Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

AKUNTANSI MANAJEMEN II

ANALISIS BIAYA VOLUME LABA

OLEH :

KELOMPOK 3

FERDI ORANRA

POPI ANDITA

RINO FERNANDO

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM KUANTAN SINGINGI

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


ANALISIS BIAYA VOLUME LABA: ALAT PERENCANAAN
MANAJERIAL
Pendahuluan

Analisis Biaya Volume Laba/BVL (cost volume profit analysis/CVP) merupakan suatu alat
yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Hal ini dikarenakan CVP
menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual, dan harga, semua informasi
keuangan perusahaan terkandung di dalamnya. Analisis CVP berfokus kepada lima hal, yaitu:
a. harga produk (prices of products),
b. volume produksi,
c. biaya variable per unit,
d. total biaya tetap (biaya yang sifatnya tetap tidak terpengaruh oleh fluktuasi kuantitas
produksi), dan
e. mix of product sold (bauran produk dalam penjualan).

Karena perannya yang sangat besar, cost volume profit analysis dapat menjadi alat yang
sangat bermanfaat bagi manajemen untuk mengidentifikasi ruang lingkup permasalahan ekonomi
perusahaan serta membantu mencari solusi atas permasalahannya.
Analisis CVP dapat membantu manajemen untuk mengetahui beberapa hal penting, antara
lain:
a. Berapa jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai titik impas
b. Dampak pengurangan Biaya Tetap (Fixed Cost) terhadap titik impas
c. Dampak kenaikan harga terhadap laba
d. Berapa volume penjualan dan bauran produk yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat laba
yang
diharapkan dengan sumber daya yang dimiliki
e. Tingkat sensitivitas harga atau biaya terhadap laba.

Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas bagaimana hubungan analisis cost volume
profit analysis, titik impas dalam unit maupun dolar, analisis multiproduk, dan penyajian grafis
hubungan cost volume profit analysis agar manajer dapat dengan bijak mengambil keputusan
yang
pasti dan tidak mengandung resiko yang dapat merugikan perusahaan.

A. Analisis Cost Volume Profit


Pengertian analisis cost volume profit adalah analisis yang digunakan untuk menentukan
bagaimana perubahan dalam biaya dan volume dapat mempengaruhi pendapatan operasional
(operating income) perusahaan dan pendapatan bersih (net income). Seperti kita ketahui, jumlah
produk yang dihasilkan perusahaan didalam suatu periode tertentu akan memiliki hubungan
langsung dengan besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan. Ketika biaya itu dipertemukan
dengan nilai penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan, laba perusahaan yang diperoleh
pada suatu periode akan terpengaruh menjadi lebih besar atau lebih kecil. Untuk melihat
hubungan
antara ketiga variabel itu (biaya, volume, dan laba) diperlukanlah analisis cost volume profit.
Manajemen merencanakan keuangan dan mengambil keputusan dengan melihat hubungan
besarnya biaya yang dikeluarkan suatu perusahaan dengan besarnya volume penjualan serta laba
yang diperoleh pada suatu periode tertentu. Dalam mengambil keputusan, manajemen juga
melihat
lima elemen penting terkait analisis cost volume profit, yaitu:
1. Harga produk yaitu harga yang ditetapkan di dalam suatu periode tertentu secara konstan.
2. Volume atau tingkat aktivitas yaitu besarnya produk yang dihasilkan dan direncanakan akan
dijual di dalam suatu periode tertentu.
3. Biaya variabel per unit yaitu besarnya biaya produk yang dibebankan secara langsung pada
setiap unit barang yang diproduksi.
4. Total biaya tetap yaitu keseluruhan biaya periodik di dalam suatu periode tertentu.
5. Bauran volume produk yang dijual yaitu proporsi volume relatif produk-produk perusahaan
yang akan dijual.

Dalam melihat hubungan diantara kelima elemen tersebut terdapat beberapa asumsi yang
harus
digunakan didalam hubungan diantara besarnya biaya dan volume serta laba yang akan
diperoleh,
yaitu :
1. Harga jual produk yang konstan dalam cakupan yang relevan. Hal ini berarti harga jual setiap
unit produk tidak berubah walaupun terjadi perubahan volume penjualan. 2. Biaya bersifat linear
dalam rentang cakupan yang relevan dan dapat dibagi secara akurat ke
dalam elemen biaya tetap dan biaya variabel. Jumlah biaya variabel per unit konstan dan jumlah
biaya tetap total juga harus konstan.
3. Dalam perusahaan mulitiproduk, bauran penjualannya tidak berubah.
4. Jumlah unit yang diproduksi sama dengan jumlah unit yang dijual. Berarti, jumlah persediaan
tidak berubah.

