Anda di halaman 1dari 23

Cost value profit analysis

Dosen Pengampu : Herman Rustandi,S.Ak.,Ak


MAKALAH

Di Susun Oleh:
Aji Rohmatulloh (21132004)

Giri Nopela (21131015)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

HIDAYATULLAH

DEPOK 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat
beriringkan salam juga dipersembahkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW telah membawa kabar tentang pentingnya ilmu bagi kehidupan di
dunia dan di akhirat kelak dan semoga kita semua mendapat syafaatnya kelak di hari
kiamat. Dengan tekad dan niat yang kuat dan mantap akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Cost value profit analysis”.
Semua ini tidak terlepas dengan berkat dari Allah SWT dan juga dukungan
dari berbagai pihak yang selalu tulus memberikan motivasi dan segalanya kepada
penulis. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna karena
keterbatasan pengetahuan, maka dengan kerendahan hati dan dengan tangan terbuka
penulis menerima saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Depok, 28 Oktober 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................2

BAB II Cost value profit analysis.........................................................................3

2.1 Cost value profit analysis................................................................................3


2.2 Pengertian Cost value profit analysis..............................................................3
2.3 Asumsi Analisis Biaya Volume Laba………………………………………..4
2.4 Dasar Analisis Biaya-Volume Dan Laba…………………………………….7
2.5 Analisis Titik Impas (Break-Even Point Analysis)…………………………..8
2.6 Pemanfaatan Analisis Cost-Volume Profit untuk Perencanaan…………….12
2.7 Marjin Keamanan (margin of safety)……………………………………….16
2.8 Pemilihan Struktur Biaya Leverage operasi……………………………………17

BAB III PENUTUP...............................................................................................18

3.1 Kesimpulan......................................................................................................18
3.2 Saran................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iv

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Analisis Biaya Volume Laba atau biasa disebut dengan Cost Volume
Profit Analysis (CVPA) merupakan suatu alat yang sangat tepat untuk
perencanaan dan pengambilan keputusan terkait dengan biaya variable per
unit, kuantitas yang terjual, harga produk (prices of products), volume
produksi, dan semua informasi keuangan perusahaan yang terkandung di
dalamnya yang sangat mempengaruhi tingkat laba.
Analisis CVP dapat mengatasi banyak isu lainnya seperti jumlah unit
yang harus dijual untuk mencapai impas, dampak pengurangan biaya tetap
terhadap titik impas, serta dampak kenaikan harga terhadap laba. Selain itu
analisis CVP memungkinkan para manajer untuk melakukan analisis
sensitivitas dengan menguji dampak dari berbagai tingkat harga atau biaya
terhadap laba.
Sementara tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk memperoleh
laba yang maksimal agar kelangsungan hidup perusahaan terus berjalan
sepanjang waktu, maka perlu dilakukan analisis terhadap biaya volume laba
perusahaan. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas bagaimana
analisis cost volume profit (CVP) agar manajer dapat dengan bijak mengambil
keputusan yang pasti dan tidak mengandung resiko yang dapat merugikan
perusahaan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi analisis biaya volume laba?
2. Bagaiman Asumsi Analisis Biaya Volume Laba?
3. Bagaimana Dasar Analisis Biaya-Volume Dan Laba?
4. Bagaimana Analisis Titik Impas (Break-Even Point Analysis)?
5. Bagaimana Pemanfaatan Analisis Cost-Volume Profit untuk
Perencanaan?
6. Apa yang dimaksud dengan Marjin Keamanan?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah
wawasan dan pengetahuan serta memperdalam pemahaman tentang Cost
Volume Profit Analisys sebagai salah satu skill yang harus dikuasai oleh
seorang manager.

