Disusun oleh:
Kelompok II
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah–
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Seminar Akuntansi.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Sistem Informasi
Akuntansi II di Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi pada ABFI
Perbanas Jakarta. Makalah ini berisi informasi mengenai Investasi pada Efek
Tertentu berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). Diharapkan makalah ini dapat memberikan
manfaat dan informasi kepada siapapun yang membacanya.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak atas
partisipasinya dalam membantu proses penyusunan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Analisis Biaya Volume Laba atau biasa disebut dengan Cost Volume
Profit Analysis (CVPA) merupakan suatu alat yang sangat tepat untuk
perencanaan dan pengambilan keputusan yang sangat mempengaruhi tingkat
laba. Hal ini dikarenakan CVP menekankan keterkaitan antara biaya,
kuantitas yang terjual, dan harga, semua informasi keuangan perusahaan
terkandung di dalamnya. Analisis CVP berfokus kepada lima hal, yaitu :
a. harga produk (prices of products);
b. volume produksi;
c. biaya variable per unit;
d. total biaya tetap (biaya yang sifatnya tetap tidak terpengaruh oleh
fluktuasi kuantitas produksi);
e. mix of product sold (bauran produk dalam penjualan).
Karena perannya yang sangat besar, cost volume profit analysis dapat
menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi manajemen untuk mengidentifikasi
ruang lingkup permasalahan ekonomi perusahaan serta membantu mencari
solusi atas permasalahannya.
Analisis CVP dapat membantu manajemen untuk mengetahui
beberapa hal penting, antara lain :
a. Berapa jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai titik impas
b. Dampak pengurangan Biaya Tetap (Fixed Cost) terhadap titik impas
c. Dampak kenaikan harga terhadap laba
d. Berapa volume penjualan dan bauran produk yang dibutuhkan untuk
mencapai tingkat laba yang diharapkan dengan sumber daya yang dimiliki
e. Tingkat sensitivitas harga atau biaya terhadap laba.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Analisis biaya volume laba dapat diterapkan dalam banyak hal,
diantaranya adalah :
1. Menentukan harga jual produk atau jasa
2. Memperkenalkan produk atau jasa baru
3. Mengganti peralatan
4. Memutuskan apakah produk atau jasa yang ada seharusnya dibuat di
dalam perusahaan atau dibeli dari luar perusahaan
5. Melakukan analisis apa yang akan dilakukan terhadap keputusan yang
diambil oleh manajemen
5
Dengan pengertian dan asumsi seperti diatas maka jika salah satu
elemen saja berubah maka hasil analisis cost volume profit pasti akan
menghasilkan kesimpulan yang berbada dan dapat menghasilkan keputusan
yang berbeda juga. Meskipun tujuan utama dari analisis ini adalah untuk
melihat hubungan diantara elemen-elemen tersebut dan pengaruhnya satu
dengan yang lainnya.
7
Dalam melihat hubungan diantara kelima elemen tersebut terdapat
beberapa asumsi yang harus digunakan didalam hubungan diantara besarnya
biaya dan volume serta laba yang akan diperoleh, yaitu :
1. Harga jual produk yang konstan dalam cakupan yang relevan. Hal ini
berarti harga jual setiap unit produk tidak berubah walaupun terjadi
perubahan volume penjualan.
2. Biaya bersifat linear dalam rentang cakupan yang relevan dan dapat dibagi
secara akurat ke dalam elemen biaya tetap dan biaya variabel. Jumlah
biaya variabel per unit konstan dan jumlah biaya tetap total juga harus
konstan.
3. Dalam perusahaan mulitiproduk, bauran penjualannya tidak berubah.
4. Jumlah unit yang diproduksi sama dengan jumlah unit yang dijual. Berarti,
jumlah persediaan tidak berubah.
Karena peran yang sangat vital, analisis cost volume profit ini dapat
diterapkan dalam banyak hal seperti menentukan harga jual produk atau jasa,
memperkenalkan produk atau jasa baru, mengganti peralatan, memutuskan
apakah produk atau jasa yang ada seharusnya dibuat di dalam perusahaan
atau dibeli dari luar perusahaan, dan melakukan analisis apa yang akan
dilakukan terhadap keputusan yang diambil oleh manajemen.
10
Contoh berikut ini adalah mencari titik impas dalam unit. Contohnya adalah
Whittier Company memproduksi mesin pemotong rumput. Berikut ini adalah
proyeksi laporan laba rugi perusahaan Whittier Company
Penjualan (1000 unit@$400) $400.000
Dikurangi: Beban variabel 325.000
Margin kontribusi $ 75.000
Dikurangi: Beban tetap 45.000
Laba operasi $ 30.000
11
Salah satu cara cepat yang digunakan untuk menghitung titik impas
dalam unit yaitu dengan menggunakan margin kontribusi. Margin
kontribusi (contribution margin) adalah pendapatan penjualan dikurangi total
biaya variable. Pada titik impas, margin kontribusi sama dengan beban tetap.
Jika margin kontribusi per unit untuk harga dikurangi biaya variable per unit
telah diganti pada persamaan laba operasi dan pada akhinya memperoleh
jumlah unit, maka akan didapatkan persamaan dasar
Jumlah unit BEP = Biaya tetap/Margin kontribusi per unit
Dengan menggunakan contoh dari Whittier Company margin kontirbusi per unit
dapat dihitung dengan salah satu dari dua cara berikut. Cara pertama adalah
dengan membagi total margin kontribusi dengan unit yang terjual
($75.000/1000) hasilnya $75. Cara kedua adalah penjualan dikurangi biaya
variabel ($400 - $325) hasilnya $75. Untuk menghitung jumlah unit impas
Whittier Company, dapat digunakan persamaan dasar sebagai berikut:
Jumlah unit = $45.000/($400-$325)
= $45.000/$75
= 600
Cara lain untuk memeriksa jumlah unit ini adalah dengan menggunakan titik
impas. Seperti yang baru saja ditunjukkan, Whittier harus menjual 1.400 mesin
pemotong rumput, atau 800 lebih banyak dari volume impas 600 unit, untuk
menghasilkan laba sebesar $60.000. Margin kontribusi per mesin pemotong
rumput adalah $75. Perkalian antara $75 dengan 800 unit mesin pemotong
rumput diatas impas akan menghasilkan laba sebesar $60.000 ($75 x 800).
Hasil ini menunjukkan bahwa margin kontribusi per unit untuk setiap unit diatas
impas adalah sama persis dengan laba per unit. Karena titik impas telah
dihitung, maka jumlah mesin pemotong rumput yang akan dijual untuk
menghasilkan laba operasi $60.000 dapat dihitung dengan membagi margin
kontribusi per unit ke dalam target laba dan menambahkan hasilnya dengan
volume impas.
Secara umum, dengan mengasumsikan biaya tetap tidak berubah, dampak
terhadap laba perusahaan yang dihasilkan dari perubahan jumlah unit yang
terjual dapat dinilai dengan mengalikan margin kontribusi per unit dengan
perubahan unit yang terjual. Sebagai contoh, jika 1.500 mesin pemotong
rumput, bukan 1.400 yang terjual, maka berapa jumlah laba yang akan
diperoleh? Perubahan dalam unit yang terjual adalah suatu kenaikan sebanyak
13
100 mesin pemotong rumput, dan margin kontribusi per unit adalah $75.
Dengan demikian, laba akan meningkat sebesar $7.500 ($75 x 100).
Dalam pendekatan target laba sebagai suatu persentase dari pendapatan
penjualan (after taxes), anggaplah bahwa Whittier Company ingin mengetahui
jumlah mesin pemotong rumput yang harus dijual untuk menghasilkan laba
yang sama dengan 15 persen dari pendapatan penjualan. Pendapatan
penjualan adalah harga dikalikan dengan kuantitas. Dengan menggunakan
laporan laba rugi (yang lebih sederhana dalam kasus ini), maka diperoleh:
0,15 ($400) (Unit) = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000
$60 x Unit = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000
$60 x Unit = ($75 x Unit) - $45.000
$15 x Unit = $45.000
Unit = 3.000
14
Umumnya, pajak dihitung sebagai persentase dari laba. Laba setelah pajak
dihitung dengan mengurangkan pajak dari laba operasi (atau laba sebelum
pajak).
Laba bersih = laba operasi – pajak penghasilan
= laba operasi – (tarif pajak x laba operasi)
= laba operasi (1 – tarif pajak)
Atau
Laba operasi = Laba bersih/(1- Tarif Pajak)
Misalkan Whittier Company ingin memperoleh laba bersih sebesar $48.750 dan
tarif pajaknya adalah 35 persen. Untuk mengonversi target laba setelah pajak
menjadi target laba sebelum pajak, selesaikanlah langkah-langkah berikut:
$48.750 = Laba operasi – (0,35 x Laba operasi)
$48.750 = 0,65 (Laba operasi)
$75.000 = Laba operasi
Dengan kata lain, jika tarif pajak adalah 35 persen, maka Whittier Company
harus menghasilkan $75.000 sebelum pajak penghasilan untuk memperoleh
$48.750 setelah pajak penghasilan. Dengan pengonversian ini, maka dapat
dihitung jumlah unit yang harus dijual:
Unit = ($45.000 + $75.000)/$75
Unit = $120.000/$75
Unit = 1.600
Sekarang buktikan lah dengan laporan laba rugi berdasarkan penjualan
sebanyak 1.600 mesin pemotong rumput.
Penjualan (1.600 @$400) $640.000
Dikurangi: Beban Variabel 520.000
Margin kontribusi $120.000
Dikurangi: Beban tetap 45.000
Laba operasi $ 75.000
Dikurangi: Pajak penghasilan (tarif pajak 35%) 26.250
Laba bersih $ 48.750
Dalam Kasus Whittier, besarnya penjualan yang harus dihasilkan pada titik
impas dapat dihitung sebagai berikut:
Mesin
Mesin Manual Otomatis Total
Penjualan 480.000 640.000 1.120.000
Dikurangi: beban Variabel 390.000 480.000 870.000
Margin Kontribusi 90.000 160.000 250.000
Dikurangi: Beban tetap
Langsung 30.000 40.000 70.000
Margin Produk 60.000 120.000 180.000
Dikurangi: Beban tetap Umum 26.250
Laba Operasi 153.750
Pengalokasian biaya tetap umum ke setiap lini produk sebelum menghitung titik
impas dapat mengatasi kesulitan ini. Permasalahan dalam pendekatan ini
19
adalah alokasi biaya tetap umum bersifat acak. Jadi, tidak ada volume impas
yang tampak secara langsung.
Dalam contoh Whittier di atas, jika dihiting unit impas individu dari mesin maual
dan mesin otomatis, diperoleh hasil:
Unit impas mesin manual = Biaya Tetap/(Harga-Biaya Variabel per unit)
= $30.000/$75
= 400 unit
Unit Impas mesin otomatis = $40.000/$200
= 200 unit
Jadi 400 unit mesin manual dan 200 unit mesin otomatis harus dijual untuk
mencapai margin produk impas, namun margin produk impas hanya menutup
biaya tetap langsung, biaya tetap umum masih belum tertutup. Padahal biaya
tetap umum harus diperhatikan untuk mencari titik impas bagi penjualan secara
keseluruhan.
Pengalokasian biaya tetap umum ke setiap lini produk sebelum menghitung titik
impas dapat mengatasi kesulitan ini, namun permasalahan dalam pendekatan
ini adalah alokasi biaya tetap umum yang bersifat acak, jadi tidak ada volume
impas yang tampak secara langsung.
21
Berdasar margin kontribusi per paket di atas, persamaan dasar impas dapat
digunakan untuk menentukan jumlah paket yang harus dijual Whittier pada titik
impas.
Paket Impas = Total Biaya Tetap/Margin Kontribusi Per Paket
= (70.000+26.250)/625
= 154 paket
Jadi Whittier harus menjual
Unit mesin manual = 154 x 3
= 462 unit
Unit mesin otomatis = 154 x 2
= 308 unit
Kelemahan metode ini yaitu sulit digunakan untuk perusahaan dengan banyak
jenis produk. Cara mengatasinya antara lain dengan :
a. Melakukan penyederhanaan yaitu dengan menganalisis kelompok produk,
bukan individu produk, atau
b. Menggunakan pendekatan pendapatan penjualan.
Asumsi penting dari analisis CVP adalah harga dan biaya diketahui
dengan pasti. Namun, hal tersebut jarang terjadi. Risiko dan ketidakpastian
adalah bagian dari pengambilan keputusan bisnis dan bagaimananpun hal itu
harus ditangani. Secara formal, risiko berbeda dengan ketidak pastian.
Distribusi probabilitas variable pada risiko dapat diketahui, sedangkan distribusi
22
probabilitas variable pada ketidakpastian tidak diketahui. Namun, pada tujuan
pembahasan kita, kedua istilah tersebut akan digunakan secara bergantian.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
25
DAFTAR PUSTAKA
26