Dalam referensi lain, asumsi dasar analisis cost volume profit disederhanakan menjadi (a)
semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya variabel dan tetap, (b) fungsi jumlah biaya adalah
linier
dalam kisaran relevan, (c) fungsi jumlah pendapatan adalah linier dalam kisaran relevan dan
harga
jual dianggap konstan, (d) hanya terdapat satu pemicu biaya yaitu volume unit produk/rupiah
penjualan, dan (e) tidak ada persediaan. Dengan pengertian dan asumsi seperti diatas maka jika
salah satu elemen saja berubah maka hasil analisis cost volume profit pasti akan menghasilkan
kesimpulan yang berbada dan dapat menghasilkan keputusan yang berbeda juga. Meskipun
tujuan
utama dari analisis ini adalah untuk melihat hubungan diantara elemen-elemen tersebut dan
pengaruhnya satu dengan yang lainnya.
Terkait asumsi dasar biaya diklasifikasikan sebagai biaya variabel dan tetap, manajemen harus
teliti dalam memasukkan semua biaya variable yang relevan yaitu tidak hanya biaya produksi
saja
tapi juga biaya penjualan dan biaya distribusi. Ketelitian ini diperlukan untuk mengukur biaya
variabel per unit. Selain itu, (pada analisis jangka pendek) biaya tetap yang relevan dapat
diartikan
sebagai biaya tetap yang diperkirakan berubah sehubungan dengan peluncuran produk baru. Pada
saat biaya variabel dan biaya tetap dijumlahkan menjadi biaya total, dapat diasumsikan dengan
analisis cost volume profit bahwa pendapatan dan total biaya adalah linear pada rentang aktivitas
yang relevan. Meskipun perilaku biaya sebenarnya tidak relevan dengan rentang output yang
terbatas, total biaya diharapkan meningkat mendekati tingkat yang linear.
Karena peran yang sangat vital, analisis cost volume profit ini dapat diterapkan dalam banyak
hal seperti menentukan harga jual produk atau jasa, memperkenalkan produk atau jasa baru,
mengganti peralatan, memutuskan apakah produk atau jasa yang ada seharusnya dibuat di dalam
perusahaan atau dibeli dari luar perusahaan, dan melakukan analisis apa yang akan dilakukan,
jika sesuatu dipilih oleh manajemen.

B. Konsep Contribution Margin


Margin kontribusi adalah jumlah yang tersisa dari pendapatan dikurangi beban variabel. Jadi,
ini adalah jumlah yang tersedia untuk menutup beban tetap dan kemudian menjadi laba untuk
periode tersebut. Margin kontribusi digunakan dulu untuk menutup beban tetap dan sisanya akan
menjadi laba. Jika margin kontribusi tidak cukup untuk menutup beban tetap perusahaan, maka
akan terjadi kerugian untuk periode tersebut. Ketika titik impas dicapai, laba bersih akan
bertambah sesuai dengan margin kontribusi per unit untuk setiap tambahan produk yang terjual.
Untuk memperkirakan pengaruh kenaikan penjaulan yang direncanakan terhadap biaya, manajer
cukup mengalikan peningkatan dalam unit yang terjual dengan margin kontribusi yang per unit.
Hasilnya akan menggambarkan peningkatan laba yang diharapkan.
Margin kontribusi adalah pendapatan penjualan dikurangi semua biaya variabel. Ini dapat
dihitung dengan menggunakan satuan mata uang atau basis per unit. Jika PT XYZ miliki
penjualan
sebesar $ 750.000 dan biaya variabel sebesar $ 450.000, marjin kontribusinya adalah $ 300.000.
Dengan asumsi perusahaan menjual 250.000 unit selama tahun, harga per unit penjualan adalah $
3 dan biaya variabel total per unit adalah $ 1,80. Margin kontribusi per unit adalah $ 1,20. Rasio
margin kontribusi adalah 40%. Hal ini dapat dihitung dengan menggunakan margin kontribusi
dalam satuan mata uang atau marjin kontribusi per unit. Untuk menghitung rasio margin
kontribusi, margin kontribusi dibagi dengan jumlah penjualan atau pendapatan.
C. Titik Impas Dalam Unit
Ketertarikan untuk mengetahui pendapatan, beban, dan laba berprilaku ketika volume berubah
adalah sesuatu yang lazim untuk memulai dengan menentukan titik impas perusahaan dalam
jumlah unit yang terjual. Titik impas (break-even point) adalah titik dimana total pendapatan
sama
dengan total biaya atau titik dimana laba sama dengan nol (zero profit). Untuk menentukan titik
impas dalam unit (pendapatan sama dengan total biaya), maka perlu difokuskan pada laba
operasi.
Dalam hal ini, yang dilakukan pertama kali adalah menentukan titik impas, kemudian melihat
bagaimana pendekatan yang telah digunakan itu dapat dikembangkan untuk menentukan jumlah
unit yang harus dijual guna menghasilkan laba yang ditargetkan.
Penggunaan Laba Operasi Dalam Analisis Cost Volume Profit
Laporan laba rugi merupakan suatu alat yang berguna untuk mengorganisasikan biaya-biaya
perusahaan dalam kategori tetap dan variable. Laporan laba rugi dapat dinyatakan sebagai
persamaan berikut.
Laba operasi = Pendapatan penjualan – Beban variable –Beban tetap
Dalam persamaan ini, istilah laba operasi digunakan untuk menunjukkan penghasilan atau laba
sebelum pajak penghasilan (taxes). Laba operasi (operating income) hanya mencakup
pendapatan
dan beban dari operasional normal perusahaan. Sedangkan, laba bersih (net income) adalah laba
operasi dikurangi pajak penghasilan. Setelah memiliki ukuran unit yang terjual, maka dapat
dikembangkanlah persamaan laba operasi dengan menyatakan pendapatan penjulan dan beban
variabel dalam jumlah unit dolar dan jumlah unit. Secara lebih spesifik, pendapatan penjualan
dinyatakan sebagai harga jual per unit dikali jumlah unit yang terjual, dan total biaya variabel
adalah biaya variabel per unit dikali jumlah unit yang terjual. Dengan demikian, persamaan laba
operasi menjadi
Laba operasi = (Harga x Jumlah unit terjual) – (Biaya Variabel per unit x jumlah unit
terjual ) – Total biaya tetap
Contoh berikut ini adalah mencari titik impas dalam unit. Contohnya adalah Whittier Company
memproduksi mesin pemotong rumput. Berikut ini adalah proyeksi laporan laba rugi perusahaan
Whittier Company
Penjualan (1000 unit@$400) $400.000
Dikurangi: Beban variabel 325.000
Margin kontribusi $ 75.000
Dikurangi: Beban tetap 45.000
Laba operasi $ 30.000

