ANALISA BIAYA-VOLUME-LABA
Oleh :
DINDA DARA MITA 181011202063 0
SIVA NURHALIZA 181011200589
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ ii
BAB I...................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................................. 1
BAB II.................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN..................................................................................................................... 2
1
2.7.1 Margin of Safety.............................................................................................. 19
2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penyusun mohon
maaf yang sebesar-besarnya
ii
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada Bapak Dr.H.Suripto,S.E.,M.Ak dosen Akuntasi Manajemen Universitas
Pamulang dan juga kepada penulis buku Akuntansi Manajemen yaitu Baldric
Siregar, Bambang Suripto, Dody Hapsoro, Eko Widodo LO dan Frasto Biyanto
yang menjadi referensi kami dalam menyusun makalah ini.
Penyusun
iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
bijak mengambil keputusan yang pasti dan tidak mengandung resiko yang dapat
merugikan perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2
5. Melakukan analisis apa yang akan dilakukan, jika sesuatu dipilih oleh
manajemen
3
2.2.1 PENDEKATAN LABA OPERASI
Perhitungan titik impas dalam unit penjualan dapat dilakukan dengan cara
memusatkan perhatian pada laba oprasi atau disebut dengan pendekatan laba
operasi (operating income approach).Perlu diperhatikan bahwa penggunaan
istilah laba operasi menunjukkan jumlah laba sebelum pajak. Selain itu, laba
operasi hanya meliputi pendapatan dan biaya yang berasal dari aktivitas operasi
normal perusahaan.
Laba operasi = (Harga jual per unit x Jumlah unit penjualan) – (Biaya
variabel per unit x jumlah unit penjualan) – Biaya tetap
total
Contoh Soal :
4
Laba sebelum pajak Rp. 30.000.000
Unit = 600
Oleh karena itu, PT Gemah Ripah harus dapat menjual sebanyak 600 unit mesin
motor dalam rangka menutup semua biaya tetap dan biaya variabel. Salah satu cara yang
dapat digunakan untuk mengecek jawaban tersebut adalah dengan memformulasikan
laporan laba rugi berdasarkan 600 unit penjualan.
5
2.2.2 PENDEKATAN MARGIN KONRIBUSI
Perhitungan titik impas dalam unit penjualan dapat dilakukan lebih cepat
dengan cara memusatkan perhatian pada margin kontribusi atau disebut dengan
pendekatan margin kontribusi (contribution margin approach).
Apabila margin kontribusi per unit diganti dengan harga jual per unit
dikurangi biaya variabel per unit pada persamaan laba operasi dan diperoleh
jumlah unit, maka akan diperoleh persamaan impas sebagai berikut :
Rp. 75.000.0000
= Rp.75.000
1.000
Cara Kedua :
Dengan mengurangi harga jual per unit dengan biaya variabel per unit
6
Untuk menghitung jumlah titik impas dalam unit,sebagai berikut :
Rp. 45.000.000
Jumlah unit =
Rp. 400.00 – Rp. 325.000
Rp 45.000.000
=
Rp. 75.000
= 600 unit
Hasil yang diperoleh di atas sama dengan hasil perhitungan yang
dilakukan dengan menggunakan laporan laba rugi.
Analisa BVL memberi cara untuk menentukan jumlah unit produk yang
harus dijual agar perusahaan mampu memperoleh laba yang ditargetkan. Laba
operasi yang ditargetkan dapat ditunjukkan sebagai jumlah rupiah, misalnya
sebesar Rp.20.000.000 atau sebagai persentase dari pendapatan penjualan,
misalnya 15 persen dari pendapatan penjualan. Baik pendekatan laba operasi
maupun pendekatan margin kontribusi dapat dengan mudah digunakan untuk
menghitung laba yang ditargetkan.
Laba Ditargetkan dalam Bentuk Rupiah
Diasumsikan bahwa PT Gemah Ripah ingin memperoleh laba operasi
sebesar Rp.60.000.000, tentukan berapa jumlah mesin motor yang
seharusnya dijual untuk mencapai laba tersebut?
