Anda di halaman 1dari 45

ANALISIS CVP: COST VOLUME PROFIT

(Kasus Sky View Manor)

Makalah
Ditulis Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Akuntansi Manajemen Biaya

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ria Nelly Sari, SE, MBA, Ak, CA

Disusun Oleh:
Mahdalena Alfitri 2210247838
Sarah Dinda 2210247996
Saraswati 2210247831
Zakiah Fitri Salsabila 2210247839

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu‘alaikum warahmatullah wabarakatuh.

―Puji syukur penyusun hadiahkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat – Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
―ANALISIS CVP: COST VOLUME PROFIT (Kasus Sky View Manor)‖.
Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Perpajakan.
Makalah ini disusun agar pembaca khususnya mahasiswa untuk dapat
mengetahui bagaimana Analisis Cost Volume Profit yang sangat berguna untuk
perencanaan dan pengambilan keputusan. Adapun mungkin kesalahan teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini. Sesungguhnya tiadalah yang sempurna, melainkan Allah
Ta’ala semata.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Aamiin ya rabbal ‗alamin.

Pekanbaru, 16 Mei 2023

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan ............................................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Analisis CVP (Cost Volume Profit) ..................................................... 3
2.2 Break Even Point (BEP) Per Unit......................................................... 4
2.3 Break Even Point Dalam Dollar Penjualan .......................................... 9
2.4 Analisis Produk Berganda .................................................................... 13
2.5 Reprsentasi Grafis Hubungan CVP ...................................................... 17
2.6 Perubahan Variabel CVP ...................................................................... 21
2.6.1 Risiko dan Ketidakpastian ........................................................ 21
2.6.2 Analisis Sensitivitas CVP ......................................................... 24
2.7 Analisis CVP dan Biaya Berbasis Aktivitas. ........................................ 24
2.8 Direct Costing ....................................................................................... 26
2.9 Kasus Sky View Manor ........................................................................ 28
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 40
3.2 Saran ..................................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Analisis Biaya Volume Laba atau biasa disebut dengan Cost Volume
Profit Analysis (CVP) merupakan suatu alat yang sangat tepat untuk
perencanaan dan pengambilan keputusan terkait dengan biaya variable per unit,
kuantitas yang terjual, harga produk (prices of products), volume produksi, dan
semua informasi keuangan perusahaan yang terkandung didalamnya yang
sangat mempengaruhi tingkat laba.
Analisis CVP dapat mengatasi banyak isu lainnya seperti jumlah unit
yang harus dijual untuk mencapai impas, dampak pengurangan biaya tetap
terhadap titik impas, serta dampak kenaikan harga terhadap laba. Selain itu
analisis CVP memungkinkan para manajer untuk melakukan analisis
sensitivitas dengan menguji dampak dari berbagai tingkat harga atau biaya
terhadap laba. Sementara tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk
memperoleh laba yang maksimal agar kelangsungan hidup perusahaan terus
berjalan sepanjang waktu, maka perlu dilakukan analisis terhadap biaya volume
laba perusahaan.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas bagaimana analisis cost
volume profit (CVP) agar manajer dapat dengan bijak mengambil keputusan
yang pasti dan tidak mengandung resiko yang dapat merugikan perusahaan.
Karena perannya yang sangat besar, cost volume profit analysis dapat menjadi
alat yang sangat bermanfaat bagi manajemen untuk mengidentifikasi ruang
lingkup permasalahan ekonomi perusahaan serta membantu mencari solusi atas
permasalahannya.
1.2 Rumusan
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan analisis CVP?

1
2. Apa yang dimaksud dengan BEP per unit?
3. Apa yang dimaksud dengan BEP dalam dollar penjualan?
4. Apa yang dimaksud dengan representasi grafis hubungan CVP?
5. Apa yang dimaksud dengan perubahan variabel CVP?
6. Apa yang dimaksud dengan analisis CVP dan biaya berbasis aktivitas?
7. Apa yang dimaksud dengan direct costing?
8. Bagaimana kasus sky view manor?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui analisis CVP.
2. Untuk mengetahui BEP per unit.
3. Untuk mengetahui BEP dalam dollar penjualan.
4. Untuk mengetahui representasi grafis hubungan CVP.
5. Untuk mengetahui perubahan variabel CVP.
6. Untuk mengetahui analisis CVP dan biaya berbasis aktivitas.
7. Untuk mengetahui dengan direct costing.
8. Untuk mengetahui kasus sky view manor.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisis CVP (Cost Volume Profit)


Analisis biaya-volume-laba (analisis CVP) adalah alat yang ampuh untuk
perencanaan dan pengambilan keputusan bagi manajemen. Karena analisis
CVP menekankan keterkaitan biaya, kuantitas yang dijual, dan harga. Analisis
ini menyatukan semua informasi keuangan perusahaan. Analisis CVP dapat
menjadi alat yang berharga dalam mengidentifikasi tingkat dan besarnya,
masalah ekonomi yang dihadapi perusahaan dan membantu menentukan solusi
yang diperlukan.
Penerapan analisis CVP untuk pengambilan keputusan manajemen:
1. Menentukan unit yang harus dijual agar perusahaan tidak rugi atau profit
sama dengan nol.
2. Menentukan jumlah penjualan minimal agar perusahaan tidak rugi atau
profit sama dengan nol.
3. Menentukan unit yang harus dijual atau berapa jumlah penjualan agar
perusahaan mencapai target laba operasi (operating income) yang
diinginkan.
4. Memilih alternatif skenario kebijakan iklan, otomasi mesin pabrik,
menaikkan harga jual produk atau jasa, dan lain-lain, dengan pilihan
skenario yang dapat memberikan.
profit maksimal.
5. Menganalisis sensitivitas atas risiko ketidakpastian harga jual, biaya, dan
market.
6. Menganalisis margin of safety dan leverage.
Analisis CVP dapat mengatasi banyak masalah, seperti jumlah unit yang
harus dijual untuk mencapai titik impas (Break Eνen Point/ BEP), dampak
pengurangan biaya tetap tertentu terhadap titik impas (Break Eνen Point/ BEP),

3
dan dampak kenaikan harga terhadap laba. Selain itu, analisis CVP
memungkinkan manajer untuk melakukan analisis sensitivitas dengan
memeriksa dampak berbagai tingkat harga atau biaya terhadap laba.

2.2 Break Even Point (BEP) per Unit


Titik awal penyajian analisis CVP adalah menemukan titik impas
perusahaan dalam unit yang terjual. Titik impas adalah titik nol keuntungan.
Dua pendekatan yang sering digunakan untuk menemukan titik impas dalam
unit adalah pendekatan pendapatan operasional dan pendekatan margin
kontribusi.
Analisis CVP berfokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
komponen laba. Karena kita melihat analisis CVP dalam hal unit yang terjual,
kita perlu menentukan komponen tetap dan variabel dari biaya dan pendapatan
sehubungan dengan unit. (Asumsi ini akan dilonggarkan ketika kita
memasukkan penetapan biaya berdasarkan aktivitas ke dalam analisis CVP.)
Penting untuk disadari bahwa kita berfokus pada perusahaan secara
keseluruhan. Oleh karena itu, biaya yang dibicarakan adalah semua biaya
perusahaan: manufaktur, pemasaran, dan administrasi. Sehingga biaya variabel
yang dimaksud adalah semua biaya yang meningkat karena lebih banyak unit
terjual termasuk bahan langsung, tenaga kerja langsung, overhead variabel, dan
variabel penjualan dan biaya administrasi. Demikian pula dengan biaya tetap
termasuk overhead tetap dan penjualan tetap dan biaya administrasi.

