Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ANALISIS HUBUNGAN BIAYA VOLUME LABA


c

Disusun Oleh :

1. Intan Iga Pratiwi Fitri Haniswati / 2010630110009


2. Bella Fahira / 2010630110024
3. Fitri Aprilia / 2010630110026
4. Natalia Nababan / 2010630110016

KELAS 3A

FAKULTAS EKONOMI

PROGAM STUDI D3 AKUNTANSI

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis biaya, volume, laba merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk
perencanaan dan pengambilan keputusan. Karena analisis biaya volume laba (CVP)
menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual, dan harga, semua
informasi keuangan perusahaan terkandung di dalamnya. Analisis cvp dapat menjadi
suatu alat yang bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya kesulitan
ekonomi yang dihadapi suatu divisi dan membantu mencari pemecahannya.
Analisis CVP juga dapat mengatasi banyak isu lainnya seperti jumlah unit yang
harus dijual untuk mencapai impas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik
impas, dan dampak kenaikan harga terhadap laba. Selain itu analisis CVP
memungkinkan para manajer untuk melakukan analisis sensitivitas dengan menguji
dampak dari berbagai tingkat harga atau biaya terhadap laba.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakanag di atas dapat di buat beberapa rumusan masalah yaituh antara
lain:
1. Definisi dan asumsi dasar ‘analisis biaya volume laba’
2. Analisis Hubungan antara Biaya , Volume dan Laba

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan Makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi dan asumsi dasar ‘analisis biaya volume laba’
2. Untuk Mengetahui Analisis Hubungan antara Biaya , Volume dan Laba
1.4 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini yaitu:
Agar kita dapat mengambil keputusan yang tepat untuk mencapai keberhasilan suatu
usaha. kita perlu merencanakan usahanya dengan baik. Salah satu perencanaan yang
perlu dilakukan adalah berapa banyak barang yang harus dijual agar suatu usaha tidak
mengalami kerugian. Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita dapat menggunakan
model analisis Biaya, Volume, dan Laba.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi dan Asumsi Dasar Analisis Biaya Volume Laba


2.1.1. Definisi
Menurut Mulyadi (2001) Analisis biaya volume laba merupakan teknik
untuk menghitung dampak perubahan harga jual, volume penjualan dan biaya
terhadap laba untuk membantu manajer dalam perencanaan laba jangka
pendek.
Analisis ini merupakan instrumen yang lazim dipakai untuk menyediakan
informasi yang bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan,
Misal : dalam menetapkan harga jual produk. Proses analisis ini memerlukan
sejumlah teknik dan prosedur pemecahan masalah dengan bertumpukan pada
pemahaman terhadap pola-pola perilaku biaya perusahaan.
Analisis biaya volume laba (cost profit analysis) merupakan alat yang
berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan, khususnya jangka
pendek, karena analisis ini menekankan pada keterkaitan antara biaya, jumlah
yang dijual, dan harga. Analisis biaya volume laba juga dapat menjadi alat
yang berharga untuk mengidentifikasi luas dan besarnya masalah ekonomi
yang dihadapi perusahaan dan membantu menunjukkan secara tepat jawaban
yang diperlukan.

2.1.2. Asumsi-asumsi dari analisis biaya volume laba


Beberapa asumsi dalam analisis biaya volume laba menurut Mowen, Hansen,
2005, anatara lain :
1. Asumsi analisis fungsi pendapatan dan biaya linear.
2. Asumsi analisis bahwa harga, total biaya tetap, dan unit biaya variabel
dapat diidentifikasi secara akurat dan tetap konstan melebihi batas
relevan.
3. Asumsi analisis bahwa apa yang diproduksi dapat dijual.
4. Untuk analisis multi produk, bauran penjualan diasumsikan diketahui.
5. Harga jual dan biaya diasumsikan diketahui dengan pasti.
Analisis biaya volume laba merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk
perencanaan dan pengambilan keputusan yang menekankan keterkaitan antara biaya,
volume penjualan dan harga. Jadi, untuk mengetahui bagaimana pendapatan, beban dan
laba berperilaku ketika volume berubah, analisis biaya volume laba dapat dimulai dengan
menentukan titik impas perusahaan (Mowen, Hansen, 2005). Sebelum bahasan analisis
biaya volume laba lebih jauh dibahas,maka terlebih dahulu dijabarkan bagaimana asmsi-
asumsi yang mendasari analisis CVP:
1. Semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya variabel dan tetap
2. Fungsi jumlah biaya adalah linier dalam kisaran relevan
3. Fungsi jumlah pendapatan adalah linier dalam kisaran relevan, harga jual
dianggap konstan
4. Hanya terdapat satu pemicu biaya : volume unit produk / rupiah penjualan
5. Tidak ada persediaan.