Pendekatan laporan laba rugi operasi :
Rp.60.000.000 = (Rp.400.000 x unit) – (Rp.325.000 x unit) –
Rp.45.000.000
Rp.105.000.000 = Rp.75.000 x unit
Unit = 1.400
7
Pendekatan margin kontribusi :
Rp.45.000.000 + Rp.60.000.000
Unit =
Rp.400.000 – Rp.325.000
Rp.105.000.000
=
Rp.75.000
= 1.400
Laporan laba rugi berikut ini menunjukkan hasil perhitungan di atas.
Penjualan ( 1.400 unit @ Rp. 400.000) Rp. 560.000.000
Biaya Variabel (Rp. 455.000.000)
Margin Kontribusi Rp. 105.000.000
Biaya tetap (Rp. 45.000.000)
Laba sebelum pajak Rp. 60.000.000
8
2.2.4 TARGET LABA SETELAH PAJAK
Pada umumnya pajak dihitung sebagai persentase dari laba. Laba setelah
pajak dihitung dengan cara mengurangkan pajak dari laba operasi sebelum pajak
seperti berikut :
Laba bersih = Laba Operasi – Pajak
= Laba Operasi – (Tarif pajak x Laba Operasi)
= Laba Operasi (1-Tarif pajak)
Atau
Laba bersih
Laba operasi =
1- Tarif pajak
9
Penjualan ( 1.600 unit @ Rp. 400.000) Rp. 640.000.000
Biaya Variabel (Rp. 520.000.000)
Margin Kontribusi Rp. 120.000.000
Biaya tetap (Rp. 45.000.000)
Laba sebelum pajak Rp. 75.000.000
Pajak (25% Tarif pajak) (Rp. 18.750.000)
Laba setelah pajak Rp. 56.250.000
Untuk menghitung titik impas dalam rupiah penjualan, biaya variabel perlu
dinyatakan dalam persentase dari penjualan bukan dalam jumlah per unit
penjualan.
Contoh soal :
Diketahui : harga pulpen Rp.10.000
Biaya variabel RP.6.000
Ditanya : Margin kontribusi?
Berapakah biaya variabel total jika pulpen tersebut terjual
10 unit?
Berapa rasio biaya variabelnya?
Jawab : Margin kontribusi = Rp.10.000 – Rp.6.000
= Rp.4.000
Biaya variabel total = Rp.6.000 x 10 unit = Rp.60.000
Rasio biaya variabel :
Rp.6.000/Rp.10.000 = 60%
Angka 60% di atas merupakan rasio biaya variabel (variabel cost ratio).
Angka tersebut merupakan proporsi setiap rupiah penjualan yang harus digunakan
untuk menutup biaya variabel. Rasio biaya variabel dapat dihitung dengan
menggunakan data total maupun data per unit. Sisa persentase rupiah penjualan
setelah biaya variabel ditutup merupakan rasio margin kontribusi (contribution
10
margin ratio). Rasio margin kontribusi adalah proporsi setiap rupiah penjualan
yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba.
Pada contoh diatas maka rasio margin kontribusi adalah :
Rasio margin kontribusi = 100% - rasio biaya variabel
= 100% - 60%
= 40%
Hal ini karena rasio biaya variabel dan rasio margin kontribusi bersifat
saling melengkapi. Dengan kata lain, setelah proporsi atau bagian dari rupiah
penjualan digunakan untuk menutup biaya variabel, maka sisanya merupakan
komponen margin kontribusi.
Bagaimana jika persamaan dasae impas digunakan untuk menentukan titik
impas dalam pendapatan penjualan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut dapat
digunakan pendekatan berikut ini. Perhatikan bahwa rumus titik impas dalam unit
adalah sebagai berikut :
Biaya tetap total
Unit impas =
Harga jual per unit – Biaya variabel per unit
Apabila kedua sisi persamaan di atas dikalikan dengan harga jual per
unit, maka pada sisi kiri persamaan akan sama dengan pendapatan penjualan pada
titik impas.
Biaya tetap total
Unit impas x Harga jual per unit =
Harga jual/unit – Biaya
variabel/unit
Harga jual/unit
Penjualan impas = Biaya tetap total x
Harga jual/unit – Biaya variabel/unit
Harga jual/unit
Penjualan impas = Biaya tetap total x
Margin Kontribusi
11
Biaya tetap total
Penjualan impas =
Rasio margin kontribusi
Rp.45.000.000 + Rp.60.000.000
Penjualan =
0,1875
Rp.105.000.000
=
0,1875
= Rp.560.000.000
PT Gemah Ripah harus memperoleh pendapatan penjualan sebesar
Rp.560.000.000 agar dapat mencapai target laba sebesar Rp.60.000.000.
