Di Susun Oleh:
Aji Rohmatulloh (21132004)
HIDAYATULLAH
DEPOK 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat
beriringkan salam juga dipersembahkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW telah membawa kabar tentang pentingnya ilmu bagi kehidupan di
dunia dan di akhirat kelak dan semoga kita semua mendapat syafaatnya kelak di hari
kiamat. Dengan tekad dan niat yang kuat dan mantap akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Cost value profit analysis”.
Semua ini tidak terlepas dengan berkat dari Allah SWT dan juga dukungan
dari berbagai pihak yang selalu tulus memberikan motivasi dan segalanya kepada
penulis. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna karena
keterbatasan pengetahuan, maka dengan kerendahan hati dan dengan tangan terbuka
penulis menerima saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
3.1 Kesimpulan......................................................................................................18
3.2 Saran................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iv
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi analisis biaya volume laba?
2. Bagaiman Asumsi Analisis Biaya Volume Laba?
3. Bagaimana Dasar Analisis Biaya-Volume Dan Laba?
4. Bagaimana Analisis Titik Impas (Break-Even Point Analysis)?
5. Bagaimana Pemanfaatan Analisis Cost-Volume Profit untuk
Perencanaan?
6. Apa yang dimaksud dengan Marjin Keamanan?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah
wawasan dan pengetahuan serta memperdalam pemahaman tentang Cost
Volume Profit Analisys sebagai salah satu skill yang harus dikuasai oleh
seorang manager.
2
BAB II
3
Analisis biaya volume laba dapat diterapkan dalam banyak hal, diantaranya
adalah :
1. Menentukan harga jual produk atau jasa.
2. Memperkenalkan produk atau jasa baru.
3. Mengganti peralatan.
4. Memutuskan apakah produk atau jasa yang ada seharusnya dibuat di
dalam perusahaan atau dibeli dari luar perusahaan.
5. Melakukan analisis apa yang akan dilakukan, jika sesuatu dipilih oleh
manajemen.”
2.2 Asumsi Analisis Volume Laba
Dalam mengambil keputusan, manajemen juga melihat lima elemen
penting terkait analisis cost volume profit, yaitu
1. Harga produk yaitu harga yang ditetapkan di dalam suatu periode
tertentu secara konstan.
2. Volume atau tingkat aktivitas yaitu besarnya produk yang dihasilkan
dan direncanakan akan dijual di dalam suatu periode tertentu.
3. Biaya variabel per unit yaitu besarnya biaya produk yang dibebankan
secara langsung pada setiap unit barang yang diproduksi.
4. Total biaya tetap yaitu keseluruhan biaya periodik di dalam suatu
periode tertentu.
5. Bauran volume produk yang dijual yaitu proporsi volume relatif
produk-produk perusahaan yang akan dijual.
4
Analisis biaya Volume Biaya tergantung pada sejumlah asumsi yang
membatasi. Asumsi-asumsi tersebut diantaranya :
1. Semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya variable ataupun biaya
tetap. Dianggap bahwa biaya-biaya lainya, seperti biaya campuran,
dapat dipilah-pilah menjadi unsur-unsur biaya variabel dan tetap.
Jumlah biaya tetap sifatnya konstan pada saat aktivitas berubah, dan
biaya variabel per unit itidak berganti ketika aktivitas berubah.
Efisiensi dan produktivitas proses produktif serta tenaga kerja
dianggap konstan pula.
2. Fungsi jumlah biaya adalah linier dalam kisaran relavan. Asumsi ini
sahih dalam kisaran relavan kegiatan usaha normal.
3. Fungsi jumlah kegiatan pendapatan adalah linier dalam kisaran
relavan. Harga jual per unit dianggap konstan dalam kisaran volume
produksi. Hal ini menyiratkan pasar yang murni kompetitif untuk
produk atau jasa akhir. Jumlah pendapatan berubah sebanding dengan
perubaha volume penjualan unit produk. Harga jual rata-rata perrunit
produk adalah konstan.
4. Analisisnya untuk sebuah produk atau bauran penjualan dari
bermacam-macam produk adalah konstan dalam kisaran relavan .
Apabila produk-produk mempunyai harga jual dan biaya yang
berbeda-beda, perubahan bauran penjualan akan mempengaruhi hasil-
hasil analisis biaya-volume-laba.
5. Hanya terdapat satu pemicu biaya : volume unit produk atau rupiah
penjualan.