Selain itu beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:


1. Linearitas dan Rentang yang relevan
Model CVP mengasumsikan bahwa pendapatan dan total biaya adalah
linear pada rentang aktivitas yang relevan.Meskipun perilaku biaya
sebenarnya tidak relevan dengan rentang output yang terbatas,total biaya
yang diharapkan meningkat mendekati tingkat yang linear.
2. Mengidentifikasi biaya tetap dan biaya variable untuk ananlisis CVP
Pada analisis jangka pendek ,biaya tetap yang relevan adalah biaya tetap
yang diperkirakan berubah sehubungan dengan peluncuran produk baru
Untuk mengukur biaya variable perunit, akuntanmanajemen harus teliti
memasukkan semua biaya variable yang relevan,tidak hanya biaya
produksi tapi juga biaya penjualan dan biaya distribusi.
2.2. Analisis hubungan biaya, volume dan laba
Analisis biaya volume laba memfokuskan pada hubungan antara lima faktor berikut
(Jackson, Sawyers, 2006):
1. Harga dari produk atau jasa.
2. Volume produk dan jasa yang diproduksi dan terjual.
3. Biaya variabel per unit.
4. Biaya tetap total.
5. Bauran produk dan jasa yang dihasilkan.
Analisis biaya volume laba merupakan teknik untuk menghitung dampak
perubahan harga jual, volume penjualan dan biaya terhadap laba untuk membantu
manajer dalam perencanaan laba jangka pendek (Mulyadi, 2001). Menurut
Atkinson dan Kaplan Analisis Biaya volume laba merupakan suatu proses
bagaimana perbedaan biaya dan laba dengan berubahnya volume. Analisis biaya
volume laba merupakan suatu alat yang menyediakan informasi bagi manajemen
tentang hubungan antara biaya, laba, bauran produk dan volume penjualan untuk
mencapai target laba pada level tertentu (Carter, 2006). Titik impas merupakan
tingkat penjualan dimana kontribusi margin hanya menutup biaya tetap dan
konsekuensi pendapatan bersih sama dengan nol.
Impas adalah keadaan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak
menderita rugi. Dengan kata lain, suatu usaha dikatakan impas jika jumlah
pendapatan sama dengan jumlah biaya atau apabila laba kontribusi hanya dapat
digunakan untuk menutup biaya tetap saja.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis titik impas adalah
suatu cara atau alat atau teknik yang digunakan untuk mengetahui volume kegiatan
produksi (usaha) dimana dari volume produksi tersebut perusahaan tidak
memperoleh laba dan juga tidak menderita rugi.
Manajemen memerlukan informasi impas (break even) untuk mengetahui
tingkat penjualan yang mesti dicapai sehingga tidak menderita kerugian, batas
minimum volume yang harus diraih perusahaan dan diharapkan dapat mengambil
langkah yang tepat untuk masa yang akan datang. Ada dua cara untuk menentukan
titik impas : Pendekatan teknik persamaan dan pendekatan grafik. Penentuan impas
dengan teknik persamaan dilakukan dengan mendasarkan pada persamaan
pendapatan sama dengan biaya ditambah laba, sedangkan penentuan impas dengan
pendekatan grafik dilakukan dengan cara mencari titik potong antara garis
pendapatan penjualan dan garis biaya dalam suatu grafik yang disebut grafik impas.
1. Perhitungan Impas dengan Pendekatan Teknik Persamaan
Titik impas dengan pendekatan persamaan dapat dinyatakan dalam jumlah unit
yang terjual guna menghasilkan laba yang ditargetkan dan dalam rupiah
penjualan untuk menemukan titik impas dalam jumlah unit yang terjual,
perusahaan memfokuskan pada laba operasi.
2. Titik impas dalam unit yang terjual
Laba adalah sama dengan pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya atau
dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

y = cx – bx – a

Keterangan:
y = laba operasi
c = harga jual per satuan
x = jumlah produk yang dijual
b = biaya variabel per satuan
a = biaya tetap

Berdasarkan definisi suatu perusahaan akan mencapai keadaan impas jika


jumlah pendapatan sama dengan jumlah biaya (Laba = nol, y = 0) dan
kemudian memecahkan persamaan laba operasi untuk jumlah unit. Jadi, rumus
titik impas dalam satuan unit yang terjual dapat dinyatakan dengan persamaan
sebagai berikut (Mulyadi, 2001)

Biaya Tetap

Unit Impas =

Harga jual per unit – Biaya variabel per unit

Titik impas dapat juga dihitung dengan menggunakan margin kontribusi.