Hal ini menunjukan bahwasanya Whittier Company mempunyai harga adalah $400 per unit,
dan biaya variabel per unit adalah $325 ($325.000/1000 unit). Biaya tetap adalah $45.000. Maka
pada titik impas, persamaan laba operasi adalah sebagai berikut:
0 = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000
0 = ($75 x Unit) - $45.000
$75 x Unit = $45.000
Unit = 600
Dengan demikian, Whittier Company harus menjual 600 pemotong rumput untuk menutupi
semua beban tetap dan variabel. Suatu cara yang baik untuk memeriksa jawaban ini adalah
dengan
memformulasikan suatu laporan laba rugi berdasarkan 600 unit yang terjual.
Penjualan (600 unit@ $400) $240.000
Dikurangi: beban variabel 195.000
Margin kontribusi $ 45.000
Dikurangi: Beban tetap 45.000
Laba operasi $ 0

Jelaslah, penjualan 600 unit menghasilkan laba nol.


Sebuah keunggulan penting dari pendekatan laba operasi adalah bahwa seluruh persamaan cost
volume profit berikutnya diturunkan dari laporan laba rugi menurut perhitungan biaya variabel.
Sehingga setiap persoalan cost volume profit dapat diselesaikan dengan menggunakan
pendapatan
ini.

Jalan Pintas Untuk Menghitung Unit Impas


Salah satu cara cepat yang digunakan untuk menghitung titik impas dalam unit yaitu dengan
menggunakan margin kontribusi. Margin kontribusi (contribution margin) adalah pendapatan
penjualan dikurangi total biaya variable. Pada titik impas, margin kontribusi sama dengan beban
tetap. Jika margin kontribusi per unit untuk harga dikurangi biaya variable per unit telah diganti
pada persamaan laba operasi dan pada akhinya memperoleh jumlah unit, maka akan didapatkan
persamaan dasar

Jumlah unit BEP = Biaya tetap/Margin kontribusi per unit


Dengan menggunakan contoh dari Whittier Company margin kontirbusi per unit dapat dihitung
dengan salah satu dari dua cara berikut. Cara pertama adalah dengan membagi total margin
kontribusi dengan unit yang terjual ($75.000/1000) hasilnya $75. Cara kedua adalah penjualan
dikurangi biaya variabel ($400 - $325) hasilnya $75. Untuk menghitung jumlah unit impas
Whittier Company, dapat digunakan persamaan dasar sebagai berikut:
Jumlah unit = $45.000/($400-$325)
= $45.000/$75
= 600

Penjualan Dalam Unit Yang Diperlukan untuk Mencapai Target Laba


Meskipun titik impas merupakan informasi yang berguna, sebagian besar perusahaan ingin
memperoleh laba operasi lebih besar daripada nol. Analisis cost volume profit menyediakan
suatu
cara menentukan jumlah unityang harus dijual untuk menghasilkan target laba tertentu. Target
laba
di sini adalah laba operasi di atas nol (titik impasnya), yang dapat dinyatakan dengan jumlah
dolar
atau sebagai persentase dari pendapatan penjualan. Untuk mencari target laba, pendekatan yang
dapat dilakukan adalah dengan pendekatan laba operasi atau pendekatan margin kontribusi.
Dalam pendekatan target laba sebagai sebuah jumlah dolar, anggaplah bahwa Whittier
Company ingin memperoleh laba operasi sebesar $60.000. dalam hal ini, berapakah mesin
pemotong rumput yang harus dijual untuk mencapai hasil ini? Jika menggunakan laporan laba
rugi
maka hasilnya adalah sebagai berikut:
$60.000 = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000
$105.000 = $75 x Unit
Unit = 1.400
Jika menggunakan persamaan dasar impas, maka perlu menambahkan target laba sebesar
$60.000 pada biaya tetap dan langsung :
Unit = ($45.000 + $60.000)/($400 - $325)
Unit = $105.000/$75
Unit = 1.400

Artinya Whittier harus menjual 1400 mesin pemotong rumput untuk menghasilkan laba operasi
sebesar $60.000. Laporan laba rugi berikut membuktikan hasil ini:
Penjualan (1400 unit@$400) $560.000
Dikurangi: Bebabn Variabel 455.000
Margin kontribusi $105.000
Dikurangi: Beban tetap 45.000
Laba operasi $ 60.000

Cara lain untuk memeriksa jumlah unit ini adalah dengan menggunakan titik impas. Seperti
yang baru saja ditunjukkan, Whittier harus menjual 1.400 mesin pemotong rumput, atau 800
lebih
banyak dari volume impas 600 unit, untuk menghasilkan laba sebesar $60.000. Margin
kontribusi
per mesin pemotong rumput adalah $75. Perkalian antara $75 dengan 800 unit mesin pemotong
rumput diatas impas akan menghasilkan laba sebesar $60.000 ($75 x 800). Hasil ini
menunjukkan
bahwa margin kontribusi per unit untuk setiap unit diatas impas adalah sama persis dengan laba
per unit. Karena titik impas telah dihitung, maka jumlah mesin pemotong rumput yang akan
dijual
untuk menghasilkan laba operasi $60.000 dapat dihitung dengan membagi margin kontribusi per
unit ke dalam target laba dan menambahkan hasilnya dengan volume impas.
Secara umum, dengan mengasumsikan biaya tetap tidak berubah, dampak terhadap laba
perusahaan yang dihasilkan dari perubahan jumlah unit yang terjual dapat dinilai dengan
mengalikan margin kontribusi per unit dengan perubahan unit yang terjual. Sebagai contoh, jika
1.500 mesin pemotong rumput, bukan 1.400 yang terjual, maka berapa jumlah laba yang akan
diperoleh? Perubahan dalam unit yang terjual adalah suatu kenaikan sebanyak 100 mesin
pemotong rumput, dan margin kontribusi per unit adalah $75. Dengan demikian, laba akan
meningkat sebesar $7.500 ($75 x 100).
Dalam pendekatan target laba sebagai suatu persentase dari pendapatan penjualan (after taxes),
anggaplah bahwa Whittier Company ingin mengetahui jumlah mesin pemotong rumput yang
harus
dijual untuk menghasilkan laba yang sama dengan 15 persen dari pendapatan penjualan.
Pendapatan penjualan adalah harga dikalikan dengan kuantitas. Dengan menggunakan laporan
laba rugi (yang lebih sederhana dalam kasus ini), maka diperoleh:
0,15 ($400) (Unit) = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000
$60 x Unit = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000
$60 x Unit = ($75 x Unit) - $45.000
$15 x Unit = $45.000
Unit = 3.000

