Anda di halaman 1dari 5

Nama : Meliyanti Rachmawati

NIM : A031221061
Prodi : Akuntansi
Mata Kuliah : Akuntansi Manajemen F

Analisis Hubungan Biaya Volume Laba (BEP)


A. Analisis biaya volume laba
Analisis biaya volume laba (CVP) adalah alat yang sangat berguna untuk
merencanakan dan membuat keputusan dalam bisnis. Dengan fokus pada hubungan
antara biaya, volume penjualan, dan harga, analisis CVP mencakup seluruh informasi
keuangan perusahaan. Ini juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah ekonomi dalam sebuah divisi. Tujuan utama perusahaan
adalah mencapai laba maksimal agar dapat terus beroperasi secara berkelanjutan.
Sementara itu, faktor-faktor yang memengaruhi laba meliputi harga jual, biaya, dan
volume penjualan. Adapun beberapa unsur analisis Biaya-Volume-Laba, yaitu:
• Harga Produk adalah harga yang konstan selama periode tertentu.
• Volume atau tingkat aktivitas mengacu pada jumlah produk yang dihasilkan
dan direncanakan untuk dijual dalam periode tertentu.
• Biaya variabel per unit merujuk pada biaya produk yang dikenakan secara
langsung pada setiap unit barang yang diproduksi.
• Total biaya tetap adalah total biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu
dan tidak berubah.
• Bauran produk yang dijual menggambarkan proporsi relatif dari berbagai
produk perusahaan yang akan dijual.

Analisis biaya-volume-laba (CVP) memberikan manajemen informasi mengenai


bagaimana perubahan biaya, pendapatan, volume, dan jenis produk mempengaruhi
tingkat laba. CVP berfokus pada keterkaitan antara biaya, volume penjualan, dan cara
biaya berubah dalam pengambilan keputusan. Memahami bagaimana biaya
perusahaan berperilaku akan membantu manajemen dalam pengambilan keputusan
terkait penetapan harga produk, penerimaan atau penolakan pesanan, upaya
penghematan biaya, serta strategi promosi produk yang lebih menguntungkan.
Dengan mempertimbangkan harga jual, volume penjualan, dan pengelompokan
biaya dengan tepat, analisis Cost-Volume-Profit (CVP) dapat dilakukan dengan
memanfaatkan komponen-komponen analisis tertentu. Komponen-komponen
tersebut termasuk peramalan penjualan yang mencakup estimasi jumlah penjualan
dan harga, prinsip-prinsip dasar analisis cost-volume-profit seperti analisis margin
kontribusi, analisis leverage operasional, analisis titik impas (BEP), dan analisis margin
keamanan. Semua elemen ini dapat digunakan dalam perencanaan bisnis seperti
analisis target laba dan analisis sensitivitas.

Adapun analisis biaya-volume-laba bergantung pada sejumlah asumsi yang


membatasinya. Beberapa dari asumsi tersebut meliputi:

1. Semua biaya harus diklasifikasikan sebagai biaya variabel atau biaya tetap.
Selain itu, biaya campuran juga bisa dibagi menjadi unsur biaya variabel dan
tetap. Biaya tetap dianggap tetap pada saat aktivitas berubah, dan biaya
variabel per unit tidak berubah seiring dengan perubahan aktivitas. Efisiensi
dan produktivitas dalam proses produksi dan tenaga kerja dianggap konstan.

2. Fungsi biaya harus bersifat linier dalam kisaran relevan. Asumsi ini berlaku
dalam kisaran aktivitas bisnis yang normal.

3. Fungsi pendapatan juga harus bersifat linier dalam kisaran relevan. Harga jual
per unit dianggap tetap dalam kisaran volume produksi. Hal ini menunjukkan
bahwa pasar adalah persaingan murni untuk produk atau jasa akhir. Jumlah
pendapatan berubah sejalan dengan perubahan volume penjualan unit
produk. Harga jual rata-rata per unit produk dianggap konstan.

4. Analisis ini diterapkan pada satu produk atau campuran produk yang beragam
dengan asumsi bahwa karakteristik campuran penjualan tetap dalam kisaran
relevan. Jika produk memiliki harga jual dan biaya yang berbeda maka,
perubahan dalam campuran penjualan akan memengaruhi hasil analisis biaya-
volume-laba.

5. Hanya ada satu penyebab biaya volume per unit produk.

6. Dalam perusahaan manufaktur, tingkat persediaan di awal dan akhir periode


dianggap sama. Ini mengindikasikan bahwa jumlah unit yang diproduksi selama
periode sama dengan jumlah unit yang dijual.
B. Break Even Point (BEP)

Analisis biaya-volume-laba, yang juga dikenal sebagai analisis titik impas,


membicarakan hubungan antara total penerimaan, total biaya, dan total laba
perusahaan pada berbagai tingkat produksi. Analisis biaya-volume-laba atau titik
impas sering menjadi alat yang digunakan oleh para pemimpin bisnis untuk
mengidentifikasi volume penjualan yang dibutuhkan agar perusahaan mencapai titik
impas, mencapai laba total, atau menghadapi kerugian pada tingkat penjualan
tertentu.