Margin kontribusi adalah pendapatan penjualan dikurangi total biaya variabel.
Pada impas, margin kontribusi sama dengan beban tetap.
Apabila mengganti margin kontribusi per unit untuk harga dikurangi biaya
variabel per unit pada persamaan laba operasi dan memperoleh jumlah unit,
maka persamaan dasar impas menjadi sebagai berikut (Mowen, Hansen,
2005):

Biaya Tetap

Unit Impas =

Margin kontribusi per unit

Meskipun titik impas merupakan informasi yang berguna, namun


kebanyakan perusahaan ingin memperoleh laba operasi lebih besar daripada
nol. Analisis Biaya Volume Laba menyediakan suatu cara untuk menentukan
berapa unit yang harus dijual untuk menghasilkan target laba tertentu. Target
laba dapat dinyatakan dalam jumlah rupiah atau persentase dari pendapatan
penjualan. Persamaan analisis titik impas untuk memperoleh target laba adalah
Biaya Tetap + Target Laba
Jumlah unit untuk memperoleh target laba =
Harga – Biaya Variabel Per unit

2.3. Analisis Biaya Volume Laba dan Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas
Analisis biaya konvensional mengasumsikan bahwa semua biaya perusahaan
dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
Selanjutnya biaya diasumsikan sebagai fungsi linier dari volume penjualan.
Pembedaan biaya tetap dan variabel ini terlalu menyederhanakan masalah dan tidak
sesuai lagi dengan lingkungan manufaktur yang semakin maju (Mowen, Hansen,
2005). Karakteristik biaya produksi dalam lingkungan manufaktur maju ditandai
dengan berkurangnya unsur biaya tenaga kerja langsung dan membesarnya biaya
overhead pabrik. Di samping itu, teknologi manufaktur maju memungkinkan
perusahaan melakukan diversifikasi produk yang diproduksi dan menyebabkan
semakin besarnya proporsi biaya overhead yang tidak berkaitan dengan unit yang
diproduksi. Setiap produk yang diproduksi mengkonsumsi biaya overhead per unit
dengan proporsi yang berbeda-beda (Mulyadi, 2001).
Pada sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas, biaya dibagi dalam
kategori berdasarkan unit dan nonunit. Sistem perhitungan biaya berdasarkan
aktivitas mengakui bahwa beberapa biaya berubah tergantung
pada jumlah unit yang diproduksi sedangkan beberapa yang
lainnya tidak. Dengan perhitungan berdasarkan aktivitas,
analisis biaya volume laba menjadi lebih bermanfaat karena
memberikan wawasan yang akurat mengenai perilakubiaya.
Persamaan biaya berbasis aktivitas adalah sebagai berikut :

pengaturan x Jumlah pengaturan) + (Biaya rekayasa x Jumlah jam rekayasa)

Jika digunakan pendekatan laba operasi dapat dinyatakan sebagai berikut :

jumlah unit) +
(Biaya pengaturan x Jumlah pengaturan) + (Biaya

Contoh :

Perusahaan X ingin menghitung jumlah unityang


harus terjual untukmenghasilkan laba sebelum pajak
Rp 20.000,-. Analisis didasarkan pada data berikut:

Tingkat
Biaya variabel
Penggerak aktivitas Penggerak
Per unit
Aktivitas
Unit yang terjual Rp 10
Pengaturan 1000 Rp 20
Jam rekayasa 30 1000
Data lainnya:
Total bi. Tetap (konvensional) Rp 100.000,-
Total biaya tetap (ABC) Rp 50.000,-
Harga jual per unit 20
Dengan menggunakan analisis biaya volume laba, jumlah unit yang terjualuntuk
menghasilkan laba sebesar Rp 20.000,- adalah:
Jumlah Unit = (Rp 20.000,- + Rp 100.000,-)/ (Rp 20 – Rp 10)
= Rp 120.000,-/ Rp 10
= 12.000 unit
Dengan menggunakan persamaan berbasis aktivitas, jumlah unit yang harusterjual
untuk menghasilkan laba sebesar Rp 20.000,- adalah sebagai berikut:
Jumlah Unit = (Rp 20.000,+ Rp 50.000 + (Rp 1000 x 20) + (Rp 30 x 1000)/
(Rp 20 – Rp 10)
= 12.000 unit

