Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ANALISA COST VOLUME PROFIT RELATIONSHIP

Untuk Memenuhi Tugas Individu


Mata Kuliah Seminar Akuntansi Manajemen
Dosen : Berna Napitupulu

Disusun oleh:

Kelompok II

1. Irwan Prayudhi ( NIM : 1711070115 )


2. ( NIM :)

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI


PROGRAM S-1 INTENSIF
ABFI INSTITUTE PERBANAS
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah–
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Seminar Akuntansi.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Sistem Informasi
Akuntansi II di Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi pada ABFI
Perbanas Jakarta. Makalah ini berisi informasi mengenai Investasi pada Efek
Tertentu berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). Diharapkan makalah ini dapat memberikan
manfaat dan informasi kepada siapapun yang membacanya.

Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan


dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak atas
partisipasinya dalam membantu proses penyusunan makalah ini.

Jakarta, Juli 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 2
1.3 Maksud dan Tujuan ......................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 3


2.1 Definisi Efek ..................................................................... 3
2.2 Akuntansi Investasi pada Efek Tertentu ........................ 3
2.3 Perubahan Kelompok Investasi ...................................... 6
2.4 Penyajian dan Pengungkapan Investasi pada Efek
Tertentu ............................................................................. 7

BAB III PENUTUP .................................................................................. 9


3.1 Kesimpulan ....................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis Biaya Volume Laba atau biasa disebut dengan Cost Volume
Profit Analysis (CVPA) merupakan suatu alat yang sangat tepat untuk
perencanaan dan pengambilan keputusan yang sangat mempengaruhi tingkat
laba. Hal ini dikarenakan CVP menekankan keterkaitan antara biaya,
kuantitas yang terjual, dan harga, semua informasi keuangan perusahaan
terkandung di dalamnya. Analisis CVP berfokus kepada lima hal, yaitu :
a. harga produk (prices of products);
b. volume produksi;
c. biaya variable per unit;
d. total biaya tetap (biaya yang sifatnya tetap tidak terpengaruh oleh
fluktuasi kuantitas produksi);
e. mix of product sold (bauran produk dalam penjualan).

Karena perannya yang sangat besar, cost volume profit analysis dapat
menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi manajemen untuk mengidentifikasi
ruang lingkup permasalahan ekonomi perusahaan serta membantu mencari
solusi atas permasalahannya.
Analisis CVP dapat membantu manajemen untuk mengetahui
beberapa hal penting, antara lain :
a. Berapa jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai titik impas
b. Dampak pengurangan Biaya Tetap (Fixed Cost) terhadap titik impas
c. Dampak kenaikan harga terhadap laba
d. Berapa volume penjualan dan bauran produk yang dibutuhkan untuk
mencapai tingkat laba yang diharapkan dengan sumber daya yang dimiliki
e. Tingkat sensitivitas harga atau biaya terhadap laba.

1
1.2 Rumusan Masalah

Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam


makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah
tersebut antara lain:
a. Bagaimana analisis cost volume profit terhadap multiproduk;
b. Bagaimana analisis cost volume profit terhadap penentuan bauran
penjualan;
c. Bagaimana penyajian dan pengungkapannya dalam Laporan Keuangan ;

1.3 Maksud dan Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan


makalah ini sebagai berikut :
a. Untuk memahami Investasi pada Efek Tertentu;
b. Untuk mengetahui penerapan Akuntansi Investasi pada Efek Tertentu;
c. Untuk mengetahui Penyajian dan Pengungkapan dalam Laporan
Keuangan;

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Analisis Biaya Volume Laba

Pengertian analisis CVP (cost volume profit) adalah analisis yang


digunakan untuk menentukan bagaimana perubahan dalam biaya dan volume
dapat mempengaruhi pendapatan operasional (operating income) perusahaan
dan pendapatan bersih (net income). Seperti kita ketahui, jumlah produk yang
dihasilkan perusahaan didalam suatu periode tertentu akan memiliki hubungan
langsung dengan besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan. Ketika biaya
itu dipertemukan dengan nilai penjualan produk yang dihasilkan oleh
perusahaan, laba perusahaan yang diperoleh pada suatu periode akan
terpengaruh menjadi lebih besar atau lebih kecil. Suatu analisa yang
menggambarkan bagaimana perubahan biaya variabel, biaya tetap, harga jual,
volume penjualan dan bauran penjualan akan mempengaruhi laba perusahaan
inilah yang disebut dengan analisis CVP (cost volume profit).

Analisis CVP merupakan instrumen yang lazim dipakai untuk


menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan
keputusan, misalkan dalam menetapkan harga jual produk. Proses analisis ini
memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan masalah dengan
bertumpukan pada pemahaman terhadap pola-pola perilaku biaya perusahaan.
Analisis biaya volume laba (cost profit analysis) merupakan alat yang berguna
untuk perencanaan dan pengambilan keputusan, khususnya jangka pendek,
karena analisis ini menekankan pada keterkaitan antara biaya, jumlah yang
dijual, dan harga. Analisis biaya volume laba juga dapat menjadi alat yang
berharga untuk mengidentifikasi luas dan besarnya masalah ekonomi yang
dihadapi perusahaan dan membantu menunjukkan secara tepat jawaban yang
diperlukan.

3
Analisis biaya volume laba dapat diterapkan dalam banyak hal,
diantaranya adalah :
1. Menentukan harga jual produk atau jasa
2. Memperkenalkan produk atau jasa baru
3. Mengganti peralatan
4. Memutuskan apakah produk atau jasa yang ada seharusnya dibuat di
dalam perusahaan atau dibeli dari luar perusahaan
5. Melakukan analisis apa yang akan dilakukan terhadap keputusan yang
diambil oleh manajemen

2.2 Asumsi Analisis Biaya Volume Laba

Dalam mengambil keputusan, manajemen juga melihat lima elemen


penting terkait analisis cost volume profit, yaitu :
1. Harga produk yaitu harga yang ditetapkan di dalam suatu periode tertentu
secara konstan.
2. Volume atau tingkat aktivitas yaitu besarnya produk yang dihasilkan dan
direncanakan akan dijual di dalam suatu periode tertentu.
3. Biaya variabel per unit yaitu besarnya biaya produk yang dibebankan
secara langsung pada setiap unit barang yang diproduksi.
4. Total biaya tetap yaitu keseluruhan biaya periodik di dalam suatu periode
tertentu.
5. Bauran volume produk yang dijual yaitu proporsi volume relatif produk-
produk perusahaan yang akan dijual.