Pendekatan Pendapatan Operasional


Pendekatan pendapatan operasional berfokus pada laporan laba rugi
sebagai alat yang berguna dalam mengatur biaya perusahaan ke dalam kategori
tetap dan variabel. Laporan laba rugi dapat dinyatakan dengan persamaan
sebagai berikut:

4
Pendapatan operasional = Pendapatan penjualan – Biaya variabel –
Biaya tetap
Istilah pendapatan operasional digunakan untuk menunjukkan pendapatan
atau laba sebelum pajak penghasilan. Pendapatan operasional hanya mencakup
pendapatan dan biaya dari operasi normal perusahaan. Setelah kita memiliki
ukuran unit yang terjual, kita dapat memperluas persamaan pendapatan
operasional dengan menyatakan pendapatan penjualan dan beban variabel
dalam satuan jumlah dolar dan jumlah unit. Secara khusus, pendapatan
penjualan dapat dinyatakan sebagai berikut:
Pendapatan operasional = (Harga Jual × Jumlah unit Terjual) -
(Biaya variabel per unit × Jumlah unit Terjual) - Total biaya tetap.
Contoh:
Dengan mengasumsikan bahwa More-Power Company memproduksi satu
jenis perkakas listrik: sander. Untuk tahun yang akan datang, pengendali telah
menyiapkan laporan laba rugi yang diproyeksikan sebagai berikut:

Kita melihat bahwa harganya sebesar $40 per unit, dan biaya variabelnya
adalah $24 ($1.740.000/72.500 unit). Biaya tetap adalah $800.000. Maka
persamaan pendapatan operasi nya adalah:

Oleh karena itu, More-Power Company harus menjual 50.000 sander


hanya untuk menutup semua biaya variabel dan tetap. Untuk memeriksa
jawaban ini adalah dengan merumuskan laporan laba rugi berdasarkan 50.000
unit terjual.

5
Keuntungan penting dari pendekatan pendapatan operasional adalah
bahwa semua CVP lebih lanjut persamaan diturunkan dari laporan laba rugi
biaya variabel. Sehingga, kita dapat memecahkan masalah CVP apa pun dengan
menggunakan pendekatan ini.

Pendekatan Margin Kontribusi


Penyempurnaan dari pendekatan pendapatan operasional adalah
pendekatan margin kontribusi. Sehingga, kita hanya mengakui bahwa pada titik
impas, total margin kontribusi sama dengan biaya tetap. Margin kontribusi
adalah pendapatan penjualan dikurangi total biaya variabel. Jika kita mengganti
margin kontribusi unit untuk harga dikurangi biaya variabel unit dalam
persamaan pendapatan operasi dan memecahkan jumlah unit, kita memperoleh
persamaan titik impas berikut:
Jumlah impas unit = Biaya tetap / Margin kontribusi unit
Contoh:
Menggunakan More-Power Company sebagai contoh, kita dapat melihat
bahwa margin kontribusi per unit dapat dihitung dengan salah satu dari dua
cara. Salah satu caranya adalah membagi total kontribusi margin oleh unit yang
dijual dengan hasil $16 per unit ($1.160.000/72.500). Cara kedua adalah
menghitung harga dikurangi biaya variabel per unit dengan hasil yang sama,
$16 per satuan ($40 – $24). Sekarang, kita dapat menggunakan pendekatan
margin kontribusi untuk menghitung jumlah unit impas.

6
Target Keuntungan
Analisis CVP memberi kita cara untuk menentukan berapa banyak unit
yang harus dijual untuk mendapatkan pendapatan yang ditargetkan tertentu.
Pendapatan operasional yang ditargetkan dapat dinyatakan sebagai jumlah dolar
(misalnya, $20.000) atau sebagai persentase dari pendapatan penjualan
(misalnya, 15 persen dari pendapatan). Pendekatan pendapatan operasional dan
pendekatan margin kontribusi dapat dengan mudah disesuaikan untuk
memungkinkan pendapatan yang ditargetkan.
 Penghasilan yang Ditargetkan sebagai Jumlah Dolar
Asumsikan bahwa More-Power Company ingin memperoleh laba operasi
sebesar $424.000. Bagaimana banyak sander yang harus dijual untuk mencapai
hasil ini? Dengan menggunakan pendekatan laba operasi, kita bentuk
persamaan berikut:

Dengan menggunakan pendekatan margin kontribusi, kami cukup


menambahkan laba yang ditargetkan sebesar $424.000 menjadi biaya tetap dan
memecahkan jumlah unit.

 Penghasilan yang Ditargetkan sebagai Jumlah Dolar


Asumsikan bahwa More-Power Company ingin mengetahui jumlah
sander yang harus ada dijual untuk mendapatkan keuntungan sebesar 15 persen
dari pendapatan penjualan. Hasil penjualan adalah penjualan harga dikalikan
dengan jumlah yang terjual. Dengan demikian, laba usaha ditargetkan sebesar

7
15 persen dari harga jual dikali kuantitas. Menggunakan pendekatan laba
operasi (yang lebih sederhana dalam kasus ini), kami memperoleh yang berikut:

Target Laba Setelah Pajak


Saat menghitung titik impas, pajak penghasilan tidak berperan. Ini karena
pajak yang dibayarkan atas pendapatan nol adalah nol. Namun, ketika
perusahaan perlu mengetahui berapa banyak unit yang harus dijual untuk
memperoleh laba bersih tertentu, beberapa pertimbangan tambahan diperlukan.
Ingatlah bahwa laba bersih adalah laba operasi setelah pajak penghasilan dan
bahwa angka penghasilan yang ditargetkan dinyatakan dalam istilah sebelum
pajak. Akibatnya, ketika target pendapatan dinyatakan sebagai laba bersih, kita
harus menambahkan kembali pajak penghasilan untuk mendapatkan laba
operasional. Oleh karena itu, untuk menggunakan salah satu pendekatan
tersebut, target laba setelah pajak harus terlebih dahulu dikonversikan menjadi
target laba sebelum pajak.
Pendapatan operasional = Pendapatan bersih / (1 - Tarif pajak)
Jadi, untuk mengubah laba setelah pajak menjadi laba sebelum pajak,
cukup bagi laba setelah pajak dengan kuantitas (1 - Tarif pajak).
Contoh:
Misalkan More-Power Company ingin mencapai laba bersih sebesar
$487.500 dan tarif pajak penghasilannya adalah 35 persen. Untuk mengubah
target laba setelah pajak menjadi sebelum pajak target laba, maka dapat
diselesaikan langkah-langkah berikut:

8
Dengan kata lain, dengan tarif pajak penghasilan 35 persen, Perusahaan
harus memperoleh penghasilan sebesar $750.000 sebelum pajak penghasilan.
Dengan konversi ini, sekarang kita bisa menghitung jumlah unit yang harus
terjual.

Mari kita periksa jawaban ini dengan menyiapkan laporan laba rugi
berdasarkan penjualan sebesar 96.875 sander.

2.3 Break Even Point Dalam Dollar Penjualan


Dalam beberapa kasus saat menggunakan analisis CVP, manajer
mungkin lebih suka menggunakan pendapatan penjualan sebagai ukuran
aktivitas penjualan dari pada unit yang terjual. Ukuran unit terjual dapat
dikonversi menjadi ukuran pendapatan penjualan hanya dengan mengalikan
harga penjualan unit dengan unit yang terjual.
Setiap jawaban yang dinyatakan dalam unit yang terjual dapat dengan
mudah dikonversi menjadi jawaban yang dinyatakan dalam pendapatan
penjualan, tetapi jawabannya dapat dihitung secara lebih langsung dengan
mengembangkan formula terpisah untuk kasus penjualan-pendapatan. Dalam
hal ini, variabel penting adalah dolar penjualan, sehingga pendapatan dan biaya
variabel harus dinyatakan dalam dolar, bukan unit. Karena pendapatan
penjualan selalu dinyatakan dalam dolar, mengukur variabel itu tidak masalah.

