusahaan mengalami kerugian sebesar total biaya tetap. Jika laba operasi adalah nol, maka
unit yang terjual sama dengan 20. Dengan demikian, titik yang menggambarkan laba nol (impas) adalah
(20,$0). Kedua titik tersebut yang ditunjukkan dalam tampilan 1.3, membatasi grafik laba yang
diperlihatkan disini.

Grafik dalam tampilan 1.3 dapat digunakan untuk menilai laba (rugi) Tyson pada setiap tingkat aktivitas
penjualan. Sebagai contoh, laba yang berkaitan dengan penjualan 40 unit dapat dibaca melalaui grafik
dengan (1) membuat garis vertikal dari sumbu horizontal ke garis laba dan (2) membuat garis horizontal
dari garis laba ke sumbu vertikal. Seperti diilustrasikan dalam tampilan 1.3, laba dari penjualan 40 unit
adalah $100. Grafik laba-volume, meskipun mudah diinterpretasikan, gagal mengungkapkan bagaimana
biaya berubah ketika volume penjualan berubah. Terdapat sebuah pendekatan alternatif dalam
membuat grafik yang dapat menyediakan rincian ini.

Grafik laba –volume

Grafik biaya-volume-laba

Asumsi-asumsi pada analisis biaya-volume-laba


B. Grafik Biaya-Volume-Laba

Grafik biaya-volume-laba (cost-volume-profit graph) menggambarkan hubungan antara biaya, volume,


dan laba. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci, perlu dibuat grafik dengan dua garis terpisah:
garis total pendapatan dan garis total biaya. Kedua garis ini disajikan, masing-masing, dengan dua
persamaan berikut:

Tampilan 1.3

Pendapatan = Harga x Unit

Total biaya = (Biaya variabel per unit x Unit)+ Biaya tetap

Dengan menggunakkan contoh Tyson Company, persamaan pendapatan dan biayanya adalah sebagai
berikut:

Pendapatan = $10 x Unit

Total biaya = ($5 x Unit) + $100

Untuk menggambarkan kedua persamaan tersebut ke dalam grafik yang sama, sumbu vertikal diukur
dalam dolar dan sumbu horizontal dalam unit yang terjual. Dua buah titik itu diperlukan untuk
menggambarkan masing-masing persamaan. Kita akan menggunakkan koordinat-x seperti pada grafik
laba-volume. Untuk persamaan pendapatan, menetapkan jumlah unit sama dengan 20 menghasilkan
titik-titik (0, $100) dan (20, $200). Grafik setiap persamaan tampak dalam tampilan 1.4.Perhatikan bahwa
garis total pendapatan dimulai pada titik nol dan meningkat dengan kemiringan yang sama dengan harga
jual per unit (kemiringan sebesar 10). Garis total biaya memotong sumbu vertikal pada sebuah titik yang
sama dengan total biaya tetap dan meningkat dengan kemiringan yang sama dengan biaya variabel per
unit (kemiringan sebesar 5). Jika garis total pendapatan berada dibawah garis total biaya, maka akan
muncul daerah laba. Titik dimana garis total pendapatan dan total biaya berpotongan adalah merupakan
titik impas. Untuk mencapai impas, Tyson Company harus menjual 20 unit dan dengan demikian
memperoleh total pendapatan sebesar $200.
Tampilan 1.4

Sekarang mari kita bandingkan informasi yang tersedia dari grafik CVP dengan yang tersedia dari grafik
laba-volume. Untuk melakukannya, pertimbangkan penjualan, sebesar 40 unit. Ingat kembali bahwa
grafik laba-volume mengungkapkan bahwa penjualan 40 unit menghasilkan laba $100. Perhatikan
kembali tampilan 16-5. Grafik CVP juga memperlihatkan laba sebesar $100, tetapi grafik itu memberikan
lebih bnyak informasi. Grafik CVP megungkapkan bahwa total pendapatan sebesar $400 dan total biaya
$300 berhubungan dengan penjualan 40 unit. Selanjutnya total biaya dapat dibagi menjadi biaya tetap
sebesar $00 dan biaya variabel sebesar $200. Grafik CVP menyediakan informasi tentang pendapatan
dan biaya yang tidak disediakan oleh grafik laba-volume. Berbeda dengan grafik laba-volume, beberapa
penghitungan dibutuhkan untuk menentukan laba yang berhubungan dengan volume penjualan
tertentu. Meskipun demikian, karena mengandung informasi yang lebih banyak, para manajer
kemungkinan besar mendapati bahwa grafik CVP merupakan suatu alat yang lebih berguna.

C. Asumsi – asumsi pada Analisis Biaya-Volume-Laba

Grafik laba-volume dan biaya-biaya-volume-laba yang baru saja diilustrasikan megandalkan pada
beberapa asumsi penting. Beberapa dari asumsi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Analisi mengasumsikan fungsi pendapatan dan fungsi biaya berbentuk linier.

2. Analisis mengasumsikan bahwa harga, total, biaya tetap, dan biaya variabel per unit dapat
diidentifikasikan secara akurat dan tetap konstan sepanjang rentan yang relevan.