2
BAB II

Cost value profit analysis

2.1 Definisi Analisis Biaya Volume Laba


Pengertian analisis CVP (cost volume profit) adalah analisis yang digunakan
untuk menentukan bagaimana perubahan dalam biaya dan volume dapat
mempengaruhi pendapatan operasional (operating income) perusahaan dan
pendapatan bersih (net income). Seperti kita ketahui, jumlah produk yang
dihasilkan perusahaan didalam suatu periode tertentu akan memiliki hubungan
langsung dengan besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan. Ketika biaya itu
dipertemukan dengan nilai penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan,
laba perusahaan yang diperoleh pada suatu periode akan terpengaruh menjadi
lebih besar atau lebih kecil. Suatu analisa yang menggambarkan bagaimana
perubahan biaya variabel, biaya tetap, harga jual, volume penjualan dan bauran
penjualan akan mempengaruhi laba perusahaan inilah yang disebut dengan
analisis CVP (cost volume profit).
Analisis CVP merupakan instrumen yang lazim dipakai untuk menyediakan
informasi yang bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan,
misalkan dalam menetapkan harga jual produk. Proses analisis ini memerlukan
sejumlah teknik dan prosedur pemecahan masalah dengan bertumpukan pada
pemahaman terhadap pola-pola perilaku biaya perusahaan. Analisis biaya volume
laba (cost profit analysis) merupakan alat yang berguna untuk perencanaan dan
pengambilan keputusan, khususnya jangka pendek, karena analisis ini
menekankan pada keterkaitan antara biaya, jumlah yang dijual, dan harga.
Analisis biaya volume laba juga dapat menjadi alat yang berharga untuk
mengidentifikasi luas dan besarnya masalah ekonomi yang dihadapi perusahaan
dan membantu menunjukkan secara tepat jawaban yang diperlukan.

3
Analisis biaya volume laba dapat diterapkan dalam banyak hal, diantaranya
adalah :
1. Menentukan harga jual produk atau jasa.
2. Memperkenalkan produk atau jasa baru.
3. Mengganti peralatan.
4. Memutuskan apakah produk atau jasa yang ada seharusnya dibuat di
dalam perusahaan atau dibeli dari luar perusahaan.
5. Melakukan analisis apa yang akan dilakukan, jika sesuatu dipilih oleh
manajemen.”
2.2 Asumsi Analisis Volume Laba
Dalam mengambil keputusan, manajemen juga melihat lima elemen
penting terkait analisis cost volume profit, yaitu
1. Harga produk yaitu harga yang ditetapkan di dalam suatu periode
tertentu secara konstan.
2. Volume atau tingkat aktivitas yaitu besarnya produk yang dihasilkan
dan direncanakan akan dijual di dalam suatu periode tertentu.
3. Biaya variabel per unit yaitu besarnya biaya produk yang dibebankan
secara langsung pada setiap unit barang yang diproduksi.
4. Total biaya tetap yaitu keseluruhan biaya periodik di dalam suatu
periode tertentu.
5. Bauran volume produk yang dijual yaitu proporsi volume relatif
produk-produk perusahaan yang akan dijual.

4
Analisis biaya Volume Biaya tergantung pada sejumlah asumsi yang
membatasi. Asumsi-asumsi tersebut diantaranya :
1. Semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya variable ataupun biaya
tetap. Dianggap bahwa biaya-biaya lainya, seperti biaya campuran,
dapat dipilah-pilah menjadi unsur-unsur biaya variabel dan tetap.
Jumlah biaya tetap sifatnya konstan pada saat aktivitas berubah, dan
biaya variabel per unit itidak berganti ketika aktivitas berubah.
Efisiensi dan produktivitas proses produktif serta tenaga kerja
dianggap konstan pula.
2. Fungsi jumlah biaya adalah linier dalam kisaran relavan. Asumsi ini
sahih dalam kisaran relavan kegiatan usaha normal.
3. Fungsi jumlah kegiatan pendapatan adalah linier dalam kisaran
relavan. Harga jual per unit dianggap konstan dalam kisaran volume
produksi. Hal ini menyiratkan pasar yang murni kompetitif untuk
produk atau jasa akhir. Jumlah pendapatan berubah sebanding dengan
perubaha volume penjualan unit produk. Harga jual rata-rata perrunit
produk adalah konstan.
4. Analisisnya untuk sebuah produk atau bauran penjualan dari
bermacam-macam produk adalah konstan dalam kisaran relavan .
Apabila produk-produk mempunyai harga jual dan biaya yang
berbeda-beda, perubahan bauran penjualan akan mempengaruhi hasil-
hasil analisis biaya-volume-laba.
5. Hanya terdapat satu pemicu biaya : volume unit produk atau rupiah
penjualan.
6. Dalam perusahaan pabrikasi, tingkat persediaan pada awal dan akhir
periode adalah sama. Hal ini menyiratkaan bahwa jumlah unit yang
diproduksi selama periode berjalan sama dengan unit yang dijual.

