RINGKASAN MATERI
BAB 4
ANALISIS BIAYA VOLUME LABA
Sedangkan menurut Mulyadi (2000:260-261), asumsi yang mendasari break even point
adalah:
1. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan. Biaya
tetap akan selalu konstan dalam kisar volume yang dipakai dalam perhitungan
break even point, sedangkan biaya variabel berubah sebanding dengan perubahan
volume penjualan.
2. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan.
Jika dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan penurunan harga jual
atau dengan memberikan potongan harga, maka hal ini mempengaruhi hubungan
biaya-volume-laba.
3. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relatif konstan. Penambahan fasilitas
produksi akan berakibat pada penambahan biaya tetap dan akan mempengaruhi
hubungan biaya-volume-laba.
4. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah. Jika harga bahan baku dan
tarif upah menyimpang terlalu jauh dibanding data yang dipakai sebagai dasar
perhitungan break even point, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya-
volume-laba.
5. Efisiensi produk dianggap tidak berubah. Apabila terjadi penghematan biaya
karena adanya penggunaan bahan pengganti yang harganya lebih rendah atau
perubahan metode produksi, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya-
volume-laba.
6. Perubahan jumlah sediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
7. Komposisi produk yang dijual dianggap tidak berubah. Jika perusahaan menjual
lebih dari satu macam produk, maka meskipun volume penjualan sama tetapi
apabila komposisinya berbeda, maka hal ini akan mempunyai pengaruh terhadap
pendapatan penjualan.
Break Even Point atau BEP umumnya dapat dihitung menggunakan tiga metode;
metode persamaan, metode margin kontribusi dan metode grafik. Meskipun memiliki
perbedaan bentuk atau variasi analisis, namun pada dasarnya hasil akhirnya tetap sama.
Berikut penjabaran metode perhitungan Break Even Point:
a. Metode Persamaan
BEP (unit) = Total Biaya Tetap (Fixed Cost) / (Harga Jual Per Unit Produk –
Biaya variabel setiap unit produk
Rumus kedua adalah untuk mengetahui berapa rupiah nilai penjualan yang harus
diterima untuk mendapatkan titik impas. Adapun rumusnya sebagai berikut:
BEP (rupiah) = Total Biaya Tetap (Fixed Cost) / (1 – Biaya Variabel Setiap Unit
Produk / Harga Jual Per Unit)
atau
BEP (Satuan Rupiah) = (Biaya Tetap / Harga Jual Per Unit – Biaya Variabel) x
Harga Jual per Unit
BEP Produk Ganda = Biaya Tetap (Fixed Cost) / [(1 – v/c) x Wi]
Dimana v/c merupakan perbandingan variable cost atau biaya variabel dan
harga jual. Sedangkan Wi menyatakan persentase dari total penjualan tiap produk
dalam rupiah atau bisa disebut dengan bobot kontribusi margin. Pada keadaan BEP
laba operasionalnya sama dengan nol sehingga menghasilkan jumlah produk yang
dijual mencapai BEP ditambah biaya tetap.
atau
c. Metode Grafik
Selain dengan metode persamaan, BEP atau Break Even Point dapat
digambarkan melalui metode grafik. Grafis BEP akan menunjukkan volume penjualan
pada sumbu x atau garis horizontal dan biaya akan terletak pada sumbu y atau garis
vertikal. Nah, titik impas atau BEP terletak pada perpotongan antara garis volume
penjualan dan garis biaya. Untuk lebih jelasnya, Anda bisa melihat grafik di bawah
ini.
Pada grafik tersebut, irisan pada sebelah kiri garis BEP merupakan sisi
kerugian (loss) dan sebelah kanan merupakan sisi laba (profit). Grafik BEP mampu
mempermudah pengusaha untuk melihat dan mengevaluasi perubahan volume tahun
lalu dan memproyeksikan volume penjualan pada tahun selanjutnya.
Perencanaan Laba:
Laba merupakan tujuan utama sekaligus tolak ukur keberhasilan manajemen
perusahaan. Dengan memperoleh laba, manajemen dapat terus mempertahankan dan
mengembangkan kegiatan usaha. Perencanaan merupakan langkah awal bagi perusahaan
dalam menjalankan aktivitas usahanya. Perencanaan harus dibuat sebaik mungkin karena
berguna sebagai acuan dan alat pengendali bagi manajemen dalam menjalankan aktivitas
usahanya di masa yang akan datang. Perencanaan laba pada dasarnya merupakan
perencanaan yang harus dilakukan manajemen dalam rangka mencapai tujuan, yakni
mencapai laba yang diharapkan.
Alat perencanaan laba terdiri dari:
a. Titik Impas (Break even point)
b. Marjin Aman (Margin of Safety)
c. Titik Penutupan Usaha (Shut Down Point)
d. Degree of Operating Leverage
e. Laba Kontribusi per Unit
Margin of Safety
Menurut Garrison dan Noreen (2006:338) marjin keamanan (margin of safety) adalah
“kelebihan dari penjualan yang dianggarkan (aktual) di atas titik impas volume penjualan”.
Sedangkan menurut Horngren dan Foster (2008:80) marjin keamanan (margin of safety)
adalah” jumlah pendapatan yang dianggarkan yang melebihi pendapatan impas”. Berdasarkan
pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa marjin keamanan (margin of safety)
adalah selisih antara total penjualan yang dianggarkan dengan penjualan titik impas.
Margin pengaman atau margin of safety memberikan informasi tentang sampai sejauh
mana volume penjualan boleh turun dari penjualan yang telah dianggarkan, namun tidak
sampai merugikan perusahaan. Selisih antara volume penjualan yang dianggarkan dengan
volume penjualan impas merupakan angka margin of safety (Mulyadi, 2015).
Menurut Garrison dan Noreen (2006:338) marjin keamanan menjelaskan jumlah di
mana penjualan dapat menurun sebelum kerugian terjadi. Semakin tinggi marjin keamanan,
semakin rendah resiko untuk tidak balik modal. Marjin keamanan dapat ditunjukkan baik
dalam Rupiah maupun dalam persentase. Formula perhitungannya adalah sebagai berikut:
a. Dalam bentuk rupiah
Marjin Keamanan = Penjualan Dianggarkan – Penjualan Titik Impas
b. Dalam bentuk persentase Margin Keamanan
Persentase Marjin Keamanan = Margin Keamanan / Total Penjualan x 100%
Muchlisin Riadi. 2017.”Pengertian, Manfaat dan Asumsi Dasar Break Even Point ”,
https://www.kajianpustaka.com/2017/11/pengertian-manfaat-dan-asumsi-dasar-break-even-
point.html, diakses pada 3 Oktober 2021 pukul 09.15
Muh. Brian Tanjung. 2010. “Analisis Biaya-Volume-Laba Sebagai Alat Bantu Perencanaan
Laba Pada Departemen Printing di PT. Dan Liris Tahun 2010”, https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjYt7720LLzAhWGIbcAHXGH
CLIQFnoECAkQAQ&url=https%3A%2F%2Feprints.uns.ac.id
%2F8868%2F&usg=AOvVaw2-WnloPCQetsx2LLlzVWfN, diakses pada 3 Oktober 2021
pukul 10.10
Novan Yudi Cahyadi, Sulistiyo. 2018. “Analisis Biaya Volume Laba Sebagai Alat
Perencanaan Laba Pada CV Waringin Putih Semarang”,
https://jurnal.polines.ac.id/index.php/akunbisnis/article/download/1225/106330, diakses pada
3 Oktober 2021 pukul 10.30