Dalam melihat hubungan diantara kelima elemen tersebut terdapat


beberapa asumsi yang harus digunakan didalam hubungan diantara besarnya
biaya dan volume serta laba yang akan diperoleh, yaitu :
1. Harga jual produk yang konstan dalam cakupan yang relevan. Hal ini
berarti harga jual setiap unit produk tidak berubah walaupun terjadi
perubahan volume penjualan.
2. Biaya bersifat linear dalam rentang cakupan yang relevan dan dapat
dibagi secara akurat ke dalam elemen biaya tetap dan biaya variabel.
4
Jumlah biaya variabel per unit konstan dan jumlah biaya tetap total juga
harus konstan.
3. Dalam perusahaan mulitiproduk, bauran penjualannya tidak berubah.
4. Jumlah unit yang diproduksi sama dengan jumlah unit yang dijual. Berarti,
jumlah persediaan tidak berubah.

Analisis biaya-volume-biaya tergantung pada sejumlah asumsi yang


membatasi. Asumsi-asumsi tersebut diantaranya :
1. Semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya variable ataupun biaya tetap.
Dianggap bahwa biaya-biaya lainya, seperti biaya campuran, dapat
dipilah-pilah menjadi unsur-unsur biaya variabel dan tetap. Jumlah biaya
tetap sifatnya konstan pada saat aktivitas berubah, dan biaya variabel per
unit itidak berganti ketika aktivitas berubah. Efisiensi dan produktivitas
proses produktif serta tenaga kerja dianggap konstan pula.
2. Fungsi jumlah biaya adalah linier dalam kisaran relavan. Asumsi ini sahih
dalam kisaran relavan kegiatan usaha normal.
3. Fungsi jumlah kegiatan pendapatan adalah linier dalam kisaran relavan.
Harga jual per unit dianggap konstan dalam kisaran volume produksi. Hal
ini menyiratkan pasar yang murni kompetitif untuk produk atau jasa akhir.
Jumlah pendapatan berubah sebanding dengan perubaha volume
penjualan unit produk. Harga jual rata-rata perrunit produk adalah
konstan.
4. Analisisnya untuk sebuah produk atau bauran penjualan dari bermacam-
macam produk adalah konstan dalam kisaran relavan . Apabila produk-
produk mempunyai harga jual dan biaya yang berbeda-beda, perubahan
bauran penjualan akan mempengaruhi hasil-hasil analisis biaya-volume-
laba.
5. Hanya terdapat satu pemicu biaya : volume unit produk atau rupiah
penjualan.
6. Dalam perusahaan pabrikasi, tingkat persediaan pada awal dan akhir
periode adalah sama. Hal ini menyiratkaan bahwa jumlah unit yang
diproduksi selama periode berjalan sama dengan unit yang dijual.

5
Dengan pengertian dan asumsi seperti diatas maka jika salah satu
elemen saja berubah maka hasil analisis cost volume profit pasti akan
menghasilkan kesimpulan yang berbada dan dapat menghasilkan keputusan
yang berbeda juga. Meskipun tujuan utama dari analisis ini adalah untuk
melihat hubungan diantara elemen-elemen tersebut dan pengaruhnya satu
dengan yang lainnya.

Terkait asumsi dasar biaya diklasifikasikan sebagai biaya variabel dan


tetap, Manajemen harus teliti dalam memasukkan semua biaya variable yang
relevan yaitu tidak hanya biaya produksi saja tapi juga biaya penjualan dan
biaya distribusi. Ketelitian ini diperlukan untuk mengukur biaya variabel per
unit. Selain itu, (pada analisis jangka pendek) biaya tetap yang relevan dapat
diartikan sebagai biaya tetap yang diperkirakan berubah sehubungan dengan
peluncuran produk baru. Pada saat biaya variabel dan biaya tetap
dijumlahkan menjadi biaya total, dapat diasumsikan dengan analisis cost
volume profit bahwa pendapatan dan total biaya adalah linear pada rentang
aktivitas yang relevan. Meskipun perilaku biaya sebenarnya tidak relevan
dengan rentang output yang terbatas, total biaya diharapkan meningkat
mendekati tingkat yang linear.
Karena peran yang sangat vital, analisis cost volume profit ini dapat
diterapkan dalam banyak hal seperti menentukan harga jual produk atau jasa,
memperkenalkan produk atau jasa baru, mengganti peralatan, memutuskan
apakah produk atau jasa yang ada seharusnya dibuat di dalam perusahaan
atau dibeli dari luar perusahaan, dan melakukan analisis apa yang akan
dilakukan, jika sesuatu dipilih oleh manajemen.
Selain itu beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Linearitas dan Rentang yang relevan
Model CVP mengasumsikan bahwa pendapatan dan total biaya adalah
linear pada rentang aktivitas yang relevan. Meskipun perilaku biaya
sebenarnya tidak relevan dengan rentang output yang terbatas, total
biaya yang diharapkan meningkat mendekati tingkat yang linear.
b. Mengidentifikasi biaya tetap dan biaya variabel untuk analisis CVP
Pada analisis jangka pendek, biaya tetap yang relevan adalah biaya tetap
yang diperkirakan berubah sehubungan dengan peluncuran produk baru
6
untuk mengukur biaya variabel perunit, akuntan manajemen harus teliti
memasukkan semua biaya variable yang relevan, tidak hanya biaya
produksi tapi juga biaya penjualan dan biaya distribusi.

2.3 Analisis Cost Volume Profit

Pengertian analisis cost volume profit adalah analisis yang digunakan


untuk menentukan bagaimana perubahan dalam biaya dan volume dapat
mempengaruhi pendapatan operasional (operating income) perusahaan dan
pendapatan bersih (net income). Seperti kita ketahui, jumlah produk yang
dihasilkan perusahaan didalam suatu periode tertentu akan memiliki hubungan
langsung dengan besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan. Ketika biaya
itu dipertemukan dengan nilai penjualan produk yang dihasilkan oleh
perusahaan, laba perusahaan yang diperoleh pada suatu periode akan
terpengaruh menjadi lebih besar atau lebih kecil. Untuk melihat hubungan
antara ketiga variabel itu (biaya, volume, dan laba) diperlukanlah analisis cost
volume profit.
Manajemen merencanakan keuangan dan mengambil keputusan
dengan melihat hubungan besarnya biaya yang dikeluarkan suatu perusahaan
dengan besarnya volume penjualan serta laba yang diperoleh pada suatu
periode tertentu. Dalam mengambil keputusan, manajemen juga melihat lima
elemen penting terkait analisis cost volume profit, yaitu :
1. Harga produk yaitu harga yang ditetapkan di dalam suatu periode tertentu
secara konstan.
2. Volume atau tingkat aktivitas yaitu besarnya produk yang dihasilkan dan
direncanakan akan dijual di dalam suatu periode tertentu.
3. Biaya variabel per unit yaitu besarnya biaya produk yang dibebankan
secara langsung pada setiap unit barang yang diproduksi.
4. Total biaya tetap yaitu keseluruhan biaya periodik di dalam suatu periode
tertentu.
5. Bauran volume produk yang dijual yaitu proporsi volume relatif produk-
produk perusahaan yang akan dijual.