5
Dengan pengertian dan asumsi seperti diatas maka jika salah satu
elemen saja berubah maka hasil analisis cost volume profit pasti akan
menghasilkan kesimpulan yang berbada dan dapat menghasilkan keputusan
yang berbeda juga. Meskipun tujuan utama dari analisis ini adalah untuk
melihat hubungan diantara elemen-elemen tersebut dan pengaruhnya satu
dengan yang lainnya.
Terkait asumsi dasar biaya diklasifikasikan sebagai biaya variabel dan
tetap, Manajemen harus teliti dalam memasukkan semua biaya variable yang
relevan yaitu tidak hanya biaya produksi saja tapi juga biaya penjualan dan
biaya distribusi. Ketelitian ini diperlukan untuk mengukur biaya variabel per
unit. Selain itu, (pada analisis jangka pendek) biaya tetap yang relevan dapat
diartikan sebagai biaya tetap yang diperkirakan berubah sehubungan dengan
peluncuran produk baru. Pada saat biaya variabel dan biaya tetap dijumlahkan
menjadi biaya total, dapat diasumsikan dengan analisis cost volume profit
bahwa pendapatan dan total biaya adalah linear pada rentang aktivitas yang
relevan. Meskipun perilaku biaya sebenarnya tidak relevan dengan rentang
output yang terbatas, total biaya diharapkan meningkat mendekati tingkat
yang linear.
Karena peran yang sangat vital, analisis cost volume profit ini dapat
diterapkan dalam banyak hal seperti menentukan harga jual produk atau jasa,
memperkenalkan produk atau jasa baru, mengganti peralatan, memutuskan
apakah produk atau jasa yang ada seharusnya dibuat di dalam perusahaan atau
dibeli dari luar perusahaan, dan melakukan analisis apa yang akan dilakukan,
jika sesuatu dipilih oleh manajemen.

6
Selain itu beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:

1. Linearitas dan Rentang yang relevan


Model CVP mengasumsikan bahwa pendapatan dan total biaya
adalah linear pada rentang aktivitas yang relevan. Meskipun perilaku
biaya sebenarnya tidak relevan dengan rentang output yang terbatas,
total biaya yang diharapkan meningkat mendekati tingkat yang linear.
2. Mengidentifikasi biaya tetap dan biaya variabel untuk analisis CVP
Pada analisis jangka pendek, biaya tetap yang relevan adalah
biaya tetap yang diperkirakan berubah sehubungan dengan peluncuran
produk baru untuk mengukur biaya variabel perunit, akuntan
manajemen harus teliti memasukkan semua biaya variable yang
relevan, tidak hanya biaya produksi tapi juga biaya penjualan dan
biaya distribusi.
2.3 Dasar Analisis Biaya Volume Dan Laba
Biaya-volume-laba atau analisis titik impas (cost-volume-profit or
breakeven analysis) membahas hubungan antara penerimaan total, biaya
total, dan laba total perusahaan pada berbagai tingkat output. Biaya-volume-
laba atau analisis titik impas sering digunakan para eksekutif bisnis untuk
menentukan volume penjualan yang diperlukan bagi perusahaan untuk
mencapai titik impas, laba total dan kerugian pada tingkat penjualan
lainnya.Pengetahuan dasar yang sangat menentukan dalam analisis biaya
volume dan laba adalah pemahaman tentang penyusunan laporan laba rugi
dengan menggunakan pendekatan variable costing. Pendekatan ini
menghasilkan suatu model laporan laba rugi dimana biaya diklasifikasikan
menurut perilakunya. Agar lebih informatif maka sebaiknya laporan laba rugi
diuraikan dalam bentuk laporan penjualan secara total, penjualan per unit, dan
analisis vertikal yang menunjukan persentase biaya variabel dan marjin
kontribusi dan nilai penjualan