Pada umumnya dengan asumsi bahwa biaya tetap tidak berubah, rasio
margin kontribusi dapat digunakan untuk menghitung dampak perubahan
pendapatan penjualan terhadap laba. Untuk menghitung perubahan laba total
sebagai akibat dari perubahan pendapatan, secara sederhana dapat dilakukan
dengan cara mengalikan rasio margin kontribusi dengan perubahan penjualan.
Dalam situasi produk tunggal, mengonversi titik impas dalam unit menjadi
titik impas dalam pendapatan penjualan merupakan masalah yang sederhana, yaitu
dengan cara mengalikan harga jual per unit dengan jumlah unit yang terjual.
Namun, muncul pertanyaan mengapa digunakan rumus terpisah untuk pendekatan
pendapatan penjualan? Ada dua alasan untuk menjawab pertanyaan tersebut
12
Pertama, rumus pendapatan penjualan memungkinkan perusahaan
untuk secara langsung mencari pendapatan penjualan apabila hal
tersebut memang dikehendaki.
Kedua, Pendekatan pendapatan penjualan jauh lebih mudah
digunakan dalam situasi multiproduk.
2.4ANALISA MULTIPRODUK
14
Cara lain yang dapat digunakan untuk memecahkan kesulitan atau
persoalan di atas adalah dengan mengonversi permasalahan yang terdapat pada
multiproduk ke dalam permasalahan yang terdapat pada produk tunggal. Apabila
hal tersebut dilakukan, maka metodologi analisis BVL untuk produk tunggal
dapat diterapkan secara langsung untuk multiproduk. Cara terbaik untuk
mengonversi adalah dengan mengidentifikasi bauran penjualan (sales mix) yang
diekspektasi dalam unit produk. Bauran penjualan merupakan kombinasi relative
dari produk-produk yang dijual oleh perusahaan.
Proyeksi laporan laba rugi di atas disusun dengan asumsi bahwa 1.200
mesin motor A dan 800 mesin motor B akan dijual (bauran penjualan 3:2). Titik
impas dalam pendapatan penjualan juga didasrkan atas ekspektasi bauran
penjualan. Seperti halnya dalam pendekatan unit penjualan (unit-sold approach),
bauran penjualan yang berbeda akan menghasilkan hasil yang berbeda.
Dengan menggunakan laporan laba rugi, pertanyaan yang berhubungan
dengan BVL akan dapat dijawab. Sebagai contoh, berapa pendapatan penjualan
harus diperoleh perusahaan untuk mencapai titik impas? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, biaya tetap total sebesar Rp.96.250.000 dibagi dengan rasio
margin kontribusi 0,2232 (Rp.250.000.000/Rp.1.120.000.000).
15
Biaya tetap total
Penjualan impas =
Rasio margin kontribusi
Rp.96.250.000
=
0,2232
= Rp.431.228.000
16
2.5.2 GRAFIK BIAYA – VOLUME – LABA
17
2.5.3 ASUMSI-ASUMSI DALAM ANALISA BVL
18
2.6PERUBAHAN DALAM VARIABEL BVL
Satu asumsi penting dalam analisis BVL adalah bahwa harga jual per unit
dan biaya telah diketahui dengan pasti. Pada kasus yang sesungguhnya, asumsi
tersebut jarang terjadi. Risiko dan ketidakpastian merupakan bagian penting yang
harus dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan bisnis.
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan oleh manajer dalam
menghadapi masalah risiko dan ketidakpastian. Dua konsep atau metode yang
sangat bermanfaat bagi manajer perusahaan dalam menghadapi masalh risiko dan
ketidakpastian adalah margin of safety (margin aman) dan operating leverage
(pengungkit operasi)
Margin of safety adalah unit penjualan atau yang diharapkan dapat dijual
di atas volume impas. Selain itu, margin of safety juga dapat didefinisikan sebagai
pendapatan yang diperoleh atau pendapatan yang diharapkan akan diperoleh
perusahaan diatas volume impas.
Sebagai contoh, apabila volume impas suatu perusahaan adalah sebanyak
200 unit dan saat ini perusahaan berhasil menjual sebanyak 500 unit, maka margin
19
of safety adalah sebesar 300 unit (500 unit – 200 unit). Margin of safety juga
dapat diekspresikan dalam bentuk pendapatan penjualan. Apabila volume impas
adalah sebesar sebesar Rp.200.000.000 dan perkiraan pendapatan penjualan
adalah sebesar Rp.350.000.000, maka margin of safety adalah sebesar
Rp.150.000.000.
20
dibandingkan sistem manual, maka biaya tetap akan lebih tinggi dan biaya
variabel per unit akan lebih rendah, Data relevan untuk tingkat penjualan 10.000
unit adalah sebagai berikut :
Total biaya = Biaya tetap + (Biaya variabel per unit x Jumlah unit) + (biaya
Setup x Jumlah Setup) + (Biaya per jam mesin x Jumlah jam
mesin)
Laba Operasi = Total pendapatan – [(Biaya tetap + (Biaya variabel per unit x
Jumlah unit) + (Biaya Setup x Jumlah Setup) + (Biaya per
jam mesin x Jumlah jam mesin)]
24
Perbandingan titik impas ABC dengan titik impas konvensional
mengungkapkan dua perbedaan yang signifikan. Pertama, biaya tetapnya berbeda.
Beberapa biaya yang sebelumnya diidentifikasi sebagai biaya tetap dalam
kenyataannya dapat bervariasi sesuai dengan pemicu biaya non unit, dalam hal ini
adalah jumlah setup dan jumlah jam mesin. Kedua, pembilang persamaan titik
impas ABC memiliki dua istilah baiay variabel non unit, yaitu : satu untuk
aktivitas yang berkaitan dengan batch, dan satu lagi untuk aktivitas yang
mempertahankan produk.
Data lainnya :
Total biaya tetap (konvensional) Rp.100.000.000
Total biaya tetap ABC 50.000.000
Harga jual per unit 20.000
Dengan menggunakan analisis BVL pendekatan konvensional, jumlah unit
yang harus terjual untuk menghasilkan laba sebelum pajak sebesar Rp.20.000.000
dihitung sebagai berikut
25
Rp.20.000.000 + Rp.100.000.000
=
Rp.20.000 – Rp.10.000
Rp. 120.000.000
=
Rp.10.000
= 12.000 unit
Dengan menggunakan analisis BVL pendekatan ABC, jumlah unit yang
harus terjual untuk menghasilkan laba operasi sebesar Rp.20.000.000 dihitung
sebagai berikut.
Rp.20.000.000 + Rp.50.000.000 + (Rp.1.000.000 x 20) +
(Rp.30.000 x 1,000)
Jumlah unit =
Rp.20.000 – Rp.10.000
= 12.000 unit
Jumlah unit yang harus dijual adalah sama menurut kedua pendekatan.
Alasannya sederhana. Kelompok total biaya tetap menurut perhitungan biaya
konvensional terdiri atas biaya variabel berbasis nonunit ditambah biaya yang
dianggap tetap tanpa memerhatikan pemicu aktivitas. Sistem ABC memilah-milah
bebrbagai biaya variabel berdasarkan nonunit. Biaya-biaya tersebut berhubungan
dengan tingkat tertentu dari setiap pemicu aktivitas. Pada pemicu aktivitas tingkat
batch, tingkatnya adalah 20 setup dan untuk variabel tingkat produk, tingkatnya
adalah 1.000 jam mesin. Selama tingkat aktivitas pemicu biaya berdasarkan
nonunit tetap, maka hasil perhitungan sistem konvensional dan ABC akan tetap
sama. Namun, tingkat tersebut dapat berubah dan karenanya informasi yang
disediakan oleh kedua pendekatan dapat sangat berbeda. Persamaan ABC pada
analisis BVL merupakan reprensentasi yang lebih lengkap mengenai perilaku
biaya yang mendasar dan dapat memberikan pemahaman strategis yang penting.
26
Diasumsikan bahwa setelah dialkukan analisis BVL Konvensional,
departemen pemasaran menyatakan bhawa penjualan 12.000 unit tidak mungkin
dapat dicapai. Pada kenyataannya hanya 10.000 unit yanh mungkin dapat dijual.