9
Untuk menghitung titik impas dalam dolar penjualan, biaya variabel
didefinisikan sebagai persentase penjualan dan bukan sebagai jumlah per unit
yang terjual. Dalam menyatakan biaya variabel dalam dolar penjualan, kami
menghitung rasio biaya variabel. Ini hanyalah proporsi dari setiap dolar
penjualan yang harus digunakan untuk menutupi biaya variabel. Rasio biaya
variabel dapat dihitung dengan menggunakan data total atau data unit. Tentu
saja, persentase dolar penjualan yang tersisa setelah biaya variabel ditutup
adalah rasio margin kontribusi. Rasio margin kontribusi adalah proporsi setiap
dolar penjualan yang tersedia untuk menutupi biaya tetap dan menyediakan
keuntungan.
Contoh:
Disajikan kembali di bawah ini adalah biaya variabel More-Power
Company laporan laba rugi untuk 72.500 sander.

Perhatikan bahwa pendapatan penjualan, biaya variabel, dan margin


kontribusi dinyatakan dalam bentuk persentase penjualan. Rasio biaya variabel
adalah 0,60 ($1.740.000/$2.900.000); rasio margin kontribusi adalah 0,40
(dihitung sebagai 1 − 0,60 atau sebagai $1.160.000/$2.900.000). Biaya tetap
adalah $800.000. Mengingat informasi dalam hal ini laba rugi, berapa
pendapatan penjualan yang harus diperoleh More-Power untuk mencapai titik
impas?

10
Jadi, More-Power harus mendapatkan pendapatan sebesar $2.000.000
untuk mencapai titik impas.
Bagaimana dengan pendekatan margin kontribusi yang digunakan dalam
menentukan titik impas titik dalam satuan? Kita bisa menggunakan pendekatan
itu di sini juga. Ingatlah bahwa rumus untuk titik impas dalam satuan adalah
sebagai berikut:

Titik impas dalam unit = Biaya tetap / (Harga - Biaya variabel unit)

Jika kita mengalikan kedua ruas persamaan di atas dengan harga, ruas kiri
akan sama dengan penjualan pendapatan di titik impas
Unit impas × Harga = Harga [Biaya tetap/(Harga Unit biaya variabel)]
Penjualan impas = Biaya tetap × [Harga/(Harga Biaya variabel unit)]
Penjualan impas = Biaya tetap × (Harga/ Margin kontribusi)
Penjualan impas = Biaya tetap / (Margin kontribusi / Harga)
Penjualan impas = Biaya tetap / Rasio margin kontribusi

Contoh:
Sekali lagi, dengan menggunakan data More-Power Company, dolar
penjualan impas akan dihitung sebagai $800.000/0,40 atau $2.000.000.
Jawaban yang sama, hanya pendekatan yang sedikit berbeda.

Target Laba
Secara umum, dengan asumsi bahwa biaya tetap tidak berubah, rasio
margin kontribusi dapat digunakan untuk menemukan dampak laba dari
perubahan pendapatan penjualan. Untuk mendapatkan total perubahan laba
dari perubahan pendapatan, cukup kalikan rasio margin kontribusi dengan
perubahan penjualan.
Contoh:
Pertimbangkan pertanyaan berikut: Berapa banyak pendapatan penjualan
yang harus dihasilkan oleh More-Power untuk memperoleh laba sebelum pajak

11
sebesar $424.000? (Pertanyaan ini mirip dengan yang kami tanyakan
sebelumnya dalam hal unit, tetapi pertanyaannya diungkapkan secara langsung
dalam hal pendapatan penjualan.) Untuk menjawab pertanyaan menggunakan
pendekatan margin kontribusi, tambahkan operasi yang ditargetkan pendapatan
$424.000 dengan biaya tetap $800.000 dan membagi totalnya dengan rasio
margin kontribusi.

More-Power harus memperoleh pendapatan sebesar $3.060.000 untuk


mencapai target laba sebesar $424.000. Karena titik impas adalah $2.000.000,
penjualan tambahan sebesar $1.060.000 ($3.060.000 − $2.000.000) harus
diperoleh di atas titik impas. Perhatikan bahwa mengalikan rasio margin
kontribusi dengan pendapatan di atas titik impas akan menghasilkan laba
sebesar $424.000 (0,40 × $1.060.000). Di atas titik impas, rasio margin
kontribusi adalah rasio keuntungan; Karena itu, itu mewakili proporsi setiap
dolar penjualan yang dapat dialihkan ke laba. Untuk contoh ini, setiap dolar
penjualan yang diperoleh di atas titik impas meningkatkan laba sebesar $0,40.

Perbandingan Dua Pendekatan


Perbandingan Dua Pendekatan:
1. Untuk produk tunggal, mengubah titik impas dalam bentuk unit menjadi
penjualan-pendapatan dengan cara mengalikan harga penjualan unit dengan
unit yang terjual. Untuk produk tunggal, kedua pendekatan itu hampir sama
tingkat kesulitannya.
2. Untuk lebih dari satu produk, pendekatan penjualan-pendapatan lebih mudah
digunakan dari pada pendekatan unit-terjual.

12
2.4 Analisis Produk Berganda

More-Power Company telah memutuskan untuk menawarkan dua model


sander: sander biasa untuk jual seharga $ 40 dan mini-sander, dengan
bermacam-macam tip seperti bor yang pas sudut dan lekukan, dijual seharga
$60. Departemen pemasaran yakin bahwa 75.000 sander reguler dan 30.000
mini-sander dapat dijual selama tahun mendatang. Kontroler telah menyiapkan
laporan laba rugi yang diproyeksikan berikut ini berdasarkan perkiraan
penjualan.

Perhatikan bahwa pengontrol telah memisahkan biaya tetap langsung dari


biaya tetap umum. Biaya tetap langsung adalah biaya tetap yang dapat
ditelusuri ke setiap segmen dan yang akan dihindari jika segmen tersebut tidak
ada. Biaya tetap yang umum adalah biaya tetap yang tidak dapat ditelusuri ke
segmen dan akan tetap ada meskipun salah satu dari segmen-segmen itu
dihilangkan.

Break Even Pont dalam Unit


Pemilik More-Power agak khawatir tentang penambahan lini produk baru
dan ingin tahu berapa banyak dari masing-masing model harus terjual untuk
mencapai titik impas. Jika kamu menjadi diberi tanggung jawab untuk
menjawab pertanyaan ini, bagaimana tanggapan Anda?
Satu jawaban yang mungkin adalah dengan menggunakan persamaan
yang kita kembangkan sebelumnya di mana biaya tetap dibagi dengan margin
kontribusi. Persamaan ini menyajikan beberapa masalah langsung, namun. Ini

13
dikembangkan untuk analisis produk tunggal. Untuk dua produk, ada dua unit
margin kontribusi. Sander biasa memiliki margin kontribusi per unit $16 ($40 −
$24), dan mini-sander memiliki salah satu dari $30 ($60 − $30).
Salah satu solusi yang mungkin adalah menerapkan analisis secara
terpisah untuk setiap lini produk. Dimungkinkan untuk memperoleh titik impas
individu ketika pendapatan didefinisikan sebagai margin produk.
Titik impas untuk sander biasa adalah sebagai berikut:

Titik impas untuk mini-sander juga dapat dihitung:

Jadi, 15.625 sander biasa dan 15.000 mini-sander harus dijual untuk
mencapai margin produk impas.

Campuran Pejualan dan Analisis CVP


Bauran penjualan adalah kombinasi relatif dari produk yang dijual oleh
perusahaan. Campuran penjualan bisa diukur dalam unit terjual atau dalam
proporsi pendapatan. Misalnya, jika rencana More-Power atas penjualan 75.000
regular sander dan 30.000 mini sander, maka bauran penjualan dalam satuan
adalah 75.000:30.000. Biasanya, bauran penjualan dikurangi menjadi bilangan
bulat sekecil mungkin. Dengan demikian, campuran relatif 75.000:30.000 dapat
dikurangi menjadi 75:30 dan selanjutnya menjadi 5:2. Itu adalah, untuk setiap
lima sander biasa terjual, dua mini-sander terjual. Campuran penjualan itu
diharapkan untuk dicapai harus digunakan untuk analisis CVP.