Jumlah unit yang harus dijual sama menurut kedua pendekatan. Hal ini
dikarenakan kelompok total biaya tetap menurut perhitungan biaya konvensional terdiri
dari biaya variabel berdasarkan non unit ditambah biaya yang tetap tanpa memperhatikan
penggerak aktivitas. Sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas memilah-milah
berbagai biaya variabel berdasarkan non unit. Biaya-biaya ini berhubungan dengan
tingkat tertentu dari setiap penggerak aktivitas. Selama tingkat aktivitas penggerak biaya
berdasarkan non unit tetap sama, maka hasil perhitungan konvensional dan berbasis
aktivitas akan sama.
Keunggulan analisis biaya volume laba berbasis aktivitas dibandingkan
konvensional yaitu dalam metode konvensional sebenarnya tidak semua biaya yang
semula digolongkan ke dalam biaya tetap berperilaku tetap. Biaya aktivitas produk dan
biaya pengaturan yang tidak berubah secara proporsional dengan perubahan aktivitas
unit digolongkan dalam pendekatan konvensional sebagai biaya tetap. Namun, dalam
pendekatan berbasis aktivitas, biaya aktivitas produk dan biaya pengaturan merupakan
biaya variabel yang berubah sebanding dengan perubahan aktivitas yang bersangkutan
dengan biaya tersebut. Oleh karena itu, jika suatu kebijakan menyebabkan perubahan
dalam dalam biaya aktivitas produk dan biaya pengaturan, pendekatan berbasis aktivitas
mampu mencerminkan akibat perubahan biaya tersebut terhadap impas.
Ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi Laba :
1. Volume produk yang dijual, berpengaruh terhadap volume produksi produk atau jasa
tersebut.
2. Harga jual produk,atau jasa akan mempengaruhi besarnya volume penjualan produk
atau jasa yang bersangkutan.
3. Biaya produksi, adalah biaya yang timbul dari perolehan atau untuk pengolahan
suatu produk atau jasa akan mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan.

Anggapan yang Mendasari Analisis Titik Impas


1. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan. Biaya
tetap akan selalu konstan dalam kisaran volume yang dipakai dalam perhitungan
impas, sedangkan biaya variabel berubah sebanding dengan perubahan volume
penjualan.
2. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan. Jika
dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan penurunan harga jual atau
dengan memberikan potongan harga, maka hal ini mempengaruhi hubungan biaya,
volume dan laba.
3. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relatif konstan. Penambahan fasilitas
produksi akan berakibat pada penambahan biaya tetap dan akan mempengaruhi
hubungan biaya-volume- laba.
4. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah. Jika harga bahan baku dan
tarif upah menyimpang terlalu jauh dibanding dengan data yang dipakai sebagai
dasar perhitungan impas, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya, volume
laba.
5. Efisiensi produksi dianggap tidak berubah.
6. Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
7. Komposisi produk yang akan dijual dianggap tidak berubah.