3. Analisis mengasumsikan bahwa apa yang di produksi dapat dijual.

4. Untuk analisis multi produk, diasumsikan bahwa bauran penjualan diketahui.

5. Diasumsikan bahwa harga jual dan biaya diketahui dengan pasti.


Fungsi Linier Asumsi yang pertama, yaitu fungsi biaya dan pendapatan linier, memerlukan pertimbangan
tambahan. Pada tampilan 1.5, Panel A menggambarkan fungsi pendapatan dan biaya yang berbentuk
kurva linier. Pada Panel tersebut terlihat pada saat kuantitas yang dijual meningkat, pendapatan juga
meningkat, tetapi kemudian peningkatannya muai tidak setajam bila dibandingkan sebelumnya. Ini
dijelaskan dengan cukup mudah oleh kebutuhan untuk menurunkan harga ketika lebih banyak unit yang
terjual. Fungsi total biaya lebih rumit, yaitu pada awalnya naik tajam, kemudian agak mendatar (sejalan
dengan terjadinya peningkatan tingkat pengembalian), dan kemudian kembali naik secara tajam (sejalan
dengan terjadinya penurunan tingkat pengembalian).

Rentang yang relevan Beruntunglah kita tidak perlu memperhitungkan seluruh rentang produksi dan
penjualan yang mungkin untuk suatu perusahaan. Ingat bahwa analisis CVP merupakan alat pengambilan
keputusan jangka pendek. (kita mengetahui bahwa analisis ini berorientasi jangka pendek karena
sebagian biaya adalah tetap). Hal yang kita perlukan hanyalah menetapkan rentang operasi berjalan,
atau rentang yang relevan (relevant range), yang menggambarkan hubungan biaya dan pendapatan linier
yang berlaku. Dalam tampilan 1.5, panel B mengilustrasikan rentang yang relevan dari 5.000 hingga
15.000 unit. Perhatikan bahwa hubungan biaya dan pendapatan secara garis besarnya adalah linier
dalam rentang ini, yang memungkinkan kita untuk menggunakkan persamaan CVP linier.Tentu saja, jika
rentang yang relevan berubah, maka biaya tetap dan variabel akan berbeda, dan harga yang berbeda
juga harus digunakan.

Asumsi kedua ini berkaitan dengan penetapan rentang yang relevan. Segera setelah rentang yang
relevan diidentifikasikan, selanjutnya diasumsikan bahwa hubungan harga dan biaya diasumsikan dan
konstan.

Tampilan 1.5

Produksi sama dengan penjualan Asumsi ketiga adalah bahwa apa yang diproduksi dapat dijual. Tidak
ada perubahan persediaan selama periode tersebut. Persediaan tidak memiliki dampak terhadap analisis
impas merupakan hal yang dapat dimengerti. Analisis impas adalah teknik pengambilan keputusan
jangka pendek; sehingga kita dapat menutup seluruh biaya pada periode waktu tertentu. Persediaan
mengandung biaya-biaya dari periode sebelumnya dan tidak dipertimbangkan.

Bauran Penjualan yang Konstan Dalam analisis produk tunggal, bauran penjualannya tentu saja konstan
100% dari penjualan adalah satu produk. Analisis impas multi ptoduk mensyaratkan suatu bauran
penjualan yang konstan. Namun, tentu saja tidak mungkin memprediksikan dengan pasti bauran
penjualannya. Biasanya, kendala ini ditangani dalam praktiknya dengan analisis sensitivitas. Dengan
menggunakkan kemampuan analisis spreadsheet, sensitivitas variabel pada berbagai bauran penjualan
dapat dengan cepat dinilai.
Harga dan Biaya Diketahui Dengan Pasti Dalam kenyataannya, perusahaan jarang mengetahui harga,
biaya variabel, dan biaya tetap secara pasti. Suatu perubahan pada satu variabel biasanya
mempengaruhi nilai variabel lainnya. Sering kali terdapat suatu distribusi probabilitas untuk diatasi.
Selain itu, terdapat cara-cara formal untuk pengaturan secara eksplisit ketidakpastian ke dalam model
CVP.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Analisis Biaya-Volume-Laba adalah suatu metode analisis untuk melihat hubungan antara besarnya biaya
yang dikeluarkan suatu perusahaan dan besarnya volume penjualan serta laba yang diperoleh pada
suatu periode tertentu. Hal ini terbukti dari banyaknya manfaat yang didapatkan dari analisis biaya
volume laba diantaranya membantu membuat keputusan manajerial,membantu para pemakai laporan
keuangan untuk melihat pada saat kapan perusahaan mencapai titik impas atau BEP dan dari analisis
biaya volume dan laba dapat hitung atau ditetapkan laba optimal yang dinginkan perusahaan.dan
dengan adanya analisis biaya volume laba dapat mengurangi resiko kerugian karena dapat dihitung titik
impas dan ada margin of safety untuk pengaman dan berjaga-jaga untuk menghindari kerugian.
DAFTAR PUSTAKA

Hansen, Don R & Maryanne M. Mowen.Akuntansi Manajerial, edisi 8. Jakarta:Salemba.2009.

Anda mungkin juga menyukai