Apakah volume sebanyak 3.000 mesin pemotong rumput menghasilkan laba yang sama
dengan 15 persen dari pendapatan penjualan? Untuk 3000 mesin pemotong rumput, total
pendapatan adalah $1,2 juta ($400 x 3.000). Disini laba dapat dihitung tanpa harus menyusun
laporan laba rugi yang formal. Ingat, bahwa diatas impas margin kontribusi per unit adalah laba
per unit. Volume impas adalah 600 mesin pemotong rumput. Jika 3.000 mesin pemotong rumput
terjual, maka ada 2.400 (3.000 – 600) mesin pemotong rumput diatas titik impas yang telah
terjual.
Jadi, laba sebelum pajak adalah $180.000 ($75 x 2400), yang merupakan 15 persen dari
penjualan
($180.000/$1.200.000).
Target Laba Setelah Pajak Pada saat menghitung titik impas, pajak penghasilan tidak berperan.
Ini disebabkan karena pajak yang dibayar atas laba nol adalah nol. Namun, ketika perusahaan
ingin
mengetahui berapa unit yang harus dijual untuk menghasilkan laba bersih tertentu, maka
diperlukan beberapa pertimbangan tambahan. Ingat kembali, bahwa laba bersih adalah laba
operasi
setelah pajak penghasilan dan bahwa angka target laba dinyatakan dalam kerangka sebelum
pajak.
Dengan demikian, ketika target laba dinyatakan sebagai laba bersih, harus menambahkan
kembali
pajak penghasilan untuk memperoleh laba operasi.
Umumnya, pajak dihitung sebagai persentase dari laba. Laba setelah pajak dihitung dengan
mengurangkan pajak dari laba operasi (atau laba sebelum pajak).

Laba bersih = laba operasi – pajak penghasilan


= laba operasi – (tarif pajak x laba operasi)
= laba operasi (1 – tarif pajak)
Atau
Laba operasi = Laba bersih/(1- Tarif Pajak)

Misalkan Whittier Company ingin memperoleh laba bersih sebesar $48.750 dan tarif pajaknya
adalah 35 persen. Untuk mengonversi target laba setelah pajak menjadi target laba sebelum
pajak,
selesaikanlah langkah-langkah berikut:

$48.750 = Laba operasi – (0,35 x Laba operasi)


$48.750 = 0,65 (Laba operasi)
$75.000 = Laba operasi

Dengan kata lain, jika tarif pajak adalah 35 persen, maka Whittier Company harus
menghasilkan $75.000 sebelum pajak penghasilan untuk memperoleh $48.750 setelah pajak
penghasilan. Dengan pengonversian ini, maka dapat dihitung jumlah unit yang harus dijual:
Unit = ($45.000 + $75.000)/$75
Unit = $120.000/$75
Unit = 1.600

Sekarang buktikan lah dengan laporan laba rugi berdasarkan penjualan sebanyak 1.600 mesin
pemotong rumput.
Penjualan (1.600 @$400) $640.000
Dikurangi: Beban Variabel 520.000
Margin kontribusi $120.000
Dikurangi: Beban tetap 45.000
Laba operasi $ 75.000
Dikurangi: Pajak penghasilan (tarif pajak 35%) 26.250
Laba bersih $ 48.750

D. Titik Impas Dalam Dolar Penjualan


Pada beberapa kasus yang menggunakan analisis CVP, manajer mungkin lebih suka
menggunakan pendapatan penjualan sebagai ukuran aktivitas penjualan daripada unit yang
terjual.
Suatu ukuran unit yang terjual dapat dikonversikan menjadi suatu ukuran pendapatan penjualan
hanya dengan mengalikan harga jual per unit dengan unit yang terjual. Sebagai contoh, titik
impas
Whittier Company dihitung pada 600 mesin pemotong rumput. Karena harga jual per unit mesin
pemotong rumput adalah $400, maka volume impas dalam pendapatan penjualan adalah
$240.000
($400 x 600).
Setiap jawaban yang dinyatakan dalam unit yang terjual dapat secara mudah dikonversi
menjadi satu jawaban yang dinyatakan dalam pendapatan penjualan, tetapi jawaban tersebut bisa
dihitung secara lebih langsung dengan mengembangkan rumus terpisah untuk kasus pendapatan
penjualan. Dalam kasus ini, variabel yang penting adalah dolar penjualan, sehingga pendapatan
maupun biaya variabel harus dinyatakan dalam dolar, bukan unit. Karena pendapatan penjualan
selalu dinyatakan dalam dolar, maka pengukuran variabel tidak menjadi masalah. Selanjutnya
akan
dibahas secara lebih mendalam mengenai biaya variabel dan melihat bagaimana biaya tersebut
dapat dinyatakan dalam ukuran dolar penjualan.
Untuk menghitung titik impas dalam dolar penjualan, biaya variabel didefenisikan sebagi suatu
persentase dari penjualan bukan sebagai sebuah jumlah per unit yang terjual. Dapat diilustrasikan
mengenai pembagian pendapatan penjualan menjadi biaya variabel dan margin kontribusi
sebagai
berikut:
Harga adalah $10 dan biaya variabel adalah $6. Tentu saja, sisanya adalah margin kontribusi
sebesar $4 ($10 - $6). Jika yang dijual adalah 10 unit, maka total biaya variabel adalah $60 ($6 x
10 unit). Atau, karena setiap unit yang dijual menghasilkan pendapatan sebesar $10 dan
membutuhkan biaya variabel $6, maka kita dapat mengatakan bahwa 60 persen dari setiap dolar
pendapatan yang dihasilkan diakibatkan oleh biaya variabel ($6/$10). Jadi, dengan memfokuskan
pada pendapatan penjualan, kita dapat memperkirakan total biaya variabel sebesar $60 untuk
pendapatan $100 (0,60 x $100).
Rasio biaya variable (variable cost ratio) sebesar 60 % pada contoh ini merupakan bagian
dari setiap dolar penjualan yang harus digunakan untuk menutup biaya variable. Rasio biaya
variable dapat dihitung dengan menggunakan data total maupun data per unit. Tentu saja,
persentase dari dolar penjualan yang tersisa setelah biaya variable tertutupi merupakan rasio
margin kontribusi. Rasio margin kontribusi (contribution margin ratio) adalah bagian dari
setiap
dolar penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba.
Berikut ini merupakan laporan Laba Rugi dari Whittier Dalam Dolar dan Persentase Penjualan:
Dolar Persentase Penjualan
Penjualan $400.000 100,00%
Dikurangi: Biaya Variabel 325.000 81,25%
Margin Kontribusi 75.000 18,75%
Dikurangi: Biaya tetap 45.000
Laba Operasi 30.000
Rasio Biaya Variabel adalah 81,25% ($325.000/$400.000). Rasio margin kontribusi adalah
18,75% ($75.000/$400.000 atau berasal dari 100%-81,25%). Biaya tetap adalah $45.000.
Berdasar
informasi tersebut, berapakah pendapatan penjualan yang harus dihasilkan Whittier ntuk
mencapai
titik impas?

Laba Operasi = Penjualan – Biaya Variabel – Biaya Tetap


0 = (Penjualan – (Rasio Biaya Variabel x Penjualan)) – Biaya tetap
0 = Penjualan (1 – Rasio Biaya Variabel) – Biaya Tetap
0 = Penjualan (1 – 0,8125) – 45.000
(0,1875)Penjualan = 45.000
Penjualan = $240.000

Jadi Whittier harus menghasilan penjualan sejumlah 240.000 untuk mencapai impas. Dengan
pendekatan rumus unit impas yang dikembangkan, dapat diperoleh nilai penjualan impas dengan
rumus:
Unit Impas = Biaya tetap/(Harga-Biaya Variabel per Unit)

Jika sisi kiri dan sisi kanan kita kalikan dengan harga, maka sisi kiri Unit Impas x Harga adalah
merupakan pendapatan penjualan pada saat impas

Unit Impas x Harga = Harga x (Biaya tetap/(Harga-Biaya Variabel per Unit))


Penjualan Impas = Biaya Tetap x (Harga/ Harga-Biaya Variabel per Unit))
Penjualan Impas = Biaya tetap x (Harga/Margin Kontribusi)
Penjualan Impas = Biaya Tetap/Rasio Margin Kontribusi

Dalam Kasus Whittier, besarnya penjualan yang harus dihasilkan pada titik impas dapat
dihitung sebagai berikut:

Penjualan Impas = Biaya Tetap/Rasio Margin Kontribusi


Penjualan Impas = $45.000/0,1875
Penjualan Impas = $240.000

Target Laba dan Pendapatan Penjualan


Pertimbangkan pertanyaan berikut: Berapakah pendapatan penjualan yang harus dihasilkan
Whittier untuk memperoleh laba sebelum pajak sebesar $60.000? (pertanyaan ini mirip dengan
yang ditanyakan sebelumnya dalam hal unit, tetapi pertanyaannya sekarang adalah langsung
dalam hal pendapatan penjualan). Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tambahkanlah target
laba operasi
sebesar $60.000 kepada biaya tetap $45.000 dan membagi dengan rasio margin kontribusi:

Penjualan = $45.000 + $60.000)/0,1875


= $105.000/0,1875
= $560.000

Whittier harus menghasilkan pendapatan $560.000 untuk mencapai target laba sebesar
$60.000. Karena impas adalah $240.000) diatas impas harus dihasilkan. Perhatikan bahwa
perkalian antara rasio margin kontribusi dengan pendapatan di atas impas menghasilkan laba
sebesar $60.000 (0,1875 x $320.000). Diatas impas, rasio margin kontribusi merupakan rasio
laba;
karena itu, rasio tersebut menggambarkan bagian dari setiap dolar penjualan yang dapat
diperuntukkan bagi laba. Dalam contoh ini, setiap dolar penjualan yang diterima di atas impas
akan meningkatkan laba sebesar $0,1875.
Secara umum dengan asumsi biaya tetap tidak berubah, rasio margin kontribusi dapat
digunakan untuk mengetahui dampak terhadap laba atas perubahan pendapatan penjualan. Untuk
memperoleh total perubahan dalam laba yang diakibatkan oleh perubahan pendapatan, kalikan
rasio margin kontribusi dengan perubahan dalam penjualan. Sebagai contoh, jika pendapatan
penjualan adalah $540.000, bukan $560.000, bagaimana pengaruhnya terhadap laba yang
diharapkan? Penurunan pendapatan penjualan sebesar $20.000 akan mengakibatkan penurunan
laba sebesar $3750 (0,1875 x $20.000).