7
.
2.4 Analisis Titik Impas (Break-Even Point Analysis)
Titik impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu organisasi tidak
mendapatkan laba dan juga tidak mendapatkan rugi. Titik impas juga dapat
didefinisikan sebagai titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya
atau sebagai titik dimana total marjin kontribusi sama dengan total biaya
tetap. Tujuan analisis titik impas adalah untuk mencari tingkat aktivitas
dimana pendapatan dan hasil penjualan sama dengan jumlah semua biaya
variabel dan biaya tetapnya. Perusahaan tidak mendulang untung ketika
hanya mencapai titik impas. Oleh karena itu hanya penjualan,biaya variabel,
dan biaya tetap saja yang dipakai untuk menghitung titik impas. Titik impas
normalnya bukan merupakan sasaran kinerja yang diharapkan, namun titik
impas ini dapat mengindikasikan tingkat penjualan yang disyariatkan agar
perusahaan terhindar dari kerugian. Dengan demikian, titik impas
menunjukan suatu sasaran volume penjualan minimal yang harus diraih oleh
perusahaan. Mengetahui titik impas terutama penting ketika sebuah
perusahaan memperkenalkan sebuah produk baru atau memasuki pasar baru.
Dalam kedua kondisi tersebut,
Titik impas ini selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan metode
persamaan, metode marjin kontribusi, dan metode grafik, baik dalam
hitungan unit penjualan maupun penjualan dalam satuan mata uang tertentu
yang digunakan dalam transaksi bisnis.
1. Metode Persamaan
Titik impas dengan metode ini dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
Dari kasus diatas misalkan:
X = jumlah speaker terjual
3.500 = harga jual per unit
2.625 = biaya variabel per unit
75.000 = total biaya tetap

8
Karena laba pada titik impas sama dengan nol maka faktor laba
dalam persamaan tersebut dapat diabaikan. Dengan demikian titik
impas dalam unit dapat dihitung sebagai berikut:
3.500x – 2.625x     = 75.000 + 0
875x              = 75.000 + 0
x             = 75.000/875
x           = 85,71 unit
Dengan cara sederhana titik impas dalam rupiah selanjutnya
dapat dihitung dengan mengalikan 85,71 unit (impas dalam unit)
dengan Rp. 3.500 (harga jual per unit produk) = Rp. 300.000. Namun
apabila data tidak tersedia untuk menggunakan cara tersebut maka
dengan menggunakan data dari kasus di atas titik impas dalam rupiah
dapat dihitung dengan prosedur sebagai berikut:

x     = 0,25x + Rp. 75.000 + Rp. 0


0,25x = Rp. 75.000
x    = Rp. 75.000/0,25
x    = Rp. 300.000
2. Metode Marjin Kontribusi
Metode ini merupakan penyingkatan dari formula metode
persamaan dalam menghitung titik impas. Langkah awal dalam
melihat hubungan antara biaya volume dan laba suatu perusahaan
adalah dengan mengerti dan melihat besarnya marjin kontribusi
yang diperoleh suatu perusahaan pada berbagai tingkat kegiatan.
Pada setiap kegiatan perusahaan akan memiliki kemampuan
menghasilkan marjin kontribusi yang berbeda-beda. Besarnya
marjin kontribusi per unit yang dapat diperoleh suatu perusahaan
akan menentukan kecepatan perusahaan tersebut menutup biaya
tetapnya dan kemampuannya menghasilkan laba. Margin