7
Dalam melihat hubungan diantara kelima elemen tersebut terdapat
beberapa asumsi yang harus digunakan didalam hubungan diantara besarnya
biaya dan volume serta laba yang akan diperoleh, yaitu :
1. Harga jual produk yang konstan dalam cakupan yang relevan. Hal ini
berarti harga jual setiap unit produk tidak berubah walaupun terjadi
perubahan volume penjualan.
2. Biaya bersifat linear dalam rentang cakupan yang relevan dan dapat dibagi
secara akurat ke dalam elemen biaya tetap dan biaya variabel. Jumlah
biaya variabel per unit konstan dan jumlah biaya tetap total juga harus
konstan.
3. Dalam perusahaan mulitiproduk, bauran penjualannya tidak berubah.
4. Jumlah unit yang diproduksi sama dengan jumlah unit yang dijual. Berarti,
jumlah persediaan tidak berubah.

Dalam referensi lain, asumsi dasar analisis cost volume profit


disederhanakan menjadi (a) semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya
variabel dan tetap, (b) fungsi jumlah biaya adalah linier dalam kisaran relevan,
(c) fungsi jumlah pendapatan adalah linier dalam kisaran relevan dan harga jual
dianggap konstan, (d) hanya terdapat satu pemicu biaya yaitu volume unit
produk / rupiah penjualan, dan (e) tidak ada persediaan. Dengan pengertian
dan asumsi seperti diatas maka jika salah satu elemen saja berubah maka
hasil analisis cost volume profit pasti akan menghasilkan kesimpulan yang
berbada dan dapat menghasilkan keputusan yang berbeda juga. Meskipun
tujuan utama dari analisis ini adalah untuk melihat hubungan diantara elemen-
elemen tersebut dan pengaruhnya satu dengan yang lainnya.

Terkait asumsi dasar biaya diklasifikasikan sebagai biaya variabel dan


tetap, manajemen harus teliti dalam memasukkan semua biaya variable yang
relevan yaitu tidak hanya biaya produksi saja tapi juga biaya penjualan dan
biaya distribusi. Ketelitian ini diperlukan untuk mengukur biaya variabel per unit.
Selain itu, (pada analisis jangka pendek) biaya tetap yang relevan dapat
diartikan sebagai biaya tetap yang diperkirakan berubah sehubungan dengan
peluncuran produk baru. Pada saat biaya variabel dan biaya tetap dijumlahkan
menjadi biaya total, dapat diasumsikan dengan analisis cost volume profit
8
bahwa pendapatan dan total biaya adalah linear pada rentang aktivitas yang
relevan. Meskipun perilaku biaya sebenarnya tidak relevan dengan rentang
output yang terbatas, total biaya diharapkan meningkat mendekati tingkat yang
linear.

Karena peran yang sangat vital, analisis cost volume profit ini dapat
diterapkan dalam banyak hal seperti menentukan harga jual produk atau jasa,
memperkenalkan produk atau jasa baru, mengganti peralatan, memutuskan
apakah produk atau jasa yang ada seharusnya dibuat di dalam perusahaan
atau dibeli dari luar perusahaan, dan melakukan analisis apa yang akan
dilakukan terhadap keputusan yang diambil oleh manajemen.

Konsep Contribution Margin


Margin kontribusi adalah jumlah yang tersisa dari pendapatan
dikurangi beban variabel. Jadi, ini adalah jumlah yang tersedia untuk menutup
beban tetap dan kemudian menjadi laba untuk periode tersebut. Margin
kontribusi digunakan dulu untuk menutup beban tetap dan sisanya akan
menjadi laba. Jika margin kontribusi tidak cukup untuk menutup beban tetap
perusahaan, maka akan terjadi kerugian untuk periode tersebut. Ketika titik
impas dicapai, laba bersih akan bertambah sesuai dengan margin kontribusi
per unit untuk setiap tambahan produk yang terjual. Untuk memperkirakan
pengaruh kenaikan penjaulan yang direncanakan terhadap biaya, manajer
cukup mengalikan peningkatan dalam unit yang terjual dengan margin
kontribusi yang per unit. Hasilnya akan menggambarkan peningkatan laba
yang diharapkan.

Margin kontribusi adalah pendapatan penjualan dikurangi semua biaya


variabel. Ini dapat dihitung dengan menggunakan satuan mata uang atau basis
per unit. Jika PT XYZ miliki penjualan sebesar $ 750.000 dan biaya variabel
sebesar $ 450.000, marjin kontribusinya adalah $ 300.000. Dengan asumsi
perusahaan menjual 250.000 unit selama tahun, harga per unit penjualan
adalah $ 3 dan biaya variabel total per unit adalah $ 1,80. Margin kontribusi per
unit adalah $ 1,20. Rasio margin kontribusi adalah 40%. Hal ini dapat dihitung
dengan menggunakan margin kontribusi dalam satuan mata uang atau marjin
9
kontribusi per unit. Untuk menghitung rasio margin kontribusi, margin kontribusi
dibagi dengan jumlah penjualan atau pendapatan.

Titik Impas Dalam Unit


Ketertarikan untuk mengetahui pendapatan, beban, dan laba berprilaku
ketika volume berubah adalah sesuatu yang lazim untuk memulai dengan
menentukan titik impas perusahaan dalam jumlah unit yang terjual. Titik impas
(break-even point) adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total
biaya atau titik dimana laba sama dengan nol (zero profit). Untuk menentukan
titik impas dalam unit (pendapatan sama dengan total biaya), maka perlu
difokuskan pada laba operasi. Dalam hal ini, yang dilakukan pertama kali
adalah menentukan titik impas, kemudian melihat bagaimana pendekatan yang
telah digunakan itu dapat dikembangkan untuk menentukan jumlah unit yang
harus dijual guna menghasilkan laba yang ditargetkan.