14
Mendefinisikan bauran penjualan tertentu memungkinkan kita
mengonversi masalah banyak produk menjadi format CVP produk tunggal.
Karena More-Power mengharapkan untuk menjual lima sander reguler seharga
setiap dua mini-sanders, ia dapat menentukan satu produk yang dijualnya
sebagai satu paket berisi lima sander biasa dan dua mini-sander. Dengan
mendefinisikan produk sebagai sebuah paket, masalah banyak produk diubah
menjadi satu produk tunggal. Untuk menggunakan pendekatan titik impas
dalam unit, harga jual paket dan biaya variabel per paket harus sama diketahui.
Untuk menghitung nilai paket ini, bauran penjualan, harga produk individual,
dan biaya variabel individu diperlukan. Mengingat data produk individual yang
ditemukan di laporan pendapatan yang diproyeksikan, nilai paket dapat
dihitung sebagai berikut:

Mengingat margin kontribusi paket, persamaan CVP produk tunggal bisa


jadi digunakan untuk menentukan jumlah paket yang perlu dijual untuk
mencapai titik impas. Dari Laporan laba rugi yang diproyeksikan More-Power,
kita tahu bahwa total biaya tetap untuk perusahaan adalah $1.300.000. Dengan
demikian, titik impas dihitung sebagai berikut:

More-Power harus menjual 46.429 sander reguler (5 × 9.285,71) dan


18.571 mini sander (2 × 9.285,71) untuk mencapai titik impas. (Perhatikan
bahwa paket tidak dibulatkan ke bilangan bulat. Ini karena jumlah paket

15
bukanlah tujuan itu sendiri. Itu jumlah desimal mungkin penting bila dikalikan
dengan bauran penjualan. Namun, itu benar penting untuk membulatkan jumlah
sander ke seluruh unit, karena tidak ada yang akan membeli pecahan dari
sander.) Sebuah laporan laba rugi memverifikasi solusi ini disajikan di bawah
ini.

Pendekatan Dollar Penjualan


Untuk mengilustrasikan titik impas dalam dolar penjualan, contoh yang
sama akan digunakan. Namun, satu-satunya informasi yang dibutuhkan adalah
laporan laba rugi yang diproyeksikan untuk More Power Company secara
keseluruhan.

Perhatikan bahwa laporan laba rugi ini sesuai dengan kolom total lebih
banyak laporan laba rugi rinci diperiksa sebelumnya. Laporan laba rugi yang
diproyeksikan bertumpu pada asumsi bahwa 75.000 sander reguler dan 30.000
mini-sander akan dijual (a 5:2 campuran penjualan). Titik impas dalam
pendapatan penjualan juga bergantung pada bauran penjualan yang diharapkan.
(Sebagai dengan pendekatan unit terjual, bauran penjualan yang berbeda akan
menghasilkan hasil yang berbeda.)

16
Dengan laporan laba rugi, pertanyaan CVP yang biasa dapat dijawab.
Misalnya, berapa pendapatan penjualan yang harus diperoleh untuk mencapai
titik impas? Untuk menjawab pertanyaan ini, kami membagi total biaya tetap
$1.300.000 dengan rasio margin kontribusi 0,4375 ($2.100.000/$4.800.000).

2.5 Representasi Grafis Hubungan CVP


Penggambaran visual dapat meningkatkan pemahaman kita tentang
hubungan CVP. Sebuah representasi grafis dapat membantu manajer melihat
perbedaan antara biaya variabel dan pendapatan. Ini juga dapat membantu
manajer memahami dengan cepat apa dampak peningkatan atau penurunan
penjualan pada titik impas. Terdapat dua grafik dasar, yaitu grafik volume -
laba dan grafik biaya – volume - laba.

Grafik Volume - Laba


Grafik volume laba secara visual menggambarkan hubungan antara laba
dan volume penjualan. Grafik volume laba adalah grafik persamaan pendapatan
operasi. Dalam grafik ini, pendapatan operasional (laba) adalah variabel
dependen, dan unit adalah variabel independen. Biasanya, nilai variabel
independen diukur di sepanjang sumbu horizontal dan nilai variabel dependen
di sepanjang sumbu vertikal.
Contoh:
Tyson Company memproduksi satu produk dengan data biaya dan harga
berikut:

Dengan menggunakan data tersebut, pendapatan operasional dapat


dinyatakan sebagai berikut:

17
Kita dapat membuat grafik hubungan ini dengan memplot unit di
sepanjang sumbu horizontal dan mengoperasikannya pendapatan (atau
kerugian) sepanjang sumbu vertikal. Diperlukan dua titik untuk membuat grafik
persamaan linier. Meskipun dua titik mana pun dapat digunakan, dua titik yang
sering dipilih adalah yang sesuai volume penjualan nol dan keuntungan nol.
Ketika unit yang terjual adalah nol, Tyson mengalami kerugian operasional
sebesar $100 (atau keuntungan sebesar -$100). Poin yang sesuai dengan volume
penjualan nol, oleh karena itu, adalah (0, −$100). Dengan kata lain, ketika tidak
ada penjualan yang terjadi, perusahaan menderita kerugian sama dengan total
biaya tetapnya. Ketika laba operasi nol, unit yang terjual sama hingga 20. Poin
yang sesuai dengan laba nol (titik impas) adalah (20, $0). Kedua poin ini, diplot
dalam Tampilan 17-4, tentukan grafik keuntungan yang ditunjukkan pada
gambar yang sama.

18
Grafik di Tampilan 17-4 dapat digunakan untuk menilai keuntungan atau
kerugian Tyson di level mana pun dari aktivitas penjualan. Misalnya,
keuntungan yang terkait dengan penjualan 40 unit dapat dibaca dari grafik
dengan (1) menggambar garis vertikal dari sumbu horizontal ke garis laba dan
(2) menarik garis horizontal dari garis laba ke sumbu vertikal. Seperti yang
diilustrasikan di Tampilan 17-4, keuntungan yang terkait dengan penjualan 40
unit adalah $100. Grafik volume laba, meskipun mudah diinterpretasikan, gagal
mengungkapkan bagaimana biaya berubah perubahan volume penjualan.
Pendekatan alternatif untuk grafik dapat memberikan detail ini.

Grafik Biaya - Volume – Laba


Grafik biaya-volume-laba menggambarkan hubungan antara biaya,
volume, dan keuntungan. Untuk mendapatkan hubungan yang lebih rinci, perlu
untuk membuat grafik dua baris terpisah: garis pendapatan total dan garis biaya
total. Garis-garis ini masing-masing diwakili oleh dua persamaan berikut:

Pendapatan = Harga × Satuan


Total biaya = (Unit biaya variabel × Unit) + Biaya tetap
Contoh:
Menggunakan contoh Perusahaan Tyson, persamaan pendapatan dan
biaya adalah sebagai berikut:

Untuk menggambarkan kedua persamaan dalam grafik yang sama, sumbu


vertikal diukur dalam pendapatan dolar dan sumbu horizontal dalam satuan
yang terjual. Diperlukan dua titik untuk menggambarkan setiap persamaan.
Kami akan menggunakan koordinat x yang sama digunakan untuk grafik
keuntungan-volume. Untuk persamaan pendapatan, tetapkan jumlah unit sama
dengan nol menghasilkan pendapatan sebesar $0; menetapkan jumlah unit sama