6. Dalam perusahaan pabrikasi, tingkat persediaan pada awal dan akhir
periode adalah sama. Hal ini menyiratkaan bahwa jumlah unit yang
diproduksi selama periode berjalan sama dengan unit yang dijual.
5
Dengan pengertian dan asumsi seperti diatas maka jika salah satu
elemen saja berubah maka hasil analisis cost volume profit pasti akan
menghasilkan kesimpulan yang berbada dan dapat menghasilkan keputusan
yang berbeda juga. Meskipun tujuan utama dari analisis ini adalah untuk
melihat hubungan diantara elemen-elemen tersebut dan pengaruhnya satu
dengan yang lainnya.
Terkait asumsi dasar biaya diklasifikasikan sebagai biaya variabel dan
tetap, Manajemen harus teliti dalam memasukkan semua biaya variable yang
relevan yaitu tidak hanya biaya produksi saja tapi juga biaya penjualan dan
biaya distribusi. Ketelitian ini diperlukan untuk mengukur biaya variabel per
unit. Selain itu, (pada analisis jangka pendek) biaya tetap yang relevan dapat
diartikan sebagai biaya tetap yang diperkirakan berubah sehubungan dengan
peluncuran produk baru. Pada saat biaya variabel dan biaya tetap dijumlahkan
menjadi biaya total, dapat diasumsikan dengan analisis cost volume profit
bahwa pendapatan dan total biaya adalah linear pada rentang aktivitas yang
relevan. Meskipun perilaku biaya sebenarnya tidak relevan dengan rentang
output yang terbatas, total biaya diharapkan meningkat mendekati tingkat
yang linear.
Karena peran yang sangat vital, analisis cost volume profit ini dapat
diterapkan dalam banyak hal seperti menentukan harga jual produk atau jasa,
memperkenalkan produk atau jasa baru, mengganti peralatan, memutuskan
apakah produk atau jasa yang ada seharusnya dibuat di dalam perusahaan atau
dibeli dari luar perusahaan, dan melakukan analisis apa yang akan dilakukan,
jika sesuatu dipilih oleh manajemen.
6
Selain itu beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:
7
.
2.4 Analisis Titik Impas (Break-Even Point Analysis)
Titik impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu organisasi tidak
mendapatkan laba dan juga tidak mendapatkan rugi. Titik impas juga dapat
didefinisikan sebagai titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya
atau sebagai titik dimana total marjin kontribusi sama dengan total biaya
tetap. Tujuan analisis titik impas adalah untuk mencari tingkat aktivitas
dimana pendapatan dan hasil penjualan sama dengan jumlah semua biaya
variabel dan biaya tetapnya. Perusahaan tidak mendulang untung ketika
hanya mencapai titik impas. Oleh karena itu hanya penjualan,biaya variabel,
dan biaya tetap saja yang dipakai untuk menghitung titik impas. Titik impas
normalnya bukan merupakan sasaran kinerja yang diharapkan, namun titik
impas ini dapat mengindikasikan tingkat penjualan yang disyariatkan agar
perusahaan terhindar dari kerugian. Dengan demikian, titik impas
menunjukan suatu sasaran volume penjualan minimal yang harus diraih oleh
perusahaan. Mengetahui titik impas terutama penting ketika sebuah
perusahaan memperkenalkan sebuah produk baru atau memasuki pasar baru.
Dalam kedua kondisi tersebut,
Titik impas ini selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan metode
persamaan, metode marjin kontribusi, dan metode grafik, baik dalam
hitungan unit penjualan maupun penjualan dalam satuan mata uang tertentu
yang digunakan dalam transaksi bisnis.
1. Metode Persamaan
Titik impas dengan metode ini dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
Dari kasus diatas misalkan:
X = jumlah speaker terjual
3.500 = harga jual per unit
2.625 = biaya variabel per unit
75.000 = total biaya tetap
8
Karena laba pada titik impas sama dengan nol maka faktor laba
dalam persamaan tersebut dapat diabaikan. Dengan demikian titik
impas dalam unit dapat dihitung sebagai berikut:
3.500x – 2.625x = 75.000 + 0
875x = 75.000 + 0
x = 75.000/875
x = 85,71 unit
Dengan cara sederhana titik impas dalam rupiah selanjutnya
dapat dihitung dengan mengalikan 85,71 unit (impas dalam unit)
dengan Rp. 3.500 (harga jual per unit produk) = Rp. 300.000. Namun
apabila data tidak tersedia untuk menggunakan cara tersebut maka
dengan menggunakan data dari kasus di atas titik impas dalam rupiah
dapat dihitung dengan prosedur sebagai berikut:
9
kontribusi digunakan dulu untuk menutup beban tetap dan sisanya
akan menjadi laba. Jika margin kontribusi tidak cukup untuk
menutup beban tetap perusahaan, maka akan terjadi kerugian untuk
periode tersebut. Ketika titik impas dicapai, laba bersih akan
bertambah sesuai dengan margin kontribusi per unit untuk setiap
tambahan produk yang terjual. Untuk memperkirakan pengaruh
kenaikan penjaulan yang direncanakan terhadap biaya, manajer
cukup mengalikan peningkatan dalam unit yang terjual dengan
margin kontribusi yang per unit. Hasilnya akan menggambarkan
peningkatan laba yang diharapkan. Hal itu terlihat pada formula
dibawah ini yang angkanya sama dengan baris kedua dari terakhir
pada penyelesaikan dengan metode persamaan diatas.
10
rasionya menjadi (875/3.500)% = 25%. Tingkat rasio marjin
kontribusi yang sama akan diperoleh pada saat volume penjualan
berubah menjadi 150 unit dimana total penjualan menjadi Rp
525.000. kenaikan nilai penjualan ini akan diikuti kenaikan biaya
variabel dalam presentasi yang sama menjadi Rp 393.750 sehingga
marjin kontribusi untuk 150 unit penjualan akan menjadi
(131.250/525.000)% atau sama juga dengan 25% seperti marjin
kontribusi untuk penjualan 1 unit.
Demikian perubahan ini akan valid perhitungannya pada berbagai
level perubahan unit penjualan sepanjang pada kedua alternatif
jumlah unit penjualan tidak diikuti oleh peruahan struktur biaya
dan harga jual dalam satuan uang yang digunakan.
3. Metode Grafik
Selain menggunakan dua pendekatan diatas analisis impas juga
dapat dibuat dengan menggunakan grafik. Grafik tersebut dapat
dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Buat garis horizontal (x) untuk menunjukan jumlah unit
produk dan sebuah garis vertikal (y) untuk menunjukan
nilai penjualan dan biaya.
b. Tarik sebuah garis lurus ke kanan atas dengan kemiringan
45 yang ditarik dari titik 0 perpotongan garis x dan garis y
sebagai garis penjualan.
c. Buat garis horizontal untuk menujukan jumlah biaya tetap
pada berbagai level unit penjualan.
d. Buat garis untuk menunjukan jumlah biaya pada berbagai
level unit penjualan yang ditarik dari perpotongan garis y
dengan garis biaya tetap. Daerah yang berada di antara
garis ini dengan garis biaya tetapdi bawahnya menunjukan
kisaran biaya variabel.
11
e. Buat titik impas pada perpotongan garis penjualan dan
garis total biaya. Tarik garis ke kiri untuk menunjukan
jumlah penjualan dalam satuan uang dan tarik garis vertikal
ke bawah untuk menunjukan titik impas dalam unit
penjualan.
f. Arsir tiga disebelah kanan grafik sebagai daerah laba dan
sebaliknya arsir daerah segitiga di sebelah kiri bawah titik
impas sebagai daerah rugi. Daerah arsiran ini menunjukan
bahwa penjualan yang lebih kecil dari titik impas akan
menimbulkan rugi dan sebaliknya penjualan yang lebih
besar akan memberikan laba
2.5 Pemanfaatan Analisis Cost-Volume Profit untuk Perencanaan
1. Analisis Target Laba
Analisis target laba dalam aplikasi hubungan biaya volume dan laba pada
dasarnya sama dengan analisis titik impas. Perbedaannya hanya terletak pada
jumlah laba yang diperhitungkan dalam formulanya. Dalam perhitungan titik
impas target laba sama dengan nol, sementara dalam analisis target laba
seperti yang dimaksudkan di atas jumlah laba yang diperhitungkan dalam
formulanya disesuaikan dengan jumlah laba yang diinginkan, biasanya lebih
besar dari pada nol.
Misalkan dari komposisi biaya dan penjualan dari laporan laba rugi di atas,
perusahaan menginginkan laba Rp. 100.000 maka dengan menggunakan
formula metode persamaan selanjutnya target penjualan untuk mendapatkan
laba dimaksud dapat dihitung sebagai berikut:
12
Misalkan:
x = jumlah unit terjual
3.500 = harga jual per unit
2.625 = biaya variabel per unit
75.000 = total biaya tetap
100.000 = laba bersih yang diinginkan
Metode persamaan: penjualan + biaya tetap + laba
Sehingga penjualan dalam unit menjadi:
3.500x = 2.625x + 75.000 + 100.000
3.500x – 2.625x = 75.000 + 100.000
875x = 175.000
X = 175.000/875
Unit penjualan (x) = 200 unit
13
= (75.000 + 100.000)/25%
= 175.000/25%
= Rp 700.000
Impas dalam satuan waktu. Bagi sebuah perusahaan yang baru
beroperasi titik impas ini tidak selalu dapat dicapai dalam waktu
yang singkat, misalnya setahun. Industri-industri berat biasanya
mencapai titik impas setelah beberapa tahun beroperasi. Proyeksi
pencapaian titik impas dalam satuan waktu ini dapat dihitung
dengan formula-formula di atas. Hasil perhitungannya dapat
dihubungkan dengan biaya, volume dan laba tahunan. Misalnya
sebuah perusahaan diperkirakan akan mencapai titik impas setelah
menjual 300 unit produksi traktor mini. Bila dalam setahun
diproduksi rata-rata 100 unit traktor maka titik impas akan dicapai
setelah genap beroperasi selama tiga tahun atau 300 traktor impas
dalam unit/100 traktor produksi pertahun x 1 tahun = 3 tahun.
14
3. Analisis Sensivitas
Salah satu aspek penting dalam analisis cost-volume-profit ini
bahwa adanya perubahan dalam satu faktor atau lebih yang
mempengaruhi analisis, dapat diadakan penilain atau evaluasi.
Aspek ini sangat penting bagi manajemen dalam proses
penyusunan atau perencanaan anggaran, karena hal ini
memungkinkan diadakan testing untuk menentukan akibat adanya
perubahan faktor atau mempertimbangkan berbagai alternatif.
Metode yang digunakan adalah laporan laba rugi komparatif.
Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk
mengetahui akibat dari perubahan parameter-parameter produksi
terhadap perubahan kinerja sistem produksi dalam menghasilkan
keuntungan. Dengan melakukan analisis sensitivitas maka akibat
yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat
diketahui dan diantisipasi sebelumnya.
Contoh: Perubahan biaya produksi dapat mempengaruhi
tingkat kelayakan
Alasan dilakukannya analisis sensitivitas adalah untuk
mengantisipasi adanya perubahan-perubahan berikut:
1. Adanya cost overrun, yaitu kenaikan biaya-biaya, seperti
biaya konstruksi, biaya bahan-baku, produksi, dsb.
2. Penurunan produktivitas .
3. Mundurnya jadwal pelaksanaan proyek. Setelah
melakukan analisis dapat diketahui seberapa jauh dampak
perubahan tersebut terhadap kelayakan proyek: pada
tingkat mana
proyek masih layak dilaksanakan
15
2.5 Marjin Keamanan (margin of safety)
Marjin keamanan (margin of safety) merupakan kelebihan penjualan
yang dianggarkan atau realisasi di atas volume penjualan pada titik impas.
Hasil perhitungannya menunjukan jumlah sampai seberapa besar penjualan
dapat turun sehingga sampai pada titik impas. Perhitungannya dapat
dinyatakan dalam unit, satuan uang dan presentase. Perhitungan ini dapat
dijadikan sebagai acuan bagi manajemen agar lebih berhati-hati dalam
memelihara tingkat penjualan yang sudah di capai, agar perusahaan tidak
mengalami penurunan penjualan sampai pada suatu tingkat yang merugikan.
Pada kasus diatas, misalnya PT SMR menjual 150 unit @Rp. 3.500
dengan titik impasnya 85,71 unit. Dengan menggunakan formula:
Dimana:
Total Penjualan : jumlah penjualan yang telah didapat oleh perusahaan
dalam periode tertentu
Penjualan impas : jumlah penjualan yang harus tercapai dimana dalam
kondisi ini perusahaan tidak mengalami untung maupun rugi.
Contoh:
Sebuah perusahaan X berproduksi dengan biaya tetap Rp.75.000, biaya
variabel per unit Rp 2.652 harga jual per unit Rp 3.500 kapasitas produksi
maksimal 150 unit dan kenaikan laba yang direncanakan sebesar 20% maka
margin pengamanan penjualannya sebesar:
MOS = (3.500 x 150) – ( Rp 300.000)
= Rp 525.000 – Rp 300.000
= Rp 225.000
Dengan mengetahui titik marjin keamanan tersebut maka manajemen
dapat merumuskan berbagai strategi, taktik, dan langkah-langkah operasional
untuk bertahan agar penjualan tidak mengalami abrasi sampai melebihi angka
marjin keamanan. Dalam rangka penerapan fungsi-fungsi manajemen
pendekatan analisis hubungan biaya, volume dan laba termasuk perhitungan
16
seperti ini akan memberikan isyarat kepada manajemen mengenai apa yang
sedang terjadi dalam pencapaian tujuan atau perolehan laba perusahaan.
2.6 Pemilihan Struktur Biaya Leverage operasi
Agar dapat memepertahankan stabilitas labanya, perusahaan
memerlukan analisis struktur biaya. Untuk itu diantaranya perlu
dipertimbangkan faktor-faktor operating leverage, struktur komisi penjualan,
dan bauran penjualan. Leverage operasi adalah suatu ukuran suatu ukuran
kemampuan manajemen memanfaatkan biaya tetap dalam suatu organisasi
agar mencapai tingkat laba tertentu. Faktor leverage operasi mempengaruhi
sensitivitas laba bersih terhadap perubahan penjualan. Semakin tinggi biaya
tetap, maka semakin tinggi operating leverage yang dicapai dan semakin besar
pula sensivitas laba bersih terhadap perubahan penjualan. Jika sebuah
perusahaan mempunyai operating of leverage tinggi, maka sedikit saja
peningkatan dalam penjualan dapat menghasilkan peningkatan persentase
yang besar dalam laba. Sebaliknya jika perusahaan mempunyai operating
leverage rendah, maka pengaruh peningkatan dalam penjualan terhadap
peningkatan laba bersih adalah rendah.
Dengan pendekatan tingkat leverage operasi tersebut selanjutnya
manajemen dapat membuat proyeksi peningkatan laba dengan menggunakan
formula:
% kenaikan laba bersih = tingkat leverage operasi x % kenaikan
penjualan
Memaksimalkan marjin kontribusi. Misalnya sebuah perusahaan
mendapat penawaran berupa dua pekerjaan yang sama-sama menarik. Salah
satunya mendapat pembayaran Rp 20.000 per jam dan yang lainnya Rp
30.000 per jam. Bila tidak mendapatkan kendala kapasitas dan ingin
memaksimumkan laba per jam, tentu saja secara alamiah akan memilih
pekerjaan dengan pembayaran Rp30.000 per jam. Tetapi bila terdapat kendala
sumber daya seperti bahan baku, tenaga kerja, atau jam mesi
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Analisis biaya volume laba
(cost-volume-profit analysis) adalah analisis pola-pola prilaku biaya yang mendsari
hubungan-hubungan antara biaya,volume, dan laba. Analisi biaya-volume-laba kerap
pula disebut analisis impas (break-even analysis) karena signifikansisme mengacu
pada sebuah pemicu biaya aktivitas, seperti unit penjualan, yang diasumsikan
berkorelasi dengan perubahan-perubahan pendapatan, biaya, dan laba. Analisis biaya-
volume-laba merupakan persoalan yang kompleks karena hubungan-hubungan
tersebut kerap dipengaruhi oleh faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian diluar
kendali manajemen.
Titik impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu organisasi tidak
mendapatkan laba dan juga tidak mendapatkan rugi. Titik impas juga dapat
didefinisikan sebagai titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau
sebagai titik dimana total marjin kontribusi sama dengan total biaya tetap. Titik impas
ini selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan, metode
marjin kontribusi, dan metode grafik, baik dalam hitungan unit penjualan maupun
penjualan dalam satuan mata uang tertentu yang digunakan dalam transaksi bisnis.
Dalam perencanaan analisis biaya volume laba dapat dimanfaatkan dengan
menggunakan 2 cara yaitu, analisis target laba dan analisis sensitivitas.
Dengan mengetahui titik marjin keamanan tersebut maka manajemen dapat
merumuskan berbagai strategi, taktik, dan langkah-langkah operasional untuk
bertahan agar penjualan tidak mengalami abrasi sampai melebihi angka marjin
keamanan.
18
3.2 Saran
Setelah membahas dan mempelajari analisis biaya volume laba ini, diharapkan
kita dapat menganalisis biaya volume laba pada suatu perusahaan tertentu sebagai
skill penunjang bagi seorang manajer.
19
DAFTAR PUSTAKA
iv