Penggunaan Laba Operasi Dalam Analisis Cost Volume Profit


Laporan laba rugi merupakan suatu alat yang berguna untuk
mengorganisasikan biaya-biaya perusahaan dalam kategori tetap dan variable.
Laporan laba rugi dapat dinyatakan sebagai persamaan berikut.
Laba operasi = Pendapatan penjualan – Beban variable –Beban tetap
Dalam persamaan ini, istilah laba operasi digunakan untuk menunjukkan
penghasilan atau laba sebelum pajak penghasilan (taxes). Laba
operasi (operating income) hanya mencakup pendapatan dan beban dari
operasional normal perusahaan. Sedangkan, laba bersih (net income) adalah
laba operasi dikurangi pajak penghasilan. Setelah memiliki ukuran unit yang
terjual, maka dapat dikembangkanlah persamaan laba operasi dengan
menyatakan pendapatan penjulan dan beban variabel dalam jumlah unit dolar
dan jumlah unit. Secara lebih spesifik, pendapatan penjualan dinyatakan
sebagai harga jual per unit dikali jumlah unit yang terjual, dan total biaya
variabel adalah biaya variabel per unit dikali jumlah unit yang terjual. Dengan
demikian, persamaan laba operasi menjadi
Laba operasi = (Harga x Jumlah unit terjual) – (Biaya Variabel per unit x
jumlah unit terjual ) – Total biaya tetap

10
Contoh berikut ini adalah mencari titik impas dalam unit. Contohnya adalah
Whittier Company memproduksi mesin pemotong rumput. Berikut ini adalah
proyeksi laporan laba rugi perusahaan Whittier Company
Penjualan (1000 unit@$400) $400.000
Dikurangi: Beban variabel 325.000
Margin kontribusi $ 75.000
Dikurangi: Beban tetap 45.000
Laba operasi $ 30.000

Hal ini menunjukan bahwasanya Whittier Company mempunyai harga adalah


$400 per unit, dan biaya variabel per unit adalah $325 ($325.000/1000 unit).
Biaya tetap adalah $45.000. Maka pada titik impas, persamaan laba operasi
adalah sebagai berikut:
0 = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000
0 = ($75 x Unit) - $45.000
$75 x Unit = $45.000
Unit = 600
Dengan demikian, Whittier Company harus menjual 600 pemotong rumput
untuk menutupi semua beban tetap dan variabel. Suatu cara yang baik untuk
memeriksa jawaban ini adalah dengan memformulasikan suatu laporan laba
rugi berdasarkan 600 unit yang terjual.
Penjualan (600 unit@ $400) $240.000
Dikurangi: beban variabel 195.000
Margin kontribusi $ 45.000
Dikurangi: Beban tetap 45.000
Laba operasi $ 0
Jelaslah, penjualan 600 unit menghasilkan laba nol.
Sebuah keunggulan penting dari pendekatan laba operasi adalah bahwa
seluruh persamaan cost volume profit berikutnya diturunkan dari laporan laba
rugi menurut perhitungan biaya variabel. Sehingga setiap persoalan cost
volume profit dapat diselesaikan dengan menggunakan pendapatan ini.

Jalan Pintas Untuk Menghitung Unit Impas

11
Salah satu cara cepat yang digunakan untuk menghitung titik impas
dalam unit yaitu dengan menggunakan margin kontribusi. Margin
kontribusi (contribution margin) adalah pendapatan penjualan dikurangi total
biaya variable. Pada titik impas, margin kontribusi sama dengan beban tetap.
Jika margin kontribusi per unit untuk harga dikurangi biaya variable per unit
telah diganti pada persamaan laba operasi dan pada akhinya memperoleh
jumlah unit, maka akan didapatkan persamaan dasar
Jumlah unit BEP = Biaya tetap/Margin kontribusi per unit
Dengan menggunakan contoh dari Whittier Company margin kontirbusi per unit
dapat dihitung dengan salah satu dari dua cara berikut. Cara pertama adalah
dengan membagi total margin kontribusi dengan unit yang terjual
($75.000/1000) hasilnya $75. Cara kedua adalah penjualan dikurangi biaya
variabel ($400 - $325) hasilnya $75. Untuk menghitung jumlah unit impas
Whittier Company, dapat digunakan persamaan dasar sebagai berikut:
Jumlah unit = $45.000/($400-$325)
= $45.000/$75
= 600

Penjualan Dalam Unit Yang Diperlukan untuk Mencapai Target Laba


Meskipun titik impas merupakan informasi yang berguna, sebagian besar
perusahaan ingin memperoleh laba operasi lebih besar daripada nol. Analisis
cost volume profit menyediakan suatu cara menentukan jumlah unityang harus
dijual untuk menghasilkan target laba tertentu. Target laba di sini adalah laba
operasi di atas nol (titik impasnya), yang dapat dinyatakan dengan jumlah dolar
atau sebagai persentase dari pendapatan penjualan. Untuk mencari target
laba, pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan pendekatan laba
operasi atau pendekatan margin kontribusi.
Dalam pendekatan target laba sebagai sebuah jumlah dolar, anggaplah
bahwa Whittier Company ingin memperoleh laba operasi sebesar $60.000.
dalam hal ini, berapakah mesin pemotong rumput yang harus dijual untuk
mencapai hasil ini? Jika menggunakan laporan laba rugi maka hasilnya adalah
sebagai berikut:
$60.000 = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000
$105.000 = $75 x Unit
12
Unit = 1.400
Jika menggunakan persamaan dasar impas, maka perlu menambahkan target
laba sebesar $60.000 pada biaya tetap dan langsung :
Unit = ($45.000 + $60.000)/($400 - $325)
Unit = $105.000/$75
Unit = 1.400
Artinya Whittier harus menjual 1400 mesin pemotong rumput untuk
menghasilkan laba operasi sebesar $60.000. Laporan laba rugi berikut
membuktikan hasil ini:
Penjualan (1400 unit@$400) $ 560.000
Dikurangi: Bebabn Variabel 455.000
Margin kontribusi $ 105.000
Dikurangi: Beban tetap 45.000
Laba operasi $ 60.000