Pengetahuan dasar yang sangat penting dalam analisis biaya-volume-laba adalah


pemahaman tentang bagaimana menyusun laporan laba rugi dengan menggunakan
metode variable costing. Dengan pendekatan ini, laporan laba rugi dibuat dengan
mengelompokkan biaya sesuai dengan cara biaya tersebut berperilaku. Laporan laba
rugi ini kemudian disajikan dalam berbagai format, termasuk laporan penjualan
keseluruhan, penjualan per unit, dan analisis vertikal yang mengungkapkan
persentase biaya variabel, margin kontribusi, dan nilai penjualan.

Adapun titik Impas (Break Even Point - BEP) dapat dihitung menggunakan dua
metode, yaitu Pendekatan Persamaan dan Pendekatan Margin Kontribusi. Kedua
metode ini menghasilkan hasil yang identic/sama, yakni:

a. Pendekatan Persamaan

Laporan laba rugi yang disusun dengan metode variable costing adalah alat yang
berguna bagi manajemen dalam mengkategorikan biaya perusahaan ke dalam
kelompok biaya tetap dan biaya variabel. Laporan ini dapat digunakan untuk
menentukan titik impas berdasarkan nilai penjualan, bukan jumlah unit yang
dihasilkan. Persamaannya adalah sebagai berikut:

Laba operasi = Pendapatan Penjualan – Biaya Variabel–Biaya Tetap

Jika ukuran unit penjualan telah diketahui, persamaan laba dapat diperluas
dengan menggambarkan hubungan antara pendapatan penjualan dan biaya variabel
dalam istilah nilai uang dan jumlah unit. Oleh karena itu, persamaan laba dapat
dirumuskan sebagai berikut:

Laba operasi = (Harga jual per unit x jumlah unit penjualan) –(BiayaVariabel per
unit x Jumlah unit penjualan)– Biaya tetap total
b. Pendekatan Margin Kontribusi

Perhitungan titik impas dapat dilakukan dengan fokus pada margin kontribusi,
yang juga dikenal sebagai pendekatan margin kontribusi. Margin kontribusi adalah
pendapatan penjualan dikurangi dengan total biaya variabel. Pada titik impas, nilai
margin kontribusi akan sama dengan total biaya tetap.

Titik Impas (BEP) dalam nominal penjualan dapat dihitung dengan menganggap
bahwa biaya variabel merupakan persentase dari total penjualan. Selain itu,
penjualan pada titik impas juga dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

➢ Penjualan pada BEP = biaya tetap x (harga/margin kontribusi)

➢ Penjualan pada BEP = biaya tetap/rasio margin kontribusi

Dengan asumsi bahwa biaya tetap tidak berubah, kita dapat menggunakan rasio
margin kontribusi untuk menilai bagaimana perubahan pendapatan penjualan akan
memengaruhi laba. Caranya adalah dengan mengalikan rasio margin kontribusi
dengan perubahan dalam pendapatan penjualan. Rasio margin kontribusi adalah
bagian dari pendapatan penjualan yang tersedia untuk menutupi biaya tetap dan
menghasilkan laba.

C. Pemanfaatan Analisis Cost-Volume Profit untuk Perencanaan

1. Analisis target laba

Analisis target laba, dalam konteks hubungan antara biaya, volume, dan laba, pada
dasarnya mirip dengan analisis titik impas. Perbedaannya hanya terletak pada jumlah
laba yang dipertimbangkan dalam rumusnya. Ketika menghitung titik impas, target
laba adalah nol, tetapi dalam analisis target laba seperti yang dijelaskan di atas,
jumlah laba yang diinginkan disesuaikan dalam rumusnya, biasanya lebih besar
daripada nol.

2. Analisis Sensivitas

Salah satu aspek yang krusial dalam analisis biaya-volume-laba adalah bahwa
ketika ada perubahan dalam satu faktor atau lebih yang memengaruhi analisis, perlu
dilakukan penilaian atau evaluasi. Aspek ini sangat penting bagi manajemen dalam
proses perencanaan dan penyusunan anggaran karena memungkinkan untuk menguji
dampak perubahan faktor atau mempertimbangkan berbagai alternatif. Metode yang
digunakan adalah perbandingan laporan laba-rugi.
D. Marjin keamananMarjin keamanan (margin of safety)

Margin of safety (marjin keamanan) adalah kelebihan penjualan yang diperkirakan


atau yang terjadi di atas volume penjualan pada titik impas. Hasil perhitungan ini
mengindikasikan sejauh mana penjualan dapat menurun sebelum mencapai titik
impas. Penghitungan marjin keamanan ini bisa dinyatakan dalam berbagai bentuk,
seperti dalam unit produk, nilai uang, atau sebagai persentase. Hasil perhitungan ini
dapat digunakan sebagai panduan bagi manajemen untuk lebih berhati-hati dalam
menjaga tingkat penjualan yang sudah dicapai, sehingga perusahaan tidak
menghadapi penurunan penjualan yang merugikan.

Anda mungkin juga menyukai