19
dengan 20 menghasilkan pendapatan sebesar $200. Oleh karena itu, dua poin
untuk persamaan pendapatan adalah (0, $0) dan (20,$200). Untuk persamaan
biaya, 0 unit terjual dan 20 unit terjual menghasilkan poin (0, $100) dan (20,
$200). Grafik kedua persamaan muncul di Tampilan 17-5.
Perhatikan bahwa garis pendapatan total dimulai dari titik asal dan naik
dengan kemiringan sama dengan harga jual per unit (kemiringan 10). Garis
biaya total memotong sumbu vertikal di titik sama dengan total biaya tetap dan
naik dengan kemiringan sama dengan biaya variabel per unit (kemiringan 5).
Ketika garis pendapatan total berada di bawah garis biaya total, daerah kerugian
adalah didefinisikan. Demikian pula, ketika garis pendapatan total terletak di
atas garis biaya total, daerah laba didefinisikan. Titik di mana garis pendapatan
total dan garis biaya total berpotongan adalah titik impas. Untuk mencapai titik
impas, Perusahaan Tyson harus menjual 20 unit dan dengan demikian
menerima $200 total pendapatan.
Sekarang, mari kita bandingkan informasi yang tersedia dari grafik CVP
dengan yang tersedia dari grafik profit-volume. Untuk melakukannya,
pertimbangkan penjualan 40 unit. Ingat itu grafik volume keuntungan
mengungkapkan bahwa menjual 40 unit menghasilkan keuntungan sebesar
$100. Meneliti Pameran 17-5 lagi. Grafik CVP juga menunjukkan keuntungan
sebesar $100, tetapi menunjukkan lebih dari itu. Grafik CVP mengungkapkan
bahwa pendapatan total sebesar $400 dan biaya total sebesar $300 adalah
terkait dengan penjualan 40 unit. Selanjutnya, total biaya dapat dipecah menjadi
biaya tetap $100 dan biaya variabel $200. Grafik CVP memberikan pendapatan
dan biaya informasi yang tidak disediakan oleh grafik profit-volume. Berbeda
dengan grafik profit-volume, beberapa perhitungan diperlukan untuk
menentukan laba yang terkait dengan volume penjualan tertentu. Meskipun
demikian, karena kandungan informasi yang lebih besar, manajer cenderung
menemukan Grafik CVP alat yang lebih bermanfaat.

20
Asumsi Analisis Biaya-Volume-Laba
Grafik volume-laba dan biaya-volume-laba yang baru saja diilustrasikan
bergantung pada beberapa asumsi penting. Beberapa asumsi tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Analisis mengasumsikan fungsi pendapatan linier dan fungsi biaya linier.
2. Analisis mengasumsikan bahwa harga, biaya tetap total, dan biaya variabel
unit dapat diidentifikasi secara akurat dan tetap konstan selama rentang yang
relevan (ingat bahwa kisaran yang relevan adalah kisaran di mana hubungan
biaya valid).
3. Analisis mengasumsikan bahwa apa yang diproduksi dijual.
4. Untuk analisis produk ganda, bauran penjualan diasumsikan diketahui.
5. Harga dan biaya jual diasumsikan dapat diketahui dengan pasti.

2.6 Perubahan Variabel CVP


Karena perusahaan beroperasi di dunia yang dinamis, mereka harus
menyadari perubahan harga, biaya variabel, dan biaya tetap. Mereka juga harus
memperhitungkan dampak risiko dan ketidakpastian. Kita akan melihat efek
pada titik impas dari perubahan harga, biaya variabel unit, dan biaya tetap.
Kami juga akan melihat cara manajer dapat menangani risiko dan
ketidakpastian dalam kerangka CVP.

2.6.1 Risiko dan Ketidakpastian


Asumsi penting dari analisis CVP adalah bahwa harga dan biaya
diketahui dengan pasti. Ini jarang terjadi. Risiko dan ketidakpastian adalah
bagian dari pengambilan keputusan bisnis dan harus ditangani dengan cara
tertentu. Secara formal, risiko berbeda dari ketidakpastian dalam risiko,
distribusi probabilitas variabel diketahui. Dengan ketidakpastian, distribusi
probabilitas tidak diketahui. Untuk tujuan kami, bagaimanapun, istilah akan
digunakan secara bergantian.

21
Bagaimana manajer menghadapi risiko dan ketidakpastian? Berbagai
metode dapat digunakan. Pertama, tentu saja, manajemen harus menyadari sifat
tidak pasti dari harga, biaya, dan kuantitas di masa depan. Selanjutnya, manajer
berpindah dari pertimbangan titik impas ke apa yang disebut sebagai kelompok
impas. Dengan kata lain, mengingat sifat data yang tidak pasti, mungkin sebuah
perusahaan dapat mencapai titik impas ketika 1.800 hingga 2.000 unit terjual —
alih-alih estimasi titik 1.900 unit. Selanjutnya, manajer mungkin terlibat dalam
sensitivitas atau analisis bagaimana-jika. Dalam hal ini, spreadsheet komputer
sangat membantu, karena manajer mengatur hubungan impas (atau laba yang
ditargetkan) dan kemudian memeriksa untuk melihat dampak dari biaya dan
harga yang bervariasi terhadap kuantitas yang terjual. Dua konsep yang berguna
bagi manajemen adalah margin keamanan dan leverage operasi. Keduanya dapat
dianggap sebagai ukuran risiko. Masing-masing membutuhkan pengetahuan
tentang biaya tetap dan biaya variabel.

Margin Keamanan
Margin of safety (keamanan) adalah unit yang terjual atau diharapkan
akan dijual atau pendapatan yang diperoleh atau diharapkan akan diperoleh di
atas volume impas.
Margin of safety dapat dilihat sebagai ukuran kasar dari risiko. Selalu ada
peristiwa, yang tidak diketahui kapan rencana dibuat, yang dapat menurunkan
penjualan di bawah tingkat yang diharapkan semula. Jika margin keamanan
perusahaan besar mengingat penjualan yang diharapkan untuk tahun
mendatang, risiko menderita kerugian jika penjualan menurun lebih kecil
daripada jika margin keamanannya kecil. Manajer yang menghadapi
margin keamanan yang rendah mungkin ingin mempertimbangkan tindakan
untuk meningkatkan penjualan atau menurunkan biaya. Misalnya, Walt Disney
Company menghadapi pendapatan taman hiburan yang lebih rendah pada
kuartal terakhir tahun 2004 karena jumlah badai yang belum pernah terjadi

22
sebelumnya yang melanda Florida selama bulan Agustus. CFO Disney
menjelaskan bahwa ―kehadiran lokal jangka pendek dapat terpengaruh ketika
orang-orang menyatukan hidup mereka‖ setelah bencana. Dia juga mencatat
bahwa perusahaan akan fokus pada "meningkatkan hunian di hotel taman
hiburan, pengeluaran per kapita oleh pengunjung taman hiburan, dan mengelola
biaya."

Leverage Operasi
Dalam fisika, tuas adalah mesin sederhana yang digunakan untuk
mengalikan gaya. Pada dasarnya, tuas memperbesar jumlah upaya yang
diterapkan untuk menciptakan efek yang lebih besar. Semakin besar beban yang
digerakkan oleh upaya tertentu, semakin besar keuntungan mekanisnya.
Dalam istilah keuangan, leverage operasi berkaitan dengan campuran
relatif antara biaya tetap dan biaya variabel dalam suatu organisasi. Terkadang
mungkin untuk menukar biaya tetap dengan biaya variabel. Ketika biaya variabel
menurun, margin kontribusi unit meningkat, membuat kontribusi setiap unit yang
terjual jauh lebih besar. Dalam kasus seperti itu, efek fluktuasi penjualan pada
profitabilitas meningkat. Dengan demikian, perusahaan yang telah menurunkan
biaya variabel dengan meningkatkan proporsi biaya tetap akan mendapatkan
keuntungan dengan peningkatan laba yang lebih besar saat penjualan meningkat
daripada perusahaan dengan proporsi biaya tetap yang lebih rendah. Biaya tetap
digunakan sebagai leverage untuk meningkatkan keuntungan.
Sayangnya, juga benar bahwa perusahaan dengan leverage operasi yang
lebih tinggi juga akan mengalami penurunan laba yang lebih besar karena
penurunan penjualan Oleh karena itu, leverage operasi adalah penggunaan
biaya tetap untuk mendapatkan persentase perubahan laba yang lebih tinggi
seiring perubahan aktivitas penjualan.
Semakin besar tingkat leverage operasi, semakin banyak perubahan
aktivitas penjualan yang akan mempengaruhi laba. Karena fenomena ini,

23
campuran biaya yang dipilih organisasi dapat memiliki pengaruh yang besar
terhadap risiko operasi dan tingkat keuntungannya.
Tingkat leverage operasi dapat diukur untuk tingkat penjualan tertentu
dengan mengambil rasio margin kontribusi terhadap laba, sebagai berikut:

Tingkat leverage operasi = Margin kontribusi/Laba


Jika biaya tetap digunakan untuk menurunkan biaya variabel sehingga
margin kontribusi meningkat dan laba menurun, maka tingkat leverage operasi
meningkat menandakan peningkatan risiko.

2.6.2 Analisis Sensitivitas dan CVP


Meluasnya komputer pribadi dan spreadsheet telah membuat analisis
biaya dalam jangkauan sebagian besar manajer. Alat yang penting adalah
analisis sensitivitas, teknik bagaimana-jika yang meneliti dampak perubahan
asumsi yang mendasari jawaban. Relatif mudah untuk memasukkan data
tentang harga, biaya variabel, biaya tetap, dan bauran penjualan dan untuk
mengatur formula untuk menghitung titik impas dan keuntungan yang
diharapkan. Kemudian, data dapat divariasikan sesuai keinginan untuk melihat
dampak perubahan apa yang terjadi pada keuntungan yang diharapkan

2.7 Analisis CVP Dan Biaya Berbasis Aktivitas


Analisis CVP konvensional mengasumsikan bahwa semua biaya
perusahaan dapat dibagi menjadi dua kategori: biaya yang bervariasi dengan
volume penjualan (biaya variabel) dan yang tidak (biaya tetap). Selanjutnya,
biaya diasumsikan sebagai fungsi linier dari volume penjualan.
Dalam sistem penetapan biaya berbasis aktivitas, biaya dibagi menjadi
kategori berbasis unit dan non- unit. Penetapan biaya berdasarkan aktivitas
mengakui bahwa beberapa biaya bervariasi dengan unit yang diproduksi dan
beberapa biaya tidak. Namun, sementara penetapan biaya berdasarkan aktivitas
mengakui bahwa biaya berbasis non-unit adalah tetap sehubungan dengan

24
perubahan volume produksi, ia juga berpendapat bahwa banyak biaya berbasis
non-unit bervariasi sehubungan dengan pemicu biaya lainnya.
Penggunaan kalkulasi biaya berdasarkan aktivitas tidak berarti bahwa
analisis CVP kurang bermanfaat. Bahkan, menjadi lebih berguna, karena
memberikan wawasan yang lebih akurat mengenai perilaku biaya. Wawasan ini
menghasilkan keputusan yang lebih baik. Analisis CVP dalam kerangka kerja
berbasis aktivitas, bagaimanapun, harus dimodifikasi. Sebagai ilustrasi,
asumsikan bahwa biaya perusahaan dapat dijelaskan oleh tiga variabel:
pemicu biaya tingkat unit, unit yang terjual; penggerak biaya tingkat batch,
jumlah pengaturan; dan penggerak biaya tingkat produk, jam rekayasa.
Persamaan biaya ABC kemudian dapat dinyatakan sebagai berikut:
Total biaya = Biaya tetap + (Biaya variabel satuan × Jumlah unit) +
(Biaya penyiapan × Jumlah penyiapan) + (Biaya teknik × Jumlah
jam teknik)
Pendapatan operasional, seperti sebelumnya, adalah pendapatan total
dikurangi biaya total. Ini dinyatakan sebagai berikut:

Pendapatan operasional = Pendapatan total — [Biaya tetap +


(Biaya variabel unit × Jumlah unit) + (Biaya pemasangan × Jumlah
pemasangan)+ (Biaya teknik × Jumlah jam teknik)]

Mari kita gunakan pendekatan margin kontribusi untuk menghitung titik


impas dalam unit. Saat impas, pendapatan operasional adalah nol, dan jumlah
unit yang harus dijual untuk mencapai titik impas adalah sebagai berikut.
Unit impas = [Biaya tetap + (Biaya pengaturan × Jumlah
pengaturan) + (Biaya teknik × Jumlah jam teknik)] /(Harga - Biaya
variabel unit)
Perbandingan titik impas ABC dengan titik impas konvensional
menunjukkan dua perbedaan yang signifikan. Pertama, biaya tetap berbeda.
Beberapa biaya yang sebelumnya diidentifikasi sebagai tetap sebenarnya dapat

25
bervariasi dengan penggerak biaya non-unit, dalam hal ini pengaturan dan jam
rekayasa. Kedua, pembilang persamaan impas ABC memiliki dua istilah biaya
non-unit-variabel: satu untuk aktivitas terkait batch dan satu untuk aktivitas
penunjang produk.

Analisis CVP dan JIT (Just In Time)


Jika perusahaan telah mengadopsi JIT, biaya variabel per unit yang dijual
berkurang, dan biaya tetap meningkat. Tenaga kerja langsung, misalnya,
sekarang dipandang sebagai tetap, bukan variabel. Bahan langsung, di sisi lain,
masih merupakan biaya variabel berbasis unit. Faktanya, penekanan pada
kualitas total dan pembelian jangka panjang membuat asumsi lebih benar
bahwa biaya bahan langsung sangat proporsional dengan unit yang diproduksi
(karena diskon limbah, skrap, dan kuantitas dihilangkan).
Biaya variabel berbasis unit lainnya seperti daya dan komisi penjualan
juga bertahan. Selain itu, variabel tingkat batch hilang (di JIT, batch adalah satu
unit). Dengan demikian persamaan biaya untuk JIT dapat dinyatakan sebagai
berikut:
Total biaya = Biaya tetap + (Unit biaya variabel × Unit) + (Biaya teknik ×
Jumlah jam teknik)
2.8 Direct Costing
Direct costing juga sering disebut variabel costing atau marginal costing
merupakan metode yang membebankan biaya produksi yang berperilaku
variable atau yang bervariasi langsung dengan volume ke dalam harga pokok
produksi. Oleh karena biaya tetap lebih berkaitan dengan berlalunya waktu
dibandingkan dengan aktivitas produksi, maka biaya tetap dibebankan sebagai
biaya periodik.

26
Fokus direct costing :
1. Untuk penggunaan internal atas hubungan biaya tetap-variable dan konsep
margin kontribusi/ laba marginal (selisih antara pendapatan penjualan
dengan semua biaya variable).
2. Untuk penggunaan eksternal dalam perhitungan biaya persediaan, dalam
menentukan laba, dan dalam pelaporan keuangan.

Contoh : Income Statement dengan Direct Costing

Disini kita juga akan membahas secara ringkas apa itu Full Costing?
Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produk dengan
memasukkan seluruh komponen biaya produksi sebagai unsur harga pokok,
yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya
overhead pabrik variable dan biaya overhead pabrik tetap. Di dalam metode full
costing, biaya overhead pabrik yang bersifat variable maupun tetap di bebankan
kepada produk yang di hasilkan atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada
kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya.
Pendekatan full costing yang biasa dikenal sebagai pendekatan tradisional
menghasilkan laporan laba rugi dimana biaya-biaya di organisir dan sajikan
berdasarkan fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan. Laporan laba
rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi

27
pihak luar perusahaan, oleh karena itu sistematikanya harus disesuaikan dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk menjamin informasi yang tersaji
dalam laporan tersebut.

2.9 Kasus Sky View Manor


Studi kasus ini terjadi pada tahun 1962 di Pedesaan Vermont, Skyview
Manor adalah sebuah perusahaan yang sudah tua, tetapi dikelola dengan baik
dan telah beberapa kali mengalami perubahan kepemilikan. Perusahaan ini
tidak memiliki restoran dan bar. Skyview Manor memasarkan perusahaannya
sebagai hotel tujuan wisata yang memberikan kualitas baik dengan harga yang
terjangkau.

LATAR BELAKANG
Skyview Manor hanya buka selama musim ski. Perusahaan ini buka pada
tanggal 2 Desember dan tutup pada hari terakhir bulan Maret. Pemerintah
hanya memperbolehkan perusahaan ini untuk beroperasi selama 120 hari dalam
setahun. Terdapat 50 kamar di sisi sebelah timur yang tarifnya masing-masing
adalah sebesar $15 untuk hunian sendiri dan sebesar $20 untuk hunian ganda.
Sisi sebelah barat memiliki 30 kamar yang memiliki pemandangan yang
spektakuler. Tarif sewa kamar disisi ini adalah sebesar $20 untuk hunian dan
$25 untuk ganda. Rata-rata tingkat pemakaian kamar selama musim adalah
sebesar 80% (umumnya hotel penuh pada akhir pekan dan rata-rata sekitar 50
sampai 60 kamar terisi di hari biasa). Rasio antara hunian sendiri dan ganda
rata-rata adalah 2:8.
Hasil operasi untuk tahun lalu ditunjukkan pada Exbihit 1. Tuan Kacheck,
manajer hotel, mengkhawatirkan tentang bulan-bulan off-season yang setiap
bulannya mengalami kerugian dan menguragi laba tinggi yang telah diperoleh
dan dilaporkan perusahaan selama musim ski. Beliau telah merekomendasikan
kepada kepada pemilik hotel, yang telah mengakuisisi hotel pada akhir tahun
1961, bahwa untuk mengurangi kerugian dari off-season, mereka seharusnya

28
setuju untuk tetap mengoperasikan hotel untuk sisi sebelah barat selama
sepanjang tahun. Beliau memperkirakan bahwa rata- rata tingkat sewa kamar
selama off-season beberapa tahun ke depan adalah sekitar 20%-40%. Kacheck
mengestimasikan bahwa untuk mencapai hasil tersebut dari 30 kamar yang
tersedia, diperlukan biaya iklan sebesar $4000 setiap tahun ($500 untuk 8
bulan). Tidak terdapat kemungkinan perbedaan rasio perbandingan hunian
sendiri dan ganda sebesar 2:8. Namun demikian, perusahaan perlu menurunkan
harga sewa kamar menjadi $10 dan $15 untuk hunian sendiri dan ganda.
Gaji manajer dibayar selama 12 bulan. Manajer bertindak sebagai care
taker fasilitas dan kontrak sebagian besar pekerjaan perbaikan dan
pemeliharaan. Menggunakan sisi sebelah barat tidak akan mengganggu
pekerjaan ini, tetapi diperkirakan akan menyebabkan tambahan $2000 per
tahun untuk perbaikan dan pemeliharaan.
Nyonya Kacheck dibayar sebesar $20 per hari untuk mengawasi para
pelayan hotel dan juga membantu dibagian check-in. Selama musim tersebut
beliau bekerja 7 hari dalam seminggu, karyawan administrasi dan pelayan hotel
digaji setiap hari sebesar $24 dan $15. Pajak pendapatan dan tunjangan lain
yang diperoleh adalah sebesar 20% dari gaji. Meskipun beban depresiasi dan
pajak properti tidak akan dipengaruhi oleh keputusan untuk membuka hotel
dibagian sisi barat, namun beban asuransi akan meningkat sebesar $500 untuk
tahun tersebut. Selama off-season, diestimasikan bahwa perusahaan tidak
memerlukan pegawai tambahan. Ketika off-season, Nyonya Kacheck hanya
akan dibayar untuk 5 hari kerja dalam seminggu. Perlengkapan kebersihan dan
setengah dari beban lain-lain dibebankan sebagai biaya langsung dari masing-
masing kamar yang disewa. Sedangkan separuh lainnya dicatat sebagai biaya
tetap dan tidak akan berubah selama 12 bulan operasi. Linen juga disewa dari
sebuah supply house dan besarnya biaya tergantung dari banyaknya ruangan
yang disewa. Utilitas mencakup dua hal, yaitu listrik dan telepon. Tidak ada
beban listrik yang harus dikeluarkan ketika perusahaan tidak beroperasi.

29
Sedangkan ketika perusahaan beroperasi, beban listrik akan tergantung dari
penggunaan listrik oleh masing-masing kamar. Kamar yang ada harus
dihangatkan atau didinginkan menggunakan AC. Tagihan telepon setiap bulan
selama musim tersebut adalah sebagai berikut:
80 telepon @ $3.00/bulan $240
Biaya pelayanan dasar 50
$290
Selama off-season, hanya biaya pelayanan dasar yang dibayarkan.
Sedangkan tagihan bulanan sebesar $3.00 yang dibayarkan digunakan untuk
mengaktifkan telepon kamar. Aspek tambahan yang diusulkan oleh Tuan
Kacheck adalah terkait dengan kolam renang tertutup dan hangat. Beliau
percaya bahwa dengan adanya fasilitas tersebut, maka tingkat sewa kamar
perusahaan akan lebih dari 30%. Estimasi yang benar-benar tepat tidaklah
mungkin dilakukan. Meskipun selama musim dingin tingkat penyewaan kamar
tidak akan terpengaruh secara signifikan dengan adanya keputusan untuk
menambah kolam renang indoor, namun kolam renang tersebut akan
bermanfaat untuk menghadapi kompetisi yang ada di industri tersebut. Biaya
untuk pengadaan kolam renang adalah sekitar $40,000. Jumlah ini dapat
didepresiasikan selama 5 tahun tanpa adanya nilai sisa ($15,000 dari $40,000
adalah untuk pembelian pelampung dan unit penghangat yang hanya akan
digunakan selama 9 bulan dalam setahun). Biaya lain yang berkaitan dengan
kolam renang adalah gaji life guard sebesar $400 per bulan, asuransi tambahan
$1,200 dan biaya penghangatan $1,000 dan biaya perawatan sebesar $1,800.
Jika usulan tersebut disetujui, life guard akan diperlukan selama 12 bulan.
Namun jika usul tersebut tidak disetujui, penjaga hanya diperlukan selama 3
bulan musim panas (dari 15 Juni sampai 15 September), dan tidak diperlukan
biaya penghangat ruangan.
Exhibit 1
Skyview Manor

30
Operating Statement, For the Fiscal Year ended 3/31/62
Revenues $160.800
Expenses
Salaries:
Manager $15.000
Manager‘s Wife $ 2.400
Desk Clerk $ 2.880
Malds (four) $ 7.200 +
$ 27.480
Payroll Taxes and Fringe:
Benefits $ 5.496
Depreciation (15 year life) $30.000
Property Taxes $ 4.000
Insurance $ 3.000
Repairs and Maintenance $17.204
Cleaning Supplies $ 1.920
Utilities $ 6.360
Linen Service $13.920 +
$ 81.900 +
$109.380
Interest on Mortgage:
(5% interest rate) $ 21.716
Miscellaneous Expenses $ 7.314 +
$29.030 +
Total Expanses $138.410 -
Profit before Federal Income Taxes $ 22.390
Federal Income Taxes (48%) $ 10.747 -
Net Profit $ 11.643

31
PERMASALAHAN & JAWABAN
1. Berapa banyak ruangan yang harus disewakan hotel permalam pada
musim ski supaya mendapatkan break even?
Jawaban:

32
2. Ruangan hotel penuh di akhir pekan pada musim ski. Jika semua harga
ruangan dinaikkan menjadi 5 dollar di akhir pekan, tapi tingkat hunian
turun menjadi 72 ruangan dari 80, berapa jumlah laba sebelum pajak sesuai
exhibit 1 ?
Jawaban:

3. Berapa margin kontribusi tambahan yang diusulkan per kamar / hari yang
ditempati selama off-season
Jawaban:

33
Berdasarkan keterangan, occupied rate kondisi off-season yaitu 40% dengan
kamar yang disediakan dibagian barat sejumlah 30 kamar. Off –season itu sendiri
berlangsung selama 245 hari sehingga kamar yang disewakan yaitu 12 kamar.
Dalam kondisi off-season, terdapat penyewa kamar single sebanyak 588 dan
penyewa kamar double sebanayak 2352 sehingga total penyewa yaitu 2940 orang.