Membandingkan Kedua Pendekatan


Untuk pengaturan produk tunggal, pengubahan titik impas dalam unit menjadi impas dalam
pendapatan penjualan hanya merupakan masalah pengalian harga jual per unit dengan unit yang
terjual. Namun ada dua alasan yang membuat manajemen menggunakan kedua rumus tersebut,
yaitu:
1. Rumus pendapatan penjualan memungkinkan kita untuk mencari pendapatan secara angsung
jika hal tersebut dikehendaki
2. Pendekatan pendapatan penjualan jauh lebih mudah untuk digunakan dalam pengaturan
multiproduk yang memiliki harga yang bervariasi.
E. Analisis Multiproduk
Analisis biaya volume laba cukup mudah diterapkan dalam pengaturan produk tunggal.
Namun, kebanyakan perusahaan memproduksi dan menjual sejumlah produk atau jasa.
Meskipun
kompleksitas konseptual dari analisis CVP lebih tinggi dalam situasi multiproduk,
pengoperasiannya tidak berbeda jauh.
Beban tetap langsung (direct fixed expenses) adalah biaya tetap yang dapat ditelusuri ke
setiap produk dan akan hilang jika produk tersebut tidak ada.
Beban tetap umum adalah biaya tetap yang tidak dapat ditelusuri ke produk dan akan tetap
muncul meskipun salah satu produk ditelusuri.
Contoh Whittier Company telah memutuskan untuk menawarkan dua model mesin pemotong
rumput, yaitu mesin manual dengan harga $400/unit dan mesin otomatis dengan harga $800/unit.
Departemen pemasaran yakin bahwa 1.200 mesin pemotong rumput manual dan 800 mesin
pemotong rumput otomatis dapat terjual tahun depan. Proyeksi Laporan Laba Rugi terlihat
sebagai
berikut:

Mesin Manual
Mesin
Otomatis Total
Penjualan 480.000

640.000

1.120.000
Dikurangi: beban Variabel 390.000

480.000

870.000
Margin Kontribusi 90.000

160.000

250.000
Dikurangi: Beban tetap Langsung 30.000

40.000

70.000
Margin Produk 60.000

120.000

180.000
Dikurangi: Beban tetap Umum

26.250
Laba Operasi

153.750
1. Titik Impas Dalam Unit
Pengalokasian biaya tetap umum ke setiap lini produk sebelum menghitung titik impas dapat
mengatasi kesulitan ini. Permasalahan dalam pendekatan ini adalah alokasi biaya tetap umum
bersifat acak. Jadi, tidak ada volume impas yang tampak secara langsung.
Dalam contoh Whittier di atas, jika dihiting unit impas individu dari mesin maual dan mesin
otomatis, diperoleh hasil:
Unit impas mesin manual = Biaya Tetap/(Harga-Biaya Variabel per unit)
= $30.000/$75
= 400 unit
Unit Impas mesin otomatis = $40.000/$200
= 200 unit

Jadi 400 unit mesin manual dan 200 unit mesin otomatis harus dijual untuk mencapai margin
produk impas, namun margin produk impas hanya menutup biaya tetap langsung, biaya tetap
umum masih belum tertutup. Padahal biaya tetap umum harus diperhatikan untuk mencari titik
impas bagi penjualan secara keseluruhan.
Pengalokasian biaya tetap umum ke setiap lini produk sebelum menghitung titik impas dapat
mengatasi kesulitan ini, namun permasalahan dalam pendekatan ini adalah alokasi biaya tetap
umum yang bersifat acak, jadi tidak ada volume impas yang tampak secara langsung.
Kemungkinan pemecahan lainnya adalah dengan mengkonversikan masalah multiproduk
menjadi masalah produk tunggal. Jika hal ini dapat dilakukan, maka seluruh metodologi CVP
produk tunggal dapat diterapkan secara langsung. Kunci dari konversi ini adalah dengan
mengidentifikasi bauran penjualan yang diharapkan dalam unit dari produk-produk yang
dipasarkan. Bauran penjualan (sales mix) adalah kombinasi relative dari berbagai produk yang
dijual perusahaan.
Penentuan bauran penjualan, bauran penjualan dapat diukur dalam unit yang terjual atau
bagian dari pendapatan.
Contohnya; Jika Whittier berencana menjual 1.200 mesin pemotong rumput manual dan 800
pemotong rumput otomatis, maka bauran penjualan dalam unit adalah 1.200 : 800, atau 3 : 2.
Bauran penjualan juga dapat dinyatakan dalam persentase dari total pendapatan yang
dikontribusikan oleh setiap produk. Pada kasus Whittier, pendapatan mesin pemotong rumput
manual adalah $480.000 ($400 x 1.200). dan pendapatan mesin pemotong rumput otomatis
adalah
$640.000 ($800 x 800).
Pendapatan Mesin pemotong rumput manual = 480.000/(480.000+640.000)
= 42,86% dari penjualan
Pendapatan mesin pemotong rumut otomatis = 640.000/(480.000+640.000)
= 57,14% dari penjualan.

