Anda di halaman 1dari 8

Nama Anggota Kelompok 2 :

1. Ida Bagus Galang Ngurah Landep (03)


2. I Kadek Suardiyana (04)
3. Gusti Ayu Dewi Gita Indah Sari (05)
4. Ni Kadek Nina Krisnayanti (07)
5. Ryan Gemnia Wahyudi (09)
6. Dewa Gede Dharma Budi Antarayana (10)

RINGKASAN MATERI
BAB 4
ANALISIS BIAYA VOLUME LABA

Definisi dan Asumsi Yang Mendasari Break Even Poin


Definisi Break Even Point:
1. Menurut Horngren dkk (2006:448), break even point atau titik impas merupakan
suatu tingkat penjualan dimana laba operasinya adalah nol: Total pendapatan
sama dengan total pengeluaran. 
2. Menurut Simamora (2012:170), BEP atau titik impas adalah volume penjualan
dimana jumlah pendapatan dan jumlah bebannya sama, tidak ada laba maupun
rugi bersih. 
3. Menurut Hansen dan Mowen (2011:4), titik impas (break even point) adalah titik
dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama dengan
nol. 
4. Menurut Yamit (1998:62), BEP dapat diartikan suatu keadaan dimana total
pendapatan besarnya sama dengan total biaya (TR=TC). 
Jadi dapat disimpulkan bahwa Break Even Point (BEP) atau titik impas adalah
suatu keadaan atau kondisi dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba
dan juga tidak menderita rugi atau dengan kata lain jumlah biaya yang dikeluarkan sama
dengan jumlah pendapatan.

Asumsi yang mendasari BEP adalah:


Terdapat beberapa asumsi dasar dalam analisis Break Even Point yaitu (Horngren dkk,
2006:447):

1. Satu-satunya faktor yang memengaruhi biaya adalah perubahan volume. 


2. Manajer menggolongkan setiap biaya (atau komponen biaya gabungan) baik
sebagai biaya variabel maupun biaya tetap. 
3. Beban dan pendapatan adalah linier di seluruh cakupan volume relevannya. 
4. Tingkat persediaan tidak akan berubah. 
5. Penjualan atas gabungan produk tidak akan berubah. Penjualan gabungan
merupakan kombinasi produk yang membentuk total penjualan.

Sedangkan menurut Mulyadi (2000:260-261), asumsi yang mendasari break even point
adalah:

1. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan. Biaya
tetap akan selalu konstan dalam kisar volume yang dipakai dalam perhitungan
break even point, sedangkan biaya variabel berubah sebanding dengan perubahan
volume penjualan. 
2. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan.
Jika dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan penurunan harga jual
atau dengan memberikan potongan harga, maka hal ini mempengaruhi hubungan
biaya-volume-laba. 
3. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relatif konstan. Penambahan fasilitas
produksi akan berakibat pada penambahan biaya tetap dan akan mempengaruhi
hubungan biaya-volume-laba.
4. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah. Jika harga bahan baku dan
tarif upah menyimpang terlalu jauh dibanding data yang dipakai sebagai dasar
perhitungan break even point, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya-
volume-laba. 
5. Efisiensi produk dianggap tidak berubah. Apabila terjadi penghematan biaya
karena adanya penggunaan bahan pengganti yang harganya lebih rendah atau
perubahan metode produksi, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya-
volume-laba. 
6. Perubahan jumlah sediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
7. Komposisi produk yang dijual dianggap tidak berubah. Jika perusahaan menjual
lebih dari satu macam produk, maka meskipun volume penjualan sama tetapi
apabila komposisinya berbeda, maka hal ini akan mempunyai pengaruh terhadap
pendapatan penjualan.