34
Jumlah Variable Cost diambil dari soal nomor. Contribution margin
merupakan pengurangan total revenue dengan variable cost sehingga didapatkan
contribution margin sebesar $ 33816 atu contribution margin per unit sebesar $
11,50.

Untuk menyewa kamar single yaitu $ 10 dan untuk menyewa kamar double
yaitu $15 sehingga didapatkan penambahan contribution margin jika dibuka pada
kondisi off-season yaitu $ 20.

4. Berapa margin kontribusi tambahan yang diusulkan per kamar / hari yang
ditempati selama off-season?
Jawaban:
Untuk Setiap alternatif dalam kasus ini, sebutkan pengeluaran tahunan yang
ditambahkan untuk alternatif keputusan tersebut tetapi tidak terkait dengan kamar
/ hari yang ditempati.

Berikut fixed cost berdasarkan alternative-alternative yang harus


dikeluarkan oleh Skyview seperti dibuka pada saat off-season tanpa adanya

35
pembuatan kolam renang, alternative dibukapada saat off-season dan
menambahkan kolam renang indoor, serta alternative dibukanya hotel saat off-
season dan dibuat dengan cara outdoor. Secara sekilas pembuatan kolam renang
memiliki biaya yang lebih tinggi terlebih lagi pembuatan kolam renang indoor
karena membutuhkan pemanas serta hanya membutuhkan lifeguard dengan durasi
yang lebih. Akan tetapi perlu diperhatikan keberlangsungan operasional tersebut
sehingga perlu dianalisa lebih lanjut apakah lebih meningkatkan nilai contribution
margin atau tidak

5. Untuk setiap alternatif keputusan, hitunglah occupied rate yang dibutuhkan


dalam keadaan break-even terhadap penambahan pengeluaran tahunan
Jawaban:

36
Berdasakan perhitungan occupied diatas dapat disimpulkan bahwa
membuka hotel pada saat off- season dengan membuat kolam renang indoor
memiliki occupcy rate di atas 30%. Hal tersebut sesuai dengan target yang
disampaikan oleh Tuan Kachek yaitu occupcy rate di atas 36%. Walaupun dengan
pembuatan kolam renang indoor memiliki fixed cost yang tinggi tetapi occupcy
rate yang di atas 30% yang diharapkan meningkatkan contribution margin.

6. Alternatif mana yang direkomendasikan?


Jawaban:
Melihat occupancy rate dari ketiga alternative diatas maka kami memilih
tingkat occupancy rate yang paling tinggi yaitu alternative dengan membangun
kolam renang air panas tertutup karena dengan membangun kolam renang , dapat
meningkatkan jumlah kunjungan tamu di hotel.

7. Evaluasi profitabilitas hotel sebagai investasi untuk pemilik hotel. Apakah


merubah keputusanno 6?
Jawaban:
Pemilik hotel mempunyai tiga alternative yaitu alternative pertama dengan
menyewakan ruangan sebelah barat pada saat off season. Alternatif kedua, pemilik
hotel membangun kolam renang air hangat tertutup sedangkan alternatif ketiga
pemilik hotel membangun kolam renang terbuka. Perhitungan masing-masing
alternative adalah sebagi berikut:

37
Profitabilitas Saat offseason

Dari perhitungan diatas menunjukkan bahwa jika pemilik hotel membangun


kolam renang maka profitabilitasnya akan negative. Sedangkan jika pemilik hotel
membuka sewa pada saat off season tanpa membangun kolam renang maka
profitabilitasnya positif. Kemudian kami mencoba menggabungkan pendapatan
Hotel pada saat ski season dan off season untuk mengetahui proyeksi laba yang
akan dihasilkan hotel dalam satu tahun.

38
Profitabilitas Ski Season dan Off Season

Proyeksi laba jika perusahaan membuka sewa pada saat ski season dan off
season adalah 24.456 meningkat dari laba sebelumnya yang hanya sebesar 22.390.
Sehingga perhitungan ini akan mengubah alternative no 6 yang sebelumnya
memilih pembangunan kolam renang tertutup namun setelah dihitung
profitabilitas masing-masing alternative maka alternative yang paling
menguntungkan adalah tanpa membangun kolam renang.

39
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang terdapat dimateri diatas yaitu :
Analisis biaya-volume-laba berfokus pada harga, pendapatan, volume,
biaya, laba, dan bauran penjualan. Ini dapat digunakan untuk menentukan
volume penjualan atau pendapatan yang diperlukan untuk mencapai titik impas
atau mencapai laba yang ditargetkan. Perubahan pola biaya tetap dan variabel
mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan
analisis CVP untuk melihat bagaimana perubahan tertentu dalam harga atau
biaya akan mempengaruhi titik impas.
Dalam pengaturan produk tunggal, titik impas dapat dihitung dalam unit
atau dolar penjualan. Dua pendekatan dirinci: pendekatan pendapatan
operasional dan pendekatan margin kontribusi.
Analisis produk ganda mensyaratkan bahwa asumsi dibuat tentang bauran
penjualan yang diharapkan. Dengan adanya bauran penjualan tertentu, masalah
produk ganda dapat diubah menjadi analisis produk tunggal. Namun, harus
diingat bahwa jawaban berubah seiring perubahan bauran penjualan. Jika
bauran penjualan berubah di perusahaan multiproduk, titik impas juga
akan berubah. Secara umum, peningkatan penjualan produk margin
kontribusi tinggi akan menurunkan titik impas, sedangkan peningkatan
penjualan produk margin kontribusi rendah akan meningkatkan titik impas.
Ukuran risiko dan ketidakpastian, seperti margin keselamatan dan
leverage operasi, dapat digunakan untuk memberi manajer lebih banyak
wawasan tentang jawaban CVP. Analisis sensitivitas memberikan lebih banyak
wawasan tentang pengaruh perubahan variabel yang mendasari hubungan CVP.
CVP dapat digunakan dengan penetapan biaya berdasarkan aktivitas,
tetapi analisisnya harus dimodifikasi. Akibatnya, di bawah ABC, jenis analisis
sensitivitas digunakan. Biaya tetap dipisahkan dari berbagai biaya yang

40
bervariasi dengan penggerak aktivitas tertentu. Pada tahap ini, paling mudah
untuk mengatur biaya variabel sebagai tingkat unit, tingkat batch, atau tingkat
produk. Kemudian, dampak keputusan pada batch dan produk dapat diperiksa
dalam kerangka CVP.

3.2 Saran
Setelah membahas dan mempelajari analisis biaya volume laba ini,
diharapkan kita dapat menganalisis biaya volume laba pada suatu perusahaan
tertentu sebagai skill penunjang bagi seorang manajer.

41
DAFTAR PUSTAKA

Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen, Liming Guan - Cost Management_


Accounting and Control, 6th Edition -South-Western College Pub (2007).
https://ndarucahya.home.blog/2019/05/01/resume-7-inventory-costing-and-capacity-
analysis-fvc-part-1-konsep-dasar/#jp-carousel-72

Anda mungkin juga menyukai