9
kontribusi digunakan dulu untuk menutup beban tetap dan sisanya
akan menjadi laba. Jika margin kontribusi tidak cukup untuk
menutup beban tetap perusahaan, maka akan terjadi kerugian untuk
periode tersebut. Ketika titik impas dicapai, laba bersih akan
bertambah sesuai dengan margin kontribusi per unit untuk setiap
tambahan produk yang terjual. Untuk memperkirakan pengaruh
kenaikan penjaulan yang direncanakan terhadap biaya, manajer
cukup mengalikan peningkatan dalam unit yang terjual dengan
margin kontribusi yang per unit. Hasilnya akan menggambarkan
peningkatan laba yang diharapkan. Hal itu terlihat pada formula
dibawah ini yang angkanya sama dengan baris kedua dari terakhir
pada penyelesaikan dengan metode persamaan diatas.

Sehingga impas dalam unit = 75.000/875


= 85,71 unit, dan
Impas dalam Rp = 75.000/25%
= Rp. 300.000
Dalam perhitungan formula diatas perlu diperhatikan bahwa rasio
marjin kontribusi per unit produk akan selalu sama dengan rasio
marjin kontribusi dari total unit penjualan. Kesamaan tersebut
disebabkan perhitungan marjin kontribusi dan rasionya hanya
mempertimbangkan biaya-biaya variabel. Dengan demikian
perubahan unit penjualan akan diikuti oleh kenaikan total pejualan,
biaya variabel, dan marjin kontribusi secara proposional. Karena
kenaikan penjualan tidak akan diikuti oleh kenaikan atau
perubahan rasio marjin kontribusi.
Sebagai contoh dapat dilihat bahwa pada volume penjualan 1 unit
@Rp 3.500 dan biaya variabel per unit Rp 2.625, marjin
kontribusinya = Rp 875 per unit. Dari marjin kontribusi tersebut

10
rasionya menjadi (875/3.500)% = 25%. Tingkat rasio marjin
kontribusi yang sama akan diperoleh pada saat volume penjualan
berubah menjadi 150 unit dimana total penjualan menjadi Rp
525.000. kenaikan nilai penjualan ini akan diikuti kenaikan biaya
variabel dalam presentasi yang sama menjadi Rp 393.750 sehingga
marjin kontribusi untuk 150 unit penjualan akan menjadi
(131.250/525.000)% atau sama juga dengan 25% seperti marjin
kontribusi untuk penjualan 1 unit.
Demikian perubahan ini akan valid perhitungannya pada berbagai
level perubahan unit penjualan sepanjang pada kedua alternatif
jumlah unit penjualan tidak diikuti oleh peruahan struktur biaya
dan harga jual dalam satuan uang yang digunakan.
3. Metode Grafik
Selain menggunakan dua pendekatan diatas analisis impas juga
dapat dibuat dengan menggunakan grafik. Grafik tersebut dapat
dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Buat garis horizontal (x) untuk menunjukan jumlah unit
produk dan sebuah garis vertikal (y) untuk menunjukan
nilai penjualan dan biaya.
b. Tarik sebuah garis lurus ke kanan atas dengan kemiringan
45 yang ditarik dari titik 0 perpotongan garis x dan garis y
sebagai garis penjualan.
c. Buat garis horizontal untuk menujukan jumlah biaya tetap
pada berbagai level unit penjualan.
d. Buat garis untuk menunjukan jumlah biaya pada berbagai
level unit penjualan yang ditarik dari perpotongan garis y
dengan garis biaya tetap. Daerah yang berada di antara
garis ini dengan garis biaya tetapdi bawahnya menunjukan
kisaran biaya variabel.