Presiden direktur perusahaan kemudian meminta kepada para perancang produk
mencari cara untuk mengurangi biaya pembuatan produk. Para perancang juga
diminta untuk mempertahankan persamaan biaya konvensional, yaitu biaya tetap
sebesar Rp.100.000.000 dan biaya variabel per unit sebesar Rp.10.000. Biaya
variabel per unit sebesar Rp.10.000 terdiri atas: tenaga kerja langsung Rp.4.000;
bahan baku Rp.5.000; dan overhead variabel Rp.1.000. Dalam rangka memenuhi
permintaan untuk mengurangi titik impas, mesin memproduksi suatu rancangan
produk baru yang membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja. Rancangan baru
tersebut mengurangi biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp.2.000 per unit.
Rancangan tersebut tidak akan mempengaruhi bahan baku dan overhead variabel.
Dengan demikian, biaya variabel yang baru adalah sebesar Rp.8.000 per unit dan
titik impas sebagai berikut :
Biaya tetap
Jumlah unit =
Harga – Biaya variabel per unit
Rp.100.000.000
=
Rp.20.000 – Rp.8.000
= 8.333 unit
Proyeksi laba apabila 10.000 unit terjual adalah sebagai berikut :
Penjualan (Rp.20.000 x 10.000) Rp.200.000.000
Biaya variabel (Rp.8.000 x 10.000) (80.000.000)
Margin kontribusi Rp.120.000.000
Biaya tetap (100.000.000)
Laba Rp.20.000.000
27
perusahaan justru mengalami rugi. Mengapa? Jawabannya ditunjukkan melalui
pendekatan ABC pada analisi BVL.
Hubungan biaya ABC semula pada contoh di atas adalah sebagai berikut :
Total biaya = Rp.50.000.000 + (Rp.10.000 x unit) + (Rp.1.000.000 x Setup) +
(Rp.30.000 x Jam mesin)
Diasumsikan bahwa rancangan batu tersebut membutuhkan setup yang
lebih rumit, sehingga meningkatkan biaya per setup dari Rp.1.000.000 menjadi
Rp.1.600.000. Juga diasumsikan bahwa rancangan baru tersebut karena adanya
peningkatan kandungan teknis membutuhkan dukungan teknik tambahan sebesar
40% (dari 1.000 jam menjadi 1.400 jam). Persamaan biaya yang baru, termasuk
pengurangan biaya variabel tingkat unit adalah sebagai berikut.
Total biaya = Rp.50.000.000 + (Rp.8.000 x Unit) + (Rp.1.600.000 x Setup) +
(Rp.30.000 x Jam mesin)
Titik Impas dengan menetapkan laba operasi sama dengan nol dan
menggunakan persamaan ABC, dihitung sebagai berikut (diasumsikan bahwa 20
setup masih berlaku).
Rp.50.000.000 + (Rp.1.600.000 x 20) + (Rp.30.000 x 1.400)
Jumlah unit =
Rp.20.000 – Rp.8.000
Rp.124.000.000
=
Rp.12.000
= 10.333 unit
Laba untuk 10.000 unit adalah (ingat bahwa jumlah maksimum yang dapat
dijual adalah 10.000 unit) sebagai berikut :
Penjualan (Rp.20.000 x Rp.10.000) Rp.200.000.000
Biaya variabel berdasarkan unit (80.000.000)
(Rp.8.000 x 10.000)
Margin kontribusi Rp.120.000.000
Biaya variabel berdasarkan
28
nonunit:
Setup (Rp.1.600.000 x 20) Rp.32.000.000
Dukungan teknik (Rp.30.000 x 42.000.000 (74.000.000)
1.400)
Laba yang dapat ditelusuri Rp.46.000.000
Biaya tetap (50.000.000)
Laba (rugi) (Rp.4.000.000)
Apabila suatu perusahaan mengadopsi sistem JIT, maka biaya variabel per
unit dijual akan berkurang dan biaya tetap akan naik.
Persamaan biaya pada JIT dapat dinyatakan sebagai berikut :
Total biaya = Biaya tetap + (Biaya variabel per unit x Jumlah unit) + (Biaya
per jam mesin x Jumlah jam mesin)
29