Jadi bauran penjualan dalam unit adalah sebesar 3 : 2 atau 60% : 40% yang berarti bahwa
Whittier berharap dapat menjual 3 mesin pemotong rumput manual atas setiap penjualan 2 mesin
pemotong rumput otomatis. Sedangkan bauran penjualan dalam pendapatan adalah sebesar
42,86% : 57,14% untuk mesin manual dan mesin otomatis. Perbedaan perbandingan iini
diakibatkan karena bauran penjualan dalam pendapatan menggunakan bauran penjualan dalam
unit dan memberikan bobot menurut harganya masing-masing. Untuk analisis CVP, kita harus
menggunakan bauran penjualan yang dinyatakan dalam unit.
Bauran penjualan dan analisis CVP, penentuan bauran penjualan terutama memungkinkan
kita untuk mengonversi masalah multiprodduk kedalam format CVP produk tunggal. Karena
Whittier berharap dapat menjual 3 mesin pemotong rumput manual atas setiap penjualan 2 mesin
pemotong rumput otomatis, Whittier bisa mengidentifikasikan produk tunggal yang dijualnya
sebagai suatu paket yang berisi tiga mesin pemotong rumput manual dan dua mesin pemotong
rumput otomatis.
Dengan menetapkan produk tersebut dalam suatu paket, maslah multiproduk dikonversi
menjadi masalah produk tunggal. Untuk lebih jelasnya lihat perhitungan berikut:
Produk (a)
Harga
Variabel Per
Unit (b)
Biaya
Kontribusi
Per Unit (c)
Margin
Penjualan
(d)
Bauran
Kontribusi
per unit
paket (e)
Margin
(f) =d x
e
Manual

400

325

75

3
225
Otomatis

800

600

200

400
Total Paket

625

Berdasar margin kontribusi per paket di atas, persamaan dasar impas dapat digunakan untuk
menentukan jumlah paket yang harus dijual Whittier pada titik impas.
Paket Impas = Total Biaya Tetap/Margin Kontribusi Per Paket
= (70.000+26.250)/625
= 154 paket

Jadi Whittier harus menjual


Unit mesin manual = 154 x 3
= 462 unit
Unit mesin otomatis = 154 x 2
= 308 unit
Kelemahan metode ini yaitu sulit digunakan untuk perusahaan dengan banyak jenis produk.
Cara mengatasinya antara lain dengan:
a. Melakukan penyederhanaan yaitu dengan menganalisis kelompok produk, bukan individu
produk, atau
b. Menggunakan pendekatan pendapatan penjualan.

2. Pendekatan Dolar Penjualan


Titik impas dalam dolar penjualan secara implisit menggunakan asumsi bauran penjualan,
tetapi mengabaikan persyaratan penghitungan margin kontribusi per paket. Tidak ada
pengetahuan
terhadap data produk individual yang diperlukan. Upaya perhitungannya mirip dengan yang
digunakan dalam pengaturan produk tunggal. Selain itu, jawabannya masih dinyatakan dalam
pendapatan penjualan. Tidak seperti titik impas dalam unit, jawaban atas pertanyaan CVP yang
menggunakan dolar penjualan tetap dinyatakan dalam ukuran ikhtisar tunggal. Namun
pendekatan
pendapatan penjualan mengorbankan informasi yang berkaitan dengan kinerja tiap – tiap produk.
Contoh kasus pada Whittier.

Total
Penjualan 1.120.000
Dikurangi: beban Variabel 870.000
Margin Kontribusi 250.000
Dikurangi: Total Beban tetap 96.250
Laba Operasi 153.750

Dari data di atas diperoleh rasio margin kontribusi adalah sebesar 250.000/1.120.000 = 0,2232.
Maka besar penjualan impas yaitu:
Penjualan impas = Biaya tetap/rasio margin kontribusi
= $96.250/0,2232
= $431.228
Hasil perhitungan ini akan sama dengan hasil perhitungan titik impas dalam unit. Jumlah paket
yang harus dijual pada saat impas adalah 154 sedangkan harga jual per paket adalah 2.800 (3 x
400 + 2 x 800), sehingga total penjualannya yaitu sebesar 154 x 2800 = 431.200, terdapat sedikit
perbedaan karena pembulatan dalam menghitung rasio margin kontribusi.
F. Representasi Grafis Dari Hubungan CVP
Perseroan wajib menjelaskan antara lain kebijakan akuntansi untuk:
Untuk memahami hubungan CVP lebih mendalam, dapat dilakukan melalui penggambaran
secara
visual. Penyajian secara grafis dapat membantu para manajer melihat perbedaan antara biaya
variable dan pendapatan. Hal itu juga dapat membantu mereka memahami dampak kenaikan atau
penurunan penjualan terhadap titik impas dengan cepat. Dua grafik dasar yang penting, grafik
laba
volume dan grafik biaya volume laba, yang akan dijelaskan sebagai berikut :
Grafik Laba Volume
Grafik laba volume (profit volume grafh) menggambarkan hubungan antara laba dan volume
penjualan secara visual. Grafik laba volume merupakan grafik dari persamaan laba operasi [laba
operasi = (harga x unit) – (biaya variable per unit x unit) – biaya tetap]. Dalam grafik ini, laba
operasi merupakan variable terikat dan unit merupakan variable bebas. Nilai variable bebas
biasanya diukur pada sumbu horizontal dan nilai variable terikat pada sumbu vertical.
(Contoh Grafik Laba Volume)
Grafik Biaya Volume Laba
Grafik biaya volume laba (cost volume profit graph) menggambarkan hubungan antara biaya,
volume dan laba. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih terperinci, perlu dibuat grafik dengan
dua garis terpisah : garis total pendapatan dan garis total biaya. Tiap – tiap garis ini mempunyai
dua persamaan berikut :

Pendapatan = harga x unit


Total biaya = (biaya variable per unit x unit) + Biaya tetap
Asumsi – asumsi pada Analisis Biaya Volume Laba
Grafik laba volume dan biaya volume laba yang baru diilustrasikan mengandalkan beberapa
asumsi penting. Berikut beberapa dari asumsi tersebut :
1. Analisis mengasumsikan fungsi pendapatan dan fungsi biaya berbentuk linear
2. Analisis mengasumsikan harga, total biaya tetap, dan biaya variable per unit dapat
diidentifikasikan secara akurat dan tetap konstan sepanjang tentang yang relevan
3. Analisis mengasumsikan apa yang diprosuksi dapat dijual
4. Untuk analisis multiproduk, diasumsikan bauran penjualan diketahui
5. Diasumsikan harga jual dan biaya diketahui secara pasti.