Perhitungan BEP, Perencanaan Laba


Metode Perhitungan BEP:

Break Even Point atau BEP umumnya dapat dihitung menggunakan tiga metode;
metode persamaan, metode margin kontribusi dan metode grafik. Meskipun memiliki
perbedaan bentuk atau variasi analisis, namun pada dasarnya hasil akhirnya tetap sama.
Berikut penjabaran metode perhitungan Break Even Point:

a. Metode Persamaan

Metode persamaan merupakan metode yang digunakan berdasarkan laporan


laba rugi. Rumus pertama digunakan untuk mengetahui berapa unit jumlah
barang/jasa yang harus diproduksi untuk mencapai BEP yaitu:

BEP (unit) = Total Biaya Tetap (Fixed Cost) / (Harga Jual Per Unit Produk –
Biaya variabel setiap unit produk
Rumus kedua adalah untuk mengetahui berapa rupiah nilai penjualan yang harus
diterima untuk mendapatkan titik impas. Adapun rumusnya sebagai berikut:

BEP (rupiah) = Total Biaya Tetap (Fixed Cost) / (1 – Biaya Variabel Setiap Unit
Produk / Harga Jual Per Unit)

atau

BEP (Satuan Rupiah) = (Biaya Tetap / Harga Jual Per Unit – Biaya Variabel) x
Harga Jual per Unit

BEP untuk produk ganda :

BEP Produk Ganda = Biaya Tetap (Fixed Cost) / [(1 – v/c) x Wi]

Dimana v/c merupakan perbandingan variable cost atau biaya variabel dan
harga jual. Sedangkan Wi menyatakan persentase dari total penjualan tiap produk
dalam rupiah atau bisa disebut dengan bobot kontribusi margin. Pada keadaan BEP
laba operasionalnya sama dengan nol sehingga menghasilkan jumlah produk yang
dijual mencapai BEP ditambah biaya tetap.

b. Metode Kontribusi Unit

Metode kontribusi unit merupakan metode berdasarkan jumlah margin


kontribusi. Margin kontribusi sendiri adalah selisih antara pendapatan dari hasil
penjualan dengan biaya variabel. Dengan menggunakan metode ini, pengusaha dapat
mengetahui berapa keuntungan dari suatu produk yang berhasil dijual dengan
mengukur hasil dari penjualan terhadap keuntungan.

Margin kontribusi unit = Pendapatan – Biaya variabel (Variable Cost)

Rasio Margin Kontribusi = Margin Kontribusi / Penjualan

Berdasarkan dasar rumus di atas akan menghasilkan rumus:

BEP (Unit) = Biaya Tetap / Margin Kontribusi per Unit

atau

BEP = Biaya Tetap / (Harga Jual – Biaya variabel)

Sedangkan untuk satuan rupiah:

BEP (Satuan Rupiah) = Biaya Tetap / Rasio Margin Kontribusi

c. Metode Grafik

Selain dengan metode persamaan, BEP atau Break Even Point dapat
digambarkan melalui metode grafik. Grafis BEP akan menunjukkan volume penjualan
pada sumbu x atau garis horizontal dan biaya akan terletak pada sumbu y atau garis
vertikal. Nah, titik impas atau BEP terletak pada perpotongan antara garis volume
penjualan dan garis biaya. Untuk lebih jelasnya, Anda bisa melihat grafik di bawah
ini.

Pada grafik tersebut, irisan pada sebelah kiri garis BEP merupakan sisi
kerugian (loss) dan sebelah kanan merupakan sisi laba (profit). Grafik BEP mampu
mempermudah pengusaha untuk melihat dan mengevaluasi perubahan volume tahun
lalu dan memproyeksikan volume penjualan pada tahun selanjutnya.