11
e. Buat titik impas pada perpotongan garis penjualan dan
garis total biaya. Tarik garis ke kiri untuk menunjukan
jumlah penjualan dalam satuan uang dan tarik garis vertikal
ke bawah untuk menunjukan titik impas dalam unit
penjualan.
f. Arsir tiga disebelah kanan grafik sebagai daerah laba dan
sebaliknya arsir daerah segitiga di sebelah kiri bawah titik
impas sebagai daerah rugi. Daerah arsiran ini menunjukan
bahwa penjualan yang lebih kecil dari titik impas akan
menimbulkan rugi dan sebaliknya penjualan yang lebih
besar akan memberikan laba
2.5 Pemanfaatan Analisis Cost-Volume Profit untuk Perencanaan
1. Analisis Target Laba
Analisis target laba dalam aplikasi hubungan biaya volume dan laba pada
dasarnya sama dengan analisis titik impas. Perbedaannya hanya terletak pada
jumlah laba yang diperhitungkan dalam formulanya. Dalam perhitungan titik
impas target laba sama dengan nol, sementara dalam analisis target laba
seperti yang dimaksudkan di atas jumlah laba yang diperhitungkan dalam
formulanya disesuaikan dengan jumlah laba yang diinginkan, biasanya lebih
besar dari pada nol.
Misalkan dari komposisi biaya dan penjualan dari laporan laba rugi di atas,
perusahaan menginginkan laba Rp. 100.000 maka dengan menggunakan
formula metode persamaan selanjutnya target penjualan untuk mendapatkan
laba dimaksud dapat dihitung sebagai berikut:

12
Misalkan:
x         = jumlah unit terjual
3.500         = harga jual per unit
2.625        = biaya variabel per unit
75.000     = total biaya tetap
100.000    = laba bersih yang diinginkan
Metode persamaan: penjualan + biaya tetap + laba
Sehingga penjualan dalam unit menjadi:
3.500x          = 2.625x + 75.000 + 100.000
3.500x – 2.625x   = 75.000 + 100.000
875x             = 175.000
X             = 175.000/875
Unit penjualan (x)     = 200 unit

Atau penjualan dalam rupiah:


x             = 0,75x + Rp. 75.000 + Rp. 100.000
0,25x     = Rp. 75.000 + Rp. 100.000
x            = Rp. 175.000/0,25
x            = Rp. 187.500
200 unit x Rp. 3.500     = Rp. 700.000

Metode marjin kontribusi:


Penujualan dalam unit        = (biaya tetap + target laba)/CM
per unit
                = (75.000 + 100.000)/875
                = 175.000/875
                = 200 unit
Penjualan dalam Rp        = (biaya tetap + target laba)/rasio marjin
kontribusi

13
                = (75.000 + 100.000)/25%
                = 175.000/25%
                = Rp 700.000
Impas dalam satuan waktu. Bagi sebuah perusahaan yang baru
beroperasi titik impas ini tidak selalu dapat dicapai dalam waktu
yang singkat, misalnya setahun.  Industri-industri berat biasanya
mencapai titik impas setelah beberapa tahun beroperasi. Proyeksi
pencapaian titik impas dalam satuan waktu ini dapat dihitung
dengan formula-formula di atas. Hasil perhitungannya dapat
dihubungkan dengan biaya, volume dan laba tahunan.  Misalnya
sebuah perusahaan diperkirakan akan mencapai titik impas setelah
menjual 300 unit produksi traktor mini. Bila dalam setahun
diproduksi rata-rata 100 unit traktor maka titik impas akan dicapai
setelah genap beroperasi selama tiga tahun atau 300 traktor impas
dalam unit/100 traktor produksi pertahun x 1 tahun = 3 tahun.

2. Analisis Multi Produk


Analisis multi produk memerlukan adanya asumsi terkait
dengan bauran penjualan(sales mix), yaitu kombinasi berbagai
produk yang dihasilkan/dijual perusahaan. Dengan menentukan
suatu bauran penjualan tertentu, analisis multi produk dapat
diubah ke dalam analisis produk tunggal. Namun untuk analisis
CVP kita harus menggunakan bauran penjualan dalam unit.
Perusahaan dapat menyelesaikan masalah multiproduk dengan
mengkonversinya menjadi produk tunggal, yaitu menetapkan
produk-produk tersebut sebagai suatu paket, misal suatu paket
terdiri dari 3 produk A dan 2 produk B.