G. Perubahan Dalam Variabel CVP


Karena perusahaan beroperasi dalam dunia yang dinamis, mereka harus memperhatikan
perubahan – perubahan yang terjadi dalam harga, biaya variable, dan biaya tetap. Perusahaan
juga
harus memperhitungkan pengaruh resiko dan ketidakpastian. Kita akan membahas pengaruh dari
perubahan harga, margin kontribusi per unit, dan biaya tetap terhadap titik impas. Kita juga akan
membahas cara – cara yang dapat ditempuh para manajer untuk menangani risiko dan
ketidakpastian dalam kerangka CVP
Memperkenalkan Risiko dan Ketidakpastian
Asumsi penting dari analisis CVP adalah harga dan biaya diketahui dengan pasti. Namun, hal
tersebut jarang terjadi. Risiko dan ketidakpastian adalah bagian dari pengambilan keputusan
bisnis
dan bagaimananpun hal itu harus ditangani. Secara formal, risiko berbeda dengan ketidak
pastian.
Distribusi probabilitas variable pada risiko dapat diketahui, sedangkan distribusi probabilitas
variable pada ketidakpastian tidak diketahui. Namun, pada tujuan pembahasan kita, kedua istilah
tersebut akan digunakan secara bergantian.
Margin pengaman ( margin of safety ) adalah unit yang terjual atau diharapkan terjual atau
pendapatan yang dihasilkan atau diharapkan untuk dihasilkan yang melebihi volume impas.
Sebagai contoh jika volume impas perusahaan adalah 200 unit dan perusahaan saat ini menjual
500 unit, maka margin pengamannya adalah 300 unit (500-200). Margin pengaman juga dapat
dinyatakan dalam pendapatan penjualan. Jika penjualan impas adalah $200.000 dan pendapatan
saat ini adalah $350.000, maka margin pengamannya adalah $150.000.
Rasio margin pengaman dapat dinyatakan dalam (pendapatan penjualan yang
dianggarkanpendapatan
penjualan
impas)/pendapatan
penjualan
x
100%.
Dalam
contoh
di
atas,
rasio
margin

pengamannya
yaitu
sebesar
(350.000-200.000)/200.000=
75%.

Margin pengamandapat dipandang sebagai ukuran kasar dari risiko. Pada kenyataannya
peristiwa yang tidak diketahui selalu muncul ketika rencana disusun. Hal itu dapat menurunkan
penjualan di bawah jumlah yang diharapkan. Apabila margin pengaman perusahaan adalah besar
atas penjualan tertentu yang diharapkan tahun depan, maka risikomenderita kerugian jika
penjualan menurun lebih kecil daripada margin pengamannya kecil. Manager yang menghadapi
margin pengaman yang rendah mungkin ingin mempertimbangkan berbagai tindakan untuk
meningkatkan penjualan atau mengurangi biaya. Langkah-langkah
Pengungkit Operasi, dalam ilmu fisika, alat pengungkit adalah mesin sederhana yang
digunakan untuk melipatgandakan kekuatan. Pada dasarnya, pengungkit tersebut
melipatgandakan
kekuatan tenaga yang dikeluarkan untuk menghasilkan lebih banyak pekerjaan. Semakin besar
beban yang digerakkan oleh sejumlah tertentu tenaga, semakin besar keunggulan mekanis dari
alat
tersebut. Dalam bidang keuangan pengungkit operasi berkaitan dengan bauran relative dari biaya
tetap dan biaya variable dalam suatu organisasi. Pertukaran antara biaya tetap dengan biaya
variable adalah suatu hal yang mungkin dilakukan.
Tingkat pengungkit operasi (degree of operating leverage – DOL) untuk tingkat penjualan
tertentu dapat diukur dengan menggunakan rasio margin kontribusi terhadap laba.
Tingkat pengungkit operasi = Margin kontribusi/laba
Analisis Sensitivitas dan CVP
Meluasnya penggunaan computer dan spreadsheet telah memudahkan para manajer
melakukan analisis sensitivitas. Sebagai sebuah alat penting, analisis sensitivitas (sensitivity
analysis) adalah teknik “bagaimana-jika” yang menguji dampak dari perubahan asumsi –asumsi
yang mendasarinya terhadap suatu jawaban.
H. Analisis CVP Dan Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas
Analisis CVP konvensional mengasumsikan semua biaya perusahaan dapat dikelompokkan
dalam dua kategori : biaya variabel dan biaya tetap. Pada sistem perhitungan biaya berdasarkan
aktivitas, biaya dibagi dalam kategori berdasarkan unit dan non-unit.
Perbandingan antara titik impas ABC dengan titik impas konvensional mengungkapkan dua
perbedaan yang signifikan. Pertama, biaya tetapnya berbeda. Beberapa biaya yang sebelumnya
diidentifikasi sebagai biaya tetap dapat berbeda dengan penggerak. Kedua, pembilang pada
persamaan impas ABC memiliki dua istilah biaya variabel non-unit : satu untuk aktivitas yang
berkaitan dengan batch dan satu untuk aktivitas yang berkaitan dengan keberlanjutan produk.
Jika
suatu perusahaan menganut JIT, maka biaya variabel per unit yang dijual berkurang dan biaya
tetap bertambah.

Anda mungkin juga menyukai