Cara lain untuk memeriksa jumlah unit ini adalah dengan menggunakan titik
impas. Seperti yang baru saja ditunjukkan, Whittier harus menjual 1.400 mesin
pemotong rumput, atau 800 lebih banyak dari volume impas 600 unit, untuk
menghasilkan laba sebesar $60.000. Margin kontribusi per mesin pemotong
rumput adalah $75. Perkalian antara $75 dengan 800 unit mesin pemotong
rumput diatas impas akan menghasilkan laba sebesar $60.000 ($75 x 800).
Hasil ini menunjukkan bahwa margin kontribusi per unit untuk setiap unit diatas
impas adalah sama persis dengan laba per unit. Karena titik impas telah
dihitung, maka jumlah mesin pemotong rumput yang akan dijual untuk
menghasilkan laba operasi $60.000 dapat dihitung dengan membagi margin
kontribusi per unit ke dalam target laba dan menambahkan hasilnya dengan
volume impas.
Secara umum, dengan mengasumsikan biaya tetap tidak berubah, dampak
terhadap laba perusahaan yang dihasilkan dari perubahan jumlah unit yang
terjual dapat dinilai dengan mengalikan margin kontribusi per unit dengan
perubahan unit yang terjual. Sebagai contoh, jika 1.500 mesin pemotong
rumput, bukan 1.400 yang terjual, maka berapa jumlah laba yang akan
diperoleh? Perubahan dalam unit yang terjual adalah suatu kenaikan sebanyak

13
100 mesin pemotong rumput, dan margin kontribusi per unit adalah $75.
Dengan demikian, laba akan meningkat sebesar $7.500 ($75 x 100).
Dalam pendekatan target laba sebagai suatu persentase dari pendapatan
penjualan (after taxes), anggaplah bahwa Whittier Company ingin mengetahui
jumlah mesin pemotong rumput yang harus dijual untuk menghasilkan laba
yang sama dengan 15 persen dari pendapatan penjualan. Pendapatan
penjualan adalah harga dikalikan dengan kuantitas. Dengan menggunakan
laporan laba rugi (yang lebih sederhana dalam kasus ini), maka diperoleh:
0,15 ($400) (Unit) = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000
$60 x Unit = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000
$60 x Unit = ($75 x Unit) - $45.000
$15 x Unit = $45.000
Unit = 3.000

Apakah volume sebanyak 3.000 mesin pemotong rumput menghasilkan laba


yang sama dengan 15 persen dari pendapatan penjualan? Untuk 3000 mesin
pemotong rumput, total pendapatan adalah $1,2 juta ($400 x 3.000). Disini laba
dapat dihitung tanpa harus menyusun laporan laba rugi yang formal. Ingat,
bahwa diatas impas margin kontribusi per unit adalah laba per unit. Volume
impas adalah 600 mesin pemotong rumput. Jika 3.000 mesin pemotong rumput
terjual, maka ada 2.400 (3.000 – 600) mesin pemotong rumput diatas titik
impas yang telah terjual. Jadi, laba sebelum pajak adalah $180.000 ($75 x
2400), yang merupakan 15 persen dari penjualan ($180.000/$1.200.000).
Target Laba Setelah Pajak pada saat menghitung titik impas, pajak
penghasilan tidak berperan. Ini disebabkan karena pajak yang dibayar atas
laba nol adalah nol. Namun, ketika perusahaan ingin mengetahui berapa unit
yang harus dijual untuk menghasilkan laba bersih tertentu, maka diperlukan
beberapa pertimbangan tambahan. Ingat kembali, bahwa laba bersih adalah
laba operasi setelah pajak penghasilan dan bahwa angka target laba
dinyatakan dalam kerangka sebelum pajak. Dengan demikian, ketika target
laba dinyatakan sebagai laba bersih, harus menambahkan kembali pajak
penghasilan untuk memperoleh laba operasi.

14
Umumnya, pajak dihitung sebagai persentase dari laba. Laba setelah pajak
dihitung dengan mengurangkan pajak dari laba operasi (atau laba sebelum
pajak).
Laba bersih = laba operasi – pajak penghasilan
= laba operasi – (tarif pajak x laba operasi)
= laba operasi (1 – tarif pajak)
Atau
Laba operasi = Laba bersih/(1- Tarif Pajak)
Misalkan Whittier Company ingin memperoleh laba bersih sebesar $48.750 dan
tarif pajaknya adalah 35 persen. Untuk mengonversi target laba setelah pajak
menjadi target laba sebelum pajak, selesaikanlah langkah-langkah berikut:
$48.750 = Laba operasi – (0,35 x Laba operasi)
$48.750 = 0,65 (Laba operasi)
$75.000 = Laba operasi
Dengan kata lain, jika tarif pajak adalah 35 persen, maka Whittier Company
harus menghasilkan $75.000 sebelum pajak penghasilan untuk memperoleh
$48.750 setelah pajak penghasilan. Dengan pengonversian ini, maka dapat
dihitung jumlah unit yang harus dijual:
Unit = ($45.000 + $75.000)/$75
Unit = $120.000/$75
Unit = 1.600
Sekarang buktikan lah dengan laporan laba rugi berdasarkan penjualan
sebanyak 1.600 mesin pemotong rumput.
Penjualan (1.600 @$400) $640.000
Dikurangi: Beban Variabel 520.000
Margin kontribusi $120.000
Dikurangi: Beban tetap 45.000
Laba operasi $ 75.000
Dikurangi: Pajak penghasilan (tarif pajak 35%) 26.250
Laba bersih $ 48.750