Perencanaan Laba:
Laba merupakan tujuan utama sekaligus tolak ukur keberhasilan manajemen
perusahaan. Dengan memperoleh laba, manajemen dapat terus mempertahankan dan
mengembangkan kegiatan usaha. Perencanaan merupakan langkah awal bagi perusahaan
dalam menjalankan aktivitas usahanya. Perencanaan harus dibuat sebaik mungkin karena
berguna sebagai acuan dan alat pengendali bagi manajemen dalam menjalankan aktivitas
usahanya di masa yang akan datang. Perencanaan laba pada dasarnya merupakan
perencanaan yang harus dilakukan manajemen dalam rangka mencapai tujuan, yakni
mencapai laba yang diharapkan.
Alat perencanaan laba terdiri dari:
a. Titik Impas (Break even point)
b. Marjin Aman (Margin of Safety)
c. Titik Penutupan Usaha (Shut Down Point)
d. Degree of Operating Leverage
e. Laba Kontribusi per Unit
Margin of Safety
Menurut Garrison dan Noreen (2006:338) marjin keamanan (margin of safety) adalah
“kelebihan dari penjualan yang dianggarkan (aktual) di atas titik impas volume penjualan”.
Sedangkan menurut Horngren dan Foster (2008:80) marjin keamanan (margin of safety)
adalah” jumlah pendapatan yang dianggarkan yang melebihi pendapatan impas”. Berdasarkan
pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa marjin keamanan (margin of safety)
adalah selisih antara total penjualan yang dianggarkan dengan penjualan titik impas.
Margin pengaman atau margin of safety memberikan informasi tentang sampai sejauh
mana volume penjualan boleh turun dari penjualan yang telah dianggarkan, namun tidak
sampai merugikan perusahaan. Selisih antara volume penjualan yang dianggarkan dengan
volume penjualan impas merupakan angka margin of safety (Mulyadi, 2015).
Menurut Garrison dan Noreen (2006:338) marjin keamanan menjelaskan jumlah di
mana penjualan dapat menurun sebelum kerugian terjadi. Semakin tinggi marjin keamanan,
semakin rendah resiko untuk tidak balik modal. Marjin keamanan dapat ditunjukkan baik
dalam Rupiah maupun dalam persentase. Formula perhitungannya adalah sebagai berikut:
a. Dalam bentuk rupiah
Marjin Keamanan = Penjualan Dianggarkan – Penjualan Titik Impas
b. Dalam bentuk persentase Margin Keamanan
Persentase Marjin Keamanan = Margin Keamanan / Total Penjualan x 100%

Perhitungan BEP Pada Analisis Biaya Volume Laba


Analisis Biaya Volume Laba:
Analisis biaya volume laba (cost volume profit analysis - CVP analysis)
merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan
keputusan (Hansen dan Mowen, 2009). Mulyadi (2015) menyatakan bahwa analisis
hubungan biaya-volume-laba (cost-volume-profit analysis) merupakan teknik untuk
menghitung dampak perubahan harga jual, volume penjualan dan biaya terhadap laba,
untuk membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek. Garrison et al.
(2013) mendefinisikan analisis biaya-volume-laba (BVL) sebagai alat bantu yang sangat
berguna bagi manajer untuk memahami hubungan antara biaya, volume, dan laba.
Analisis BVL berfokus pada pengaruh dari kelima faktor berikut terhadap laba:
a. Harga produk
b. Volume penjualan
c. Biaya variabel per unit
d. Total biaya tetap
e. Bauran produk yang dijual

Asumsi Analisis Biaya Volume Laba:


Simamora (2012) mengemukakan asumsi-asumsi yang perlu diperhatikan dalam
penerapan analisis biaya volume laba agar diperoleh hasil analisis yang tepat dan akurat.
Asumsi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya variabel ataupun biaya tetap. Biaya
lainnya, seperti biaya campuran, dianggap dapat dipilah-pilah menjadi unsur
biaya variabel dan unsur biaya tetap. Jumlah biaya tetap sifatnya konstan pada
saat aktivitas berubah, dan biaya variabel per unit tidak berganti ketika aktivitas
berubah. Efisiensi dan produktivitas proses produksi serta tenaga kerja dianggap
konstan pula.
b. Fungsi jumlah biaya adalah linier dalam kisaran relevan. Asumsi ini sahih dalam
kisaran relevan kegiatan usaha normal.
c. Fungsi jumlah pendapatan adalah linier dalam kisaran relevan. Harga jual per unit
dianggap konstan dalam kisaran volume produksi. Hal ini menyiratkan pasar
yang murni kompetitif untuk produk atau jasa akhir. Jumlah pendapatan berubah
sebanding dengan perubahan volume penjualan unit produk. Harga jual rata-rata
per unit produk adalah konstan.
d. Analisisnya untuk sebuah produk, atau bauran penjualan bermacam-macam
produk adalah konstan dalam kisaran relevan. Apabila produk mempunyai harga
jual dan biaya yang berbeda-beda, perubahan bauran penjualan akan
mempengaruhi hasil analisis biaya-volume-laba.
e. Hanya ada satu pemicu biaya: volume unit produk atau nilai penjualan.
f. Dalam perusahaan pabrikasi, tingkat persediaan pada awal dan akhir periode
adalah sama. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah unit yang diproduksi selama
periode berjalan sama dengan unit yang dijual.

Dasar-dasar Analisis Biaya-Volume-Laba:


a. Margin Kontribusi
Margin kontribusi (contribution margin) merupakan selisih antara hasil
penjualan dan seluruh komponen beban variabel (produksi, administrasi, dan
penjualan) (Sodikin, 2015). Jumlah tersebut dapat digunakan untuk menutup biaya
tetap dan memperoleh laba dalam periode tersebut. Apabila margin kontribusi lebih
besar dari biaya tetap, maka perusahaan akan memperoleh laba. Sebaliknya, jika
margin kontribusi lebih kecil dari biaya tetap, maka perusahaan akan mengalami
kerugian. Namun, apabila margin kontribusi dan biaya tetap sama besar, kondisi
inilah yang disebut titik impas perusahaan atau break even point. Cara menghitung
kontribusi margin adalah sebagai berikut :
Margin Kontribusi = Penjualan - Biaya Variabel
b. Rasio Margin Kontribusi
Rasio margin kontribusi merupakan perbandingan antara margin kontribusi
dan penjualan. Rasio ini menunjukkan persentase tiap satu rupiah penjualan yang
dapat digunakan untuk menutup beban tetap dan kemudian laba (Sodikin, 2015).
Rasio margin kontribusi sangat bermanfaat bagi manajemen untuk mengetahui
perubahan margin kontribusi sebagai akibat perubahan setiap rupiah penjualan. Cara
menghitung rasio margin kontribusi adalah sebagai berikut :
Rasio Margin Kontribusi = Margin Kontribusi / Penjualan x 100%
DAFTAR PUSTAKA

Muchlisin Riadi. 2017.”Pengertian, Manfaat dan Asumsi Dasar Break Even Point ”,
https://www.kajianpustaka.com/2017/11/pengertian-manfaat-dan-asumsi-dasar-break-even-
point.html, diakses pada 3 Oktober 2021 pukul 09.15

Admin 2. 2021.”Break Even Point (BEP): Pengertian dan Cara Hitungnya”,


https://www.rusdionoconsulting.com/break-even-point/ , diakses pada 3 Oktober 2021 pukul
09.22

Muh. Brian Tanjung. 2010. “Analisis Biaya-Volume-Laba Sebagai Alat Bantu Perencanaan
Laba Pada Departemen Printing di PT. Dan Liris Tahun 2010”, https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjYt7720LLzAhWGIbcAHXGH
CLIQFnoECAkQAQ&url=https%3A%2F%2Feprints.uns.ac.id
%2F8868%2F&usg=AOvVaw2-WnloPCQetsx2LLlzVWfN, diakses pada 3 Oktober 2021
pukul 10.10

Novan Yudi Cahyadi, Sulistiyo. 2018. “Analisis Biaya Volume Laba Sebagai Alat
Perencanaan Laba Pada CV Waringin Putih Semarang”,
https://jurnal.polines.ac.id/index.php/akunbisnis/article/download/1225/106330, diakses pada
3 Oktober 2021 pukul 10.30

Anda mungkin juga menyukai