14
3.  Analisis Sensivitas
Salah satu aspek penting dalam analisis cost-volume-profit ini
bahwa adanya perubahan dalam satu faktor atau lebih yang
mempengaruhi analisis, dapat diadakan penilain atau evaluasi.
Aspek ini sangat penting bagi manajemen dalam proses
penyusunan atau perencanaan anggaran, karena hal ini
memungkinkan diadakan testing untuk menentukan akibat adanya
perubahan faktor atau mempertimbangkan berbagai alternatif.
Metode yang digunakan adalah laporan laba rugi komparatif.
Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk
mengetahui akibat dari perubahan parameter-parameter produksi
terhadap perubahan kinerja sistem produksi dalam menghasilkan
keuntungan. Dengan melakukan analisis sensitivitas maka akibat
yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat
diketahui dan diantisipasi sebelumnya.
Contoh: Perubahan biaya produksi dapat mempengaruhi
tingkat kelayakan
Alasan dilakukannya analisis sensitivitas adalah untuk
mengantisipasi adanya perubahan-perubahan berikut:
1. Adanya cost overrun, yaitu kenaikan biaya-biaya, seperti
biaya konstruksi, biaya bahan-baku, produksi, dsb.
2. Penurunan produktivitas .
3. Mundurnya jadwal pelaksanaan proyek. Setelah
melakukan analisis dapat diketahui seberapa jauh dampak
perubahan tersebut terhadap kelayakan proyek: pada
tingkat mana
proyek masih layak dilaksanakan

15
2.5 Marjin Keamanan (margin of safety)
Marjin keamanan (margin of safety) merupakan kelebihan penjualan
yang dianggarkan atau realisasi di atas volume penjualan pada titik impas.
Hasil perhitungannya menunjukan jumlah sampai seberapa besar penjualan
dapat turun sehingga sampai pada titik impas. Perhitungannya dapat
dinyatakan dalam unit, satuan uang dan presentase. Perhitungan ini dapat
dijadikan sebagai acuan bagi manajemen agar lebih berhati-hati dalam
memelihara tingkat penjualan yang sudah di capai, agar perusahaan tidak
mengalami penurunan penjualan sampai pada suatu tingkat yang merugikan.
Pada kasus diatas, misalnya PT SMR menjual 150 unit @Rp. 3.500
dengan titik impasnya 85,71 unit. Dengan menggunakan formula:
Dimana:
Total Penjualan : jumlah penjualan yang telah didapat oleh perusahaan
dalam periode tertentu
Penjualan impas : jumlah penjualan yang harus tercapai dimana dalam
kondisi ini perusahaan tidak mengalami untung maupun rugi.
Contoh:
Sebuah perusahaan X berproduksi dengan biaya tetap Rp.75.000, biaya
variabel per unit Rp 2.652 harga jual per unit Rp 3.500 kapasitas produksi
maksimal 150 unit dan kenaikan laba yang direncanakan sebesar 20% maka
margin pengamanan penjualannya sebesar:
MOS = (3.500 x 150) – ( Rp 300.000)
= Rp 525.000 – Rp 300.000
= Rp 225.000
Dengan mengetahui titik marjin keamanan tersebut maka manajemen
dapat merumuskan berbagai strategi, taktik, dan langkah-langkah operasional
untuk bertahan agar penjualan tidak mengalami abrasi sampai melebihi angka
marjin keamanan. Dalam rangka penerapan fungsi-fungsi manajemen
pendekatan analisis hubungan biaya, volume dan laba termasuk perhitungan