Titik Impas Dalam Dolar Penjualan


Pada beberapa kasus yang menggunakan analisis CVP, manajer
mungkin lebih suka menggunakan pendapatan penjualan sebagai ukuran
15
aktivitas penjualan daripada unit yang terjual. Suatu ukuran unit yang terjual
dapat dikonversikan menjadi suatu ukuran pendapatan penjualan hanya
dengan mengalikan harga jual per unit dengan unit yang terjual. Sebagai
contoh, titik impas Whittier Company dihitung pada 600 mesin pemotong
rumput. Karena harga jual per unit mesin pemotong rumput adalah $400, maka
volume impas dalam pendapatan penjualan adalah $240.000 ($400 x 600).
Setiap jawaban yang dinyatakan dalam unit yang terjual dapat secara mudah
dikonversi menjadi satu jawaban yang dinyatakan dalam pendapatan
penjualan, tetapi jawaban tersebut bisa dihitung secara lebih langsung dengan
mengembangkan rumus terpisah untuk kasus pendapatan penjualan. Dalam
kasus ini, variabel yang penting adalah dolar penjualan, sehingga pendapatan
maupun biaya variabel harus dinyatakan dalam dolar, bukan unit. Karena
pendapatan penjualan selalu dinyatakan dalam dolar, maka pengukuran
variabel tidak menjadi masalah. Selanjutnya akan dibahas secara lebih
mendalam mengenai biaya variabel dan melihat bagaimana biaya tersebut
dapat dinyatakan dalam ukuran dolar penjualan.
Untuk menghitung titik impas dalam dolar penjualan, biaya variabel
didefenisikan sebagi suatu persentase dari penjualan bukan sebagai sebuah
jumlah per unit yang terjual. Dapat diilustrasikan mengenai pembagian
pendapatan penjualan menjadi biaya variabel dan margin kontribusi sebagai
berikut:
Harga adalah $10 dan biaya variabel adalah $6. Tentu saja, sisanya adalah
margin kontribusi sebesar $4 ($10 - $6). Jika yang dijual adalah 10 unit, maka
total biaya variabel adalah $60 ($6 x 10 unit). Atau, karena setiap unit yang
dijual menghasilkan pendapatan sebesar $10 dan membutuhkan biaya variabel
$6, maka kita dapat mengatakan bahwa 60 persen dari setiap dolar
pendapatan yang dihasilkan diakibatkan oleh biaya variabel ($6/$10). Jadi,
dengan memfokuskan pada pendapatan penjualan, kita dapat memperkirakan
total biaya variabel sebesar $60 untuk pendapatan $100 (0,60 x $100).
Rasio biaya variable (variable cost ratio) sebesar 60 % pada contoh ini
merupakan bagian dari setiap dolar penjualan yang harus digunakan untuk
menutup biaya variable. Rasio biaya variable dapat dihitung dengan
menggunakan data total maupun data per unit. Tentu saja, persentase dari
dolar penjualan yang tersisa setelah biaya variable tertutupi merupakan rasio
16
margin kontribusi. Rasio margin kontribusi (contribution margin ratio) adalah
bagian dari setiap dolar penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap
dan menghasilkan laba.
Berikut ini merupakan laporan Laba Rugi dari Whittier Dalam Dolar dan
Persentase Penjualan:
Dolar Persentase Penjualan
Penjualan $400.000 100,00%
Dikurangi: Biaya Variabel 325.000 81,25%
Margin Kontribusi 75.000 18,75%
Dikurangi: Biaya tetap 45.000
Laba Operasi 30.000

Rasio Biaya Variabel adalah 81,25% ($325.000/$400.000). Rasio margin


kontribusi adalah 18,75% ($75.000/$400.000 atau berasal dari 100%-81,25%).
Biaya tetap adalah $45.000. Berdasar informasi tersebut, berapakah
pendapatan penjualan yang harus dihasilkan Whittier ntuk mencapai titik
impas?
Laba Operasi = Penjualan – Biaya Variabel – Biaya Tetap
0 = (Penjualan – (Rasio Biaya Variabel x Penjualan)) – Biaya
tetap
0 = Penjualan (1 – Rasio Biaya Variabel) – Biaya Tetap
0 = Penjualan (1 – 0,8125) – 45.000
(0,1875)Penjualan = 45.000
Penjualan = 240.000
Jadi Whittier harus menghasilan penjualan sejumlah 240.000 untuk mencapai
impas. Dengan pendekatan rumus unit impas yang dikembangkan, dapat
diperoleh nilai penjualan impas dengan rumus:
Unit Impas = Biaya tetap/(Harga-Biaya Variabel per Unit)
Jika sisi kiri dan sisi kanan kita kalikan dengan harga, maka sisi kiri Unit Impas
x Harga adalah merupakan pendapatan penjualan pada saat impas

Unit Impas x Harga = Harga x (Biaya tetap/(Harga-Biaya Variabel per Unit))


Penjualan Impas = Biaya Tetap x (Harga/ Harga-Biaya Variabel per Unit))
Penjualan Impas = Biaya tetap x (Harga/Margin Kontribusi)
17
Penjualan Impas = Biaya Tetap/Rasio Margin Kontribusi

Dalam Kasus Whittier, besarnya penjualan yang harus dihasilkan pada titik
impas dapat dihitung sebagai berikut:

Penjualan Impas = Biaya Tetap/Rasio Margin Kontribusi


Penjualan Impas = $45.000/0,1875
Penjualan Impas = $240.000

Target Laba dan Pendapatan Penjualan


Pertimbangkan pertanyaan berikut: Berapakah pendapatan penjualan
yang harus dihasilkan Whittier untuk memperoleh laba sebelum pajak sebesar
$60.000? (pertanyaan ini mirip dengan yang ditanyakan sebelumnya dalam hal
unit, tetapi pertanyaannya sekarang adalah langsung dalam hal pendapatan
penjualan). Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tambahkanlah target laba
operasi sebesar $60.000 kepada biaya tetap $45.000 dan membagi dengan
rasio margin kontribusi:
Penjualan = $45.000 + $60.000)/0,1875
= $105.000/0,1875
= $560.000
Whittier harus menghasilkan pendapatan $560.000 untuk mencapai target laba
sebesar $60.000. Karena impas adalah $240.000) diatas impas harus
dihasilkan. Perhatikan bahwa perkalian antara rasio margin kontribusi dengan
pendapatan di atas impas menghasilkan laba sebesar $60.000 (0,1875 x
$320.000). Diatas impas, rasio margin kontribusi merupakan rasio laba; karena
itu, rasio tersebut menggambarkan bagian dari setiap dolar penjualan yang
dapat diperuntukkan bagi laba. Dalam contoh ini, setiap dolar penjualan yang
diterima di atas impas akan meningkatkan laba sebesar $0,1875.
Secara umum dengan asumsi biaya tetap tidak berubah, rasio margin
kontribusi dapat digunakan untuk mengetahui dampak terhadap laba atas
perubahan pendapatan penjualan. Untuk memperoleh total perubahan dalam
laba yang diakibatkan oleh perubahan pendapatan, kalikan rasio margin
kontribusi dengan perubahan dalam penjualan. Sebagai contoh, jika
pendapatan penjualan adalah $540.000, bukan $560.000, bagaimana
18
pengaruhnya terhadap laba yang diharapkan? Penurunan pendapatan
penjualan sebesar $20.000 akan mengakibatkan penurunan laba sebesar
$3750 (0,1875 x $20.000).

2.4 Analisis Multiproduk

Analisis biaya volume laba cukup mudah diterapkan dalam pengaturan


produk tunggal. Namun, kebanyakan perusahaan memproduksi dan menjual
sejumlah produk atau jasa. Meskipun kompleksitas konseptual dari analisis
CVP lebih tinggi dalam situasi multiproduk, pengoperasiannya tidak berbeda
jauh.
Beban tetap langsung (direct fixed expenses) adalah biaya tetap yang dapat
ditelusuri ke setiap produk dan akan hilang jika produk tersebut tidak ada.
Beban tetap umum adalah biaya tetap yang tidak dapat ditelusuri ke produk
dan akan tetap muncul meskipun salah satu produk ditelusuri.
Contoh Whittier Company telah memutuskan untuk menawarkan dua model
mesin pemotong rumput, yaitu mesin manual dengan harga $400/unit dan
mesin otomatis dengan harga $800/unit. Departemen pemasaran yakin bahwa
1.200 mesin pemotong rumput manual dan 800 mesin pemotong rumput
otomatis dapat terjual tahun depan. Proyeksi Laporan Laba Rugi terlihat
sebagai berikut:

Mesin
Mesin Manual Otomatis Total
Penjualan 480.000 640.000 1.120.000
Dikurangi: beban Variabel 390.000 480.000 870.000
Margin Kontribusi 90.000 160.000 250.000
Dikurangi: Beban tetap
Langsung 30.000 40.000 70.000
Margin Produk 60.000 120.000 180.000
Dikurangi: Beban tetap Umum 26.250
Laba Operasi 153.750

Pengalokasian biaya tetap umum ke setiap lini produk sebelum menghitung titik
impas dapat mengatasi kesulitan ini. Permasalahan dalam pendekatan ini

19
adalah alokasi biaya tetap umum bersifat acak. Jadi, tidak ada volume impas
yang tampak secara langsung.
Dalam contoh Whittier di atas, jika dihiting unit impas individu dari mesin maual
dan mesin otomatis, diperoleh hasil:
Unit impas mesin manual = Biaya Tetap/(Harga-Biaya Variabel per unit)
= $30.000/$75
= 400 unit
Unit Impas mesin otomatis = $40.000/$200
= 200 unit
Jadi 400 unit mesin manual dan 200 unit mesin otomatis harus dijual untuk
mencapai margin produk impas, namun margin produk impas hanya menutup
biaya tetap langsung, biaya tetap umum masih belum tertutup. Padahal biaya
tetap umum harus diperhatikan untuk mencari titik impas bagi penjualan secara
keseluruhan.
Pengalokasian biaya tetap umum ke setiap lini produk sebelum menghitung titik
impas dapat mengatasi kesulitan ini, namun permasalahan dalam pendekatan
ini adalah alokasi biaya tetap umum yang bersifat acak, jadi tidak ada volume
impas yang tampak secara langsung.

2.5 Penentuan Bauran Penjualan (Sales Mix Changes)

Kemungkinan pemecahan lainnya adalah dengan mengkonversikan


masalah multiproduk menjadi masalah produk tunggal. Jika hal ini dapat
dilakukan, maka seluruh metodologi CVP produk tunggal dapat diterapkan
secara langsung. Kunci dari konversi ini adalah dengan mengidentifikasi
bauran penjualan yang diharapkan dalam unit dari produk-produk yang
dipasarkan. Bauran penjualan (sales mix) adalah kombinasi relative dari
berbagai produk yang dijual perusahaan.
Penentuan bauran penjualan, bauran penjualan dapat diukur dalam unit yang
terjual atau bagian dari pendapatan.
Contohnya; Jika Whittier berencana menjual 1.200 mesin pemotong rumput
manual dan 800 pemotong rumput otomatis, maka bauran penjualan dalam unit
adalah 1.200 : 800, atau 3 : 2.
20
Bauran penjualan juga dapat dinyatakan dalam persentase dari total
pendapatan yang dikontribusikan oleh setiap produk. Pada kasus Whittier,
pendapatan mesin pemotong rumput manual adalah $480.000 ($400 x 1.200).
dan pendapatan mesin pemotong rumput otomatis adalah $640.000 ($800 x
800).
Pendapatan Mesin pemotong rumput manual = 480.000/(480.000+640.000)
= 42,86% dari penjualan
Pendapatan mesin pemotong rumut otomatis = 640.000/(480.000+640.000)
= 57,14% dari penjualan.
Jadi bauran penjualan dalam unit adalah sebesar 3 : 2 atau 60% : 40% yang
berarti bahwa Whittier berharap dapat menjual 3 mesin pemotong rumput
manual atas setiap penjualan 2 mesin pemotong rumput otomatis. Sedangkan
bauran penjualan dalam pendapatan adalah sebesar 42,86% : 57,14% untuk
mesin manual dan mesin otomatis. Perbedaan perbandingan iini diakibatkan
karena bauran penjualan dalam pendapatan menggunakan bauran penjualan
dalam unit dan memberikan bobot menurut harganya masing-masing. Untuk
analisis CVP, kita harus menggunakan bauran penjualan yang dinyatakan
dalam unit.
Bauran penjualan dan analisis CVP, penentuan bauran penjualan terutama
memungkinkan kita untuk mengonversi masalah multiprodduk kedalam format
CVP produk tunggal. Karena Whittier berharap dapat menjual 3 mesin
pemotong rumput manual atas setiap penjualan 2 mesin pemotong rumput
otomatis, Whittier bisa mengidentifikasikan produk tunggal yang dijualnya
sebagai suatu paket yang berisi tiga mesin pemotong rumput manual dan dua
mesin pemotong rumput otomatis.
Dengan menetapkan produk tersebut dalam suatu paket, maslah multiproduk
dikonversi menjadi masalah produk tunggal. Untuk lebih jelasnya lihat
perhitungan berikut:
Bauran
Harga Biaya Margin Kontribusi
Variabel Kontribusi Penjualan per unit Margin (f)
Produk (a) Per Unit (b) Per Unit (c) (d) paket (e) =d x e
Manual 400 325 75 3 225
Otomatis 800 600 200 2 400
Total Paket 625

21
Berdasar margin kontribusi per paket di atas, persamaan dasar impas dapat
digunakan untuk menentukan jumlah paket yang harus dijual Whittier pada titik
impas.
Paket Impas = Total Biaya Tetap/Margin Kontribusi Per Paket
= (70.000+26.250)/625
= 154 paket
Jadi Whittier harus menjual
Unit mesin manual = 154 x 3
= 462 unit
Unit mesin otomatis = 154 x 2
= 308 unit

Kelemahan metode ini yaitu sulit digunakan untuk perusahaan dengan banyak
jenis produk. Cara mengatasinya antara lain dengan :
a. Melakukan penyederhanaan yaitu dengan menganalisis kelompok produk,
bukan individu produk, atau
b. Menggunakan pendekatan pendapatan penjualan.

2.6 Perubahan Dalam Variabel CVP

Karena perusahaan beroperasi dalam dunia yang dinamis, mereka


harus memperhatikan perubahan – perubahan yang terjadi dalam harga, biaya
variable, dan biaya tetap. Perusahaan juga harus memperhitungkan pengaruh
resiko dan ketidakpastian. Kita akan membahas pengaruh dari perubahan
harga, margin kontribusi per unit, dan biaya tetap terhadap titik impas. Kita juga
akan membahas cara – cara yang dapat ditempuh para manajer untuk
menangani risiko dan ketidakpastian dalam kerangka CVP

Asumsi penting dari analisis CVP adalah harga dan biaya diketahui
dengan pasti. Namun, hal tersebut jarang terjadi. Risiko dan ketidakpastian
adalah bagian dari pengambilan keputusan bisnis dan bagaimananpun hal itu
harus ditangani. Secara formal, risiko berbeda dengan ketidak pastian.
Distribusi probabilitas variable pada risiko dapat diketahui, sedangkan distribusi
22
probabilitas variable pada ketidakpastian tidak diketahui. Namun, pada tujuan
pembahasan kita, kedua istilah tersebut akan digunakan secara bergantian.

Margin pengaman ( margin of safety )


Margin pengaman ( margin of safety ) adalah unit yang terjual atau
diharapkan terjual atau pendapatan yang dihasilkan atau diharapkan untuk
dihasilkan yang melebihi volume impas. Sebagai contoh jika volume impas
perusahaan adalah 200 unit dan perusahaan saat ini menjual 500 unit, maka
margin pengamannya adalah 300 unit (500-200). Margin pengaman juga dapat
dinyatakan dalam pendapatan penjualan. Jika penjualan impas adalah
$200.000 dan pendapatan saat ini adalah $350.000, maka margin
pengamannya adalah $150.000. Rasio margin pengaman dapat dinyatakan
dalam (pendapatan penjualan yang dianggarkan-pendapatan penjualan
impas)/pendapatan penjualan x 100%. Dalam contoh di atas, rasio margin
pengamannya yaitu sebesar (350.000-200.000)/200.000= 75%. Margin
pengaman dapat dipandang sebagai ukuran kasar dari risiko. Pada
kenyataannya peristiwa yang tidak diketahui selalu muncul ketika rencana
disusun. Hal itu dapat menurunkan penjualan di bawah jumlah yang
diharapkan. Apabila margin pengaman perusahaan adalah besar atas
penjualan tertentu yang diharapkan tahun depan, maka risikomenderita
kerugian jika penjualan menurun lebih kecil daripada margin pengamannya
kecil. Manager yang menghadapi margin pengaman yang rendah mungkin
ingin mempertimbangkan berbagai tindakan untuk meningkatkan penjualan
atau mengurangi biaya.

Tingkat pengungkit operasi


Pengungkit Operasi, dalam ilmu fisika, alat pengungkit adalah mesin
sederhana yang digunakan untuk melipatgandakan kekuatan. Pada dasarnya,
pengungkit tersebut melipatgandakan kekuatan tenaga yang dikeluarkan untuk
menghasilkan lebih banyak pekerjaan. Semakin besar beban yang digerakkan
oleh sejumlah tertentu tenaga, semakin besar keunggulan mekanis dari alat
tersebut. Dalam bidang keuangan pengungkit operasi berkaitan dengan bauran
relative dari biaya tetap dan biaya variable dalam suatu organisasi. Pertukaran
antara biaya tetap dengan biaya variable adalah suatu hal yang mungkin
23
dilakukan. Tingkat pengungkit operasi (degree of operating leverage – DOL)
untuk tingkat penjualan tertentu dapat diukur dengan menggunakan rasio
margin kontribusi terhadap laba (Tingkat pengungkit operasi = Margin
kontribusi/laba)

Analisis Sensitivitas dan CVP


Meluasnya penggunaan computer dan spreadsheet telah
memudahkan para manajer melakukan analisis sensitivitas. Sebagai sebuah
alat penting, analisis sensitivitas (sensitivity analysis) adalah teknik
“bagaimana-jika” yang menguji dampak dari perubahan asumsi –asumsi yang
mendasarinya terhadap suatu jawaban.

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Analisis biaya volume


laba (cost-volume-profit analysis) adalah analisis pola-pola prilaku biaya yang
mendsari hubungan-hubungan antara biaya,volume, dan laba. Analisi biaya-
volume-laba kerap pula disebut analisis impas (break-even analysis) karena
signifikansisme mengacu pada sebuah pemicu biaya aktivitas, seperti unit
penjualan, yang diasumsikan berkorelasi dengan perubahan-perubahan
pendapatan, biaya, dan laba. Analisis biaya-volume-laba merupakan persoalan
yang kompleks karena hubungan-hubungan tersebut kerap dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian diluar kendali manajemen.

Titik impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu organisasi tidak


mendapatkan laba dan juga tidak mendapatkan rugi. Titik impas juga dapat
didefinisikan sebagai titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya
atau sebagai titik dimana total marjin kontribusi sama dengan total biaya tetap.
Titik impas ini selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan metode
persamaan, metode marjin kontribusi, dan metode grafik, baik dalam hitungan
unit penjualan maupun penjualan dalam satuan mata uang tertentu yang
digunakan dalam transaksi bisnis. Dalam perencanaan analisis biaya volume
laba dapat dimanfaatkan dengan menggunakan 2 cara yaitu, analisis target
laba dan analisis sensitivitas.

Dengan mengetahui titik marjin keamanan tersebut maka manajemen


dapat merumuskan berbagai strategi, taktik, dan langkah-langkah operasional
untuk bertahan agar penjualan tidak mengalami abrasi sampai melebihi angka
marjin keamanan.

25
DAFTAR PUSTAKA

26

Anda mungkin juga menyukai