Agar perencanaan laba perusahaan dapat efektif, manajemen harus dapat


memperkirakan dampak perubahan masing-masing faktor tersebut terhadap laba
bersih,impas dan return of investment perusahaan.Pembuatan anggaran pendapatan dan
biaya dan penyajian informasi tersebut dalam grafik laba dan volume merupakan alat
yang efektif dalam menyajikan informasi bagi manajemen untuk keperluan perencanaan
laba jangka pendek.
Hal ini memungkinkan manajemen memperkirakan pengaruh kegiatan atau usaha-
usaha yangakan dilaksanakan dan pengaruh perubahan kondisi pasar terhadap laba,
sehinggamanajemen dapat memilih berbagai macam usul kegiatan yang memberikan
kontribusi terbesar terhadap pencapaian laba di masa yang akan datang.
Analisis biaya, volume dan taba dapat digunakan untuk menentukan titik impas
dengan beberapa pendekatan persamaan matematika, pendekatan contribution margin per
unit, pendekatan contribution margin ratio dan pendekatan grafik. Suatu perusahaan
dikatakan dalam keadaan break even apabila dalam usahanya pada suatu periode antara
jumlah biaya dengan jumlah hasil penjualan adalah sama. Pada keadaan ini berarti bahwa
perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak mengalami kerugian. Jadi break even itu
dapat diartikan suatu keadaan dimana jumlah biaya dan jumlah penghasilan dari
penjualan adalah sama, sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian dan tidak
memperoleh keuntungan.
Break even adalah keadaan suatu perusahaan yang pendapatan penjualannya sama
dengan jumlah total biayanya, atau besarnya contribution margin sama dengan total biaya
tetap, dengan kata lain perusahaan tidak memperoleh laba tetapi juga tidak menderita rugi
atau rugi labanya sama dengan nol.Suatu perusahaan dikatakan break even point apabila
setelah dibuat perhitungan rugi laba dari suatu periode kerja atau dari suatu kegiatan
usaha tertentu, perusahaan tidak memperoleh laba tetapi juga tidak mengalami kerugian.
Break even point merupakan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak
menderita rugi. Dengan kata lain suatu usaha dikatakan break even jika jumlah
pendapatan sama dengan jumlah biaya atau apabila laba konstribusi hanya dapat
digunakan untuk menutup biaya tetap saja. Break even point adalah volume (V) yang
jumlah total pendapatan dengan total biaya dan keuntungan adalah nol.
Berdasarkan devinisi yang telah dikemukakan maka dapalah ditarik suatu
kesimpulan bahwa break even point adalah suatu tingkat penjualan yang diperlukan untuk
menutupi biaya operasional, dimana pada titik impas laba sebelum bunga dan pajak sama
dengan nol atau dengan kata lain perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak mengalami
kerugian. Analisis break even adalah suatu cara atau suatu teknik yang digunakan untuk
mengetahui pada volume (jumlah) penjualan dan volume produksi, apakah perusahaan
yang bersaing ketat tidak menderita kerugian dan tidak pula memperoleh laba, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Untuk mengetahui besarnya tingkat penjualan yang minimum yang harus dilakukan
perusahan agar biaya-biaya yang dikeluarkan dapat dikendalikan dengan tingkat
keuntungan atau laba yang direncanakan dapat dicapai, maka digunakan rumus sebagai
berikut :
Dimana:
FC = Biaya Tetap
P = Harga Jual Per Unit
S = Penjualan
VC = Biaya Variabel Per Unit
1 = Konstanta
Π = Laba yang direncanakan
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Analisis biaya volume laba menghasilkan informasi dampak perubahanharga jual,
biaya dan/atau volume penjualan terhadap laba bersih. Dalam penyusunananggaran,
berbagai kemungkinan pilihan harga jual, volume penjualan, dan biaya
selaludihadapi oleh manajemen. Dalam proses penyusunan anggaran, manajemen
memerlukan berbagai parameter. Berbagai parameter tersebut memberikan bantuan
yang penting bagi manajemen, dalam mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan
dalam poroses penyusunan anggaran perusahaan. Kiranya makalah yang telah disusun
oleh kelompok kami bisa bermanfaat bagi para pembaca. Kritik dan saran kepada
kami sangat kami butuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Akuntansi Manajemen : konsep, manfaat dan rekayasa,1997.


Buku Anthony A.Atkinson, Robert S.Kaplan, Ella mae matsumura, S.Mark Young :
Akuntansi Manajemen, Edisi ke 5 jilid 1.
Buku Sofyan Syafri : Teori Akuntansi
PRAKTIKUM ( SURVEY UMKM )

1. LATAR BELAKANG

Coffe Shop merupakan industri yang paling prospektif di indonesia maupun di dunia. Jumlah
penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat menyebabkan kebutuhan masyarakat
indonesia terhadap kopi semakin meningkat pula. Semakin meningkatnya kebutuhan kopi tersebut,
mendatangkan peluang-peluang bisnis yang dapat ditangkap oleh masyarakat indonesia,salah
satunya adalah bisnis Coffe Shop.

Karena tingginya kebutuhan, usaha ini menjadi bisnis yang cukup menjanjikan. Bisnis ini juga
banyak diminati oleh masyarakat karena dianggap memiliki tingkat pengembalian modal yang relatif
cepat, hal ini terlihat dari semakin banyaknya jumlah usaha Coffe Shop yang berhasil dan berkembang.
Coffe Shop ini merupakan usaha yang paling populer di bidang perkopian. Di setiap kesempatan sering
sekali dijumpai aneka ragam coffe enak yang disajikan dengan tampilan yang menarik. Coffe Shop
“NEROMA” memiliki beragam menu kopi. Salah satu contoh yang kami ambil
adalah menu paling Favorite yaitu Kopi Susu Gula Aren.