16
seperti ini akan memberikan isyarat kepada manajemen mengenai apa yang
sedang terjadi dalam pencapaian tujuan atau perolehan laba perusahaan.
2.6 Pemilihan Struktur Biaya Leverage operasi
Agar dapat memepertahankan stabilitas labanya, perusahaan
memerlukan analisis struktur biaya. Untuk itu diantaranya perlu
dipertimbangkan faktor-faktor operating leverage, struktur komisi penjualan,
dan bauran penjualan. Leverage operasi adalah suatu ukuran suatu ukuran
kemampuan manajemen memanfaatkan biaya tetap dalam suatu organisasi
agar mencapai tingkat laba tertentu. Faktor leverage operasi mempengaruhi
sensitivitas laba bersih terhadap perubahan penjualan.  Semakin tinggi biaya
tetap, maka semakin tinggi operating leverage yang dicapai dan semakin besar
pula sensivitas laba bersih terhadap perubahan penjualan. Jika sebuah
perusahaan mempunyai operating of leverage tinggi, maka sedikit saja
peningkatan dalam penjualan dapat menghasilkan peningkatan persentase
yang besar dalam laba. Sebaliknya jika perusahaan mempunyai operating
leverage rendah, maka pengaruh peningkatan dalam penjualan terhadap
peningkatan laba bersih adalah rendah.
Dengan pendekatan tingkat leverage operasi tersebut selanjutnya
manajemen dapat membuat proyeksi peningkatan laba dengan menggunakan
formula:
% kenaikan laba bersih = tingkat leverage operasi x % kenaikan
penjualan
Memaksimalkan marjin kontribusi. Misalnya sebuah perusahaan
mendapat penawaran berupa dua pekerjaan yang sama-sama menarik. Salah
satunya mendapat pembayaran Rp 20.000 per jam dan yang lainnya Rp
30.000 per jam. Bila tidak mendapatkan kendala kapasitas dan ingin
memaksimumkan laba per jam, tentu saja secara alamiah akan memilih
pekerjaan dengan pembayaran Rp30.000 per jam. Tetapi bila terdapat kendala
sumber daya seperti bahan baku, tenaga kerja, atau jam mesi

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Analisis biaya volume laba
(cost-volume-profit analysis) adalah analisis pola-pola prilaku biaya yang mendsari
hubungan-hubungan antara biaya,volume, dan laba. Analisi biaya-volume-laba kerap
pula disebut analisis impas (break-even analysis) karena signifikansisme mengacu
pada sebuah pemicu biaya aktivitas, seperti unit penjualan, yang diasumsikan
berkorelasi dengan perubahan-perubahan pendapatan, biaya, dan laba. Analisis biaya-
volume-laba merupakan persoalan yang kompleks karena hubungan-hubungan
tersebut kerap dipengaruhi oleh faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian diluar
kendali manajemen.
Titik impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu organisasi tidak
mendapatkan laba dan juga tidak mendapatkan rugi. Titik impas juga dapat
didefinisikan sebagai titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau
sebagai titik dimana total marjin kontribusi sama dengan total biaya tetap. Titik impas
ini selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan, metode
marjin kontribusi, dan metode grafik, baik dalam hitungan unit penjualan maupun
penjualan dalam satuan mata uang tertentu yang digunakan dalam transaksi bisnis.
Dalam perencanaan analisis biaya volume laba dapat dimanfaatkan dengan
menggunakan 2 cara yaitu, analisis target laba dan analisis sensitivitas.
Dengan mengetahui titik marjin keamanan tersebut maka manajemen dapat
merumuskan berbagai strategi, taktik, dan langkah-langkah operasional untuk
bertahan agar penjualan tidak mengalami abrasi sampai melebihi angka marjin
keamanan.

18
3.2 Saran
Setelah membahas dan mempelajari analisis biaya volume laba ini, diharapkan
kita dapat menganalisis biaya volume laba pada suatu perusahaan tertentu sebagai
skill penunjang bagi seorang manajer.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anthony A.Atkinson, Robert S.Kaplan, Ella mae matsumura, S.Mark Young :


Akuntansi Manajemen, Edisi ke 5 jilid 1.

Drs. Abdul halim, M.B.A., Akuntan dan Drs. BambangSupono,Akuntan”Akuntansi


Manajeman “ Edisi Pertama,Yogyakarta, BPFE,1999

http://catatanlengkapfatma.blogspot.co.id/2013/12/ ANALISA BIAYA - VOLUME –


LABA.html

http://catatanwawan92.blogspot.co.id/2014/05/ ANALISIS BIAYA - VOLUME –


LABA.html

http://www.mas-sugeng.com/ ANALISA BIAYA - VOLUME – LABA.

iv

Anda mungkin juga menyukai