2. PROFIL USAHA

Nama Usaha : Coffe Shop NEROMA


Jenis Usaha : Coffe
Lokasi : Jl. Rancamalaka, Desa Hegarmanah, Kec. Cikarang Timur, Kab. Bekasi,
Jawa Barat.
Pemilik : M. Raihan

Neroma Coffee tercipta pada suatu ketika dimana ada 3 orang personal yang berasal dari kampus
yang sama bertemu dalam satu` lingkup pertemanan. dan sampai suatu ketika kami bertiga karna terasa
semakin erat pertemanan, kami bertig apun berniat untuk membuat plan usaha, sesuai hobi dan keinginan
untuk belajar mengulik rasa kopi dan lalu, terciptalah nama NEROMA.
Nama neroma tersendiri berasal dari salah satu kepribadian kami bertiga "NERO" di ambil dari
Bahasa itali yang berarti "HITAM" mengapa hitam? hitam melambangkan suatu unsur warna yang cocok
dengan warna apapun, secara tidak langsung itu pun menjadi bahan persamaan dengan pergaulan kami
yang mudah berinteraksi dengan siapapun baik dari segi pergaulan maupun kasta yang bisa beradaptasi di
lower midle and upper. "MA" nama tambahan itu di ambil dari suatu kesamaan dari kami bertiga yang
mempunya sifat Marjinal dan Mandiri, dan pada akhirnya kami pun sepakat untuk mengaplikasikan nama
bisnis kami dengan nama "NEROMA.COFFEE".

Neroma Coffe merupakan usaha yang bergerak dalam bidang minuman kopi yang dibentuk pada
tahun 2020, yang berada di Jl. rancamalaka, desa hegarmanah, kec. cikarang timur, kab. bekasi, jawa barat

3. STRUKTUR USAHA

Pemilik dan Kepala Usaha : M. Raihan


Karyawan 1 : Thaufan Hirawa
Karyawan 2 : Angkasa KIbar

Dari keterangan di atas saya akan mendeskripsikan pekerjaan dan kemampuan mereka
masing-masing M. Raihan, selaku pemilik usaha dan kepala usaha. Bertugas untuk mengawasi dan
bertanggung jawab dalam berjalannya sebuah proses usaha. Thaufan Hirawa, bertugas Finance
(Keuangan). Angkasa Kibar, bertugas Head Barista.

4. PENGUMPULAN DATA
Data pemakaian Bahan Baku – Bulan September 2021

Bahan Baku Langsung :

Bahan Jumlah Harga/satuan Total Satu Bulan

bBubuk kopi 10 kg Rp 30.000 Rp 300.000


Air mineral 3 galon Rp 18.000 Rp 54.000
Gelas plastik 100 pcs Rp. 1.000 Rp 100.000
Sedotan steril 100 pcs Rp 500 Rp 50.000
Susu Kental manis 500 gr (10 pcs) Rp 10.500 Rp 105.000
Gula aren bubuk 150 gr (5 pcs) Rp 15.000 Rp 75.000
Sirup caramel 1 liter Rp 30.000 Rp 30.000
TOTAL BIAYA BAHAN BAKU Rp 564.000
Bahan Baku Penolong :

Jumlah
Nama Barang Pembelian / Harga/Satuan Total
Minggu
Alat Kopi 1 Rp 500.000 Rp 500.000
Mesin Press Cup 1 Rp 650.000 Rp 650.000
Dripper dan Papper filter 100 pcs Rp 500 Rp 50.000
TOTAL BIAYA BAHAN BAKU PENOLONG Rp 1.150.500

Biaya Tenaga Kerja Langsung :

Total Biaya
No Karyawan Bagian Jumlah Total
Sebulan
1. Pembuatan Kopi 1 Rp 60.000 per hari Rp 1.800.000
2. Cashier 1 Rp 50.000 per hari Rp 1.500.000
TOTAL BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG Rp 3.300.000

Biaya Overhead Pabrik :

No Nama Biaya Jumlah


1. Biaya Listrik Rp 300.000
2. Biaya Sewa Rp 500.000
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK Rp. 800.000

5. PROSES PENGHITUNGAN

Data Biaya Produksi


 Biaya Bahan Baku Rp 564.000
 Biaya Bahan Penolong Rp 1.150.500
 Biaya Tenaga Kerja Rp 3.300.000
 Biaya BOP Rp 800.000

Total Biaya Produksi Rp 5.814.500


DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai